Sprain [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sprain A. Definisi Sprain adalah injuri dimana sebagian ligament robek, biasanya disebabkan memutar secara mendadak dimana sendi bergerak melebihi batas normal. Organ yang sering terkena biasanya lutut, dan pergelangan kaki, cirri utamanya adalah nyeri, bengkak dan kebiruan pada daerah injuri (Nurrachman, 2008).



Gambar 1. Ankle sprain Untuk membedakan fraktur dan dislokasi, sprain biasanya tidak disertai deformitas. Bagaimanapun juga lebih bail lakukan penanganan sprain seperti penanganan fraktur lalu imobilisasi. Biarkan sendi yang mengalami sprain pada posisi elevasi dan berikan kompres dingin jika mungkin (Nurrachman, 2008). B. Etiologi Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki. Sprain dapat terjadi di saat persendian anda terpaksa



bergeser dari posisi normalnya karena anda terjatuh, terpukul atau terkilir (kidd, 2014).



C. Klasifikasi Sprain dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Sprain tingkat I yaitu cedera sprain yang ditandai dengan terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus, cedera ini menimbulkan rasa nyeri tekan , pembengkakan dan rasa sakit pada daerah tersebut. Terapi biasanya sembuh dengan istirahat , lalu terapi latihan yang dapat membantu mengembalikan kekuatan otot. 2) Sprain tingkat II yaitu cedera sprain yang ditandai dengan banyak serabut ligamentum yang putus, cedera ini menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan , pembengkakan , efusi (cairan yang keluar) , dan biasanya tidak dapat menggerakan persendian tersebut. Terapi RICE yaitu dengan istirahat (Rest) selama 36minggu, kompres es (Ice) 15-30menit, balut tekan dengan bahan yg lunak seperti kain (Compress), daerah yang cidera ditinggikan (Elevate) dan Immobilisasi. 3) Sprain tingkat III yaitu cedera sprain yang ditandai dengan terputusnya semua ligamentum , sehingga kedua ujungnya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembengkakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan – gerakan yang abnormal. Terapi RICE yaitu dengan istirahat (Rest) selama 36minggu, kompres es (Ice) 15-30menit, balut tekan dengan bahan yg lunak seperti kain (Compress), daerah yang cidera ditinggikan (Elevate) dan Immobilisasi. Lalu dibawa kerumah



sakit untuk dilakukan pembedahan agar



mengembalikan



fungsinya (kidd, 2014).



D. Tanda Dan Gejala 1) Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah. 2) Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata. 3) Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon. 4) Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan Gejala berdasarkan derajat keparahan : Derajat I



1) Peregangan atau robekan kecil pada ligament 2) Pembengkakan dan hemoragi minimal, nyeri tekan lokal 3) Tidak ada gerakan sendi abnormal



Derajat II



1) Robekan parsial ligament 2) Nyeri 3) Gerakan sendi abnormal



Derajat III



1) Ligament terputus komplet 2) Sendi



secara



nyata



mengalami



deformasi 3) Nyeri tekan dan bengkak 4) Sendi tidak dapat menopang beban 5) Gerakan sendi sangat abnormal (Nurrachman, 2008)



E. Patofisiologi Kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya yang tidak semestinya,



pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dankaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan (Nurrachman, 2008).



Gambar 2. Patomekanisme terjadinya sprain (keseleo) F. Pemeriksaan Diagnostik 1) Riwayat: a) Tekanan



b) Tarikan tanpa peredaan c) Daya yang tidak semestinya 2) Pemeriksaan Fisik : Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal . 3) Komplikasi Sprain yang berulang dapat menyebabkan Tendonitis dan Perioritis , dan perubahan patologi adanya inflasi serta dapat mengganggu/robeknya jaringan otot dan tendon dari intensitas ringan – berat tergantung tipe strain yang didapatkan. Strain dapat mengakibatkan patah tulang karena robeknya ligament , membuat tulang menjadi kaku dan mudah patah bila salah mobilisasi (Nurrachman, 2008). G. Penatalaksanaan 1) Pembedahan. Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak (kidd, 2014). 2) Kemotherapi Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat (kidd, 2014). 3) Elektromekanis. a) Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C b) Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).



Gambar 3. Pembalutan/ Wrapping pada sprain c) Posisi



ditinggikan.



Jika



yang



sakit



adalah



bagian



ekstremitas. d) Latihan ROM. Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan pelan-pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.



Gambar 4. Latihan Rom pada sprain e) Penyangga beban. Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit (kidd, 2014).



Daftar pustaka: Kidd, Pamela S. 2014. Pedoman Perawatan Emergensi. EGC : Jakarta Nurachman, Elly. 2008. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC, Jakarta.