Sman 1 Anjatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KERUSAKAN RELIEF PADA CANDI BOROBUDUR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Penilaian Akhir Semester dan Mengakhiri Jenjang Pendidikan Tingkat SMA



Disusun Oleh : 1. AKMAL ZILHAM 1617100357 2. ALIF NUR FATURROBANI 1617100253 3. ALIF SHADIQ 1617100394 4. RAPI 161700344 5. TURINAH 1617100387



KELAS : XI IPS 2



SMA NEGERI 1 ANJATAN Jl. Raya Kopyah Telp (0234) 5744015 Kode Pos 45256



INDRAMAYU 2018



HALAMAN PENGESAHAN Karya tulis dengan judul “Kerusakan Relief Pada Candi Borobudur” Telah disetujui dan disahkan oleh.



Pembimbing Materi SRI PUJI MARYANI, S.Pd NIP.19731223 200604 2 009



Pembimbing Teknis Penulisan DRA. OOM SOMANTIKA NIP. 19680513 200604 2 009



Mengetahui Plt Kepala SMA NEGERI 1 ANJATAN



Drs. Sulkhin, M.Pd Pembina Tk. 1 NIP. 19651102 198703 1 004



PERNYATAAN Dengan ini kami nyatakan makalah dengan judul “Kerusakan Relief Pada Candi Borobudur” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya kami sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan Atas pernyataan itu kami siap menanggung resiko\sanksi yang dijatuhkan kepada kami apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karyakami ini atau ada klaim terhadap keaslian karya kami ini.



Anjatan 2017 Yang membuat pernyataan



Kelompok 15



ABSTRAKSI KERUSAKAN PADA CANDI BOROBUDUR



Kebudayaan pada umumnya merupakan hasil cipta, rasa serta karsa manusia dalam penuhi keperluan hidupnya yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, susila, hukum kebiasaan serta tiap-tiap



kecakapan,



serta



rutinitas.



Unsur-unsur



kebudayaan



diantaranya kesenian, sistem teknologi dan peralatan, sistem organisasi masyarkat, bahasa, sistem mata pencaharian hidup dan ekonomi, sistem pengetahuan, dan sistem religi. Namun dengan seiring berjalannya waktu kebudayaan tersebut bisa melemah di masyarakat entah itu dari segi kepercayaan masyarakat terhadap kebudayaan tersebut atau bisa juga dari keadaan kebudayaan itu sendiri seperti misalnya candi Borobudur yang sekarang sudah mengalami banyak kerusakan yang bisa kita lihat dengan jelas yaitu di bagian dinding candi yang sudah tidak utuh lagi. Berbagai upaya perbaikan sudah dilakukan agar candi Borobudur terus bisa terjaga estetikanya dan menjadi daya tarik untuk para pengunjung.



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, atas karunia, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya tulis ini berjudul “Kerusakan Relief Pada Candi Borobudur ” Dalam karya tulis ilmiah ini, penulis menganalisis pengembangan kebudayaan yang berkaitan dengan aspek ekonomi dan sosial di destinasi wisata Malioboro, Yogyakarta. Penulis dalam menyusun karya tulis ini mendapat bantuan dari berbagai pihak. Bantuan yang diperoleh dapat berupa bimbingan, pengarahan, motivasi serta doa. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.



Drs. Ridwan, M. Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Anjatan.



2.



Drs. Oom Somantika selaku pembimbing teknis penulisan.



3.



Sri Puji Maryani, S.Pd selaku guru pembimbing materi.



4.



Kedua Orang Tua penulis.



5.



Teman – teman di SMAN 1 Anjatan.



Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada karya tulis ini baik dalam hal penulisan maupun uraian materi. Hal ini karena terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan karya tulis selanjutnya. Akhirnya kepada Allah jualah penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis serta para pembaca.



DAFTAR ISI LEMBAGA PENGESAHAN ............................................................................



i



PERNYATAAN ................................................................................................. ii ABSTRAKSI ...................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv DAFTAR ISI ...................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. A. Latar belakang masalah .................................................................. B. Rumusan masalah ........................................................................... C. Tujuan penelitian ............................................................................ D. Manfaat penelitian .......................................................................... BAB II KAJIAN TEORI / ANALISIS ......................................................... A. Kajian Teoritik ................................................................................ B. Analisis ............................................................................................ BAB III PENUTUPAN ................................................................................... A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Candi Borobudur adalah salah satu keajaiban dunia yang berada di Indonesia yang tepatnya di daerah Yogyakarta. Bangunan ini adalah saksi bisu dari sejarah dunia terutama di Indonesia yang pada waktu itu banyak terdapat kerajaan-kerajaan yang bercorak hindu-buddha. Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan candi Budha terbesar kedua setelah candi Ankor Wat. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km disebelah barat daya Semarang dan 40 km disebelah barat laut Yogyakarta. Candi Borobudur didirikan oleh penganut agama Budha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti Syailndra bernama Samaratungga sekitar 824 M.Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahanan. Arti atau makna candi Borobudur secara filosofis merupakan lambang dari alam semesta atau dunia COSMOS. Dan candi ini juga digunakan sebagai tempat penganut Budha atau sebagai salah satu kepercayaan orang-orang Budha terhadap Tuhannya.Disisi lain Candi Borobudur didalamnya mempunyai relief-relief didinding candi dan



memiliki makna, akan tetapi saat ini berdasarkan penelusuran penulis dalam kunjungan SMAN 1 Anjatan, penulis melihat relief-relief Candi mengalami banyak kerusakan. Dari permasalahan tersebut diatas membuat penulis merasa tertarik untuk membahas lebih jauh dalam karya tulis yang berjudul “Kerusakan Pada Relief Candi Borobudur”.



Fungsi candi Borobudur 1) Tempat menyimpan relic atau disebut Dhatugarba 2) Tempat sembahyang atau beribadah Budha 3) Merupakan lambang suci bagu umat Budha 4) Tanda pengingatan dan penghormatan sang Budha



Berdasarkan uraian tersebut, hal inilah yang melatar belakangi penulis membuat karya tulis dengan judul Kerusakan Pada Relief Candi Borobudur.



B. Rumusan Masalah Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini yang menjadi rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian Relief pada Candi Borobudur? 2. Mengapa relief-relief yang ada di candi Borobudur mengalami kerusakan ? 3. Bagaimana cara menjaga dan merawat candi Borobudur ?



C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui makna dari relief yang terdapat pada dinding Candi Borobudur. 2. Mengetahui relief yang ada pada Candi Borobudur mengalami kerusakan. 3. Mengetahui cara untuk menjaga keasrian pada Relief Borobudur.



Candi



BAB II PEMBAHASAN



A. Kajian Teori 1. Pengertian Relief pada Candi Borobudur Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunan candi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno. Di Indonesia, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Di Eropa, ukiran pada kuilkuno Parthenon juga masih bisa dilihat sampai sekarang sebagai peninggalan sejarah Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini biasanya dijumpai pada bangunan candi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno. Di Indonesia, relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Di Eropa, ukiran pada kuil kuno Parthenon juga masih bisa dilihat sampai sekarang sebagai peninggalan sejarah Yunani Kuno. Relief ini bisa merupakan ukiran yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dari panel relief yang lain, membentuk suatu seri cerita atau ajaran. Pada Candi Borobudur sendiri misalkan ada lebih dari 1400 panel relief ini yang dipakai untuk menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama.



Relief ini bisa merupakan ukiran yang berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dari panel relief yang lain, membentuk suatu seri cerita atau ajaran. Pada Candi Borobudur sendiri misalkan ada lebih dari 1400 panel relief ini yang dipakai untuk menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama. (https://id.wikipedia.org/wiki/Relief) 2. Mengapa relief-relief yang ada di Candi Borobudur rusak Esther von Plehwe-Leisen, salah satu anggota tim ahli Geologi Jerman, menjelaskan bahwa air yang merembes bisa saja mengandung berbagai mineral maupun zat-zat yang dapat menyebabkan kerusakan batu. Untuk mengetahui kadar dan peresebaran air itu, pihaknya akan menggunakan sejumlah alat dengan gelombang mikro dan alat yang tidak merusak batu-batu candi. Upaya pencegahan rembesan air sebetulnya juga telah dilakukan oleh pihak BKB dengan program pemasangan lead di beberapa titik. Selain itu, system drainase di Candi Buddha terbesar itu juga akan diteliti. Sejak 2011, Jerman memang telah memberikan dukungan baik berupa dana maupun tenaga ahli untuk melakukan berbagai kegiatan konservasi Candi Borobudur. Sedangkan untuk tahun 2014 ini, lanjut Hans, pihaknya akan focus melakukan pendekatan konservasi terhadap batu relief di dinding candi Borobudur. Laily Prihatiningtyas, Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, menyambut baik dengan langkah upaya konservasi yang dilakukan oleh Jerman dan UNESCO sebagai bentuk dukungan terhadap warisan budaya dunia itu. Menurut



Tyas, konservasi sangat dibutuhkan demi melestarikan candi peninggalan raja-raja wangsa Syailendra itu untuk masa depan. (http://regional.kompas.com/read/2014/11/17/15084021/Tim.Ahli.Jer man.Teliti.Kerusakan.Batu.Relief.Candi.Borobudur.) 3. Upaya untuk menjaga keasrian Borobudur Salah satu upaya untuk menekan keausan atau kerusakan batu adalah menggunakan alas kaki khusus yang lembut. Penggunaan alas kaki seperti ini sudah banyak dilakukan di negara maju. Di Jepang, misalnya, untuk memasuki suatu bangunan purbakala yang umumnya terbuat dari kayu, para pengunjung harus melepas alas kaki, kemudian menggantinya dengan alas kaki yang disediakan. Di Jerman Timur (kini sudah bersatu dengan Jerman Barat menjadi Jerman), untuk memasuki suatu kastil yang umumnya terbuat dari batu pualam (marmer), para pengunjung diharuskan melapisi alas kakinya dengan alas kaki khusus. Langkah selanjutnya adalah mengurangi sumber keausan atau kerusakan, dalam hal ini pengunjung yang akan mendaki candi. Salah satu upaya adalah membangun taman wisata dengan berbagai fasilitas di dalamnya. Diharapkan dengan adanya taman, pengunjung akan menyebar ke berbagai daya tarik yang tersedia sehingga arus pendaki candi dapat dikurangi. Taman wisata itu diharapkan akan melindungi Candi Borobudur (dilihat dari sudut konservasi) sekaligus menyedot pengunjung sebanyak-banyaknya (dilihat dari sudut pariwisata). Ditinjau dari sudut lingkungan hidup, pembangunan taman dirasakan besar manfaatnya, yaitu untuk menurunkan dayadukung lingkungan. Dayadukung lingkungan pariwisata dipengaruhi oleh dua faktor utama,



yakni tujuan wisatawan dan lingkungan biofisik lokasi pariwisata. Pada umumnya dayadukung lingkungan dari tinggi ke rendah adalah tempat hiburan, tempat olahraga, tempat belajar, dan tempat istirahat (Soemarwoto 1983:284). Di Candi Borobudur tujuan rekreasi belum mendapat perhatian. Rekreasi masih terlalu sering diartikan sebagai bermain-main atau sebagai sarana hiburan. Akibatnya, dayadukung lingkungan tergolong tinggi sehingga kerusakan candi juga semakin tinggi. Dilihat dari faktor biofisik, Candi Borobudur mempunyai dayadukung lingkungan rendah. Artinya Candi Borobudur tidak sanggup menampung banyak wisatawan sekaligus. Selain itu Candi Borobudur mempunyai daya lenting atau daya pulih rendah. Maksudnya bila Candi Borobudur rusak maka dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat pulih. Oleh karena itu adanya taman wisata diharapkan akan berfungsi mengurangi arus pendaki candi, yang berarti pula meningkatkan dayadukung lingkungan (dilihat dari faktor biosfisik). Banyaknya daya tarik atau fasilitas yang berhubungan dengan arkeologi, akan menjadikan Candi Borobudur bukan sebagai tempat rekreasi belaka tetapi sebagai tempat belajar. Dengan demikian dayadukung lingkungan akan semakin rendah (dilihat dari faktor tujuan wisatawan). Dari hasil pengamatan, umumnya tujuan utama pengunjung lokal adalah teras arupadhatu. Di tempat itu mereka membuka perbekalan atau merokok. Itu sebabnya sampah terakumulasi di teras ini. (https://hurahura.wordpress.com/2010/12/07/pengunjung-danmasalah-konservasi-candi-borobudur/)



B. Analisis 1. Makna Relief Candi Borobudur Arsitektur Candi Borobudur diyakini memiliki makna penting tentang pemahaman manusia terhadap kehidupan dunia dan keyakinan religi manusia pada masa pembangunannya. Selain sebagai lambang alam semesta dengan pembagian vertikal (Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu), Candi Borobudur juga mengandung maksud tertentu yang dilukiskan melalui relief-relief ceritanya. Menurut catatan Balai Konservasi Borobudur, dalam bangunan Candi Borobudur terdapat 1.460 panil relief cerita (tersusun 11 deretan mengitari bangunan candi) dan relief dekoratif (berupa relief hias) sebanyak 1.212 panil. Relief cerita pada tingkat Kamadhatu (kaki candi) mewakili dunia manusia menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat oleh nafsu duniawi. Hal ini terlihat pada dinding kaki candi yang asli terpahatkan 160 panil relief Karmawibhangga yang menggambarkan hukum sebab akibat. Tingkat Rupadhatu (badan candi) mewakili dunia antara, menggambarkan perilaku manusia yang sudah mulai meninggalkan keinginan duniawi, akan tetapi masih terikat oleh suatu pengertian dunia nyata. Pada tingkatan ini dipahatkan 1.300 panil yang terdiri dari relief Lalitavistara, Jataka, Avadana, dan Gandawyuha. Sedang pada tingkat Arupadhatu tidak ada relief, melainkan terdapat patung-patung



Berikut uraian singkat dari relief tersebut: A.



Tingkat 1 Relief Lalitavistara menggambarkan riwayat hidup Sang Buddha



Gautama dimulai pada saat para dewa di surga Tushita mengabulkan permohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia menjelma menjadi manusia bernama Buddha Gautama. Ratu Maya sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran gajah putih dirahimnya. Di Taman Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi nama pangeran Sidharta. Pada waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh langkah pertamanya tumbuh bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal, dan Sidharta diasuh oleh bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan Yasodhara yang disebut dengan dewi Gopa. Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami empat perjumpaan yaitu bertemu dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang mati membuat Sidharta menjadi gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita, sakit dan mati. Akhirnya Sidharta bertemu dengan seorang pendeta, wajah pendeta itu damai, umur tua, sakit, dan mati tidak menjadi ancaman bagi seorang pendeta. Oleh karena menurut ramalan Sidharta akan menjadi pendeta, maka ayahnya mendirikan istana yang megah untuk Sidaharta. Setelah mengalami empat perjumpaan tersebut Sidharta tidak tenteram tinggal di istana, akhirnya diam-diam meninggalkan istana. Sidharta memutuskan enjadi pendeta dengan memotong rambutnya. Pakaian istana ditinggalkan dan memakai pakaian budak yang sudah meninggal, dan bersatu dengan orang-orang



miskin. Sebelum melakukan samadi Sidharta mensucikan diri di sungai Nairanjana.



Sidharta



senang



ketika



seorang



tukang



rumput



mempersembahkan tempat duduk dari rumput usang. Di bawah pohon Bodhi pada waktu bulan purnama di bulan Waisak, Sidharta menerima pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota Benares. a. Dinding bawah relief Manohara dan Avadana (120 panil) Cerita Manohara menggambarkan cerita udanakumaravada yaitu kisah perkawinan pangeran Sudana dengan bidadari Manohara. Karena berjasa menyelamatkan seekor naga, seorang pemburu bernama Halaka mendapat hadiah laso dari orang tua naga. Pada suatu hari Halaka melihat bidadari mandi di kolam, dengan lasonya berhasil menjerat salah seorang bidadari tercantik bernama Manohara. Oleh karena Halaka



tidak



sepadan



dengan



Manohara,



maka



Manohara



dipersembahkan kepada pangeran Sudana, meskipun ayah Sudana tidak setuju. Banyaknya rintangan tidak dapat menghalangi pernikahan pangeran Sudana dengan Manohara. Cerita Awadana mengisahkan penjelmaan kembali orang-orang suci, diantaranya kisah kesetiaan raja Sipi terhadap makhluk yang lemah. Seekor burung kecil minta tolong raja Sipi agar tidak dimangsa burung elang. Sebaliknya burung elang minta raja Sipi menukar burung kecil dengan daging raja Sipi. Setelah ditimbang ternyata berat burung kecil dengan raja Sipi sama beratnya, maka raja Sipi bersedia mengorbankan diri dimangsa burung elang. Seorang pemimpin harus berani mengorbankan dirinya untuk rakyat kecil dan semua makhluk hidup.



b. Langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala (372 panil)



dan Langkan atas (kisah binatang) relief Jataka (128



panil) Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka yang mengisahkan reinkarnasi sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai seorang manusia bernama pangeran Sidharta Gautama. Kisah ini cenderung pada penjelmaan sang Buddha sebagai binatang yang berbudi luhur dengan pengorbanannya. Cerita jataka diantaranya kisah kera dan banteng. Kera yang nakal suka mengganggu banteng, namun banteng diam saja. Dewi hutan menasehati banteng untuk melawan kera, namun banteng menolak mengusir kera karena takut kera akan pergi dari hutan dan mengganggu kedamaian binatang-binatang lain. Akhirnya dewi hutan bersujud kepada banteng karena sikap banteng didalam menjaga keserasian dan kedamaian di hutan. Kisah jataka lainnya adalah pengorbanan seekor gajah yang mempersembahkan dirinya untuk dimakan oleh para pengungsi yang kelaparan.



B.



Tingkat 2 Dinding relief Gandawyuha (128 panil) dan Langkan relief Jataka/Avadana (100 panil) Relief ini mungkin melanjutkan kehidupan Sang Buddha di masa lalu. Beberapa adegan dikenal kembali antara lain terdapat pada sudut barat laut, yaitu Bodhisattva menjelma sebagai burung merak dan tertangkap, akhirnya memberikan ajarannya.



C.



Tingkat 3



1. Dinding relief Gandawyuha (88 panil) Relief pada tingkatan ini menggambarkan riwayat Bodhisattva Maitreya sebagai calon Budha yang akan datang, merupakan kelanjutan dari cerita di tingkat II. 2. Dampak dari kerusakan pada relief terhadap keindahan Candi Magelang - Sebanyak 112 bidang dinding relief dan stupa induk Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah masih mengalami kebocoran. Namun, mulai Senin (20\/12\/2010), candi peninggalan sejarah dunia itu tetap dibuka kembali untuk umum. Bocornya ratusan relief dan stupa induk candi yang sedang dalam pemugaran itu, sama sekali tidak mempengaruhi antusiasme wisatawan domestik dan mancanegara. Mereka tetap berdatangan ke Borobudur. Stupa induk bocor disebabkan hilangnya pasir dan penutup pada bagian sambungan batu stupa yang disebut mortar. Tidak jauh berbeda dengan 112 dinding relief yang dipugar, karena sistem drainase yang rusak dan merembes ke lantai dan menembus dinding relief di pinggiran candi. Akibatnya, ratusan dinding relief lembab dan jika dibiarkan akan muncul kadar asam yang sangat tinggi. Lumut menutupi relief dan batu yang ada di relief bisa menghitam dan mengeras. Kepala Balai Konservasi Candi Borobudur Magelang, Marsis Sutopo menyatakan kerusakan 112 bagian relief candi, tidak ada kaitannya dengan terjadinya erupsi Merapi. Ini sudah merupakan pekerjaan tahunan dari Balai Konservasi Candi



Borobudur



Magelang.



"Dari 112 bagian dinding relief candi, tinggal dua bagian relief candi yang sampai sekarang belum selesai. Yaitu relief bagian barat daya dan



relief bagian barat laut. Mudah-mudahan mulai akhir bulan ini sudah bisa selesai untuk perbaikan relief candi dilantai tiga," kata Marsis. Marsis menyatakan untuk penanganan tanggap darurat terhadap candi Borobudur yang diselimuti abu vulkanik, Balai Konservasi Borobudur tetap membuka candi mulai hari ini untuk umum. "Untuk pemanfaatkan kembali untuk dikunjungi wisatawan, sehingga wisatawan yang berkunjung mempunyai pengetahuan atau pengalaman tentang penanganan usai berkunjung ke candi," ujarnya. Marsis menyatakan beberapa bagian yang sudah diperbolehkan untuk dikunjungi adalah lantai pundak, lantai kaki atau selasar candi, lantai lorong atas hanya di lantai tujuh. "Untuk lantai tiga pada bagian barat daya dan barat laut tetap kita tutup karena ada pengerjaan pemugaran dan pembersihan relief candi yang bocor," imbuhnya. Pembukaan candi Borobudur disambut gembira para wisatawan. Mereka tampak menikmati suasana walaupun tidak seluruh candi bisa dikunjungi mereka. Beberapa portal kayu di berbagai sudut membatai ruang gerak mereka di situs perlindungan budaya UNESCO ini. "Saya sangat senang dengan dibukanya kembali candi Borobudur. Sayang jika candi semegah ini tidak dibuka dan dimanfaatkan kembali untuk dunia wisata,"



kata



Heli



(47)



wisatawan



asal



Semarang.



Turis asing pun senang dengan dibukanya kembali Borobudur. "Borobudur adalah monumen kemanusiaan yang paling indah. Kami pertama kali ke Indonesia dan akan kembali lagi kesini," kata Gabriel Stevano (65) dan istrinya.



3. Bagaimana cara menjaga dan merawat candi Borobudur Berikut cara-cara perawatan candi Borobudur berdasarkan setiap faktor yang mempengaruhi kerusakan candi Borobudur. Berdasarkan faktor tekanan setiap batuan dan faktor suhu, cara perawatan yang dapat dilakukan hanya memperbaiki batuan yang retak dan mengganti batuan yang pecah. Hanya cara ini yang dapat dilakukan karena tentunya kita tidak dapat menjadikan setiap batuan yang ada di candi Borobudur menjadi lebih ringan sehingga tekanan antarbatuan berkurang atau mengahalangi sinar matahari yang menerpa candi Borobudur. Cara memperbaiki batuan yang retak adalah dengan menambal batuan menggunakan campuran pasir dan semen. Sedangkan untuk mengganti batuan yang pecah digunakan batu andesit yang telah disesuaikan bentuk dan ukurannya dengan yang asli. Untuk perawatan terhadap faktor lumut, ganggang, dan jamur kerak, pembersihan lumut yang dilakukan dalam pembersihan batu di Candi Borobudur adalah pembersihan secara kimiawi dan mekanis. Metode ini menggunakan cairan kimia Hivar XL. Metode pembersihan kimiawi menggunakan bahan tersebut dengan konsentrasi 1%. Bahan kimia ini digosok pada setiap permukaan batuan andesit yang ditumbuhi lumut, ganggang, maupun jamur kerak. Lumut, ganggang, dan jamur kerak akan mati saat digosok dengan Hivar XL. Pembersihan secara mekanis yang dilakukan berupa penggosokan dengan sikat baik secara kering maupun basah. Penggosokan dengan sikat menyebabkan rontoknya lumut dan jamur kerak yang tumbuh pada batuan. Namun pembersihan dengan cara ini dapat mengakibatkan kerontokan permukaan batuan. Metode lain yang digunakan adalah



pembersihan secara fisik menggunakan steam cleaner. Dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan menerangkan bahwa metode pembersihan yang dipakai mempunyai kelemahan, khususnya pembersihan secara mekanis dan steam cleaner. Kelemahan tersebut di antaranya adalah dapat menimbulkan efek kerontokan pada permukaan batuan. Berdasarkan hasil penelitian metode pembersihan lumut dengan pemanasan lebih efektif dibandingkan dengan pembersihan secara mekanis, tetapi metode pembersihan dengan pemanasan ini kurang aman untuk digunakan pada benda cagar budaya karena adanya kontak langsung antara permukaan benda dengan api. Dari pengamatan mikroskopis terlihat adanya perubahan pada permukaan batu yang terjadi setelah dilakukan proses pemanasan. Yang terakhir adalah cara perawatan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Cara pencegahan dari pengambilan dan perusakan batu candi adalah dengan memberikan peringatan kepada setiap pengunjung candi Borobudur agar tidak merusak candi. Untuk melestarikan candi Borobudur, baik bangunan itu sendiri maupun budaya dan nama besarnya tentunya diperlukan bantuan dari berbagai pihak, termasuk diri kita sendiri. Dengan memperkenalkan candi Borobudur di mata internasional kita turut melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia dan ikut mengharumkan nama candi Borobudur. Dengan terkenalnya Candi Borobudur ke seluruh dunia, maka kebanggaan kita sebagai warga Negara Indonesia pun ikut terangkat. (http://wahyupego.blogspot.co.id/2012/10/perawatan-dan-pelestariancandi.html)



BAB III PENUTUPAN A.



Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menulis kesimpulan bahwa : 1. Candi Borobudur adalah salah satu keajaiban dunia yang berada di Indonesia yang tepatnya di daerah Yogyakarta. 2. Candi Borobudur memiliki tiga tingkatan candi dan bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. 3. Disetiap tingkatan dinding candi memiliki relief dengan makna yang berbeda. 4. Candi Borobudur digunakan sebagai objek wisata sekaligus sebuah tempat bersejarah.



B.



Saran 1. Dengan adanya karya tulis ini pembaca dapat mengetahui latar belakang candi borobudur. 2. Mengetahui makna relief yang ada di dinding candi borobudur. 3. Untuk para pengunjung agar dapat menjaga dan melestarikan relief yang terdapat pada candi.



DAFTAR PUSTAKA



1. (https://id.wikipedia.org/wiki/Relief) 2. (http://regional.kompas.com/read/2014/11/17/15084021/Tim.A hli.Jerman.Teliti.Kerusakan.Batu.Relief.Candi.Borobudur.) 3. (https://hurahura.wordpress.com/2010/12/07/pengunjung-danmasalah-konservasi-candi-borobudur/) 4. (http://wahyupego.blogspot.co.id/2012/10/perawatan-danpelestarian-candi.html)



LAMPIRAN- LAMPIRAN



Gambaran kerusakan relief dari dekat



Gambaran kerusakan relief dari jauh



Kerusakan pada relief



Kerusakan pada relief



Kerusakan relief dari jauh