SOP BENIH KEDELAI REVISI Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN SERTIFIKASI BENIH KEDELAI (Glycine max)



OLEH : ROISATUL UMMAH



201810200311008



ALDI FIRMANSYAH



201810200311005



FERDIAN ENGGAR. P



201810200311006



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN-PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya saya akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul“ STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DAN SERTIFIKASI BENIH KEDELAI (Glycine max) ” Tidak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pengajar yakni Dr. Ir. Syarief Husen, MP. yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga saya ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan. Banyak referensi yang telah kami susun namun untuk menunjang penyusunan makalah ini kami mengharapkan kritikan dan saran serta masukan dari para pembaca demi perbaikan penyusunan karya ilmiah ini. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat demi terciptanya peningkatan produksi benih padi (Glycine max) sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)



Malang, 22 April 2021



PENULIS



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1 1.1.



Latar Belakang.............................................................................................................................1



1.2.



Rumusan Masalah........................................................................................................................2



1.3.



Tujuan..........................................................................................................................................2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................3 2.1 Benih Kedelai (Glycine max) Bermutu..............................................................................................3 2.2 Klasifikasi Kedelai (Glycine max).....................................................................................................5 2.3



Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max)................................................................................6



2.4



Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max)........................................................................8



2.4.



Manfaat dan Nilai Gizi Kedelai (Glycine max)............................................................................9



BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................................10 3.1.



Agroteknologi Kedelai (Glycine Max)......................................................................................10



3.2.



SOP (Standard Operating Procedure) Produksi Benih Kedelai (Glycine Max)..........................12



3.3.



Panen.........................................................................................................................................22



3.4.



Pasca Panen...............................................................................................................................23



3.5.



Standart Mutu Benih Kedelai Bersertifikat................................................................................25



3.6.



Prosedur Sertifikasi Benih.........................................................................................................26



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Ketersediaan benih variteas unggul yang berdaya hasil tinggi dan mutu baik sangat



diperlukan dalam system produksi kedelai (Glycine max). Dalam pertanian modern, benih berperan sebagai delivery mechanism yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada clients (Adnyana & Kariyasa, 2016). Dengan demikian, kontribusi benih dalam mendorong peningkatkan jumlah dan kualitas produksi pertanian yang mampu dihasilkan menjadi sangat penting (Adrizal, 2019). Kedelai (Glycine max) merupakan komoditas tanaman pangan strategis di Indonesia setelah beras dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman dan murah. Kebutuhan kedelai terus meningkat tetapi produksinya belum mencukupi, hanya sekitar 43% dari total kebutuhan kedelai dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga dilakukan impor (Badan Litbang Pertanian, 2016). Produksi kedelai nasional tahun 2010 mencapai 905.015 ton dengan luas panen 672.242 ha dan produktivitas 1,346 ton/ha. Produksi kedelai ini mengalami penurunan dibanding tahun 2009 sebesar 7,13% yang disebabkan adanya penurunan luas panen sebesar 6,99% dan produktivitas menurun sebesar 0,15%. (BPS, 2011). Untuk meningkatkan produksi kedelai maka langkah yang utama adalah perluasan areal dan peningkatan produktivitas. Program peningkatan produktivitas diprioritaskan di wilayah-wilayah sentra produksi yang produktivitasnya masih tergolong rendah, di mana tingkat penerapan teknologi oleh petani masih kurang. Sedangkan program perluasan areal panen untuk wilayah-wilayah yang memiliki potensi sumberdaya lahan yang cukup luas dan memiliki tingkat kesesuaian yang tinggi. Salah satu keberhasilan pengembangan kedelai dilahan ditentukan oleh ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul yang sesuai dengan SOP. Standard Operating Procedure (SOP) produksi benih kedelai merupakan prosedur dalam menghasilkan benih yang bermutu tinggi. Tujuan penerapan SOP adalah untuk memastikan proses produksi dilakukan sesuai dengan ketepatan atau presisi operasional sesuai ketentuan (standard) dan tata urut prosedur, untuk memperoleh produktivitas dan efesiensi produksi optimal, serta untuk menjaga keselamatan pekerja, pemeliharaan alat, sumberdaya dan kelestarian lingkungan. Dengan menerapkan SOP dapat dihindarkan terjadinya kesalahan fatal yang dapat mengganggu proses produksi,



keselamatan pekerja, dan kelestarian lingkungan. SOP memang memungkinkan diterapkan pada sistem produksi pada lingkungan yang konstan terkendali (controlled environments) atau peralatan masinal yang beroperasi secara konstan dan kontinyu. Proses produksi yang menyimpang dari SOP hampir dapat dipastikan berakibat inefisien, cacat produk, kerusakan mesin atau bahkan bahaya kerja yang berakibat fatal. Hal ini disebabkan pada proses industri masinal tidak ada toleransi kesalahan yang menyimpang dari SOP (US, 2017). Standar Operasional Prosedur dapat juga disebut Prosedur Operasional Baku yang merupakan perangkat lunak untuk melaksanakan Good Management Practices atau Better Management Practices dalam budidaya kedelai. Pada dasarnya SOP bersifat dinamis sehingga hanya berisi ketentuan



garis



besar baku, yang berlaku



pada agroekologi utama.



Operasionalisasinya dapat disesuaikan dengan perkembangan penglolaan usaha tani, misalnya terkait dengan kepentingan lingkungan, keselamatan kerja atau keamanan konsumsi produk panen. 1.2.



Rumusan Masalah



1. Bagaimana cara menentukan agroteknologi tanaman kedelai (Glycine max) ? 2. Bagimana SOP produksi benih kedelai (Glycine max) ? 3. Bagaimana cara menentukan standart mutu benih kedelai (Glycine max) bersertifikat ? 4. Bagaimana prosedur sertifikasi pada benih kedelai (Glycine max)? 1.3.



Tujuan



1. Untuk mengetahui cara menentukan agroteknologi tanaman kedelai (Glycine max) 2. Untuk mengetahui SOP produksi benih kedelai (Glycine max) 3. Untuk mengetahui cara menentukan standart mutu benih kedelai (Glycine max) bersertifikat 4. Untuk mengetahui prosedur sertifikasi pada benih kedelai (Glycine max)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Benih Kedelai (Glycine max) Bermutu Benih kedelai (Glycine max) yang digunakan, pada dasarnya harus benih yang baik dan bermutu tinggi (Harwono et al., 2018). Benih yang baik dan bermutu tinggi akan menjamin pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi, dan ini dicerminkan oleh tingginya tingkatk eseragaman biji, daya tumbuh dan tingkat kemurnian. 2.1.1 Syarat Benih Bermutu 1. Murni dan diketahui nama varietasnya. 2. Daya tumbuhnya tinggi( minimal 80% ), serta vigornya baik 3. Biji sehat, bernas, mengkilat, tidak keriput dan dipanen dari tanaman yang telah matang 4. Dipanen dan tanaman yang sehat, tidak terkena penyakit virus 5. Tidak terinfeksi cendawan, bakteri atau virus 6. Bersih, tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih 1. Faktor bawaan (kemurnian varietas) 2. Faktor fisiologi dan fisik benih * Tingkat kematangan benih * Benih harus dipanen dari tanaman yang sudah matang benar * Tingkat kerusakan mekanis benih * Tingkat keusangan benih, yaitu hubungan antara vigor awal benih dengan lamanya benih yang disimpan. * Patogen pada benih, terutama soybean mozaic virus (SMU) serta penyakit virus lainnya * Ukuran dan berat jenis benih * Komposisi kimia benih 3. Faktor lingkungan * Musim tanam * Kultur teknik * Waktu panen * Cara tanam



4. Faktor perlakuan pascapanen * Cara penimbunan serta lamanya penimbunan brangkasan sebelum pengeringan dan pembijian * Cara pengeringan * Keseragaman dan kesehatan benih sebelum disimpan * Cara pengepakan, khususnya volume dan jenis kemasan * Suhu dan kelembaban tempat penyimpanan 5. Lantai jemur, cara pembijian, dan wadah benih jenis atau varietas lain. 6. Mencabut/membuang jenis tanaman/varietas lain. 2.1.3 Teknik Produksi Benih Untuk menghasilkan benih kedelai bermutu tinggi, diperlukan pengelolaan pertanaman maksimal meliputi pemilihan lokasi yang tepat, musim tanam, kultur teknik, waktu tanam, penanganan pascapanen, dan seleksi yang ketat. Beberapa varietas unggul yang telah dilepas dapat dipilih dan diproduksi untuk memenuhi kebutuhan benih. 2.1.4 Varietas Sebanyak 33 varietas unggul kedelai telah di lepas sejak tahun 1974 (Tabel 1). Semua varietas umumnya cocok untuk lahan kering dan 26 varietas di antaranya cocokuntuk lahan sawah bekas padi. Khusus untuk varietas berumur genjah (P hari) seperti Lokon, Guntur, Tidar, Lawu, Dieng, Lumajang Bewok, Tengger, dan Malabar cocok untuk lahan sawah setelah panen padi kedua (MK II). Pada dasarnya pemilihan varietas disesuaikan dengan keinginan konsumen dan kebutuhan pasar. Varietas yang baru dilepas yakni Burangrang mutunya baik dan mempunyai ukuran biji besar tidak kalah dengan bijibiji kedelai ekspor.



2.1.5 Mempertahankan Kemurnian Varietas 1. Jaminan akan kebenaran varietas. 2. Kejelasan sumber dari varietas tersebut. 3. Legalitas dari sumber varietas. 4. Tingkat kemumian dan varietas asal. 5. Menanam dengan jarak tanam teratur. 2.2 Klasifikasi Kedelai (Glycine max) Kedelai dikenal dengan beberapa nama, yaitu Glycine soja atau Soja max. Tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah yaitu Glycine max (L.) Merril. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut:



Kingdom : Plantae Subkingdom



: Tracheobionta



Super Divisi



: Spermatophyta



Divisi



: Magnoliophyta



Kelas



: Magnoliopsida



Sub Kelas



: Rosidae



Ordo



: Fabales



Famili



: Fabaceae



Genus



: Glycine



Spesies



: Glycine max (L.) Merril.



(Adisarwanto, 2015). Berdasarkan umur tanaman, varietas-varietas unggul kedelai diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu varietas yang berumur kurang dari 75 hari (genjah), varietas yang berumur 75-90 hari (sedang), dan varietas yang berumur lebih dari 90 hari (tinggi) (Widyawati, 2018). Keungulan suatu varietas dapat dinilai berdasarkan hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit serta toleransi terhadap cekaman lingkungan abiotik (Sirapa dan Susanto, 2018). Pengadaan benih bermutu tinggi merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan produksi tanaman (Purwanti, 2013). Kedelai varietas lokal Grobogan telah sejak lama menjadi pilihan petani Jawa Tengah, khususnya petani Kabupaten Grobogan. Varietas lokal ini mempunyai keunggulan umur yang lebih pendek, polongnya besar, dan tingkat kematangan polong dan daun bersamaan, jadi pada saat dipanen daun kedelai sudah rontok (Bank Pengetahuan Tanaman Pangan Indonesia, 2010). Varietas berperan penting dalam produksi kedelai, karena untuk mencapai hasil yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi genetiknya. Potensi hasil di lapangan dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Pengelolaan lingkungan tumbuh yang tidak dilakukan dengan baik, potensi hasil yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai (Adisarwanto, 2015). 2.3 Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max) 2.3.1 Akar Tanaman Kedelai (Glycine max) Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji disekitar mesofil. Calon akar tersebut tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil (Rakhman dan Tambas, 2016). Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering kali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang



terlalu tinggi. Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal (tanpa genangan) (Adisarwanto, 2016). 2.3.2 Batang Tanaman Kedelai (Glycine max) Kedelai berbatang semak dengan tinggi batang antara 30-100 cm. Ciri-ciri tanaman berbatang semak adalah memiliki banyak cabang yang rendah, batang bertekstur lembut dan hijau, tumbuh cepat. Hipokotil setiap batang dapat membentuk 3-6 cabang. Pertumbuhan batang dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Selain itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate (Adisarwanto, 2015). Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Buku tanaman kedelai pada kondisi normal berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan dengan batang determinate (Adisarwanto, 2015). 2.3.3 Daun Tanaman Kedelai (Glycine max) Daun kedelai ada dua bentuk, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah yang tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun yang lebar. Daun mempunyai stomata yang berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Adisarwanto, 2015). Daun kedelai mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlah yang bervariasi. Tebal tipisnya bulu pada daun kedelai berkaitan dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu (AAK, 2017). 2.3.4 Bunga Tanaman Kedelai (Glycine max) Bunga tanaman kedelai umumnya muncul atau tumbuh di ketiak daun. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung dengan kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi. Pembentukan bunga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan. Suhu tinggi dan kelembapan rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembungaan



(Adisarwanto dan Suhartina, 2011). Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu (AAK, 2017) 2.3.5 Polong dan biji Tanaman Kedelai (Glycine max) Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4 biji. Biji umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6 – 30 g/100 biji, ukuran biji diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu biji kecil (6–10 g/100 biji), biji sedang (11–12 g/100 biji) dan biji besar (Fachruddin, 2010). Biji – biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta). Embrio terbentuk di antara keping biji (Lamina, 2019). Polong kedelai pertama kali muncul sekitar 10-14 hari masa pertumbuhan yakni setelah bunga pertama muncul. Warna polong yang baru tumbuh berwarna hijau dan selanjutnya akan berubah menjadi kuning atau cokelat pada saat dipanen. Pembentukan dan pembesaran polong akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah bunga yang terbentuk. Jumlah polong yang terbentuk beragam berkisar 2-10 polong pada setiap kelompok bunga di ketiak daun. Jumlah polong yang dapat dipanen berkisar 20-200 polong per tanaman, tergantung dari varietas kedelai yang ditanam dan dukungan kondisi lingkungan tumbuh. Kecepatan pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Periode waktu tersebut dianggap optimal untuk proses pengisian biji dalam polong yang terletak di sekitar pucuk tanaman (Adisarwanto dan Wudianto, 2018). 2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai (Glycine max) Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl (di atas permukaan laut). Varietas kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 500 m dpl sehingga tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan untuk hasil yang maksimal (Najiyati dan Danarti, 2019). Kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30⁰C, bila tumbuh pada suhu yang lebih rendah (< 15⁰C) maka proses perkecambahan menjadi sangat lambat dan bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembapan tanah yang tinggi dan banyaknya biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat (Adisarwanto, 2015). Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34⁰C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai adalah 23-27⁰C.



Kedelai dapat tumbuh optimal pada kondisi tanah yang lembab. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melampaui batas toleransi. Kedelai ditanam pada tanah yang subur, gembur, kaya akan unsur hara dan bahan organik agar dapat tumbuh lebih baik. Bahan organik yang cukup dalam tanah merupakan sumber makanan bagi jasad renik yang pada akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Tanah dengan kadar liat yang tinggi sebaiknya dilakukan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air pada waktu musim penghujan (Adisarwanto, 2015). 2.4. Manfaat dan Nilai Gizi Kedelai (Glycine max) Kedelai mempunyai banyak efek menguntungkan bagi kesehatan bila dikonsumsi. Kacang kedelai merupakan sumber protein tercerna yang sangat baik. Kedelai kaya akan kandungan vitamin (vitamin A, E, K dan beberapa jenis vitamin B) dan mineral (K, Fe, Zn dan P), namun rendah dalam kandungan asam lemak jenuh, dengan 60% kandungan asam lemak tidak jenuhnya terdiri atas asam linoleat dan linolenat, yang keduanya diketahui membantu kesehatan jantung. Kacang kedelai tidak mengandung kolesterol. Bahan makanan dari kedelai juga bebas laktosa, sehingga cocok bagi konsumen yang menderita lactose intoleran (Slavin, 2011). Tabel 4.1 Kandungan Gizi Ekstrak Kedelai Jernih Komponen Energi Protein Karbohidrat Serat Kasar Lemak Asam Lemak Tidak Jenuh Ganda (PUFA) Asam Lemak Jenuh Kolesterol Vitamin A Vitamin C Thiamin (B1) Sodium Potassium Kalsium Besi Riboflavin (B2)



Kandungan dalam 100 g Ekstrak Jernih Kedelai 145 kJ (36 kkal) 3.2 g 3.0 g 0.1 mg 1.5 g Tinggi Rendah 0 mg 41.2 IU 0 mg 0.05 mg 21.6 mg 133.4 mg 21.6 mg 1.2 mg 0.03 mg



BAB III PEMBAHASAN 3.1. Agroteknologi Kedelai (Glycine Max)  Defenisi : Agroekologi tanaman kedelai merupakan lingkungan tumbuh yang sesuai untuk tanaman kedelai berproduksi secara optimum yang mencakup biofisik lahan maupun iklim. 



Tujuan : Menentukan agroekologi untuk kedelai sesuai dengan kelas S1 (sangat sesuai), S2 (sesuai), S3 (agak sesuai), dan N (kurang sesuai).







Fungsi :



-



Perangkat stasiun iklim digunakan untuk mengetahui curah hujan dan suhu udara di lokasi produksi benih.



-



Perangkat uji tanah kering (PUTK) digunakan untuk uji cepat (quick assessment) kandungan N, P, K, dan pH tanah.







Prosedur Pelaksanaan : Ambil sampel tanah secara acak pada kedalaman lapisan olah (0-20 cm), kemudian ukur dengan PUTK. Pengukur curah hujan yang digunakan bisa berupa ombrometer maupun AWS (automatic weather station).







Kesesuaian Agroteknologi Tanaman Kedelai (Glycine Max)



3.2. SOP (Standard Operating Procedure) Produksi Benih Kedelai (Glycine Max) Menurut Chris dkk., 2013 SOP (Standard Operating Procedure) Produksi Benih Kedelai (Glycine Max) meliputi : 3.2.1. Pemilihan Varietas Kedelai (Glycine Max) 



Definisi :



-



Varietas kedelai adalah bagian dari suatu jenis tanaman kedelai yang ditandai oleh warna bulu tanaman, tipe pertumbuhan, bentuk daun, warna bunga, warna hilum, ukuran biji, dan sifatsifat lain yang dapat dibedakan diantara sesama tanaman kedelai.



-



Pemuliaan tanaman kedelai adalah rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian jenis dan/atau varietas kedelai yang sudah ada atau menghasilkan jenis dan/atau varietas kedelai baru yang lebih baik.



-



Pelepasan varietas kedelai adalah prosedur baku agar varietas tertentu bisa diproduksi dan diperdagangkan







Tujuan :



-



Mengidentifikasi varietas kedelai yang terbaru. Mengetahui karakteristik dan keunggulan varietas kedelai yang sudah dilepas.







Bahan yang Didunakan :



-



Contoh-contoh varietas kedelai.



-



Deskripsi varietas kedelai yang diterbitkan Balitkabi – Malang







Prosedur Pelaksanaan : a. Tentukan agroekosistem calon lokasi produksi benih. b. Tentukan permintaan pengguna misalnya ukuran biji (sedangbesar), umur (genjah-sedang), dan kegunaan (bahan baku tahu, tempe, kecap, susu kedelai atau taoge).



Karakter varietas kedelai yang dilepas Balitkabi Malang



Sumber: 1 Balitkabi (2010), 2 Mc.williams et al. (2011)



3.2.2. Identifikasi Sejarah Lahan  Definisi : - Sejarah lahan adalah mengidentifikasi bekas tanaman pada calon lokasi produksi benih.  Tujuan : - Mengetahui sejarah lahan. - mengetahui bekas pertanaman sebelumnya.  Prosedur Pelaksanaan : a. Identifikasi pertanaman sebelumnya (digunakan untuk tanaman apa). b. Jika bekas tanaman lain atau bero, maka langsung dilanjutkan pengolahan tanah. c. Jika lahan bekas tanaman kedelai varietas yang sama maka bisa langsung dilakukan pengolahan tanah. d. Jika bekas kedelai varietas lain maka lahan harus diberokan terlebih dahulu selama 3 bulan. 3.2.3. Isolasi Tanaman  Definisi : - Isolasi tanaman merupakan usaha untuk melindungi tanaman kedelai dari penyerbukan yang tidak dikehendaki oleh tanaman/varietas lain. - Isolasi jarak adalah teknik isolasi dengan memisahkan tanaman kedelai pada blok yang berbeda dengan jarak 15 m untuk menghindari kontaminasi. - Isolasi waktu adalah teknik isolasi dengan memberikan selang waktu tanam yang berbeda minimal 15 hari antar dua varietas kedelai yang berbeda dengan areal yang berdampingan sehingga fase pembungaannya juga berbeda (dengan catatan harus diperhatikan waktu pembungaan).  Tujuan :



- Menghindari kontaminasi/penyerbukan oleh varietas lain yang tidak dikehendaki sehingga mengurangi kemurnian genetik.  Prosedur Pelaksanaan A. Isolasi Jarak a. Tanaman kedelai hampir sepenuhnya merupakan penyerbukan sendiri sehingga peluang terjadinya penyerbukan silang kurang dari 1%. b. Meskipun demikian sesuai prosedur sertifikasi, dibuat blok untuk produksi benih kedelai yang jaraknya minimal 8 m dari pertanaman kedelai lainnya. B. Isolasi Waktu a. Tentukan periode pembungaan dari masing-masing varietas yang akan ditanam. b. Atur waktu tanam sehingga perbedaan waktu berbunga antara tanaman pada areal produksi benih dengan varietas lainnya minimal 15 hari. C. Isolasi dengan penghalang (barier) a. Buat desain blok untuk pertanaman tanaman penghalang. b. Tanaman penghalang sekitar petak produksi benih kedelai, paling sedikit harus mempunyai lebar 3-4 m, bergantung kepada tipe tanaman. c. Sesbania rostrata atau tanaman jagung, sorgum atau millet yang tinggi dan sehat merupakan barrier yang dapat mencegah kontaminasi dengan baik. 3.2.4. Benih Sumber  Definisi - Benih kedelai adalah bagian tanaman yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman kedelai. Saat ini kedelai lebih banyak diperbanyak menggunakan biji. - Benih sumber adalah benih yang digunakan untuk memproduksi benih kedelai yang berasal dari kelas yang lebih tinggi.  Tujuan Menentukan kebutuhan benih kedelai per hektar. Menentukan kelas benih yang digunakan.  Prosedur Pelaksanaan a. Tentukan target kelas benih yang akan diproduksi. b. Untuk memproduksi benih sebar (ES), maka benih yang digunakan harus berasal dari kelas benih pokok (SS), benih dasar (FS), atau benih penjenis (BS). c. Untuk memproduksi benih pokok (SS) maka benih yang digunakan harus berasal dari kelas benih dasar (FS) atau benih penjenis (BS). d. Sedangkan untuk memproduksi benih dasar (FS) maka harus menggunakan kelas benih penjenis (BS). e. Kebutuhan benih kedelai per hektar rata-rata sebanyak 40-50 kg (tergantung ukuran biji). Jika kedelai berbiji besar maka kebutuhan benihnya juga lebih tinggi dibandingkan kedelai yang berbiji kecil.



GAMBAR PENGKELASAN BENIH KEDELAI



3.2.5. Persiapan Lahan dan Pengolahan Tanah  Definisi : - Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara menciptakan kondisi tanah yang siap tanam serta untuk mematikan gulma. - Penyemprotan pra tumbuh: upaya mengendalikan gulma yang biasanya terdapat di lahan kering dengan herbisida.  Tujuan : - Memanipulasi sifat fisik tanah sehingga cocok untuk pertanaman kedelai.  Prosedur Pelaksanaan : a. Pengolahan tanah hendaknya dengan menggunakan traktor yang dilengkapi bajak singkal. b. Sebelum pengolahan tanah, sebaiknya lahan disemprot dengan herbisida Basmilang / polaris / gramoxone / gempur / paraquat / Roundup dengan dosis 2 liter/ha, atau dosisnya disesuaikan dengan jenis herbisida dan gulma yang ada. c. Penyemprotan herbisida dilakukan diawal, karena setelah tanaman kedelai tumbuh maka tidak diperkenankan disemprot kecuali menggunakan varietas transgenik yang memiliki sifat herbicide tolerant. d. Kemudian selang 3-4 hari, tanah dibajak larikan sesuai dengan ukuran jarak tanam. e. Pembuatan drainase dibutuhkan jika ditanam pada musim hujan dengan lebar drainase 4-5 m. 3.2.6 Perlakuan Benih (Seed Treatment) Dan Penanaman  Definisi



- Perlakuan benih adalah mencampur benih kedelai dengan inokulan mikroba sebelum benih ditanam yang bertujuan untuk meningkatkan vigor benih dan keserempakan tumbuh. - Penanaman merupakan menanam benih dengan jarak tanam yang teratur. - Jarak tanam adalah jarak antar barisan dan jarak tanaman dalam barisan yang akan menentukan populasi tanaman.  Tujuan - Memberikan pertumbuhan yang seragam. - Memberikan kesegaran tanaman yang optimum sehingga diperoleh hasil yang maksimum. - Mempermudah penyiangan, pemupukan, pengendalian hama, dan roguing.  Prosedur Pelaksanaan a. Perlakuan benih dilakukan sebelum tanam. b. Benih kedelai sebanyak masing-masing 8kg terlebih dahulu dilembabkan dengan air kemudian dicampur secara merata dengan inokulan mikroba sebanyak 50 g. c. Kemudian benih langsung ditanam dan diusahakan terhindar dari sinar matahari langsung. d. Untuk menghindari serangan lalat kacang (Ophimia phaseoli), maka pada lubang tanam dapat ditambahkan insektisida karbosulfan atau thiodicarp. e. Jarak antar Jarak tanam yang digunakan untuk produksi benih kedelai adalah 30x15 cm atau 30x20 cm. f. Jumlah benih yang ditanam sebanyak 2 benih/lubang. 3.2.7 Pemupukan  Definisi - Pemupukan merupakan usaha untuk memberikan unsur hara makro (N, P, dan K) yang dibutuhkan oleh tanaman kedelai untuk tumbuh normal dan berproduksi optimal.  Tujuan - Memberikan unsur hara makro yang dibutuhkan kedelai. - Memelihara kesuburan tanah.  Prosedur Pelaksanaan a. Jika menggunakan pupuk tunggal, maka dosis pupuk yang digunakan adalah 50 kg urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl dengan waktu pemberian pada saat tanam. Jika pupuk majemuk dengan dosis 150 kg NPK. b. Pupuk kandang diberikan dengan dosis 1,5 ton/ha. c. Pemupukan dilakukan pada barisan tanaman. d. Jika lahan masam dengan pH antara 4,8 – 5 maka dosis dolomit/kapur yang digunakan 1-1,5 ton/ha. e. Dolomit disebar rata bersamaan dengan pengolahan tanah kedua atau paling lambat 2-7 hari sebelum tanam. f. Jika diaplikasikan dengan cara disebar sepanjang alur baris tanaman, maka takaran dolomit dapat dikurangi menjadi 1/3 takaran semula. 3.2.8. Pengairan dan Penyiangan  Definisi - Pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman sesuai dengan stadia pertumbuhan. Kebutuhan air bagi tanaman kedelai berbeda-beda setiap fase. - Penyiangan adalah membersihkan gulma yang tumbuh diantara pertanaman kedelai.  Tujuan - Menyediakan air sesuai stadia pertumbuhan kedelai. - Memberikan pertanaman kedelai yang tumbuh optimum. - Mengurangi persaingan dengan gulma dalam penyerapan unsure hara.



 Prosedur Pelaksanaan a. Pengairan - Identifikasi curah hujan dan kelembaban tanah saat pertanaman. - Jika kelembaban tanah berkurang maka dapat dilakukan pengairan pada stadia vegetatif, masa pembungaan, masa pembentukan polong, dan masa pengisian benih. b. Penyiangan - Kedelai sangat peka terhadap kompetisi gulma sehingga disarankan untuk memilih lokasi produksi yang bersih dari gulma. - Jika lahan tersebut tidak tersedia maka penyiangan perlu dilakukan minimal 2x yaitu pada awal pertumbuhan terutama saat umur tanaman 15 hari setelah tanam (HST) dan 45 hari setelah tanam (HST). 3.2.9. Roguing (Seleksi)  Definisi - Roguing adalah membuang tanaman kedelai yang tidak di inginkan pada petak produksi. - Tanaman yang tidak diinginkan adalah tanaman selain varietas yang diproduksi yang mungkin bisa berupa type simpang maupun tanaman volunteer (tanaman lain yang tumbuh).  Tujuan - Membuang tanaman off type (tipe simpang), Campuran Varietas Lain (CVL), dan volunteer. - Mencegah terjadinya penyerbukan silang antara off type dengan varietas yang diproduksi. - Mengusahakan kemurnian varietas yang tinggi.  Prosedur Pelaksanaan No. I



Jenis seleksi Seleksi fase vegetatif



Waktu 7-15 HST



Prosedur - Membuang tanaman yang berbeda warna hipokotilnya (pangkal batang) - Warna hipokotil tanaman kedelai biasanya hanya ada 2 yaitu hijau dan ungu



II



Seleksi fase generative : a) . Seleksi Antara 4-10 hari (tergantung warna bunga varietas) b). Seleksi warna bulu



Antara 1-3 hari menjelang warna bulu sudah jelas (biasanya menjelang panen)



c). Seleksi bentuk daun



Selama pertumbuhan tanaman



d). Seleksi tipe tanaman



Selama pertumbuhan tanaman diutamakan menjelang masak



- Membuang tanaman yang berbeda warna bunganya - Warna bunga pada tanaman kedelai ada 3 yaitu putih, ungu muda, dan ungu tua - Membuang tanaman yang berbeda warna dan tipe bulunya. Tipe bulu pada kedelai: berbulu dan tidak berbulu, kelebatan bulu (jarang, agak jarang, normal, lebat), warna bulu (putih, abuabu, coklat, agak coklat), tipe bulu (tegak, agak tegak, miring, keriting, dan rebah kebelakang) - Membuang tanaman yang berbeda warna dan bentuk daunnya - Bentuk daun kedelai: runcing, agak runcing, bulat - Membuang tanaman yang berbeda tipenya Tipe tanaman kedelai: determinate, indeterminate, semi determinate - Tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai



fisiologis 90%



e). Seleksi warna polong



Menjelang panen



f). Seleksi biji



Saat sortasi biji



berbunga - Tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga - Tipe semi determinate memiliki ciri yang mirip dengan kedua tipe tersebut - Membuang tanaman yang berbeda warna polong matangnya - Warna polong matang kedelai: kuning jerami, coklat, hitam - Membuang biji-biji yang menyimpang (berbeda) - Warna biji kedelai: kuning muda (agak keputihputihan), kuning, hijau, kuning tua. - Warna hilum: kuning, kuning tua, coklat, hijau, abu-abu, hitam kekuning-kuningan, hitam - Permukaan biji: licin terang, terang, buram, kusam sekali



3.2.10. Pengendalian Hama dan Penyakit  Definisi - Pengendalian hama penyakit adalah Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (hama, patogen, dan gulma) dengan cara memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan. - Pengendalian kultur teknis adalah suatu usaha memanipulasi agroekosistem untuk membuat lingkungan pertanaman menjadi kurang sesuai bagi kehidupan dan perkembangbiakan hama, serta menyediakan habitat bagi organisme menguntungkan. - Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen serangga) untuk mempertahankan populasi hama di bawah tingkat yang merugikan tanaman. - Pengendalian mekanis dan fisik merupakan teknik pengendalian yang bertujuan mengurangi populasi hama dengan cara mengganggu fisiologi serangga atau mengubah lingkungan menjadi kurang sesuai bagi hama. - Insektisida kimia merupakan pilihan terakhir dalam usaha mengendalikan hama dan harus digunakan sesuai kebutuhan agar tidak berdampak negatif.  Tujuan - Mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk menghindari tingkat kerugian ekonomi (TKE) berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk kedelai.



Prosedur Pelaksanaan Hama Kedelai Utama Lalat bibit: - Ophiomyia phaseoli, Melanagromyz a sojae, - M. dolichostigm



Ambang Ekonomi 1 imago per 5 m baris atau 1 imago per 50 rumpu



Pengisap daun: - Bemisia sp (kutu kebul) - Thrip - Aphis sp



- Populasi Aphis, Bemisia dan Thrip cukup tinggi



Pemakan daun: - Chrysodeixis chalcites, - Lamprosema indicata, - Spodoptera litura



- Pada fase vegetatif, 10 ekor instar 3 per 10 rumpun . - Pada fase pembungaan 13 ekor instar-3 per 10 rumpun tanaman. - Pada fase pembentukan polong: 13 ekor instar-3 per 10 rumpun tanaman.



Strategi Pengendalian a). Kultur teknis: pergiliran tanaman, tanam serempak dengan selisih waktu