Skripsi Full Tri Anggraini [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK, ROLE MODEL DAN SAHABAT DENGAN VULVA HYGIENE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 INDRALAYA



SKRIPSI



Oleh: TRI ANGGRAINI 04021281320011



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA APRIL 2017



HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK, ROLE MODEL DAN SAHABAT DENGAN VULVA HYGIENE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 INDRALAYA



SKRIPSI Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan



Oleh: TRI ANGGRAINI 04021281320011



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA APRIL 2017



SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama



: Tri Anggraini



NIM



: 04021281320011



Dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya. Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Sriwijaya kepada saya.



Indralaya, Juli 2017



Tri Anggraini



iii



v



UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Juli 2017 Tri Anggraini HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU SEBAGAI PENDIDIK, ROLE MODEL DAN SAHABAT DENGAN VULVA HYGIENE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 INDRALAYA xxvii + 81 + 14 tabel + 2 skema + 13 lampiran ABSTRAK Persepsi dan perilaku yang salah dalam melakukan vulva hygiene pada wanita salah satunya dikarenakan kurangnya dukungan dari keluarga, khusunya Ibu saat ia masih remaja. Ibu berperan penting dalam pembentukan karakter dan kebiasaan yang baik pada anak melalui perannya sebagai pendidik, role model dan sahabat seharusnya mampu untuk mengajarkan vulva hygiene pada anak dengan memberikan pemahaman dan contoh yang benar cara melakukan vulva hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah populasi sebanyak 123 orang responden yang terdiri dari Ibu dan anak dengan sampel 54 orang responden yang ditentukan melalui random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup dan analisis data menggunakan chi square (α = 0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva hygiene anak dengan p-value 0,033 (α = 0,05), terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene anak dengan pvalue 0,028 (α = 0,05) terdapat hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene anak dengan p-value 0,036 (α = 0,05) dan terdapat hubungan antara status sosial ekonomi keluarga terhadap peran Ibu dengan p-value 0,030 (α = 0,05). Artinya, terdapat hubungan antara peran Ibu sebagi pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya serta status sosial ekonomi dengan peran Ibu. Hal ini dikarenakan Ibu berada pada usia madya, riwayat pendidikan terakhir Ibu tinggi, tingkat pengetahuan Ibu baik dan orang tua menerapkan pola asuh autoritatif. Diharapkan anak mampu menerapkan vulva hygiene dengan benar dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapai derajat kesehatan reproduksi remaja yang optimal. Kata kunci: vulva hygiene, Ibu, peran Ibu sebagai pendidik, role model, sahabat, anak Daftar Pustaka: 114 (2001-2017)



SRIWIJAYA UNIVERSITY FACULTY OF MEDICINE SCHOOL OF NURSING SCIENCE Thesis, July 2017 Tri Anggraini RELATIONSHIP BETWEEN THE ROLE OF MOTHER AS EDUCATION, ROLE MODEL AND FRIENDSHIP WITH VULVA HYGIENE IN STUDENT CLASS XI SMA NEGERI 1 INDRALAYA xxvii + 81 + 14 table + 2 schemes + 13 attachments ABSTRACT Misperception and misbehavior in doing vulva hygiene in women one of them due to lack of support from the family, especially mother when she was teenager. Mothers play an important role in the formation of good character and habits in children through their role as educators, role models and companions should be able to teach vulva hygiene in children by providing a good understanding and example of how to do vulva hygiene. This study aims to determine the relationship between the role of mother as an educator, role models and friends with vulva hygiene in high school students of SMA Negeri 1 Indralaya. This research is analytic survey research with cross-sectional research design. The total population of 123 respondents consisting of mother and children with a sample of 54 respondents determined through random sampling. Data were collected using closed questionnaire and data analysis using chi square (α=0,05). The result showed that there was a relation between mother role as educator to child hygiene vulva with p-value 0,033 (α=0,05), there is relation between mother role as role model to child hygiene vulva with p-value 0,028 (α=0,05), there is relation between mother role as friend to child hygiene vulva with p-value 0,036 (α=0,05) and there is relation between sosio-economic status of the family to mother roles with p-value 0,030 (α=0,05). That result means that, there is a relationship between the role of mother as an educator, role models and friends with vulva hygiene in high school students of SMA Negeri 1 Indralaya and sosio-economic status with mother roles. This is because the mother is in middle age, the last education history of mother is high, the level of knowledge of mother is good and parents of respondents who are earning aplied autoritative parenting. It is expected that children are able to apply vulva hygiene properly in their daily life so as to achieve optimum adolescent reproductive health. Keywords: vulva hygiene, mother, role of mother as educator, role model, friend, child Refferences: 114 (2001-2017)



vii



HALAMAN PERSEMBAHAN



Motto: “Allah SWT. mencintai pekerjaan yang apabila bekerja, ia menyelesaikannya dengan baik (HR. Thabrani).” “Do the best and pray, God will take care of the rest.” Persembahan: Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya serta setitik perjuangan atas izin-Nya, maka aku persembahkan skripsi ini: 1. Untuk kedua orangtuaku, Bapak (Bambang Sumiarsa) dan Ibu (Rita Sulawati, S. Pd.) yang



sangat aku banggakan, yang tiada hentinya memberikan doa, dukungan moril dan materil disetiap langkahku. 2. Untuk saudara laki-lakiku, Firmansyah yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama



pembuatan laporan tugas akhir ini. 3. Untuk pembimbingku, Ibu Ns. Arie Kusumaningrum, M.Kep., Sp. Kep. An. dan Ibu Ns.



Nurna Ningsih, M.Kes., terima kasih atas bimbingan, saran dan nasihatnya sehingga aku dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Untuk pengujiku, Bapak Ns. Sigit Purwanto, M.Kes. dan Ibu Ns. Jum Natisba, M. Kep., Sp.



Kep. Mat., terima kasih atas saran dan nasihatnya dalam membuat laporan tugas akhir ini menjadi lebih baik.



5. Untuk pembimbing akademikku, Ibu Ns. Putri Widita Muharyani, M. Kep., terima kasih atas



nasihatnya selama ini. 6. Untuk semua dosen pendidik dan staf yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu yang sangat



bermanfaat untukku. 7. Untuk sahabat-sahabat terbaikku (Astie, Fichia, Anggita, Lety, Desi, Berly, Anggun, Fanny,



Farah, Nia, Resi, Nanda, Dina, Rosa) yang selalu memberikan semangat, masukan, hiburan dan telah sama-sama berjuang dalam penyelesaian tugas akhir ini 8. Untuk semua teman-teman satu angkatan 2013 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas



Kedokteran Universitas Sriwijaya yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi. 9. Untuk BEM KM PSIK FK UNSRI, khususnya Departemen Pendidikan dan Penelitian,



terima kasih atas pengalaman yang sangat berharga selama menjadi bagian dari organisasi ini. 10. Untuk Almamater dan kampus PSIK FK UNSRI, terima kasih atas ilmu yang sangat



bermanfaat dan pengalaman yang sangat berharga selama menempuh pendidikan.



ix



KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Pola Asuh dan Kesiapan Anak dengan Keberhasilan Toilet training pada Anak Toddler di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Timbangan”. Dalam penyusunan skripsi, peneliti mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun tidak langsung, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ns. Hikayati, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2. Ibu Ns. Arie Kusumaningrum, M. Kep., Sp. Kep. An. selaku pembimbing 1 yang telah memberikan banyak waktu untuk bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dalam penyusunan skripsi. 3. Ibu Ns. Nurna Ningsih, M.Kes., selaku pembimbing 2 yang telah memberikan banyak waktu untuk bimbingan, pengarahan, dan saran-saran dalam penyusunan skripsi. 4. Bapak Ns. Sigit Purwanto, M. Kes., selaku penguji 1 yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi.



5. Ibu Ns. Jum Natosba, M. Kep., Sp. Kep. Mat., selaku penguji 2 yang telah bersedia menjadi penguji dan memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi. 6. Seluruh dosen dan staf administrasi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang telah membantu dan memberikan kemudahan dalam mengurus administrasi selama penyusunan skripsi. 7. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi yang telah memberikan izin peneliti dalam melaksanakan penelitian. 8. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Indralaya yang telah memberikan data dan informasi sebagai bahan studi pendahuluan dan telah memberikan izin peneliti dalam melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1 Indralaya. Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, terkhususnya dapat diperbaiki kembali oleh peneliti, atas kesalahan peneliti mohon maaf sebesar-besarnya.



Indralaya, Juni 2017



Tri Anggraini



xi



DAFTAR ISI



Cover ....................................................................................................................... i Surat Pernyataan...................................................................................................... ii Lembar Persetujuan Sidang Skripsi ........................................................................ iii Lembar Pengesahan ................................................................................................ iv Abstrak .................................................................................................................... v Abstract ................................................................................................................... vi Halaman Persembahan ............................................................................................ vii Kata Pengantar ........................................................................................................ ix Daftar Isi.................................................................................................................. xi Daftar Tabel ............................................................................................................ xiii Daftar Skema........................................................................................................... xiv Daftar Lampiran ...................................................................................................... xv Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................. xvi Bab 1 Pendahuluan.................................................................................................. 1 A. Latar Belakang............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8 1. Tujuan Umum ........................................................................................... 8 2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 8 D. Manfaat .......................................................................................................... 9 1. Manfaat Teoritis........................................................................................ 9 2. Manfaat Praktis ......................................................................................... 9 E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 10 Bab II Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 12 A. Peran Ibu........................................................................................................ 12 1. Definisi Peran Ibu ..................................................................................... 12 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Ibu........................................... 16 B. Organ Reproduksi Wanita ............................................................................. 21 1. Organ Genitalia Eksterna .......................................................................... 21 2. Organ Genitalia Interna............................................................................. 22 C. Vulva Hygiene................................................................................................ 23 1. Definisi Hygiene ....................................................................................... 23 2. Definisi Vulva Hygiene ............................................................................. 23 3. Dampak Mengabaikan Vulva Hygiene...................................................... 24



4. Perilaku Vulva Hygiene............................................................................. 26 D. Remaja ........................................................................................................... 27 1. Tahapan Remaja........................................................................................ 27 2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja ............................................. 28 E. Peran Perawat ................................................................................................ 30 F. Penelitian Terkait........................................................................................... 33 G. Kerangka Teori .............................................................................................. 36 Bab III Metode Penelitian ....................................................................................... 37 A. Kerangka Konsep........................................................................................... 37 B. Desain Penelitian ........................................................................................... 37 C. Hipotesis ........................................................................................................ 38 D. Definisi Operasional Variabel ....................................................................... 39 E. Populasi dan Sampel...................................................................................... 40 1. Populasi..................................................................................................... 40 2. Sampel....................................................................................................... 40 F. Tempat Penelitian .......................................................................................... 44 G. Waktu Penelitian............................................................................................ 44 H. Etika Penelitian.............................................................................................. 44 I. Alat Pengumpul Data..................................................................................... 45 J. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................................... 48 K. Analisis Data.................................................................................................. 51 Bab IV Hasil dan Pembahasan................................................................................ 55 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................. 55 B. Hasil Penelitian.............................................................................................. 56 1. Analisis Univariat ..................................................................................... 56 2. Analisis Bivariat........................................................................................ 59 C. Pembahasan ................................................................................................... 63 D. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 79 Bab V Simpulan dan Saran ..................................................................................... 79 A. Simpulan ........................................................................................................ 79 B. Saran .............................................................................................................. 80 Daftar Pustaka ......................................................................................................... xvii



xiii



DAFTAR TABEL



Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6



Definisi Operasional .................................................................................39 Proporsi Sampel untuk Setiap Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya .......43 Kisi-kisi Kuesioner Vulva Hygiene...........................................................45 Kisi-kisi Kuesioner Peran Ibu ...................................................................46 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian .................................................48 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Pendidik .....................................56 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Role Model.................................57 Distribusi Frekuensi Peran Ibu sebagai Sahabat .......................................57 Distribusi Frekuensi Vulva Hygiene pada Anak ......................................58 Distribusi Frekuensi Status Sosial Ekonomi Responden ..........................58 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Pendidik dengan Vulva Hygiene Anak..........................................................................................................59 Tabel 4.7 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Role Model dengan Vulva Hygiene Anak .........................................................................................................60 Tabel 4.8 Hubungan antara Peran Ibu sebagai Sahabat dengan Vulva Hygiene Anak .........................................................................................................61 Tabel 4.9 Hubungan antara Satatus Sosial Ekonomi dengan Peran Ibu ..................62



DAFTAR SKEMA



Skema 2.1 Kerangka Teoritis.....................................................................................36 Skema 3.1 Kerangka Konsep .....................................................................................37



xv



DAFTAR LAMPIRAN



1. Kuesioner Anak 2. Kuesioner Ibu 3. Dokumentasi 4. Tabel Hasil Validitas Kuesioner 5. Lembar Plagiarisme 6. Lembar Permohonan Menjadi Responden 7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 8. Surat Studi Pendahuluan 9. Surat Uji Validitas/Kuesioner 10. Surat Izin Penelitian 11. Surat Balasan Penelitian 12. Jadwal dan Timeline Kegiatan Penelitian 13. Lembar Konsultasi



DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitas Diri Nama Tempat Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat



: : : : :



Tri Anggraini Megang Sakti, 23 April 1995 Perempuan Islam Jl. Pematang Jaya Gang Sido Mulyo Rt. 10 No. 35 Kel. Sidorejo Kec. Lubulinggau Barat 2 Lubuklinggau



Orang Tua Ayah Ibu Saudara No. HP Email



: : : : :



Bambang Sumiarsa Rita Sulawati, S. Pd. Firmansyah 081995823663 [email protected]



Riwayat Pendidikan Tahun 1999 – 2001 : TK Islam Al Hikmah Megang Sakti Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 10 Lubuklinggau SD Negeri 17 Lubuklinggau Tahun 2007 – 2010 : SMP Negeri 1 Lubuklinggau Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri 5 Lubuklinggau



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masa remaja adalah tahap antara masa kanak-kanak menuju dewasa karena pada masa ini memperlihatkan awal dari masa pubertas menuju masa kematangan seksual (Marpaung & Setiawan, 2012). Monks, et. al (2006) dikutip Munawaroh dan Susilawati (2014) berpendapat bahwa aspek perkembangan remaja secara global berlangsung antara 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12–15 tahun adalah remaja awal, usia 15–18 tahun adalah remaja pertengahan, dan usia 18–21 tahun adalah remaja akhir. Remaja mulai mengalami berbagai perubahan badan, perubahan status sosial, perubahan penampilan, perubahan sikap, perubahan seks dan perubahan organ-organ reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pertama (menarche) pada remaja perempuan, sedangkan remaja laki-laki akan mengalami mimpi basah pertama (polutio) (Suryati, 2012). Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh remaja adalah masalah personal hygiene, terutama pada remaja perempuan (Lestari & Anjarwati, 2015). Remaja perempuan lebih beresiko mengalami gangguan pada organ reproduksi dikarenakan memiliki 3 saluran utama, yaitu saluran uretra, saluran vagina, dan anus yang berhubungan langsung dengan daerah luar. Tidak seperti pada laki-laki yang memiliki saluran uretra yang lebih panjang, saluran uretra yang pendek pada perempuan akan meningkatkan resiko penyakit infeksi saluran kemih (ISK) bila tidak melakukan personal hygiene dengan tepat. Kebersihan dan kesehatan organ



reproduksi sudah sewajarnya membutuhkan perhatian yang lebih agar mampu menghasilkan keturunan (Manan, 2011; Farid, 2012). Mardani dan Priyoto (2010) menyebutkan bahwa personal hygiene atau perawatan diri dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, pencegahan penyakit, meningkatkan rasa percaya diri serta menciptakan keindahan. Vulva hygiene merupakan salah satu bagian dari personal hygiene selain kebersihan badan, tangan, kulit/kuku gigi dan rambut. Pengetahuan yang kurang mengenai vulva hygiene, seperti perilaku yang buruk ketika membersihkan daerah vulva dan vagina saat Buang Air Besar (BAB) atau Buang Air Kecil (BAK) menggunakan air yang tidak bersih dan salah arah saat membersihkannya, memakai pewangi, pembersih sabun, atau pembilas secara berlebihan, memakai celana yang ketat dan tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam serta jarang mengganti pembalut ketika menstruasi, sering membersihkan alat kelamin menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang tidak jelas komposisi kandungannya, menabur bedak, bahkan menyemprotkan parfum di dalam vagina dapat menjadi pencetus keputihan yang disebabkan oleh infeksi, benda asing, tumor, ataupun flora normal (Burhani, 2012; Ratna, 2010). Tidak adanya pengetahuan bagaimana cara mencukur rambut kemaluan dengan benar dan kurangnya pemahaman untuk mengeringkan daerah vulva dan vagina menggunakan handuk khusus setelah BAB dan BAK juga dapat menjadi pencetus timbulnya rasa gatal dan tidak nyaman di daerah kemaluan karena celana yang basah terkena air. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifa, et. al (2012) di SMA Negeri 9 Semarang bahwa 48% siswi menjawab salah untuk



3



pernyataan mengeringkan daerah vulva dan vagina menggunakan handuk khusus dan 49,2% siswa menjawab salah untuk pernyataan ketika memakai sabun harus dibasuh sampai bersih sebelum diberikan penyuluhan. Cholis (2016) menyebutkan bahwa dalam agama Islam juga telah ada ketetapan sunnah dari Rasullullah SAW. yang menganjurkan untuk mencukur rambut kemaluan, sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a: “Lima hal yang termasuk fitrah yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, membersihkan/menghilangkan bulu ketiak dan mencukur kumis.” (HR. Muslim). Rasullullah SAW. juga telah menentukan agar mencukur rambut kemaluan secara rutin tidak lebih dari 40 hari, sesuai dengan hadits yang diceritakan oleh sahabat Anas bin Malik r.a, yaitu: “Kami diberi waktu dalam memendekkan kumis, mencukur kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan agar tidak dibiarkan lebih dari empat puluh malam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wakhidah dan Wijayanti (2014) juga menyebutkan akibat kurangnya pemahaman dari vulva hygiene adalah terjadinya gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, infeksi saluran kemih, penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker leher lahim (Ca Serviks). Berdasarkan data statistika Indonesia tahun 2008, didapatkan bahwa terdapat 43,3 juta jiwa remaja berusia 15–24 tahun berperilaku tidak sehat dalam menjaga kebersihan organ reproduksinya (Maghfiroh, 2010). World Health Organization (WHO) juga



menyebutkan prevalensi infeksi vagina dialami oleh 25–50% wanita (Kissanti, 2008). Hariyani (2016) menjelaskan bahwa perempuan yang menderita radang panggul untuk pertama kalinya dapat menyebabkan kemandulan sebanyak 20 hingga 25%, untuk kedua kalinya sebanyak 30 hingga 35% dan untuk yang ketiga kalinya akan menjadi 60 sampai 75%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Pineleng pada tahun 2014, didapatkan bahwa 55 (93,2%) siswi mengalami keputihan dan sekitar 12 (20,3%) diantaranya diakibatkan karena kurangnya pengetahuan tentang kebersihan daerah organ reproduksi (Sondakh, 2014). Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai paling tidak saat usia remaja (Supatmi & Asta, 2015). Remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap, maupun tindakannya ke arah pencapaian reproduksi yang sehat (WHO, 1995 dikutip Supatmi & Asta, 2015). Hasil survei yang dilakukan oleh WHO di beberapa negara memperlihatkan adanya informasi yang baik dan benar dapat menurunkan permasalahan reproduksi pada remaja (Sari, et. al, 2013). Kurangnya pengetahuan remaja putri tersebut tidak lepas dari peran orang tua. Beberapa orang tua kurang memahami tentang kesehatan reproduksi dan ada juga orang tua yang bersikap malu serta menghindari untuk melakukan percakapan tentang kesehatan reproduksi, terutama masalah vulva hygiene (Khadijah, 2016). BKKBN (2014) menyatakan bahwa perlu ditekankan pada orang tua untuk melakukan pendidikan kesehatan reproduksi guna memberikan pengetahuan kepada anak-anaknya agar anak tidak mencaritahu sendiri sehingga anak dapat



5



dikontrol oleh orang tua (Herman, 2014). Kartono (2006) dikutip Farid (2012) juga mengungkapkan bahwa pendidikan sejak dini paling utama dimulai dari orang tua itu sendiri, terutama Ibu sehingga dapat disimpulkan bahwa peran untuk mengajarkan vulva hygiene pada anak perempuan sebaiknya diberikan pada Ibu. Ibu yang berperan sebagai pendidik dalam keluarga dapat memberitahu anaknya mengenai kebersihan daerah organ reproduksi, khususnya remaja putri karena Ibu merupakan salah satu sumber informasi untuk anak-anaknya. Ibu yang memiliki keterkaitan batin yang kuat pada seorang anak juga akan mempermudah transfer pengetahuan dan ilmu dari orang tua ke anak (Karomah, 2013). Mengutip kembali dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDATIN) (2015) tentang teman diskusi mengenai kesehatan reproduksi remaja usia 15–19 tahun di Indonesia tahun 2013 didapatkan hasil bahwa remaja perempuan menyukai sumber informasi berasal dari Ibu, tenaga kesehatan dan guru. Ibu diharapkan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya, terbuka dan kapan saja sampai anak benar-benar mengerti apa yang dimaksud (Dianawati, 2010). Sebaiknya Ibu lebih mengutamakan suatu komunikasi yang efektif untuk dapat menjelaskan dengan baik pada anak mengenai informasi yang akan ia berikan (Astutik, et. al, 2016). Kusmiran (2011) mengatakan bahwa bila komunikasi yang bersifat dialogis antara orang tua dan anak kurang terjalin, maka akan menyebabkan remaja mencari informasi yang tidak benar. Cicilia (2009) dikutip Atsani (2015) juga mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan Ibu, informasi yang dimiliki baik dari media maupun lingkungan mendukung, serta banyaknya



pengalaman Ibu yang baik akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya. Hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Padokan bahwa peran Ibu berupa pemberian informasi mengenai hygiene yang baik (46,7%) memiliki hubungan dengan hygiene yang baik pada anak ketika menstruasi (56,67%), karena siswa belajar tentang perubahan fisik pada masa pubertas dari orang tua atau Ibu, tetapi tidak semua Ibu memberikan informasi yang memadai kepada anaknya, bahkan sebagian enggan membicarakannya secara terbuka (Farid, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Khadijah (2016) di SMP Negeri 2 Ngaglik dan SMP Muhammadiyah 2 Mlati bahwa sumber informasi siswi mayoritas bersumber dari orang tua dengan masing-masing nilai 70% dan 63,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah sumber informasi yang paling efektif tentang kesehatan reproduksi bagi remaja. Ibu dianjurkan untuk dapat memberikan keterangan spesifik yang sederhana mengenai vulva hygiene kepada anak, seperti bagaimana arah yang benar ketika membersihkan daerah vulva dan vagina setelah BAB atau BAK dan mengeringkannya menggunakan tisu atau handuk khusus sebelum memakai kembali celana dalam, mengganti pembalut secara teratur 2 sampai 3 kali sehari atau setiap 4 jam sekali ketika menstruasi, memakai celana dalam yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat, atau memberitahu tahu cara mencukur rambut kemaluan yang benar (Sari, 2012). Selain mendidik anak dengan memberikan informasi dan pengetahuan yang bersifat komunikatif mengenai vulva hygiene, Ibu yang juga berperan sebagai panutan atau role model bagi anak-anaknya dianjurkan untuk memberikan contoh



7



yang benar dan mengawasi vulva hygiene anaknya. Hal ini karena setiap perilaku Ibu akan ditiru dan akan dijadikan panduan dalam perilaku anak (Halimah, 2015). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan teknik wawancara menunjukkan bahwa 6 dari 10 siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya tidak mengetahui informasi mengenai vulva hygiene maupun dampak yang ditimbulkan bila tidak melakukannya, para guru belum pernah memberikan informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja, dan orang tua, terutama Ibu juga belum pernah mengajarkan cara perawatan vulva hygiene dengan benar, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.



B. Rumusan Masalah Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan anak (Letsoin, et. al, 2015). Salah satunya dalam hal melakukan perawatan diri dan lingkungannya. Kurangnya dukungan dan latihan kemampuan pada remaja dalam hal tersebut akan mempengaruhi kemampuannya dalam melakukan perawatan diri, seperti kemampuan vulva hygiene pada remaja perempuan. Diperlukan dukungan dari keluarga dalam perawatan diri pada remaja karena salah satu tugas pokok keluarga adalah pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya dalam bentuk perilaku pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan (Jhonson & Leny, 2010). Untuk mengajarkan vulva hygiene pada anak perempuan, sebaiknya peran tersebut diberikan pada Ibu karena sebagai sesama perempuan anak akan lebih leluasa



untuk berdiskusi mengenai masalah kebersihan organ reproduksinya dan menerima nasihat-nasihat yang diberikan oleh Ibunya. Namun pada realitasnya, kebanyakan Ibu hanya memberikan sarana dan prasarana, tidak untuk pemahaman mengenai vulva hygiene atau memberikan contoh bagaimana cara melakukan vulva hygiene yang benar. Akibatnya anak akan sembarangan dalam merawat organ genitalia eksternanya dan tidak mengetahui dampak yang akan ditimbulkan. Berdasarkan fenomena yang telah dijabarkan, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahuinya hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.



C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara peran ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya.



2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran dari peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat terhadap vulva hygiene remaja. b. Mengetahui gambaran vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. c. Mengetahui gambaran status sosial ekonomi siswi kelas XI SMA Negeri 1



9



Indralaya. d. Menganalisis hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. e. Menganalisis hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. f. Menganalisis hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. g. Menganalisis hubungan antara status sosial ekonomi terhadap peran Ibu pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya



D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, pemahaman dan wawasan baru di bidang keperawatan serta sebagai sumber referensi atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, serta menjadi masukan dalam ilmu keperawatan mengenai vulva hygiene.



2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya untuk menerapkan vulva hygiene sehingga akan tercapai derajat kesehatan reproduksi yang optimal.



b. Bagi Pendidikan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan cara melakukan vulva hygiene bagi mahasiswa yang sedang menjalankan profesi keperawatan keluarga dan pengabdian terhadap masyarakat. c. Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan sebagai bahan referensi bagi perawat untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga dengan memberikan penyuluhan kepada Ibu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi mengenai vulva hygiene pada remaja putri melalui kerja sama dengan unit kesehatan sekolah sehingga Ibu dapat memahami aspek penting dalam mendukung remaja putri melakukan vulva hygiene.



E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berada dalam lingkup keperawatan keluarga dan komunitas yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Indralaya. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode pendekatan cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah siswi kelas XI sebanyak 104 orang yang selanjutnya diberikan kuesioner tertutup dengan menggunakan skala pengukuran Guttman yang berkaitan dengan penelitian ini



11



untuk diisi oleh para siswi dan Ibu yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi square. Penelitian ini dimulai pada tanggal 17 Mei 2017.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Peran Ibu 1. Definisi Peran Ibu Peran adalah konsep tentang seperangkat tingkah laku yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat, meliputi tuntutan-tuntutan perilaku dari masyarakat dan penting bagi struktur sosial masyarakat sehingga bersifat stabil (Kozier, 1995 dikutip Mubarak, 2009; Sari, 2009 dikutip Nurmalisa & Adha, 2016). Peran mencerminkan posisi seseorang dalam sistem sosial dengan hak dan kewajiban, kekuasaan dan tanggung jawab yang menyertainya (Agustina, 2009). Setiap individu memiliki perannya masing-masing dalam suatu sistem, tak terkecuali dengan Ibu dalam sebuah sistem yang disebut keluarga. Ibu adalah pondasi dari sebuah rumah tangga, jantung keluarga dan tokoh sentral dalam melaksanakan kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2012), Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Ibu adalah seorang perempuan yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan anak dengan cinta dan kasih sayang seutuhnya agar menjadi seorang yang berguna diberbagai bidang serta menjadi panutan dan teladan bagi anak (Ludira, 2012). Peran Ibu mulai diidentifikasi pada awal setiap kehidupan seorang wanita, yaitu melalui memori-memori ketika ia diasuh oleh Ibunya sebagai seorang anak (Bobak et. al, 2005). Rubin (1967) dikutip Bobak et. al (2005)



13



mengemukakan bahwa wanita “menerapkan” dan menguji perannya sebagai Ibu dengan mengambil contoh Ibunya sendiri atau wanita lain pengganti Ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan pengalaman. Gunarsa (200) dikutip Halimah (2015) mengemukakan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam perkembangan anak, yaitu 1) sebagai orang tua, dengan membesarkan, merawat, memelihara dan memberikan kesempatan berkembang; 2) sebagai guru, dengan mengajarkan ketangkasan motorik, keterampilan melalui latihan-latihan mengajarkan peraturan-peraturan, tata cara keluarga, tata lingkungan, masyarakat dan menanamkan pedoman hidup bermasyarakat; 3) sebagai tokoh teladan, karena orang tua menjadi tokoh yang ditiru pola tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara dan sebagainya; serta 4) sebagai pengawas, dengan memperhatikan dan mengamati tingkah laku anak agar tidak melanggar peraturan di rumah atau di luar lingkungan keluarga (tidak-jangan-stop). a. Peran Ibu sebagai Pendidik Seorang Ibu memegang peranan yang sangat penting dalam keluarga, misalnya mengurusi, memelihara dan merawat keluarganya termasuk kondisi kesehatan dan hygiene keluarga. Ibu adalah guru pertama bagi anakanaknya, Ibu sebagai panutan serta cermin dalam mendidik dan membesarkan anak, menjadi inspirasi dan motivasi bagi seseorang untuk terus memberikan yang terbaik dalam hidupnya (Kuriah, 2011). Ibu bukan



hanya sebatas melahirkan, merawat dan menjaga anaknya, melainkan menjalankan fungsinya sebagai pendidik (Meilani, 2016). Menurut Effendy (2012), peranan Ibu adalah sebagai istri dan Ibu dari anak-anaknya, mengurus rumah tangga dan pendidik anak-anaknya, pelindung anggota masyarakat, serta perncari nafkah tambahan dalam keluarganya. Peranan Ibu dalam pendidikan anaknya adalah sebagai pendidik dalam segi emosional, sebagai sumber dan pemberi kasih sayang, tempat mencurahkan isi hati, pemelihara, pembimbing hubungan pribadi, serta pengatur kehidupan dalam rumah tangga (Martsiswati & Suryono, 2014). Sarwono (2008) dikutip Farid (2012) juga menegaskan kembali bahwa peran Ibu penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada masa remaja awal karena dengan melalui Ibu, remaja mengenal berbagai proses seksual yang terjadi pada tubuhnya. Ibu yang berperan sebagai pendidik dan pemelihara kesehatan dalam keluarga dapat memberitahu dan menerapkan perilaku kebersihan organ reproduksi pada masing-masing anggota keluarganya, seperti mengenai vulva hygiene pada anak perempuannya. Ibu mengemban tugas dalam pembentukan karakter anak, termasuk perilaku hygiene yang akan dibawa hingga mereka dewasa dan memiliki keluarganya sendiri.



b. Peran Ibu sebagai Role Model Role model adalah seseorang yang tingkah lakunya kita contoh, tiru dan diikuti (Hestia, et. al, 2013). Salah satu metode atau cara mendidik anak



15



adalah dengan memberikan contoh atau menyuruh mencontoh sehingga akan terbentuk tingkah laku yang kemudian menjadi kebiasaan anak (Halimah, 2015). Hal ini dikarenakan anak adalah individu yang gemar melakukan imitasi dan modelling dengan menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, baik yang dilakukan secara sadar atau tidak sadar (Aritonang, 2015). Noor (2002) dikutip Putri (2012) menyebutkan bahwa peran Ibu adalah pemuas kebutuhan anak, sebagai teladan atau “model” peniruan anak dan sebagai pemberi stimulasi bagi perkembangan anak. Selain mendidik anak dengan memberikan informasi dan pengetahuan yang bersifat komunikatif mengenai vulva hygiene, Ibu juga dapat memberikan contoh yang benar dan mengawasi vulva hygiene anaknya agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi pada anak. Hastuti (2016) menjelaskan bahwa seharusnya pendidikan tidak hanya diajarkan saja pada anak, namun akan lebih berhasil jika Ibu memberikan contoh secara langsung melalui perbuatan dan kebiasaan seharihari.



c. Peran Ibu sebagai Sahabat Ibu dapat menjadi mitra anak sehingga kadangkala Ibu harus siap menjadi pendengar yang baik dan setia untuk memberikan kenyamanan dan ketentraman bagi anak. Anak pertama kali melakukan interaksi komunikasi dalam lingkungan keluarga terutama dengan orang yang paling dekat dengannya, yaitu Ibu (Fajri & Khairani, 2011). Ibu dapat memberikan informasi mengenai vulva hygiene kepada anaknya karena Ibu yang



memiliki keterkaitan batin yang kuat pada seorang anak akan mempermudah transfer pengetahuan dan ilmu dari orang tua ke anak (Karomah, 2013). Ibu dapat memberitahukan mengenai proses terjadinya menstruasi secara biologis ketika anak telah memasuki masa pubertas, kebersihan diri saat menstruasi, dukungan emosional dan dukungan psikologis (Aboyeji, et. al, 2005 dikutip Fajri & Khairani, 2011). Ibu juga dapat membagi pengalamannya selama melakukan vulva hygiene. Anak akan merasa diperhatikan dan membuat kepercayaan dirinya meningkat sehingga anak akan lebih leluasa dalam berdiskusi mengenai masalah kebersihan organ reproduksinya serta mudah menerima nasihat-nasihat yang diberikan oleh Ibu sebagai sesama perempuan. Hal ini dikarenakan komunikasi yang dilakukan oleh Ibu pada anak biasanya berlangsung secara tatap muka dan dua arah (interpersonal) sehingga menimbulkan efek tertentu berupa respon dan umpan balik segera (feedback) (Fajri & Khairani, 2011).



2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Ibu Seorang Ibu dalam melakukan perannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Usia Ibu Pada usia 20-35 tahun, secara fisik maupun mental telah mampu atau telah memiliki kesiapan menerima peran sebagai istri dalam rumah tangga sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan anak karena Ibu yang telah dewasa secara psikologi akan lebih terkendali emosi maupun



17



tindakannya bila dibandingkan dengan para Ibu muda yang masih menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya (Oktafiani, et. al, 2014). Hal ini akan mempengaruhi peran Ibu ketika anak perempuannya pertama kali mendapat menstruasi dan dalam mengajarkan vulva hygiene yang benar. WHO (1993) dikutip Enggriani (2015) membagi rentang usia Ibu menjadi 3 bagian, yaitu 1) usia Ibu kurang dari 20 tahun; 2) usia Ibu dalam rentang 20-30 tahun; dan 3) usia Ibu lebih dari 30 tahun.



b. Pendidikan Ibu Menurut Notoatmodjo (2007) dikutip Enggriani (2015), pendidikan adalah suatu kegiatan atau pembelajaran untuk meningkatkan suatu kemampuan, dengan demikian sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Astutik, et. al (2016) menyebutkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan mempengaruhi/informasi yang dimilikinya. Cicilia (2009) dikutip Atsani (2015) mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan Ibu akan membuat Ibu mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya. Retnosari, et. al (2012) membagi tingkat pendidikan Ibu menjadi rendah (sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama) dan tinggi (sekolah menengah atas hingga perguruan tinggi).



c. Pengetahuan Ibu Jika informasi yang dimiliki baik dari media maupun lingkungan mendukung dan banyaknya pengalaman Ibu yang baik akan membuat Ibu



mampu memberikan peran yang baik untuk anaknya (Cicilia, 2009 dikutip Atsani, 2015). Pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuannya karena pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang (Enggriani, 2015). Teori Mencer menyatakan bahwa pencapaian peran Ibu diperoleh melalui sosialisasi seumur hidup yang menentukan bagaimana Ibu menjelaskan dan merasakan peristiwa atau persepsinya tentang vulva hygiene dan orang lain terhadap perannya sebagai Ibu sepanjang situasi kehidupannya (Bryar, 2008).



d. Pekerjaan Ibu Persepsi kelompok sosial Ibu mengenai peran feminim juga membuat Ibu condong memilih peran sebagai Ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah dan mandiri daripada interdependen (Bobak et. al, 2005). Ibu yang memilih untuk bekerja atau menjadi wanita karir akan memiliki peran ganda. Menurut Lerner (2001), Ibu bekerja adalah seorang Ibu yang bekerja di luar rumah menjadi tenaga kerja untuk mendapatkan penghasilan di samping membesarkan dan mengurus anak di rumah dengan penggolongan umur anak dari umur 0-18 tahun. Untuk Ibu yang memilih tidak bekerja, tentunya memiliki waktu yang lebih banyak yang dapat dihabiskan bersama anak mereka. Mereka dapat melatih dan mendidik anak sehingga perkembangan bahasa dan prestasi akademik anak lebih baik jika



19



dibandingkan dengan anak Ibu yang bekerja (McIntosh & Bauer, 2006 dikutip Purnama, 2011). Kedekatan yang terbentuk antara Ibu dan anak akan membuat sang anak lebih mudah berkomunikasi dengan Ibu mereka pada saat mereka berada di tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Menengah Atas (SMA) (Purnama, 2011). Hal ini dapat menjadi kesempatan Ibu untuk memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan dalam menjaga kebersihan tubuh, terutama pada daerah kemaluan (vulva hygiene) pada anak perempuannya.



e. Jenis Pola Asuh Ibu Pada awal kehidupannya, anak akan memperoleh pendidikan pertama dari keluarga, khususnya orang tua dalam bentuk pola asuh, sikap atau tingkah laku oleh orang tua (Jannah, 2012). Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi perilaku yaitu directive behavior dan supportive behavior. Directive behavior melibatkan komunikasi searah dimana Ibu menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, dimana, kapan dan bagaimana melakukan suatu tugas, sedangkan supportive behavior melibatkan komunikasi dua arah dimana orang tua mendengarkan anak, memberikan dorongan, membesarkan hati, memberikan teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku anak (Prasetya, 2003 dikutip Silalahi, 2014). Baumrind dikutip Sugiyanto (2015) mengemukakan teori pola asuh



orang tua bahwa jenis pola asuh terdiri atas pola asuh otoriter, pola asuh autoriratif dan pola asuh permisif.



f. Status Sosial Ekonomi Saiin (2015) menyebutkan bahwa status sosial ekonomi adalah suatu kondisi yang menggambarkan kedudukan seseorang atau keluarga dalam masyarakat berdasarkan kondisi kehidupan ekonomi atau kekayaan. Menurut Noor (2002) dikutip Rahmawati (2010), secara umum kelas sosial dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu: 1) kelas atas (upper class), masyarakat dalam golongan ini adalah kelompok konglomerat, kelompok eksekutif dan seterusnya dimana segala kebutuhan hidup dapat terpenuhi sehingga pendidikan akan memperoleh prioritas utama karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sangat besar; 2) kelas menengah (middle class), biasanya diisi oleh kaum profesional serta para pemilik toko dan bisnis yang lebih kecil dengan kedudukan orang tua dalam masyarakat terpandang sehingga pendidikan dalam keluarga cukup mendapatkan perhatian dan mereka tidak merasa khawatir akan kekurangan walaupun penghasilan yang mereka peroleh tidak berlebihan tetapi mereka mempunyai sarana dan prasarana yang cukup; dan 3) kelas bawah (lower class), mereka yang termasuk dalam kategori ini adalah orang miskin dan kehilangan ambisi dalam menggapai pendidikan yang lebih tinggi, seperti pembantu rumah tangga, pengangkut sampah dan lain-lain sehingga menyebabkan penghargaan mereka terhadap kehidupan



21



serta pendidikan keluarga sangat kecil dan sering kali diabaikan karena sangat membebankan mereka dengan alasan-alasan ekonomi dan sosial. Hal ini juga berlaku terhadap pandangan mereka terhadap kesehatan karena kesehatan merupakan kebutuhan yang utama dan menjadi prioritas yang mendasar (Aryandhini, 2013). Dewan Pengupahan Provinsi SUMSEL (2015) dikutip Enggriani (2015) membagi penghasilan setiap kepala keluarga berdasarkan UMP (Upah Minimun Provinsi) sebesar Rp. 2.213.001,00, yaitu berada di atas UMP dan di bawah UMP. Lingkungan sosial juga mendukung tingginya pengetahuan seseorang bila ekonominya baik dan tingkat pendidikannya tinggi maka tingkat pengetahuan akan tinggi pula (Maliono, et. al, 2007 dikutip Lestari, 2015).



B. Organ Reproduksi Wanita 1. Organ Genitalia Eksterna Genitalia eksterna wanita terdiri dari vulva atau pudendum, mons pubis atau mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum, introitus atau hymen dan perineum. Vulva membentang dari mons pubis sampai tepi perineum. Mons pubis merupakan jaringan lemak subkutan dari jaringan konektif yang melapisi simpisis pubis dan ditumbuhi oleh rambut halus serta dilengkapi kelenjar sebasea setelah masa pubertas. Labia mayora (dua lipatan kulit yang menyatu dengan mons pubis dan berhubungan dengan perineum



pada bagian bawah) yang berfungsi menutup dan mencegah masuknya organisme. Labia minora membentang dari bawah klitoris sampai fourchette merupakan lipatan jaringan tipis dibawah labia mayora dan tidak memiliki folikel rambut. Labia minora memiliki banyak pembuluh darah, saraf dan otot sehingga berwarna merah dan lebih sensitif serta bersifat erektil. Klitoris berbentuk pendek dan silindris di superior vulva tepat dibawah arkus pubis. Klitoris bersifat sangat erektil dan sensitif terutama pada ujung badan klitoris. Vestibulum yang terdiri dari lubang muara uretra, vagina serta ductus glandula Bartholini kanan dan kiri terletak diantara klitoris, labia mayora dan fourchette. Hymen merupakan daerah di bawah vestibulum yang bersifat elastis. Perineum yang merupakan jaringan otot dalam menopang dan menjaga rongga panggul tetap pada tempatnya terletak antara inroitus vagina dan anus.



2. Organ Genitalia Interna Genitalia interna wanita terdiri dari vagina, uterus, tuba uterina atau tuba fallopii dan ovarium. Vagina merupakan saluran muskular elastis mulai dari vestibulum sampai dengan serviks yang terletak antara kandung kemih, uretra dan rectum serta dilumasi oleh cairan servik. Cairan tersebut memilik pH sekitar 4,5 untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Uterus merupakan organ muskular berbentuk kantong seperti buah pear yang terletak di rongga pelvis antara kandung kemih dan rektum. Posisi uterus anteflesi (menekuk dan maju ke depan) dan memiliki panjang sekitar 7,5 cm serta berat kira-kira 600 gram. Tuba uterina atau tuba fallopii merupakan saluran tempat ovum berjalan



23



menuju uterus. Tuba fallopii memiliki panjang sekitar 10 cm dan diameter 0,7 cm yang letaknya menggantung diantara ligamen uterus. Ovarium yang merupakan kelenjar yang berada di permukaan posterior ligamentum latum, didekat infundibulum yang berbentuk seperti buah almond, berwarna putih keruh dengan panjang 4 cm, lebar 0,4 cm dan berat sekitar 3 gram. (Tarwoto, et. al, 2011).



C. Vulva Hygiene 1. Definisi Hygiene Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran dan infeksi sehingga manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri (personal hygiene) agar tetap sehat, tidak berbau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri ataupun orang lain (Anindya, 2013). Perilaku personal hygiene adalah suatu pemahaman, sikap dan praktik yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, pencegahan penyakit, meningkatkan rasa percaya diri serta menciptakan keindahan. (Mardani & Priyoto, 2010). Personal hygiene meliputi mencuci tangan, mandi secara teratur, menyikat gigi secara teratur, membersihkan hidung dan perawatan kuku (Nurhayati, 2014).



2. Definisi Vulva Hygiene Vulva hygiene adalah suatu tindakan membersihkan daerah kewanitaan, yaitu bagian vulva dan daerah sekitarnya untuk pemenuhan kebutuhan dan



menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Sasmita, 2015). Elmart (2012) menyebutkan bahwa vulva hygiene adalah cara menjaga dan merawat kebersihan organ kelamin bagian luar. Manfaat dari perawatan vulva dan vagina itu sendiri adalah untuk menjaga vulva dan daerah sekitar agar tetap bersih, mencegah infeksi, memberikan rasa nyaman, mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap, gatal-gatal dan menjaga pH vagina tetap normal (± 3.8 hingga 4.2) (Sasmita, 2015; Siswone, 2001 dikutip Timbawa, et. al, 2015; Jahić, et. al, 2006).



3. Dampak Mengabaikan Vulva Hygiene Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi (Triyani & Sulistiani 2013). Wakhidah dan Wijayanti (2014) juga menyebutkan akibat kurangnya pemahaman dari vulva hygiene adalah terjadinya gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, infeksi saluran kemih (ISK), penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker leher lahim (Ca Serviks). a. Keputihan (fluor albus, leukorea, white discharge) Keputihan adalah keluarnya cairan bukan darah yang dari alat genital (Sarwono, 2008 dikutip Triyani & Sulistiani 2013). Normalnya, cairan tersebut tidak berwarna (bening), tidak berbau dengan jumlah yang tidak terlalu banyak dan tanpa rasa panas atau nyeri. Namun, jika keputihan tidak normal biasanya akan berwarna kuning, hijau atau keabu-abuan, berbau amis



25



atau busuk, jumlahnya banyak disertai gatal dan rasa panas atau nyeri di daerah vagina (Agustini, 2007 dikutip Sondakh, et. al, 2014). b. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Soeliongan, et. al (2013) menjelaskan bahwa ISK adalah sebuah kondisi medis umum dengan diagnosis pasti penemuan bakteriuri yang bermakna (bakteri patogen ≥ 10 5/mL urin porsi tengah). Mikroorganisme tersebut antara lain Escherichia coli, Enterobacter sp., Klebsiella sp., Pesudomonas aeurginosa,



Proteus



mirabilis,



Staphylococcus



saprophyticus



dan



Staphylococcus aureus (Porth, et. al, 2008 dikutip Sari, 2015). c. Penyakit Radang Panggul (PRP) Hariyani (2016) menjelaskan bahwa penyakit radang panggul atau dapat diartikan sebagai pretty international disease atau prostitute international disease memiliki komplikasi lanjut penyakit berjalan menahun dengan keluhan ketidaknyamanan di daerah kemaluan, gangguan menstruasi, nyeri saat menstruasi (dismenorea), nyeri saat berhubungan seks (dispareunia) dan keputihan (leukorea). d. Kanker Leher Rahim (Ca Serviks) Penyebab langsung ca serviks masih belum diketahui, namun ada bukti kuat kejadiannya mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang menikah, insidensi meningkat dengan tingginya paritas apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat, mereka dalam golongan sosial ekonomi rendah karena hygiene seksual yang jelek atau aktivitas seksual yang sering berganti-ganti



pasangan/promiskuitas, jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya disunat (sirkumsisi), sering ditemukan pada wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Popilloma Virus) – tipe 16 atau 18, pada wanita yang merokok dan pada gadis yang koitus pertama (coitarche) dialami pada usia amat muda (< 16 tahun) (Sarwono, 1999 dikutip Setyarini, et. al, 2016).



4. Perilaku Vulva Hygiene Notoadmodjo (2010) dan Meliza (2012) menyebutkan bahwa terdapat beberapa perilaku yang dapat menjaga kebersihan organ reproduksi, yaitu: 1) Membasuh vagina dari arah depan ke belakang dengan hati-hati menggunakan air bersih setelah BAK, BAB dan mandi. 2) Menggunakan celana dalam yang bersih, kering dan terbuat dari bahan katun. 3) Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari. 4) Menggunakan pembalut yang berbahan lembut, menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang membuat alergi (parfum atau gel) dan merekat baik pada celana dalam. 5) Mengganti pembalut minimal 3 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri. 6) Menghindari penggunaan handuk atau waslap milik orang lain untuk mengeringkan vagina.



27



7) Mencukur sebagian rambut kemaluan untuk menghindari kelembapan di daerah vagina.



D. Remaja Remaja atau adolescence dalam bahasa latin berarti tumbuh ke arah kematangan (Kumalasari & Adhyanto, 2013). Banyak orang yang menyebut masa remaja dengan istilah puber, di Amerika menyebutnya adolesensi, sedangkan masyarakat Indonesia menyebutnya akil baligh, pubertas, atau remaja (Irianto, 2010). Mussen (1994) dikutip Ludira (2012) menyebutkan bahwa masa remaja dengan batas usia antar 12-25 tahun merupakan masa topan badai karena pada masa tersebut timbul gejolak dalam diri akibat pertentangan nilai akibat kebudayaan yang makin modern. 1. Tahapan Remaja Aspek perkembangan remaja secara global berlangsung antara 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12–15 tahun adalah remaja awal, usia 15–18 tahun adalah remaja pertengahan, dan usia 18–21 tahun adalah remaja akhir (Monks, et. al, 2006 dikutip Munawaroh dan Susilawati, 2014). Marmi (2015) menjelaskan bahwa berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati beberapa tahapan dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, yaitu: a. Masa Remaja Awal (early adolescence) Usia remaja pada rentang masa ini adalah 11-13 tahun dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan



lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya. b. Masa Remaja Pertengahan (middle adolescence) Remaja pada masa ini (14-16 tahun) mulai mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang seksual, serta mempunyai rasa cinta yang mendalam. c. Masa Remaja Akhir (late adolescence) Rentang usia remaja pada masa ini adalah 17-20 tahun dengan ciri khas mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, pengungkapan kebebasan diri dan dapat mewujudkan rasa cinta. Tahapan ini mengikuti pola konsisten masingmasing individu, namun tidak memiliki ciri yang jelas karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.



2. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja Menurut Marmi (2015), terdapat 3 dimensi perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja, yaitu: a. Dimensi Biologis Ketika seorang anak memasuki masa pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche) pada remaja putri atau mimpi basah pertama (polutio) pada remaja putra. Secara biologis, anak telah memiliki kemampuan untuk bereproduksi karena sistem reproduksi sudah aktif. Perubahan fisik pada remaja juga terjadi seperti payudara mulai



29



berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut di daerah ketiak dan kemaluan pada anak perempuan, sedangkan pada anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, otot-otot membesar, alat kelamin menjadi lebih besar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. b. Dimensi Kognitif Piaget (2007), seorang ahli perkembangan kognitif, mengatakan bahwa remaja merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan dan dapat dengan mudah membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Mereka mampu memproses informasi yang didapatnya dan mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri, serta mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi dan rencana untuk masa depan. c. Dimensi Sosial Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai membuat penilaian sendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang ada di lingkungan mereka dengan mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya. Remaja secara kritis lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.



E. Peran Perawat Jhonson & Lenny (2010) berpendapat bahwa tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan



keluarga



dengan



meningkatkan



kemampuan



keluarga



dalam



mengidentifikasi masalah kesehatan, menganggulangi masalah-masalah kesehatan dasar, mengambil keputusan yang tepat, memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya, serta meningkatkan produktivitas keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Perawat juga ikut berperan aktif dalam perawatan keluarga, yaitu: 1. Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga agar keluarga dapat memberikan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga (Jhonson & Lenny, 2010). Perawat dapat membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan gejala penyakitnya sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik dengan menerapkan strategi pengajaran selama pelaksanaan tindakan keperawatan kemudian menilai hasil yang telah didapat (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009). 2. Koordinator Perawat



berperan



dalam



mengarahkan,



merencanakan



dan



mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan sehingga



31



pelayanan yang komprehensif dapat tercapai (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009; Jhonson & Lenny, 2010). 3. Konsultan Perawat sebagai narasumber dan tempat konsultasi bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik dengan bersikap terbuka dan dapat dipercaya (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009; Jhonson & Lenny, 2010). Perawat dapat memberikan solusi dalam mengatasi masalah terkait rasa tidak nyaman ketika sedang keputihan karena telah mengabaikan vulva hygiene atau menghindari penyakit lain seperti infeksi saluran kemih, penyakit radang panggul dan ca serviks kepada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya dengan memberikan pengarahan untuk menerapkan vulva hygiene setiap hari. 4. Kolaborasi Peran



perawat



sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara



bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit dan tim kesehatan lain agar tercapai tahap kesehatan keluarga yang optimal (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009; Jhonson & Lenny, 2010). Perawat dapat bekerja sama dengan profesi lain seperti guru untuk memberikan penyuluhan kepada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya melalui kegiatan ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) dan Unit Kesehatan Sekolah (UKS). 5. Pembaharu Perawat



merupakan



agen



perubahan



karena



perawat



yang



mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk



berubah, menunjukkan dan menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan yang dapat meningkatkan kesehatan klien tersebut dan membina serta mempertahankan hubungan membantu sehingga tercipta perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009; Wijayaningsih, 2013). Perawat dapat merubah vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya yang kurang dan salah agar tercapainya kesehatan reproduksi remaja yang optimal. 6. Advokat Perawat



bertanggung



jawab



untuk



membantu



keluarga



dalam



mengintepretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, serta mempertahankan, melindungi dan membela hak-hak klien yang tidak dapat berbicara untuk dirinya (Doheny, 1982 dikutip Mubarak, 2009; Wijayaningsih, 2013). 7. Penemu dan Manajemen Kasus Perawat harus dapat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini agar tidak terjadi ledakan atau wabah serta menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi fragmentasi dan meningkatkan kualitas hidup keluarga (Jhonson & Lenny, 2010; Wijayaningsih, 2013).



33



8. Pelaksana Perawat diharapkan dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga dapat melakukan asuhan langsung pada anggota keluarga yang sakit (Jhonson & Lenny, 2010). 9. Pengawas Kesehatan Perawat harus mealukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga (Jhonson & Lenny, 2010). 10. Fasilitator Perawat dapat membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya dengan cara mengetahui sistem pelayanan kesehatan (sistem rujukan, dana sehat dan lain-lain) (Jhonson & Lenny, 2010). 11. Modifikasi lingkungan Perawat juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang sehat (Jhonson & Lenny, 2010).



F. Penelitian Terkait 1. Atsani (2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran ibu dengan perilaku vulva hygiene saat menstruasi pada siswi SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah desktiptif korelasi dengan menggunakan



pendekatan waktu cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan jumlah responden 54 orang siswi kelas 2 di SMP Negeri 1 Pleret. Hasil dari penelitian menggunakan kuesioner tertutup yang terdiri dari 20 soal peran Ibu dan 21 soal perilaku vulva hygiene saat menstruasi menunjukkan korelasi antara peran Ibu dalam memberikan informasi pada siswi kelas 2 di SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta dengan perilaku vulva hygiene saat menstruasi sebesar 0,310 dengan nilai signifikan (ρ) 0,023 yang artinya terdapat hubungan antara peran Ibu dengan perilaku vulva hygiene saat menstruasi pada siswi kelas 2 di SMP Negeri 1 Pleret Bantul Yogyakarta.



2. Farid (2012) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran Ibu terhadap perilaku higiene remaja awal yang mengalami menstruasi di SDN 1 Padokan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian non-eksperimen dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yakni keseluruhan anak yang sudah mengalami menstruasi. Hasil dari penelitian mengenai hubungan peran ibu terhadap perilaku higiene remaja awal yang mengalami menstruasi di SDN 1 Padokan menunjukkan hasil peran Ibu berupa pemberian informasi mengenai hygiene yang baik saat menstruasi (46,7%) berhubungan dengan perilaku hygiene ketika menstruasi anak yang baik (56,67%).



35



3. Lestari dan Anjarwati (2015) Penelitian ini untuk mengetahui hubungan peran ibu sebagai pendidik dengan perilaku personal hygiene siswi SMP Negeri 1 Tangen Sragen kelas VII tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah study korelasi menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling sebanyak 75 siswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan peran Ibu sebagai pendidik dengan perilaku personal hygiene siswi SMP Negeri 1 Tangen kelas VII tahun 2014 dengan chi kuadrat hitung sebesar 15,176 > chi kuadrat tabel 3,68 dengan tingkat hubungan sedang.



G. Kerangka Teoritis Skema 2.1 Kerangka Teoritis Peran Ibu 1.



Pemberi informasi



1. Pendidik



2.



Pembentuk karakter/perilaku



2. Role model



3.



Panutan



3. Sahabat



4.



Teman diskusi



5.



Mengawasi



4. Istri



Remaja



Tahapan remaja:



5. Pengurus rumah



a. Masa Remaja Awal (early Faktor yang mempengaruhi:



tangga



1. Pendidikan Ibu



6. Pencari nafkah



2. Usia Ibu



tambahan



3. Pengetahuan Ibu



7. Anggota masyarakat



4. Pekerjaan Ibu 5. Jenis pola asuh Ibu



adolescence): 11-13 tahun b. Masa Remaja Pertengahan (middle adolescence): 14-16 tahun c. Masa Remaja Akhir (late adolescence): 17-20 tahun



6. Status sosial ekonomi



Dampak mengabaikan vulva hygiene:



Vulva Hygiene



1. Fluor Albus



Remaja



2. Infeksi Saluran Kemih 3. Penyakit Radang Panggul 4. Ca Serviks



1.



Membasuh vagina dengan benar



2.



Pemakaian dan penggunaan celana dalam yang benar



3.



Pemakaian dan penggunaan pembalut yang benar



4.



Menjaga daerah organ reproduksi tetap kering



Sumber: Aboyeji, et. al (2005) dikutip Fajri & Khairani (2011); Effendy (2012); Karomah (2013); Kuriah (2011); Marmi (2015); Martsiswati & Suryono (2014); Noor (2002) dikutip Putri (2012); Notoadmojo (2010); Notoadmodjo (2003) dikutip Lestari (2015) Meliza (2012); Wakhidah & Wijayanti (2014)



BAB III METODE PENELITIAN



A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan kerangka kerja penelitian yang menghubungkan beberapa teori sehingga membentuk sebuah pola pikir atau kerangka pikir. Kerangka kerja penelitian juga dapat terinspirasi dari kerangka konsep atau kerangka model teori keperawatan (Suyanto, 2011 dikutip Putra, 2012). Skema 3.1 Kerangka Konsep Variabel Independen



Variabel Dependen



Peran Ibu 1. Pendidik 2. Role model



Vulva hygiene remaja



3. Sahabat



Variabel Confounding Status sosial ekonomi



B. Desain Penelitian Putra (2012) mengatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu pendekatan yang menekankan pada waktu pengukuran data hanya satu kali pada satu waktu (Putra,



2012). Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dan vulva hygiene pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Alat untuk mengumpulkan data menggunakan kuesioner tertutup yang terdiri dari aspek peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat serta vulva hygiene.



C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai pendidik terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. 2. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai role model terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. 3. Ada hubungan antara peran Ibu sebagai sahabat terhadap vulva hygiene siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya. 4. Ada hubungan antara status sosial ekonomi terhadap peran Ibu dalam keluarga.



39



D. Definisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Definisi Operasional No. Variabel



Definisi Operasional



Cara Ukur



Hasil Ukur



Skala



Variabel Independen (Peran Ibu) 1.



Pendidik



Kegiatan Ibu dalam memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalamannya mengenai vulva hygiene pada anak



2.



Role Model



Seorang Ibu menjadi peran teladan atau contoh teladan untuk anaknya, misalnya dalam melakukan vulva hygiene



3.



Sahabat



Peran Ibu dalam menemani anak belajar, menjadi pendengar aktif dan menegur kesalahan yang dilakukan anak demi kebaikannya, termasuk ketika anak salah dalam melakukan vulva hygienenya



Menggunakan kuesioner dengan skala Guttman dengan kategori jawaban: 1: ya 0: tidak (Azwar, 2014) Menggunakan kuesioner dengan skala Guttman dengan kategori jawaban: 1: ya 0: tidak (Azwar, 2014) Menggunakan kuesioner dengan skala Guttman dengan kategori jawaban: 1: ya 0: tidak (Azwar, 2014)



2. Baik: jika skor Nominal jawaban ≥ 70 1. Kurang: jika skor jawaban < 70



2. Baik: jika skor Nominal jawaban ≥ 64 1. Kurang: jika skor jawaban < 64



2. Baik: jika skor Nominal jawaban ≥ 70 1. Kurang: jika skor jawaban < 70



Variabel Dependen 4.



Vulva Hygiene



Suatu tindakan remaja dalam membersihkan daerah kewanitaannya, yaitu bagian vulva dan daerah sekitarnya



Menggunakan 2. Baik: jika skor Nominal kuesioner jawaban ≥ 68 dengan skala 1. Kurang: jika skor Guttman dengan jawaban < 68 kategori jawaban: 1: ya



0: tidak (Azwar, 2014) 5.



Status Sosial Ekonomi



Pendapatan/ penghasilan yang diperoleh keluarga dalam satu bulan



Responden 2. Di atas UMP ≥ Nominal mengisi Rp. 2.213.001,kuesioner yang 1. Di bawah UMP < berupa data Rp. 2.213.001,pengahasilan (Dewan Pengupahan responden Provinsi SUMSEL, selama satu UMP 2015) bulan



E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Notoadmodjo, 2012). Populasi yang terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya yang berjumlah 123 orang.



2. Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1 Indralaya yang duduk di kelas XI dan Ibu. Perhitungan jumlah sampel sesuai dengan yang direncanakan. Adapun kriteria inklusi adalah: a. Siswi kelas XI yang bersekolah di SMA Negeri 1 Indralaya. b. Siswi yang berusia antara 17-20 tahun. c. Ibu yang berusia di atas 30 tahun. d. Ibu yang berpendidikan tinggi (SMA hingga Perguruan Tinggi).



41



e. Ibu yang tidak bekerja. f. Ibu yang menerapkan pola asuh autoritatif. g. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai vulva hygiene. Kriteria eksklusi dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah siswi yang tidak masuk karena sakit, izin, atau alfa, siswi yang tinggal terpisah dengan orang tuanya dan siswi yang tidak bersedia menjadi responden. Jumlah populasi dalam penelitian ini telah diketahui sehingga pengambilan sampel yang diperlukan dalam penelitian menggunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) (Murti, 2010), yaitu:



= Keterangan: n



(1 − )



( − 1) +



(1 − )



: Jumlah sampel minimal yang diperlukan : Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu



α



: derajat kepercayaan (0,05)



p



: proporsi peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat dengan vulva hygiene anak



N



: Jumlah populasi



d2



: Limit dari error atau presisi absolut (5%). Dikarenakan tidak ditemukan nilai p dari penelitian atau literatur lain,



maka dilakukan maximal estimation dengan p = 0,5 (Murti, 2010). Untuk perhitungan sampel adalah:



= = = =



1,96 . 0,5 (1 − 0,5)123 0,05(123 − 1) + 1,96 . 0,5(1 − 0,5)



3,84 . 0,25 . 61,5 0,0025.122 + 3,84.0,25 59,04 0,305 + 0,96 59,04 1,21



= 48,79



(dibulatkan menjadi 49)



Dari hasil perhitungan sampel diperoleh jumlah responden sebanyak 49 orang. Peneliti melakukan koreksi atau penambahan jumlah sampel sebagai antisipasi dalam menghindari data bias dan kesalahan teknis. Koreksi atau penambahan jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari penelitian menurut Sastroasmoro & Ismael (2014) adalah sebanyak 10% dengan rumus: ′= ′= ′=



Keterangan:



1−



49 1 − 0,1 49 1 − 0,1



′ = 54,44



(dibulatkan menjadi 54)



n'



: Besar sampel setelah dikoreksi



n



: Jumlah sampel berdasarkan estimasi sebelumnya



43



f



: Prediksi persentase sampel drop out (10%) Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 54



responden. Arikunto (2013) menjelaskan bahwa setelah jumlah sampel ditetapkan, maka dilakukan perhitungan proporsi sampel untuk setiap kelas dengan menggunakan rumus alokasi proportional random sampling, yaitu: =



Keterangan: ni



: Jumlah sampel menurut stratum



n



: Jumlah sampel seluruhnya



Ni : Jumlah populasi menurut stratum N



: Jumlah populasi seluruhnya



Tabel 3.2 Proporsi Sampel untuk setiap Kelas XI di SMA Negeri 1 Indralaya Kelas XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4 XI IPA 5 XI IPS 1



Perhitungan 18 123 20 123 22 123 19 123 23 123 21 123



Sampel



54



8 responden



54



10 responden



54



10 responden



54 54 54



9 responden



8 responden



9 responden



Pemilihan responden kemudian dilanjutkan dengan menggunakan teknik random sampling dengan cara lottery technique melalui nomor absensi siswi.



F. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.



G. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai pada tanggal 17 Mei 2017.



H. Etika Penelitian Etika adalah serangkaian tingkah laku, prinsip-prinsip serta beberapa aturan moral yang menentukan antara tindakan yang dilakukan sudah benar atau salah. Dalam melaksanakan penelitian, khususnya jika yang menjadi objek dan subjek penelitiannya adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia (Putra, 2012). Oleh karena itu, sebelum memulai proses penelitian, peneliti memberikan informed consent kepada orang tua responden dengan tujuan untuk meminta izin atas kesediaan orang tua mengizinkan anaknya menjadi responden serta untuk memberitahu responden dan orang tua responden mengenai tujuan, manfaat dan dampak dalam penelitian ini. Bagi responden yang menolak, peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak responden sebagai manusia. Kerahasiaan data dan catatan dalam penelitian ini juga dijaga sebaik-baiknya dan hanya digunakan semata untuk kepentingan penelitian ini. Selain itu, peneliti juga mempertimbangkan prinsip manfaat yaitu responden bebas dari penderitaan, eksploitasi dan risiko. Responden diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian ini atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun (Nursalam, 2013).



45



I. Alat Pengumpul Data 1. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data data dalam penelitian ini diperoleh dari: a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner berupa data karakteristik responden untuk kepentingan skrining, kuesioner vulva hygiene remaja serta kuesioner peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner vulva hygiene remaja yang berisi 20 pertanyaan tentang tindakan remaja dalam melakukan vulva hygiene menggunakan skala Guttman dengan 2 pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Vulva Hygiene pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya Nomor Item Fav Unfav



Jumlah Item



Variabel



Indikator



Vulva Hygiene



1. Cara vulva hygiene yang benar



1, 2, 3, 4, 5, 6, 15, 17, 19



14, 16, 18, 20



13



2. Vulva hygiene ketika menstruasi



8, 11



7, 9, 10, 12, 13



7



Jumlah



20



Kuesioner selanjutnya adalah kuesioner peran Ibu yang menggunakan skala Guttman yang terdiri dari 2 pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak yang terdiri dari 10 pernyataan tentang peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat bagi anak.



Tabel 3.4 Kisi-Kisi Peran Ibu Aspek



Indikator



Nomor Item



Jumlah Item



1. Pendidik



1. Menjelaskan tentang perubahan pada tubuh wanita ketika pubertas



1, 2



2



Variabel Peran Ibu



2. Role model



3. Sahabat



2. Memberitahu melakukan hygiene



manfaat vulva



3



1



3. Memberitahu mengabaikan hygiene



dampak vulva



4



1



4. Mengajarkan melakukan hygiene



cara vulva



5, 6, 7, 8, 9, 10



6



1. Memberikan contoh cara melakukan vulva hygiene pada anak



11, 12, 13



3



2. Menjadi panutan dalam menerapkan perilaku vulva hygiene untuk anak



14, 15, 16, 17, 18, 19, 20



7



1. Menjadi teman diskusi anak mengenai vulva hygiene



21, 22, 23, 24



4



2. Mengawasi perilaku vulva hygiene anak



25, 26, 27, 28, 29, 30



6



Jumlah



30



b. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari absensi kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya tahun 2017, data siswa kelas XI SMA Negeri 1 Indralaya, serta hasil studi pendahuluan yang sebelumnya telah dilakukan peneliti.



47



2. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas harus dilakukan sebelum peneliti melakukan penelitian. Validitas merupakan indeks yang menunjukkan alat ukur yang kita gunakan benar mengukur apa yang kita ukur. Suatu kuesioner dinyatakan valid dengan melakukan uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner tersebut (Notoatmodjo, 2012). Menurut Putra (2012), uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada minimal 30 orang yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Indralaya Utara. Kuesioner yang akan dilakukan validasi adalah kuesioner peran Ibu dan vulva hygiene remaja putri menggunakan program komputer dengan uji corrected item total correlation dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% atau alpha 5%. Pada r hitung (pernyataan) lebih besar dari r tabel, maka pernyataan tersebut valid. Hasil uji validitas dari 22 pernyataan pada kuesioner vulva hygiene didapatkan 20 pernyataan yang valid dengan nilai r alpha ≥ r tabel (0,361) memiliki nilai 0,697 hingga 0,582. Untuk hasil uji validitas dari 36 pernyataan pada kuesioner peran Ibu yang dilakukan validasi, didapatkan 30 pernyataan yang valid dengan nilai r alpha ≥ r tabel (0,361) memiliki nilai 0,600 hingga 0,454. Item/pernyataan yang sebelumnya tidak valid pada kuesioner peran Ibu dan perilaku vulva hygiene remaja putri dibuang. Item yang sudah valid kemudian baru diukur reliabilitasnya. Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur kita gunakan dapat dipercaya



dan sejauh mana hasil pengukuran yang kita gunakan tetap valid bila dilakukan pengukuran dengan gejala dan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Untuk mengetahui reliabilitas suatu variabel dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel (0,361) dengan nilai r alpha (nilai Cronbach's Alpha). Pada r alpha yang lebih besar daripada r tabel, berarti pernyataan tersebut reliable dan sebaliknya (Santoso, 2013). Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian Keterangan No. Instrumen Nilai Alpha 1.



Vulva Hygiene



0,748



Reliable



2.



Peran Ibu



0,748



Reliable



J. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengumpulan berbagai informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Proses ini mengacu



pada prosedur



penggalian data yang telah dirumuskan dalam desain penelitian (Putra, 2012). Prosedur penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan a. Meminta izin yang berupa izin tertulis kepada Program Studi Ilmu Keperawatan FK Unsri untuk melakukan studi pendahuluan. b. Menyerahkan surat izin yang diperoleh sebelumnya kepada pihak yang terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan, lalu ke SMA Negeri 1 Indralaya. c. Melakukan studi pendahuluan berupa wawacara kepada para siswi kelas XI yang akan menjadi responden setelah memperoleh izin berupa kesediaan dari



49



para siswi untuk diwawancarai. d. Mempersiapkan lembar persetujuan (informed consent).



2. Tahap Pelaksanaan a. Pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2017, sehari sebelum melakukan penelitian, peneliti mengambil data sekunder di bagian staf tata usaha (TU) dan memilih responden berdasarkan nomor urut absensi siswi menggunakan cara lottery technique (teknik lotre). b. Setelah mendapatkan nomor urut calon responden yang akan menjadi responden penelitian, peneliti menemui pembina ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) untuk dibimbing dalam menyerahkan lembar informed consent kepada responden di SMA Negeri 1 Indralaya untuk diketahui dan disetujui oleh orang tua responden. c. Sebelum menyerahkan lembar informed consent beserta lembar kuesioner untuk Ibu, peneliti memberikan arahan kepada masing-masing perwakilan kelas yang telah dipanggil oleh pembina ekskul PMR ke ruang guru agar tidak terjadi kesalahpahaman dan meminta untuk membawa kembali lembar informed consent dan lembar kuesioner peran Ibu yang telah ditandatangani dan diisi oleh Ibu keesokan harinya. d. Pada hari penelitian, tanggal 17 Mei 2017, peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar kuesioner, alat pendokumentasian dan reward untuk responden dibantu oleh asisten peneliti.



e. Peneliti kembali menemui pembina ekskul PMR untuk melakukan penelitian sebelum pembina ekskul PMR selaku guru bahasa Inggris memulai pelajaran di kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 3. f. Selanjutnya, peneliti masuk ke ruang kelas XI IPA 3 dengan didampingi oleh pembina ekskul PMR dan memperkenalkan diri. g. Peneliti meminta responden untuk menyerahkan lembar informed consent dan lembar kuesioner yang telah ditandatangani dan diisi. h. Kemudian peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada responden sembari asisten penelitian membagikan lembar kuesioner kepada responden. i. Peneliti kembali meminta responden untuk membaca dan mengisi beberapa pernyataan dari kuesioner yang telah disediakan. j. Responden mengumpulkan kuesioner yang telah diisi. k. Peneliti membuka sesi tanya jawab sekaligus sharing mengenai vulva hygiene kepada responden. l. Peneliti memberikan arahan dan penjelasan kepada responden bagaimana cara mengisi kuesioner peran Ibu dan menjelaskan istilah-istilah yang belum diketahui oleh responden atau Ibu responden.. m. Sebelum mengakhiri pertemuan, peneliti membagikan reward untuk responden dan Ibu responden. n. Pada jam pelajaran berikutnya, peneliti masuk ke kelas XI IPA 1 bersama pembina ekskul PMR, memperkenalkan diri dan mengulangi langkah dari huruf g sampai m.



51



o. Responden memberikan kuesioner pada Ibu setelah pulang sekolah. p. Keesokan harinya, tanggal 18 Mei 2017, peneliti kembali melakukan penelitian di kelas XI IPA 4, XI IPA 5 dan kelas XI IPS 1 dan mengulangi langkah f sampai m. q. Pada tanggal 19 Mei 2017, peneliti kembali melakukan penelitian di kelas XI IPA 2 dan mengulangi langkah f sampai m. r. Langkah terakhir setelah mendapatkan data, peneliti melakukan pengolahan dan analisis data.



K. Analisis Data 1. Pengolahan Data Putra (2012) mengatakan bahwa sebelum melakukan analisis data, ada 4 hal yang harus dilakukan terlebih dahulu terhadap data penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Cleaning Tahapan ini dilakukan saat mengumpulkan data dari responden atau ketika



memeriksa



lembar



kuesioner.



Periksa



kembali



lembar



kuesioner/pertanyaan, mungkin saja ada yang belum dijawab/terlewatkan oleh responden. b. Scoring Pemberian skor atas setiap jawaban responden setelah terlebih dahulu dilakukan penetapan kode jawaban.



c. Coding Pemberian kode untuk mengubah huruf menjadi data berbentuk angka. Coding yang dipakai dalam penelitian ini meliputi: status sosial ekonomi, coding yang digunakan yakni 4 untuk orang tua yang bepenghasilan sangat tinggi, 3 untuk orang tua yang bepenghasilan tinggi, 2 untuk untuk orang tua yang bepenghasilan rata-rata dan 1 untuk orang tua yang bepenghasilan kurang. Variabel vulva hygiene, coding yang digunakan yakni 2 untuk vulva hygiene siswi baik dan 1 untuk vulva hygiene siswi kurang. Variabel peran Ibu menggunakan coding yakni 2 untuk peran Ibu baik dan 1 untuk peran Ibu kurang. d. Entering Pemasukan data penelitian ke dalam perangkat komputer untuk selanjutnya dianalisis.



2. Analisis Data a. Analisis Univariat Peneliti menggunakan dua jenis analisis data dalam penelitian ini, yakni analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian yang hanya menghasilkan distribusi dan frekuensi pada setiap variabel. Analisis univariat



yang



dilakukan



dalam



penelitian



ini



digunakan



untuk



menggambarkan/mendeskripsikan masing masing variabel. Variabel tersebut meliputi status sosial ekonomi yang digambarkan melalui penghasilan orang



53



tua per bulan, variabel peran Ibu sebagai pendidik, role model dan sahabat serta variabel vulva hygiene remaja. Status sosial ekonomi terdiri dari kategori 2 untuk orang tua yang berpenghasilan di atas UMP (≥ Rp. 2.213.001,00) dan 1 untuk orang tua yang bepenghasilan di bawah UMP (< Rp. 2.213.001,00). Variabel peran Ibu terdiri dari 30 pernyataan yang dianalisis dalam bentuk checklist dengan 2 pilihan jawaban yang terdiri dari ya diberi skor 1 dan tidak diberi skor 0. Berdasarkan hal tersebut, hasil ukur dikategorikan menjadi 2, yakni dengan rincian untuk peran Ibu sebagai pendidik baik jika skor jawaban ≥70 dari seluruh pernyataan dan kurang jika skor jawaban