4 0 4 MB
Segmen Jalan Perkotaan/Semi Perkotaan: o Mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus di
sepanjang jalan, minimum pada satu sisi jalan, apakah berupa perkembangan lahan atau bukan. o Jalan di daerah pusat kota atau dekat pusat kota dengan
penduduk lebih dari 100.000 jiwa selalu digolongkan ke dalam kelompok ini. o Jalan di daerah perkotaan dengan penduduk kurang dari
100.000 jiwa juga digolongkan ke dalam kelompok ini, jika mempunyai perkembangan samping jalan yang permanen dan
menerus.
Rekayasa Lalu Lintas
2
o karakteristik arus lalu lintas pada pagi dan sore hari secara
umum lebih tinggi (arus puncak) o komposisi lalu lintas dengan persentase kendaraan pribadi dan
sepeda motor yang lebih tinggi, dan persentase truk berat yang lebih rendah o Biasanya dilengkapi trotoar dan kereb
Rekayasa Lalu Lintas
3
Definisi Segmen Jalan: o Ruas jalan adalah panjang suatu jalan yang dibatasi oleh
simpul (node) o Bagian ruas jalan yang kinerjanya sangat dipengaruhi oleh
simpang disebut sebagai kinerja simpang o Bagian ruas jalan yang kinerjanya bebas dari
pengaruh
simpang disebut sebagai kinerja segmen jalan o Kinerja segmen jalan mempunyai karakteristik yang hampir
sama di sepanjang jalan.
Rekayasa Lalu Lintas
4
o
Terdapat dua segmen jalan, yakni jalan perkotaan dan jalan luar kota
o
Segmen jalan perkotaan diindikasikan dengan adanya perubahan distribusi arah lalu lintas (tidak seimbang) pada jam puncak
o
Titik dimana karakteristik jalan mulai berubah menunjukkan batas segmen, walaupun tidak ada simpang di dekatnya
Rekayasa Lalu Lintas
5
Tipe jalan perkotaan yang diberikan dalam bab ini adalah sebagai berikut: Jalan dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2 UD)
Jalan empat-lajur dua-arah o tak terbagi (tanpa median) : (4/2 UD) o terbagi (dengan median) : (4/2 D) Jalan enam-lajur dua-arah terbagi (6/2 D) Jalan satu-arah (1/1 ; 2/1 ; 3/1)
Rekayasa Lalu Lintas
6
KARAKTERISTIK JALAN GEOMETRI
Tipe Jalan
Tipe jalan akan membedakan kinerja pada pembebanan lalu lintas tertentu (jalan terbagi berlainan dengan tak terbagi; jalan satu arah berbeda dengan dua arah). Lebar Lalur Lalu lintas
Mempengaruhi kecepatan arus bebas dan kapasitas jalan Alinemen Jalan
o Lengkung horisontal dengan jari jari kecil mengurangi kecepatan
arus bebas o Tanjakan yang curam juga mengurangi kecepatan arus bebas.
o Karena secara umum kecepatan arus bebas di daerah perkotaan
adalah rendah maka pengaruh ini diabaikan Rekayasa Lalu Lintas
7
Kereb Jalan o Kereb sebagai batas antara lajur lalu lintas dan trotoar
berpengaruh terhadap dampak hambatan samping pada kapasitas dan kecepatan. o Kapasitas jalan dengan kereb akan lebih kecil daripada
jalan dengan bahu. o Kapasitas
jalan akan berkurang jika terdapat penghalang tetap di dekat tepi lajur lalu lintas, tergantung apakah jalan mempunyai kereb atau bahu.
Rekayasa Lalu Lintas
8
Gb. Kerb Jalan
Rekayasa Lalu Lintas
9
Median Jalan Median yang direncanakan dengan baik akan meningkatkan kapasitas
Rekayasa Lalu Lintas
10
Bahu Jalan : o
Jalan perkotaan tanpa kereb pada umumnya mempunyai bahu pada
kedua sisi lajur lalu lintasnya. o
Lebar bahu berpengaruh pada kinerja lalu lintas
o
Bahu jalan dapat menampung pejalan kaki maupun kendaraan angkutan
umum berhenti
Gbr. Bahu Jalan di Jalan Tol
Rekayasa Lalu Lintas
11
Gb. Bahu Jalan di Jalan Antar Kota
Gb. Bahu Jalan di Jalan Perkotaan 12
Komposisi Arus dan Pemisahan Arah Pemisahan arah lalu lintas o Kapasitas jalan dua arah paling tinggi pada pemisahan arah 50 -
50, yakni jika arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang dianalisis (umumnya satu jam). Komposisi lalu lintas o Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan kecepatan-arus
o Jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam kend./jam, maka
besarnya tergantung pada rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus lalu lintas (komposisi lalu lintas). o Jika
arus dan kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang/jam (smp/jam), maka kecepatan kendaraan ringan dan kapasitas jalan tidak dipengaruhi oleh komposisi lalu lintas. Rekayasa Lalu Lintas
13
Pengaturan lalu lintas o Batas
kecepatan jarang diberlakukan di daerah perkotaan di Indonesia, oleh karena itu maka hanya berpengaruh kecil pada kecepatan arus bebas.
o Aturan lalu lintas lainnya yang berpengaruh pada
kinerja lalu lintas adalah: pembatasan parkir dan berhenti sepanjang sisi jalan; pembatasan akses tipe kendaraan tertentu;
pembatasan akses dari lahan samping jalan dan
sebagainya.
Rekayasa Lalu Lintas
14
Aktivitas samping jalan ("hambatan samping") o Banyak aktivitas di samping jalan di Indonesia sering menimbulkan
konflik, dan berpengaruhnya besar terhadap arus lalu lintas o "hambatan samping“ ini mendapat perhatian utama dalam Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), jika dibandingkan dengan manual negara Barat. o Hambatan samping yang berpengaruh besar pada kapasitas dan kinerja
jalan perkotaan adalah: Pejalan kaki; Angkutan umum dan kendaraan lain berhenti; Kendaraan lambat (misalnya becak, kereta kuda); Kendaraan masuk dan keluar dari lahan di samping jalan Rekayasa Lalu Lintas
15
Gb. Kendaraan Berhenti di Badan Jalan
Gb. Komposisi Lalu lintas Campuran di Perkotaan
Rekayasa Lalu Lintas
16
o Untuk menyederhanakan pada prosedur perhitungan, tingkat hambatan
samping telah dikelompokkan ke dalam lima kelas dari sangat rendah sampai sangat tinggi sebagai fungsi dari frekuensi kejadian hambatan samping di sepanjang segmen jalan yang diamati. o Photo khusus juga ditunjukkan dalam manual untuk memudahkan
pemilihan kelas hambatan samping yang digunakan dalam analisis.
Rekayasa Lalu Lintas
17
Hambatan Samping Kelas Hambatan
Jumlah bobot
Kode
Samping (SFC)
kejadian / 200 m
Kondisi Khusus
per jam (dua sisi) Daerah pemukiman; jalan
Sangat rendah
VL
< 100
Rendah
L
100 – 299
Sedang
M
300 – 499
Tinggi
H
500 –899
Sangat tinggi
VH
900 Rekayasa Lalu Lintas
samping tersedia Daerah pemukiman, bbrp angkt, umum tersedia Daerah industri; bbrp toko sisi
jalan Daerah Komersial; aktivitas sisi jalan tinggi Daerah komersial; aktivitas pasar sisi jalan
Perilaku pengemudi dan populasi kendaraan o Pada bahasan keanekaragaman dan tingkat perkembangan daerah
perkotaan di Indonesia, ditemukan bahwa perilaku pengemudi dan populasi kendaraan (umur, tenaga dan kondisi kendaraan, serta komposisi kendaraan) adalah sangat beranekaragam. o Karakteristik ini dimasukkan dalam prosedur perhitungan secara
tidak langsung, melalui ukuran kota. o Kota yang lebih kecil menunjukkan perilaku pengemudi yang kurang
gesit dan kendaraan yang kurang up to date, menyebabkan kapasitas dan kecepatan lebih rendah pada arus tertentu, jika dibandingkan dengan kota yang lebih besar. Rekayasa Lalu Lintas
19
METODOLOGI 1. Tingkat Analisis Prosedur yang diberikan di dalam manual ini memungkinkan analisis dilakukan pada dua tingkatan yang berbeda, yakni : a. Analisis operasional dan perencanaan o Adalah penentuan kinerja segmen jalan akibat arus lalu lintas yang
ada atau yang diramalkan o Kapasitas dapat juga dihitung, yaitu arus maksimum yang dapat
dilewatkan dengan mempertahankan tingkat kinerja tertentu. o Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untuk melewatkan
arus lalu lintas tertentu, dengan mempertahankan tingkat kinerja tertentu dapat juga dihitung untuk tujuan perencanaan. o Pengaruh kapasitas dan kinerja dari segi perencanaan lain,
misalnya pembuatan median atau perbaikan lebar bahu, dapat juga diperkirakan. Ini adalah tingkat analisis yang paling rinci. Rekayasa Lalu Lintas
20
b. Analisis Perancangan: o Seperti halnya pada perencanaan, tujuan perancangan adalah
untuk memperkirakan jumlah lajur yang diperlukan untuk jalan rencana, tetapi nilai arus diberikan hanya berupa perkiraan LHRT. o Rincian geometri serta masukan lainnya dapat diperkirakan atau
didasarkan pada nilai normal yang direkomendasikan. o Metode
perhitungan yang digunakan dalam operasional, perencanaan, dan perancangan pada dasarnya sama dan hanya berbeda dalam tingkat rincian masukan dan keluaran.
o Metode yang digunakan dalam analisis perancangan mempunyai
latar belakang teoritis yang sama seperti analisis operasional dan perencanaan, tetapi telah disederhanakan karena data masukan rinci tidak ada. Rekayasa Lalu Lintas
21
2. Periode analisis o Analisis kapasitas jalan dilakukan untuk periode satu jam puncak; o Arus dan kecepatan rata-rata ditentukan untuk periode tersebut
pada manual ini. o Penggunaan periode analisis satu hari penuh (LHRT) terlalu
kasar untuk analisis operasional dan perencanaan. o Di lain pihak, penggunaan 15 menit puncak dari jam puncak
terlalu rinci. o Dalam manual ini, arus dinyatakan dalam satuan (smp/jam),
kecuali dinyatakan lain. o Untuk perancangan, dimana arus biasanya hanya diketahui
dalam LHRT, tabel telah disediakan untuk mengubah arus secara langsung dari LHRT menjadi ukuran kinerja dan sehaliknya, untuk kondisi asumsi tertentu. Rekayasa Lalu Lintas
22
3. Jalan terbagi dan tak-terbagi o Untuk jalan tak terbagi, analisis dilakukan pada kedua
arah lalu lintas. o Untuk jalan terbagi, analisis dilakukan terpisah pada
masing-masing arah lalu lintas, seolah-olah masingmasing arah merupakan jalan satu arah yang terpisah.
Rekayasa Lalu Lintas
23
4. V a r I a b e l a. Arus dan komposisi lalu lintas o Dalam manual, nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan
komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus dalam satuan mobil penumpang (smp). o Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah
menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil penumpang (smp) yang diturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan berikut (lihat definisi dalam Bagian 1.3). o Kendaraan ringan (LV) (termasuk mobil penumpang, minibus,
pik up, truk kecil dan jeep). Kendaraan herat (HV) (termasuk truk dan bus) Sepeda motor (MC). Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas
24
o Pengaruh kendaraan tak bermotor dimasukkan sebagai kejadian
terpisah dalam faktor penyesuaian hambatan samping. o Ekivalensi mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe
kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam kend/jam. Semua nilai emp untuk kendaraan yang berheda ditunjukkan pada Bagian 3, Langkah A-3
Rekayasa Lalu Lintas
25
b. Kecepatan Arus Bebas o Kecepatan arus bebas kendaraan ringan telah dipilih sebagai kriteria dasar
untuk kinerja segmen jalan pada arus = 0. o Kecepatan arus bebas untuk kendaraan berat dan sepeda motor juga diberikan sebagai referensi. Kecepatan arus bebas untuk mobil penumpang biasanya 10-15% lebihtinggi dari tipe kendaraan ringan lain.
FV = (FVO+FVW) x FFVSF X FFVCS dimana: FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan pada kondisi lapangan FVO
(km/jam) = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan yang diamati berdasarkan tipe jalan dan jenis kendaraan (km/jam)
FVW = Penyesuaian kecepatan untuk lebar jalan (km/jam) FFVSF = Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu atau jarak kereb penghalang FFVCS = Faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota Rekayasa Lalu Lintas
26
c. Kapasitas
C = CO x FCW x FCSP X FCSF X FCCS dimana: C
= Kapasitas (smp/jam)
CO
= Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW
= Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota Rekayasa Lalu Lintas
27
d. Derajat Kejenuhan o Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus terhadap
kapasitas,
Q DS C o Digunakan sebagai indikator utama dalam penentuan tingkat
kinerja simpang dan segmen jalan. o Nilai DS menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai
masalah kapasitas atau tidak. o Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan
kapasitas dinyatakan dalam smp/jam. o DS digunakan untuk analisis perilaku lalu lintas berupa kecepatan.
Rekayasa Lalu Lintas
28
e. Kecepatan o Manual ini menggunakan kecepatan tempuh sebagai ukuran
utama kinerja segmen jalan, o Kecepatan mudah dimengerti dan diukur, dan merupakan
masukan yang penting untuk biaya pemakai jalan dalam analisis ekonomi. o Kecepatan tempuh didefinisikan dalam manual ini sebagai
kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen jalan
L V TT V = Kecepatan rata-rata ruang LV (km/jam) L = Panjang segmen (km) TT = Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen (jam) 29
Rekayasa Lalu Lintas
30
RMLL 2012
Rekayasa Lalu Lintas
31
Rekayasa Lalu Lintas
32
Rekayasa Lalu Lintas
33
Contoh Perhitungan
Lihat pada MKJI halaman : 5-66 s.d 5-94
Soal Tugas : I. Analisis Operasional Jalan 2/2 UD Geometri
: Lebar jalur lalu-lintas efektif 6,0 m Lebar bahu efektif pada kedua sisi 1,0 m (rata Jalan)
Lalu-lintas
: Pemisahan arah 70-30
Lingkungan • Ukuran kota 700.000 penduduk
• Banyak angkutan kota Banyak pejalan kaki • Beberapa kendaraan menggunakan akses sisi jalan. Pertanyaan :
1. Berapa kapasitas segmen jalan (smp/jam) ? 2. Berapa arus maksimum lalu-lintas (smp/jam) yang dapat dilalui pada kecepatan 30 km/jam ?.
LANGKAH A
1. DATA UMUM a) Penentuan segmen Segmen jalan didefinisikan sebagai panjang jalan yang mempunyai karakteristik yang sama dan dibatasi dengan titik dimana karakteristik jalan berubah. b) Data identifikasi segmen
Tanggal
Propinsi dimana segmen berada
Nama kota
Ukuran kota (jumlah penduduk)
Nomor ruas / nama jalan
Kode segmen
Tipe daerah
Panjang segmen
Tipe jalan
Periode waktu ANALISIS
2. KONDISI GEOMETRIK a) RENCANA SITUASI Pembuatan sketsa segmen jalan yang diamati menggunakan ruang pada formulir UR-1. b) PENAMPANG MELINTANG JALAN Pembuatan sketsa penampang melintang jalan.
2. KONDISI GEOMETRIK c) KONDISI PENGATURAN LALU LINTAS Informasi yang diterapkan adalah : Batas kecepatan Pembatasan akses jalan dengan tipe kendaraan Pembatasan parkir Pembatasan berhenti Alat / peraturan lalu lintas lainya.
3. KONDISI LALU LINTAS a)
Menentukan arus jam rencana
LHRT, pemisahan arah dan komposisi lalu-lintas – Memasukkan data pada formulir UR-2 – Hitung arus jam rencana
Q = k x LHRT x SP/100 – Masukkan komposisi lalu-lintas dalam kotak,
3. KONDISI LALU LINTAS b) Menentukan ekivalensi mobil penumpang.
3. KONDISI LALU LINTAS
c) Menghitung parameter arus lalu-lintas yang diperlukan untuk ANALISIS SP = Qdhl1/(Qdhl1+Qdhl2)
4. HAMBATAN SAMPING a) Jika data rinci hambatan samping tersedia Masukkan hasil pengamatan Kalikan frekuensi kejadian dengan bobot relatif dari tipe kejadian Hitung jumlah kejadian berbobot termasuk semua tipe kejadian Tentukan kelas hambatan samping dari tabel berikut Tabel A-4:1 Kelas Hambatan Samping untuk Jalan Perkotaan
b) Jika data rinci hambatan samping tidak tersedia Sesuaikan uraian tentang kondisi “khusus” dari tabel Amati foto berikut dan cocokan mana yang paling tepat pada lokasi yang diamati Pilih kelas hambatan samping
LANGKAH B
ANALISIS KECEPATAN ARUS BEBAS Gunakan formulir UR-3 untuk ANALISIS penentuan kecepatan arus bebas dari data langkah A
1.KECEPATAN ARUS BEBAS DASAR Gunakan tabel untuk menentukan arus bebas dasar
kendaraan ringan diisikan pada form UR-3
2. PENYESUAIAN KEC.ARUS BEBAS UNTUK LEBAR JALUR LALU-LINTAS Menentukan penyesuaian akibat jalur lalu lintas
berdasarkan lebar efektif menggunakan formulir IR-1.
3 FAKTOR PENYESUAIAN KEC.ARUS BEBAS UNTUK HAMBATAN SAMPING Menentukan faktor penyesuaian akibat hambatan samping
sebagai fungsi lebar bahu efektif, menggunakan formulir IR-2.
3 FAKTOR PENYESUAIAN KEC.ARUS BEBAS UNTUK HAMBATAN SAMPING Untuk arus jalan enam lajur, dapat digunakan
nilai FFVsf jalan empat lajur dengan modifikasi sbb : FFV6,SF = 1-0,8 x ( 1 – FFV4,SF) Keterangan FFV6,SF = Faktor penyesuaian arus bebas 6 lajur FFV4,SF = Faktor penyesuaian arus bebas 4 lajur
4.FAKTOR PENYESUAIAN KEC.ARUS BEBAS UNTUK UKURAN KOTA Menentukan faktor penyesuaian akibat kelas fungsional
jalan, dengan menggunakan formulir IR 3 di kolom 6.
5.FAKTOR PENYESUAIAN KEC.ARUS BEBAS UNTUK UKURAN KOTA Kecepatan arus bebas kendaraan ringan Cara penghitungan •
6. KECEPATAN ARUS BEBAS TIPE KENDARAAN LAIN Meghitung penyesuaian kecepatan arus bebas kendaraan
ringan dengan rumus : FFV = FV0 – FV Menghitung kecepatan arus bebas kendaraan berat menegan dengan rumus : FVHV =FVHV0 - FFV x FVHV0 /FVO Dimana: FFV = penyesuaian kecepatan arus bebas LV (km/jam) FV0 = kecepatan arus bebas dasar LV (km/jam) FV = Kecepatan arus bebas LV (km/jam) FV HV0 = Kecepatan arus bebas dasar HV (km/jam)
7. KECEPATAN ARUS BEBAS PADA KELANDAIAN KHUSUS 2/2 UD a.
b. c. d. e.
f.
Masukkan nilai kelandaian rata-rata Menentukan kecepatan arus bebas dasar FV untuk kelandaian ringan atau datar Menentukan faktor penyesuaian Menentukan kecepatan arus bebas saat mendaki atau menurun Membandingkan kecepatan arus bebas untuk kondisi datar dengan kecepatan mendaki Membandingkan kecepatan sesungguhnya dengan kecepatan menurun.
LANGKAH C
1. KAPASITAS DASAR Tentukan kapasitas dasar (CO) dari Tabel C-1:1
dan masukkan nilainya ke dalam Formulir UR-3, Kolom 11.
2. Faktor Penyesuaian Kapasitas untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FC) Mentukan penyesuaian untuk lebar jalur lalu-lintas dari
Tabel C-2:1 berdasarkan lebar jalur lalu-lintas efektif (W.) (lihat Formulir UR-1) dan masukkan hasilnya ke dalam Formulir UR-3, Kolom 12.
3. Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FCsp) Khusus untuk jalan tak terbagi, tentukan faktor
penyesuaian kapasitas untuk pemisalan arah dari Tabel C-3:1 di bawah berdasarkan data masukan kondisi lalulintas dari Formulir UR-2, Kolom 9, dan masukkan nilainya ke dalam Formulir UR-3, Kolom 13
4. Faktor penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping FCsf a. Jalan dengan bahu Tentukan faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping dari Tabel C-4:1 berdasarkan lebar bahu efektif WS dari Formulir UR-1.
4. Faktor penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping FCsf b. Jalan dengan kereb Tentukan faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FCSF) dari Tabel C-4:2 berdasarkan jarak antara kereb dan penghalang pada trotoar WK dari Formulir UR-1, dan kelas hambatan samping (SFC) dari Formulir UR-2
4. Faktor penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping FCsf C. Faktor penyesuaian FCSF untuk jalan enamlajur Faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan 6-lajur dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FCSF untuk jalan empat-lajur yang diberikan pada Tabel C-4:1 atau C-4:2, sebagaimana ditunjukkan di bawah: FC6,SF = 1 – 0,8(1 – FC4,SF) dimana: FC6,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan enam-lajur FC4,SF = faktor penyesuaian kapasitas untuk jalan empat-lajur
5. Faktor penyesuaian kapasistas untuk ukuran kota (FCcs) Menentukan penyesuaian untuk ukuran kota
dengan menggunakan Tabel C-5:1 sebagai fungsi jumlah penduduk (Juta) dari Formulir UR-1, dan masukkan hasilnya ke dalam Formulir UR-3, Kolom 15.
6. Penentuan Kapasitas C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (smp/jam) dimana: C = Kapasitas C0 = Kapasitas dasar (smp/jam) FCW = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
LANGKAH D
1. DERAJAT KEJENUHAN Lihat arus total (Q) dari Formulir UR-2,
Dengan menggunakan kapasitas (C) dari Kolom 16 Formulir UR-3 maka derajat kejenuhan dapat dihitung dengan rumus : DS = Q/C
2. Waktu tempuh dan Kecepatan Menentukan kecepatan pada lalu lintas, hambatan samping dan kondisi geometrik. b. Masukkan panjang segmen L (km) c. Hitung waktu tempuh rata-rata Waktu tempuh rata-rata TT = L/V (jam) Dimana: L = panjang segmen V = kecepatan rata-rata a.
3. PENILAIAN PRILAKU LALU LINTAS Dilakukan dengan melihat derajat kejenuhan
dari kondisi lalu lintas, dan membandingkan dengan pertumbuhan lalu lintas tahunan dan “umur” fungsional yang diinginkan dari suatu segmen. Jika derajat kejenuhan yang diperoleh terlalu tinggi (DS > 0,75), pengguna manual mungkin ingin meruhah asumsi yang berkaitan dengan penampang melintang jalan dan sebagainya, dan membuat perhitungan baru