4 0 2 MB
PENCABUTAN GIGI DENGAN ANASTESI INJEKSI No. Dokumen SOP No. Revisi Tanggal terbit Halaman 1-8 UPTD PUSKESMAS BOJA II 1. Pengertian
dr.Agus Pribadi NIP. 196808182009041001
Pengertian secara umum : Ausnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karena fungsinya, karena kebiasaan buruk, cara menyikat gigi yang salah atau karena asam dan karena trauma oklusi. Hilangnya
permukaan
jaringan
keras
gigi
yang
bukan
disebabkan oleh karies atau trauma dan merupakan akibat alamiah dari proses penuaan.
Atrisi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi pada bagian incisal dan oklusal yang disebabkan oleh proses mekanis yang terjadi pada gigi
yang
saling berantagonis (sebab fisiologis pengunyahan
ataupun kebiasaan buruk seperti bruxism)
Abrasi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi disebabkan oleh faktor mekanis
dan
kebiasaan
buruk
seperti
mengunyah
sirih,
pangur/gusar.
Erosi : Hilangnya permukaan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh proses kimia dan tidak melibatkan bakteri. 1. Erosi karena muntah Lebih sering pada permukaan palatal gigi rahang atas dan permukaan oklusal dan bukal gigi posterior rahang bawah disebabkan karena adanya asam hidroklorit yang berasal dari muntah 2. Erosi karena diet Umumnya terjadi pada permukaan labial
gigi anterior
rahang atas, disebabkan karena makanan atau minuman yang bersifat asam (pH rendah) 3. Erosi karena pekerjaan Keausan yang mengenai permukaan labial gigi anterior rahang atas, disebabkan karena menghisap udara yang mengandung asam di lingkungan kerjanya
4. Erosi idiopatik adalah erosi yang terjadi karena suatu sebab yang tidak dikenal.
Abfraksi : Hilangnya jaringan keras gigi yang terjadi pada daerah servikal labial/ bukal gigi permanen, penyebabnya biasanya karena fatique (kelelahan gigi), fraktur dan deformasi dari struktur gigi sebagai akibat dari tekanan biomekanis
Gambar 1 Penampang frontal dan oklusal gigi erosi pada pasien dengan GERD 2. Tujuan
Menurunkan angka kesakitan akibat hipersensitifitas.
Mencegah perkembangan lesi menjadi lebih parah.
Memperbaiki penampilan estesika rongga mulut pasien.
Meningkatkan prognosis rehabilitasi dengan menentukan etiologi lesi secara tepat
3. Kebijakan
Keputusan Kepala Puskesmas ……. Nomor ….Tahun 2016 tentang Standard an SOP Layanan Klinis
4. Referensi
1. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi. 2. Schuurs, A.H.B. 1993. Patologi Gigi Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. UGM Press: Yogyakarta. 3. Kidd, E.A.M dan B.G.N. Smith. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard Edisi ke-6. Widya Medica: Jakarta. 4. Novinka, Nina dan Bambang Nursasongko. 2003. Abfraksi dan
Penatalaksanaannya (Laporan Kasus). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Edisi Khusus 74-78: Jakarta. 5. Kristiani, drg. Anie, M.Pd., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. Jurusan Kesehatan Gigi Poltekes Tasikmalaya: Tasikmalaya. 6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23426/3/Chapter %20II.pdf 5. Alat dan Bahan
1. Dental unit lengkap 2. Alat pemeriksaan standar 3. Bor untuk preparasi 4. Cotton roll 5. Cotton pellet 6. Alat fluor 7. Larutan fluor/CPPACP 8. Bahan tumpat (tergantung letak dan macam giginya (resin komposit, GIC, atau inlay resin komposit)
6. Langkah-langkah
A. Anamnesa Kadang disertai rasa ngilu oleh karena hipersensitif dentin B. Pemeriksaan Objektif Hilangnya permukaan jaringan keras (email, dentin, sementum) pada permukaan gigi Apabila hilangnya permukaan gigi sudah mencapai dentin maka akan disertai dengan reaksi dentin hipersensitif pada pemeriksaan vitalitas. Gambaran klinis erosi secara makroskopis terlihat mengkilap, transparan, dan licin.
Gambar 2. Wanita 14 tahun menunjukkan karakteristik kehilangan struktur pada permukaan gigi yang menyeluruh dan enamel gigi insisivus maksila tampak seperti terpolis. Lapisan enamel yang ada tampak sangat tipis.http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/23426/3/Chapter%20II.pdf
Gambar 3. Wanita 33 tahun Pada permukaan amalgam yang menonjol keluar, di bawahnya terlihat perluasan erosi pada permukaan oklusal. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23 426/3/Chapter%20II.pdf Gambaran klinis atrisi, terjadinya keausan atau bahkan hilangnya perbedaan tinggi insisal gigi anterior dan pengikisan
tonjol-tonjol
gigi
posterior
menyebabkan
terjadinya bidang yang datar.
Gambar 4. Wanita 42 tahun dengan kebiasaan bruksism, tampak adanya atrisi yang sedang sampai yang parah. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 23426/3/Chapter%20II.pdf Gambaran klinis abrasi: 1. Pada kasus ringan penampilan klinis tidak begitu jelas namun pada pemeriksaan vitalitas menunjukkan reaksi hipersensitifitas. 2. Pada tahap lanjut beberapa permukaan bukal atau labial akan terlihat berbentuk seperti V dan bentuk parit/selokan (ditch) atau irisan (wedge) yang terlihat pada sepertiga bagian serviks gigi atau akar gigi.
Gambar 5. Abrasi pada gigi C dan P pasien. Pasien tersebut memiliki kecenderungan menyikat giginya dengan kuat. Resesi ringan terjadi pada gingiva dan semento-enamel yang mengalami keauasan tampak sebagai lesi abrasi pada permukaan prominensia akar gigi (tanda panah). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2 3426/3/Chapter%20II.pdf Gambaran klinis abfraksi hamper sama dengan abrasi, namun umumnya lesi abfraksi berbentuk baji di daerah servikal dan seringkali ditemukan faset di bagian oklusal karena adanya tekanan aksial yang jatuh tidak sejajar dengan sumbu gigi.
Gambar 6. Pasien yang berusia 33 tahun ini mengalami abfraksi di servikal gigi posterior mandibular. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2 3426/3/Chapter%20II.pdf C. Diagnosa
Atrisi, Abrasi, Erosi atau Abfraksi beserta faktor penyebabnya
D. Penatalaksanaan 1. Rehabilitasi gigi tergantung lokasi dan keparahan jika perlu pada atrisi didahului dengan peninggian gigitan. 2. Kemudian direstorasi dengan tumpatan direk/indirek. 3. Perlu diingat bahwa rehabilitasi tidak akan berhasil apabila kebiasaan buruk tidak dihilangkan 4. DHE:
edukasi
pasien
tentang
cara
menggosok
gigi,
pemilihan sikat gigi dan pastanya. Edukasi pasien konsul diet, konsultasi psikologis pada pasien Bulimia. 5. Tindakan preventif: bila masih mengenai email dengan aplikasi fluor topikal/CPPACP untuk meningkatkan remineralisasi 6. Tindakan kuratif: a. Bergantung lokasi dan keparahan jika perlu pada atrisi didahului dengan peninggian gigit b. Pada kasus abfraksi perlu dilakukan Oclusal Adjusment c. Bergantung
pada
keparahan
hilangnya
permukaan
jaringan keras dan lokasi, bila di servikal dilakukan ART dengan bahan GIC, Bila di oklusal direstorasi mahkota Mulai
ANAMNESA
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
DIAGNOSA
Atrisi
Abrasi
Erosi
Abfraksi
ELIMINASI PENYEBAB
3. Bagan Alir
DOKUMEN TELUSUR
ALUR PROSES DHE
PREVENTIF
KURATIF
Selesai
PENANGGU NG JAWAB
Rekam Medis
Dokter Gigi
Dokter Gigi Rekam Medis
Dokter Gigi Rekam Medis
Dokter Gigi Rekam Medis Dokter Gigi
Rekam Medis Dokter Gigi
Rekam Medis
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Diagnosa banding: hipersensitifitas dentin karena karies
Faktor penyulit:
1.
Pasien tidak kooperatif
2.
Pasien dengan kebiasaan bruxism karena kondisi psikologis
Prognosis baik jika penderita kooperatif dan dapat menghilangkan kebiasaan buruk
Perawatan dikatakan berhasil jika atrisi, abrasi, erosi berhenti (tidak berlanjut), dan kebiasaan buruk hilang.
Factor social yang perlu diperhatikan yaitu pasien menyadari
bahwa ada kebiasaan buruk yang dilakukannya dan bersedia bekerja sama untuk berupaya menghilangkan kebiasaan tersebut. 5. Unit terkait
1. Pendaftaran 2. Ruang Farmasi
3. Dokumen terkait
1. Rekam medis 2. Register BP Gigi 3. Laporan bulanan BP Gigi
4. Rekaman Historis Perubahan
No
Yang dirubah
Isi Perubahan
Tgl.mulai diberlakukan