Skripsi TRI UMARYANTO (KPN15) 2019 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tri
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VAKSIN MEASLES RUBELLA TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN IMUNISASI MEASLES RUBELLA DI PUSKESMAS OELE, ROTE SELATAN, KABUPATEN ROTE NDAO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2019



Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)



Oleh : TRI UMARYANTO 1420117006A



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA KUPANG 2019



LEMBAR PERSETUJUAN Telah selesai diberikan bimbingan



dalam penulisan Skripsi sehingga naskah



Skripsi ini memenuhi syarat dan dapat disetujui untuk dipertahanakan dalam ujian Skripsi, oleh:



Nama : Tri Umaryanto Nim : 1420117006A Program Studi : S1 keperawatan Judul Skripsi: Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Vaksin Measles Rubella Terhadap Tingkat Kepatuhan Imunisasi Measles Rubella Di Puskesmas Oele, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur Tahun 2019 Kupang, 19 Februari 2019



Mengetahui, Pembimbing I



Pembimbing II



Nadraeni Pratami Yakub, S.Kep.,Ns.,M.Kes



Frida Fallo, S.Pd.,M.Si



NIDN.0808098801



NIDN. 0829068702



Ketua Program Studi S1 Keperawatan Stikes Nusantara Kupang



Syahrir, S. Kep., M.Si NIDN.0823018902



ii



LEMBAR PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Ujian Skripsi Program Studi S1-Keperawatan STIKes Nusantara, Oleh:



Nama Mahasiswa Program Sutdi



: Tri Umaryanto : 1420117006A : S1 Keperawatan



Pada Hari, tanggal Waktu



: Kamis, 21 Februari 2019 :11.00-13.30



Penguji



:



NIM



Tanda Tangan



1. Mariance Emawati Lepa, S.KM., M.Imun. NIDN. 0826038902



2. Nadraeni Pratami Yakub, S.Kep.,Ns.,M.Kes NIDN. 0808098801



3. Frida Fallo, S.Pd.,M.Si NIDN. 0829068702



Mengesahkan KETUA STIKES NUSANTARA



Markus Kore S.Kep., M.Si. NIDN: 0825118404



iii



SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama



: Tri Umaryanto



Nim



: 1420117006A



Program studi : S1 Keperawatan Judul skripsi : “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Vaksin Measles Rubella Terhadap



Tingkat Kepatuhan Imunisasi Measles Rubella Di



Puskesmas Oele, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur Tahun 2019”.



Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil jiplakan, maka sakan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.



Kupang, 21 Februari 2019 Penulis,



.



Tri Umaryanto 1420117006A



iv



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan



rahmat,



berkat



dan



karunia-Nya



sehingga



penulis



dapat



menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Vaksin Measles Rubella Terhadap Tingkat Kepatuhan Imunisasi Measles Rubella Di Puskesmas Oele, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur Tahun 2019”. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis



mengalami berbagai macam



hambatan dan kendala karena keterbatasan penulis yang dimiliki, Namun menyadari bahwa itu tak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara moril maupun



secara



materil.



Pada



kesempatan



ini



perkenankanlah



penulis



menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1.



Rudizon B. Doko Patty, SE, M.MKes, Selaku Ketua Yayasan Kunci Ilmu Stikes Nusantara Wilayah Nusa Tenggara Timur



2.



Markus Kore, S.Kep.,M.Si, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nusantara Kupang.



3.



D.A. Vieya Putri, S.Kep.,M.Si, Selaku Pembantu Ketua I bidang Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nusantara Kupang



4.



Syahrir,S.Kep.,M.Si ,selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nusantara Kupang.



v



5.



Nadraeni Pratami Yakub, S.Kep.,Ns.,M.Kes dan FridaFallo, S.Pd.,M.Si Selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dalam menyelesaikan Skripsi ini.



6.



Mariance Emawati Lepa, S.KM., M.Imun. selaku Penguji yang telah banyak memberikan petunjuk dalam perbaikan Skripsi ini.



7.



Dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah TinggiIlmu Kesehatan Nusantara Kupang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.



8.



Keluarga tercinta, istri saya Nury dan anak Saya Dexa Omar Rezky Wistara yang telah memberikan dukungan doa, dorongan Semangat dancinta kasih selama mengikuti pendidikan



9.



Rekan-rekan seangkatan, yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan Skripsi ini sampai dengan selesai. Serta teman – teman dan sahabat yang selalu mendukung saya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam memperbaiki penelitian ini.



Kupang,



Februari 2019



Penulis



vi



MOTTO







‫َم ْن َج َّد َوجَد‬



Man Jadda Wajada ( Siapa bersungguh-sungguh, dia akan



Berhasil ) ❖ Ad Astra Per Aspera ( Menuju Bintang melalui Jerih Payah )







Jer



Basuki



Mawa



Membutuhkan Biaya )



vii



Beya



(



Keberhasilan



itu



Abstrak Campak dan Rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran nafas yang disebabkan oleh virus Campak dan Rubella. Vaksin MR (Measles Rubella) memberikan manfaat seperti dapat melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat komplikasi pneumonia, diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan. Dari tahun 2014 hingga tahun 2017, jumlah kasus campak di Provinsi NTT terus mengalami peningkatan, Pada tahun 2014 jumlah kasus campak ialah 27 kasus hingga menjadi 78 kasus di tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang vaksin MR terhadap tingkat kepatuhan imunisasi Measles Rubella di Puskesmas Oele. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Jumlah responden penelitian sebanyak 70 responden dengan teknik purposive Sampling. Analisis statistik menggunakan Uji Chi Square. Penelitian dengan jumlah 70 responden didapatkan hasil pengetahuan baik dan patuh sebanyak 49 responden, pengetahuan baik tidak patuh sebanyak 13 responden, sedangkan pengetahuan rendah patuh sebanyak 2 responden, pengetahuan rendah tidak patuh sebanyak 6 responden sehingga didapatkan nilai p = 0,01. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahun tentang vaksin Measles Rubella dengan kepatuhan vaksinasi Measles Rubella. Kata kunci: Pengetahuan Vaksinasi Measles Rubella, Kepatuhan Vaksinasi



viii



Abstract Measles and Rubella are infectious diseases transmitted through the airways caused by the measles and rubella virus. MR vaccine (Rubles Measles) provides benefits such as protecting children from disability and death due to complications of pneumonia, diarrhea, brain damage, deafness, blindness and congenital heart disease. From 2014 to 2017, the number of measles cases in NTT Province continued to increase. In 2014 the number of measles cases was 27 cases to 78 cases in 2017. The aim of this study was to determine the relationship of maternal knowledge about MR vaccines to the level of compliance with Measles immunization Rubella at the Oele Health Center. Observational analytic study with Cross Sectional approach. The number of research respondents was 70 respondents with purposive sampling techniques. Statistical analysis using Chi Square Test. Research with a total of 70 respondents obtained good and compliant knowledge as many as 49 respondents, good knowledge was not compliant as much as 13 respondents, while low knowledge obedient as many as 2 respondents, low knowledge was not obedient as much as 6 respondents so that the value p = 0.01. Based on the research that has been done it can be concluded that there is a relationship between the knowledge of the Rubella Measles vaccine and compliance with Rubella Measles vaccination Keywords: Knowledge of Rubella Measles Vaccination, Compliance with Vaccinations



ix



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... iv KATA PENGANTAR ..................................................................................... v MOTTO.............................................................................................................vii ABSTRAK........................................................................................................viii ABSTRACT..................................................................................................... ix DAFTAR ISI.....................................................................................................x. DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK 2.1. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8 2.2. LandasanTeoritik .................................................................... 10 2.2.1.VaksinMeasles Rubella ................................................... 10 2.2.2. Pengetahuan ................................................................... 12 2.2.3. KepatuhanImunisasi ....................................................... 18 2.2.4. ImunisasiPadaAnak ........................................................ 22 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Konseptual .............................................................. 26 3.2. Hipotesis Penelitian ................................................................ 27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian........................................................................ 26 4.2. Rancangan Bangun Penelitian ................................................ 28 4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 29 4.4. Populasi dan Sampel ............................................................... 29 4.5. Kerangka Operasional. ............................................................ 30 4.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. ........................ 31 4.7. Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data ............................... 32 4.8. Pengolahan Data dan Analisa Data ......................................... 32 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 35 5.2. Karakteristik Responden ......................................................... 36 5.3. Analisis Bivariate .................................................................... 40 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Gambaran Karakteristik Responden ....................................... 41



x



BAB 7



PENUTUP 7.1. Kesimpulan ............................................................................. 47 7.2. Saran........................................................................................ 47 DAFTAR PUSTAKA………………………………………….. .................... 49 LAMPIRAN………………….. ....................................................................... 52



xi



DAFTAR TABEL



TABEL 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7 TABEL 4.1 Kerangka Operasional ................................................................. 31 TABEL 5.1 Distribusi Reponden Berdasarkan Umur Ibu ............................... 38 TABEL 5.2 Distribusi Reponden Berdasarkan Pendidikan ............................. 38 TABEL 5.3 Distribusi Reponden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ......................... 39 TABEL 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu ..... 39 TABEL 5.5 Kepatuhan Imunisasi Rubella........................................................40 TABEL 5.6 Hubungan Antara Variabel........................................................... 41 TABEL 5.5 Kepatuhan Imunisasi Rubella.........................................................40 TABEL 5.6 Hubungan Antara Variabel............................................................ 41



xii



DAFTAR GAMBAR



GAMBAR 3.1 Kerangka Konseptual .......................................................... 25 GAMBAR 4.1 Kerangka Operasional ......................................................... 30



xiii



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran 1



Surat Permohonan Penelitian



Lampiran 2



Surat Keterangan Selesai Penelitian



Lampiran 3



Lembaran Persetujuan Menjadi Responden



Lampiran 4



Kuesioner Penelitian



Lampiran 5



Hasil SPSS 25.0



Lampiran 7



Dokumentasi Penelitian



Lampiran 6



Lembar Konsultasi



Lampiran 7



Daftar Riwayat Hidup



xiv



1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Campak menjadi perhatian serius pada tahun 2000, dimana dilaporkan bahwa komplikasi penyakit campak menyebabkan kematian kepada lebih dari 562.000 anak di seluruh dunia. Sama berbahayanya dengan Campak, Rubella yang menginfeksi sebelum konsepsi dan selama periode awal kehamilan berpotensi menjadi penyebab terjadinya abortus, kematian janin, atau CRS (Congenital Rubella Syndrome) pada bayi. Salah satu target dalam SDGs ialah eradikasi Campak dan Rubella, khususnya pada anak. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan menargetkan untuk menyelesaikan masalah campak dan Rubella pada tahun 2020. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, pemerintah telah melakukan kampanye imunisasi Campak dan Rubella atau Measles Rubella yang dimulai dari pada Bulan Agustus dan September pada Tahun 2017 di Pulau Jawa dan wilayah di luar Pulau Jawa pada Agustus dan September 2018. Sasaran program ini ialah anak yang berusia 9 bulan hingga 15 tahun. Pencapaian program imunisasi Measles Rubella pada fase pertama menunjukkan hasil yang memuaskan, dimana jumlah anak yang mendapatkan vaksin Measles Rubella mencapai 34,9 juta anak atau sebesar 100,98% (Aco, 2018). Namun pada fase kedua, hingga 31 Oktober 2018, dari target 32 juta anak yang memperoleh imunisasi di luar Pulau Jawa, baru sebesar 66,9% anak yang



2



baru memperoleh imunisasi Measles Rubella. Artinya masih terdapat sekitar 10 juta anak dari total 32 juta anak yang belum memperoleh imunisasi Measles Rubella (Manan, 2018). Kurang baiknya pencapaian imunisasi Measles Rubella pada fase kedua, menyebabkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia merevisi target nasional program menjadi 85%, dimana awalnya target nasional dari imunisasi Measles Rubella sebesar 95%. Kondisi demikian dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya faktor geografis dan penolakan masyarakat di sejumlah wilayah yang dikarenakan status kehalalan vaksin(Aco, 2018). Jumlah kasus campak yang dilaporkan menunjukkan angka yang meningkat dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Kasus campak sendiri dapat ditunjukkan melalui incidence rate, yaitu skala yang membagi jumlah kasus campak dengan jumlah penduduk di wilayah tertentu yang kemudian dikalikan dengan konstanta 100.000. Salah satu wilayah yang mengalami peningkatan kasus campak ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari tahun 2014 hingga tahun 2017, jumlah kasus campak di Provinsi NTT terus mengalami peningkatan, Pada tahun 2014 jumlah kasus campak ialah 27 kasus hingga menjadi 78 kasus di tahun 2017 (Redy, 2018). Kondisi demikian kemudian mendorong pemerintah provinsi NTT untuk menargetkan sebesar 1,75 juta anak di seluruh wilayah NTT untuk menjadi sasaran program imunisasi Measles Rubella. Hal ini dikarenakan seluruh 22 kabupaten dan kota di NTT dinyatakan sebagai daerah yang rentan resiko karena faktor geografis (Putra, 2018).



3



Menurut



Suparyono



(2011),



terdapat



empat



faktor



yang



dapat



mempengaruhi kepatuhan ibu untuk memberikan imunisasi kepada anaknya. Empat faktor tersebut ialah tersedianya fasilitas kesehatan, tingkat pengetahuan ibu akan imunisasi yang akan diberikan, tingkat pendidikan ibu, dan kemampuan tenaga kesehatan. Ketika salah satu faktor tersebut, tidak dapat dipenuhi, besar kemungkinan ibu akan melakukan penolakan terhadap program imunisasi yang dilakukan. Diantara keempat faktor tersebut, pengetahuan ibu akan imunisasi menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung kepatuhan ibu untuk memberikan imunisasi kepada anak. Hal ini dijelaskan melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Worang, et.al (2014), yang menjelaskan bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu terhadap program imunisasi, maka semakin besar pula perilaku positif yang ditunjukkan oleh ibu untuk mendukung program imunisasi. Sejalan dengan Worang, et.al (2014), hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, et.al (2014) menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan memiliki hubungan yang nyata dengan kepatuhan ibu untuk mengikuti program imunisasi. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan tersebut, maka penelitian ini dilakukan terhadap ibu yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Oele, mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi Measles Rubella terhadap tingkat kepatuhan ibu tentang imunisasi Measles Rubella. Sehingga judul penelitian ini ialah Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Vaksin Measles Rubella terhadap Tingkat Kepatuhan



4



Imunisasi Measles Rubella di wilayah kerja Puskesmas Oele, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur Tahun 2019”.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, maka rumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang vaksin Measles Rubella terhadap tingkat kepatuhan imunisasi Measles Rubella di Puskesmas Oele?”.



1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1



Tujuan Umum Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang vaksin Measles Rubella



terhadap tingkat kepatuhan imunisasi Measles Rubella di Puskesmas Oele.



1.3.2



Tujuan Khusus



1. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Oele tentang vaksin Measles Rubella. 2. Mendeskripsikan tingkat kepatuhan ibu dalam memberikan imuniasi Measles Rubella di wilayah kerja Puskesmas Oele tentang vaksin Measles 3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang vaksin Measles Rubella terhadap tingkat kepatuhan imunisasi Measles Rubella di Puskesmas Oele.



5



1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1



Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai hubungan pengetahuan tentang vaksin Measles Rubellai terhadap tingkat kepatuhan ibu untuk memberikan imunisasi Measles Rubella kepada anaknya.



1.4.2



Manfaat Praktis 1. Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai manfaat dari vaksin Measles Rubella, sehingga masyarakat di wilayah Daleholu, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur dapat memberikan respon yang positif terhadap program imunisasi Measles Rubella . 2. Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan di Puskesmas Oele khususnya mengenai pentingnya memberikan pengetahuan tentang vaksin Measles Rubella kepada setiap ibu yang terdapat di wilayah kerja puskesmas. Sehingga dapat digunakan untuk menentukan program kegiatan yang tepat untuk mendukung vaksinasi Measles Rubella. 3. Adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi pendidikan sebagai bahan informasi khususnya tentang tingkat pengetahuan ibu tentang vaksin Measles Rubella terhadap kepatuhan imunisasi Measles Rubella dan sebagai dokumentasi, bahan pustaka, dan sebagai bahan referensi di perpustakaan.



6



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIK



2.1 Tinjauan Pustaka Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai beberapa penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan, diantaranya: Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka No 1.



2.



Penulis (Tahun) Hubungan Merlinta, pengetahuan tentang (2018) vaksin MR dan pendidikan ibu terhadap minat keikutsertaan vaksinasi MR di Puskesmas Kartasura Judul



Hubungan Tingkat Dewi, Pengetahuan Ibu et.al dengan Pemberian (2014) Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Kelurahan Parupuk Tabing Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2013.



Metode



Hasil



Observasional Analitik



Jumlah responden penelitian sebanyak 60 responden dengan teknik Cluster Random Sampling. Analisis statistik menggunakan Uji Chi Square. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahun tentang vaksin MR dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR akan tetapi tidak terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan minat keikutsertaan vaksinasi MR



Analititik



Penelitian ini menggunakan populasi yang merupakan ibu yang memiliki bayi berusia 1-2 tahun di Kelurahan Parupuk Tabing. Pengambilan sampel dilakukan secara random, sehingga diketahui jumlah sampel yang digunakan sebesar 63 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner



7



yang kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi di Kelurahan Parupuk Tabing. 3.



Hubungan Yuda & Analitik Karakteristik, Nurmala Pengetahuan, Sikap, (2018) Dan Tindakan Ibu Dengan Kepatuhan Imunisasi



Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian cross sectional. Populasi yang digunakan merupakan ibu yang memiliki anak balita berusia 1-5 tahun, ibu hamil, dan ibu atau wanita yang dalam usia subur. pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, sedangkan teknik analisis yang digunakan ialah uji Chi Square. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa karakteristik ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan tindakan ibu menjadi faktor yang berhubungan dengan kepatuhan imuniasi yang dilakukan oleh ibu di Surabaya.



2.2 Landasan Teoritik 2.2.1 Vaksin Measles Rubella 2.2.1.1 Pengertian Campak dan Rubella Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles. Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh virus dan



8



ditularkan melalui batuk dan bersin. Masa penularan penyakit campak terhadi pada 4 hari sebelum rash sampai 4 hari setelah timbul rash. Puncak penularan campak terjadi pada fase prodromal, yaitu pada 1-3 hari pertama sakit. Gejala penyakit campak sendiri ditunjukkan melalui tanda berikut: (1) Demam dengan suhu badan biasanya > 38 °C selama 3 hari atau lebih, disertai salah satu atau lebih gejala batuk, pilek, mata merah atau mata berair; (2) Bercak kemerahan/rash yang dimulai dari belakang telinga; (3) Gejala pada tubuh berbentuk makulopapular selama 3 hari atau lebih yang pada kisaran4-7 hari menjalar keseluruh tubuh; (4) Khas (Patognomonis) ditemukan Koplik's spot atau bercak putih keabuan dengan dasar merah di pipi bagian dalam. Penyakit ini akan sangat berbahaya bila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis, bahkan dapat menyebabkan kematian (Kemenkes, 2015). Rubella juga merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus Rubella cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan, sedangkan Rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan sakit sendi (arthritis atau arthralgia). Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan berusia muda dapat mengakibatkan keguguran atau bayi lahir dengan cacat bawaan yang disebut congenital Rubella syndrome (CRS), Masa penularan diperkirakan terjadi pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi Rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala Rubella ditandai dengan demam (37,2°C) dan bercak merah/rash



9



makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe dibelakang telinga, leher belakang dan sub occipital. (Kemenkes, 2015). Pada tahun 2011, WHO merekomendasikan agar semua negara yang belum mengintroduksikan vaksin Rubella dan telah menggunakan dua dosis vaksin campak dalam program imunisasi rutin untuk memasukkan vaksin Rubella dalam program imunisasi rutin. Vaksin Rubella telah masuk sejak 11 Januari 2016 oleh Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) yang mengeluarkan rekomendasi agar mengintegrasikan vaksin Measles Rubella ke dalam program imunisasi nasional untuk menurunkan angka kejadian penyakit Rubella dan Congenital Rubella Syndrome(Kemenkes, 2015).



2.2.1.2 Bentuk Vaksin Measles Rubella Vaksin Measles Rubella (MR) adalah vaksin hidup yang dilemahkan (live attenuated), berupa serbuk kering dengan pelarut. Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Vaksin Rubella tersedia dalam bentuk monovalent maupun kombinasi dengan vaksin virus yang lain misalnya dengan campak (Measles Rubella/MR) atau dengan campak dan parotitis (Measles Mumps Rubella/MMR). Semua vaksin Rubella dapat menimbulkan serokonversi sebesar 95% atau lebih setelah pemberian satu dosis vaksin dan efikasi vaksin diperkirakan sekitar 90% 100%.



10



2.2.1.3 Cara Pemberian dan Perihal Yang Perlu Diperhatikan tentang Vaksin Measles Rubella Perihal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan vaksin MR ialah memastikan vaksin MR dalam kondisi yang baik, dimana pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi VVM A atau B. Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan dari produsen yang sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.



2.2.2 Pengetahuan 2.2.2.1 Pengertian Pengetahuan Gallagher (1994:25) mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan kejadian atau peristiwa yang menjadikan manusia sadar akan sesuatu yang dianggap ada dari kerendahan hati dalam menghadapi pengalaman. Sementara itu, Sunaryo (2002:25) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris terhadap sebuah objek tertentu, khususnya mata dan telinga. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Efendi & Makhfudli (2009:101) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari seseorang yang mengerti keadaan dengan melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Lebih lanjut, McLeod & Schell (2008:103) menjabarkan bahwa pengetahuan merupakan



11



sesuatu yang bisa dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran secara formal ataupun melalui upaya sendiri yang dapat dilakukan seperti membaca dan mengamati. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan sebuah peristiwa yang menjadikan manusia sadar akan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Hal ini dilakukan melalui penginderaan terhadap objek tertentu, baik indra penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, dan peraba.



2.2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Adanya pengetahuan, menjadikan seseorang mampu mengambil sebuah keputusan yang bijak. Sebaliknya, tanpa adanya pengetahuan seseorang tidak memiliki dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Adapun beberapa hal atau faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut (Ningsih & Jonyanis, 2014): 1.



Tingkat Pendidikan Adanya pendidikan akan memberikan dan menghasilkan banyak perubahan, seperti pengetahuan, sikap dan perbuatan. Sehingga dalam hal ini tingkat pendidikan bukan hanya sebagai status, namun juga dampak yang ditimbulkan sangat memiliki pengaruh terhadap perubahan tersebut. Hal ini telah jelas terlihat bahwa tingkat pendidikan Sarjana lebih memiliki



12



pengetahuan yang luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah. 2.



Sosial Ekonomi Sama halnya dengan pendidikan, sosial ekonomi juga memiliki pengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan seorang individu, maka semakin tinggi pula keinginan individu tersebut untuk memperoleh informasi melalui media yang lebih canggih.



3.



Pekerjaan Dalam hal ini, pekerjaan merupakan komponen yang sulit untuk diidentifikasi. Kendati demikian, pekerjaan ini bukan hanya berguna sebagai dasar demografi, namun juga sebagai sebuah metode untuk melakukan identifikasi sosial ekonomi.



4.



Pengalaman Pengalaman yang dimiliki seorang individu secara otomatis akan tersusun sistematis dalam otak dan menghasilkan ilmu pengetahuan. Pengalaman ini juga berkaitan dengan pekerjaan, hal ini dikarenakan seorang individu dengan pekerjaan seadanya dan individu dengan pekerjaan yang tetap akan memiliki tingkat pengalaman yang berbeda.



5.



Umur Adapun dalam kategori umur ini digolongkan pada usia reproduksi sehat dan usia reproduksi tidak sehat. Usia reproduksi sehat yakni terhitung mulai dari



13



umur 20 tahun hingga 35 tahun. Sementara itu, usia reproduksi tidak sehat yakni terhitun mulai umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 35 tahun.



2.2.2.3 Indikator Pengetahuan Ada beberapa indikator untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang, yaitu (Utomo, 2010): 1.



Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab penyakit, gejala dan tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan, cara penularan dan cara pencegahan penyakit



2.



Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat meliputi jenis makanan-makanan bergizi bagi kesehatan, pentingnya olah raga bagi kesehatan, bahaya merokok, minuman keras, narkoba, pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi dsb.



3.



Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan meliputi manfaat air bersih, cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan, penerangan rumah yang sehat, dan akibat yang ditimbulkan polusi bagi kesehatan.



2.2.2.4 Tingkat Pengetahuan Adapun tingkat pengetahuan dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan, yakni sebagai berikut (Efendi & Makhfudli, 2009:102-103): 1.



Tahu (know) Tahu dapat dimaknai sebagai media untuk mengingat sebuah materi yang sudah dipelajari sebelumnya. Pada tingkat pengetahuan, hal ini dapat



14



dikategorikan dengan mengingat kembali sesuatu secara rinci dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Maka dari itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Adapun contoh dari tingkat ini adalah dapat menyebutkan tanda-tanda bahaya penderita demam berdarah dengue. 2.



Memahami (comprehension) Memahami dimaknai sebagai segala kemampuan untuk menjelaskan secara jelas dan benar mengenai objek yang diketahui dan bisa menginterpretasikan materi secara benar. Adapun contoh dari memahami ini adalah dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi pada masa postpartum.



3.



Aplikasi (application) Aplikasi dimaknai sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi sebenarnya. Pada tingkat ini, aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, ataupun prinsip. Adapun contoh dari aplikasi ini adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian.



4.



Analisis (analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau segala sesuatu terkait objek ke dalam komponen, akan tetapi masih ada dalam satu struktur organisasi dan masih terdapat kaitannya antara satu dengan yang lainnya.



15



5.



Sintesis (synthetic) Sintesis lebih menunjuk pada sebuah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian dalam suatu bentuk secara keseluruhan. Hal ini dapat disebut sebagai sebuah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Adapun contoh dari sintesis ini adalah dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.



6.



Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sebuah materi atau objek. Penilaian tersebut didasarkan pada sebuah kriteria yang ditentukan secara mendiri ataupun menggunakan kriteria yang telah ada. Adapun contoh dari evaluasi adalah dapat membandingkan antara berat badan normal dan berat badan kurang. Selain itu, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui oleh individu



dalam mengadopsi perilaku baru (Efendi & Makhfudli, 2009; Effendy&Nursalam, 2008), yaitu: 1.



Timbul kesadaran (awareness) yaitu perilaku individu dalam mengetahui dan menyadari tentang stimulus terlebih dahulu.



2.



Ketertarikan (interest) yaitu perilaku individu yang mengalami perubahan berupa timbul ketertarikan terhadap stimulus.



3.



Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluation) yaitu sikap individu yang sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya.



16



4.



Mulai mencoba (trial) yaitu perilaku individu dalam memutuskan dan mulai mencoba perilaku baru.



5.



Mengadaptasi (adaption) yaitu perilaku baru yang diterapkan individu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.



2.2.2.5 Pengukuran Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh individu mengenai perihal tertentu dapat diperoleh dari kuesioner atau angket yang menanyakan isi materi yang dingin diukur dari responden penelitian. Terdapat dua kriteria pengukuran pengetahuan, yaitu (Nursalam, 2013): 1. Pengetahuan kurang dengan skor atau nilai < 75% 2. Pengetahuan baik dengan skor atau nilai > 75%.



2.2.3 Kepatuhan Imunisasi 2.2.3.1 Pengertian Kepatuhan Imunisasi Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku tertentu yang dilakukan sesuai dengan instruksi, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor budaya, ekonomi, sosial, self-efficacy, dan pengetahuan. Ketidakpatuhan orang tua dalam mengimunisasi balita merupakan salah satu kendala atau hambatan tercapainya keberhasilan target cakupan imunisasi. .Apabila orang tua tidak patuh dalam mengimunisasikan bayinya maka akan berpengaruh besar terhadap kekebalan dan kerentanan tubuh bayi terhadap suatu penyakit. Oleh karena itu, diharapkan bayi



17



mendapatkan imunisasi yang tepat waktu agar terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya (Ranuh, 2011).



2.2.3.2 Faktor Yang Mendukung Kepatuhan Menurut Suparyono (2011), terdapat beberapa faktor yang mendukung kepatuhan dalam melakukan imunisasi, diantaranya: 1. Fasilitas kesehatan Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No 12 Tahun 2013, fasilitas kesehatan merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan



untuk



menyelenggarakan



uapaya



pelayanan



kesehatan



perorangan, baik promotive, preventif, kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah bekerjasama dengan masyarakat. Apabila fasilitas keehatan baik akan mempengaruhi tingkat kesehatan yang ada. 2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berpikir secara terarah dan efektif, sehingga orang yang memiliki pengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi, saran, dan nasehat. Apabila dikaitkan dengan imunisasi, bagi ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi akan berupaya untuk memenuhi kebutuhan imunisasi bagi anak. Namun sebaliknya bagi ibu yang tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai imunisasi akan cenderung kurang peduli dengan imunisasi bagi anak.



18



3. Pendidikan Tingkat pendidikan berbanding lurus dengan pengetahuan. Apabila pendidikan ibu berada pada tingkat yang tinggi, maka pengetahuan ibu akan menjadi lebih baik. Namun sebaliknya ketika pendidikan yang diperoleh ibu berada pada tingkat yang rendah, akan diikuti dengan pengetahuan ibu yang juga kurang baik. 4. Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam memberikan informasi mengenai pentingnya pemberian imunisasi dasar pada bayi. Hal ini dikarenakan tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat.



2.2.3.3 Pendekatan Praktis Untuk Meningkatkan Kepatuhan Pasien Niven (2002:194) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pasien, yaitu: 1. Membuat instruksi tertulis yang mudah diinterpretasikan. 2. Memberikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan perihal lain. 3. Apabila seseorang diberikan sebuah daftar tertulis mengenai perihal yang harus diingat maka aka nada keunggulan, untuk mengingat perihal yang pertama ditulis. 4. Instruksi ditulis dengan Bahasa yang umum dan sederhana untu perihal yang perlu ditekankan.



19



2.2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Selain faktor yang mendukung kepatuhan seorang pasien, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pasien menjadi tidak patuh, diantaranya: 1. Pemahaman tentang instruksi yang diberikan Niven (2002:193) mengungkapkan bahwa lebih dari 60% yang diwawancarai setelah bertemu dokter, salah mengerti tentang instruksi yang diberikan. Hal ini disebabkan terjadinya kegagalan petugas kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap dan banyaknya instruksi yang harus diingat dengan penggunaan istilah medis yang lebih tidak dimengerti pasien. 2. Kualitas interaksi Kualitas interaksi yang terbangun antara pasien dengan petugas merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan pasien. Niven (2002:194) mengungkapkan bahwa terdapat keluhan yang sering diungkapkan oleh pasien seperti minat yang diperlihatkan oleh dokter, penggunaan istilah medis secara berlebihan, kurangnya empati, dan tidak memperoleh kejelasan mengenai penyakit dapat mendorong seseorang menjadi tidak patuh. 3. Isolasi sosial dan keluarga Keluarga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat diterima.



20



4. Keyakinan, sikap dan kepribadian Keyakinan individu mengenai kesehatan



dapat digunakan untuk



memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Individu atau pasien yang tidak patuh merupakan orang yang mengalami depresi, ansietas sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki ego yang lemah dan individu yang memiliki kehidupan sosial lebih memusatkan perhatikan pada diri sendiri. Selain keempat faktor tersebut, Niven (2002:193) menyebutkan bahwa derajat ketidakpatuhan dapat ditentukan oleh faktor lain, seperti: 1. Kompleksitas prosedur pengobatan 2. Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan 3. Lamanya waktu dimana pasien harus mematuhi program tersebut. 4. Apakah penyakit tersebut benar menyakitkan. 5. Apakah pengobatan itu berpotensi menyelamatkan hidup 6. Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan bukan petugas kesehatan.



2.2.4 Imunisasi Pada Anak 2.2.4.1 Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tersebut mengalami pertumbuhan yang sehat. Usaha yang diberikan melalui imunisasi ialah dengan memasukkan vaksin



21



kedalam tubuh agar tubuh mampu memproduksi zat anti untuk mencegah penyakit tertentu (Hidayat, 2008:54). Dalam istilah lain, imunisasi juga dapat dijelaskan sebagai upaya untuk meningkatkan kekebalan individu secara aktif terhadap sebuah penyakit, sehingga ketika individu yang bersangkutan terpapar penyakit tertentu tidak akan mudah sakit. Mekanisme untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit pada tubuh manusia ada dua, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif (Pratiwi, 2012). Kekebalan aktif diperoleh melalui pemberian vaksin, yang merupakan antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, atau masih hidup tapi dilemahkan, masih utuh, atau bagiannya yang telah diolah, dari toksin mikroorganisme menjadi toksoid. Vaksin ini merangsang tubuh untuk memproduksi antibody dan komponen lain dari mekanisme kekebalan tubuh. Sedangkan kekebalan pasif ialah bentuk kekebalan yang berasal langsung dari antibody yang dimasukkan dalam tubuh. Kandungan sediaan tersebut ialah immunoglobin yang diproduksi dari pengumpulan plasma dari serum manusia (Pratiwi, 2012).



2.2.4.2 Tujuan dan Manfaat Imunisasi Hidayat (2008:54) menambahkan bahwa tujuan pemberian imunisasi ialah adanya peningkatan kekebalan anak terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Di Indonesia, program imunisasi dengan melakukan pemberian vaksin secara umum bertujuan untuk



22



menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit. Secara khusus, pemberian vaksin di Indonesia bertujuan untuk tercapainya Global Eradikasi Polio di Tahun 2018, tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015, dan pengendalian penyakit Rubella di tahun 2020, serta terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis (Depkes, 2018).



2.2.4.3 Macam Imunisasi Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh, imunisasi dibagi menjadi dua, yaitu: imunisasi aktif dan imunisasi pasif (Hidayat, 2008:54). 1. Imunisasi aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi sebuah proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksin yang diberikan, yang dijelaskan sebagai berikut. a. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang mematikan). b. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.



23



d. Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen. 2. Imunisasi pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat berupa immunoglobin, yang merupakan zat yang dihasilkan melalui proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.



24



BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN



3.1 Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan pustaka dan kajian teoritik yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa kepatuhan imunisasi Measles Rubella merupakan bentuk perilaku ibu ataupun orang tua dalam mendukung program imunisasi Measles Rubella yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk mengendalikan penyakit campak dan Rubella. Tingkat kepatuhan ini dapat dipengaruhi oleh empat faktor yang terdiri fasilitas kesehatan, pengetahuan, pendidikan, dan tenaga kesehatan (Suparyono, 2011). Namun pada penelitian ini, faktor yang diteliti untuk dianalisis hubungan dengan kepatuhan imunisasi Measles Rubella ialah pengetahuan. Sehingga kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.



Faktor yang mempengaruhi



Fasilitas kesehatan Kepatuhan imunisasi Measles Rubella



Pengetahuan Pendidikan Tenaga kesehatan Suparyono (2011) Gambar 3.1 Kerangka Konseptual



25



3.2 Hipotesis Penelitian Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kepatuhan merupakan bentuk perilaku yang dilakukan sesuai dengan instruksi yang diberikan, Apabila dikaitkan dengan kepatuhan imunisasi Measles Rubella, kepatuhan dapat dijelaskan sebagai perilaku orang tua untuk mengikuti program imunisasi Measles Rubella bagi anak agar terlindungi dan terhindar dari penyakit campak dan Rubella (Ranuh, 2011). Namun orang tua sendiri membutuhkan stimulus untuk mau mengikuti program imunisasi. Sebagaimana disampaikan oleh Suparyono (2011) bahwa salah satu faktor yang berpengaruh dengan tingkat kepatuhan orang tua memberikan imunisasi Measles Rubella kepada anak ialah faktor pengetahuan. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian Worang, et.al (2014) dan Dewi, et.al (2014) yang menjelaskan bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan tingkat kepatuhan orang tua untuk memberikan imunisasi pada anak. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini ialah: H1: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dalam memberikan imunisasi Measles Rubella.



26



BAB 4 METODE PENELITIAN



4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Analitik korelasional yang mengkaji dua variabel. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yang disebut juga sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah yang memenuhi unsur konkrit/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis.dalam metode kuantitatif, data yang digunakan berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik (Sugiyono, 2012).



4.2 Rancangan Bangun Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Penelitian cross sectional merupakan salah satu bentuk penelitian observasional yang sering dilakukan karena pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada waktu yang sama (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Peneliti dapat mencari dan menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian cross sectional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel. Hubungan koleratif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain. Dengan demikian, pada rancangan penelitian cross sectional melibatkan minimal dua variabel, yang pada



27



penelitian ini ialah tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan imunisasi Measles Rubella (Nursalam,2013).



4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Oele, Desa Daleholu, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dilakukan pada Tanggal 4 s/d 8 Februari 2019.



4.4 Populasi dan Sampel 4.4.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang telah memiliki anak berusia balita dan masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Oele sebanyak 240 Orang. 4.4.2 Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, serta memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Sampel pada penelitian ini ditentukan sebanyak 70 orang tua Balita di wilayah kerja Puskesmas Oele . Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012)



28



dengan menggunakan rumus Slovin yaitu : N n=



............................................................................... (1) 1 + N.e2



dimana :



n



= Ukuran Sampel



N = Ukuran Populasi e



= Prosentase (%), toleransi ketidaktelitian karena kesalahan



dalam pengambilan sampel. Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah : 240 n= 1 + 240 (10 % )2 240 n=



= 70,58 = 70 responden 3,4



4.5 Kerangka Operasional Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan mengenai rancang bangun penelitian, telah dijelaskan bahwa penelitian ini menganalisis hubungan dua variabel, yaitu variabel tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan imunisasi Measles Rubella. Sehingga kerangka operasional pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.



29



Populasi 240 orang Teknik Sampel purposive sampling Sampel 70 orang



Ibu yang memiliki Balita di wilayah kerja Puskesmas Oele Pengumpulan Data Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang Vaksin MR



Tingkat Kepatuhan



Imunisasi MR di Puskesmas Oele



Pengolahan Data dan Analisis Penyajian hasil



Kesimpulan



Gambar. 4.1 Kerangka Operasional



30



4.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 4.6.1 Variabel Penelitian Jenis variabel yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa variabel yang diteliti pada penelitian ini ialah tingkat pengetahuan dan kepatuhan imunisasi Measles Rubella. Tingkat pengetahuan merupakan variabel bebas, yaitu variabel yang memberikan pengaruh dan variabel kepatuhan imunisasi Measles Rubella merupakan variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi.



4.6.2 Definisi Operasional Penjelasan dan pengukuran mengenai variabel yang digunakan pada penelitian ini ialah sebagai berikut: Tabel 4.1 Kerangka Operasional



No . 1.



Variabel Tingkat Pengetahuan Imunisasi Measles Rubella



Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Merupakan hasil dari ibu yang mengerti mengenai manfaat dan tujuan tentang imunisasi Measles Rubella



Cara Pengukuran



Hasil Ukur



Skala



Dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang pemahaman ibu meliputi definisi, manfaat, jadwal dan cara pemberian Imunisasi Measles Rubella



Pengetahuan Kurang Baik, nilai < 75%



Ordinal



Dilakukan dengan telaah observasi KMS



Pengetahuan Baik, nilai 76 – 100%



31



2.



Kepatuhan Imunisasi Measles Rubella



Perilaku ibu untuk mengantarkan atau memberikan imunisasi Measles Rubella di Puskesmas Oele.



atau kartu imunisasi atau catatan imunisasi petugas.



Patuh, jika sesuai jadwal. Tidak patuh, jika tidak sesuai jadwal



Nominal



4.7 Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris (Silalahi, 2012). Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. 2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. (Sugiyono, 2012) Metode pengumpulan data yang didasarkan pada pertanyaan yang disampaikan kepada responden yang didesain untuk mendapatkan informasi dari



32



responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah direct approach. Direct approach atau pendekatan langsung adalah cara yang dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan dan maksud secara langsung kepada pihak lain, seperti tatap muka langsung dengan pihak lain (Purwanto, 2007).



4.8 Pengolahan dan Analisis Data Pada penelitian ini analisis yang digunakan ialah tabulasi silang dan uji exact fisher 4.8.1 Tabulasi Silang Analisis tabulasi silang merupakan analisis yang menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris dan kolom (Ghozali, 2007). Data yang disajikan pada tabulasi silangmemiliki skala nominal atau kategori. Tabulasi silang dapat menampilkan kaitan antara dua atau lebih variabel, sampai dengan menghitung apakah ada hubungan antara baris dan kolom. Ciri dari penggunaan tabulasi silang adalah data input yang berskala nominal atau ordinal (Santoso, 2010).Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara setiap variabel yang ada dalam penelitian. Selanjutnya tabulasi silang dapat memberikan masukkan atau pandangan mengenai sifat hubungan, karena penambahan satu atau lebih variabel pada analisis kualifikasi silang dua arah adalah sama denganmempertahankan masingmasing variabel tetap konstan. Tabulasi silang dapat digunakan jika: 1. Salah satu variabel bersifat kualitatif dan lainnya bersifat kuantitatif 2. Kedua variabel berupa variabel kualitatif.



33



Sisi (kolom) sebelah kiri dan baris atas menyatakan kelas untuk kedua variabel yang digunakan. Untuk menginterpretasikan hasil pengolahan data pada tabulasi silang, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Tingkat asosiasi antar variabel yang diukur tersebut signifikan atau tidak 2. Mengukur kekuatan tingkat asosiasi antar variabel yang diukur tersebut. Variabel-variabel yang dipaparkan dalam suatu tabel tabulasi silang berguna untuk: 1. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi 2. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan 3. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik 4. Untuk mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis tentang ada tidaknya hubungan palsu (spurious relations).



4.8.2 Uji Fisher Exact Fisher probability exact test merupakan salah satu metode statistik non parametrik untuk menguji hipotesis. Prosedur ini ditemukan oleh R.A. Fisher pada pertengahan tahun 1930. Pada penelitian dua variabel dengan data yang dinyatakan dalam persen, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan statistik parametrik chi-kuadrat. Menurut Sugiyono (2005), uji exact fisher digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk nominal. Untuk memper-mudahkan perhitungan. Dalam pengujian hipotesis, maka data hasil pengamatan perlu disusun ke dalam tabel kontingensi 2



34



x 2. Fisher exact test ini lebih akurat daripada uji chi-kuadrat untuk data-data berjumlah sedikit. Walaupun uji ini biasanya digunakan pada tabel sebanyak 2 x 2, namun kita dapat melakukan Uji exact Fisher dengan jumlah tabel yang lebih besar (Sugiyono, 2005).



35



BAB 5 HASIL PENELITIAN



5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Secara geografis, Puskesmas Oele berada di pinggir jalan utama dan dekat dengan pasar Oele dan juga Gereja sehingga mempermudah masyarakat untuk menjangkau atau menemukan Puskesmas Oele. Berikut keadaan umum dari Puskesmas Oele yang berada di wilayah Kecamatan Rote Selatan Kabupaten Rote Ndao: 5.1.1



Keadaan Umum Puskesmas Oele Puskesmas Oele Terletak di Oele Kecamatan Rote Selatan Kabupaten



Rote Ndao, Puskesmas Oele didirikan pada Tahun 2006, memilik tanah seluas 5600𝑚2 , dengan batas-batas sebagai berikut : 1) Bagian Timur



: berbatasan dengan Pasar Oele



2) Bagian Barat



: berbatasan dengan Gereja Agape Oele



3) Bagian Utara



: berbatasan dengan Jalan Bhayangkara



4) Bagian Selatan



: berbatasan dengan Tanah Milik Bapak O. Malelak



Visi dan Misi Puskesmas Oele adalah sebagai berikut: 1) Visi: terwujudnya Masyarakat Rote Selatan Mandiri Dalam Hidup Sehat. 2) Misi: Mengembangkan sumber daya dibidang kesehatan sehingga setiap kebijaksaan dan pengambilan keputusan berdasarkan pada data dan fakta (Evidece based decision making).



36



Puskesmas Oele memiliki fasilitas yang cukup memadai. Fasilitas tersebut antara lain terdiri dari 1 ruang poli umum, 1 ruang Gizi, 1 ruang poli kebidanan, 1 ruang sanitasi, 1 ruang loket, 1 ruang apotik, 1 ruang poli gigi, 1 ruang Administrasi,1 gudang obat, 1 ruangan bersalin. Jumlah tenaga di Puskesmas, Puskesmas sebanyak 31 orang, yang terdiri dari Dokter Umum 1 orang (PTT), Bidan 8 orang (3 PNS,1 Tubel, 2 Tenaga Kontrak Daerah), Perawat 6 orang (2 PNS, 1 Tubel, 2 Tenaga Kontrak Daerah dan 1 PTT), Tenaga Gizi 3 orang (1 PNS, 2 Magang), Tenaga Kefarmasian 1 orang (PNS), Tenaga Sanitarian 4 orang ( 2 PNS, 1 Tubel, 1 Tenaga Kontrak Daerah), Tenaga Laboratorium 1 orang (PNS), Tenaga Administrasi 1 orang (PNS) , Sopir 1 orang (Tenaga Kontrak Daerah), Tenaga Loket 2 orang (1 PNS, 1 Tenaga Kontrak Daerah), Cleanning Service dan Penjaga Malam 1 orang (Tenaga Kontrak Daerah), Binatu 1 orang (Tenaga Kontrak Daerah). Pembiayaan kesehatan di Puskesmas Oele bersumber dari dana APBD dan APBN yng meliputi Dana BOK, Dana Non Kapitasi dan Dana Kapitasi.



5.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan tingkat pengetahuan ibu tentang vaksin Measles Rubella terhadap tingkat pengetahuan Imunisasi Measles Rubella terhadap tingkat kepatuhan Imunisasi Measles Rubella di Puskesmas Oele, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao. Karakteristik responden yang dimaksud meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan tingkat kepatuhan imunisasi. Berikut adalah distribusi dari setiap karakteristik responden tersebut:



37



5.2.1



Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Puskesmas Oele, Rote Selatan, Kabupaten Rote Ndao. Hasil penelitian umur Ibu di Puskesmas Oele, Rote Selatan, Kabupaten



Rote Ndao dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut: Tabel 5.1 Distribusi Reponden Berdasarkan Umur Ibu Kelompok umur (Tahun) 35 Tahun Jumlah Sumber : Data Primer 2019



Jumlah 6 36 28 70 orang



Persentase % 8.6 51,4 40,0 100



Tabel 5.1 menunjukkan bahwa umur responden yang paling banyak berada pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 51,4% dan yang paling sedikit berada pada kelompok umur 35 tahun sebanyak 40%, dan yang paling sedikit berada pada kelompok umur