SOP 10 Penyakit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBERIAN OKSIGEN LEWAT MASKER



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



SITI AISYAH



: …………………………………………………….........………… : …………………………………………….........………………… : …………………………………………….........…………………



No 1 2



3 4 5 6



7. 8. 9. 10.



Ya



Tidak



TB



Langkah Kegiatan Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut Apakah Petugas mencocokkan identitas pasien dengan Rekam Medis, jika ada ketidaksesuaian data petugas mengkonfirmasikan dengan sub unit pendaftaran Apakah Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan dan dicatat dalam buku Rekam Medis Apakah Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik Apakah Bila memerlukan pemeriksaan penunjang pasien dikirim ke penunjang diagnostik ( Laborat, Rontgen ) Apakah Petugas menegakkan diagnosa, bila perlu tindakan medis petudas/ dokter melakukan tindakan medis dan menulis tarif tindakan di kwitansi, bila perlu rujukan membuat surat rujukan Bila pasien memerlukan obat, petugas memberikan resep dan dicatat di Rekam Medik Petugas melakukan pencatatan di buku register Petugas menyerahkan resep kepada pasien dan dipersilahkan ke ruang obat Pada akhir pelayanan petugas mengembalikan Rekam Medik ke bagian pendaftaran Jumlah



Compliance rate (CR) : ………………………% ………………………………..,………….. Pelaksana / Auditor



…………………………………............... NIP: …………………............................



PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA PENYAKIT



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2 3



Tujuan Kebijakan



4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Pemeriksaan adalah suatu bentuk prosedur kesehatan yang meliputi: Pemeriksaan vital sign, anamnesa penyakit, pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data guna menegakkan diagnosa suatu penyakit. Diagnosa Penyakit adalah: Segala prosedur kesehatan untuk mengenal penyakit yang ada pada seseorang. Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemeriksaan dan diagnose penyakit 1. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan, dicatat dalam buku Rekam Medis, 2. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, 3. Bila memerlukan pemeriksaan penunjang, pasien dikirim ke penunjang diagnostik ( Laborat, Rontgen, USG), 4. Petugas mencatat hasil pemeriksaan dicatat dalam catatan medik, 5. Petugas menegakkan diagnosa guna membuat rencana dan pelaksanaan asuhan



PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA PENYAKIT



SOP 5



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan, dicatat dalam buku Rekam Medis



Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik



Bila memerlukan pemeriksaan penunjang, pasien dikirim ke penunjang diagnostik ( Laborat, Rontgen)



Petugas mencatat hasil pemeriksaan dicatat dalam catatan medik



Petugas menegakkan diagnosa guna membuat rencana dan pelaksanaan asuhan



6 7 8



Buku Pedoman Kerja Puskesmas jilid IV Tahun 1990 Referensi Dokumen terkait 1. Rekam Medis 2. Register Pendaftaran 1. Unit Pendaftaran dan Rekam medis Distribusi 2. Unit Laboratorium



PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA PENYAKIT



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



9. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA PENYAKIT



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan No 1



SITI AISYAH



: ……….........……………………………………………………… : …………………………….........………………………………… : …………………………….........…………………………………



Langkah Kegiatan



Ya



Tidak



Apakah Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengukur berat badan, dicatat dalam buku Rekam Medis



2



Apakah Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik



3



Bila memerlukan pemeriksaan penunjang, Apakah pasien dikirim ke penunjang diagnostik ( Laborat, Rontgen, USG)



4



Apakah Petugas mencatat hasil pemeriksaan dicatat dalam catatan medik



5



Apakah Petugas menegakkan diagnosa guna membuat rencana dan pelaksanaan asuhan Jumlah



Compliance rate (CR) : …………………..% ………………………………..,………….. Pelaksana / Auditor ……………………………...................... NIP: ………………………….............



TB



PENJAHITAN LUKA/HECTING



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2 3



Tujuan Kebijakan



4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Penjahitan Luka adalah tindakan menjahit pada luka dengan alat yang sudah steril dan membersihkan luka sesuai dengan keadaan luka (luka dibersihkan dengan alkohol,povidon iodin 10%) Perawatan Luka adalah penutupan luka dengan kasa steril dan menganjurkan kontrol : 1. Luka di kepala / wajah : 7 hari 2. Luka daerah bergerak : 10 hari 3. Pemberian Antibiotik dan Analgetik Sebagai acuan petugas dalam melakukan penjahitan luka/hecting 1. Pasien luka dibawa ke ruangan 2. Petugas mempersiapkan alat anestesi lokal dan alat hecting yang sudah disterilkan, 3. Petugas mencuci tangan dan memakai handscoon steril, 4. Petugas melakukan antiseptik pada daerah luka, 5. Petugas melakukan anestesi dengan lidokain 20% / lidokain Comp disekitar tepi luka, 6. Petugas membersihkan luka dengan alkohol dan povidon 10%, 7. Petugas menjahit luka dengan jarum yang telah diisi benang dan dijepit dengan nealdvoeder, 8. Petugas merapikan jahitan dengan pinset cirrurgis, 9. Petugas membersihkan jahitan dengan povidon iodin 10%, 10. Petugas menutup luka dengan kasa steril dan plester, 11. Petugas menganjurkan pasien kontrol, 12. Petugas memberikan Antibiotik dan analgetik / Antiinflamasi, 13. Petugas mencuci tangan



PENJAHITAN LUKA/HECTING



SOP



5



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir Pasien dengan luka



Petugas melakukan prosedur hecting



Petugas memberikan resep



Selesai



6 7 8



Bedah Minor,dr. Bob Bachsinar , Jakarta 1994 Referensi Dokumen terkait 1. Kartu Askes / Jamkesmas 2. Rincian tugas Dokter dan Perawat Distribusi



1. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



PENJAHITAN LUKA/HECTING



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13



SITI AISYAH



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan



Ya



Tidak



Apakah Petugas Pasien luka dibawa ke ruang UGD Apakah Petugas mempersiapkan alat anestesi lokal dan alat hecting yang sudah disterilkan Apakah Petugas mencuci tangan dan memakai handscoon steril Apakah Petugasmelakukan antiseptik pada daerah luka Apakah Petugasmelakukan anestesi dengan lidokain 20% / lidokain Comp disekitar tepi luka Apakah Petugasmembersihkan luka dengan alkohol dan povidon 10% Apakah Petugasmenjahit luka dengan jarum yang telah diisi benang dan dijepit dengan nealdvoeder Apakah Petugasmerapikan jahitan dengan pinset cirrurgis Apakah Petugasmembersihkan jahitan dengan povidon iodin 10% Apakah Petugasmenutup luka dengan kasa steril dan plester Apakah Petugasmenganjurkan pasien kontrol Apakah Petugasmemberikan Antibiotik dan analgetik / Antiinflamasi Apakah Petugas mencuci tangan Jumlah



Compliance rate (CR) : ……………………….% ………………………………..,………….. Pelaksana / Auditor



…………….………………….................. NIP: ……………………........................



TB



10 STANDART PENYAKIT TERBESAR



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



1.ISPA Definisi merupakan suatu penyakit infeksi akut saluran pernapasan terutama ditandai dengan demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala, pilek, sakit tenggorok dan batuk nonproduktif yang disebabkan oleh virus influenza. Diagnosis Anamnesa : pada umumnya pasien mengeluh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala, pilek, sakit tenggorok dan batuk nonproduktif. Pada infeksi sekunder dapat ditemukan batuk kering yang berubah menjadi batuk yang produktif. Pemeriksaan fisik : tidak ditemukan tanda-tanda karakteristik kecuali hiperemia ringan sampai berat pada selaput lendir tenggorok. Pada orang tua dapat ditemukan suara napas yang abnormal. Penatalaksanaan  Diobati secara simptomatik  Oseltamivir 2 x 75 dapat diberikan  Antimikroba untuk infeksi bakteri sekunder  Pencegahan 2. DIARE PADA ANAK Definisi Keadaan dimana frekuensi BAB lebih dari 3x/hari atau konsistensinya berubah Diklasifikasikan menjadi : 1. Diare dengan dehidrasi berat 2. Diare dengan dehidrasi ringan sedang 3. Diare tanpa dehidrasi Diagnosa  Anamnesa untuk mengetahui etiologi dan derajat dehidrasi dan jenis diare  Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan penunjang Pengelolaan  Rehidrasi dengan rencana terapi A, B, C sesuai derajat dehidrasinya  Lintas diare ( lima langkah tuntaskan diare )



10 STANDART PENYAKIT TERBESAR



SOP



 



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



o Penggunaan oralit formula baru dengan osmolaritas yang lebih rendah sehingga terhindar dari keadaan hipernatremi dan hipertonisitas diare serta terbukti dapat menurunkan penggunaan rehidrasi intravena yang tidak direncanakan, jumlah tinja yang dikeluarkan, serta frekuensi mutah jika dibandingkan dengan oralit standar. o Pemberian zinc yang terbukti dapat mengurangi rerata frekuensi defekasi, mempersingkat durasi diare, mengurangi probabilitas kejadian diare, meningkatkan sistem imun, bersifat antidiare, serta mengurangi tingkat keparahan diare. Rekomendasi WHO menyebutkan bahwa suplementasi zinc untuk tatalaksana diare diberikan minimal selama 10 hari (10-14 hari) sebanyak 20mg/hari untuk anak diatas 6 bulan dan 10 mg/hari untuk anak usia dibawah 6 bulan. o Melanjutkan pemberian asi dan makanan yang terbukti dapat bermanfaat dalam proses penyembuhan diare, ASI juga telah terbukti dapat mengurangi durasi diare akut, diare rotavirus dan diare persisten. o Pemberian antibiotik sesuai indikasi karena penyebab terbesar diare pada balita adalah karena rotavirus yang tidak membutuhkan antibiotik. o Tatalaksana diare terintegrasi dalam MTBS ; konseling ibu Probiotik Vaksin rotavirus



3. IMPETIGO Definisi Infeksi kulit oleh stafilokokus aureus atau streptokokus group A hemolitikus Diagnosis 1. Erosi superfisial krusta tebal warna kuning madu dengan dikelilingi lesi satelit berupa papul 2. Impetigo bulosa : bula dinding kendor, mudah pecah, tertutp krusta warna kuning Pemeriksaan 1. Anamnesis : lecet, luka-luka di kulit 2. Klinis : mula-mula berupa papula eritematosa, pada wajah, kulit kepala, dan ekstremitas, kemudian berubah jadi vesikel atau bula yang mengalami erosi menjadi tertutup krusta kekuningan. 3. Laboratorium : cat gram Pengelolaan 1. Umum : antibiotika sistemik golongan penicilin atau eritromisin, antibiotik topikal seperti sodium fusidat. 2. Khusus : jika terjadi NET maka harus dirawat



10 STANDART PENYAKIT TERBESAR



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



4. TB PARU Definisi Adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru, disebabkan bakteri mycobakterium tuberculosis. Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum dibagi dalam : 1. TB paru BTA positif 2. TB paru BTA negatif Berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yang ditunjukan oleh foto thoraks dibagi dalam : 1. TB paru dengan kalainan paru luas 2. TB paru dengan kelainan paru sedikit Berdasarkan organ selain paru yang terserang dibagi dalam : 1. TB ekstra paru ringan : TB kelenjar, TB tulang non vertebra, TB sendi, TB adrenal 2. TB ekstra paru berat : meningitis TB, TB milier, TB disseminata, perikarditis Tb, pleuritis TB,peritonitis TB, TB vertebra, TB usus, TB genitourinarius Berdasarkan riwayat pengobatan dibagi dalam : 1. Kasus baru 2. Kambuh (relaps) 3. Drop out / default 4. Gagal terapi 5. Kronis Diagnosis  Keluhan : batuk lama >3 minggu, hemoptoe, sesak napas, nyeri dada, malaise, BB turun, nafsu makan turun, keringat malam, demam.  Gejala yang ditemukan : KU lemah, kakeksia, takipnea, febris, tanda-tanda konsolidasi di paru  Laboratorium : LED meningkat  Mikrobiologis : BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen, kultur mycobacterium tuberculosis positif (diagnosa pasti)  Radiologis  Imuno-serologis : uji mantoux, tes PAP, ICT-TBC Terapi Kategori 1 : 2 RHZE/4RH, 2RHZE/4H3R3, 2RHZE/6HE Kategori 2 : 2RHZES/1RHZE/5RHE, 2RHEZS/1RHZE/5R3H3E3 Kategori 3 : 2RHZ/4RH, 2RHZ/4R3H3, 2RHZ/6HE Kategori 4 : H seumur hidup, atau OAT lini kedua



10 STANDART PENYAKIT TERBESAR



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



5. DKA Definisi Dermatitis akibat alergi terhadap bahan kontaktan yang bersifat alergen Kriteria diagnostik 1. Terdapat tanda dermatitis 2. Dermatitis tersebut akibat alergi 3. Kulit sudah peka terhadap kontaktan tersebut yang dapat diketahui dari anamnesis, pemeriksaan, dan tes Pengelolaan 1. Hindari kontak dengan bahan penyebab yang dicurigai 2. Bersihkan dari bahan kontaktan 3. Dilakukan pengelolaan dermatitis secara umum a. Topikal i. Kompres ii. Krim kortikosteroid iii. Bila perlu tambah as. Salisilat 5-10% b. Sistemik i. Steroid ii. Antihistamin



6.DEMAM TIFOID Definisi Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman salmonella typhi atau salmonella paratyphi Diagnosis 



 



Anamnesis : demam naik pada minggu pertama lalu menetap pada minggu kedua. Terutama sore atau malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. Pemeriksaan fisik : febris, kesadaran berkabut, bradikardi relatif, thypoid tongue, hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen. Laboratorium : dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia, gangguan fungsi hati. Kultur darah positif, atau peningkatan titer uji widal >4 x lipat setelah seminggu memastikan diagnosis. Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas.



10 STANDART PENYAKIT TERBESAR



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Terapi Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak rendah serat. Farmakologis :  Simtomatis  Antimikroba o Pilihan utama : klorampenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam. o Tiamfenikol 4 x 500 mg o Kotrimoksazol 2x2 tablet selama 2 minggu o Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu o Seftriakson 3-4 gr dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam per infus per 24 jam selama 3-5 hari o Sefotaksim 2-3 x 1 gr o Sefoperazon 2x 1 gr o Fluorokuinolon



7. AMEBIASIS Definisi Adalah penyakit infeksi usus yang disebabkan oleh parasit usus Entamoeba histolytica. Berdasarkan berat ringannya gejala yang ditimbulkan maka dapat dibagi menjadi : carrier, amebiasis intestinal ringan, amebiasis intestinal sedang, disentri ameba berat, disentri ameba kronik. Diagnosa  Manifestasi klinis o Kembung, nyeri perut, diare disertai lendir dan darah, lemah, demam, hepatomegali ringan.  Pemeriksaan penunjang o Pemeriksaan tinja o Foto kolon dengan barium enema o Proktoskopi, sigmoidoskopi, kolonoskopi o Uji serologi Pengobatan  Metronidazol dosis 750 mg 3x/hari  Tinidazole 2 gr  Omidazole 2 gr  Iodoquinol 3x650 mg  Paromomycin 3x 500 mg



10 STANDART PENYAKIT TERBESAR



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



8. HIPERTENSI Definisi Tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHG diastolik pada seorang yang sedang tidak makan obat antihipertensi Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII Normal : sistolik /= 100 Diagnosis Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff yang meliputi minimal 80 % langan atas pada pasien dengan posisi duduk dan telah beristirahat 5 menit. Tekanan sistolik = korotkof 1 dan tekanan diastolik = korotkof 5 Pemeriksaan penunjang Urinalisis, tes fungsi ginjal, gula darah, elektrolit, profil lipid, foto thoraks, EKG Terapi  Diuretik  Penyekat reseptor beta  Penghambat ACE  Antagonis reseptor A II  Penghambat kalsium  Antagonis aldosterone 9. Kejang Demam Definisi adalah kejang yang berhubungan dengan demam tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia diatas 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Disebut sederhana bila bersifat umum, singkat dan terjadi sekali dalam 24 jam. Diagnosa  Anamnesis : adanya kejang, jenis kejang, kesaddaran, lama kejang, suhu sebelum/ saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan saraf pusat. Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga. Singkirkan penyebab kejang lainya.  Pemeriksaan fisik : kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan TIK, tanda infeksi di luar SSP.



10 STANDART PENYAKIT TERBESAR



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Pemeriksaan penunjang 1. Sesuai indikasi untuk mencari penyebab kejang demam 2. Pungsi lumbal sangat dianjurkan pada anak berusia di bawah 12 bulan, dianjurkan pada anak berusia 12-18 bulan, dan dipertimbangkan pada anak diatas 18 bulan yang dicurigai menderita meningitis 3. CT scan dan MRI dapaty diindikasikan pada keadaan ada riwayat dan tanda klinis trauma kepala, kemungkinan adanya lesi struktural di otak, dan ada tanda peningkatan TIK Terapi  Antipiretik : paracetamol atau ibuprofen  Antikejang : diazepam  Sesuai etiologi demam



10. ASMA BRONKIAL Definisi Penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan obstruksi jalan napas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat hiperreaktifitas bronkus terhadap berbagai rangsang yang melibatkan sel-sel dan elemen selular terutama mastosit, eosinofil, limfosit T, makrofag, netrofil, dan epitel. Diagnosis Episode berulang sesak napas, dengan atau tanpa mengi dan rasa berat di dada akibat faktor pencetus. Dibagi menjadi :  Asma intermiten  Asma persisten ringan  Asma persisten sedang  Asma persisten berat Pemeriksaan penunjang Laboratorium : jumlah eosinofil darah dan sputum, foto thoraks, spirometri, uji tusuk kulit Terapi Controler : kortikosteroid Reliever : bronkodilator



DYSPEPSIA



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2 3



Tujuan Kebijakan



4



Prosedur



SITI AISYAH



Dispepsia adalah kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri ulu hati,mual,kembung,muntah,rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa. Sebagai acuan petugas dalam melakukan penanganan dyspepsia 1. 2. 3. 4.



Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut. Petugas menulis identitas pasien di buku register Petugas melakukan anamnesa pada pasien Petugas menanyakan pada pasien apakah pasien nyeri ulu hati, mual, terasa kembung, perut terasa penuh. 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik meliputi, nyeri tekan di daerah epigastrium 6. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan pemeriksaan fisik. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang 7. Petugas menegakkan diagnose dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemerisaan fisik dan pemeriksaan penunjang (jika diperlukan) 8. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnose yang ditegakkan a. Antasida :  Dosis dewasa : 1-2 tablet tiap 6-8 jam atau 5-10 ml tiap 6-8 jam  Dosis anak : ½ tablet tiap 6-8 jam atau 2,5-5 ml tiap 6-8 jam Diminum saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan, dan sebelum tidur) b. Ranitidin atau cimetidin atau omeprosal : Ranitidin :  Dosis dewasa 150 mg tiap 12 jam atau 300 mg sebelum tidur, selama 4-8 minggu.  Dosis anak :  3-12 tahun : 2-4 mg/kg BB tiap 12 jam (2-4 minggu)  >12 tahun = dosis dewasa Cimetidin :  Dosis dewasa : 400 mg tiap 12 jam Omeprasol :  Dosis dewasa : 10-20 mg tiap 24 jam  Minum segera sebelum makan c. Ansiolitik/anti depresan : Diazepam :  Dosis dewasa : 5-30 mg dalam dosis terbagi (maksimal 40 mg/hari)



DYSPEPSIA



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Aprazolam :  Dosis dewasa : 0,25 -0,5 mg tiap 8 jam  Dosis lansia : diawali 0,25 mg tiap 8-12 jam Dosis maksimal 3 g/hari Amitriptilin : Diminum sebelum tidur  Dosis dewasa : 25-50 mg  Dosis anak :  < 6 tahun : 10 mg  > 6 tahun : 10 – 25 mg 9. Petugas memberikan edukasi kepada pasien :  Psikoterapi suportif  Psikoterapi perilaku 10. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke sub unit lain 11. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi 12. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan , diagnose, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien 13. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry 14. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus. 5



Diagram Alir melakukan anamnesa pada pasien



memanggil pasien sesuai nomor urut Membuat diagnose dan atau differential diagnosis



menyerahkan resep kepada pasien



6 7 8



Referensi Dokumen terkait Distribusi



melakukan pemeriksaan fisik meliputi, pemeriksaan tekanan darah, nadi,



membuat rujukan pasien untuk pemeriksaan penunjang jika diperlukan



menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medik pasien



Pedomam Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2002 Hal 26-27 Catatan medik, blanko rujukan, buku register, blanko resep



DYSPEPSIA



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



9. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



DYSPEPSIA



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan No



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan



1



Apakah



2



Apakah



3



Apakah



4



Apakah



5



Apakah



6



Apakah



6



Apakah



7



Apakah



8



Apakah



Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut. Petugas menulis identitas pasien di buku register Petugas melakukan anamnesa pada pasien Petugas menanyakan pada pasien nyeri ulu hati, mual, terasa kembung, perut terasa penuh. Petugas melakukan pemeriksaan fisik meliputi, nyeri tekan di daerah epigastrium Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan pemeriksaan fisik. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang Petugas menegakkan diagnose dan atau differential diagnosis berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan vital sign, pemerisaan fisik dan pemeriksaan penunjang (jika diperlukan) Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnose yang ditegakkan a. Antasida : b. Ranitidin atau cimetidin atau c. Ansiolitik / anti depresan :Diazepam, Aprazolam Amitriptilin. Petugas memberikan edukasi kepada pasien : Psikoterapi suportif Psikoterapi perilaku



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



DYSPEPSIA



DAFTAR TILIK 8



Apakah



9



Apakah



10



Apakah



11



Apakah



12



Apakah



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke sub unit lain Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke sub unit farmasi Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan , diagnose, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medis pasien Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas simpus untuk dientry Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus



CR: …………………………………………%. ……………………………… Pelaksana/ Auditor



(…………………………)



HIPERTENSI



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2 3



Tujuan Kebijakan



4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi. Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemeriksaan penyakit hipertensi 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut. 2. Petugas menulis identitas pasien di buku register 3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan nyeri kepala, mudah emosi, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. 4. Petugas menanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi sebelumnya, apakah sedang megkonsumsi obat antihipertensi, bila iya jenis obat anthipertensi apa yang sedang digunakan. 5. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah 6. Petugas melakukan pemeriksaan nadi 7. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, yaitu: Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal < 130 < 85 Perbatasan 130-139 85-89 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109 Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110 8. Petugas memberikan . Obat anti hipertensi dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons penurunan tekanan darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal. Pemberian oba anti hipertensi bersamaan dengan pengaturan diit dan latihan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian obat tunggal atau kombinasi. 9. Petugas mengedukasi pasien tentang penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan gula darah, penyulit DM dan resikonya serta bagaimana mengatasi sementara keadaan gawat darurat akibat DM (rasa sakit dan hipoglikemia). 10. Petugas mengedukasi pasien tentang terapi gizi medis (TGM) makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.



HIPERTENSI



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



11. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medic pasien 12. Petugas menandatangani rekam medic 13. Petugas menulis diagnose ke buku rgister rawat jalan. 14. Petugas mengedukasi pasien tentan latihan jasmani secara teratur 3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. 15. Petugas menulis resep. 16. Petugas menyerahkan resep kepada pasien



5



Diagram Alir melakukan anamnesa pada pasien tentang trias klasik DM dan keluhan lain



memanggil pasien sesuai nomor urut



Menerimahasil laboratorium dari pasien Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa dan hasil laboratorium



Pasien ke laboratorium untuk pemeriksaan gula darah Petugas mengedukasi pasien dan menulis resep



menulis diagnose ke buku rgister rawat jalan.



6



Referensi



7 8



Dokumen terkait Distribusi



melakukan pemeriksaan fisik meliput TD, nadi, ekstremitas atas dan bawah membuat rujukan pasien untuk pemeriksaan gula darah



menyerahkan resep kepada pasien



menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medik pasien



Pedomam Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2002 Hal 26-27, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, FKUI. Catatan medik, blanko rujukan, buku register, blanko resep Laboratorium



HIPERTENSI



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



9. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



HIPERTENSI



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



No 1



Apakah



2



Apakah



3



Apakah



5



Apakah



6



Apakah



7 8 9



Apakah Apakah Apakah



6



Apakah



7



Apakah



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut. Petugas menulis identitas pasien di buku register Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus) dan polifagi (serng lapar). Petugas menanyakan pada pasien apakah terdapat keluhan lain seperti berat badan turun tanpa penyebab yang jelas, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita, serta adakah luka yang tidak kunjung sembuh. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah Petugas melakukan pemeriksaan nadi Petugas melakukan pemeriksaan suhu Petugas melakukan pemeriksaan fisik termasuk ekstremitas atas dan bawah termasuk jari. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan gula darah atau urin ke laboratorium Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke laboratorium



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



8



Apakah



9



Apakah



10



Apakah



11



Apakah



12



Apakah



13 14



Apakah Apakah



15



Apakah



16 17



Apakah Apakah



Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan anamnesis, yaitu: a. Gejala klasik DM +Glukosa darah sewatu ≥ 200 mg/dl (darah kapiler) b. Gejala klasik DM +Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dl (darah kapiler) c. Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ulang ≥ 100 mg/dl (darah kapiler). Petugas memberikan penatalaksanaan awal DM berupa terapi gizi medis (TGM) dan latihan jasmani selama 2 – 4 minggu. Apabila kadar gula darah belum mencapai sasaran dilakukan intervensi farmakologi dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Petugas mengedukasi pasien tentang penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan gula darah, penyulit DM dan resikonya serta bagaimana mengatasi sementara keadaan gawat darurat akibat DM (rasa sakit dan hipoglikemia) Petugas mengedukasi pasien tentang terapi gizi medis (TGM) makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan Petugas mengedukasi pasien tentan latihan jasmani secara teratur 3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Petugas menulis resep Petugas menyerahkan resep kepada pasien Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medic pasien Petugas menandatangani rekam medic Petugas menulis diagnose ke buku register rawat jalan.



CR: …………………………………………%. ……………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



ISPA



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



1



Tujuan



Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien dengan ISPA di UPTD Puskesmas Ketapang II Tindakan dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, tindakan sampai dengan pemberian resep obat pada pelanggan Penanganan kasus ISPA di UPTD Puskesmas Ketapang II dapat terlaksana 100 sesuai prosedur penanganan pneumonia balita



2



Ruang Lingkup



3



Kriteria Pencapaian



4



Definisi



Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang bersifat akut yang melibatkan organ saluran pernafasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Disebut juga URI (Under Respiratory Infection)



5



Urain Umum



5.1. infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit 5.2. organ adalah kelompok jaringan yang melakukan beberapa fungsi 5.3. saluran pernafasan adalah organ tubuh yang memiliki fungsi menyalurkan udara atmosfer ke paru-paru begitu pula sebaliknya. Saluran pernafasan dimulai dari hidung, rongga telinga, laring, trakea, bronchus, alveoli termasuk pleura 5.4. Hidung merupakan organ pertama yang dilalui udara. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut dan selaput lendir, yang berfungsi sebagai penyaring, penghangat dan pengatur kelembaban udara yang akan masuk ke paru-paru. Sebaiknya bernafas selalu melalui hidung. 5.5. Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat disekitar hidung, mata dan pipi 5.6. laring adalah pangkal tenggorokan, terdiri dari kepingan tulang rawan berbentuk jakun dan terdapat celah menuju batang tenggorokan (trakea) disebut glottis, di dalamnya terdapat pita suara dan beberapa otot yang mengatur ketegangan pita suara sehingga timbul bunyi 5.7. alveoli adalah kantung-kantung udara di paru-paru dimana oksigen dan karbondioksida dipertukarkan



6



Peralatan



1. Alat : 6.1.1 Stetoskop 6.1.2.Senter atau Pen Light 6.1.3.Respirasi Rate Time 2. Bahan: 6.2.1.Sarung Tangan



ISPA



SOP 7



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Alur proses No 1 2 3 4 5



6



7 8



8



Referensi



9



Dokumen terkait



10 Pelayanan terkait



Instruksi Kerja Petugas menerima pasien dengan ramah Petugas melakukan anamnesa Petugas mencuci tangan dan persetujuan tindakan dan memakai sarung tangan Petugas melakukan pemeriksaan dan menegakan diagnosa Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa hari, cukup dengan istirahat yang baik, makanan yang bergizi dan pengobatan simtomatis Apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas memberi pasien resep dengan pengobatan simtomatis dan antibiotic. Petugas mempersilahkan pasien untuk menuju ruang obat Obat yang dapat dipakai adalah Parasetamol 3-4 x 500 mg (10-15 mg/kgBB/3-4 kali dalam 24 jam) Amoxcillin 4x500 mg (10-15 mg/kgBB/ 24 jam) Cotrimoksazol 2x960 mg ((15-18 mg/kgBB 12 jam) Dekstrometorphan 3x10 mg Chlorpheniramin maleat 3x4 mg (0,35 mg/kgBB/24 jam) Gliseril guaiakolat 3x100 mg Erithromycin 4x500 mg (30-50 mg/kgBB/24 jam) Petugas membereskan alat dan mencuci tangan Petugas mencatat kedalam kartu Rekam medik pasien dan buku register harian RPU dan proses selesai



Petugas



Pedoman penatalaksanaan pneumonia balita kementerian kesehatan RI Direktorat Jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, tahun 2010 9.1. Rekam medis pasien 9.2. Register harian ruang pelayanan umum 9.3. Formulir rujukan 9.4. Kertas resep 9.5. Form inform konsern 10.1. Ruang pelayanan umum 10.2. Ruang farmasi 10.3. Rumah sakit rujukan



11. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



ISPA



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



No 1 2 3 4 5 6 7 8



9 10



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Kegiatan Petugas pelayanan umum menyiapkan stetoskop, tensi meter, senter, timbangan dewasa, timbangan bayi dan sarung tangan Petugas mencuci tangan Petugas menerima pasien dengan ramah Petugas melakukan anamnesa Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan menegakkan diagnose Melakukan tindakan sesuai dengan diagnose dan segera merujuk bila perlu Petugas menulis resep (apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas memberi resep dengan pengobatan simtomatis dan antibiotik) Konseling (petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan dapat sesmbuh dengan sendirinya dalam beberapa hari, cukup dengan istirahat yang baik, makanan yang bergizi dan pengobatan simtomatis Petugas melakukan pencatatan di buku register Petugas membereskan alat dan mencuci tangan



Ya



CR: …………………………………………%.



………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



Tidak



DERMATITIS ALERGIKA



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



SITI AISYAH



Dermatitis adalah iritasi pada kulit disebabkan oleh bahan kontak ( detergen, asam alkali, minyak pelumas, serbuk kayu )



2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Prosedur



Sebagai acuan petugas dalam melakukan dermatitis alergika 1. 2. 3. 4. 5.



Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut Petugas melakukan anamnesa pada pasien Petugas melakukan pemeriksaan fisik Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas menyarankan pasien untuk menghentikan kontak dengan bahan penyebab atau alergen 6. Pada kasus ringan, petugas memberiran resep berupa ¼-1/2 tab CTM 4mg 3x sehari untuk BB > 10 kg, beri juga hidrocortison krim 1%, unutk pasien anak, untuk pasien dewasa CTM 3x sehari 1 tablet dan hidrocortison krim 7. Pada kasus akut dan berat petugas memberikan resep berupa ctm dan prednison, Perawatan ruam kering : krim Hidrokortison 1-2 % 8. Bila terjadi infeksi sekunder (bengkak,merah,nanah). Petugas memberi tambahan antibiotik seperti Amoksisilin 3x500mg/hari (Anak 3x25-50 mg/kg BB/hari)selama 5 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari (Anak 4x30-50mg/kg BB/hari) selama5 hari 9. Petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medik 10. Petugas menulis jenis pengobatan ke rekam medik. 11. Petugas menyerahkan resep ke pasien 12. Petugas menulis diagnose pasien ke buku register.



DERMATITIS ALERGIKA



SOP 5



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir memanggil pasien sesuai nomor urut



Membei resep sesuai dengan derajat kasusnya



menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medik



melakukan anamnesa pada pasien



melakukan pemeriksaan fisik



menyarankan pasien untuk menghentikan kontak dengan bahan penyebab atau alergen



menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan



menyerahkan resep ke pasien



menulis diagnose pasien ke buku register



6



Referensi



Pedomam Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2002 Hal 26-27



7 8



Dokumen terkait Distribusi



Catatan medik, blanko rujukan, buku register, blanko resep Laboratorium, Pelayanan Umum



9. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



DERMATITIS ALERGIKA



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



No 1



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan Apakah



3



Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut Apakah Petugas melakukan anamnesa pada pasien Apakah Petugas melakukan pemeriksaan fisik



4



Apakah



5



Apakah



6



Apakah



6



Apakah



7



Apakah



8



Apakah



2



Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan Petugas menyarankan pasien untuk menghentikan kontak dengan bahan penyebab atau yang dicurigai Pada kasus ringan, petugas memberiran resep berupa ¼-1/2 tab CTM 4mg 3x sehari untuk BB > 10 kg, beri juga hidrocortison krim 1%, unutk pasien anak, untuk pasien dewasa CTM 3x sehari 1 tablet dan hidrocortison krim Pada kasus akut dan berat petugas memberikan resep berupa ctm dan pprednison,Perawatan ruam kering : krim Hidrokortison 1-2 % Bila terjadi infeksi sekunder (bengkak,merah,nanah). Petugas memberi Kan resep berupa Amoksisilin 3x500mg/hari (Anak 3x25-50 mg/kg BB/hari)selama 5 hari atau Eritromisin 4x500 mg/hari (Anak 4x30-50mg/kg BB/hari) selama5 hari petugas menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medic



Ya



Tida k



Tidak Berlaku



DERMATITIS ALERGIKA



DAFTAR TILIK 9



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Apakah



10



petugas menulis jenis pengobatan ke rekam medic. Apakah petugas menyerahkan resep ke pasien



11



Apakah



petugas menulis diagnose pasien ke buku register.



12



Apakah



Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut



CR: …………………………………………%. ……………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



DIARE



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



SITI AISYAH



 



 



Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Diare akut adalah buang air besar lembek/cair konsistensinya encer, lebih sering dari biasanya disertai berlendir, bau amis, berbusa bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 7 hari. Diare nonspesifik adalah diare yang bukan disebabkan oleh kuman khusus maupun parasit. Cara menentukan derajat dehidrasi Gejala



Status mental



Rasa haus



Denyut jantung



Derajat Dehidrasi Minimal (< Ringan sampai 3% dari berat sedang (3-9% badan) dari berat badan) Baik, sadar Normal, lemas, penuh atau gelisah, iritabel Minum normal, Sangat haus, mungkin sangat ingin menolak minum minum Normal Normal sampai meningkat



Berat (> 9% dari berat badan)



Apatis, letargi, tidak sadar Tidak minum



dapat



Normal Normal Ada Basah



Takikardi, pada kasus berat bradikardi Normal sampai Lemah atau tidak menurun teraba Normal cepat Dalam Sedikit cekung Sangat cekung Menurun Tidak ada Kering Pecah-pecah



Baik Normal



< 2 detik Memanjang



Kualitas denyut nadi Pernapasan Mata Air mata Mulut dan lidah Turgor kulit Isian kapiler



Normal



Ekstremitas Output urin



Hangat Dingin Normal sampai Menurun menurun



> 2 detik Memanjang, minimal Dingin Minimal



DIARE



SOP 2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Sebagai acuan petugas dalam melakukan penyakit diare



1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien 3. Petugas menanyakan keluhan utama pasien, sejak kapan BAB cair, berapa kali BAB dalam sehari, apakah terdapat lendir, darah atau ampas dalam tinja, adakah orang lain yang terkena diare dan makanan atau minuman yang dikonsumsi sebelum diare. 4. Petugas menanyakan keluhan penyerta diare, apakah pasien mengeluhkan demam, mual, muntah, nyeri perut sampai kejang perut. 5. Petugas menanyakan adanya gejala dehidrasi seperti lemas, merasa haus, lidah dan kerongkongan kering, suara serak, pada bayi ubun-ubun cekung, air mata tidak keluar dan turgor kulit menurun. 6. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah 7. Petugas mengukur suhu tubuh pasien 8. Petugas mengukur nadi pasien 9. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah bising usus meningkat, nyeri tekan pada bagian perut, turgor kulit menurun, selaput lendir mulut dan bibir kering. 10. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan. 11. Petugas menentukan derajat dehidrasi, 12. Petugas menetukan terapi sesuai dengan penyebab diare, gejala dan derajat dehidrasi, 13. Petugas memberikan pengobatan untuk rehidrasi 1. Pada pasien diare tanpa dehidrasi (Terapi A): Berikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang diinginkan hingga diare stop, sebagai petunjuk berikan tiap habis BAB: Anak 5 tahun : 200–300 mL Dewasa : 300–400 mL Meneruskan pemberian makanan atau ASI bagi bayi.



2. Pada pasien diare dengan dehidrasi ringan–sedang (Terapi B): a. Oralit diberikan 75 mL/kgBB dalam 3 jam, jangan dengan botol. b. Jika anak muntah(karena pemberian cairan terlalu cepat), tunggu 5-10 menit lalu ulangi lagi, dengan pemberian lebih lambat (1 sendok tiap 23 menit).



DIARE



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



14. Petugas merujuk pasien dengan dehidrasi berat ke IGD untuk dilakukan rehidrasi parental a) Diberikan Ringer Laktat 100 mL yang terbagi dalam beberapa waktu. b) Tiap 1-2 jam pasien diperiksa ulang, jika hidrasi tidak membaik tetesan dipercepat. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (pasien lebih tua) pasien kembali di periksa Pemberian Cairan Untuk Bayi Diare Dengan Dehidrasi Berat Pemberian Pemberian Umur pertama kemudian 30 mL/kg 70 mL/kg Bayi 12



15. Petugas menetukan terapi farmakologi, a. Zink selama 10 hari berturut - turut Bayi < 6 bulan dengan dosis 1 x 10 mg Bayi > 6 bulan dengan dosis 1 x 20 mg b. Pengobatan antibiotic maupun antimikroba hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis  Kolera : Kotrimoksazol 2 x 3 tab (awal) dilanjutkan 2 x 2 tab / hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg  E. Coli : tidak memerlukan terapi  Salmonela : Ampisilin 4 x 1 g atau Kotrimoksazol 4 x 500 mg atau Siprofloksasin 2 x 500 mg  Shigella : Ampisilin 4 x 1 g atau Kloramfenikol 4 x 500 mg  Amebiasis : Metronidazol 4 x 500 mg atau Tetrasiklin 4 x 500 mg  Giardiasis : Klorokuin 3 x 100 mg atau Metronidazol 3 x 250 mg  Virus : Simtomatik & Suportif c. Pemberian anti emetik seperti antacid, B6, domperidon jika pasien mual 16. Petugas menyarankan agar pasien tetap meneruskan makan dan minum lebih banyak, untuk bayi tetap meneruskan ASI, 17. Petugas memberikan informasi kesehatan mengenai diare dan prinsip pengobatan, perawatan selama di rumah (rehidrasi oral di rumah), waktu untuk kontrol ulang dan upaya supaya diare tidak terulang 18. Petugas menuliskan resep untuk mengobati gejala dan penyebab diare: 19. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medic pasien 20. Petugas menulis hasil pemeriksaan pada buku register.



DIARE



SOP



5



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir memanggil pasien sesuai nomor urut menulis resep untuk pengobatan simptomatis



6



Referensi



7



Dokumen Terkait Distribusi



8



melakukan anamnesa pada pasien menginstruksikan pasien untuk istirahat dan menghindari pencetus



melakukan pemeriksaan fisik



menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan



menulis hasil menulis menyerahkan resep anamnesa, diagnose pasien ke pasien pemeriksaan dan ke buku register. diagnose ke rekam medic Kapita Selekta Kedokteran, Jild 1 hal 500-504, Jild 2 hal 470-476 Rekam medic, register, blanko resep Apotik, IGD



9. Rekaman historis perubahan



No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl.mulai diberlakukan



DIARE



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



No



Langkah Kegiatan



1



Apakah



2



Apakah



3



Apakah



4



Apakah



5



Apakah



6



Apakah



7



Apakah



Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut Petugas melakukan anamnesa pada pasien Petugas menanyakan keluhan utama pasien, sejak kapan BAB cair, berapa kali BAB dalam sehari, apakah terdapat lendir, darah atau ampas dalam tinja, adakah orang lain yang terkena diare dan makanan atau minuman yang dikonsumsi sebelum diare. Petugas menanyakan keluhan penyerta diare, apakah pasien mengeluhkan demam, mual, muntah, nyeri perut sampai kejang perut. Petugas menanyakan adanya gejala dehidrasi seperti lemas, merasa haus, lidah dan kerongkongan kering, suara serak, pada bayi ubun-ubun cekung, air mata tidak keluar dan turgor kulit menurun. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah Perugas mengukur nadi pasien



8



Apakah



Petugas mengukur suhu tubuh pasien



9



Apakah



8



Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah bising usus meningkat, nyeri tekan pada bagian perut, turgor kulit menurun, selaput lendir mulut dan bibir kering. Apakah Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



DIARE



DAFTAR TILIK 9



10



11



12



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Apakah



Petugas menuliskan resep untuk mengobati gejala dan penyebab diare: a. Adsorben : norit, kaolin pectin, attapulgit b. Anti muntah : anacid, B6 domperidon c. Penyebab diare : a. Kolera : Kotrimoksazol 2 x 3 tab (awal) dilanjutkan 2 x 2 tab / hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg b. Coli : tidak memerlukan terapi c. Salmonela : Ampisilin 4 x 1 g atau Kotrimoksazol 4 x 500 mg atau Siprofloksasin 2 x 500 mg d. Shigella : Ampisilin 4 x 1 g atau Kloramfenikol 4 x 500 mg e. Amebiasis : Metronidazol 4 x 500 mg atau Tetrasiklin 4 x 500 mg f. Giardiasis : Klorokuin 3 x 100 mg atau Metronidazol 3 x 250 mg g. Virus : Simtomatik & Suportif 4. Terapi Suportif: Oralit, umur < 12 bulan : 400 ml/hari (2 bungkus); 1-4 tahun 600-800 ml/hari (3-4 bungkus); > 5 tahun : 800-1.000 ml/hari (4-5 bungkus); dewasa 1.200-2.800/hari Apakah Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi, petugas mengarahkan pasien ke IGD. Apakah Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien Apakah



Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



CR: …………………………………………%. ……………………………… Pelaksana/ Auditor



(……………………………)



DIABETES MELITUS



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



SITI AISYAH



Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, saraf, ginjal dan pembuluh darah.



2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Prosedur



Sebagai acuan petugas dalam melakukan penyakit diabetes melitus



1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut. 2. Petugas menulis identitas pasien di buku register 3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus) dan polifagi (serng lapar). 4. Petugas menanyakan pada pasien apakah terdapat keluhan lain seperti berat badan turun tanpa penyebab yang jelas, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita, serta adakah luka yang tidak kunjung sembuh. 5. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah 6. Petugas melakukan pemeriksaan nadi 7. Petugas melakukan pemeriksaan suhu 8. Petugas melakukan pemeriksaan fisik termasuk ekstremitas atas dan bawah termasuk jari. 2. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan gula darah atau urin ke laboratorium. 3. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke laboratorium 4. Petugas menerima hasil laboratorium dari pasien 5. Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan anamnesis, yaitu:  Gejala klasik DM +Glukosa darah sewatu ≥ 200 mg/dl (darah kapiler)  Gejala klasik DM +Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dl (darah kapiler)  Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ulang ≥ 100 mg/dl (darah kapiler)



DIABETES MELITUS



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



6. Petugas memberikan penatalaksanaan awal DM berupa terapi gizi medis (TGM) dan latihan jasmani selama 2 – 4 minggu. Apabila kadar gula darah belum mencapai sasaran dilakukan intervensi farmakologi dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Obat hipoglikemik oral (OHO) dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis hampir maksimal. Pemberian OHO bersamaan dengan pengaturan diit dan latihan jasmani, bila diperlukan dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau OHO kombinasi. Terapi OHO kombinasi harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja berbeda 13.1.1 Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis maksimal 2500 mg diberikan 1-3 kali/hari 13.1.2 Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg dosis maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum mkan, 1-2 kali/hari. 13.1.3 Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50 mg dosis maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari. 7. Petugas mengedukasi pasien tentang penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan gula darah, penyulit DM dan resikonya serta bagaimana mengatasi sementara keadaan gawat darurat akibat DM (rasa sakit dan hipoglikemia). 8. Petugas mengedukasi pasien tentang terapi gizi medis (TGM) makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan. 9. Petugas mengedukasi pasien tentan latihan jasmani secara teratur 3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. 10. Petugas menulis resep. 11. Petugas menyerahkan resep kepada pasien 12. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medic pasien 13. Petugas menandatangani rekam medic 14. Petugas menulis diagnose ke buku rgister rawat jalan.



DIABETES MELITUS



SOP 5



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir memanggi l pasien sesuai nomor urut Menerimahasil laboratorium dari pasien



Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan anamnesa dan hasil laboratorium



melakukan melakukan pemeriksaan anamnesa pada fisik meliput TD, nadi, pasien tentang ekstremitas atas dan bawah trias klasik DM dan keluhan lain Pasien ke laboratorium membuat rujukan untuk pemeriksaan gula pasien untuk darah pemeriksaan gula darah Petugas mengedukasi pasien dan menulis resep



menulis diagnose ke buku rgister rawat jalan. 6



Referensi



7 8



Dokumen terkait Distribusi



menyerahkan resep kepada pasien



menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medik pasien



Pedomam Pengobatan Dasar di Puskesmas Tahun 2002 Hal 26-27, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, FKUI. Catatan medik, blanko rujukan, buku register, blanko resep Rawat inap,laboratorium



9. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



DIABETES MELITUS



Tgl. Mulai Diberlakukan



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan No



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan



1



Apakah



2



Apakah



3



Apakah



5



Apakah



6



Apakah



7



Apakah



Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut. Petugas menulis identitas pasien di buku register Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan gejala klasik DM yang berupa poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus) dan polifagi (serng lapar). Petugas menanyakan pada pasien apakah terdapat keluhan lain seperti berat badan turun tanpa penyebab yang jelas, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi pada pria, pruritus vulva pada wanita, serta adakah luka yang tidak kunjung sembuh. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah Petugas melakukan pemeriksaan nadi



8



Apakah



Petugas melakukan pemeriksaan suhu



9



Apakah



6



Apakah



7



Apakah



Petugas melakukan pemeriksaan fisik termasuk ekstremitas atas dan bawah termasuk jari. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan gula darah atau urin ke laboratorium Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke laboratorium



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



DIABETES MELITUS



DAFTAR TILIK 8



Apakah



9



Apakah



10



Apakah



11



Apakah



12



Apakah



13



Apakah



14



Apakah



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan anamnesis, yaitu: a. Gejala klasik DM +Glukosa darah sewatu ≥ 200 mg/dl (darah kapiler) b. Gejala klasik DM +Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dl (darah kapiler) c. Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau GDP ulang ≥ 100 mg/dl (darah kapiler). Petugas memberikan penatalaksanaan awal DM berupa terapi gizi medis (TGM) dan latihan jasmani selama 2 – 4 minggu. Apabila kadar gula darah belum mencapai sasaran dilakukan intervensi farmakologi dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Petugas mengedukasi pasien tentang penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan gula darah, penyulit DM dan resikonya serta bagaimana mengatasi sementara keadaan gawat darurat akibat DM (rasa sakit dan hipoglikemia) Petugas mengedukasi pasien tentang terapi gizi medis (TGM) makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan Petugas mengedukasi pasien tentan latihan jasmani secara teratur 3 – 4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit. Petugas menulis resep Petugas menyerahkan resep kepada pasien



DIABETES MELITUS



DAFTAR TILIK 15



Apakah



16



Apakah



17



Apakah



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medic pasien Petugas menandatangani rekam medik Petugas menulis diagnose ke buku rgister rawat jalan.



CR: …………………………………………%. ……………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



FARINGITIS AKUT



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Faringitis adalah peradangan pada kerongkongan yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemeriksaan penyakit faringitis akut



1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2. Petugas melakukan anamnesa/keluhan utama pada pasien apakah ada nyeri pada tenggorokan, sakit waktu menelan, suara serak dan apakah disertai pilek. 3. Petugas menanyakan pada pasien apakah ada nyeri sampai ke telinga 4. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah 5. Petugas mengukur suhu tubuh pasien 6. Perugas mengukur nadi pasien 7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien. 8. Petugas memeriksa jaringan pada dinding belakang faring dengan menyuruh pasien membuka mulut lebar dan melihat apakah faring berwarna merah tua dan amandel membesar. 9. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksa 10. Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan banyak minum air hangat dan menghindari minuman yang dingin. 11. Petugas menulis resep untuk pengobatan simptomatis berupa 12. Demam; parasetamol 3 x 500 mg (dosis anak : 10 mg/kgbb/kali) 13. Ingus yang berlebuhan : efedrin 3 x 10 mg (dosis anak : 0,5 mg/kgbb/kali) 14. Batuk kering : dextrometorfan 3 x 10-15 mg 15. Nyeri telan : asam mefenamat 3 x 500 mg 16. Peradangan hebat : dexamethasone 3 x 0,5 mg 17. Bila ada infeksi sekunder berikan antibiotik 18. Eritromisin 4 x 250 mg 19. Amoxycillin 3 x 500 mg 20. Penicillin.V 3x 500. 21. Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien 22. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



FARINGITIS AKUT



SOP 5



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir memanggil pasien sesuai nomor urut



melakukan anamnesa pada pasien



menulis resep untuk pengobatan simptomatis berupa



menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medik 6 7 8



Referensi Dokumen terkait Distribusi



menginstruksikan pasien untuk istirahat dan banyak minum



menyerahkan resep ke pasien



melakukan pemeriksaan fisik



menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan



menulis diagnose pasien ke buku register.



Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, hal 59, Depkes RI,2002 Rekam medic, register, blanko resep Apotik



9.NoRekaman Historis Perubahan Yang dirubah



Isi Perubahan



FARINGITIS AKUT



No. Dokumen



:



Tgl. Mulai Diberlakukan



DAFTAR TILIK



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan No



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........………………………………………… Langkah Kegiatan



1



Apakah



2



Apakah



3



Apakah



4



Apakah



5



Apakah



Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut Petugas melakukan anamnesa/keluhan utama pada pasien apakah ada nyeri pada tenggorokan, sakit waktu menelan, suara serak dan apakah disertai pilek. Petugas menanyakan pada pasien apakah ada nyeri sampai ke telinga Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah Petugas mengukur suhu tubuh pasien



6



Apakah



Perugas mengukur nadi pasien



6



Apakah



7



Apakah



8



Apakah



9



Apakah



10



Apakah



Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien Petugas memeriksa jaringan pada dinding belakang faring Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksa Petugas menginstruksikan pasien untuk istirahat dan banyak minum Petugas menulis resep untuk pengobatan simptomatis berupa Demam; parasetamol 3 x 500 mg (dosis anak : 10 mg/kgbb/kali) Ingus yang berlebuhan : efedrin 3 x 10 mg (dosis anak : 0,5 mg/kgbb/kali) Batuk kering : dextrometorfan 3 x 1015 mg Nyeri telan : asam mefenamat 3 x 500 mg Peradangan hebat : dexamethasone 3 x 0,5 mg



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



FARINGITIS AKUT



DAFTAR TILIK 11



Apakah



12



Apakah



13



Apakah



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Bila ada infeksi sekunder berikan antibiotik Eritromisin 4 x 250 mg Amoxycillin 3 x 500 mg Penicillin.V 3x 500. Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



CR: …………………………………………% ……………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



KONJUNGTIVITIS



No. Dokumen



:



SOP



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Prosedur



SITI AISYAH



Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva mata yang disebabkan oleh bakteri sehingga mudah menular. Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemeriksaan penyakit konjungtivitis



1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2. Petugas melakukan anamnesa/keluhan utama pada pasien apakah mata merah, berair, dan banyak kotoran mata, mata bengkak, terasa ada yang mengganjal dan panas. 3. Petugas menanyakan apakah pandangan mata pasien kabur. 4. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah pasien. 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, melihat adanya tanda-tanda infeksi pada mata yang sakit. 6. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksa 7. Petugas menginstruksikan pasien untuk tidak mengucek-kucek mata dan rajin mencuci tangan untuk mencegah penularan. 8. Petugas menulis resep untuk pengobatan konjuntivitisdapat diberikan antibiotik tunggal seperti gentamisin, kloramfenikol, dan sebagainya seama 3-5 hari. Dapat diberikan tetes mata antibiotik tiap jam dan salep mata tiap 4-5 jam sekali. 9. Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien 10. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



KONJUNGTIVITIS



No. Dokumen



:



SOP



5



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir memanggil pasien sesuai nomor urut



menulis resep untuk pengobatan konjungtivitis



menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medik



6 7 8



Referensi Dokumen terkait Distribusi



melakukan anamnesa pada pasien



melakukan pemeriksaan fisik



menginstruksikan pasien untuk tidak mengkucek mata dan sering cuci tangan



menyerahkan resep ke pasien



menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan



menulis diagnose pasien ke buku register.



Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jilid 1, Hal 51-52 Rekam medic, register, blanko resep Apotik



9. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



KONJUNGTIVITIS



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



No



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan



1



Apakah



2



Apakah



3



Apakah



4



Apakah



5



Apakah



6



Apakah



7



Apakah



8



Apakah



9



Apakah



10



Apakah



Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut Petugas melakukan anamnesa/keluhan utama pada pasien apakah mata merah, berair, dan banyak kotoran mata, mata bengkak, terasa ada yang mengganjal dan panas. Petugas menanyakan apakah pandangan mata pasien kabur. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah pasien. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, melihat adanya tanda-tanda infeksi pada mata yang sakit. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan. Petugas menginstruksikan pasien untuk tidak mengucek-kucek mata dan rajin mencuci tangan untuk mencegah penularan. Petugas menulis resep untuk pengobatan konjuntivitisdapat diberikan antibiotik tunggal seperti gentamisin, kloramfenikol, dan sebagainya seama 35 hari. Dapat diberikan tetes mata antibiotik tiap jam dan salep mata tiap 45 jam sekali. Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



KONJUNGTIVITIS



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



CR: …………………………………………%. …………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



OSTEOARTHRITIS



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Osteoarthritis adalah penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemeriksaan penyakit osteoarthiritis



1. Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut 2. Petugas melakukan anamnesa pada pasien 3. Petugas menanyakan keluhan utama pasien, apakah sering merasa kaku dan nyeri di persendian lutut, tulang belakang, pergelangan tangan dan kaki. 4. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah 5. Petugas mengukur suhu tubuh pasien 6. Perugas mengukur nadi pasien 7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah pada bagian yang nyeri berwarna kemerahan, bengkak, teraba panas dan terdapat krepitasi. 8. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan. 9. Petugas menuliskan resep untuk mengobati gejala untuk osteoartritis: Natrium diclofenac atau Piroksikam atau Ibuprofen 3 x 1 tablet. 10. Petugas mengedukasi pasien agar menghindari aktivitas berlebihan pada sendi yang sakit dan diet untuk menurunkan berat badan. 11. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien 12. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



OSTEOARTHRITIS



SOP



5



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir memanggil pasien sesuai nomor urut



menulis resep untuk pengobatan simptomatis



menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medik



melakukan anamnesa pada pasien



menginstruksikan pasien untuk mengindar kerja berat dan diet



menyerahkan resep ke pasien



6



Referensi



Kapita Selekta Kedokteran, Jild 1 hal 535-536



7 8



Dokumen terkait Distribusi



Rekam medic, register, blanko resep Apotik



melakukan pemeriksaan fisik



menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan



menulis diagnose pasien ke buku register.



9. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



OSTEOARTHRITIS



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan No



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan



1



Apakah



Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut



2



Apakah



Petugas melakukan anamnesa pada pasien



3



Apakah



6



Apakah



7



Apakah



Petugas menanyakan keluhan utama pasien, apakah sering merasa kaku dan nyeri di persendian lutut, tulang belakang, pergelangan tangan dan kaki. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah Perugas mengukur nadi pasien



8



Apakah



Petugas mengukur suhu tubuh pasien



9



Apakah



8



Apakah



9



Apakah



10



Apakah



11



Apakah



12



Apakah



Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah pada bagian yang nyeri berwarna kemerahan, bengkak, teraba panas dan terdapat krepitasi. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan. Petugas menuliskan resep untuk mengobati gejala untuk osteoartritis: Natrium diclofenac atau Piroksikam atau Ibuprofen 3 x 1 tablet Petugas mengedukasi pasien agar menghindari aktivitas berlebihan pada sendi yang sakit dan diet untuk menurunkan berat badan. Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



CR: …………………………………………%. ……………………………… Pelaksana/ Auditor



SCABIES



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Definisi



5



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. Hominis dan produknya. Faktor penunjang penyakit ini antara lain sosial ekonomi rendah, higiene buruk, sering berganti pasangan seksual, dan perkembangan demografis serta ekologik. Sebagai acuan petugas dalam melakukan pemeriksaan penyakit scabies



Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. Hominis dan produknya. Faktor penunjang penyakit ini antara lain sosial ekonomi rendah, higiene buruk, sering berganti pasangan seksual, dan perkembangan demografis serta ekologik. 1.Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut 2.Petugas melakukan anamnesa pada pasien dengan menanyakan keluhan khas scabies seperti gatal terutama di malam hari, adakah orang lain yang mengeluhkan hal yang sama seperti pasien di dalam satu rumah. 3.Petugas mengukur suhu tubuh pasien 4. Perugas mengukur nadi pasien 5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah terdapat terowongan pada tempat-tempat yang gatal, dimana terowongan berukuran sekitar 1 cm, pada ujung terowongan terdapat papul atau vesikel. Tempat predileksi biasanya di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku luar, lipat ketiak, lipatan bokong, kemaluan dan perut bagian bawah. 6. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan. 7. Petugas menuliskan resep untuk mengobati scabies: 7.1 Obat salep: Sulfur : Salep 2-4, digunakan minimal 3 hari. Gameksan : digunakan selama 8 jam, tidak boleh untuk anak < 6 tahun dan wanita hamil. Permetrin : Scabmite, digunakan satu minggu sekali selama minimal 12 jam. 7.2 Untuk mengatasi gatal : CTM 3 x 1 tabet 7.3 Apabila gejala berat dan terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik Amoksisilin 3 x 250-500 mg/hari.



SCABIES



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



8. Petugas mengedukasi pasien agar menjaga kebersihan, mencuci bersih pakaian dengan air panas, menjemur kasur dan agar seluruh anggota keluarga diobati. 9. Petugas menulis hasil pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien 10. Petugas menulis hasil diagnose pada buku register



6



Diagram Alir memanggil pasien sesuai nomor urut



menulis resep untuk pengobatan simptomatis



menulis hasil anamnesa, pemeriksaan dan diagnose ke rekam medik



7 8 9



Referensi Dokumen Terkait Distribusi



melakukan anamnesa pada pasien



melakukan pemeriksaan fisik



menginstruksikan pasien untuk mengindar kerja berat dan diet



menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan



menyerahkan resep ke pasien



menulis diagnose pasien ke buku register.



Kapita Selekta Kedokteran, Jild 2 hal 110-112 Rekam medic, register, blanko resep Apotik



10. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



SCABIES



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



No



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



Langkah Kegiatan



Ya



1



Apakah



2



Apakah



3



Apakah



Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut Petugas melakukan anamnesa pada pasien dengan menanyakan keluhan khas scabies seperti gatal terutama di malam hari, adakah orang lain yang mengeluhkan hal yang sama seperti pasien di dalam satu rumah. Petugas mengukur nadi pasien



4



Apakah



Petugas mengukur suhu tubuh pasien



5



Apakah



8



Apakah



Petugas melakukan pemeriksaan fisik pasien, apakah terdapat terowongan pada tempat-tempat yang gatal, dimana terowongan berukuran sekitar 1 cm, pada ujung terowongan terdapat papul atau vesikel. Tempat predileksi biasanya di sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku luar, lipat ketiak, lipatan bokong, kemaluan dan perut bagian bawah. Petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan.



SCABIES



Tidak



Tidak Berlaku



DAFTAR TILIK 9



Apakah



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Petugas menuliskan resep untuk mengobati scabies: 9.1 Obat salep: Sulfur : Salep 2-4, digunakan minimal 3 hari. Gameksan : digunakan selama 8 jam, tidak boleh untuk anak < 6 tahun dan wanita hamil. Permetrin : Scabmite, digunakan satu minggu sekali selama minimal 12 jam. 9.2 Untuk mengatasi gatal : CTM 3 x 1 tabet 9.3 Apabila gejala berat dan terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik Amoksisilin 3 x 250-500 mg/hari.



10



Apakah



11



Apakah



12



Apakah



Petugas mengedukasi pasien agar menjaga kebersihan, mencuci bersih pakaian dengan air panas, menjemur kasur dan agar seluruh anggota keluarga diobati. Petugas menulis hasi pemeriksaan, diagnose dan terapi pada rekam medicpasien Petugas menulis hasil diagnose pada buku register.



CR: …………………………………………%. ……………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………)



DEMAM TYPOID



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2 3



Tujuan Kebijakan



4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Sebagai acuan petugas dalam melakukan demam typoid 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut. 2. Petugas menulis identitas pasien di buku register 3. Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan demam terutama malam hari, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare. 4. Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah 5. Petugas melakukan pemeriksaan nadi 6. Petugas melakukan pemeriksaan suhu 7. Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah terdapat lidah kotor, pembesaran hati, pembesaran limpa. 8. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan darah rutin atau Widal ke laboratorium. 9. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke laboratorium 10. Petugas menerima hasil laboratorium dari pasien 11. Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan anamnesis, hasil uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1 : 320 atau titer antibodi H 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis khas. 12. Petugas memberikan resep untuk pengobatan demam Tifoid: 12.1 Antibiotik : Kloramfenikol dosis 4 x 250 mg dilanjutkan 4 x 500 mg hari kedua dlanjutkan sampai dua hari bebas demam atau Amoksisilin dosis 50-150 mg/kgBB selama dua minggu atau Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu atau Seftriakson 4 gr/hari selama 3 hari. 12.2 Antipiretik : PCT 3 x 500 mg bila demam 12.2 Anti mual / muntah : Antacid 3 x 1 tablet dan vitamin B 6 13. Petugas mengedukasi pasien untuk istirahat total minimal 7 hari bebas demam, dan diet makanan halus dimulai dar bubur saring, bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan. Pasien juga diminta menghindari makanan yang asam dan pedas serta rendah serat. 14. Petugas menyerahkan resep kepada pasien.



DEMAM TYPOID



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



4



Prosedur



15. Petugas merujuk pasien ke IGD bila ditemukan tanda-tanda kegawatan seperti ileus obstruktif atau perforasi usus. 16. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medic pasien. 17. Petugas menandatangani rekam medic 18. Petugas menulis diagnose ke buku rgister rawat jalan.



5 6 7



Referensi Dokumen terkait Distribusi



Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, Hal 421-425. Catatan medik, blanko rujukan, buku register, blanko resep Rawat inap,laboratorium, apotik



8. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



DEMAM TYPOID



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



No



Langkah Kegiatan



1



Apakah



2



Apakah



4



Apakah



5



Apakah



6



Apakah



Petugas memanggil pasies sesuai nomor urut. Petugas menulis identitas pasien di buku register Petugas melakukan anamnesa pada pasien apakah pasien mengeluhkan demam terutama malam hari, nyeri kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare Petugas melakukan pemeriksaan tekanan darah Petugas melakukan pemeriksaan nadi



6



Apakah



Petugas melakukan pemeriksaan suhu



7



Apakah



8



Apakah



9



Apakah



10



Apakah



11



Apakah



Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah terdapat lidah kotor, pembesaran hati, pembesaran limpa. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan darah rutin atau Widal ke laboratorium. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada pasien untuk selanjutnya pasien ke laboratorium Petugas menerima hasil laboratorium dari pasien Petugas membaca hasil laboratorium dan menegakan diagnose berdasarkan hasil lab dan anamnesis, hasil uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1 : 320 atau titer antibodi H 1 : 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis khas.



Ya



Tidak



Tidak Berlaku



DEMAM TYPOID



DAFTAR TILIK 12



Apakah



13



Apakah



14



Apakah



15



Apakah



15



Apakah



16



Apakah



17



Apakah



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Petugas memberikan resep untuk pengobatan demam Tifoid: 12.1Antibiotik : Kloramfenikol dosis 4 x 250 mg dilanjutkan 4 x 500 mg hari kedua dlanjutkan sampai dua hari bebas demam atau Amoksisilin dosis 50-150 mg/kgBB selama dua minggu atau Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu atau Seftriakson 4 gr/hari selama 3 hari. 12.2 Antipiretik : PCT 3 x 500 mg bila demam 12.3 Anti mual / muntah : Antacid 3 x 1 tablet dan vitamin B 6 Petugas mengedukasi pasien untuk istirahat total minimal 7 hari bebas demam, dan diet makanan halus dimulai dar bubur saring, bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan. Pasien juga diminta menghindari makanan yang asam dan pedas serta rendah serat. Petugas menyerahkan resep kepada pasien Petugas merujuk pasien ke IGD bila ditemukan tanda-tanda kegawatan seperti ileus obstruktif atau perforasi usus. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium,diagnose dan terapi kedalam rekam medic pasien Petugas menandatangani rekam medic Petugas menulis diagnose ke buku rgister rawat jalan.



CR: …………………………………………%. ………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



SYOK ANAFILAKTIK



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1 2 3



Nama Pekerjaan Tujuan Ruang Lingkup



4 5



Keterampilan Petugas Peralatan



6



Instruksi Kerja



7



Dokumen terkait



8 Indikator Kinerja 9 Kontra Indikasi 10 Referensi



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Syok Anafilaktik Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik di Puskesmas Semua pasien yang mengalami syok anafilaktik di semua unit pelayanan yang melakukan tindakan medis, yaitu : 3.1. Unit Pelayanan Umum 3.2. Unit Pelayanan Gigi 3.3. Unit Pelayanan KIA-KB 3.4. Unit Pelayanan Imunisasi 3.5. Unit Pelayanan UGD Semua tenaga medis dan paramedis terampil 5.1. Tabung Oksigen 5.2. Tensimeter 5.3. Ambulance 5.4. Adrenalin Ampul 5.5. Dexamethason Vial 5.6. Jarun suntik disposibel 2,5 ml, 3 ml 6.1. Baringkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi 6.2. Berikan Adrenalin inj 0,3 cc (1 : 1000) secara Intra Muskular pada lengan atas 6.3. Bila perlu dapat diulang tiap 15 menit, umumnya diperlukan 1-4 kali pemberian 6.4. Pasang tourniquet proksimal dari tempat suntikan (untuk mencegah penyebaran), tourniquet dikendurkan tiap 10 menit 6.5. Jaga sistem pernafasan dan kardiovaskuler agar berjalan baik 6.6. Pemberian cairan bila diperlukan 6.7. Bila perlu kortikosteroid dapat diberikan secara intravena 6.8. Dosis hidrocortison 5 mg / kg BB, dapat diulag tiap 4-6 jam 6.9. Bila keadaan tidak membaik, persiapkan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap 7.1. Buku status pasien 7.2. Protap syok anafilaktik 7.3. Buku register unit pelayanan terkait 7.4. Buku daftar rujukan pasien Kesadaran pasien dapat diperbaiki



SYOK ANAFILAKTIK



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



11. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



SYOK ANAFILAKTIK



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



No Langkah Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12



Ya



Tidak Tidak berlaku



Apakah petugas menghentikan pemberian obat / antigen penyebab ? Apakah petugas membaringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala ? Apakah petugas memberikan Adrenalin 1 : 1000 (1 mg/ml) segera ? Apakah petugas membebaskan jalan nafas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi) Apakah petugas memasang infus dengan larutan fisiologis bila tekanan darah systole kurang dari 100 mmHg ? Apakah petugas memberikan oksigen 5-10 L/menit ? Apakah petugas merujuk pasien ke RSUD terdekat dengan pengawasan tenaga medis bila diperlukan ? Apakah petugas memberikan antihistamin bila diperlukan ? Apakah petugas memberikan aminofilin bila diperlukan ? Apakah petugas memberikan kortikosteroid bila diperlukan ? Apakah petugas menenangkan penderita, mengistirahatkan dan menghindari pemanasan ? Apakah petugas memantau tanda-tanda vital secara ketat sedikitnya pada jam pertama ?



CR: …………………………………………%.



………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



HYPERTENSI



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



1



Tujuan



2 3 4



Ruang Lingkup Kriteria Pencapaian Definisi



5



Uraian Umum



6



Peralatan



7



Alur Proses



SITI AISYAH



Sebagai acuan petugas medis dan paramedis di unit pelayanan untuk melakukan penanganan pada pasien dengan diagnosis hipertensi Dimulai dari diagnosis sampai dengan penanganan pasien hipertensi Pasien 100 % mendapatkan pelayanan penanganan hipertensi yang dibeikan Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih atau sama dengan 90 mmHg 5.1. Tekanan sistolik adalah tekanan tertinggi dimana tekanan darah naik oleh kontraksi ventrikel 5.2. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah dimana tekanan darah jatuh diantara kontraksi ventrikel 6.1. Stetoskop 6.2. Spignomanometer anaeroid dengan balon udara dan manset No Instruksi Kerja Petugas 1 Memberi salam kepada pasien dengan ramah dan konfirmasi tentang identitas pasien 2 Melakukan anamnes tentang riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan fisik 3 Menegakkan diagnose hipertensi apabila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg 4 Menentukan apakah ada hipertensi pada anak-anak, krisis hipertensi, atau hipertensi dengan komplikasi, apabila ada maka petugas segera merujuk ke RSUD 5 Menemukan apakah pasien memerlukan pemeriksaan laboratorium, bila perlu segera membuat rujukan internal Laboratorium dan proses selesai 6 Menentukan apakah pasien memerlukan konsultasi gizi 7 Melakukan edukasi pasien sesuai dengan penanganan no farmakologik. Obat yang dapat dipakai HCT 0,125 sebanyak 0,25 mg perhari dosis tunggal pada pagi hari, reserpine 0,1 sebanyak 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal, propranolol mulai 2x10 mg sehari dapat dinaikkan 2x20 mg (kontra indikasi untuk penderita asma). Kaptopril 3x12,5 mg atau 25 mg (kontra indikasi pada kehamilan selama janin hidup) dan Nifedipin 3x sehari 5 mg dapat dinaikkan sampai 20 mg



Petugas Dokter dan Perawat Dokter Dokter



Dokter



Dokter



Dokter Dokter



HYPERTENSI



SOP 8



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Diagram Alir Hipertensi



Modifikasi Gaya Hidup



Sistol ≥ 140 mmHg Diastole ≥ 90 mmHg



Tidak berhasil



Hipertensi I



Hipertensi II



Hipertensi III



T ≥ 140 / 80



T ≥ 160 / 80



T ≥ 160 / 80



Diastol ≥ 90



Diastol ≤ 100



Diastol ≥ 100



Terapi mono obat (pilih) 1. diuretik (Hcl,Furosemid,spironolkton) 2. ACEi (captopril,Ramipril) 3. β bloker (propranolol,bisoprolol)



Terapi kombinasi dengan 2 obat :



Obat-obat untuk indikasi khusus



Diuretic dengan ACEi,β bloker atau Ccb



4. Ccb (amlodipine,nifedipin)



Tercapai target tekanan darah < 140/80



Tidak tercapai tekanan darah < 140/80 Kombinasi obat ditingkatkan



Dikelola sebagai prolanis



tercapai



9



Dokumen Terkait



10 Unit Terkait



11 Referensi



8.1. Rekam Medis 8.2. Register Harian 8.3. Formulir Rujukan Internal 8.4. Formulir Rujukan Eksternal 8.5. Kertas Resep 9.1. Pendaftaran 9.2. Pelayanan Umum 9.3. Gizi 9.4. Pelayanan Obat 9.5 Laboratorium Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007



Tidak tercapai



HYPERTENSI



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



12. Rekaman Historis Perubahan



No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



HYPERTENSI



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



No



Penatalaksanaan Hipertensi



1 2



Petugas memanggil pasien sesuai urutan Petugas mencocokan identitas pasien dengan kartu status pasien Petufas menggali informasi tentang riwayat penyakitnya, keluhan sakit kepala, nyeri tengkuk, riwayat keluarga sakit hipertensi Petugas melakukan pemeriksaan fisik Petugas menegakkan diagnose Petugas memberikan resep obat anti hipertensi yang ada di puskesmas dengan dosis yang disesuaikan dengan tinggi rendahnya tekana darah, bias tunggal atau kombinasi Petugas memberi penyuluhan tentang hipertensi dan komplikasi yang mungkin terjadi serta perubahan gaya hidup yang membantu mengurangi peningkatan tekanan darah Petugas merujuk pasien ke RSUD bila terjadi hipertensi emergensi Petugas merujuk pasien untuk berkonsultasi tentang diet hipertensi di bagian Gizi Petugas mencatat semua yang telah dilakukan dalam kartu status oasien



3



4 5 6



7



8 9 10



Ya



Tidak



CR: …………………………………………%.



………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………



GASTRITIS



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2 3 4



Tujuan Kebijakan Referensi



5



Langkah-langkah



6 7



Unit Terkait Diagram air



SITI AISYAH



Proses peradangan atau inflamasi pada lapisan mukosa dan submucosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lainnya Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengobatan gastritis Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas PMK No. 5 tahun 2014 tentang pengobatan dasar 1. Pasien dipersilahkan duduk, Rekam medik siap di meja 2. Pemeriksaan Fisik - Nyeri tekan epigastric, bising usus meningkat - Bila terjadi inflamasi berat dapat ditemukan perdarahan saluran cerna berupa Hematemesis dan Melena - Pada pasien dengan Gastritis kronis, konjungtiva bias anemis 3. Penatalaksanaan - menginformasikan kepada pasien untuk menghindari pemicu terjadinya keluhan, makan sering dengan waktu yang tepat, porsi kecil dan menghindari makanan yang dapat memacu meningkatkan asam lambung atau perut kembung seperti kopi, the, makanan pedas dan kol - terapi diberikan peroral dengan obat antara lain H2 bloker 2x sehari (ranitidine 150 mg/x, famotidine 20 mg/x, cimetidine 400-800 mg/hari), PPI 2x/hari (omeprazole 20 mg/hari, lansoprazole 30 mg/hari) serta antasida dosis 3x500-1000 mg/hari 4. Mencatat ke dalam Rekam Medis 5. Menuliskan Resep 6. Pasien mengambil obat di pelayanan obat Pelayanan umum, UGD, Gizi, Farmasi Pasien datang sesuai urutan



Petugas menganamnesa pasien



Petugas memeriksa tanda vital pasien



Petugas melakukan pemerksaan fisik dengan penekanan di daerah epigastrium



GASTRITIS



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Petugas menulis hasil pemeriksaan di Rekam Medik



Petugas menegakan diagnosa



Petugas menuliskan resep



Pasien mengambil obat



Petugas melengkapi Rekam medis dan Register



8



Dokumen terkait



9



Unit terkait



10 Referensi



8.1. Rekam Medis 8.2. Register Harian 8.3. Formulir Rujukan Internal 8.4. Formulir Rujukan Eksternal 8.5. Kertas Resep 9.1. Pendaftaran 9.2. Pelayanan Umum 9.3. Gizi 9.4. Pelayanan Obat Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007



11. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



GASTRITIS



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



Unit Nama Petugas Tanggal Pelaksanaan



: ………….........…………………………………………………… : ……………….........……………………………………………… : …………………….........…………………………………………



No Langkah kegiatan 1 Apakah petugas melakukan anamnesa pada pasien 2 Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan penunjang bila diperlukan) 3 Apakah petugas menegakan diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan 4 Apakah petugas memberikan terapi 5 Apakah petugas memberikan edukasi kepada pasien 6 Apakah petugas menuliskan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnose dan terapi di dalam rekam medis 7 Apakah petugas menulis resep dan menyerahkan resep kepada pasien 8 Apakah petugas lain menliskan diagnose dan terapi di buku register



Ya



Tidak



Tidak berlaku



CR: …………………………………………%.



………………………… Pelaksana/ Auditor



(………………………………)



PNEUMONIA



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Tujuan



2



Ruang Lingkup



3 4



Kriteria Pencapaian Definisi



5



Urain Umum



6



Peralatan



7



Alur proses



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pada pneumonia balita di UPTD Puskesmas Ketapang II Tindakan dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, tindakan sampai dengan pemberian resep obat pada pelanggan Penanganan kasus pneumonia balita di UPTD Puskesmas Ketapang II dapat terlaksana 100 sesuai prosedur penanganan pneumonia balita Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium Pneumococcus. Pneumonia mempunyai tanda dan gejala yaitu batuk,kesukaran bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam. Anak yang menderita pneumonia kemampuan paru-paru untuk mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernafas cepat agar tidak terjadi hipoksia (kekurangan oksigen) 5.1. Mikroorganisme adalah mahluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop 5.2. Mycobacterium Pneumococcus adalah bakteri penyebab penyakit pneumonia 5.3. peradangan merupakan respon terhadap cedera. Arti khususnya peradangan adalah reaksi vascular yang hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Peradangan sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah netralisasi dan pembuangan agen-agen penyerang, penghancur jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan 1. Alat : 6.1.1 Stetoskop 6.1.2.Senter atau Pen Light 6.1.3.Respirasi Rate Time 2. Bahan: 6.2.1.Sarung Tangan No 1 2



Instruksi Kerja Petugas menerima pasien dengan ramah Petugas melakukan anamnesa : 2.1. tanyakan berapa umum anak 2.1 apakah anak batuk adan sulit bernafas, berapa lama 2.3. apakah anak 2 bulan-38 derajat celsius (teraba panas) selama tiga hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah. - Untuk mengetahui perubahan epidemiologi campak - Mengidentifikasi populasi resiko tinggi - Memprediksi terjadinya KLB campak - Melaksanakan penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak - Memberikan rekomendasi dan tidak lanjut pada program pencegahan dan pemberantasan campak Campak adalah kasus dengan gejala bercak kemerahan di tubuh berbentuk makulopaluler didahului panas badan >38 derajat celsius (teraba panas) selama tiga hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah. - Untuk mengetahui perubahan epidemiologi campak - Mengidentifikasi populasi resiko tinggi - Memprediksi terjadinya KLB campak - Melaksanakan penyelidikan epidemiologi setiap KLB campak - Memberikan rekomendasi dan tidak lanjut pada program pencegahan dan pemberantasan campak a. Alat tulis kantor b. Alat Penerangan c. Materi Penyuluhan 1



Petugas surveilens menerima laporan kasus dari RS/Dinkes/masyarakat atau mengkaji register puskesmas untuk melihat jumlah kasus Campak. 2 Petugas mencatat laporan di buku catatan kasus. 3 Menentukan jadwal atau kunjungan PE 4 Petugas menyiapkan peralatan 5 Petugas mendatangi lokasi untuk mengetahui adanya kasus tambahan dengan cara wawancara terhadap masyarakat, keluarga kasus dan tokoh masyarakat 6 Petugas melakukan pemeriksaan jika demam >38° c selama 3 hari atau disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular, batuk, pilek, atau mata merah (konjungivitis) dirumah penduduk. 7 Catat dan kirim ke DINKES Kab/ Kota. 8 Ambil spesimen serum darah dan kirim ke laboraturium. 9 Jika hasil positif, lakukan respon KLB. 10 Respons tatalaksana kasus (Lakukan pengobatan simtomatis dan untuk mengatasi komplikasi yang muncul seperti bronchopneumonia dan konjungivitis, lakukan pemberian vitamin A dosis tinggi pada kasus sesuai dengan usia dan populasi balita beresiko sekitar lokasi KLB ).



SURVEILANS CAMPAK



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



11 Respons pelaporan dengan menggunakan standar pelaporan KLB 12 Respons kesehatan masyarakat ( Lakukan PE, Lakukan Surveilens Intensif, Lakukan Pemberian vaksinasi pada anak-anak beresiko tinggi ( belum vaksinasi campak ) di lokasi sekitar KLB, Lakukan Surveilens intensif, penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dan GIZI pada bayi, memberi makanan tambahan ). 13 Pencatatan pelaporan



8



Hal-Hal yang Konfirmasi awal untuk memastikan benar tidaknya terjadi kasus campak perlu diperhatikan Unit terkait 1. Gizi 2. Imunisasi 3. Promkes 4. Dinkes



9



Dokumen terkait



7



Laporan Hasil kegiatan



SURVEILANS CAMPAK



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



No



Langkah Kegiatan



SITI AISYAH



Nilai 0



A. Sikap dan Prilaku 1.



Menyapa pasien dengan sopan dan ramah



2.



Memperkenalkan diri pada pasien



3.



Memosisikan pasien senyaman mungkin



4.



Menjelaskan maksud dan tujuan



5.



Merespons keluhan pasien B. Penilaian Materi



6.



Mempersipkan alat dan bahan a. Spuit 3 cc b. Vaksin Campak dan pelarutnya c. Kapas DTT d. Bak instrumen e. Perlak dan alasnya f. Buku pengobatan dan instruksi pengobatan g. Bengkok h. Alat tulis



7.



Menginformasikan pasien tentang prosedur yang akan dilakukan



8.



Memasukkan obat dari vial/ampul dengan cara yang benar



9.



Menginspirasi obat; dosis bayi 0,5 ml



10.



Mencuci tangan



11.



Mendekatkan alat-alat kedekat pasien



12.



Mengatur posisi klien dan membuka pakaian klien pada daerah yang akan disuntik



13.



Menentukan daerah suntikan di daerah deltoid (tiga jari dibawah akromion) lengan kiri



1



2



SURVEILANS CAMPAK



DAFTAR TILIK



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



PUSKESMAS KETAPANG II



SITI AISYAH



14.



Memasang alas dan mendekatkan bengkok



15.



Mensterilkan permukaan kulit yang akan disuntik/diusap dengan kasa steril/DTT dari tengah ke luar secara melingkar sekitar 5 cm



16.



Menyiapkan spuit bertutup dan melepaskan penutup sambil menunggu antiseptic kering



17.



Menyuntikkan jarum secara perlahan-lahan dengan lubang mengarah keatas membentuk sudut 450



18.



Mengaspirasi obat



19.



Masukkan obat secara perlahan-lahan



20.



Menarik jarum suntik dengan cepat setelah semua obat masuk



21.



Menekan daerah suntikan dengan kasa steril/DTT, lalu memijat daerah suntikan



22.



Merapikan alat-alat



23.



Merapikan pasien



24.



Mengopservasi pasien



25.



Mencuci tangan



26.



Mendokumentasi kegiatan (waktu, nama obat, dosis, rute pemberian, dan reaksi pasien)



27.



Melaksanakan tindakan secara sistematis



28.



Menjaga privasi pasien



29.



Melakukan komunikasi dan merespon klien dengan baik



30.



Menunjukkan sikap percaya diri dan tidak gugup



31.



Mendokumentasikan dengan baik Total Skor : Nilai Akhir =



Total Sekor Total Poin Penilaian



x 100



INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)



SOP PUSKESMAS KETAPANG II



1



Pengertian



2



Tujuan



3 4



Kebijakan Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



SITI AISYAH



Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urin di kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi urin, termasuk pula berbagai infeksi disaluran kemih yang tidak hanya mengenai kandung kemih (protatitis uretritis). Melaksanakan pelayanan ilmu kesehatan anak yang komprehensif, cepat, tepat, akurat dan optimal. Klasifikasi ISK dapat diklasifikasi berdasarkan : a. Patogenesis - Proses terjadi dan kliniknya - Ada atau tidaknya obstruksi struktural maupun obstruksi fungsional saluran kemih. - Simptomatik asimptomatik b. Lokalisasi - Urethrilis, sistitis, pielitis, pielonettitis c. Penyulit - ISK tanpa penyulit - ISK dengan penyulit d. Pengelolahan - Infeksi pertama, relaps, reinfeksi - Pengobatan yang kurang/ tidak berhasil. e. Radiologi - Parut ginjal - Refluks. Diagnosa ISK ditegakkan dengan kriteria bakteriologik yang berdasarkan adanya bakteriuria bermakna sebagai berikut: 1. Kemih spontan bersih (aliran tegah) > 100.000kolonin kuman tunggal per ml pada pemeriksaan untuk pria dan 2 kali pemeriksaan berturut-turut untuk wanita menunjukkan 90-95% bakteriuria bermakna. 2. Kemih kateterisasi > 1000 kuman tunggal per ml pada 1 kali pemeriksaan menunjukkan 100% bakteriuria bermakna. 3. Kemih aspirasi suprapublik adanya pertumbuhan kuman tunggal gram negatif menunjukkan 100% bakteriuria bermakna.



INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)



SOP 4



Prosedur



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Apabila pada kemih spontan bersih terdapat 10.000100.00 cfu koloni per ml ada perkiraan ISK, pemeriksaannya harus diulang, sedangkan 10.000 koloni per ml ada perkiraan kontaminasi. Untuk menghindarkan keraguan ini maka setelah kemih dikumpulkan secara steril harus disimpan di tempat dingin 0-4 derajat celcius sampai ditanamkan pada medium pembiaknya. Anamnesis mengenai keluhan dan perjalanan penyakit yang terinci serta pemeriksaan fisik yang cermat sangat menunjang dalam menegakkan diagnosis ISK. Pemeriksaan penunjang Jumlah lekosit dalam kemih. Piuria hanyalah suatu tanda radang daerah genital atau saluran kemih yang bersifat bakterial ataupun nonbakterial. Tidak dapat menggantikan biakan kemih untuk diagnosis ISK bakterial sebaliknya jumlah lekosit yang normal dalam kemih tidak dapat menyingkirkan ISK. Menghitung jumlah kemih berguna untuk: 1. Menegakkan diagnosis tentatif pada penderita sakit akut sebelumnya ada hasil biakan kemih. 2. Menunjang diagnosis pada penderita jumlah kuman yang rendah pemeriksaan mikroskopis urin tanpa dipusingkan dengan kontak penghitung: abnormal apabila pada anak laki-laki >10/ul anak perempuan > 50ul 3. Persangkaan kelainan ginjal oleh adanya torak lekosit. Faal Ginjal: - Daya konstrasi ginjal biasanya menurun pada stadium akut. - Meningkatnya kadar ureum dan kratinin darah menunjukkan kemungkinan adanya obstraksi bilateral atau kerusakan parenkim ginjal yang berkat. Pemeriksaan radiologis: Ultrasonografi Tujuan: - Mencari faktor predisposisi/ penyebab infeksi. - Menentukan adanya dan mengukur pengerutan jaringan ginjal serta pelebaran kaliks.



INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)



SOP



No. Dokumen



:



No. Revisi



:



Tgl Terbit



:



Halaman



:



Terapi Tujuan : - Membrantas kuman penyebab infeksi. - Mencegah dan mengobati kekambuhan. - Indentifikasi dan koreksi kelainan struktur kongenital maupun akuisita. Pengobatan umum : - Menghilangkan gejala (demam, muntah, diare, kejang) - Intake air yang banyak. - Mengosokkan buli-buli dengan sempurna dan higiene perineum yang baik. - Membrantas oxyuris. - Asidifikasi kemih dengan pemberian vitamin C 3 x sehari 250 mg. Pengobatan khusus pada ISK akut tanpa penyulit: - Kausa biasanya adalah Escherichia Coli. - Pemberian antibiotika terpilih (berdasarkan sensitivitas biakan kemih) selama 7 -10 hari. Sebelum ada hasil kultur kuman diberikan amoxcycilin 100 mg mg/kg/hari, dibagi dalam 3 dosis per os atau I.V. tergantung pada berat ringan sakitnya. Tindak lanjut: Ulangan biakan kemih berturut-turut pada: - 4 hari setelah pengobatan antibiotik berakhir. - 4 minggu, kemudian 8 minggu dan seterusnya sampai infeksinya sembuh. Pengobatan khusus pada ISK dengan penyakit: - Kausa biasanya adalah proteus. Klebsiella, pseudomonas aeroginosa dan enterococci. - Penyulit yang berupa kelainan metabolik, neiulogi atau anatomik perlu diobati/dikoreksi secara klinis. - Antibiotik terpilih sesuai dengan hasil uji resistensi kuman (antiseptik) jangka pendek (10-14 hari), jangka panjang (3-4 bulan) pada kekambuhan sering setelah 2-3 kali pengobatan jangka pendek. - Tindak lanjut pemeriksaan secara teratur tiap bulan sampai 1-3 tahun.



DITETAPKAN DI PADA TANGGAL



: SAMPIT :



KEPALA PUSKESMAS II



KETAPANG



SITI AISYAH



SAMPIT, Kepala Puskesmas Ketapang II



SITI AISYAH, SKM NIP. 19700518 199003 2 003



Lampiran : Keputusan Kepala Puskesmas Ketapang II Nomor ; Tanggal ;



1



Pengertian



2



Tujuan



3



Kebijakan



4



Prosedur



5 6



Diagram Alir Referensi



7 8



Dokumen terkait Distribusi



9. Rekaman Historis Perubahan No



Yang dirubah



Isi Perubahan



Tgl. Mulai Diberlakukan



K 7.1.1 PROSEDUR PENDAFTARAN DILAKSANKAN DENGAN EFEKTIF DAN EFISIEN DENGAN MEMPERHATIKAN KEBUTUHAN PELANGGAN



ELEMEN PENILAIAN EP 1-7



K 7.1.1