SOP Olahraga Fixx [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



SPRAIN ANKLE BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI TANGGAL TERBIT



NO. REVISI



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



1. Sprain Ankle A. Sprain Ankle -



Icf



: b7150, b7601



-



Icd



: S93.4



B. Masalah Kesehatan -



Definisi Sprain ankle juga dikenal sebagai cidera ankle atau cidera ligament ankle,



pada umumnya sprain ankle ini terjdi karena robeknya



sebagian dari ligament (torn partial ligament) atau keseluruhan dari ligament (torn ligament) dan Hampir 85% sprain ankle terjadi pada struktur jaringan bagian lateral ankle yaitu ligamen lateral complex. (H. Habib Nasution, 2006) -



Epidemiologi 3.140.132 kasus sprain ankle berisiko terjadi pada populasi 146.1379.599 orang per tahun. untuk tingkat kejadian 2,15 per 1000 orang pertahun di Amerika Serikat. (Waterman BR, 2010)



C. Hasil Anamnesis Pendrita dapat menceritakan proses cideranya yatu terjatuh dengan posisi pergelangan kaki terputar ke dalam atau keluar. Setelah cedera, penderita mengeluh sakit berlebihan pada aspek anterolateral pada sendi pergelangan kaki. Perabaan di atas sakit tersebut hanya di bawah malleolus lateral. Dengan penyebaran terjadi di tempat bengkak yang 497



berlebihan daerah pergelangan kaki persamaan



tes



ditunjukkan



adaya



sisi lateral dan anterior, ketidakseimbangan,



MRI



diindikasikan tidak patah tulang. D. Pemeriksaan Fisik  Inspeksi



: Lumbale lordosis atau flat back



 Tes cepat



: Otawa Ankle rule 



Gerak squat and bouncing terasa nyeri pada saat bouncing



 Tes gerak aktif



: Nyeri ke arah inversi



 Tes gerak pasif



:



 Nyeri pada sisi kontra lateral dari arah gerakan  Keterbatasan gerak searah nyeri  Tes gerak isometric



: Gerak isometric negative atau kadang nyeri



 Tes khusus



: drawer sign positif Palpasi pada derah nyeri



E. Penegakkan diagnosa 



Activity limitation -



Adanya gangguan berlari, loncat, kemampuan berjalan, keseimbangan, kontrol gerak











Body structure and body function 



nyeri







oedema



Participation restriction  Tidak dapat melakukan olahraga dengan maksimal







Diagnosa berdasarkan ICF 



Adanya gangguan stability ankle, adanya ketidakmampuan melakukan kordinasi gerakan ankle.



F. Rencana Penatalaksanaan  Tujuan -



Mencegah malaligment



-



Meningkatkan movement coordination



-



Meningkatkan stabilisasi ankle 498



-



Meningkatkan kemampuan ankle



 Prinsip Terapi -



Istirahat



-



Aktivasi otot otot stabilisasi



-



Meningkatkan kemampuan fungsional



 Konseling-Edukasi -



Latihan keseimbangan



-



Latihan aktifitas fungsional



 Kriteria Rujukan -



Dokter



-



Fisioterapis



G. Prognosis Pada umumnya sprain ankle dapat sembuh tanpa komplikasi dan pasien dapat kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. H. Sarana dan prasarana Wobble board, elastic bandage, taping, tera band I. Referensi Sumber : Nasution, Habib. Rika melianita. 2006. Pengaruh Penambahan Terapi Ultra Sonik pada Intervensi Mwd Terhadap Penurunan Nyeri Akibat Sprain Ankle. avalaible at : ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Fisio/article/download/589/552 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20926721



499



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



SHIN SPLINT (TIBIAL STRESS SYNDROME) BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI TANGGAL TERBIT



NO. REVISI



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



2. Shin Splints ( Tibial Stress Syndrome ) A. Shin splints -



Icf : d4552, d4553, d9201



-



Icd : 844.9



B. Masalah Kesehatan -



Definisi Shin splints adalah peradangan pada otot, tendon, dan jaringan tulang di sekitar tibia akibat overuse dan cedera berulang pada daerah postero medial dan antero medial. Nyeri biasanya terjadi di sepanjang perbatasan bagian dalam tibia, di mana otot melekat ke tulang.



-



Epidemiologi 10-15% of running injuries, 60% of leg pain syndromes



C. Hasil Anamnesis Pasien mengeluh nyeri pada bagian distal dan posteromedial tibia setelah melakukan hobinya dalam olahraga berlari. Keluhan terjadi tanpa penyebab yang jelas D. Pemeriksaan Fisik  Inspeksi



: terjkadang ada flat foot



 Tes cepat



: Tidak ada tanda yang jelas



 Tes gerak aktif : nyeri terutama pada gerakan dorsal fleksi ankle .  Tes gerak pasif



:Nyeri pasif ke arah plantar fleksi 500



 Tes gerak isometric fleksi



: Gerak isometric nyeri pada saat dorsal



 Tes khusus



:  Palpasi pada perios tibia ada nyeri dan high tension



E. Penegakkan diagnosa Activity limitation -



berjalan, berlari



Body structure and body function 



Poor endurance







Pain



Participation restriction 



Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari terlalu lama Diagnosa berdasarkan ICF 



Adanya gangguan stability ankle, adanya ketidakmampuan melakukan lari dalam batas waktu lebih lama.



F. Rencana Penatalaksanaan Tujuan: Menghilangkan/ mengurangi nyeri, pencapaian normal ROM, adaptasi anatomi dan hipertropi otot, berjalan dan berlari dengan seimbang. Prinsip terapi: stretching Penguatan pada invertors and evertors dari calf Melatih keseimbangan kaki Konseling-edukasi : menjelaskan pencegahan dan kontra indikasi menjelaskan dan merencanakan program dengan pasien Kriteria rujukan: Dokter Fisiotera pi G. Prognosis 501



Prognosis pada shin splint tergantung dari jenis dan berat ringannya gejala yang terjadi, selama fase istirahat pasien akan mengalami pemulihan H. Sarana dan prasarana Bed, ice, taping I. Referensi Woon, Colin 2014. Tibial Stress Syndrome (Shin Splints). Available at : http://www.orthobullets.com/sports/3108/tibial-stresssyndrome-shin- splints



502



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



TENNIS ELBOW BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



3. Tennis Elbow A. Tennis Elbow tipe 2 -



Icf : b2801, b7300, d92010



-



Icd : 726.32



B. Masalah Kesehatan -



Definisi Tennis elbow timbul karena adanya injuri pada tenno periosteal yang menimbulkan inflamasi akibat trauma atau pekerjaan atau aktivitas atau kegiatan pergelangan



tangan



yang



melibatkan



tangan



dan



secara berlebihan. Umumnya pekerjaan



atau olahraga yang menyebabkan injuri pada ekstensor karpi radialis brevis, tennis elbow ditandai nyeri siku yang terjadi ketika ekstensi pergelangan tangan dengan posisi pronasi atau supinasi. -



Epidemiologi Tennis elbow terjadi 2.4 dari 1000 orang pada tahun 2012 (Sanders TL Jr, 2015)



C. Hasil Anamnesis Klien dengan keluhan nyeri pada siku sisi lateral , nyeri meningkat saat mengangkat beban pada posisi dorsal fleksi, nyeri akan bertambah setelah beraktivitas terutama dengan gerakan menggenggam yang kuat. 503



D. Pemeriksaan Fisik  Inspeksi



: Tidak tampak kelainan



 Tes cepat :  Gerak ekstensi nyeri  Tes gerak aktif



:



 Tes gerak pasif



:



 Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi ke arah dorsal fleksi  Tes gerak isometric: Gerak isometric nyeri kea rah dorsal fleksi  Tes khusus



:  Palpasi nyeri sekitar epicondilus lateralis  Mills Manipulation nyeri



E. Penegakkan diagnosa 



Activity limitation Adanya gangguan menggenggam dan mengangkat barang











Body structure and body function 



inflamasi







thigtness



Participation restriction Tidak dapat bermain tennis/ bulu tangkis dengan teman-temannya







Diagnosa berdasarkan ICF Penurunan kekuatan otot, nyeri pada saat mengangkat barang, menggapai benda, keterbatasan dalam olahraga seperti melempar, badminton, tenis.



F. Rencana Penatalaksanaan Tujuan: Menghilangkan/ mengurangi nyeri dan kaku, pencapaian normal ROM, elastisitas otot, adaptasi anatom terutama pada stabilisasi . Prinsip terapi: Eliminasi nyeri Meningkatkan kemampuan aktivasi stabilisasi



504



otot Meningkatkan kemampuan functional Konseling-edukasi : menjelaskan pencegahan dan kontra indikasi menjelaskan dan merencanakan program dengan pasien Kriteria rujukan: Fisioterapi G. Prognosis Tenis elbow yang tidak ditangani akan berlangsung hingga 6 bulan sampai 2 tahun dan rentan terhadap kekambuhan. H. Sarana dan prasarana Tennis elbow brace, I. Referensi Miller, John. 2015. Tennis Elbow. Available at : http://physioworks.com.au/injuries-conditions-1/tennis-elbow Sanders TL Jr. Et al. 2015. The epidemiology and health care burden of tennis elbow: a population-based study. Availabe at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25656546



505



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



SPRAIN ANTERIOR CRUCRIATE LIGAMENT (ACL) BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



4. Sprain Anterior Cruciate Ligament (ACL) A. Anterior Cruciate Ligament (ACL) -



Icf b7150, b7601



-



Icd S83.5



B. Masalah Kesehatan -



Definisi Sprain ACL injury adalah robek hingga putusnya jaringan ligament anterior cruciate ligament pada sendi lutut yang menghubungkan tulang tibia dengan tulang femur. ACL adalah salah satu ligament pada sendi lutut yang sering bermasalah pada para pemain olahraga yang menggunakan kaki sebagai tumpuan utama dalam permainannya, contohnya sepak bola, basket, taekwondo dan lain-lain.



-



Epidemiologi Insidensi cedera ACL pada populasi penduduk secara umum di USA 1:3000. Dimana secara gender wanita lebih banyak 2-8x lebih banyak untuk cedera ACL dibanding laki-laki. Dan lebih banyak pada populasi



atlit olah raga sekitar 80.000 sampai



250.000 setiap tahunnya. (Bernard R.Bach, 2010) C. Hasil Anamnesis Atlet tiba-tiba berhenti, memotong atau loncat, terjadi trauma 506



hiperekstensi dan rotasi dan terdengar suara pop sound lalu si atlet tidak dapat melanjutkan olah



raga saat itu dan beberapa jam



kemudian terjadi bengkak pada lutut. Bila dilakukan berjalan terasa adanya giving way D. Pemeriksaan Fisik  Inspeksi : Bengkak pada lutut  Tes cepat :  Squat ada giving way  Tes gerak aktif : Nyeri dan kaku pada saat fleksi lutut  Tes gerak pasif :  Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.  Tes gerak isometric



: Gerak isometric negative



 Tes khusus  Lachman Test  Anterior drawer test  Pivot shift test Pemeriksaan penunjang X-Ray, MRI E. Penegakkan diagnosa Activity limitation -



Adanya gangguan keseimbangan saat berjalan, berlari



Body structure and body function -



Joint line tenderness



-



Bengkak, nyeri



-



Instabilitas



Participation restriction 



Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari dan koordinasi, ibadah



Diagnosa berdasarkan ICF 



Adanya gangguan stability, adanya gangguan koordinasi gerak.



F. Rencana Penatalaksanaan Tujuan: 507



Menghilangkan/ mengurangi nyeri dan bengkak, pencapaian normal ROM, adaptasi anatomi dan hipertropi otot, linear dan lateral stabilisasi, berjalan dan berlari dengan seimbang, drill untuk kembali ke olah raga. Prinsip terapi: Eliminasi nyeri dan bengkak Meningkatkan aktif ROM (cascio et al 2004) Functional Strengthening (Gale and Richdmon 2006, Mc carthy and bach 2005) Konseling-edukasi : menjelaskan pencegahan dan kontra indikasi menjelaskan dan merencanakan program dengan pasien Kriteria rujukan: Dokter ortopedi Fisioterapi G. Prognosis Pada cedera acl bisa dilakukan non operative treatment jika keadaan dengan indikasi tua dan sedentary dilakukan modifikasi aktivitas sehingga mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan, namun rekonstruksi acl sangat diperlukan pada atlet dan penuh aktivitas. H. Sarana dan prasarana Bed, wobel board, ball, cone, box jump I. Referensi Bernard R.Bach J, T.Provencher M: ACL Surgery: SLACK Incorporated, 2010, pp 39-54. H.Fu F, B.Cohen S: Current Concept in ACL Reconstruction: SLACK Incorporated, 2008, pp 21-61. Available at : http://orthopaeditrauma.blogspot.co.id/2015/12/cideralutut-anterior- cruciate-ligament.html David S, Logerstedt. Et al. Knee Stability and Movement Coordination Impairments: Knee Ligament Sprain. 2011. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3158982/



508



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



SPRAIN MEDIAL COLLATERAL LIGAMENT (MCL) BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



5. Sprain Medial Collateral Ligament (MCL) A. Medial Collateral Ligament (MCL) -



Icf : b7150, b7601



-



Icd : S83.41



B. Masalah Kesehatan -



Definisi Sprain Medial Collateral Ligament (MCL) adalah robekan atau putusnya ligamen pada bagian medial (dalam) aspek lutut. Bagian dalam dari ligamentum ini melekat pada meniskus medial dan garis lurus dengan tibialis, MCL bertindak untuk membatasi pemisahan berlebihan dalam sendi lutut, agar tidak valgus..



-



Epidemiologi Karena penurunan terkait usia dalam elastisitas ligamen, orang dewasa lebih rentan terhadap cedera MCL dari pada anak-anak atau remaja. Karena cedera MCL biasanya terkait dengan aktivitas atletik. Biasanya pada dewasa berusia 20 sampai 35 tahun. Meskipun demikian, cedera MCL juga diamati pada orang tua karena jatuh. Insiden cedera MCL tertinggi dalam olahraga seperti sepak bola Amerika (55%), ski (15% sampai 20% dari semua cedera dan 60% dari semua cedera lutut), dan rugby (29%), di mana valgus (memutar ke arah luar dari pertengahan-



509



line) dan pasukan rotasi eksternal pada lutut biasanya dialami. MCL terkait juga dengan ligamen anterior cruciate, posterior cruciatum ligamen, meniskus, tulang, dan / atau kompleks lateral. C. Hasil Anamnesis Atlet terjatuh dengan posisi kaki valgus/ lateral, terjadi trauma benturan pada tibia lalu si atlet tidak dapat melanjutkan olah raga saat itu. Pada waktu berjalan terasa lutut bergoyang Pemeriksaan fisik dan dasar penunjang Pemeriksaan fisik - Tes Gerak FUngsi dasar.



:



Gerakan ekstensi, fleksi dan external, internal rotasi, valgus semua dalam batas normal - Tes khusus Valgus stress test (Jacobson KE et al, 2011) Palpasi pada sisi medial lutut nyeri dan trimgling Pemeriksaan penunjang X-Ray, MRI D. Penegakkan diagnosa Activity limitation -



Adanya gangguan keseimbangan saat berjalan, berlari, loncat



Body structure and body function -



Joint line tenderness



-



Bengkak, nyeri



-



Instabilitas kea rah valgus



Participation restriction 



Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari dan koordinasi,rekreasi, ibadah



Diagnosa berdasarkan ICF 



Adanya gangguan stability, adanya gangguan koordinasi gerak.



E. Rencana Penatalaksanaan Tujuan: Menghilangkan/ mengurangi nyeri dan bengkak, pencapaian normal ROM, 510



adaptasi anatomi dan hipertropi otot, linear dan lateral stabilisasi, berjalan dan berlari dengan seimbang, drill untuk kembali ke olah raga. Prinsip terapi: Eliminasi nyeri dan bengkak Meningkatkan aktif ROM Functional Strengthening Konselingedukasi : menjelaskan pencegahan dan kontra indikasi menjelaskan dan merencanakan program dengan pasien Kriteria rujukan: Dokter ortopedi Fisioterapi F. Prognosis Pada cedera MCL bisa dilakukan non operative treatment jika keadaan dengan indikasi tua dan sedentary dilakukan modifikasi aktivitas sehingga mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan, namun rekonstruksi MCL sangat diperlukan pada atlet dan penuh aktivitas. G. Sarana dan prasarana Knee bracing, Bed, wobel board, ball, cone, box jump H. Referensi Bernard R.Bach J, T.Provencher M: ACL Surgery: SLACK Incorporated, 2010, pp 39-54. H.Fu F, B.Cohen S: Current Concept in ACL Reconstruction: SLACK Incorporated, 2008, pp 21-61. Available at : http://orthopaeditrauma.blogspot.co.id/2015/12/cideralutut-anterior- cruciate-ligament.html David S, Logerstedt. Et al. Knee Stability and Movement Coordination Impairments: Knee Ligament Sprain. 2011. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3158982/ bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/828/basics/epidemiology.html 511



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



JUMPER’S KNEE (TENDINITIS PATELLARIS) BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



6. Jumper’s Knee (Tendinitis patellaris) A. Jumper’s Knee /Tendinitis patellaris -



Icf : d 9201, d4552, d4552, d 4351



-



Icd : M76.5



B. Masalah Kesehatan -



Definisi Jumper’s knee / Tendinitis patellaris adalah peradangan pada tendon patella yang disebabkan penggunaan tendon yang berlebih selama beraktivitas. Kontraksi otot yang berulang dapat menyebabkan ketegangan tendon sehingga tendon mengalami peradangan (Darrow, 2002).



-



Epidemiologi Berdasarkan survei pada tahun 2006-2007 oleh Utomo dan Damayanti



cidera



sendi



lutut



62%



disebabkan



karena



kecelakaan lalu lintas dan 38% disebabkan cidera olahraga. Dalam artikel yang dimuat dari sebuah pelatihan fisioterapi Afrika tahun 2005 oleh Mike Hagen, salah satu cidera olahraga yang sering terjadi adalah tendinitis patellaris atau sering disebut jumper‘s



knee



dengan



prosentase



sebanyak



25-31%,



sedangkan sisanya adalah cidera ligament. Jurnal sport medic tahun 2001 menyatakan nyeri tendon pada atlet khususnya jumping athletes paling sering terjadi di atas patella sebanyak 512



25%, tepat dibawah patella 65%, dan 10% pada insertio tendon di tuberositas tibia. C. Hasil Anamnesis Pasien datang dan mengeluhkan nyeri pada lutut sisi depan bagian bawah, nyeri diam saat pasien dalam posisi berdiri, nyeri tekan pada tendon patella, nyeri gerak saat berjalan dan naik tangga, Nyeri hilang setelah beraktifitas. Nyeri meningkat ketika melompat . D. Pemeriksaan fisik dan dasar penunjang Pemeriksaan fisik -



Nyeri pada saat tes isometric kea raj ekstensi



-



Palpasi nyeri tekan pada infra patela



Pemeriksaan penunjang MRI, x ray E. Penegakkan diagnosa Activity limitation -



Adanya nyeri saat berlari, melompat, menendang



Body structure and body function -



Nyeri



-



Quadriceps inaktif



Participation restriction 



Tidak dapat melakukan olahraga yang mencakup berlari, melompat dan menendang



Diagnosa berdasarkan ICF 



Adanya nyeri saat berlari, meloncat dan menendang. adanya gangguan koordinasi gerak.



Nyeri pada bagian lutut sisi depan bagian bawah, penurunan LGS, serta penurunan kemampuan fungsional. F. Rencana Penatalaksanaan Tujuan: Menghilangkan/ mengurangi nyeri, pencapaian normal ROM, adaptasi anatomi dan hipertropi otot, stabilisasi, berjalan dan berlari dengan seimbang, latihan drill untuk kembali ke olah raga. 513



Prinsip terapi: Eliminasi nyeri Functional Strengthening Latihan eksentrik Konselingedukasi : menjelaskan pencegahan dan kontra indikasi menjelaskan dan merencanakan program dengan pasien Kriteria rujukan: Dokter ortopedi Fisioterapi G. Prognosis Pada atlet dengan jumper‘s knee akan terus mengalami gejala ringan berkepanjangan setelah karir atletiknya. H. Sarana dan prasarana Taping, Es, Bola, wobble board I. Referensi Darrow, Marc. 2002. The knee sourcebook. Amarika: McGrew-Hill Companies. NVvP. Artsenwijzer podotherapie, Jumper‘s knee, Amersfoort 2004. Available at : http://www.podotherapiezeeland.nl/files/podomedics/pathologieen_podowi jzer_maart_20 15/jumpers_knee.pdf David S. Logerstedt, et al. 2011. Knee Stability and Movement Coordination Impairments: Knee Ligament Sprain. Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3158982/



514



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



CHONDROMALACIA PATELLA BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



7. Condromalacia patella A. Condromalacia patella -



Icf : b.28016



-



Icd : M22.40



B. Masalah Kesehatan -



Definisi Kerusakan pada tulang rawan di bawah tempurung lutut.



-



Epidemiologi Menurut penelitian pada 1242 pengemudi taksi di Taipei tahun 2000, menemukan prevelensi nyeri lutut sebesar 22% pada yang mengemudi dari 10 jam/hari. Pada tahun yang sama, Anderson dan Raanas yang dikutip oleh Chen, melakukan survei keluhan nyeri lutut yang berhungungan dengan kerja pada 703 pengemudi taksi profesional di Norwegia, dengan menggunakan Nordic Musculoskeletal Questionnaire. Didapat prevelensi nyeri lutut pada



pengemudi



taksi



adalah



29%,



dibandingkan



pada



masyarakat umum yang hanya 25%. Survei di Taiwan yang menggunakan



modifikasi



dari



Nordic



Musculoskeletal



Questionnair, menemukan bahwa para pengemudi profesional mengeluh nyeri lutut lebih tinggi dibandingkan rata-rata prevelensi nasional 11% berbanding 8,6%. Sedangkan pada tahun 2011 di RS Cipto Mangunkusumo kasus nyeri lutut mencapai 56,7% dari 515



seluruh pasien yang berobat kedevisi Reumatologi Depertemen Ilmu Penyakit Dalam, insidensi pada usia kurang dari 20 tahun hanya sekitar 10% dan meningkat menjadi lebih dari 80% pada usia diatas 55 tahun C. Hasil Anamnesis Pasien datang dengan nyeri daerah plutut bagian anterior biasanya menyebabkan rasa nyeri di bagian lutut, nyeri ini bisa diperparah ketika berjalan naik atau turun tangga, berlutut atau jongkok, duduk dengan lutut ditekuk untuk jangka waktu yang lama. D. Pemeriksaan fisik dan dasar penunjang -



Hasil pemeriksaan fisik  Tes gerak pasif fleksi ekstensi ROM normal  Kompresi tes patella nyeri  Palpasi nyeri pada medial patela  Tes otot kelemahan pada Vastus medialis oblique  Antropometri ada atropi quadriceps



E. Penegakkan diagnosa 



Activity limitation Nyeri saat berjalan, naik tangga, jongkok duduk dengan kaki ditekuk











Body structure and body function 



Mal alignment gerak patella







Nyeri lutut depan







Knee deformity



Participation restriction Olahraga, bekerja,rekreasi







Diagnosa berdasarkan ICF nyeri pada sendi anggota gerak bagian bawah dan gangguan gerak, nyeri pada satu sendi.



F. Rencana Penatalaksanaan 1. Tujuan Meningkatkan kemampuan fungsional 2. Prinsip Terapi 516



-



Meningkatkan kekuatan otot-otot sekitar lutut akan mengurangi tekanan pada lutut.



-



Memperbaiki aligment lutut



-



Mengurangi nyeri



3. Edukasi Mengajarkan anda bisa diajarkan untuk melakukan latihan yang memperkuat bagian dalam otot paha depan bagian dalam . 4. Kriteria Rujukan Dokter Fisiterapi G. Prognosis Chondromalacia dilihat sebagai cedera akibat berlebihan dalam olahraga dan memutuskan untuk istirahat dari pelatihan dapat menghasilkan hasil yang baik. H. Sarana dan prasarana I. Referensi Kim, Steven. 2016. Chondromalacia Available at : http://www.healthline.com/health/chondromalaciapatella#Treatment6 Dian Mardhiyah, 2011 ―nyeri lutut‖. available at http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/6 67/664



517



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



MENISKUS TEARS BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



8. Meniscus tears A. Meniscus tears -



Icf : b28016, b7100, b770



-



Icd : S83.2



B. Masalah Kesehatan -



Definisi



: Robekan pada meniskus karena gerakan



fleksi, rotasi, lutut terkunci -



Epidemiologi



: Injuri pada meniscus dengan angka insiden



dari 12% ke 14% dan prevalensi dari 61 kasus per 100.000 orang (Majewski M, 2006) C. Hasil Anamnesis Pasien datang dengan cedera pada area lutut insiden terjadi pada aktivitas olahraga dimana posisi lutut terpelintir dan sedikit menekuk. Pada sata jalan sering terasa lutut terkunci D. Pemeriksaan fisik dan dasar penunjang -



-



Hasil pemeriksaan fisik -



Tes gerak pasif terbatas pola kapsuler dan nyeri



-



Tes isometric tidak ada keluhan



Tes khusus Rotasi medial, lateral, valgus/varus tes postidf nyeri



- Pemeriksaan 518



penunjang MRI, X-Ray E. Penegakkan diagnosa 



Activity limitation Nyeri fleksi maupun ekstensi, naik tangga











Body structure and body function 



Nyeri







Gangguan mobilisasi



Participation restriction Olahraga, bekerja







Diagnosa berdasarkan ICF



Adanya nyeri sekitar sendi, mobilitas single joint terbatas, gait pattern fuction. F. Rencana Penatalaksanaan 5. Tujuan Meningkatkan kemampuan stabilisasi kaki dan penguatan kaki yang lemah 6. Prinsip Terapi -



Stabilisasi



-



Strengthning



7. Edukasi Mengajarkan latihan strengthning, manipulasi meniscus 8. Kriteria Rujukan Dokter Fisioterapi G. Prognosis Meniscus dibagi menjadi dua area berdasarkan cara penyembuhannya, dalam dunia medis disebut RED zone dan White zone. Pada red zone terdapat aliran darah yang mensuplay makannan sedangkan white zone tidak ada, jadi meniscus pada white zone tidak bisa sembuh secara alami (harus operasi).



519



H. Sarana dan prasarana Knee support, taping. I. Referensi Sumber: Logerstedt, David S. 2010. Knee Pain and Mobility Impairments: Meniscal and Articular Cartilage Lesions. Journal Orthop Sports PT. Available at : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3204363/



520



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



INTERNAL IMPINGEMENT BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



9. Iternal Impingement A. Internal Impingement -



Icf : b2801, b28014,b28016, d4300, d4305



-



Icd : M75.100 726.10



B. Masalah Kesehatan -



Symptoms Abnormal kontak antara permukaan bawah rotator cuff dan sisi posterosuperior glenoid, mengakibatkan robekan dari rotator cuff dan labrum posterosuperior karena gerakan melempar posisi 90



o



abduksi dan maximum external rotasi (McMahon PJ, OKU08, 2005). -



Epidemiologi Overuse atau microtrauma berkelanjutan gerakan melempar dapat menyebabkan patologi impingement dan rotator cuff. nyeri bahu dan rotator cuff sering terjadi pada atlet yang terlibat dalam olahraga yang membutuhkan gerakan lengan melempar (misalnya, berenang, baseball, bola voli, tenis).



C. Hasil Anamnesis Atlet baseball datang dengan mengeluh sakit dalam waktu yang cukup lama di bagian belakang bahu, terutama ketika bahu adduksi dan eksternal rotasi.



521



-



Hasil pemeriksaan fisik -



Tes cepat Painful Arc 60° internal rotation resistance



-



Tes gerak fungsi Pasif ada keterbatasan gerak pola capsuler Aktif nyeri pada gerak abduksi (Supraspinatus), Internal rotasi (Subscapularis), Eksternal rotasi (Infraspinatus), Fleksi siku (Biceps caput longum) Palpasi nyeri pada bagian tertentu



-



Tes khusus Flexibility tests Active compression test Jobe‘s test Gross strength testing Apprehension test



-



Pemeriksaan penunjang 



Ultrasound, MRI



D. Penegakkan diagnosa Activity limitation Memakai baju, mengangkat barang, Body structure and body function  Nyeri 



Weakness







Limitasi



ROM Participation restriction Bekerja, olahraga 522



Diagnosa berdasarkan ICF ROM terbatas saat internal rotasi dan abduksi, nyeri pada rentang akhir gerakan aktif dan pasif, nyeri dengan palpasi, penurunan fungsi shoulder, nyeri saat berolahraga. E. Rencana Penatalaksanaan 9. Tujuan Mengurangi/ menghilangkan nyeri Meningkatkan ROM Mengembalikan kemampuan fungsional 10. Prinsip Terapi Manual terapi traksi caudal US dan Friction Eccentric exercises Isometric exercise Latihan penguatan Latihan stabilisasi 11. Edukasi Memberikan edukasi treatment pada pasien terhadap indikasi dan kontra indikasi 12. Kriteria Rujukan Fisiotera pi Dokter F. Prognosis Baik-buruk tergaqntung tingkat injury yang diderita, Biasanya bisa kembali bermain dalam waktu tiga bulan dalam penanganan yang tepat. G. Sarana dan prasarana H. Referen si 523



Sumber: http://eorif.com/internal-impingement-m75100-72610 Geier, David. 2011. Internal impingement of the shoulder. Available at: http://www.drdavidgeier.com/internal-impingement-of-the-shoulder/ Burkhart S, Morgan C, Kibler B. The Disabled Throwing Shoulder: Spectrum of Pathology Part I: Pathoanatomy and Biomechanics. Journal of Arthroscopic and Related Surgery. (2003) Heyworth B, Williams R. Internal Impingement of the Shoulder. The American Journal of Sports Medicine. (2009)



524



STANDARD PROCEDUR OPERATING (SPO)



RECTUS FEMORIS RUPTUR BAGIAN FISIOTERAPI OLAHRAGA RSUD PROV SULAWESI BARAT



NO. DOKUMENTASI



NO. REVISI



TANGGAL TERBIT



HALAMAN



DITETAPKAN OLEH DIREKTUR



dr. Hj. Indahwati Nursyamsi, M.Kes NIP. 19680306 200212 2 002.



10. Rectus Femoris Rupture A. Rectus Femoris Rupture -



Icf : b7150, b7601, d450, d4552, d4553



-



Icd : S76.312A



B. Masalah Kesehatan -



Symptoms Ada onset akut nyeri dari robek tajam di paha anterior proksimal atau menuju ujung iliac anterior selama aktivitas. Cedera ini sering terjadi selama aktivitas intens dalam olahraga seperti tenis, squash atau berlari



dan olahraga melompat, ini biasanya putusnya



sebagian insersi atau massal pada otot proksimal rectus femoris setelah ekstensi hip berlebihan atau kontraksi eksentrik dari mendarat atau landing. -



Epidemiologi Cedera kontraksi yang disebabkan dimana serat otot robek karena stres mekanik panjang. Ini sebagian besar terjadi sebagai akibat dari kontraksi eksentrik yang kuat atau peregangan berlebihan dari otot. Biasa terjadi pada olahraga dengan karakter kontraksi dinamis seperti berlari, melompat.



C. Hasil Anamnesis Pasien datang dengan kelemahan dan nyeri pada bagian paha depan. D. Pemeriksaan fisik dan dasar penunjang 525



-



Hasil pemeriksaan fisik 



Inspeksi Assymetri ukuran volume paha



-



Tes GERAK FUNGSI : Isometrik tes nyeri ke arah fleksi lutut Pasif nyeri ke arah ekstensi dengan spriny end feel



-



Tes khusus Ely‘s test



-



Pemeriksaan penunjang 



MRI, Ultra sound muscle



E. Penegakkan diagnosa 



Activity limitation Nyeri saat jalan, aktivitas







Body structure and body function











Nyeri







Swelling







Weakness



Participation restriction Bekerja, olahraga







Diagnosa berdasarkan ICF Adanya kekakuan, nyeri, instability, voluntary movement, nyeri saat jalan, berlari, meloncat, dan olahraga.



F. Rencana Penatalaksanaan 13. Tujuan Mengurangi/ menghilangkan nyeri Mengembalikan kemampuan fungsional 14. Prinsip Terapi RICE Eccentric exercises 526



Latihan penguatan Latihan stabilisasi 15. Edukasi Memberikan edukasi treatment pada pasien terhadap indikasi dan kontra indikasi 16. Kriteria Rujukan Fisioterapi Dokter G. Prognosis Pada penanganan yang tepat pemulihan lebih cepat. H. Sarana dan prasarana Bed, wobble board, taping, ice, box jump. I. Referen si Sumber: Rolf, Christer. 2007. The Sports Injuries Handbook, Diagnosis and Management. London. A & C Black Publishers Ltd. Kary, Joel M. "Diagnosis and management of quadriceps strains and contusions." Current reviews in musculoskeletal medicine 3.1-4 (2010) Garrett WE. Muscle strain injuries. Am J Sports Med. 1996



527