Sosiokultural Dalam Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SOSIOKULTURAL DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR Choirun Nisak Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta [email protected] Abstrak Belakangan ini di Indonesia terjadi dekadensi moral serta etika pada peserta didik . Problematika pendidikan, khususnya sekolah dasar merupakan salah satu penyumbang masalah di Indonesia. Sering kita jumpai siswa yang melakukan kebohongan terhadap sesuatu yang telah dilakukan, melakukan bullying, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, tutur kata yang tidak sopan dalam berkomunikasi bahkan sering mengeluarkan kata-kata kasar dan bahkan kotor. Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak. Dengan keragaman sosiokultural yang ada pada setiap daerah, dapat menjadi salah satu solusi pelaksanaan pendidikan karakter berwawasan sosiokultural sesuai dengan keunggulan sosial budaya daerah setempat. Dengan mengimplementasikan sosiokultural dalam pendidikan karakter di sekolah dasar diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang beradab dan bermartabat, dapat menciptakan karakter anak, dan untuk mencegah dekadensi moral dan karakter anak bangsa. Kata Kunci: sosiokultural, pembelajaran, pendidikan karakter SOCIOCULTURAL IN IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION IN BASIC SCHOOL Abstract Recently in Indonesia there is moral and ethics decandance in students. The problem of education, especially primary school is one of the contributors to the problem in this country. We often encounter students who lying, do bullying, low respect for parents and teachers, impolite speeches even outrageous words and even dirty. Education needed today is education that can integrate character education with education that can optimize the development of all dimensions of the child. With the sociocultural diversity that exists in each region, can be one of the solutions for the implementation of sociocultural-oriented character education in accordance with the socio-cultural advantages of the local area. By implementing sociocultural in character education in elementary school, hoped that Indonesian nation become civilized and dignified nation, can build children character, and prevent moral decadence and character of nation child. Keywords: sociocultural, learning, character education PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki



sosiokultural



yang



sangat



beraneka ragam. Bahkan setiap daerahnya memiliki sosiokultural yang berbeda. Keindahan alam dan keanekaragaman



sosial budaya di Indonesia tidak dapat di pungkiri. Namun belakangan ini konflik antar suku, kasus korupsi, pembunuhan, pelecehan seksual, tewuran pelajar, dan kasus bullying, dan lain sebagainya marak terjadi di Indonesia. Memang tidak dapat



di pungkiri dalam suatu kehidupan pasti



menyikapi kondisi seperti itu, wawasan



ada problematika.



sosiokultural dalam setiap pembelajaran



Problematika



pendidikan,



(pendidikan karakter) menjadi salah satu



khususnya sekolah dasar merupakan salah



upaya



satu penyumbang masalah di negara ini.



pengaruh budaya asing yang sulit untuk



Sering kita jumpai siswa yang melakukan



dihindari.



kebohongan terhadap sesuatu yang telah dilakukan,



melakukan



alternatif



dalam



mengurangi



Keberhasilan suatu bangsa dalam



bullying,



mencapai tujuan nasional tidak hanya



rendahnya rasa hormat kepada orang tua



ditentukan oleh sumber daya alam yang



dan guru, tutur kata yang tidak sopan



melimpah ruah, namun ditentukan juga



dalam



sering



oleh sumber daya manusianya. Karakter



mengeluarkan kata-kata kasar dan bahkan



yang kuat dari sumber daya manusianya,



kotor. Perilaku seperti itu menjadi tanda



akan membentuk mental yang kuat.



dekadensi moral serta etika pada peserta



Aspek pendidikan adalah aspek terpenting



didik kita, banyak sekali faktor yang



dalam membentuk karakter bangsa.



berkomunikasi



bahkan



menyebabkan hal tersebut terjadi. Antara



Pendidikan merupakan hal yang



lain pengaruh teknologi informasi yang



sangat penting dalam membentuk karakter



sangat



seorang anak. Pendidikan berfungsi untuk



kuat.



Kurangnya



filter



akan



keterbukaan informasi tersebut membuat



meningkatkan



anak-anak



Menurut Undang-undang No.20 tahun



Pergaulan



dapat bebas



mengaksesnya.



yang



kian



marak



kemampuan



manusia.



2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional



membuat pergaulan anak menjadi tidak



pada



terarah dan sulit dikendalikan. Acara



pendidikan



televisi kini sudah berorientasi pada



mengembangkan



program yang tidak mendidik. Adanya



membentuk



sikap



sikap



bangsa yang bermartabat dalam rangka



nasionalisme pada saat ini disinyalir anak-



mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan



anak



dengan Undang-Undang No 20 Tahun



anarkis



kurang



dan



pudarnya



dikenalkan



dengan



Pasal



3,



menyebutkan nasional



Tentang



berfungsi



kemampuan



karakter



bahwa



serta



Sistem



dan



peradaban



keluhuran nilai-nilai yang terkandung di



2003



dalam budaya daerahnya. Mereka terlalu



Nasional pada Pasal 3 melalui pendidikan



banyak disuguhkan budaya-budaya asing



karakter



yang secara tidak tersadar terbawa dalam



mengembangkan



proses pembelajaran dan perilaku sehari-



sehingga kelak mereka bisa menjadi



hari. Sebagai bangsa yang mandiri dalam



manusia



diharapkan



Pendidikan



siswa



dapat



kemampuannya



yang bertaqwa,



jujur,



adil,



tanggung jawab, disiplin, kreatif, mampu



karakternya. Anak yang unggul dalam



bekerja sama dan berpikiran visioner.



karakter akan mampu menghadapi segala



Pendidikan yang kurang menekankan



persoalan dan tantangan dalam hidupnya.



pada



Tidak hanya itu Kemendiknas ( 2010: 20)



aspek



penanaman



karakter



berbagai



macam



menimbulkan permasalahan



dikalangan



siswa.



merumuskan



pentingnya



pendidikan



Hal



karakter di sekolah; 1) bagi siswa sekolah



tersebut terlihat dari berbagai masalah



dasar, sekolah adalah tempat dalam



yang terus bermunculan sebagai akibat



proses pembiasaan diri, mengenal dan



dari makin menurunnya kualitas nilai-



mematuhi aturan bersama dan proses



nilai karakter pada siswa. Berdasarkan



pembentukan identitas diri, 2) sekolah



fungsi dan tujuan pendidikan nasional,



adalah tempat sosialisasi kedua setelah



jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang,



keluarga. Ditempat ini siswa dirangsang



termasuk Sekolah Dasar (SD) harus



pertumbuhan



diselenggarakan secara sistematis guna



berhadapan dengan cara bernalar dan



mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut



bertindak moral yang mungkin berbeda



berkaitan dengan pembentukan karakter



dengan apa yang selama ini dipelajari dari



peserta didik sehingga mampu bersaing,



keluarga,



beretika, bermoral, sopan santun dan



merupakan proses pembudayaan subyek



berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini



didik. Maka sebagai proses pembudayaan



mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan



seharusnya memuat pendidikan moral.



karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Pendidikan



3)



moralnya



pendidikan



karena



disekolah



Dengan keragaman sosiokultural yang ada pada setiap daerah, dapat



yang



sangat



menjadi salah satu solusi pelaksanaan



dibutuhkan saat ini adalah pendidikan



pendidikan



yang dapat mengintegrasikan pendidikan



sosiokultural sesuai dengan keunggulan



karakter dengan pendidikan yang dapat



sosial budaya daerah setempat dalam



mengoptimalkan perkembangan seluruh



mengantisipasi,



dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-



mencegah dekadensi moral dan karakter



emosi,



anak bangsa. Sehingga bangsa Indonesia



kreativitas,



dan



spiritual).



karakter



berwawasan



menanggulangi,



Pendidikan dengan model pendidikan



menjadi bangsa yang beradab



seperti ini berorientasi pada pembentukan



bermartabat. (Mustadi. 2011)



anak sebagai manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif, namun juga dalam



dan



dan



mengaplikasikan kebaikan tersebut dalam



PEMBAHASAN 1. Pendidkan Karakter



kehidupan



Karakter merupakan ciri khas yang di



(2010: 37) merumuskan bahwa pendidikan



miliki seseorang, yang menjadi dirinya



karakter adalah pendidikan budi pekerti



berbeda dengan orang lain. Hal ini sesuai



plus,



dengan pendapat Kertajaya (2010: 3) yang



pengetahuan



menyatakan bahwa karakter adalah ciri



(feeling), dan tindakan (action).



khas yang dimiliki oleh suatu benda atau



sehari-hari.



yaitu



Hal



yang



Kemendiknas,



melibatkan



(cognitive),



tersebut



aspek



perasaan



sejalan



dengan



individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan



pemikiran Lickona (2013: 85) bahwa dalam



mengakar pada kepribadian benda atau



karakter yang baik harus terkandung tiga



individu



merupakan



komponen



bagaimana



perasaan moral, dan tindakan moral melalui



seorang bertindak, bersikap, berucap, dan



tiga komponen tersebut pendidikan karakter



merespon



akan



“mesin”



tersebut, yang



serta



mendorong



sesuatu.



Individu



yang



yaitu



berjalan



pengetahuan



secara



moral,



sistematis



dan



berkarakter baik adalah individu yang



berkelanjutan sehingga siswa dapat menilai



dapat



siap



suatu tindakan melalui pengetahuannya,



mempertanggungjawabkan setiap akibat



dapat merasakan suatu tindakan melalui



dari



dapat



perasaan moralnya serta dapat memutuskan



perilaku



tindakan tersebut melalui tindakan moral



manusia yang berhubungan dengan Tuhan



yang dimiliki siswa. Tanpa ketiga komponen



Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama



ini maka pendidikan karakter tidak akan



manusia, serta lingkungan, yang terwujud



berjalan secara efektif. Metode pengajaran



dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan,



karakter yang sesuai menurut Steen., dkk



dan perbuatan berdasarkan norma-norma



(2003)



agama, hukum, tata karma, budaya, adat



menempatkan premi pada pengalaman hidup



itiadat, dan estetika (Samani & Hariyanto,



sebagai sarana membangun karakter, kedua,



2013: 41-42)..



kecenderungan beberapa pendidikan karakter



membuat



keputusan



keputusannya.



dianggap



sebagai



dan



Karakter nilai-nilai



Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai



pendidikan



budi



moral,



pendidikan



pendidikan



pekerti, nilai,



pendidikan watak, yang bertujuan untuk mengembangkan



untuk



yang



pertama,



menyajikan



siswa



kekuatan



karakter , ketiga, menekankan model peran kontemporer Salah



satu tujuan



dari



pendidikan



peserta



karakter itu sendiri adalah (Kemendiknas,



didik dalam menentukan baik dan buruk,



2010: 7) mengembangkan kebiasaan dan



memelihara



perilaku peserta didik yang terpuji dan



apa



kemampuan



program



adalah



yang



baik,



dan



sejalan dengan nilai-nilai universal dan



kurang baik dari peserta didik yang harus



tradisi budaya bangsa yang religious. Badan



dikoreksi



Penelitian



kegiatan itu: membuang sampah tidak pada



dan



Pengembangan



Pusat



pada saat



itu



juga. Contoh:



Kurikulum (2010:15) menyebutkan bahwa



tempatnya,



berteriak-teriak



Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan



mengganggu



pihak



karakter bangsa dilakukan oleh kepala



memalak, berlaku tidak sopan, mencuri,



sekolah,



berpakaian tidak senonoh.



guru,



tenaga



kependidikan



(konselor) secara bersama-sama sebagai



Kegiatan



lain,



spontan



sehingga berkelahi,



berlaku



untuk



suatu komunitas pendidik dan diterapkan ke



perilaku dan sikap peserta didik yang



dalam



program



tidak baik dan yang baik sehingga perlu



program



dipuji, misalnya: memperoleh nilai tinggi,



kurikulum



melalui



Pengembangan Diri. Dalam pengembangan



diri,



perencanaan



dan



menolong orang lain, memperoleh prestasi



pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan



dalam olah raga atau kesenian, berani



melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan



menentang atau mengkoreksi perilaku teman



sehari-hari sekolah, yaitu melalui hal-hal



yang tidak terpuji.



berikut: a)



c) Kegiatan Rutin Sekolah



Kegiatan



rutin merupakan



Keteladanan



Keteladanan adalah perilaku dan sikap kegiatan



guru dan tenaga kependidikan yang lain



yang dilakukan peserta didik secara terus



dalam



menerus dan konsisten setiap saat. Contoh:



tindakan-tindakan



kegiatan ini adalah upacara setiap hari Senin



diharapkan menjadi panutan bagi peserta



dan hari besar kenegaraan, dan lain-lain)



didik untuk mencontohnya.



setiap



hari



Senin,



beribadah



bersama



shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang



d)



memberikan



contoh



terhadap



baik



sehingga



yang



Pengkondisian



Untuk



mendukung



keterlaksanaan



beragama Islam), berdoa waktu mulai dan



pendidikan budaya dan karakter bangsa



selesai pelajaran, mengucap salam bila



maka sekolah harus dikondisikan sebagai



bertemu guru, tenaga kependidikan, atau



pendukung kegiatan itu. Sekolah harus



teman.



mencerminkan



b)



Kegiatan Spontan



budaya



dan



kehidupan karakter



nilai-nilai



bangsa



yang



Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang



diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu



dilakukan secara spontan pada saat itu



bersih, bak sampah ada di berbagai tempat



juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada



dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi



saat guru dan



dan alat belajar ditempatkan teratur.



tenaga kependidikan yang



lain mengetahui adanya perbuatan yang



Budaya sekolah cakupannya sangat



2. Sosiokultural Larson



dan



Smalley



39)



luas, umumnya mencakup ritual, harapan,



sebagai



hubungan, demografi, kegiatan kurikuler,



sebuah blue print yang menuntun perilaku



kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil



manusia dalam sebuah masyarakat dan



keputusan,



ditetaskan



sosial antar komponen di sekolah. Budaya



menggambarkan



sociocultural



dalam



Sociocultural



(1972:



kehidupan



interaksi



sekolah adalah suasana kehidupan sekolah



membuat



tempat peserta didik berinteraksi dengan



seseorang sensitif terhadap status, dan



sesamanya, guru dengan guru, konselor



membantunya



dengan sesamanya, pegawai administrasi



dalam



tingkah



maupun



laku



seseorang



mengatur



keluarga.



kebijakan



kelompok,



mengetahui



apa



yang



diharapkan orang lain terhadap dirinya dan



dengan



apa yang akan terjadi jika tidak memenuhi



kelompok masyarakat sekolah. Interaksi



harapan-harapan



internal



mereka.



Sociocultural



sesamanya,



dan



kelompok



dan



antar anggota



antarkelompok



membantu seseorang untuk mengetahui



terikat oleh berbagai aturan, norma, moral



seberapa jauh dirinya dapat berperan sebagai



serta etika bersama yang berlaku di suatu



individu dan apa tanggung jawab dirinya



sekolah.



terhadap



Sosiokultural



keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin,



(sociocultural) juga didefinisikan sebagai



kepedulian sosial, kepedulian lingkungan,



gagasan-gagasan, kebiasaan, keterampilan,



rasa kebangsaan,



seni, dan alat yang memberi ciri pada



merupakan nilai-nilai yang dikembangkan



sekelompok orang tertentu pada waktu



dalam budaya sekolah.



kelompok.



Kepemimpinan,



keteladanan,



dan tanggung jawab



tertentu. Sosiokultural adalah sebuah sistem



Sosialisasi atau enkulturasi, adalah akar



dari pola-pola terpadu yang mengatur



dari untai budaya yang kuat dari '' triple



perilaku manusia (Condon 1973: 4). Menurut



heliks. '' Sayangnya, hal itu belum banyak



Borgatta (1992) terdapat titik kesamaan,



dipahami oleh sebagian besar manusia yang



yaitu ”Socialization refers to the process of



membentuk



interaction through which an individual



(Hutcheon. 1999: 6).



acquires the norms, values, beliefs, attitudes, and language characteristics of his or her group”.



Pada



umumnya



dan



dibentuk



olehnya.



3. Implementasi Sosiokultural dalam Pendidikakan Karakter



sosialisasi



Sebagaimana diamanatkan dalam UU



berhubungan dengan proses interaksi di



No. 20 /2003 Bab II Pasal 3 telah



mana seorang individu mendapatkan norma,



memungkinkan



nilai, keyakinan, sikap, dan bahasa dalam



karakter pada tingkat SD sebagai materi



kelompoknya.



pelajaran muatan lokal. Dalam UU tersebut



diajarkannya



pendidikan



dinyatakan



bahwa



Pendidikan



nasional



latar belakang terlalu banyak kejadian



berfungsi mengembangkan kemampuan dan



kekerasan sekolah yang sebenarnya atau,



membentuk watak serta peradaban bangsa



lebih sering, mengancam dan perilaku



yang



rangka



bermasalah lainnya .( Nocick. B., dkk. 2002:



bangsa.



l1)



bermartabat



mencerdaskan



dalam



kehidupan



Berdasarkan UU di atas jelas bahwa, selain



Berkaitan dengan pembelajaran karakter



bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan



sebagai suatu sistem, proses pembelajaran



bangsa, fungsi pendidikan nasional kita



karakter sebagai mulok yang terintegrasi



susungguhnya



untuk



dalam mapel SD di suatu daerah diperlukan



membentuk watak atau karakter bangsa



apresiasi yang mantap dari berbagai pihak,



Indonesia, sesuai dengan potensi keunggulan



terutama guru dan siswa yang menjadi



budaya lokal bangsa yang beradab dan



pelaku sekaligus sasaran dalam pembelajaran



bermartabat luhur. Dapat diartikan disini,



karakter.



bahwa siswa perlu mengakomodasi segala



direalisasikan dengan pengembangan materi



potensi, termasuk kekayaan sosial-budaya



ajar pendidikan karakter yang berwawasan



atau sosiokultural yang ada. Untuk ini



sosiokultural (Sociocultural Based Character



diperlukan



pembelajaran



Education). Dengan harapan, pelaksanaan



siswa yang memberi peluang bagi guru



pendidikan karakter di SD memperhatikan



untuk mengembangkan muatan karakter



aspek-aspek keunggulan sosial budaya yang



yang berbasis social-budaya yang terjadi di



ada di suatu daerah yang kental dengan



sekitar proses pembelajaran itu berlangsung,



budaya ramah tamah dan budi pekerti luhur



yaitu pembelajaran yang akomodatif yang



serta nilai-nilai luhur lainya yang tidak ada di



ditinjau dari sudut pandang keunggulan lokal



daerah lain. Kajian tentang pendidikan



dan berwawasan sosiokultural.



karakter dalam hal ini ditujukan pada



juga



diarahkan



pengembangan



Salah



satu



upaya



tersebut



Pembelajaran sosial dan emosional dan



subtansi kebermaknaan atau dengan kata lain



pendidikan karakter merupakan pendekatan



mengkaji pendidikan karakter dari sudut



komplementer untuk memperkuat seseorang



pandang fungsi sebagai hakikat. Berdasarkan



kemampuan untuk memahami, mengelola,



pendekatan fungsional ini, peranan atau



dan mengekspresikan aspek sosial dan



kebermaknaan pendidikan karakter dalam



emosional kehidupan dan untuk mengatur



konteks sosial dan konteks budaya sangat



tindakan dengan cara yang positif dan



penting dan sangat erat keberadaanya. Untuk



diarahkan pada tujuan. Dengan demikian,



itu, materi ajar yang digunakan dalam proses



bekerja pada pembelajaran dan karakter



pembelajaran sekolah dasar di suatu daerah



sosial-emosional pendidikan terjadi dengan



selayaknya dan seyogyanya dikembangkan



melalui



pendekatan



fungsional



dengan



mengintegrasikan pendidikan karakter yang berwawasan sosial dan budaya atau dengan istilah



Sociocultural



Based



siswa, kegiatan ektrakurikuler dan lain sebagainya (Kemendiknas, 2010:54-55). Komarun Hidayat (2010), menyatakan



Character



bahwa, tanpa budaya sekolah yang bagus



Education berbasis pada kearifan dan



akan sulit melakukan pendidikan karakter



keunggulan lokal di suatu daerah kedalam



bagi anak didik. Harus ada tujuan dan



materi pelajaran yang relevan.



pencapaian



Pengembangan materi ajar pendidikan



yang



membudayakan



inginkan



pendidikan



karakter



proses pembelajaran antara guru dengan



pendapat dari Peterson dan Deal (2009: 207)



siswa selain sumber lain, oleh karena itu,



yang menyatakan, masing-masing komponen



guru



kompetensi



sekolah memainkan peran yang berbeda-



mengembangkan materi ajar pendidikan



beda. Mereka bertanggung jawab terhadap



karakter terutama yang berwawasan sosio



kelangsungan struktur dan kegiatan-kegiatan



kultural. Sehubungan dengan itu, wawasan



sekolah, berbagai prosedur dan kebijakan,



sosiokultural menjadi karakteristik dalam



program-program dan sumber daya, serta



pengembangan



pendidikan



standar dan aturan yang berlaku di sekolah.



karakter ini bermaksud tidak melupakan



Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan



keunggulan nilai-nilai luhur yang terdapat



karakter melalui budaya sekolah mencakup



pada budaya daerah yang berkerifan lokal.



semua kegiatan-kegiatan yang dilakukan



Artinya, nilai-nilai kebudayaan daerah tidak



kepala sekolah, guru, konselor, tenaga



dapat dilupakan oleh siswanya.



administrasi dan siswa. Hal tersebut sesuai



materi



ajar



Secara teori aspek sikap atau ranah



dengan



pendapat



White



sejalan



di



sekolah.



memiliki



tersebut



dalam



karakter merupakan sumber utama dalam



perlu



Hal



di



(2009)



dengan



yang



afektif lebih efektif bila dilaksanakan melalui



menyatakan bahwa Sekolah yang mencapai



kegiatan sehari hari. Misalnya sikap disiplin



perubahan paling signifikan memiliki satu



dan kemandirian siswa akan lebih mudah



faktor utama



tertanam dan dikembangkan pada siswa bila



kepala sekolah yang sangat terlibat yang



hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan



mendukung sepenuhnya, bekerja secara



sehari-hari



langsung



di



sekolah.



Contoh



dari



yang sama yaitu: seorang



dalam



pengiriman



komponen



pembiasaan dan budaya sekolah yang



pendidikan karakter dan restoratif proses,



dilaksanakan



misalnya:



pendekatan holistik terhadap pendidikan



pagelaran bertema budaya dan karakter



karakter dibingkai dalam perspektif sosio-



bangsa, lomba olah raga antarkelas, lomba



budaya dapat menyebabkan pengelolaan



kesenian antarkelas, pameran hasil karya



perilaku



oleh



sekolah



yang



efektif



strategi



yang



mempromosikan



pengembangan



pembelajaran kooperatif lingkungan. Budaya



sekolah



cinta, dan akhirnya nurani/batin anak. Pengembangan karakter melalui sekolah



adalah



suasana



dapat



dimana



anggota



pembelajaran di kelas. Guru yang memiliki



berinteraksi.



“kuasa” dalam mengelola di kelas dituntut



Interaksi yang terjadi meliputi antara siswa



untuk dapat mengelola pembelajaran untuk



berinteraksi



dapat mengembangkan



kehidupan



sekolah



masyarakat



sekolah



saling



dengan



sesamanya,



kepala



sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru



dilakukan



Proses



melalui



budaya



kegiatan



sekolah



dengan siswa, konselor dengan siswa dan



berlangsung



sesamanya, pegawai administrasi dengan



melalui kegiatan pengajaran dan pergaulan



siswa, guru dan sesamanya. Interaksi tersebut



antara warga sekolah baik antara kepala



terikat oleh berbagai aturan, norma, moral



sekolah,



serta etika bersama yang berlaku di suatu



Penanaman



sekolah. Setiap komponen dalam sekolah



kaitannya dengan budaya sekolah. Tanpa



baik kepala sekolah, guru, maupun karyawan



adanya kolaborasi dan sinergitas yang baik



memiliki peranan dalam proses implementasi



diantara keduanya maka implementasi nilai-



nilai-nilai



Setiap



nilai karakter pada siswa tidak akan dapat



dalam



berjalan dengan baik.



karakter



di



komponen



tersebut



membentuk



budaya



sekolah. berperan sekolah.



berbasis



pembelajaran



sosiokultural.



guru



berkesinambungan



karyawan



nilai



karakter



dan



siswa.



sangat



erat



karakter



peserrta didik, diantaranya adalah dengan mengembangkan



secara



tersebut



PENUTUP



yang



Pendidikan karakter merupakan



Pengembangan



pendidikan



dan



integrasi



moral,



pendidikan



pendidikan karakter adalah bagian penting



watak,



yang



dari kesuksesan akademis seorang anak.



mengembangkan



Upaya pendidikan karakter mungkin jadilah



didik dalam menentukan baik dan buruk,



efektif bila diimplementasikan dengan ketat



memelihara



dan dengan landasan ilmiah. ( Aynur Pala.



mengaplikasikan kebaikan tersebut dalam



2011). Lingkungan yang nyaman dan



kehidupan sehari-hari



keterampilan



sosialisasi



budi



pekerti,



pendidikan



nilai,



pendidikan



bertujuan



untuk



kemampuan



peserta



apa



yang



baik,



dan



menyenangkan adalah mutlak diciptakan



Sosiokultural merupakan gagasan-



agar karakter anak dapat dibentuk. Hal ini



gagasan, kebiasaan, keterampilan, seni,



erat kaitannya dengan pembentukan emosi



dan



positif



sekelompok orang tertentu pada waktu



anak,



dan



selanjutnya



dapat



mendukung proses pembentukan empati,



alat



tertentu.



yang



memberi



Sosiokultural



ciri



adalah



pada



sebuah



sistem



dari



pola-pola



mengatur



perilaku



sekolah



cakupannya



umumnya



terpadu



manusia. sangat



mencakup



ritual,



yang



http://sobiad.org/ejournals/journal_



Budaya



ijss/arhieves/2011_2/aynur_pala.pd



luas,



f



harapan,



Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat



hubungan, demografi, kegiatan kurikuler,



Kurikulum. 2010. Bahan Pelatihan



kegiatan ekstrakurikuler, proses mengambil



Pengembangan Pendidikan Budaya



keputusan,



dan



kebijakan



maupun



interaksi



sosialbantarkomponen di sekolah.



Karakter



Bangsa.



Jakarta:Kemen. Diknas



Implementasi sosiokultural dalam



Borgatta, Edgar F. and Marie L. Borgatta.



pendidikan karakter yang berwawasan



(1992). Encyclopedia of Sociology.



sosial dan budaya atau dengan istilah



New York: Macmillan Publishing



Sociocultural Based Character Education



Company.



berbasis pada kearifan dan keunggulan



Condon, E. c. 1973. Introduction to Cross



lokal di suatu daerah kedalam materi



Cultural Communication.



pelajaran yang relevan menjadi salah satu



Brunswick, NJ: Rutgers University



solusi



Press.



alternative



bagi



pelaksanaan



New



pendidikan



karakter



sesuai



dengan



Hermawan Kertajaya, (2010). Grow with



keunggulan



sosial



budaya



daerah



Character: The Model Marketing.



setempat. menjadi



Sehingga bangsa



bangsa



yang



Indonesia



beradab



bermartabat, dapat menciptakan



dan karakter



anak, untuk mencegah dekadensi moral dan karakter anak bangsa.



Jakarta:



PT.



Gramedia



Pusaka



Utama Hutcheon,



Duffy



P.1999.



Building



Character and Culture.USA:Inc.p.6 Lacson, Donald N. And Smalley, William A. 1972. Becoming Bilingual: A Guide to Language Learning. New



DAFTAR PUSTAKA



Canaan, Aynur Pala. 2011. The Need For Character Education. Celal Bayar University



C.N:



Practical



Anthropology Lickona,



T.



(2013).



Education



for



Educational Sciences Department



Character:



Mendidik



untuk



Millet Cad. No: 14 Gaziemir/İzmir-



Membentuk



Karakter.



Jakarta:



Turkey. international journal of



Bumi Aksara.



social



sciences



and



studies Vol 3, No 2, 2011



humanity



Kemendiknas. (2010). Model Pembinaan Pendidikan



Karakter



Lingkungan Sekolah. Jakarta.



Di



Komaruddin



Hidayat.



2010.



“Kultur



Sekolah”.



Filedbook. San Francisco: JossesBass.



http://www.uinjkt.ac.id/index.php/



Samani, M., & Hariyanto. (2013). Konsep



category-table/1456-membangun-



dan Model Pendidikan Karakter.



kultur-sekolah-.html.



Bandung: Remaja Rosdakarya.



Mustadi, Ali. 2011.Pendidikan Karakter Berwawasan



Sosiokultural



(Sociocultural Education) Daerah



Based



di



Character



Sekolah



Istimewa



Dasar,



Yogyakarta



(DIY).



Steen, Tracy A. Kachorek, Lauren V. And Peterson.



C.



2003.



Character



Strengths Among Youth. Journal of Youth and Adolescence, Vol. 32, No. 1, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003



http://staff.uny.ac.id/sites/default/fi



Bab II Pasal 3 Tentang Sistem



les/penelitian/dr-ali-mustadi-



Pendidikan Nasional



mpd/7-artikel-pendidikan-karakter-



White, Robert. 2009. Building Schools of



berwawasan-sosio-kultural-terbit-



Character.



majalah-dinamika-pendidikan-



Implementation, and Evaluation of



2011_2.pdf



a



Novick, B. Kress, Jeffrey S. Elias, Maurice J.



2002.



Building



The



School-Based



Development,



Character



Education Programme Designed to



Learning



Promote Cooperative Learning and



Communities Character. How to



Reduce Anti-Social Behaviour. By



Integrate Academic, Social, and



A Thesis Submitted for the degree



Emotional



of Doctor of Philosophy School of



Learning.



USA:



Association for Supervision and Curriculum Development Peterson, Kent D. and Terrence E. Deal. 2009. The Shaping School Culture



Education Durham University