Sop Fluor Albus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SOP



Puskesmas Lakologou



FLUOR ALBUS No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : AZAFUDIN, SKM NIP. 19680915 199103 1 008



1.



Pengertian



Fluor albus atau vaginal discharge atau keluarnya duh tubuh dari vagina secara fisiologis mengalami perubahan sesuai siklus menstruasi. Cairan kental dan lengket pada seluruh siklus namun lebih cair dan bening ketika terjadi ovulasi. Masih dalam batas normal bila duh tubuh vagina lebih banyak terjadi pada saat stres, emosi, kehamilan atau aktivitas seksual. Vaginal discharge yang patologis bila terjadi perubahanperubahan pada warna, konsistensi, volume dan baunya.



2. 3.



Tujuan Kebijakan



4.



Referensi



5.



Alat dan bahan



6.



Langkahlangkah



Sebagai acuan penanganan fluor albus SK Kepala Puskesmas Lakologou No. tentang Pelayanan Klinis Kepmenkes No. 514 tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama  Stetoskop  Spigmomanomater  Termometer  Timbangan  Mikrotois  Rekam medis  Resep  Pulpen  Obat-obatan 1. Petugas melakukan anamnesis Keluhan :  Biasanya terjadi pada daerah genitaliaperempuan yang berusia diatas 12 tahun, ditandai dengan adanya perubahan pada duh tubuh disertai salah satu atau lebih gejala rasa gatal, nyeri, disuria, nyeri panggul, perdarahan antar menstruasi atau perdarahan pasca koitus.  Terdapat riwayat koitus dengan pasangan yang dicurigai menularkan penyakit menular seksual. 2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik Penyebab discharge terbagi menjadi masalah infeksi dan non infeks. Masalah non infeksi dapat karena benda asing, peradangan akibat alergi atau iritasi, tumor, viginitis atopik, atau prolaps uteri. Sedangkan asalah infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur atau virus seperti berikut ini : a. Kandidiasis vaginitis, disebabkan oleh Candida albicans, duh tubuh tidak berbau, pH < 4,5, terdapat eritema vagina dan eritema satelit diluar vagina. b. Vaginosis bakterial (pertumbuhan bakteri anaerob Gardnerella vaginalis), memperlihatkan duh tubuh putih/abu-abu yang melekat di sepanjang dinding



c.



d.



e.



f. g. h. i.



vagina dan vulva, bau amis dan pH > 4,5. Cervicitis yang disebabkan oleh Chlamydia, dengan gejala inflamasi serviks yang mudah berdarah dan disertai duh mukopurulen. Trichomoniasis, sering kali asimptomatik, kalau bergejala, tampak duh kuning kehijauan, duh berbuih, bau amis dan pH > 4,5. Pelvic inflammatory disease (PID) yang disebabkan oleh Chlamydia, ditandai dengan nyeri abdomen bawah, dengan atau tanpa demam. Servisitis bida ditandai dengan kekakuan adneksa dan serviks nyeri angkat palpasi bimanual. Liken planus Gonore Infeksi menular seksual lainnya Atau ada benda asing (tampon atau kondom) yang lupa diangkat.



3. Petugas menegakkan diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan spekulum, palpasi bimanual, uji pH duh vagina dan swab. 4. Petugas melakukan penatalaksanaan Vaginosis bakterial a. Metronidazole atau Clindamysin secara oral atau per vaginam. b. Tidak perlu pemeriksaan silang dengan pasangan pria c. Bila sedang hamil atau menyusui gunakan metronidazole 500 mg 2x sehariselama 5-7 hari atau pervaginam. d. Tidak dibutuhkan peningkatan dosis kontrasepsi hormonal bila menggunakan antibiotik yang tidak menginduksi enzim hati. e. Pasien yang menggunakan IUD tembaga dan mengalami vaginosis bakterial dianjurkan untuk mengganti metode kontrasepsi. Vaginitis kandidiosis (vulvovaginitis kandidiosis) a. Dapat diberikan azole antifungal oral atau pervaginam. b. Tidak perlu pemeriksaan pasangan. c. Pasien dengan vulvovaginitis kandidiosis yang berulang dianjurkan untuk mendapat pengobatan paling lama 6 bulan. d. Pada saat kehamilan, hindari obat anti-fungi oral, dan gunakan imidazole topikal selama 7 hari. e. Hati-hati pada pasien pengguna kondom atau kontrasepsi lateks lainnya, bahwa penggunaan anti fungi lokal dapat merusak lateks. f. Pasien pengguna kontrasepsi pil kombinasi yang mengalami vulvovaginitis kandidiosis berulang, dianjurkan untuk mengganti metode kontrasepsi. Chlamydia a. Azythromisin 1 gr single dose, atau Doxycycline 100 mg 2x sehari selama 7 hari. b. Ibu hamil dapat diberikan Amoxicillin 500 mg, 3x sehari selama 7 hari atau Erytromisin 500 mg, 4x sehari selama 7 hari.



Trikomonas vaginalis a. Obat minum nitronidazole (contoh metronidazole) efektif untuk mengobati trikomonas vaginalis. b. Pasangan seksual trikomonas vaginalis harus diperiksa dan diobati bersama dengan pasien. c. Pasien HIV dengan trikomonas vaginalis lebih baik dengan regimen oral penatalaksanaan beberapa hari dibandingkan dosis tunggal. d. Kejadian trikomonas vaginalis sering berulang, namun perlu dipertimbangkan pula adanya resistensi obat. 5. Petugas memberi konseling dan edukasi Pasien dan keluarga diberi pemahaman tentang duh vagina non infeksi dan infeksi. Menjaga kesehatan pribadi dan higiene pribadi. 7.



Bagan Alir Anamnesis



Pemeriksaan fisik, spekulum, palpasi bimanual, uji pH



Penegakan diagnosis



Konseling dan Edukasi



8.



Unit terkait



9.



Dokumen terkait



1. 2. 3. 4. 1. 2.



Pendaftaran Rekam Medis Poli Umum Apotek Rekam Medis Catatan tindakan.



Penatalaksanaan