SNI 03-6456.1-2000 Tata Cara Pengontrolan Sungai Bag-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SNI 03-6456.1-2000



Standar Nasional Indonesia



Tata cara pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan Bagian 1 - Pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan



ICS 93.010



Badan Standardisasi Nasional



BSN



Daftar isi



Daftar isi ..........................................................................................................................



i



Prakata...............................................................................................................................



ii



Pendahuluan .....................................................................................................................



iii



1



Ruang lingkup .............................................................................................................



1



2



Acuan normatif … ........................................................................................................



1



3



Istilah dan definisi .....................................................................................................



1



4



Desain terpadu untuk bangunan pengelak dan bangunan permanen ......................



1



5



Tahapan pengelakan ...................................................................................................



4



6



Alur pengelak ...............................................................................................................



7



Lampiran A Daftar istilah (informatif)



...........................................................................



Lampiran B Daftar nama dan lembaga (informatif)



15



......................................................



20



Bibliografi .........................................................................................................................



21



Prakata



Standar tentang ’Tata cara pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan, Bagian 1 Pengendalian sungai selama pelaksanaan’ merupakan revisi dari SNI 03-6456.1-2000, ’Tata cara pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan, Bagian 1 Pengendalian sungai selama pelaksanaan. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Sub Panitia Teknk Bidang Sumber Daya Air melalui Gugus Kerja Pendayagunaan Sumber Daya Air Bidang Bahan dan Geoteknik. Tata cara penulisan disusun mengikuti PSN 8 Tahun 2007 dan dibahas pada forum rapat teknis dan rapat konsensus dengan melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait.



SNI0 03-6425.1:2000



Tata cara pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan Bagian 1 Pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan



1



Ruang lingkup



Standar ini membahas tentang metode pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari air dan aman terhadap banjir.



2



Acuan normatif



SNI 03-1731-1989, Tata cara keamanan bendungan SNI 03-2415-1991, Tata cara perhitungan debit banjir SNI 03-3432-1994, Tata cara penetapan banjir desain dan kapasitas pelimpah untuk bendungan SNI 03-3412-1994, Tata cara perhitungan debit sungai harian.



3



Istilah dan definisi



3.1 bendungan setiap penahan buatan, jenis urugan atau jenis lainnya, yang menampung air atau dapat menampung air baik secara alamiah maupun buatan, termasuk fondasi, bukit/tebing tumpuan, serta bangunan pelengkap dan peralatannya (SNI 03-17311989). 3.2 bendungan pengelak bangunan penahan buatan, jenis urugan atau jenis lainnya untuk mengalihkan aliran selama pelaksanaan konstruksi bendungan. 3.3 pintu air pelayaran bangunan pintu yang terletak di suatu bagian sungai dan digunakan untuk jalur lalu-lintas air. 3.4 lapisan pelindung lapisan yang digunakan untuk melindungi saluran agar tidak tererosi atau tergerus.



4



Desain terpadu untuk bangunan pengelak dan bangunan permanen



Bangunan pengelak harus merupakan bagian dari perencanaan proyek, untuk itu maka : a)



Harus didasarkan pada kondisi hidrologi, topografi dan geologi yang sama dari lokasi seperti pada bendungan utama.



b)



Sebagian dapat ditentukan oleh kebutuhan awal pengoperasian bangunan utama pada tinggi tekan yang berbeda.



c)



Dapat mempengaruhi posisi bendungan utama, tipe dan atau bangunan pelengkap.



d)



Dapat menimbulkan permasalahan terhadap keseluruhan konstruksi yang mungkin berpengaruh besar terhadap waktu dan biaya pelaksanaan. 1 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



e)



Harus mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.



f)



Sedapat mungkin menjadi satu kesatuan dengan bangunan permanen di akhir pekerjaan.



4.1



Pengaruh sungai dan kondisi lokasi terhadap pemilihan bangunan pengelak



Biaya dan waktu pelaksanaan konstruksi terowong pengelak, saluran dan gorong-gorong akan lebih besar untuk sungai yang lebih besar, juga ditentukan oleh debit rencana, dimensi terowong dan elevasi muka air sesuai dengan aliran yang dielakkan. Penghematan yang besar kadang-kadang dapat dicapai dengan mendesain kapasitas debit yang lebih kecil dan membiarkan terjadi limpasan di atas bendungan pengelak pada keadaan tertentu. Pemecahan yang ekstrim adalah dengan meniadakan bangunan pengelak dan membiarkan aliran melalui bendungan, seperti dalam hal konstruksi bendungan dengan pentahapan, tanpa adanya bendungan pengelak. Topografi dan geologi lapangan merupakan faktor dalam pemilihan bangunan pengelak. Hal tersebut tidak akan sama pada lembah yang sempit dan tebing miring dengan sungai yang lebar dan datar. Keadaan geologi harus juga dipertimbangkan dalam desain. Penyelidikan geologi sangat penting, terutama untuk terowong pengelak dengan tujuan untuk mengetahui kondisi tanah alami dan mencegah tertundanya pelaksanaan. Ketersediaan bahan setempat yang sesuai (kayu, batuan, lempung, dan lain-lain) dapat mempengaruhi pemilihan perencanaan yang optimum; misal kisi-kisi kayu yang diisi batu seringkali paling efektif untuk membuat bendungan pengelak. 4.2



Pengaruh pengoperasian awal terhadap desain bangunan pengelak



Pengisian waduk secara bertahap kadang-kadang diperlukan sebelum selesainya konstruksi bendungan dan dengan pertimbangan semacam ini mungkin mempengaruhi penetapan tipe bendungan dan pengelak aliran. 4.3



Pengaruh desain bangunan pengelak terhadap tipe, posisi dan bangunan pelengkap bendungan



Pemilihan tipe bendungan akan tergantung dari metode pengendalian sungai selama pelaksanaan, misal suatu bendungan urugan tanah tidak layak bila bangunan pengelaknya tidak dapat menghindari limpasan sebelum pekerjaan selesai. Kadang-kadang lokasi bendungan perlu dipindahkan ke lembah yang lebih lebar untuk memberi fasilitas dalam pelaksanaan bangunan pengelak, meskipun terdapat tambahan volume pada bendungan utama. Hal ini penting khususnya pada sungai yang besar, tidak hanya pada pembangunan tinggi tekan yang rendah tetapi juga pada tinggi tekan yang tinggi, dimana pada bagian lembah yang lebih sempit tidak selalu merupakan lokasi yang terbaik, jika pembuatan bangunan pengelak terlalu sulit dan mahal. Pemilihan dari rencana pengelak dapat juga didasarkan pada bagian lain dari bangunan permanen disamping bendungannya sendiri. Meskipun bangunan pengelak merupakan bangunan sementara, dalam beberapa hal dapat direncanakan secara keseluruhan atau sebagian merupakan bangunan permanen seperti pelimpah, bangunan pengeluaran, saluran pembawa air stasiun tenaga, irigasi atau bangunan pengeluaran lainnya. Tata letak umum dan tahap pelaksanaan sering harus direncanakan pada awal pengeringan air untuk bangunan yang pelaksanaannya memerlukan waktu yang lama (misalnya stasiun tenaga listrik). 4.4



Pengaruh waktu dan biaya konstruksi terhadap bangunan pengelak dan penutupannya



Selain dari pengaruh biaya bangunan pengelak, metode yang digunakan berdampak terhadap program pelaksanaan keseluruhan dan biaya dari pekerjaan permanen.



2 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Apabila rencana pengendalian sungai yang dimaksudkan untuk membuat bangunan permanen secara tidak beraturan, maka biaya akan meningkat karena memerlukan jumlah peralatan lebih banyak dan penggunaan tenaga manusia yang kurang efisien. Penundaan pelaksanaan pekerjaan pengelak dapat menimbulkan tertundanya penyelesaian proyek sampai satu tahun pada sungai yang alirannya dipengaruhi oleh musim. Oleh karena itu dalam pemilihan penataan pekerjaan pengelakan sungai, perlu menitik beratkan perhatian pada pelaksanaanya seperti waktu yang diperlukan dalam mobilisasi di lokasi kerja, penyediaan bahan dan peralatan terutama untuk pengelakan sungai melalui alur sementara. Permasalahan pada saat konstruksi lebih banyak dijumpai daripada pada saat desain. 4.5



Faktor lingkungan



4.5.1 Lalu lintas sungai Pada beberapa daerah lalu lintas sungai mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, karena itu perlu diatur agar lalu lintas ini tidak terganggu selama pelaksanaan pekerjaan. Cara yang paling umum dalam penyelesaian permasalahan adalah dengan membuat bangunan permanen di alur sungai pada tahapan yang terpisah, dikelilingi dengan bendungan pengelak yang diperlukan. Dalam suatu proyek dua tahap dari tipe ini, pada tahap pertama dibangun bendungan pengelak semi lingkaran pada setiap tebing dengan membiarkan tengah alur bebas untuk lalu lintas, dan menyediakan lokasi kerja yang nyaman untuk bagian-bagian dari bangunan permanen terutama pintu air pelayaran. Pada tahap kedua bendungan pengelak dihilangkan agar pintu air pelayaran dapat dimasuki lalu lintas, dan bendungan pengelak baru dibuat di tengah sungai untuk menyelesaikan pekerjaan. Metode alternatif untuk menghindari terhentinya lalu lintas sungai yaitu dengan membuat bangunan beton seperti pintu air pelayaran pada daerah kering pada bagian tepi dari saluran dengan elevasi muka air rendah, dengan tanggul kecil untuk melindungi bila terjadi banjir. Dengan demikian perahu dapat melalui pintu air pelayaran, saluran dengan elevasi muka air rendah dapat ditutup dengan bendungan permanen. 4.5.2 Jalan ikan Pada bangunan pengelak sering diperlukan adanya sarana untuk jalan ikan. Salah satu pilihan adalah dengan membuat pipa atau saluran khusus dengan jalan ikan, tetapi pilihan tersebut cukup mahal. Alternatif yang murah adalah dengan membuat tangga ikan pendek dan suatu kolam pada bagian hilir, menyediakan jalan masuk ke terowong pengelak utama atau saluran. Aliran harus tidak terlalu cepat, dan bila aliran sangat cepat, digunakan tanki angkut untuk mengangkut ikan ke hulu yaitu ke sumur di atas lapangan kerja. Sebagai pilihan lain tanki angkut tersebut digunakan selama pelaksanaan, ini merupakan pilihan yang sering digunakan. 4.5.3 Sampah terapung Kadang-kadang perlu diatur agar batang kayu, atau sampah lainnya dapat lewat bangunan pengelak tanpa terjadinya penyumbatan atau pengurangan kapasitas pengelak. Sampah tersebut mungkin dialirkan melalui terowong pengelak, tetapi bila diperkirakan terdapat tumbangan pohon tertentu, perencana harus menjamin bahwa terowong mempunyai dimensi yang longgar dengan jagaan yang cukup antara permukaan air bebas dan puncak terowongan, beton dengan lapisan pelindung bila batuan mudah tererosi, bebas dari rintangan pada jalan masuk bagian hulu (tidak ada pemisah), dan selurus mungkin, dengan lengkungan besar. Balok sekat yang dipasang di hulu mulut terowong akan menahan beberapa sampah terapung, terutama kayu yang kemudian dapat diangkut ke hilir lewat darat (kadang-kadang dibuat jalan khusus untuk keperluan tersebut). 3 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



4.5.4 Areal waduk Pemindahan penduduk, kegiatan penambangan dan pengambilan bahan di areal waduk dapat menunda pelaksanaan pengelakan sungai, dan membatasi laju kenaikan muka air. 4.5.5 Kualitas air di hilir Pelaksanaan pekerjaan dapat berpengaruh serius terhadap kualitas air sungai secara fisik maupun biologis. Pada waktu perencanaan bangunan pengelak, permasalahan tersebut harus diperhatikan dan dapat diadakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi hingga mencapai tingkat polusi yang dapat diterima oleh pengguna air di bagian hilir. 4.5.6 Sistem peringatan dini Di awal pelaksanaan harus diadakan perencanaan sistem peringatan dini sehingga baik manusia maupun peralatan dapat dievakuasi pada waktu yang tepat bila terjadi banjir atau terlampauinya kapasitas bangunan pengelak. Tanda peringatan harus dipasang di hilir bila dikhawatirkan bendungan pengelak akan hanyut. Sistem peringatan dini harus dilengkapi dengan peta genangan dan rencana evakuasi. 4.6



Penyatuan dalam bangunan permanen



Terowong pengelak, gorong-gorong, dan lain-lain secara keseluruhan atau sebagian sering menjadi satu kesatuan dengan bangunan permanen, sering kali digunakan sebagai bangunan pembuang dasar, pipa pesat, atau pelimpah.



5



Tahapan pengelakan



Pelaksanaan bangunan permanen pada alur sungai dapat dibagi atas 3 cara : a)



Pengelakan sungai dan pelaksanaan bangunan permanen dilakukan dalam satu tahap.



b)



Dua bendungan pengelak atau lebih dapat dibangun dengan mengelakkan aliran sungai melalui beberapa alur yang berbeda pada tahapan pelaksanaan yang berbeda.



c)



Bagian dari bangunan permanen di atas muka air sungai dapat dibangun secara terpisah dari bagian bangunan yang berada pada alur sungai.



5.1



Pengelak tahapan tunggal



Metode tahapan tunggal terutama digunakan pada lembah yang sempit. 5.1.1 Urutan pekerjaan Pekerjaan pengelakan biasanya dilakukan dengan urutan berikut : a)



Melaksanakan pembangunan bendungan pengelak sebagian untuk memungkinkan pelaksanaan terowong pengelak, gorong-gorong, saluran dan bangunan pengendali,



b)



Melaksanakan pembangunan bangunan pengendali.



c)



Mengalihkan aliran ke alur tersebut,



d)



Melaksanakan pembangunan bendungan pengelak seutuhnya,



e)



Melaksanakan pembangunan pekerjaan permanen,



f)



Menutup alur pengelak, mulai penggenangan (penutupan sungai selesai).



g)



Pengalihan aliran sungai ke alur sementara dan akhirnya menutup pengelak untuk mulai penggenangan, biasanya merupakan kegiatan yang kritis, dan perlu adanya studi secara cermat. Harus dipastikan bahwa alur pengelak sudah siap setelah tanggul



terowong



pengelak,



4 dari 21



gorong-gorong,



saluran



dan



SNI0 03-6425.1:2000



penutup sementara dibangun, bila tidak aliran sungai akan menjadi terbendung dan aliran tidak dapat dialihkan. 5.1.2



Bangunan pengelak



Komponen utama untuk bangunan pengelak dengan metode tahapan tunggal dapat dilihat pada gambar 1. Terowong, saluran atau gorong-gorong pengelak mengelilingi daerah pelaksanaan konstruksi yang dilindungi oleh bangunan pengelak hulu dan hilir. Satu alur atau lebih mungkin diperlukan, sehingga sering kali kedua tebing sungai digunakan. Pada lembah batuan yang sempit dipilih terowong, sedangkan gorong-gorong atau saluran digunakan pada sungai yang lebar dan datar atau bila batuan terlalu lemah dan tidak efisien untuk pembuatan terowong. Sebagai contoh pengelak sungai tahap tunggal adalah Bendungan Serre Poncon pada Sungai Durance di Perancis. Bendungan tersebut dibuat pada periode 1955-1960 berupa tipe urugan aluvial dengan inti tanah vertikal, tinggi 120 m, panjang puncak 600 m, volume urugan 14 x 106 m3, dengan kapasitas 1.800 m3/dt masuk terowong miring di tebing kiri. Stasiun tenaga listrik bawah tanah (4 x 80 MW) juga terletak pada tebing kiri. Dua terowong pengelak dengan diameter 9,30 m panjang 900 m dibuat di dalam tebing kiri. Bendungan pengelak hulu dengan tinggi 13,50 m terdiri dari timbunan aluvial dengan inti vertikal dan selimut kedap air di bagian hulunya, mampu mengendalikan aliran sungai dengan debit 1.800 m3/dt. Kenyataannya tidak ada bendungan pengelak hilir, melainkan hanya bendungan yang lebih rendah, yang memungkinkan untuk mengeringkan daerah pondasi bendungan . Akhirnya kedua terowong digunakan sebagai pelimpah dan pembuang bawah, dengan kapasitas maksimum 1.800 m3/dt, kemudian terowong bercabang ke stasiun pembangkit listrik. Contoh lain dari pengelak tahap tunggal adalah Bendungan Itaipu di sungai Parana, namun perencanaan yang lebih rumit. Sebagian dari Sungai Parana membentuk batas internasional antara Brazil dan Paraguay. Dilihat dari tebing kanan ke tebing kiri, terdapat bagian bendungan urugan sepanjang 872 m, sebuah pelimpah dengan kapasitas 62.200 m3/dt sepanjang 483 m, bagian dari bendungan penahan sepanjang 986 m, bendungan utama, (tipe bendungan graviti berongga dengan panjang 1.064 m dan tinggi 196 m) dengan sebuah stasiun pembangkit tenaga listrik kapasitas 18 x 700 MW, dan bangunan pengendali untuk saluran pengelak 70 m dan akhirnya bagian timbunan 4.278 m. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut : a)



Saluran pengelak terletak antara penahan batuan hulu dan hilir, panjang 2.000 m, lebar 150 m dan dalam 90 m digali di tebing kiri pada titik paling dalam.



b)



Bangunan pengendali yang terdiri dari dua belas pintu untuk debit total 35.000 m3/dt yang harus dibuat sebelum terjadi limpasan pada bendungan pengelak,



c)



Kemudian dimulai tahap pertama dari pelaksanaan bendungan pengelak urugan batu di alur sungai.



d)



Bendungan pengelak lengkung hulu dan hilir dibuat pada saluran pengelak,



e)



Penahan batuan pada kedua ujung saluran dibongkar,



f)



Bendungan pengelak lengkung dibongkar, dan aliran sungai dielakkan melalui saluran,



g)



Bendungan pengelak urugan hulu dan hilir diselesaikan,



Areal di antara kedua bendungan pengelak tersebut dikeringkan untuk pelaksanaan Pelaksanaan bangunan permanen di alur sungai ini dilakukan pada bagian yang kering diantara kedua bendungan pengelak hulu dan hilir, bagian sayapnya dibuat pada tebing sungai. Ujung tebing kiri dari stasiun tenaga listrik, dengan ruangan untuk tiga set generator, 5 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



ditempatkan dibelakang bangunan pengendali saluran pengelak, dan pelaksanaannya harus menunggu penutupan saluran. 5.2



Pengelakan tahapan ganda



5.2.1 Urutan pekerjaan Pada kebanyakan pengelakan pada sungai-sungai yang lebar, pengelakan harus dilakukan dalam beberapa tahapan dan hal ini merupakan cara pelaksanaan yang paling umum dilakukan pada waktu ini. Untuk metode pengelak dengan dua tahap, urutannya sebagai berikut : a)



Laksanakan pembangunan bendungan pengelak yang biasanya diperpanjang sampai di alur sungai untuk menyediakan ruangan kerja yang kering agar konstruksi bangunan pengeluaran permanen dan sebagian dari bendungan utama dapat dikerjakan, penggalian dapat dilakukan pada tebing lainnya untuk memperbesar penampang sungai dan menaikkan kapasitas pengaliran.



b)



Bangunan pengeluaran dan sebagian bendungan dibangun pada lokasi yang kering di belakang bendungan pengelak.



c)



Bendungan pengelak diperbesar dan diperpanjang ke alur sungai untuk memperbesar lokasi kerja yang kering sebelum aliran sungai dielakkan ke bangunan pengeluaran permanen, tetapi jika memungkinkan hal ini lebih baik dihindari.



d)



Sebagian atau seluruh bendungan pengelak dibongkar sehingga aliran sungai dapat melalui bangunan pengeluaran permanen.



e)



Dibangun bendungan pengelak tahap kedua.



f)



Bangunan permanen yang belum dilaksanakan dibangun di belakang bendungan pengelak tahap kedua ini.



g)



Penutupan sungai hanya berupa penghentian aliran melalui bangunan pengeluaran.



5.2.2 Tahap pengelakan Tahap utama dari pelaksanaan penutupan sungai pada lembah lebar dapat dilihat pada gambar 2 (mewakili sebuah rencana pengelak dua tahap). Perencanaan pengelakan dengan lebih dari dua tahap diuraikan pada butir 6. Ujung bendungan pengelak yang berhubungan dengan aliran air harus dilindungi dengan urugan batu-batu besar yang berat, bronjong, atau turap pancang berongga atau penuh. Kecepatan aliran harus dijaga pada kecepatan yang memungkinkan untuk menghindari terjadinya erosi, perbedaan tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu kurang dari 5 m. Kecepatan yang lebih tinggi diizinkan pada tahap kedua, tetapi tinggi tekan biasanya lebih rendah dari perencanaan terowong tahap tunggal. Ruang kerja di belakang bendungan pengelak harus cukup untuk penempatan alat-alat konstruksi dan jalan masuk. Sebagian besar bangunan permanen yang rumit, seperti stasiun tenaga listrik dan pelimpah, lebih baik ditempatkan pada alur sungai yang paling dangkal, di lokasi tahap pertama. Bila kondisi topografinya sesuai dan lembahnya lebar, bangunan tersebut dapat dibangun pada tebing di atas muka air sungai. Salah satu contoh dari pengelak dua tahapan adalah Bendungan Iron Gate di sungai Danube yang merupakan rencana pembangunan listrik tenaga air dan navigasi sungai yang dibangun oleh Romania dan Yugoslavia. Ada pembangkit tenaga listrik 1.025 MW dan terdapat pintu air pelayaran 310 m x 34 m pada setiap tebing, dengan pelimpah yang berkapasitas 15.400 m3/dt pada tengah sungai. Panjang total dari bangunan ini sekitar 1.000 m. Rencana pengelak didesain khusus untuk sungai yang relatif sempit dengan tebing 6 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



batuan curam, dan debit sungai rata-rata adalah 5.500 m3/dt, dengan banjir 1.000 tahunan 19.360 m3/dt. Lalu lintas sungai internasional harus selalu terjaga tanpa gangguan. a)



Pada tahap pertama, bendungan pengelak dibangun dari tiap tebing untuk pelaksanaan pembangkit tenaga listrik dan pintu air pelayaran, dengan aliran es dan lalu lintas air melalui tengah sungai dengan menyisakan ruang antara (celah) selebar 276 m. Kecepatan permukaan air yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt, yaitu merupakan kecepatan maksimum yang dapat diterima untuk lalu lintas air di sungai dengan kapal motor. Tiga bukaan untuk pelimpah dibuat di belakang bendungan pengelak kanan, digunakan untuk pengelak tahap kedua.



b)



Tahap kedua terdiri dari pembuatan bendungan pengelak di tengah alur untuk bangunan pelimpah, bendungan pengelak tahap pertama dibongkar untuk memungkinkan aliran sungai mengalir melalui bukaan pelimpah dan dua pintu turbin di tebing kanan tempat stasiun pembangkit tenaga listrik yang ~dibuat sebelumnya. Pintu air pelayaran digunakan untuk lalu lintas air pada tahap ini.



5.3



Konstruksi di atas muka air sungai



Salah satu metode untuk menghindari terganggunya lalu lintas air yaitu dengan membuat bangunan-bangunan permanen pada tebing sungai di atas alur sungai utamanya (Butir 4.5.1), sehingga alur sungai bebas untuk pelayaran. Metode ini sesuai untuk bangunan bendung atau pelimpah dengan tinggi tekan yang rendah (dengan atau tanpa pembangkit listrik di dekatnya), dengan paling sedikit ada bagian bendungan urugan pada satu tebing sungai. Metode ini hanya sesuai untuk sungai yang lebar, tetapi biasanya lebih murah dari pada pengelak dengan banyak tahapan, asalkan biaya penggalian pada tebing lebih rendah dari penghematan dalam bangunan sementara dan dalam harga satuan pada bangunan permanen yang jauh lebih murah. Hal ini merupakan kasus pada sungai lebar dengan angkutan sedimen dasar dan lalu-lintas air yang sibuk, sebab ruang antara harus cukup lebar untuk menghindari gerusan besar selama banjir, dan untuk menghindari arus yang deras dan pembentukan endapan yang akan mengganggu pelayaran. Persyaratan tersebut dapat dipenuhi dengan membuat bangunan permanen pada tebing sungai tetapi konstruksi di dalam bendungan pengelak akan lebih sulit. Metode ini telah digunakan di Perancis pada Sungai Rhine dan Rhone, di Rusia pada sungai Volga, dan di Austria pada sungai Drave. Di Gambshein pada sungai Rhein, pintu bendung dengan tinggi tekan rendah telah dibuat di atas muka air sungai pada tebing kanan. Untuk mengendalikan rembesan hanya digunakan dinding diapragma dalam tanah aluvial dan tanggul kecil di puncak sebagai perlindungan terhadap banjir. Stasiun pembangkit listrik tenaga air dan dua pintu air pelayaran untuk kapal dibuat dengan cara yang sama pada tebing kiri. Setelah pintu air pelayaran tersebut selesai, alur sungai diperlebar agar bendung dapat berhubungan dengan sungai, dan bendungan urugan sepanjang 250 m, tinggi 15 m telah dibuat dari ujung bendung yang melintang sungai. Sering penyelesain ini menghasilkan waktu pelaksanaan yang sangat singkat.



6



Alur pengelak



Sebelum mempertimbangkan beberapa variasi tipe alur pengelak perlu adanya pertimbangan untuk kasus khusus mengenai perlu tidaknya alur tersebut. Hal ini terjadi bila bendungan dibuat pada bangunan pengeluaran dari danau alami yang dalam, yang digunakan sebagai waduk. Dengan membuat terowong pengambilan lebih dulu, muka air dapat diturunkan untuk pembuatan bendungan, dan untuk pengaliran air selama periode pelaksanaan. Pada situasi yang agak khusus, alur pengelak dibagi menjadi tiga tipe: 7 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



a)



Terowong dan gorong-gorong



b)



Saluran terbuka



c)



Pintu air atau bangunan pelimpah pada bangunan permanen



Secara hidraulik terowong dan gorong-gorong adalah sama, perbedaannya gorong-gorong dipasang dengan metode gali dan urug sedangkan terowong digali di dalam tebing sungai. Terowong dan gorong-gorong mempunyai permasalahan hidraulik biasa dalam mengendalikan kedalaman air kritis, debit aliran, serta kehilangan tinggi tekan. Model fisik merupakan sarana yang bermanfaat, terutama untuk proyek yang besar, tidak hanya untuk mengoptimumkan kondisi hidraulik tetapi juga untuk mengkaji ulang tahapan pengelakan termasuk bangunan urugan batu di dalam air dan operasi penutupan. 6.1



Terowong dan gorong-gorong



6.1.1 Penerapan Pada umumnya penggunaan terowong dibatasi pada lembah batuan dengan tebing curam. Keuntungannya adalah bahwa terowong tidak mengganggu galian pondasi dan pelaksanaan pembuatan bendungan. Untuk lembah datar dan pada batuan yang terlalu lemah untuk perkuatan terowong efisiensi gorong-gorong di bawah bendungan urugan lebih menguntungkan tetapi pada umumnya terowong paling sering digunakan. 6.1.2 Ukuran Terowong Kapasitas terowong pengelak biasanya tidak lebih dari 2.000 m3/det untuk batuan baik dan batuan tersingkap 1.000 m3/det untuk batuan medium sampai jelek dengan lapisan pelindung dari beton. Namun demikian untuk diameter sampai dengan 16 m dan kapasitas sekitar 2.500 m3/det banyak diterapkan menurut beberapa penerbitan. Terowong yang tidak diberi lapisan pelindung dari batuan vulkanis (basalt) pada bendungan Fos Areia di Brazil didesain dengan kecepatan aliran 20 m/dt, dan dapat mengalirkan air dengan baik pada kecepatan 15 m/det. 6.1.3 Biaya Pembuatan terowong menjadi mahal, terutama bila diperlukan lapisan pelindung untuk mengatasi batuan yang buruk, mencegah erosi akibat angkutan benda padat, mengurangi kehilangan tinggi tekan dan lain-lain. Untuk setiap 1 m3/dt aliran yang dielakkan melalui terowong sepanjang 200-300 m, paling sedikit perlu 50 m3 galian dalam tanah dan 5 m3 beton bila tidak menggunakan lapisan pelindung, sedangkan bila dengan lapisan pelindung diperlukan 20 m3 beton. Pada kenyataanya kadang-kadang jauh lebih besar dari angka-angka tersebut, misal untuk bendungan urugan yang sangat tinggi akan memerlukan terowong pengelak yang panjang. 6.1.4 Jalan masuk Pada sungai besar, kadang-kadang cukup sulit untuk menghubungkan antara sungai dan bangunan pengelak dalam waktu yang tersedia, sehingga mungkin timbul masalah dalam desain dan pelaksanaan konstruksi bangunan utama. 6.1.5 Waktu pelaksanaan Pelaksanaan terowong pada batuan jelek akan merupakan proses yang lambat bila diperlukan penopang dan lapisan pelindung. 6.1.6 Terowong kembar



8 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Kecuali pada sungai yang lebih kecil, terowong kembar (misal, satu pada setiap tebing) sering digunakan untuk alasan keamanan dan kemudahan. Pelaksanaan pembuatan terowong dan pintu masuk di udik sering merupakan langkah yang kritis. Selama ukuran terowong ditentukan terutama oleh debit banjir rencana maksimum dan tidak berdasarkan debit yang terjadi pada saat itu, maka aliran sungai dapat dipindahkan segera setelah terowong pertama selesai. Terowong lain yang hanya diperlukan untuk memindahkan debit yang lebih besar, dapat dibuat sedikit lebih tinggi agar pelaksanaannya tidak menggunakan pintu di hulu yang cukup mahal dan tidak membutuhkan penundaan waktu yang lama. Program pelaksanaan terowong dapat juga diperbaiki dengan membuat bangunan penutup di udik pada saat debit kecil setelah terowong dioperasikan. 6.1.7 Gorong-Gorong Terowong sesuai diterapkan pada batuan yang bagus; sedang gorong-gorong beton pada pondasi bendungan lebih sesuai diterapkan jika batuannya jelek dan pada lembah yang cukup lebar. Akan tetapi biaya konstruksinya akan tinggi. Gorong-gorong sepanjang kira-kira 200 m diperkirakan untuk setiap debit 1 m3/det diperlukan beton bertulang minimum 20 m3. Pelaksanaan galian pondasi dapat terganggu, dan mungkin juga ada masalah pada bidang kontak dengan inti urugan: Gorong-gorong dibangun pada daerah kering di belakang bendungan pengelak dan bila sudah siap, aliran sungai dialihkan melalui gorong-gorong dan gorong-gorong dapat ditutup seperti penutupan pada terowong. 6.1.8 Penyatuan dengan bangunan permanen Secara sebagian atau keseluruhan terowong pengelak biasanya dapat digunakan menjadi bangunan permanen misalnya sebagai bangunan pengeluaran, terowong pembangkit tenaga listrik atau pelimpah. Hal ini khususnya pada bendungan urugan tanah (gambar 3) yang desainnya lebih sulit dari pada bendungan beton. Penghematan biaya yang berasal dari hal di atas mungkin seimbang dengan tambahan harga satuan akibat bentuk yang lebih rumit atau adanya penambahan waktu pelaksanaan. Apabila diperkirakan penghematan yang diperoleh hanya terbatas, maka lebih baik pekerjaanpekerjaan tersebut dilaksanakan sendiri-sendiri. Terowong kembar akan lebih mudah dialih fungsikan sebagai bangunan permanen, karena satu terowong dapat difungsikan sebagai bangunan permanen sedang lainnya tetap digunakan untuk mengelakkan aliran pada saat debit rendah. Gorong-gorong beton dapat juga digunakan sebagai bangunan permanen untuk pelimpah, pengeluaran, dan lain-lain. Gambar 3 memperlihatkan pengaturan tipikal untuk goronggorong di bawah bendungan urugan. 6.1.9 Hidraulik Terowong dan gorong-gorong dapat direncanakan sebagai aliran tertekan atau aliran terbuka. Pada aliran terbuka, terowong dan gorong-gorong tidak boleh dialiri lebih dari 70% luas penampang untuk debit banjir rencana, atau 80% bila banjir rencana terjadi pada waktu yang sangat singkat. Akan tetapi dimensinya akan jauh berbeda dari ukuran optimum secara teoritis bila digunakan penutup standar atau pintu. Dimensi dapat juga dipengaruhi oleh pertimbangan lain, misal pepohonan yang mengambang, sampah, atau ikan. Ruangan bebas di atas aliran dan lubang angin harus disediakan. Terowong dan gorong-gorong dapat juga direncanakan untuk aliran super kritis tetapi kedalamannya tidak boleh mendekati kedalaman kritis untuk mencegah terjadinya pukulan gelombang pada langit-langit dan menimbulkan gelombang tekanan. Loncatan air harus direncanakan agar terjadi di hilir mulut terowong atau gorong-gorong. Permasalahan fluktuasi tekanan karena adanya aliran sementara harus dicermati. Perencana harus yakin bahwa perubahan dari aliran terbuka ke aliran tertekan berjalan 9 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



dengan transisi yang mulus. Dua buah terowong tanpa lapisan pelindung di Fos Do Areia dan Salto Santiago di Sungai Iguacu Brazil merupakan contoh yang bagus dan menunjukkan keuntungan dari terowong yang didesain dengan aliran penuh. Bentuk pusaran pada terowong atau mulut gorong-gorong harus diperhatikan dan dikendalikan bila perlu. Hal ini biasanya tidak begitu masalah pada bangunan pengelak sementara. Sejenis kolam olakan biasanya diperlukan di ujung hilir. Saluran melebar kadang-kadang diperlukan untuk memulihkan tinggi tekan kecepatan dan meningkatkan efisiensi aliran seperti pada Bendungan Serre Poncon. Model hidraulik mungkin sangat berguna dalam pengujian masalah ini. 6.2



Saluran



Saluran pengelak kebanyakan digunakan pada lembah lebar, karena dengan kecepatan aliran yang tinggi menyebabkan terowong atau gorong-gorong menjadi tidak ekonomis. Gambar 4 memperlihatkan tipikal penataannya. Saluran alami atau alur dasar kadang-kadang digunakan, tetapi pada kebanyakan kasus diperlukan penggalian. Bila saluran tersebut cukup dalam perhatian khusus diberikan pada kemungkinan diperlukannya lapisan pelindung pada seluruh atau sebagian dari saluran, dan kemungkinan adanya resiko longsoran atau runtuhnya tebing, walaupun pada batuan yang bagus. Oleh karena kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt dan kebanyakan volume galian berada di atas muka air saluran, sering diperlukan galian sebanyak 200 m3 setiap m3/det aliran. Kekedapan air pada dinding saluran dan lapisan lindung dapat dicapai dengan menggunakan beton, tetapi dapat juga digunakan bahan lain (turap, urugan batu, pasangan batu). Saluran berpenampang besar pernah dibuat dari kayu (Bendungan Canyon Ferry, USA). Apabila beberapa tipe aliran tidak memungkinkan untuk dihitung model hidraulik perlu dibuat. Keadaan aliran dan resiko gerusan lokal adalah penting, dan dalam beberapa hal perlu perlindungan terhadap erosi. Keadaan aliran pada bagian masuk dan bagian keluar dengan bagian yang meruncing menggambarkan belokan tajam dengan resiko gerusan lokal yang sangat tinggi, biasanya memerlukan penelitian khusus. Model fisik dapat juga memperlihatkan jenis dan letak pengendapan, tetapi informasi yang diperoleh kebanyakan bersifat kualitatif bukan kuantitatif. 6.3



Pengelakan melalui atau melimpasi bangunan permanen



Kecenderungan utama dalam perencanaan pengelak pada bendungan beton, yang juga diterapkan untuk bendungan urugan tanah dan batu, yaitu pengurangan usulan pembuatan bangunan pengelak agar seminimum mungkin dengan melewatkan aliran melalui atau melimpasi bendungan, selama bendungan tersebut sedang dibangun. Beberapa contoh khususnya untuk bendungan busur, bangunan pengelak dibuat dari terowong kecil untuk aliran sungai normal, sedang air banjir dialirkan melalui celah sementara pada bendungannya sendiri. Hal ini mengakibatkan limpasan pada bendungan pengelak, sehingga sering dibuat dari beton, meskipun ada juga yang dari urugan. Kecenderungan di atas mungkin diambil dari kesimpulan logis untuk tidak menggunakan bangunan pengelak, karena seluruh aliran sungai dilewatkan melalui atau melimpasi bendungan. Kenyataannya, banjir yang terjadi mungkin cukup besar sehingga dari segi ekonomis maupun praktis, tidak menguntungkan untuk membuat bangunan pengelak meskipun untuk debit banjir rata-rata. Alternatif yang memungkinkan yaitu melewatkan aliran melalui atau melimpasi bendungan, walaupun hal ini kebanyakan hanya sesuai untuk bendungan beton. Banjir yang kecil ditanggulangi dengan bangunan pengeluaran permanen atau bangunan pengeluaran sementara elevasi rendah, sedang banjir yang lebih besar melimpas pada blok bendungan tertentu dengan tujuan untuk memperlambat aliran. Untuk 10 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



bendungan tipe busur tertentu, lapisan grauting mungkin diperlukan sebelum pelimpasan diijinkan. Alur pengelak kecil diperlukan sambil membuat bangunan pengeluaran elevasi rendah atau bangunan sejenis. Bendungan busur, celah besar yang bersifat sementara dapat dibiarkan pada bangunan beton, terutama dengan perencanaan khusus untuk penutupan permanen pada akhir pelaksanaan. Air yang dibiarkan melimpas bendungan urugan tanah atau batuan ketika elevasi naik sampai di atas bendungan pengelak hilir menimbulkan masalah yang lebih rumit, umumnya dapat ditanggulangi dengan perencanaan yang hati-hati dan pelaksanaan urugan yang cepat untuk menyediakan kapasitas yang cukup, tempat genangan banjir. Dalam beberapa kasus, limpasan pada bendungan urugan terjadi dengan sendirinya, karena penundaan pelaksanaan atau adanya banjir besar yang tidak diharapkan, pengaruhnya akan dapat menjadi bencana bila bendungannya sangat tinggi. Bendungan tipe serupa telah dibuat di bawah muka air atau telah didesain untuk terjadi pelimpasan selama pelaksanaan. Untuk hal yang kedua, diperlukan perlindungan dengan urugan batu. Tanah dengan perkuatan juga cukup menarik diterapkan. Tiga prinsip yang harus dipertimbangkan di dalam mendesain bendungan urugan batu yang dapat dilimpasi adalah : a)



Puncak dan permukaan lereng hilir dapat dilindungi dengan urugan batu pilihan apabila total perbedaan tinggi tekanan dari air kurang dari 3 m atau dengan blok beton besar (20 ton) apabila perbedaan tinggi tekanan kurang dari 6 m. Untuk aliran khusus kurang dari 10 m3/det/m (dari limpasan), batas maksimum perbedaan tinggi tekan dapat ditingkatkan beberapa meter apabila puncak bendungan sementara dibuat mendatar dan rata, dengan lereng ke hilir yang landai (kurang dari 5%).



b)



Penataan yang lebih baik adalah menggunakan urugan batu dengan perkuatan beberapa sarana untuk menghindari rusaknya perkuatan oleh pepohonan yang mengapung atau jatuhnya urugan batu dari puncak dan dengan suatu batas pengaman yang cukup pada keseluruhan lereng bendungan. Cara ini berlaku untuk debit besar, hingga total perbedaan tekanan mencapai 10 m dan debit 10 M3 Met per meter panjang mercu pada perbedaan tekanan yang lebih besar.



c)



Lapisan pelindung yang terendam sebelum pekerjaan selesai dapat mengalami gaya tekan ke atas dan akan sulit diterima walau hal tersebut kelihatannya memungkinkan dengan perbedaan tinggi tenaga rendah hingga menengah. Penggunaan beton gilas tebal akan memberi kemampuan untuk menahan gaya ke atas. . Penerapan secara tipikal untuk masing-masing metode diuraikan pada Bagian 2. Untuk bendungan tinggi bangunan pengelak mungkin akan ekonomis jika terdiri dari satu atau lebih terowong pendek, yang hanya memotong daerah bendungan utama di atas elevasi bendungan pengelak dan hanya digunakan pada waktu terjadi banjir besar yang merugikan dan ketika pelaksanaan bendungan mencapai elevasi tersebut.



6.4



Perhitungan kapasitas



6.4.1 Hidrologi banjir Perlu adanya informasi periode ulang banjir untuk desain bangunan pengelak, demikian juga untuk desain pelimpah dan bagian lain dari bangunan permanen, meskipun tidak harus teliti pada tahap ini. Banjir pada periode ulang yang berbeda dapat ditentukan dengan beberapa cara, menurut SNI 03-2415-1991, SNI 03-3412-1994 atau pedoman-pedoman lainnya.



11 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Apabila daerah pengaliran sungainya mempunyai pola curah hujan dan pola aliran sungai yang sejenis, estimasi puncak aliran dari pengukuran satu stasiun sering dapat digunakan untuk mengestimasi aliran pada titik lain, dengan akurasi yang cukup. Koefisien korelasi antara puncak aliran QA pada titik A dan puncak aliran QB pada titik B dengan kedua titik tersebut terletak pada daerah pengaliran sungai (DPS) yang sejenis, dapat digunakan perbandingan dari luas daerah aliran sungai secara berturutan :



QA  S A    QB  S B 



n



dengan : SA adalah luas DPS untuk titik A SB adalah luas DPS untuk titik B n adalah konstanta yang tergantung dari DPS dan sering diambil n = 0,5 Masih banyak rumus lain mengenai hubungan antara aliran dan DPS dan pemilihan distribusi frekuensi yang paling sesuai untuk harga ekstrim yang diuraikan pada buku-buku hidrologi. Pemilihan distribusi frekuensi pada akhirnya didasarkan pada pengalaman pendugaan ahli hidrologi. Banjir biasanya berkaitan dengan musim dan besarnya kerusakan akibat banjir tergantung dari tingkat penyelesaian pekerjaan tersebut dan ke dua faktor tersebut harus dipertimbangkan. Ketika daerah kerja dilindungi oleh penggenangan dan/atau pengelakan banjir, bentuk hidrograf banjir dan volume air masuk merupakan faktor yang penting. Metode perhitungan dan penggambaran hidrograf banjir, penetapan distribusi frekuensi banjir dan penentuan banjir rencana diuraikan dalam beberapa buku panduan. Dewasa ini umum digunakan hidrograf standar yang dapat menghasilkan satu set hidrograf untuk suatu periode ulang tertentu pada lokasi kerja. Metode ini menghasilkan hubungan antara banjir, volume dan frekuensinya. Pendekatan lain yaitu dengan menggunakan konsep kemungkinan banjir maksimum atau harga ekstrim lainnya. Biasanya dimungkinkan untuk membuat tingkat akurasi yang cukup, hubungan antara harga ekstrim, debit banjir 100 tahunan dan debit banjir pada periode ulang lainnya, misal banjir sepuluh tahunan. 6.5



Kapasitas pengelak



Periode ulang banjir untuk mendesain bangunan pengelak atau besar resiko yang dapat ditoleransi misal, banjir 10 tahunan, 20 tahunan dan lain-lain dapat ditetapkan berdasarkan analisis hidrologi. Tetapi dalam memilih periode ulang perlu diingat bahwa probabilitas suatu kejadian dengan suatu periode ulang T tahun, terjadi paling sedikit sekali dalam T tahun adalah mendekati 0,64, seperti terlihat pada gambar 5. Resiko R dari banjir periode ulang T tahun, akan terlampaui paling sedikit sekali dalam L tahun, selama bangunan beroperasi. L



 1 R  1  1    T  1  e  L / T ......................................................................................................



(1)



atau dapat didekati dengan hubungan (berlaku untuk T > 10 dan R < 50%) :



R



L T  0,5L ...................................................................................................



(2)



Sebagai contoh, apabila bangunan pengelak didesain agar beroperasi lebih dari periode pelaksanaan 3 tahun dan bendungan pengelak dibuat untuk menahan banjir 10 tahunan, presentase resiko dari kegagalan selama periode pelaksanaan adalah: 12 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



R



3  0,26 10  0,5  3 atau 26%



Dengan demikian maka resiko kegagalan diperbolehkan 5%, kemudian alur pengelak harus didesain untuk banjir dengan periode ulang 60 tahun. Resiko suatu kejadian pada periode ulang yang melampaui periode ulang selama pelaksanaan (secara alternatif, tingkat probabilitas bahwa kejadian tidak akan terlampaui) dapat dilihatkan pada gambar 5. Hasil dari dua contoh di atas dapat dicek. Perencanaan kapasitas desain dari bangunan pengelak dapat difikirkan tentang perhitungan optimasi dengan mempertimbangkan keamanan. Optimasi bertujuan dalam meminimumkan : Biaya pelaksanaan dari bangunan pengelak Kerugian yang dihasilkan dari desain yang terlalu rendah, tidak hanya pada lapangan pekerjaan itu sendiri, tetapi juga untuk kepemilikan di hilir bila terjadi kegagalan mendadak, atau di hulu karena adanya rintangan oleh pekerjaan pengelak. Sebagai dasar dari penelitian ini adalah distribusi frekuensi dari puncak banjir (tahunan, atau bulanan tertentu dari setiap tahun) atau volume banjir, seperti terlihat di bagian atas grafik pada gambar 6. Aliran puncak diplot pada garis atas dan probabilitas kejadiannya (atau periode ulang) pada sebelah kiri. Untuk analisis hidro ekonomi pada bagian bawah dibuat diagram dengan absis yang sama. Biaya bangunan pengelak yang didesain untuk mengendalikan puncak banjir yang berbeda di nyatakan sebagai biaya tahunan dalam pengeplotan kurva biaya pelaksanaan. Biaya dari seluruh kerusakan sebagai akibat dari kapasitas bangunan pengelak yang tidak cukup untuk setiap ukuran yang berbeda harus diestimasikan, dikalikan dengan probabilitas kejadian pada tahun mana saja, dan diplot terhadap debit banjir yang sesuai untuk menggambar kurva kerugian. Biaya pelaksanaan dan kerugian dijumlahkan untuk menunjukkan memperoleh kurva biaya total. Titik yang terendah pada kurva biaya total kapasitas ekonomis yang optimum pada bangunan pengelak yang berhubungan dengan kinerja tertentu. Proses ini merupakan dasar estimasi dimensi dari bangunan pengelak, tetapi resiko kehidupan manusia dan tipe kerusakan lain merupakan hal yang sulit. Estimasi yang realistis dari puncak banjir yang menyebabkan kerusakan juga sulit dilakukan. Bahkan biaya pelaksanaan bangunan yang diperlukan untuk pengendali banjir mungkin juga sulit untuk dievaluasi. Namun demikian, dimungkinkan untuk menentukan batas atas dan bawah dari beberapa kurve dengan tingkat akurasi yang dapat diterima. Lajur kepercayaan telah diplot pada gambar 6. pada garis frekuensi banjir pada puncak grafik dan pada biaya pelaksanaan, kerugian, dan kurva biaya total pada bagian bawah. Meskipun tingkat ketidak tentuan yang tinggi dalam hidrologi dan harga dari beberapa jenis pekerjaan, tidak ada perbedaan kapasitas optimum yang menyolok terbaca dari titik terendah dari kurva rata-rata dan kurva batas atas dan bawah. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 6, bangunan pengelak harus dibuat untuk mengendalikan aliran sebesar 1.700 m3/det, yaitu puncak banjir dengan periode ulang 15 tahunan. Pada kurva biaya terjadi lonjakan besar bila harus mengadakan perubahan yang besar pada desain akibat meningkatnya kapasitas. Hal yang sama terjadi pada kurve kerugian, sejalan dengan adanya beberapa tingkat kerusakan. Dalam suatu kejadian, tipe studi optimisasi mempunyai beberapa tingkat ketidak-tentuan dalam lajur kepercayaan, yang diperburuk oleh kurva biaya total yang mendatar di bagian bawah. 13 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Biaya pengeluaran mungkin dipertimbangkan pada bangunan pengelak dalam bentuk sejenis asuransi yang preminya harus sesuai terhadap resiko nyata. Tipe bendungan tentunya merupakan salah satu faktor. Dengan bendungan beton, banjir pada daerah kerja tidak menyebabkan pekerjaan tersebut harus ditinggalkan, sehingga terowong pengelak dapat didesain untuk banjir dengan periode ulang yang tinggi misal banjir 10 tahunan Untuk bendungan urugan tanah berbeda sama sekali, karena dapat hancur total bila terjadi pelimpasan. Untuk bangunan besar, yang dibangun dalam beberapa tahun, periode ulang 50 tahunan atau lebih mungkin digunakan dalam desain bangunan pengelak. Kecenderungannya jelas bahwa bendungan harus dibuat lebih cepat, dari pada harus membayar asuransi yang lebih tinggi, karena saat ini dimungkinkan untuk melakukan urugan lebih cepat. Kewaspadaan dilakukan pada waktu awal pelaksanaan di musim kemarau atau bangunan pengelak hulu mampu menahan genangan banjir hingga pelaksanaan bendungan utama mencapai ketinggian, sedemikian sehingga mampu mengendalikan air sungainya, dengan kecenderungan membuat bendungan pengelak yang lebih tinggi bila secara ekonomis masih memungkinkan. Bendungan urugan batu menjadi katagori menengah dalam hal kemampuan dilimpasi air selama pelaksanaan hingga mencapai debit per satuan lebar tertentu. Apabila bendungan urugan di desain dan diberi bangunan pelindung sementara secara cermat dan hati-hati.



7



Penutupan sungai dan bendungan pengelak



Metode-metode yang mencakup penutupan sungai dan tipe-tipe bendungan pengelak serta kriteria pelimpasan aliran melalui bendungan pengelak dibahas pada Bagian 2 dari standar ini.



14 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Lampiran A (informatif)



Gambar-gambar



Gambar A.1



Contoh bagan alir



Keterangan gambar: A. Terowong pengelak (saluran, pipa, gorong-gorong) B. Terowong, pipa, saluran atau gorong-gorong C. Bendungan pengelak hulu D. Bendungan utama yang sedang dibangun E. Bendungan pengelak hilir F. Dasar sungai



Gambar A.2



Contoh pengelakan dengan satu tahap



Tahap Pertama



Tahap Kedua



Keterangan gambar: A. Bendungan pengelak pada tahap pertama B. Bendungan dan alur pengelak yang sedang dikerjakan C. Bendungan dan pengelak yang sudah selesai D. Bendungan pengelak tahap kedua E. Pekerjaan permanen yang sedang dilaksanakan



Gambar A.3



Contoh pengelakan dengan dua tahap



15 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Ketrangan gambar: A. Gorong-gorong B. Alur pengelak sungai (disumbat pada saat penutupan) C. "Morning glory" pelimpah atau menara pengambilan D. Bendungan pengelak hulu disatukan dengan bendungan utama E. Bendungan utama F. Lorong bagian atas sebagai jalan keluar G. Bendungan pengelak hilir disatukan dengan bendungan utama H. Kolam olakan



Gambar A.4 Contoh bagian utama dari pengelakan sungai dengan gorong-gorong (contoh dari sebuah bendungan urugan)



16 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Keterangan gambar: A. Aliran B. Bendungan pengelak lateral C. Bendungan utama D. Alur sementara (satu atau lebih) E. Saluran (selesai sebagian) F. Saluran yang telah selesai G. Bendungan pengelak hulu H. Bendungan pengelak hilir



Gambar A.5



Contoh pengelakan sungai dengan saluran



17 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Keterangan gambar: A. Resiko terlampaui (%) B. Jaminan tidak terlampaui (%)



Gambar A.6



Contoh resiko sebagai fungsi umur pemakaian pengelak dan Periode ulang banjir rencana untuk pengendalian



18 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Keterangan gambar: A. Interval kejadian ulang (tahun) B. Probabilitas tahunan terlampaui C. Biaya tahunan D. Kapasitas pengelak (cm3/dt) E. Debit puncak banjir (m/dt) F. Kurva biaya G. Biaya konstruksi H. Kerugian didasarkan pada taksiran kerugian jika kapasitas terlampaui I. Biaya total J. Distribusi frekuensi debit puncak banjir K. Lajur kepercayaan ditentukan dari batas atas dan bawah a) debit puncak banjir pada probabilitas tertentu b) taksiran biaya.



Gambar A.7



Contoh analisis hidro-ekonomik



19 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Lampiran B (informatif)



Daftar nama dan lembaga 1)



Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengambangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum



2)



Penyusun awal NAMA



LEMBAGA



Ir. Rukiyati, Dipl.HE.



Pusat Litbang Sumber Daya Air



Dr. Ir. Isdiyana, CES.



Pusat Litbang Sumber Daya Air



20 dari 21



SNI0 03-6425.1:2000



Bibliografi



SNI 03-6456.1-2000, Metode pengontrolan sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan, Bagian 1 : Pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan



21 dari 21