Sop Transport Dan Evakuasi Korban [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN Jalan Syekh Nawawi Al-Bantani No.12, Cipocok Jaya, Serang 42121 Telepon/faksimil : 0254-7917796, Surat elektronik : [email protected]



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TRIAGE, EVAKUASI DAN TRANSPORTASI



I.



TRIAGE A. Definisi Triage adalah suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan kondisi (Zimmermam dan Herr, 2006). Triage juga diartikan sebagai suatu tindakan



pengelompokkan



penderita



berdasarkan



pada



beratnya



cedera



yang



diprioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A), breathing (B), dan circulation (C) drngan mempertimbangkan saeana, sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita. B. Tujuan Triage 1.



Mengidentifikasikan kondisi yang mengancam nyawa.



2.



Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakuratannya.



3.



Menempatkan pasien sesuai dengan keakuratannya berdasarkan pada pengkajian yang tepat dan akurat.



4.



Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien.



C. Prinsip Triage 1.



Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat.



2.



Kemampuan untuk menilai dan merespons dengan cepat kemungkinan yang dapat menyelamatkan pasien dari kondisi sakit atau cedera yang mengancam nyawa dalam departemen gawat darurat.



3.



Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat.



4.



Keakuratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses pengkajian.



5.



Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian.



6.



Keselamatan dan keefektifan perawatan pasien dapat direncanakan jika terdapat data dan informasi yang akurat dan adekuat.



7.



Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi keakutan pasien.



8.



Tanggung jawab yang paling utama dari proses triage yang dilakukan perawat adalah keakuratan dalam mengkaji pasien dan memberikan perawatan sesuai



dengan prioritas pasien. Hal ini termasuk intervensi terapeutik dan prosedur diagnostik. 9.



Tercapainya kepuasan pasien. a.



Perawat triage harus menjalankan triage secara simultan, cepat, dan langsung sesuai keluhan pasien.



b.



Menghindari keterlambatan dalam perawatan pada kondisi yang kritis.



c.



Memberiakan dukungan emosional pada pasien dan keluarga.



10. Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar saat waktu yang benar dengan penyedia pelayanan yang benar. D. Prosedur 1. Pasien datang ke Rumah Sakit dalam kondisi gawat darurat. 2. Perawat mengkaji pasien secara cepat, singkat, akurat dan adekuat. 3. Perawat menentukan pasien masuk dalam prioritas yang tepat (Prioritas 1 “Immadiate”, Prioritas 2 “Delay”, Prioritas 3 “Minor”, Prioritas 4 “Dead”) II. EVAKUASI DAN TRANSPORTASI A. Definisi Evakuasi adalah kegiatan memindahkan korban dari lokasi kecelakaan ketempat lain yg lebih aman dengan cara-cara sederhana dilkukan di



daerah-daerah yang sulit di



jangkau dimulai setelah keadaan darurat. Penolong harus melakukan evakuasi dan perawatan darurat selama perjalanan. Transportasi merupakan kegiatan pemindahan korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah sehingga harus dirujuk ke dokter. B. Cara pengangkutan korban : 1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat atau manual Pada umumnya di gunakan untuk memindahkan jarak pendek dan korban cedera ringan di anjurkan pengangkatan korban maksimal 4 orang 2. Pengangkutan dengan alat (tandu) Rangkaian pemindahan korban : a) Persiapan , b) Pengangkatan korban ke atas tandu, c) Pemberian selimut pada korban d) Tata letak korban pada tandu di sesuaikan dengan luka atau cedera . C. Prinsip pengangkatan korban dengan tandu : 1. Pengangkatan korban,



Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok; gunakan alat tubuh (paha,bahu,panggul) dan beban serapat mungkin dengan tubuh korban. 2. Sikap mengangkat Usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cedera. 3. Posisi siap angkat dan jalan. Biasanya posisi kaki korban berada di depan dan kepala lebih tinggi dari kaki kecuali; a)



Menaik, bila tungkai tidak cedera,



b)



Menurun, bila tungkai luka atau hipotermia,



c)



Mengangkut ke samping,



d)



Memasukan ke ambulan kecuali dalam keadaan tertentu



e)



Kaki lebih tinggi dalam keadaan shock



D. Syarat pemindahan korban : 1. Korban tentang keadaan umumnya cukup baik 2. Tidak ada gangguan pernapasan 3. Perdarahan sudah diatasi 4. Luka sudah dibalut 5. Patah tulang sudah dibidai E. Prosedur 1. Evaluasi saluran pernapasan – bentuk saluran pernapasan yang terbuka jika diperlukan dan pastikan pantensinya yang kontinu. 2. Pastikan pertukaran pernapasan yang efektif – tutup luka dada yang terbuka, immobilisasi segmen yang ‘flail’ untuk sementara waktu serta lakukan torakosentesis atau torakostomi selang bila diperlukan. 3. Pulihkan sirkulasi dengan resusitasi kardiopulmoner bila diperlukan. Pertahankan sirkulasi yang efektif dengan memberikan larutan Ringer Laktat melalui selang intravena yang berlumen besar. Jika waktu pemindahaan ke bagian gawat darurat akan lebih dari 2 jam, maka pasang kateter urin yang dibiarkan terpasang (‘indwelling’). 4. Tutup luka terbuka,gunakan tekanan untuk mengendalikan pendarahan bila diperlukan. 5. Lakukan pemeriksaan fisik yang cepat tetapi lengkap,yang menghindari gerakan pasien berlebihan, terutama jika diduga ada trauma spinalis. 6. Mulai membuat pencatatan untuk mencatat observasi yang penting: tingkat kesadaran,ukuran pupil dan reaktivitas serta tanda-tanda vital. 7. Buat riwayat trauma serta kejadian sebelum dan setelah kecelakaan. Tanyakan tentang alergi, obat-obatan yang diminum,riwayat penyakit dahulu dan makan yang terakhir.



8. Sebelum memindahkan pasien,bidai fraktura yang jelas terlihat atau yang diduga telah terjadi serta vertebra servikalis pada pasien dengan trauma kapitis. Periksa bagi trauma vaskular dan saraf serta catat hasilnya. 9. Ingatkan bagian gawat darurat bila diindikasikan pemeriksaan khusus segera seperti tes.



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN Jalan Syekh Nawawi Al-Bantani No.12, Cipocok Jaya, Serang 42121 Telepon/faksimil : 0254-7917796, Surat elektronik : [email protected]



Nama Mahasiswa Hari/Tanggal Ujian Tindakan No 1.



LEMBAR OBSERVASI : : : Triase, Evakuasi & Transportasi korban



NIM :



Kegiatan Persiapan Alat : a. Long Spine Board b. Neck Collar c. Tandu Datar (buatan, seperti papan, bila tidak ada fasilitas yang memadai) d. Mitella e. Perban Gulung f.



Perban Elastis



g. Spalk/Bidai h. Sarung Tangan 2.



i. Masker Fase Orientasi : a. Cuci tangan (bila terdapat fasilitas)



3. 4. 5.



b. Gunakan alat pelindung diri Cek kondisi dan kesadaran korban/pasien. Fase kerja : Gunakan alat pelindung diri Evaluasi pernafasan-bentuk saluran pernafasan terbuka jika diperlukan dan pastikan patensinya yang kontinu. Lakukan pemasangan neck collar pada



6.



pasien yang dicurigai fraktur cervical.* Pastikan pertukaran pernafasan yang efektif-tutup luka dada yang terbuka, immobilisasi segmen yang ‘flail’ untuk sementara waktu serta lakukan



7.



torakosintesis atau torakostomi selang bila diperlukan. Tutup luka terbuka, gunakan tekanan untuk mengendalikan perdarahan bila



8.



diperlukan (balut tekan). Lakukan pemeriksaan fisik yang cepat tetapi lengkap, yang menghindari gerakan pasien berlebihan, terutama jika diduga ada trauma spinalis. Lakukan



9.



tekhnik Log roll (pasien yang dicurigai mengalami fraktur servikal).* Sebelum memindahkan korban/pasien, bidai fraktur yang jelas terlihat atau yang diduga telah terjadi serta vertebra servikalis pada pasien dengan trauma kapitis.



10.



Periksa lagi trauma vascular dan saraf serta catat hasilnya. Lakukan transport pasien dari tempat kejadian ke tandu, serta ke tempat yang aman (gunakan tekhnik log roll pada pasien yang dicurigai mengalami fraktur



0



1



2



No



Kegiatan



0



cervical).* 11. Fase terminasi : Evaluasi Tindakan 12 Merapikan alat 13. Melepas alat pelindung diri 14. Cuci tangan (bila terdapat fasilitas) 15. Dokumentasi Jumlah Total Nilai Persentase Keterangan : 



Critical Point : * Nilai 2



: Tindakan dilakukan sempurna



Nilai 1



: Tindakan dilakukan tidak sempurna



Nilai 0



: Tindakan tidak dilakukan sama sekali



Persentase



: Total Nilai x 100% 30







Lulus Ujian Praktek o



Apabila mahasiswa melakukan perasat dengan persentase minimal 71.



o



Critical point dilakukan sempurna.



Tanggal , .................... Mahasiswa yang diuji



(



Penguji



)



(



)



1



2