Spider Web [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

OUTPUT PEMBELAJARAN MIND MAPPING DOSEN : AGNES ERIDA WIJAYANTI NAMA MHS NIM



1. Bidang keilmuan 2. Kasus



: Juldewi sili geleuk hawan : KP.16.01.144



: Keperawatan Anak : Retardasi Mental



3. Spider Web



:



fisik kognitif



biologis



kognitif (otak)



sosial psikis Perkembangan



Pertumbuhan anak



anak Tema utama anak anak



down syndrome kognitif



sosial bahasa



retardasi mental



autisme Kesulitan komunikasi



Kesulitan berinteraksi



4. F1



:



1. Anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dilihat dari bertambahnya ukuran fisik anak. Sedangkan perkembangan dilihat dari kognitif anak. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang diawali dari konsepsi (pembuahan) sampai pematangan atau dewasa. Melalui proses tersebut anak tumbuh menjadi lebih besar dan bertambah matang dalam segala aspek baik fisik, emosi, intelektual, maupun psikososial. Apabila terdapat suatu masalah dalam proses tersebut maka yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya. (Poerwanti &Widianingsih, 2010). 2. Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu bentuk kecacatan yang menetap pada anak. Namun, apabila sejak dini gangguan tumbuh kembang sudah terdeteksi, maka kita dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan kebutuhan anak. Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang anak pada tahap selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik. (Poerwanti &Widianingsih, 2010). 3. Anak-anak yang mengalami keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik, psikis, atau sosial membutuhkan kebutuhan yang lebih khusus. Salah satu diantaranya yaitu anak retardasi mental. Anak retardasi mental biasanya mengalami kepercayaan diri yang kurang, menarik diri dari lingkungan, emosi yang tidak terkontrol, komunikasi yang kurang selaras, sehingga anak retardasi mental membutuhkan pertolongan dan bimbingan dari orang tua (Poerwanti &Widianingsih, 2010).



4. Anak redardasi mental mengalami keterbatasan sosialisasi dan mengalami penurunan perkembangan sosial akibat tingkat kecerdasan yang rendah (Soetjiningsih, dalam Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015). 5. Data Dinas Sosial Jawa Tengah pada tahun 2012, penyandang retardasi mental sekitar 18.516 anak, sedangkan di kota Semarang jumlah anak penyandang retardasi mental sekitar 363 anak lebih besar dibandingkan dengan kota Magelang yang hanya 60 anak dan Surakarta 198 anak (TKPK Provinsi Jawa Tengah, 2013). 6. Anak RM dengan tingkat kecerdasan di bawah normal dan mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Faktor lain adalah kecenderungan mereka diisolasi atau dijauhi oleh lingkungannya. Anak sering tidak diakui secara penuh sebagai individu dan hal tersebut memengaruhi proses pembentukan pribadi. Anak akan tumbuh dan berkembang menjadi individu dengan ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolah, keluarga, masyarakat, dan terhadap dirinya sendiri (Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015). 5. F2



1. Anak dengan retardasi mental membutuhkan dukungan dari keluarga yang tentunya tidak akan sampai melakukan penyesuaian diri yang salah jika orang tua dapat menerima kehadiran mereka sekaligus membimbing mereka dalam menghadapi tuntutan lingkungan, karena pada hakekatnya mereka membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarga terutama orangtua. 2. Anak retardasi mental akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. Dukungan dan



penerimaan dari setiap anggota keluarga akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak retardasi mental untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan orang lain. Anak retardasi mental akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. (Effendi, dkk, dalam Atyanta, 2015). 3. Proses perkembangan sosialisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah dukungan sosial keluarga, anak yang memperoleh dukungan sosial keluarga secara baik, akan meningkatkan keterampilan sosial anak. Namun jika dukungan sosial keluarga yang diperoleh itu kurang atau tidak memperoleh sama sekali, maka anak akan merasa tertekan, tertutup, terabaikan bahkan cenderung ditelantarkan, sehingga ia diselimuti rasa takut dan kecemasan dalam membina interaksi sosial (Effendi, dkk, dalam Atyanta, 2015). 4. stimulasi orangtua dapat membantu dalam meningkatkan perkembangan sosial pada anak. Keluarga terutama pada orangtua mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan anak yang mengalami retardasi mental. Pemberian stimulasi dapat dilakukan dengan cara latihan bermain. Anak yang memperoleh stimulus yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang memperoleh stimulus. Anita & Jannah (2012)



6. Rumusan Masalah retardasi mental 7. Tujuan (Umum & Khusus)



: apakah ada hubungan dari dukungan keluarga terhadap perkembangan sosial anak : menjelaskan hubungan dukungan keluarga terhadap perkembangan sosial anak retardasi mental Tujuan khusus: 1.untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap anak retardasi mental



2. Untuk mengetahui perkembangan sosial pada anak retardasi mental 8. Manfaat (teoritis & Praktis) Manfaat teoritis :



:



Sebagai bahan kajian ilmiah dalam cara mengembangkan ilmu pengetahuan bagi ilmu keperawatan tentang dukungan keluarga dengan perkembangan sosial anak retardasi mental sedang yang terangkum dalam ilmu keperawatan anak. Manfaat praktis :



a. Bagi mahasiswa Stikes Wira Husada Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi mahasiswa ilmu keperawatan dalam melakukan praktik keperawatan anak khususnya pada anak. b. Bagi anak berkebutuhan khusus Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dan patokan untuk dapat mengetahui dukungan keluarga dengan perkembangan sosial khususnya pada anak retardasi mental. c. Bagi SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam dukungan keluarga khususnya anak retardasi mental. d. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan pengetahuan serta informasi khususnya tentang dukungan keluarga dengan perkembangan sosial pada anak retardasi mental yang dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya. 9. Judul Penelitian 10. Keaslian penelitian No Judul Karya Ilmiah dan penulis 1. Hubungan dukungan



keluarga dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental ringan di SLBN 1 Bantul. (Redi iriawan (2015)



: hubungan dukungan keluarga dengan perkembangan sosial anak retardasi mental Variabel Dukungan keluarga



Jenis penelitian kuantitatif



Hasil



Hasil penelitian sebagian besar dukungan keluarga yang paling banyak pada anak retardasi mental ringan yaitu dukungan keluarga tingkat sedang sebanyak 24 (48%), nilai p – value 0,001 < level of significant = 0,05 yang menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental ringan di SLBN 1 Bantul Yogyakarta.



2.



hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental di SLBN 1 bantul. Melisa (2016),



Dukungan keluarga



kuantitatif



.3



hubungan antara dukungan dukungan keluarga keluarga dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental usia sekolah di slb n semarang 48. (Tri Irmawati (2017),



kuantitatif



Hasil Penelitian: Ada hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB N 1 Bantul. Hasil penelitian diperoleh nilai (p) sebesar 0,003 dengan nilai kendall tau (r) = -0,315. Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB N 1 Bantul. Hasil: Mayoritas responden (orang tua) mendukung terhadap kemampuan sosialisasi anak yaitu sebanyak 53,8% dan responden (anak) yang memiliki kemampuan sosialisasi yang baik yaitu sebanyak 51,3%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p 0,000 maka hipotesis diterima. hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap kemampuan sosialisasi anak retardasi mental usia sekolah.



11. Kerangka Konseptual



Variabel Bebas



Variabel Terikat



Perkembangan Dukungan keluarga



sosial anak RM



Faktor yang mempengaruhi 1. Keluarga 2. Kematangan fisik dan psikis 3. Kapasitas mental



12. Metodologi D: kuantitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif korelatif yang digunakan untuk mengetahui hubungan



antara dua variabel dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data pada suatu variabel terikat dan variabel bebas hanya satu kali, pada suatu waktu yang disajikan secara deskriptif analitik (Notoatmodjo, 2011). S:keluarga yang memiliki anak retardasi mental V : dukungan keluarga (variabel independent), perkembangan sosial (variabel dependent) I: VSMS (Vineland Social Maturity Scale) , meliputi delapan aspek, yaitu self-hel general, self-help eating, self-help dressing, self-direction, locomotion, occupation, communication dan socialization.



1. kurang sesuai usia