STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL (Fix) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL **CRITICAL BOOK REPORT** Dosen Pengampu : Sri Mutmainnah, M.Si Disusun Oleh : Agustina Br Purba 7181144007



PRODI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN - A FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah Critical Book Report ini sesuai dengan waktu yang diberikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Berbasis Digital. Makalah ini dibuat semaksimal mungkin dengan harapan



makalah ini dapat



bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Oleh karena itu, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa kajian permasalahan yang disampaikan dalam makalah ini masih kurang sempurna karena pembuatan makalah ini masih dalam proses pembelajaran. Akhir kata saya ucapkan terimakasih terkhusus kepada Ibu Sri Mutmainnah, M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Pembelajaran Berbasis Digital. Medan, 14 Februari 2019 Penyusun



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...................................................................................................1 2. Rumusan Masalah..............................................................................................1 3. Manfaat..............................................................................................................1 BAB II ISI BUKU A. IDENTITAS BUKU..........................................................................................2 B. RINGKASAN BUKU.......................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN ISI BUKU A. KELEBIHAN ISI BUKU........................................................................................66 B. KELEMAHAN ISI BUKU......................................................................................66 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN.......................................................................................................67 B. SARAN....................................................................................................................67 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................67



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembelajaran mahasiswa saat ini terfokus pada pengetahuan yang luas, dimana pengetahuan tersebut dapat dicari melalui buku. Dengan hal ini jugalah setiap mata kuliah termasuk Strategi Pembelajaran mengharuskan untuk melakukan critical book report dengan membandingkan beberapa buku berdasarkan isi, tatacbahasa, layout dan cover. Ini lah hal utama yang menjadi alasan mengapa saya melakukan tugas ini dengan semaksimal mungkin agar dapat menggali ilmu Srategi Pembelajaran lebih dalam lagi. B. Rumusan Masalah 1. Apa menjadi inti sari setiap buku ? 2. Dimana keberadaan kelebihan dan kelemahan pada setiap buku? 3. Bagaimana perbandingan isi dari setiap buku? 4. Mengapa sangat perlu dilakukan review beberapa buku? C. Tujuan Dapat memberi informasi dari setiap buku serta dapat dipahami oleh para pembaca tentang indentitas setiap buku melalui isi ringkasan yang diikuti oleh kelemahan, kelebihan dan yang menjadi bahan pembandingnya.



1



BAB II ISI BUKU A. IDENTITAS BUKU 1. Buku utama Nama buku



: Models of Teaching Model-Model Pengajaran



Penulis buku



: Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun



Penerbit



: Pustaka Belajar



Tahun terbit



: 2019



ISBN



: 979-602-8479-45-4



Jumlah halaman



: 637 halaman



2. Buku pembanding Nama buku



: 7 Tips Aplikasi PAKEM



Penulis buku



: Jamal Ma’mur Asmani



Penerbit



: DIVA Press



Kota Terbit



: Banguntapan Yogyakarta



Tahun terbit



: 2012



Jumlah halaman : 228 BAB Jumlah Bab



: 8 Bab



2



B. RINGKASAN BUKU Buku Utama Bab 1 MENGAWALI PENELITIAN Membangun komunitas pembelajar ahli Skenario Dari kelas Marilyn, kita pindah ke kursus Bahasa inggris yang dibimbing oleh shirly mills. Kursus ini mengawali pengajarannya dengan satu adegan di film the milagro beanfield war. para siswa mendiskusikan tanggapan mereka tentang setting, aksi, dan karakter dalam film tersebut. Mereka mendsekripsikan berbagai pandangan, tetapi ketika mereka ingin mempertahankan penafsiran dan pendapatnya untuk melawan gagasan dari siswa lain, Shirley tiba-tiba mengumumkan bahwa ia ingin menghimpun pandangan-pandangan mereka yang berbeda untuk penelitian selanjutnya. Shirley kemudian mengeluarkan Salinan sebuah novel dengan judul sama seperti film di atas yang dikarang oleh John Nichols dan meminta siswa mulai membacanya.selama satu minggu, dia terus menganjurkan para siswanya untuk menelusuri masalah-masalah sosial yang muncul dalam buku dan film tadi, dan membandingkan beberapa trik yang digunakan oleh pengarang buku dan pembuat film tersebut. Marilyn nantinya akan melihat lebih dekat perkara dan trik/muslihat apa saja dilihat dan tidak dilihat oleh siswa untuk membantunya membangun komunitas penelitian. Scenario tadi menunjukan bahwa Shirley telah memperkenalkan model penyelidikan berkelompok (group investigation model) (bab 12) pada siswanya. Sebuah model pembelajaran kooperatif hebat yang telah ia gunakan untuk merancang pola pengajaraan dalam kursusnya. Model tersebut diawali dnegan menyajikan informasi pada siswa yang akan membimbing mereka secara perlahan pada tahap penelitian. Pada dasarnya, Pendidikan membangun gagasan dan emosi secara terus-menerus. Perubahan kesadaran manusia yang juga berlangsung tanpa henti memberikan karakter distingrif pada proses Pendidikan. Perubahan tersebut juga membuat pengajaran dan pembelajaran dalam Pendidikan menjadi semacam proses yang menyenangkan dan terus mengalami perubahan, sebagaimana pemikiran dan perasaan yang juga terus dibangun dan dikembangkan secara berlanjutan. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang merangkul pengalaman belajar tanpa batas mengenai bagaimana gagasan emosi berinteraksi dengan suasana kelas dan bagaimana keduanya dapat berubah sesuai suasana yang juga turut berubah kita tak pernah selesai dengan pengalaman ini, tak pernah puas dengan seni-seni pengetahuan dalam bentuk kesimpulan, tak pernah rampung membangun model-model pembelajaran dan pengajaran yang dirancang berdasarkan pengiraan kita tentang otak-otak tadi. Kita “terperangkap” dalam sebuah penelitian yang tak pernah berakir. 3



Model-Model Pembelajaran Model-model pengajaran sebenarnya juga bisa dianggap sebagai model-model pembelajaran. Saat kita membantu siswa memperoleh informasi,gagasan, skil, nilai, cara berfikir, dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri, kita tengah mengjari mereka untuk belajar. Paling penting adalah bagaimana siswa mampu meningkatkan kapabilitas mereka untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih efektif pada masa yang akan, baik karena pengetahuan dan skill yang mereka peroleh maupun karena penguasaan mereka tentang proses belajar yang lebih baik. Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa terhadap dalam mendidik diri sendiri mereka sendiri. Guru yang sukses bukan sekedar penyaji yang kharismatik dan persuasif. Lebih jauh, guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa tugas-tigas yang sarat muatan kognitif dan sosial, dan mengajari mereka bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara kognitif.



Konsep-konsep pembelajaran yang berlaku pada seluruh model pembelajaran Sebagaimana disebutkan sebelumnya kita memang perlu mengenali gagasan-gagasan yang mendasari berbagai model pengajaran cara-cara berfikir yang membantu kita daalm mengamati kondisi siswa yang meneliti model-model yang kita gunakan dan berusaha mengerti lebih baik tentang model-model teresebut dan cara penggunaanya. Saat ini, pemikiran tentang siswa dan lingkungan Pendidikan meliputi bebrapa istilah penting antara lain:    







Konstruktivisme Metakognitif Scaffolding( perancah) Perbandinagn yang tertarik dan optimal dengan tugas-tugas yang diberikan pada siswa( kadang-kadng dikenal istilah zona perkembangan yang paling memungkinkan /zone of proxsimal develobment) Peran performa ahli( expert performance) saat mengembangkan tujuan.



Bebarapa konsep pembelajaran yang telah kita bahas tadi setidaknya menjadi petunjuk tambahan dalam model-model pengajaran yang akan kita terapkan nangti coba bayangkan, andai saja kita dapat meluapkan beragam informasi yang snaagt banyak dalam satu perangkat praktik sederhana yang dapat kita gunakan untuk menerapkan seluruh model pengajaran dalam buku ini. Tentu saja ini dapat mewujudkan Bersama, yang perluy diingat adalah, kesuksesan siswa daalam setiap model pengajaran tergantung pada sejauh mana mereka mampu menguasai dan terampil menerapkan corak pembelajaran yang mendasari setiap model pengajaran tadi. Dalam konstruktivisme kita memandang siswa sebagai orang yang terus menerus sadar tentang bagaimana mereka belajar, bagaimana menyciptakan lebih banyak strategi pembelajaran, dan bagaimana mereka menerapkan nya. 4



Dalam pengajaran berdasarakan scaffolding, kita memandang kerja kita sebagai proses mengamati tanggapan siswa dan meningkatkan skill mereka, yang meliputi pemahaman metakognitif dalam hal performance . kita harus menyesuaikan kemampuan mereka dengan model ini, mengamati di tingkatan mana mereka berada, dan mencoba mendorong performa mereka agar lebih aktif. Dari gagasan tentang optimal mismatch, kita mendapatkan satu petunjuk dalam meningkatkan kemampuan mereka yang mungkin berbeda-beda, jika siswa lebih banyak butuh rancangan kita sediakan. Namun, rancangan atau struktur yang terallu berlebihan dapat membuat mereka enggan untuk bekerja mandiri. Dari konsep performa ahli, kita memahami tujuan dengan lebih baik, ada dua pesan dari konsep tersebut. Pertama adalah bagaimana kita merancang harapan yang tinggi, mendorong siswa kita menuju tingkat kemampuan terbaik. Kedua adalah mengajarkan performa para ahli dalam semua tingkatan.



BAB 2 DARI MANA DATANGNYA MODEL-MODEL PENGAJARAN? Beragam cara dalam mengonstruksi pengetahuan Lingkungan pembelajaran dan model pengajaran Pengertian klasik tentang pengajaran adalah’ merancang dan menciptakan lingkunganlingkungan’. Siswa belajar dengan cara berinteraksi dengan lingkungan mereka dan mereka belajar bagaimana mereka belajar ( learn how to learn) dengan baik ( Dewey ,1916) suatu model pengajaran merupakan gambaran suatu lingkungan pembelajaran, yang juga meliputi prilaku kita sebagai guru saat model tersebut diterapkan. Beberapa tahun lamanya, kami telah melakukan penelusuran tanpa henti demi menemukan berbagai pendekatan dalam pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan di dalamnya. Kelompok model-model pembelajaran ke dalam 4 kelompok pengajaran yang para anggota nya memilki orientasi pada (sikap) manusia dan bagaimana mereka belajar. Kelompok-kelompok tersebut adalah :    



Kelompok model pengajaran memproses informasi (the information-processing family) Kelompok model pengajaran sosial (the social family) Kelompok model pengajaran personal (the personal family) Kelompok model pengajaran system perilaku( the behavorial system family)



Kelompok model pengajaran memproses informasi Model-model memproses informasi menekankan cara-cara dalam meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia (sense of the world) dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah-masalah dan menghasilkan solusi-solusi yang tepat, serta mengembamgkan konsep Bahasa untuk menstransfer solusi/ data tersebut. Beberapa model kelompok ini menyediakan informssi dan konsep pada para pembelajar, beberapa lagi menekankan sususan konsep dan pengujian hipotesis, dan beberapa yang lain merancang cara berfikir kreatif. Hanya sedikit model kelompok ini yang di rancang untuk 5



meningkatkan kemampuan intelektual pada umumnya. Banyak model-model memproses informasi berguna untuk mengamati diri sendiri dan masyarakat, dan karenanya dapat kita terapkan untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan sosial dalam Pendidikan.



Berfikir induktif (inductive thinking) Kemampuan dalam menganalisis informasi dan membuat konsep- berfikir induktif (inductive thinking) pada umumnya dianggap sebagai keterampilan berfikir yang fundamental. Model yang dihadirkan merupakan penyesuaian dari kajian hilda taba (1966) sebagaimana peneliti lain yang tlah mengkaji bagaimana mengajari siswa dalam mencari dan mengolah infromasi, membuat dan menguji hipotesis yang mengambarkan hubungan antardata Penemuan konsep (concept attainment ) Dibangun atas kajian-kajian pemikiran yang dilakukan oleh bruner,Goodnow, dan Austin (1967) dan diadaptasi oleh lighthall dan joyco, model penemuan konsep relative sama dengan induktif. Dirancang untuk mengajrakan konsep dan membantu siswa lebih efektif dalam mempelajari konsep .model merupakan metode efisien dalam menyajikan informasi yang tersusun dan terencana dari ruang lingkup topik yang luas bagi siswa pada setiap tingkat perkembangan.



Model induktif kata-bergambar (picture-word inductive model) Dikembangakn oleh Emily Calhoun (1999) dan dirancang dari suatu penelitian tentang bagaimana siswa tidak hanya bisa melek huruf pada huruf cetak, khusunya menulis dan membaca, tetapi juga bagaimana mendengarkan dan mengucapkan kosa kata yang telah dikembangakan. Model ini merupakan inti penerapan kurikulum yang sangat efektif dimana siswa TK dan SD dapat belajar membaca dengan baik. Begitu juga model ini juga menyediakan semacam program “jaringan keselamatan “ (safety net) bagi siswa kelas akhir SD,SMP, dan SMA yang masih sulit membaca dan menulis dengan baik.



Kelompok model pengajaran sosial :membangun komunitas pembelajaran Pada dasarnya, manajemen sekolah adalah soal mengembangkan hubungan-hubungan kooperatif di dalam kelas. Pengembangan buadaya sekolah yang positif merupakan proses pengembangan cara-cara integrative dan produktif dalam berimteraksi dan standar-standar yang mendukung aktivitas pembelajaran yang dinamis. Model-model pengajaran sosial Model-model



Para pencetus (para pengikutnya)



Mitra belajarInterdependensi positif-



David Jhonson 6



Roger jhonson Margarita Calderon Elizabeth cohen



Penelitian tersusun



Robert slavin (Aronson)



Investigasi kelompok



Jhon Dewey Herbeth Thelen (Shalomo sharan)(Bruce joyce)



Bermain peran Penelitian Yuris prudensil



fannie shatel Donald oliver James shaver



Kelompok sisetem prilaku Ada suatu landasan teori umumnya yang pada umumnya disebut sebgai teori belajar sosial(social learning theory), dan juga dikenal dengan modefikasi perilaku (behavior modefikasion), terapi tingkah laku (behavior therapy), atau sibernetik(cybernetics) menuntun desain model-model pengajaran dalam kelomopok ini. Perinsip yang dimilki adalah bahwa manusia merupakan system-sistem komunikasi perbaikan diri yang dapat berubah prilaku nya saat merespon informasi tentang seberapa sukses tugas-tugas yang mereka kerjakan. Dengan memanfaatkan pengetahuan tentang respon manusia terhadap tugas dan umpan balik ini, para psikolog (lihat khusunya skinner, 1953) mempelajari bagaimana kita dapat mengelola struktur tugas dan umpan balik untuk membuat manusia lebih mudah mengoreksi kemampuan diri sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan melaksanakan program-program yang berorientasi untuk mengurangi ketakutan.



BAB 3 7



KAJIAN TENTANG LAMBATNYA PERTUMBUHAN PENDIDIKAN BERBASIS ILMU PENGETAHUAN PANDUAN DASAR MELALUI PENGAJARAN RETORIK 1. Penelitian pendidikan Pendidikan yang berorientasi pada penelitian saat ini masih berada dalam tahap-tahap untuk menjadi suatu disiplin. Meski demikian, masih banyak model pengajaran yang telah teruji dapat ditingkatkan kualitasnya melalui penelitian ini, seperti yang akan kami tunjukkan dalam Models of Teaching. Kami akan memasukkan beberapa kajian kami baru-baru ini terus-menerus melaksanakan penelitian tentang berbagai model dan pengaruhnya terhadap perkembangan staf, khususnya bagaimana guru mampu mengembangkan reportoar pengajaran mereka. Melalui buku ini, kami menyarankan beberapa cara yang bisa diterapkan_oleh guru, saat mengajar, untuk melaksanakan penelitian dalam kelas. Sebenarnya, mengajar yang baik menuntut adanya pengamatan tentang siswa dan pola belajar mereka. Dalam hal ini, kita tidak sekadar menyampaikan instruksi atau melibatkan siswa dalam seluruh model. Kita harus mempelajari bagaimana tanggapan mereka, kemudian menyesuaikan bagaimana kita mengajar dari apa yang kita pelajari. Para guru yang masih baru melihat ada ketegangan antara para pendidik seputar bagaimana siswa memberikan penghormatan pada mereka. Pada saatnya, kami akan mencoba memperkUat beberapa kontroversi dan menyajikan cara-cara dasar untuk melihat penelitian yang sudah ada dan melaksanakan penelf'tian kita sendiri sebagai pengajar. Karena buku ini berurusan dengan kumpulan petunjuk, pertanyaan penafsiran, dan isu-isu lain melalui buku ini seperti yang kami tunjukkan dengan mengahdirkan beragam model pengajaran diantar nya yaitu: a) Pengaruh pemerintah b)



Penelitian yang Relevan



2. Penelitian Deskriptif Dasar 8



a) Penelitian Nasional untuk Kemajuan Pendidikan. Agen federal bertanggung jawab dalam menilai kemajuan pendidikan tingkat nasional, dengan mengembangkan tes dalam hal kompetensi membaca dengan sampel beberapa siswa perwakilan sekolah di seluruh kota, dan mencoba mendeskripsikan kondisi membaca tersebut. Kelas 4 dan kelas 8 menjadi fokus utama dalam penilaian ini, tetapi mereka dapat menggunakan gambaran perkembangan kompetensi membaca pada tingkat sebelumnya atau tingkat di antara ke duanya Ada banyak penemuan penting telah muncul bertahun-tahun lalu. Pertama, Anda akan mendengar dari surat kabar dan dialog-dialog pendidikan bahwa pencapaian ini sangat kecil bahwa masalah baca tulis saat ini merupakan akibat dari kemerosotan pendidikan sekolah dan orang tua atau justru disebabkan oleh imigrasi. Untuk itu, jika kita mempercayai penilaian nasional, dan kita pikir penilaian semacam ini memang harus ada, maka kita tidak akan mengalami kemerosotan yang sangat tajam. Namun, meskipun pemerintah telah menaruh perhatian besar dalam upaya meningkatkan kualitas baca tuh's lebih dari 20 tahun yang lalu, di semua bidang kurikulum dan pendidikan, gambaran di atas masih rata sangat rata. Ini bukan berarti bahwa tidak ada kurikulum atau model pengajaran yang dapat menciptakan suatu perbedaan. Ada banyak kurikulum dan pengajaran yang bisa menimbulkan perbedaan tersebut! Akan tetapi, semuanya tidak diterapkan untuk memunculkan perbedaan dalam progi'am ujian nasional. Meskipun beberapa orang akan memberitahu Anda bahwa orang tua, guru, dan kita telah mengurangi atau bahwa menyebabkan hal-hal buruk seperti di atas terjadi, maka bukti tersebut tidaklah benar. Intinya buku ini ingin menunjukkan bagaimana data deskriptif dapat membantu kami mengambil keputusan. Gambaran nasional membantu kami menempatkan bidangbidang dalam proses penyelidikan di tingkat daerah, sekolah, dan kelas. Anda dapat meningkatkan belajar siswa dengan menyeleksi model-model pengajaran yang dapat mendorong kapasitas belajar mereka pada tingkat yang lebih tinggi, dan Anda bisa lihat pengaruhnya dengan cepat bahkan lebih cepat dari yang pemah Anda jumpai.



3. Penelitian Deskriptif dengan Korelasi dan Klasifikasi Ganda Kita juga bisa melihat korelasi. Para pakar dalam pengukuran dan statistik terus. menerus mengingatkan pada kita bahwa korelasi tidak akan membuktikan penyebab. Akan tetapi, korelasi mungkin akan menjadi semua ukuran yang kita miliki, dan dapat membantu kita merenungkan 9



sebagaimana kita bisa menilai tindakan dan membuat keputusan. Dalam ilmu kedokteran, contohnya, tidak akan pernah ada studi eksperimental di mana kita mengajarkan siswa untuk merokok kemudian mengujinya dan kehidupan mereka. Namun demikian, kita bisa menunjukkan korelasi antara jumlah orang yang merokok dan tidak merokok dan adanya berbagai penyakit, dan kita bisa menyhnpulkan bahwa merokok bukanlah tindakan yang baik.



4. Studi intervensi Literatur tentang rancangan penelitian pendidikan pada umumnya menekankan perbedaan antara dua bidang kajian, yakni kajian-kajian yang menekankan adanya penugasan acak antara siswa, orang tua, atau sekolah dalam proses-proses intervensi dan kajian-kajian yang tidak menekankan adanya penugasan acak seperti itu. Versi kajian yang tidak menekankan adanya penugasan secara acak biasanya digambarkan sebagai percobaan semu” (quasi-experimental) (lihat Stanley dan Campbell, 1963), tetapi bagi kebanyakan kita, rancangan penelitian semacam ini pada umumnya ditujukan untuk menghilangkan bias ketika sisWa atau sekolah ditugaskan dalam suasana intervensi. Tanpa penugasan acak yang sempuma, kami tidak yakin bahwa bias a_kan bisa dihilangkan-bukan bias dalam istilah idiologis, tetapi bias karena beberapa variabel menjalar ke dalam rancangan yang tidak ditawarkan dan memberikan kita hasil variabel bebas yang tidak masuk akal. Namun, seperti yang akan kita lihat nanti, pengacakan tidak akan menyembuhkan semua masalah.



5. Studi Intervensi yang Dirancang untuk Mengobservasi Keadaan Eksperimentasi Pada semua jenis penelitian, kamu terus mencoba menemukan bukti sekaligus membuktikan validitasnya dan memahami apa yang dikontribusikan oleh kajian atau kelompok kajian tawarkan, utamanya pada dasar pengetahuan. Studi pemerolehan dalam skala besar selama beberapa dekade belakangan ini mengindikasikan bahwa pembelajaran siswa dalam seluruh bidang baca-tulis telah menyisakan dataran yang lemah dalam beberapa hal, tetapi memberikan kita sebuah target dalam hal lain. Inilah -saat kami mengembangkan dan menguji berbagai model pengajaranyang kami inginkan untuk mengahsilkan pembelajaran yang lebih baik bagi siswa. Kami ingin mengajarkan yang lebih dari apa yang telah kami lakukan pada 30 tahun yang lalu. Models of Teaching menyajikan teori dan model-model pengajaran yang berbasis penelitian lebih dari 35 tahun yang lalu, dan dengan buku ini pula, guru dari berbagai latar belakang telah



10



melampaui standar dan memberikan kesempatan belajar yang lebih hebat pada siswa dari pada seperti yang diterapkan di sekolah-sekolah lain pada umumnya.



6. Besaran efek Secara periodik, guru meminta siswa untuk menghasilkan tulisan yang ada dalam naskah atau dialog yang telah distandarisasi. Siswa juga bisa melihat segmen fihn yang memperkenalkan karakter dan kemudian diminta untuk menjelaskan karakter tersebut dalam bentuk tulisan. Beberapa contoh tulisan mereka kemudian diberi skor dengan sebuah instrumen yang penah dikembangkan oleh dan di Pusat Penelitian Evaluasi UCLA (Quellmalz dan Burry, 1983) untuk mengukur kualitas tulisan tiap kelas. Instrumen ini memberikan skor dalam tiga unsur kualitas. Dalam hal ini, guru sebenarnya telah mensurvei penelitian tentang pengajaran menulis dan menemukan beberapa pemerolehan besar ketika pendekatan kurikulum tertentu diterapkan. Mereka bertanya-tanya, bagaimana mereka dapat membandingkan hasil dari usaha mereka ketika ada beberapa kajian yang menggunakan skala yang berbeda-beda.



7. Penelitian Lebih Jauh Tentang Besaran Efek Buku ini mendeskripsikan pembagian skor dengan istilah kecenderungan-kecenderungan sen tral (central tendencies), yang merujuk pada penggabungan skor di pertengahan distribusi tersebut,



dan



istilah



variasi



(variance),



atau



penyebarluasan.



Konsep-konsep



yang



menggambarkan kecenderungan pusat mencakup rata-rata aritmatik, yang dihitung dengan menjumlahkan skor dan membagikannya dengan jumlah skor yang ada, skor pertengahan (setengah yang lain d1 atas clan setengahnya lagi di bawah skor pertengahan tadi), dan mode yang mempakan skor yang sering (secara grafis, poin tertinggi dalam distribusi tersebut. Kalkulasi-kalkulasi seperti ini memungkinkan kita membandingkan ukuran besaran efek potensial dari berbagai inovasi (strategi dan keterampilan pengajaran, kurikulum dan teknologi) yang mungkin dapat kita gunakan dalam usaha memengaruhi pembelajaran atau pola belajar siswa. Kita juga dapat menentukan apakah proses tersebut memiliki efek yang berbeda untuk seluruh jenis siswa atau hanya beberapa saja. Pada kajian yang telah digambarkan tadi, proses eksperimentasi tampaknya efektif bagi semua populasi. Skor paling rendah dalam distribusi 11



kelompok eksperimentasi hanya sekitar 3O persen untuk kelompok kontrol, dan sekitar 30 persen siswa melampaui Skor tertinggi yang diperoleh oleh kelompok kontrol.



8. Penelitian Lebih Jauh tentang Besaran Efek Saat menggunakan dasar penelitian ini untuk menentukan kapan harus menggunakan. kan suatu model pengajaran, penting untuk diketahui bahwa besaran efek bukanlah pertimbangan satu-satunya. Kita harus mempertimbangkan tujuan pelajaran dan penggunaan model tersebut. Contohnya, dalam kajian Spaulding (1970) yang difokuskan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan sosial, besaran efek terhadap ukuran/ 1 takaran kemampuan hanya 0.5, atau sekitar separuh dari penyimpangan standar yang telah kita pelajari tadi (lihat gambar 3.5). Kemampuan merupakan karakteristik yang luar biasa, dan model atau kombinasi berbagai model yang dapat meningkatkan kemampuan akan berpengaruh terhadap segala sesuatu yang dilakukan siswa pada tahuntahun yang akan datang, peningkatan pembelajaran sepanjang tahun tersebut.



9. Penelitian Terapan dalam Lingkungan Sekolah Kajian ini merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap beberapa ini insiatif, seperti pemerintahan individual, sekolah pemerintah, dan wilayah pemerintah, Sebuah kesempatan yang luar biasa telah muncul di Ames. Selain usaha perluasan bidang dalam hal tulis-menulis, sekolah-sekolah juga memiliki izin untuk mendukung penelitian perluasan wilayah dan bantuan teknik yang substansial, dan seluruh guru juga berhak atas gaji (kira-kira 1000 dolar Amerika per tahun) untuk mendukung pertumbuhan preferensi individual mereka. Suatu kajian besar-besaran dilakukan berdasarkan penilaian guru terhadap efektivitas program dan kepuasan mereka masing-masing. Kebanyakan guru percaya bahwa ketiganya cukup efektif dalam memberikan inisiatif perluasan wilayah hingga mencapai rating tertinggi (84 persen percaya bahwa ada pengaruh-pengaruh positif terhadap siswa) dan tempat kedua penelitian tindakan perluasan wilayah (75 persen percaya bahwa ada pengaruh-pengaruh positif terhadap siswa). Inisiatif yang diperintah secara individual mencapai hasil yang agal< janggal. Seperenam guru tidak menghabiskan uang mereka sama sekali dan seperenam lagi menggunakannya untuk membeli bahan pengajaran. Namun, kebanyakan mereka cukup puas dengan workshop dan kursus yang mereka hadiri. Sekitar 55 persen melaporkan pengaruh positif pada siswa. 12



BAB 4 TIGA SISI PENGEJARAN GAYA, MODEL, DAN KERAGAMAN 1.



Gaya-gaya Pengajaran yang Dipelajari Gaya-gaya pengajaran merupakan pola-pola berpikir dan berinteraksi yang dipelajan'



(termasuk diajarkan pada diri sendiri) dalam berbagai bidang, dalam ha] ini pendidikan. Modelmodel merupakan pola-pola pengembangan yang diajukan untuk penelitian dan pengembangan. Gaya-gaya



tersebut



merupakan



dasar



teknis



untuk



suatu



pekerjaan.



Setiap



orang



mengembangkan gaya yang berbeda pola-pola yang umumnya tetap dan dapat diakui sebagai reportoar yang berhak dimiliki oleh penggagasnya. Repertoar tersebut dapat ditingkatkan melalui kajian model-model yang telah dikembangkan. Di samping itu, ada beberapa kesulitan yang muncul ketika mendiskusikan gaya-gaya pengajaran dan model-model pengajaran, karena banyak pendidik/guru tidak suka istilah-istilah yang berbau teknis dan tidak ada bahasa untuk menggambarkan gaya-gaya yang sesuai seutuhnya di seluruh profesi pendidikan. Setiap individu membawa kepribadian mereka dalam mengajar dan gaya-gaya pengajaran mereka berasal dari kepribadian ini. Penelitian baru-baru ini tentang kepribadian membenarkan asumsi ini. Pada dasarnya, orang datang mengajar dengan tingkat kehangatan, kemampuan sosial, pembelajaran akademik, dan pengembangan konseptual yang berbeda-beda, dan kita dapat melihat semua ini sebagai variasi stilistik (perbedaan yang khas). 1) Kehangatan. Bertahun-tahun lalu, ada banyak kajian yang menunjukkan bahwa guru memiliki cara-cara informal yang berbeda-beda saat mereka mengekspresikan kehangatan pada siswa. 2) Pergaulan/Kemampuan Bersosial. Begitu juga, para guru memiliki jangkauan yang berbeda saat berinteraksi dengan orang lain, termasuk dengan siswa mereka. Beberapa guru terkadang secara alamiah melibatkan siswa nya dengan bertanya ”bagaimana kita mengerjakan ini?” Sementara yang lain begitu saja mengatakan apa yang mereka inginkan pada siswa.



13



3) Pembelajaran akademik. Studi yang mengejutkan dari Schlecty dan Vance beberapa tahun yang lalu menunjukkan bahwa, banyak orang yang menjadi guru adalah mereka dengan kemampuan yang sangat rendah dibandingkan dengan teman-temannya yang secara akademik memiliki bakat yang lebih besar. 4) Tingkat konseptual. Bagaimana guru memproses informasi berpengaruh pada bagai. mana mereka menerapkan manajemen/ pengolahan informasi di dalam kelas. Guru yang mengembangkan jaringan konsep yang rumit cenderung melibatkan siswa untuk melakukan hal serupa, yakni mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cukup rumit, menyediakan tugas-tugas pembelajaran yang berorientasi penelitian, dan meminta siswa untuk bercermin pada konsep yang telah mereka pelajari.



2. Gaya-gaya Pengajaran dan Kemampuan Belajar : Bidang Pengembangan Staf Yang Pertama Tiga jalur penelitian telah menguji pertanyaan tentang bagaimana guru dapat belajar menggunakan pendekatan pengajaran secara efektif yang berbeda dari gaya yang diperoleh secara alamiah. Penelitian pertama dimulai tahun 1960-an dan 1970an dengan fokus pada kemampuan calon guru tetap dalam menguasai reportoar model-model pengajaran dan apa pun tingkatan konseptual dari orientasi filosofisnya. Kajian-kajian pada sepanjang tahun itu menunjukkan bahwa belakangan ini banyak calon guru dapat menguasai reportoar baru dan bahwa tingkat konseptual dan pandangan siswa ternyata berpengaruh pada penguasaan mereka dengan cara yang stilistik, tetapi tidak mencegah mereka (guru-guru itu) untuk menambah reportoar mereka (Joyce, Brown, dan Peckm 1981; Joyce, Weil, dan Wald, 1981). Dari tahun 1960-an hingga 1990an, kajian-kajian dengan objek yang sama lebih banyak fokus pada guruguru berpengalaman, dan secara umum menyangkut dua bidang utama (lihat Joyce dan Showers, 2002). Salah satunya menyangkut soal paradigma dalam merancang pengembangan staf yang mengombinasikan studi teori dengan pelaksanaan dan persiapan praktik untuk mengembangkan skill menerapkan bahan baru (berbagai model pengajaran). Dalam hal ini, studi tersebut melibatkan guru secara berkelompok untuk mendiskusikan pengalaman-pengalaman mereka agar lebih mudah menyesuaikan dan menerapkannya dengan repertoar yang sedang mereka susun. Pengorganisasian ini, yang pada umumnya disebut ”pelatihan bersama”, telah menghasilkan penerapan/implementasi oleh hampir semua guru. Perbedaan dalam gaya 14



pengajaran telah berpengaruh pada kesempumaan implementasi, tetapi kadang-kadang merintangi perolehan repertoar baru dalam tingkat skill yang baik. Jenis kajian ketiga berbentuk program peningkatan kualitas sekolah-sekolah di beberapa distrik di mana banyak guru mempelajari apa yang, bagi mereka, disebut sebagai model-model pengajaran yang baru: implementasi dan pengaruhnya pada belajar siswa juga telah dikaji. Pada dasarnya, petunjuk yang ingin dihimpun adalah apakah guru-guru di sekolah-sekolah tersebut dapat menguasai satu atau lebih modelmodel pengajaran baru untuk diterapkan pada siswa. Iika mereka bisa, mungkin gaya-gaya pengajaran yang berbeda-beda tidak akan merintangi / menghalangi kemampuan guru dalam menambah repertoar mereka, justru penerapan gaya-gaya tersebut dapat diwarnai dengan gaya-gaya individu mereka masing-masing (lihat Joyce, Hrycauk, Calhoun, dan Hrycauk, 2006).



BAB 5 BELAJAR BERPIKIR SECARA INDUKTIF Membentuk Konsep-Konsep dengan Mengumpulkan dan Mengolah Informasi . Agar siswa menjadi lebih terampil dalam pembelajaran induktif, kita perlu menyesuaikan perilaku kita, membantu mereka menciptakan lingkungan dan tugas-tugas yang sesuai. Belajar bagaimana berpikir secara induktif merupakan tujuan yang sangat penting dan siswa perlu mempraktikannya, tidak hanya diajarkan tentang konsep-konsep itu saja Pedomanpedoman dalam membentuk lingkungan tersebut (merancang .pelajaran dan bagian-bagiannya) merupakan cara yang lurus (straightforward). 1. Fokus Membantu siswa untuk berkonsentrasi pada suatu ranah (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, tanpa menciutkan hati mereka yang justru dapat membuat mereka tidak bisa menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan gagasan. Hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkannya adalah dengan menyajikan seperangkat data yang menyediakan informasi dalam suatu bidang mata pelajaran tertentu dan dengan meminta mereka mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat data tadi.



2. Pengawasan/kontrol konseptual 15



Membantu siswa untuk berkonsentrasi pada suatu ranah (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, tanpa menciutkan hati mereka yang justru dapat membuat mereka tidak bisa menggunakan seluruh kemampuannya untuk menghasilkan gagasan. Hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkannya adalah dengan menyajikan seperangkat data yang menyediakan informasi dalam suatu bidang mata pelajaran tertentu dan dengan meminta mereka mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat data tadi.



3. Mengkonversi pemahaman konseptual menjadi keterampilan Dalam kasus alfabet, keterampilan akan mengeksplorasi hubungan huruf / buny1 dan bagaimana menggunakannya dalam pembacaan (reading) dan pengejaan (spelling), sebuah pemahaman yang berevolusi menjadi kesadaran dalam mengidentifikasi kata. Dalam ranah wilayah-wilayah Amerika Latin, keterampilan-keterampilan itu berwujud upaya pengembangan katagori-katagori sifat ganda, menghasilkan dan menguji hipotesis-hipotesis (seperti mengkaji apakah pendapatan per kapita berhubungan dengan laju kesuburan/keturunan dan tingkat pendidikan).



A. Penelitian Beberapa peneliti lain telah melakukan pendekatan untuk menemukan rata-rata pengaruh dalam hal transfer pengajaran berpikir dari satu kurikulum ke kurikulum lain, dan mereka juga telah mendapatkan bahwa kurikulum berorientasi penelitian hadir untuk menstimulasi pertumbuhan dalam bidang-bidang lain yang tampak tidak berhubungan. Contoh, analisis Smith (1980) tentang kurikulum estetika menunjukkan bahwa implementasi kurikulum berorientasi pada kesenian berpengaruh positif pada bidang-bidang keterampilan dasar. Banyak guru mengajukan pertanyaan seperti ini: ”Saya punya banyak bahan untuk dipelajari. Jika saya menghabiskan energi untuk mengajar model berpikir, tidakkah siswa akan kehilangan keterampilan dasar dan materi yang menjadi inti suatu kurikulum?” Beberapa review penelitian telah mencantumkan pertanyaan ini. El-Nemr (1979) melakukan studi yang fokus pada pengajaran biologi sebagai penelitian di sekolah tinggi. Dia melihat pengaruh prestasi siswa pada pengembangan keterampilan proses 16



informasi dan pada sikap-sikap mereka terhadap ilmu pengetahuan. Kurikulum-kurikulum biologi yang berorientasi pada eksperimentasi menghasilkan pengaruh-pengaruh positif terhadap tiga hasil ini.



B. Struktur (syntax) Pengajaran Konsep yang kami sebut sebagai sintak menggambarkan struktur Suatu model elemenelemen atau tahap-tahap yang paling penting dan Bagaimana keduanya diterapkan secara bersama-sama. Beberapa model, seperti perolehan konsep, relatif ménentukan struktur-struktur dalam beberapa elemen dan tahap-tahap yang méngiringinya untuk mencapai efektivitas kelja yang maksimal. Model induktif memiliki struktur pemutaran yang berkembang setiap waktu, penelitian induktif hampir tidak pemah singkat. Esensi proses induktif adalah pengumpulan dan penyaringan informasi tanpa henti; pembangunan gagasan; khususnya katagorikatagori, yang menyediakan kontrol konseptual atas daerah-daerah informasi; penciptaan hipotesis untuk dieksplorasi dalam upaya merhahami hubungan-hubungan yang lebih baik atau menyediakan solusi untuk berbagai masalah; dan perubahan pengetahuan menjadi keterampilan yang memiliki aplikasi praktis.Terdapat beberapa tahap dalam struk (syntax) Pengajaran diantara yaitu: 1) Tahap Pengumpulan dan Penyajian Data 2) Tahap Pengujian dan Perhitungan Data 3) Tahap Membangun Hipotesis dan Meningkatkan Keterampilan



C. Pemikiran-pemikiran Tentang Rancangan Lingkungan Pembelajaran Kajian Hilda Taba yang dikutip baru-baru ini (1966-1967) sangat penting dalam penerapan model induktif di kelas kita. Taba mungkin dapat disebut sebagai orang pertama yang mempopulerkan istilah strategi pengajaran dan membentuk model induktif sehingga strategi dan model tersebut bisa digunakan dengan mudah untuk merancang kurikulum dan pelajaran seperti diantaranya: 1. Sistem sosial 17



2. Peran/tugas Guru 3. Sistem pendukung



BAB 6 PENCAPAIAN KONSEP-KONSEP Mempertajam Keterampilan-Keteramplan Berpikir Dasar 1. Penggolongan, Pembentukan, dan Penemuan Konsep Pencapaian konsep merupakan ”proses mencari dan mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan gunakan untuk membedakan contoh-contoh yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai katagori” (Bruner, Goodnow, dan Austin, 1967). Sementara pembentukan konsep, yang merupakan dasar dari model induktif yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya, merupakan proses yang mengharuskan siswa menentukan dasar di mana mereka akan membangun katagori, maka penemuan konsep mengharuskan mereka menggambarkan sifat-sifat dari suatu katagori yang sudah terbentuk dalam pikiran orang lain dengan cara membandingkan dan membedakan contoh-contoh (disebut eksemplars) yang berisi karakteristik-karakteristik (disebut ciri-ciri) konsep itu n dengan contoh-cntoh yang tidak berisi karakteristik-karakteristik ini. Untuk merancang i pelajaran yang memadai, kita harus memiliki kategori yang jelas dalam pikiran kita. Sebagai contoh, mari kita coba konsep tentang adjektif (kata sifat). Oleh karena adjective berbentuk kata maka kita memilih beberapa kata yang merupakan kata sifat itu sendiri Ii (contoh-contoh positif) dan bebeberapa kata yang bukan kata sifat (contoh-contoh negatif yang tidak memiliki kata sifat di dalamnya).



2. Strategi-Strategi Penemuan Konsep Kunci untuk memahami strategi-strategi yang digunakan siswa untuk mencapaj konsep adalah menganalisis bagaimana mereka mendekati informasi yang tersedia dalam centoh-contoh yang Anda sediakan. Khususnya, apakah mereka fokus hanya pada aspek-aspek informasi tertentu (strategi partistik), atau apakah mereka menggunakan seluruh, atau hampir semua informasi itu (strategi holistik)? Sebagai ilustrasi, bayangkan kita mengajarkan konsep-konsep dalam menganalisis gaya baca tulis dengan membandingkan kutipan dari novel atau cerita pendek.



18



Ada dua cara yang dapat kita gunakan untuk mengamati dan memperoleh informasi tentang strategi yang digunakan siswa untuk mencapai konsep. Pertama, setelah suatu konsep dicapai, kita dapat meminta mereka menceritakan pemikirannya agar latihan terus berlangsung misalnya, dengan menggambarkan gagasan yang mereka munculkan, sifat apa yang mereka fokuskan, dan modifikasi apa yang mereka buat. (”Coba jelaskan tentang apa yang Anda pikirkan pertama kali, mengapa Anda berpikir demikian, dan apa perubahan yang Anda buat.”) Hal ini dapat membimbing mereka pada suatu diskusi di mana mereka dapat menemukan strategi-strategi yang lain dan bagaimana penerapan strategi ini. Kedua, kita dapat meminta siswa untuk menulis hipotesis mereka. Setelah itu, mereka dinu'nta menyerahkan pada kita suatu catatan yang dapat kita analisis. Contoh, dalam kajian klasifikasi tumbuh-tumbuhan yang dilaksanakan oleh Baveja, Showers, dan Joyce (1985), siswa bekerja secara berpasangan untuk membentuk hipotesis-hipotesis pada pasangan contoh-contoh (satu positif dan satu negatif) yang telah disajikan untuk mereka. Mereka mencatat hipotesis mereka, perubahan-perubahan yang mereka buat, dan alasan-alasan yang mereka kemukakan.



3. Model Pembelajaran 



Struktur Pengajaran Tahap pertama melibatkan penyajian data pada pembelajar. Setiap unit data mem. pakan ”contoh” atau ”noncontoh” konsep yang terpisah. Unit-unit ini disajikan ber~ pasangan. Data tersebut bisa berupa kejadian, manusia, objek, cerita, gambar, atau unit Iain yang dapat dibedakan satu sama lain. Para pembelajar diberitahu bahwa seluruh contoh positif memiliki satu gagasan umum; tugas mereka adalah mengembangkan satu hipotesis tentang sifat dari konsep tersebut. Pada tahap kedua, siswa menguji penemuan konsep mereka, pertama-tama dengan mengidentifikasi secara tepat contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dari konsep itu dan kemudian dengan membuat contoh-contoh mereka.







Sistem social



19



Sebelum mengajar dengan model penemuan konsep, guru memilih konsep, menyeleksi dan mengolah bahan menjadi contoh-contoh yang positif dan yang negatif, dan mengurutkan/ merangkai contoh-contoh tersebut. Meski demikian, seperti dideskripsikan oleh para psikolog pendidikan, banyak bahan pengajaran, khususnya buku ajar, tidak dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan pernbelajaran konsep. Ada tiga tugas penting yang harus diperhatikan guru selama aktivitas penemuan konsep, yaitu mencatat/ merekam, ”membisikkan” (isyarat), dan menyajikan data tambahan. Dalam tahap awal penemuan konsep, guru setidaknya harus menyajikan contoh-contoh yang sudah benar-benar terstruktur.







Tugas/Peran Guru Selama proses pelajaran, guru harus bersikap simpatik pada hipotesis yang dibuat oleh siswa --menekankan bahwa hipotesis-hipotesis itu merupakan hipotesis alamiahdan menciptakan dialog yang di dalamnya siswa dapat menguji hipotesis mereka dengan hipotesis teman-temannya yang lain. Dalam tahap-tahap berikutnya, guru harus mengalihkan perhatian siswa pada analisis terhadap konsep-konsep mereka dan strategistrategi berpikir mereka, juga dengan sikap yang simpatik. Guru seharusnya menganjurkan pelaksanaan analisis dengan berbagai strategi dari pada mencoba mencari satu strategi terbaik untuk semua orang dalam semua situasi.







Sistem Pendukung Pelajaran-pelajaran penemuan konsep mensyaratkan adanya sajian contoh-contoh negatif dan contoh positif pada siswa. Yang harus ditekankan adalah bahwa tugas siswa dalam penemuan konsep bukan menemukan atau membuat konsep-konsep baru, tetapi mencapai atau mendapatkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dipilih oleh guru. Oleh karenanya, sumber data perlu diketahui sebelumnya dan sifat-sifatnya juga harus terlihat dengan jelas.







Penerapan 20



Penerapan model penemuan konsep akan menentukan bentuk aktivitas-aktivitas pem. belajaran tertentu. Contoh, jika penekanannya adalah untuk memperoleh konsep baru, guru harus menekankan melalui pertanyaan atau komentarnya tentang sifat-sifat di setiap contoh (khususnya contoh-contoh yang positif) dan nama konsep. Iika penekanannya adalah pada proses induktif, guru mungkin dapat menyediakan sedikit tanda/isyarat dan mengajak siswa untuk tekun dan berpartisipasi aktif. Materi (konsep) sebenamya kurang penting dari pada partisipasi aktif dalam proses induktif; bahkan mungkin untuk konsep yang sudah banyak diketahui pun (sebaga’imana dalam eksperimentasi Bruner). Jika penekanannya pada analisis berpikir, guru sebaiknya menerapkan latihan penemuan konsep yang tidak terlalu lama sehingga siswa akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk analisis berpikir.



BAB 7 MODEL INDUKTIF KATA BERGAMBAR Mengembangkan Kemampuan Baca Tulis Lintas Kurikulum Model induktif kata bergambar (the picture-word inductive model) adalah sebuah pembelajaran beroerientasi penelitian yang mengarahkan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas yang cukup kompleks. Emily Calhoun (1996) yang telah mengembangkan model ini berpendapat bawah model induktif kata bergambar menyediakan kurikulum multidimensi dalam rangka membelajarkan pembaca dan penulis pemula. Pengembangan model induktif kata bergambar sebagai salah satu rumpun model pembelajaran pemrosesan informasi dilandasi penelitian dalam bidang baca tulis pada umumnya yaitu bagaimana siswa mengembangkan kemampuan baca tulis khususnya bagaimana siswa belajar membaca dan menulis, serta dasari oleh materi baca tulis dalam semua bidang kurikulum, sebagaimana pengembangan kognitif. Pengembangan kontrol metakognitif sebagai inti belajar bagaimana belajar (leraning how to learn) terbangun dalam suatu proses pembelajaran. Sebab itu, inti belajar siswa adalah saat mereka berusaha mengkonstruksi pengetahuan tentang bahasa (analisa fonetik dan struktural) dan mengembangkan keterampilan memperluas dan mengelola informasi dalam semua bidang kurikulum. Dalam beberapa hal, model ini merupakan salah satu model konstruksionis karena baca tulis umum merupakan dasar di mana bidang baca tulis yang sesuai dengan kurikulum dikembangkan, yakni untuk menjadi pembaca ahli, soerang harus banyak membaca, mengembangkan kosa kata, mengembangkan keterampilan dalam analisis fonetik dan struktural, dan belajar memahami dan memanfaatkan teks-teks yang cukup luas. Semua ini harus dilakukan oleh siswa saat mereka ingin belajar memahami bacaan lintas bidang-bidang kurikulum, yang di dalamnya terdapat penghimpunan, konseptualisasi, dan penerapan informasi sebagai inti pencapaian. Hubungannya dengan itu, dapat dikatakan bahwa teori yang melandasi pengembangan model induktif kata bergambar adalah teori perkembangan bahasa yang menjelaskan bahwa sumber pertama 21



kemampuan berbahasa anak berasal dari perolehan siswa secara alamiah. Siswa usia lima tahun telah mampu membaca, mengucapkan, dan memahami antara empat hingga enam ribu kata, bahkan mereka mampu mengembangkan struktur sintaksis dasar dari bahasa. Mereka dapat mendengarkan sekaligus memahami kalimat-kalimat yang rumit dan komunikasi-komunikasi yang cukup panjang. Mereka juga mampu menghasilkan kalimat, yang meliputi preposisi dan konjugsi, dan mampu membuat hubungan sebab akibat. Dengan demikian, model ini lebih fokus pada upaya peningkatan kemampuan membaca dan menulis siswa pada tahun-tahun pertama mereka sekolah. Selain itu juga dirancang untuk menjadi komponen besar kurikulum seni berbahasa, utamanya untuk para pembaca pemula di tingkatan dasar maupun ditingkatan yang lebih tinggi. Fokus pedagogik model ini adalah seputar penyusunan pelajaran-pelajaran sehingga siswa dapat meneliti bahasa, bentuk atau teks yang lebih panjang untuk mendukung komunikasi dalam berbahasa.



BAB 8 PENELITIAN ILMIAH DAN LATIHAN PENELITIAN Seni Membuat Kesimpulan Model pembelajaran ini dikembangkan oleh  tokoh bernama Suchman. Latihan penelitian atau inquiry training bertolak dari kepercayaan bahwa perkembangan seseorang agar mandiri, menuntut metode yang dapat memberi kemudahan bagi para mahasiswa untuk melibatkan diri dalam penelitian ilmiah. Umumnya manusia selalu memiliki rasa ingin tahu, karena itu model latihan penelitian ini memperkuat dorongan alami untuk melakukan eksplorasi, memberikan arah khusus sehingga mereka akan dapat melakukan eksplorasi itu dengan semangat besar dan dengan penuh kesungguhan. Dengan model ini membantu para mahasiswa untuk melakukan penelitian secara mandiri dengan cara yang berdisiplin. Yang diharapkan ialah para mahasiswa dapat mempertanyakan, mengapa suatu peristiwa terjadi, dan menelitinya dengan cara mengumpulkan dan mengolah data secara logis.             Latihan penelitian dimulai dengan menyajikan situasi yang penuh pertanyaan. Dengan situasi yang penuh teka-teki ini secara alami mahasiswa akan terdorong untuk memecahkan teka-teki itu. Dengan cara ini diyakini bahwa para mahasiswa dapat menjadi semakin sadar akan proses penelitian yang dilakukannya dan pada saat itu secara langsung dapat diajarkan cara melakukan prosedur penelitian yang bersifat ilmiah. Yang paling penting, demikian menurut Suchman sebagai pengembang model ini, menyajikan kepada para mahasiswa suatu sikap bahwa “pengetahuan itu bersifat tentatif” artinya selalu terbuka untuk dikaji secara terus menerus.             Jadi, pada dasarnya model ini mengikuti teori Suchman sebagai berikut : 1 Secara alami para mahasiswa akan mencari sesuatu segera setelah dihadapkan pada masalah, 2 Mereka akan menjadi sadar tentang dan belajar mengenai strategi berpikir yang dimilikinya, 3 Strategi baru dapat diajarkan secara langsung melengkapi strategi yang telah dimiliki, dan 3. Penelitian yang bersifat kerjasama akan memperkaya proses berpikir dan membantu para mahasiswa untuk belajar tentang sifat tentatif dari pengetahuan, sifat selalu berkembang dari pengetahuan, dan menghargai berbagai alternatif penjelasan mengenai sesuatu hal



22



BAB 9 PENGHAFALAN (MEMORIZATION) Meluruskan Fakta 1. Tujuan dan Asumsi Pada masa-masa sekolah dulu kita dituntut untuk menguasai daftar materi yang tidak terstruktur seperti kata-kata baru, bunyi-bunyi baru bahkan negara- negara di dunia. Beberapa dari kita menjadi penghafal yang efektif dan beberapa lainnya tidak. Terkadang kita begitu mudanya melupakan informasi yang telah kita hafal dahulu, hal ini karena kita menganggap informasi itu tidak penting atau sepele. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana dunia ini tanpa adanya informasi yang telah kita peroleh di sekolah. Sepanjang hidup, kita perlu memiliki keterampilan mengingat informasi- informasi yang kita dapatkan. Karena dengan mengembangkan keterampilan ini kita dapat meningkatkan kekuatan dalam belajar, berhemat waktu dan menjadi gudang informasi yang lebih baik. 2. Metode Kata-Hubung (Link-Word Method) Metode kata hubung sudah menjadi fokus dalam penelitian selama lebih dari 25 tahun. Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode kata-hubung ini telah berhasil mengembangkan sistem yang memiliki implikasi-implikasi praktis pada rancangan materi instruksional, untuk pengajaran, pembinaan kelas, dan siswa, utamanya dalam hal bagaimana sekolah mampu menformat metode hafalan sebgai metode yang lebih menyenangkan. Metode ini memiliki dua komponen dasar, dengan asumsi bahwa salah satu tujuan belajar adalah menguasai materi yang tidak diketahui. Komponen pertama menyediakan materi yang sudah dikenal dengan dihubungkan pada link yang berisi objek yang tidak dikenal. Komponen kedua menyediakan asosiasi dalam membangun makna materi baru. Penemuan penting dari penelitian ini adalah bahwa orang yang menguasai materi lebih cepat dan menyimpannya lebih lama pada umumnya menggunakan strategi-strategi yang lebih cermat dalam menghafal materi tersebut. Mereka menggunakan mnemonik—pembantu dalam penghafalan. Sedangkan untuk pengingat yang kurang efektif mereka hanya mengucapkan secara terus-menerus apa yang dihafal, tanpa henti hingga mereka yakin materi tersebut akan tertanam dalam memori mereka. Penemuan penting kedua dari penelitian ini adalah bahwa perangkat- perangkat seperti metode kata-hubung ternyata lebih rinci dari pada metode yang digunakan oleh para pengingat yang alami. Perangkat-perangkat dalam metode kata-hubung mensyaratkan lebih banyak aktivitas mental dari pada hanya sekedar menghafal. Asosiasi-asosiasi tambahan menyediakan konteks mental yang lebih kaya, dan proses linking akan meningkatkan aktivitas kognitif siswa. Metode kata-kunci (key-word method) muncul untuk membantu siswa yang memiliki masalah aktivitas verbal dibawah rata-rata, yang mungkin juga kesulitan menggunakan strategi-strategi pembeljaran yang rumit. mnemonik dapat diajarkan sehingga siswa dapat menggunakannya tanpa bantuan dari guru, dengan kata lain siswa dapat membuat link-link mereka sendiri. Yang penting, dalam strategi katahubung siswa dapat lebih mudah menyimpan informasi. Penelitian ini memiliki dua fungsi utama. Pertama adalah untuk menyusun pengajaran sehingga membuatnya semudah mungkin pada siswa saat mereka membuat asosiasi dan melatih hafalan. Kedua adalah untuk mengajarkan siswa membuat link mereka sendiri ketika mereka sedang belajar materi baru. 23



3.Sistem-sistemBantuanMemoriLain Saat menghafal sesuatu yang agak rumit dan panjang, kita terkadang mengingat bagian terpentingnya agar lebih mudah. Ini merupakan salah satu bentuk memori yanng dapat membantu kita menghafal objek-objek. Model memori yang efektif perlu mendorong perhatian siswa terhadap materi yang dipelajari. Karena adanya kesatuan kita dapat melihat, merasakan, menyentuh dan mencium sebagai asosiasiasosiasi yang digunakan untuk mempermudah hafalan kita dengan cara memanfaatkan panca indera kita sesuai dengan asosiasi-asosiasi tersebut. Setiap saluran berisi materi lama yang dapat kita asosiasikan dengan materi baru.



BAB 10 SINEKTIK Seni Meningkatkan Pemikiran Kreatif Gordon menggagas sinektik berdasarkan 4 gagasan yaitu (1) kreativitas penting dalam aktivitas sehari-hari, (2) proses kreatif tidk selamanya misterius, (3) penemuan atau inovasi yang dianggap kreatif sama rata di semua bidang dan tidandai oleh proses intelektual yang sama, dan (4) pola pikir kreatif individu mauoun kelompok tidak berbeda. Dari asumsi-asumsi ini lah dikembangkan beberapa proses sinektik yaitu: 



Asumsi pertama, dengan membawa proses kreatif menuju kesadaran dan dengan mengembangkan bantuan-bantuan eksplisit menuju kreativitas, kita dapat secara langsung meningkatkan kapasitas kreatif secara individu maupun kelompok.







Asumsi kedua, kreativitas pada dasarnya merupakan proses emosional, yang mensyaratkan unsur-unsur irasionalitas dan emosi untuk meningkatkan proses intelektual.







Asumsi ketiga, analisis terhadap proses irasional dan emosional tertentu dapat membantu individu dan kelompok untuk meningkatkan kreativitas mereka dengan menggunakan irasionalitas secara konstruktif. Kreativitas dapat berjalan secara sadar melalui aktivitas metaforis dalam model sinektik.



Metafora tersebut membangun hubungan perumpamaan, perbandingan satu objek atau gagasan dengan objek atau gagasan lain, dengan cara menukarkan posisi keduanya. Melalui substitusi ini, proses kreatif muncul, yang dapat menghubungkan sesuatu yang familiar dengan yang tidak familiar atau membuat gagasan yang baru dari gagasan-gagasan yang biasa. Strategi-strategi sinektik yang kemudian menggunakan aktivitas metaforis dirancang untuk menyediakan sebuah susuna yang darinya siswa dapat membebaskan diri mereka dalam mengembangkan imajinasi dan wawasan dalam setiap aktivitas sehari-hari.



24



Ada 3 jenis analogi yang digunakan sebagai basis latihan sinektik, yaitu analogi personal (mengharuskan siswa untuk berempati pada gagasan atau subjek yang dibandingkan), analogi langsung (perbandingan dua objek atau konsep untuk mentransposisikan kondisikondisi topik atau situasi permasalahan yang asli pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan baru), konflik padat (frasa yang terdiri dari dua kata dimana kata-kata tersebut tampak berlawanan dengan kata yang lain). Sinektik



dirancang



untuk



meningkatkan



kreativitas



individu



dan



kelompok.



Mendiskusikan pengalaman sinektik dapat membangun perasaan kebersamaan antar siswa. Prosedur-prosedur sinektik juga bisa diterapkan pada siswa dalam semua bidang kurikulum, baik sains maupun seni. Ada banyak penerapan model sinektik yang dapat dilakukan seperti menulis kreatif, mengeksplorasi masalah-masalah sosial, memecahkan masalah, menciptakan rancangan atau produk, memperluas perspektif tentang suatu konsep, dll. Yang pada intinya, partisipasi dalam sebuah kelompok sinektik dapat menciptakan pengalaman unik yang mendidik interpersonal dan rasa bersosial. Para anggota saling belajar tentang diri mereka satu sama lain sebagaimana setiap orang merespon setiap kejadian dengan cara unik mereka.



BAB 11 BELAJAR DARI PRESENTASI Advance Organizer Model advance organizer ini dirancang untuk memperkuat struktur kognitif siswa dan pengetahuan mereka tentang pelajaran tertentu dan bagaimana mengelola, memperjelas, dan memeliohara pengetahuan tersebut dengan baik (Ausubel). Ausubel percaya bahwa struktur kognitif yang ada dalam diri seseorang merupakan faktor utama yang menentukan apakah materi baru akan bermanfaat atau tidak dan bagaimana pengetahuan yang baru ini dapat diperoleh dan dipertahankan dengan baik. Menurutnya, berguna tidaknya materi lebih tergantung pada persiapan pembelajar dan pengolahan materi tersebut daripada sekadar menerapkan metode presentasi saja. Jika pembelajar mengawalinya dengan persiapan yang tepat, dan jika materi dikelola dengan solid, pembelajaran yang bermanfaat pun pada akhirnya akan muncul. Gagasan Ausubel tentang mata pelajaran dan struktur kognitif memiliki implikasi penting dan langsung bagi pengelolaan kurikulum dan prosedur instruksional. Dia menggunakan dua prinsip yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu diferensiasi progresif untuk menuntun pengelolaan materi dalam bidang mata pelajaran sehingga konsep dalam materi dapat menjadi bagian yang stabil dalam struktur kognitif siswa, dan yang kedua rekonsiliasi integratif untuk 25



menggambarkan peran intelektual siswa. Sedangkan pada proses pengajaran, organizer merupakan materi penting dalam dirinya sendiri dan perlu untuk diajarkan. Dalam hal ini, guru harus memiliki waktu untuk menjelaskan dan mengembangkan organizer, karena hnya ketika organizer ini benar-benar dipahami, ia dapat membantu guru mengolah materi pembelajaran berikutnya. Model advance organizer memiliki tiga tahap kegiatan. Tahap pertama adalah presentasi advance organizer, tahap kedua adalah presentasi tugas pembelajaran atau materi pembelajaran, dan tahap ketiga adalah penguatan pengolahan kognitif. Dalam tahap ketiga, situasi pembelajaran idealnya harus lebih interaktif, yakni siswa-siswa perlu dirancang untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan tanggapan. Dalam model ini, guru harus mempertahankan kontrol pada struktur intelektual, karena hal ini penting untuk menghubungkan materi pembelajaran dengan organizer dan membantu siswa membedakan materi baru dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.



BAB 12 MITRA-MITRA DALAM PEMBELAJARAN Dari Berpasangan Menuju Investigasi Kelompok Tujuan-tujuan asumsi Asumsi yang mendasari perkembangan pembelajran kooperatif (cooperative learning) adalah sebagai berikut: 1. Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan meningkatkan motivasi yang jauh lebih besar dari pada dalam bentuk lingkungan kompetitif individu. 2. Anggota -anggota kelompok kooperatif dapat saling belajar satu sama lain. 3. Interaksi antaranggota, akan menghasilkan aspek kognitif semisal kompleksitas sosial, menciptakan sebuah aktivitas intelektual yang dapat mengem,bangkan pembelajraan ketika dibenturkan pada pembelajaran tunggal. 4. Kerja sama meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain, menghilangkan pengasingan dan penyendirian, membangun sebuah hubungan, dan memberikan sebuah pandangan positif mengenai orang lain. 5. Kerja sama meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya melalui pembelajaran yang harus berkembang , namun juga melalui perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan. 6. Siswa yang mengalami dan menjalani tugas serta harus bekerja sama dapat meningkatkan kapasitas untuk bekerja sama agar mereka semakin mahir dalam bekerja sama. 26



7. Siswa juga termasuk anak-anak, bisa belajar dari beberapa latihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja sama. Dalam tiga puluh tahun terakhir, banyak penelitian yang muncul membahas model pembelajaran kooperatif. Prosedur penelitian yang lebih rumit yang saat ini ada memudahkan pengujian yang lebih baik terhadap asumsi mereka dan perkiraan yang lebih tepat mengenai pengaruhnya terhadap tingkah laku akademik, individu maupun sosial. Hal yang penting untuk dipertanyakan adalah apakah kelompok kerja sama benar-benar meningkatkan energi yang kemudian menghasilkan peningkatan hasil pembelajaran.bukti tersebut sudah jelas. Dalam ruang kelas yang terorganisir dengan baik, siswa mengerjakan tugas dalam sebuah kelompok yang lebih besar, saling mengajari,saling menghargai, maka aka nada sebuah penguasaan yang lebih baik terhadap satu subjek pemebalajaran dibandingkan pola pembacaan dan pembelajaran tunggal (yang dilakukan sendiri).



BAB 13 KAJIAN TENTANG NILAI-NILAI Role Playing dan Pendidikan Kebijakan Publik



Pembembelajaran nilai adalah puncak program pelajaran nya yang berbasis nilai-nilai sosial. Dalam bab ini kita akan memaparkan dua cara dalam pembelajaran nilai. Pertama bermain peran, dimulai degan sebuah kondisi permasalahan dalam semua siswa serta menjelaskan bagaimana nilai yang ada dalam diri mereka dapat menentukan tingkah laku dan menumbuhkan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai moral. DASAR PEMIKIRAN Secara bersama-sama siswa bisa mengungkapkan peran, tingkah laku, nilai dan strategi pemecaha masalah. Dalam dimensi sosial model ini memudahkan individu dalam bekerja sama dalam menganalisis keadaan sosial khusus nya masalah antar manusia. ORIENTASI MDEL Dalam role playing,kita, sebagai pendidik, harus mengarhkan bagai mana siswa dapat mengenali dan memahami perasaan nya masing-masing serta menyadari bahwa perasaan mereka memengaruhi perilaku yang mereka tampakkan. Untuk itu, dalam menciptakan bagian inti dalam pengalaman role playing, konsep peran harus di lakukan, namun tetap di jaga sepanjang proses aktivitas role playing. MODEL PENGAJARAN Role playing tidak akan pernah sukses jika guru hanya membuang yang tidak bisa memanfaatkan situasi permasalahan, tidak mau mendorong siswa untuk bertindak, lalu melakukan diskusi untuk membuat satu pemeranan. Shaftels berpendapat bahwa role playing terdiri dari sembilan langkah 27



Memanaskan suasana kelompok Memilih partisipan Mengatur setting tempat kejadian Menyiapkan peneliti Pemeranan Diskusi dan evaluasi Memerankan kembali Berdiskusi dan mengevaluasi Saling berbagi dan mengembangkan pengalaman Masing-masing langkah dan tahapan ini memiliki tujuan khusus yang akan menambah ‘kekayaan’ hasil model ini serta membantu siswa untuk fokus pada aktivitas pembelajaran. Kejadian tidak menyenangkan yang di alami dalam kehidupan setiap siswa secara khusus atau masyarakat pada umum nya, secara visual dan emasional bisa menyebabkan stres akut dan akan menyulitkan analisis. PENERAPAN Karena siswa menikmati tindakan dan pemeranan, mereka akan lupa bahwa role playing adalah salah satu sarana untuk mengembangkan materi instruksional. Semua hal tersebut adalah beberapa materi yang akan di jelaskan kemudian oleh guru Konflik interpersional Relasi antar kelompok Dilema individu Masalah histris atau kontemporer Jika dimungkinkan dapat dilaksanakan, guru bisa menitik beratkan satu di antara beberapa wilayah ini dalam pemeranan dan diskusi rangkaian kurikulum bisa di dasarkan pada masingmasing fokus berikut. Eksplorasi perasaan Eksplorasi tingkah laku, nilai, dan persepsi Pengembangan skill dan sikap pemecahan masalah Eksplorasi materi yang akan di bahas ORIENTASI MODEL Model ini di dasarkan pada sebuah konsep mengenai masyarakat yang memiliki pandangan serta prioritas yang berbeda. Dalam masyarakat tersebur terjadi sebuah konflik antara beberapa nilai yang sama-sama terlegitimasi, memecahkan isu yang terbilang rumit dan kontrovesial dalam konteks tata sosial yang produktif membutuhkan sosok warga negara yang bisa berbicara di depan masing-masing pihak dan mampu serta berhasil mengompromikan perbedaan-perbedaan yang ada. Namun bagi kita saat ini strategi yang cukup mewakili pemikiran mereka secara keseluruhan adalah sebuah model yang bisa membangun dan tetap produktif di tengah area konflik, atau model diskusi sokratik. Selanjut nya untuk menjelaskan komunitas, partisipan bisa (1) mengimbau penggunakan yang umum / bisa dengan mengetahui alasan mengapa kebanyakan orang menggunakan sebuah kata tertentu atau mengandalkan kamus, (2) menetapkan arti kata untuk keperluan siskusi dengan cara mendaftar kriteria yang sudah di setujui, dan atau (3) mencari dan mendapatkan fakta yang lebih banyak mengenai sebuah contoh untuk melihat adakah kreteria yang telah di setujui untuk menjadi sebuah defenisi. MODEL PENGAJARAN 28



Model dasar penelitian hukum ini meliputi enam tahap (1) orientasi pada kasus (2) mengindetifikasi isu (3) mengambil posisi (sikap) (4) mengeksplorasi sikap yang mendasari pengambilan posisi, (5) memantapkan serta mengkualifikasi psisi, dan (6) menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi. PENERAPAN Dalam mengembangkan kerangka alternatif dalam pengajaran masalah-masalah sosial dalam sekolah menengah, oliver dan shalver telah memfokuskan usaha dan pikiran mereka pada subtasi materi yang di pelajari serta metode mengajaran nya. Sebagai konsekuensinya, model ini memberikan sebuah kerangka pada siswa dalam mengembangkan isu-isu konemporer dalam hal-hal yang bersifat publik ( kasus yag bersangkut paut dengan isu publik ) Pada awal nya kami menyajikan kasus, dan setelah siswa memilih satu isu publi, kami memintak nya untuk membuat pijakan awal. Dengan dasar ini, kami membagiya menjadi kelompok kecil dan memberi tahu kan pada masing- masing kelompok untuk memilih dan memperhatikan kasus yang memiliki kemungkinan terkuat. Siswa pun mengerti bahwa walau pun mereka pernah masuk dalam kelompok yang pertama, mereka akan mungkin memilih peran yang berbeda di akhir diskusi. Guru haruslah membiarkan sebuah kasus tertentu di bahas dalam waktu yang relatif lama, memberi kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mendapatkan informasi, mereflesikan gagasan mereka, dan membangun keberanian. Tanpa adanya aplikasi semacam itu, kami berspekulasi bahwa studi mengenai isu publik walau pun dikejar dega keras, bisa diliat abstrak da tidak relevan dengan kehidupan siswa oleh karena siswa hidup dalam sebuah komunitas yang berlimpah isu, studi mereka terhadap kasus seharus nya tidak terpaku pada kasus yang asing dan jauh dari jangkauan mereka, namun sebaik nya merupakan kasus yang di aplikasikan pada dinamika kehidupan mereka dan komunitas di sekitar mereka sehari-hari. Model ini juga mengandaikan kemenangan alasan atas emosi hal-hal yang berkaitan dengan sosisal politik, walau pun strategi ini akan mengiring pada permainan respons-respons emosional siswa.



BAB 14 PENGAJARAN TIDAK TERARAH Pembelajaran sebagai Pusat Model pembelajaran tidak terarah didasarkan pada karya carl rogers ( 1961,1971 ) dan beberapa pegagagas lain yang memberi bimbingan mengenai model ini. Rogers memperluas pandangan nya tentang terapi dalam dunia pendidikan sebagai model mengajaran. Dia percaya bahwa hubungan positif antar sesama manusia memudahkan mereka untuk tumbuh. Sebab itu pulak instruksi yang ada seharus nya di dasarkan pada konseb-konseb mengenai hubungan sesama manusia yang dibanding kan dengan konsep- konsep dalam materi pelajaran. Dalam peran ini guru membantu siswa mengeksplorasi gagasan baru terkait dengan kehidupan, tugas akademik, dan hubungan siswa dengan orang lain. Moddel ini menciptakan sebuah lingkungan yang 29



memudahkan siswa dan guru bekerja sama dalam proses pembelajaran. Model ini juga memudahkan siswa untuk saling berbagi gagasan secara terbuka serta membangun komunikasi yang sehat. ORIENTASI MODEL Ketika menerapkan model pengajaran ini, guru harus berusaha melihat dunia yang ada dalam pikiran siswa, menciptakan atmosfer komunikasi yang sarat dengan empati sehingga arah dan pendirian pribadi siswa dapat di bimbing dan dikembangkan. Hubungan antara siswa dan guru dlam suatu diskusi tak terarah dapat digambarkan dalam kemitraan oleh karena itu, jika siswa melakukan komplain karena mutuh yang rendah dan ketidak mampuan dalam belajar, guru sebaik nya jangan berusaha memecahkan masalah tersebut hanya dengan menjelaskan seni kebiasaan belajar yang baik. Apa yang kalian rasa kan jika kalian tertipu? Tanpa adanya pelepasan dan eksplorasi perasaan perasaan semacam ini, siswa akan menolak saran dan tidak akan bisa melakukan perubahan perilaku. Dengan mengungkapkan perasaan nya, siswa akan mampu melihat masalah seperti yang tampak dalam skenario di awal bab ini, dalam skenario tersebut siswa mulai menyadari bahwa masalah mereka sebenarnya terletak dalam ketakutan nya sendiri, tidak pada kemungkinan adanya. Tujuan utama ini adalah tidak lain membantu siswa melakukan penelitian terhadap wilayah-wilayah yang tergolong dekat dan mudah di jangka. “ kamu melakukan ini karena....” “ mungkin kamu merasa bahwa kamu tidak akan sukses...” “ sepertinya, kamu melakukan tindakan semacam ini pekan lalu karena...” “ kamu berkata pada saya bahwa masalah nya adalah...” Namun, persetujuan ini harus dilakukan secara berkala dan diefisiensi, atau boleh jadi dengan melayangkan hubungan tak terarah pada hubungan tradisional antara guru siswa. Pemikiran di bawah ini mengkin akan sedikit membantu. “ ya, komentar yang sangat bagus dan juga memiliki makna yang sangat baik” “ inilah gagasan yang paling kuat. Bisakah kamu merinci nya lebih jauh lagi “ “ saya kira kamu sudah mengalami kemajuan yang cukup signifikan “ Misalnya pertanyaan “ tidakkah kamu berfikir akan lebih baik jika......” secara langsung menawarkan satu pilohan pada siswa. Usaha untuk menyemangati secara langsung biasanya dapat menguragi kegelisahan yang kasat mata, namun usaha ini tidak terlalu memberikan kontribusi pada proses pemecahan. Masalah MODEL PENGAJARAN Oleh karena itulah untuk menguasai pelajaran tidak terarah, guru harus mempelajari perinsip umum berusaha meningkatkan –sensitivitas sisawa terhadap orang lain, menguasai skill tidak terarah lalu mempraktikan nya dalam interaksi dengan siswa , memberikan respons terhadap siswa, serta mengunakan skill yang telah tergambar dari reporter teknik-teknik konseling tidak terarah. Dia telah menyediakan sebua daftar pengalaman yang disajikan dibawah ini : 30



Materi- materi sumber juga sudah di sedikan, sugesti telah selesai dibuat dan titik yang akan di bidik telah disesuaikan agarbisa digunakan kapan saja dibutuhkan. Untuk menangani masalah kelas, saya meminta tiap-tiap siswa menjelaskan apa saja yang telah di pelajarinya pada saya. Kami akan melakukan evaluasi bersama mengenai perkembangan dan kemajuan mereka untuk menncapai tujuan pada mereka untuk mencapai tujuan pada tiap minggu nya



BAB 15 MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI YANG POSITIF Kepribadian Laki-Laki dan Perempuan, Remaja dan Dewasa



Perbedaan-perbedan individu Dibahas dengan sebuah kerangka yang memudahkan untuk berpikir mengenai perbedaan individu dalam pertumbuhan , khususnya dalam kesiapan untuk berkembang. Ada beberapa cara yang dapat diandalkan dalam perbedaan – perbedaan indvidu, diantaranya adalah telah dikembang dalam membantu kita berpikir mengenai gaya pembelajaran anak – anak. Model ini diterapkan kepada orang dewasa. Beberapa konseptualisasi yang cukup luas mengenai kepribadian yang diterapkan pada perilaku guru sebagai instruktur dan sebagai pembelajar. Teori konseptual secara khusus telah mengadakan penelitian dan telah menjadi prediktor yang bermanfaat bagi guru – murid, gaya – gaya pembelajaran yang ditentukan oleh guru, dan sensitivitas dan respons guru terhadap siswa adalah keterampilan untuk memiliki komptensi dalam menggunakan skill dan strategi pengajaran. Dalam bab ini, adalah sebuah keragka berpikir yang dikembangkan daru penelitian kehidupan seorang guru profesional di pusat penelitian . kerangka kerja ini dikembangkan untuk membing dalam organisasi program pengembangan sumber daya manusia dan usaha pengembangan sekolah. Gabungan beberapa teori dan konsep ini pada awalnya dicetus oleh Abraham Maslow.



Konseb tentang kondisi pertumbuhan Penelitian ini dibuat untuk menciptakan suatu gambaran mengenai kesempatan adanya pertumbuhan yang dialami oleh guru dalam sekolah yang menjadi lingkungannya, kabupaten dan perguruan tinggi. Hal ini disebabkan beberapa hal yang merupakan aspek kehidupan yang mungkin memiliki implikasi terhadap pertumbuhan profesional. Kesempatan – kesempatan untuk berinteraksi secar produktif yang akan membimbing pada pertumbuhan secara teoritis diberikan secara merata dan sama. Sistem pengembangan staf formal, kolega, kiesempatan untuk membaca, menonton film, dan adegan – adegan yang terlibat dalam aktivitas atletis, dan sebagainya. oleh karena itu, perbedaan – perbedaan dalam aktivitas akan menjadi fungsi/ tugas pembawaan pribadi untuk berinteraksi secara produktif dengan lingkungan. Ranah-ranah formal, peer-generated, dan pribadi 



Kesempatan – kesempatan Pengembangan staf Formal



31











Kesempatan ini bergeser dari mereka yang memiliki pengalaman dalam kegiatan yang didanai dan dibutuhkan oleh wilayah serta mereka yang sadar bahwa ada sedikit pilihan, mereka yang sangat aktof, memiliki rancangan untuk perkembangan profesionalitas. Kesempatan tumbuh bersama peer-generated Dalam peembahasan ini mereka yang tidak pernah melakukan diskusi yang baik dengan guru kepada mereka yang memiliki pergaulan cukup dekat, menjalani relasi – relasi pengajaran, dan bergaul dengan orang lain untuk memunculkan inspirasi – inspirasimengenai suatu inovasi atau inisiatif untuk mengembangkan sekolah. Ranah pribadi Dalam kehidupan pibadi, beberapa guru biasa aktif dalam satu atau dua wilayah, sedangkan wilayah lain, mereka sama sekali belum pernah menyentuhnya. Kita menemukan mereka yang jarang membaca dalam surat kabar harian.



Kondisi – kondisi pertumbuhan 



Orientasi – orientasi terhadap lingkungan Inti dari konsep ini adalah tingkatan lingkungan yang dipandang sebagai kesempatan dalam memperoleh pertumbuhan yang memuaskan.oleh karena itu, orang sangat aktif memandang lingkungannya sebagai seperangkat kemungkinan adanya interaksi yang memuaskan. Orang yang sama seali tidak aktif akan meenghabiskan banyak energi untuk melindungi dirinya dari apa yang kurang aktif dan banyak energi untuk melindungi dirinya dari apa yang mereka sebut lingkungan yang menakutkan dan tidak menyenangkan.







Pengaruh sosial Sahabat dekat, dan kolega serta iklim sosial dalam tempat kerja dan kehidupan bertetangga dalam menuju pertumbuhan aktif. Hal ini memberikan dimensi lain dengan lingkungan yang bisa mengembangkan ragam hubungan kolega yang sangat produktif dan berguna bagi pertumbuhan individu. Hal yang menjadi pembahasan dan menitiberatkan adalah tujuan dari pengembangan sistem sumber daya manusia dalam meningkatkan pertumbuhan individu dalam sistem yang secar potensial bagi individu serta organisasi dan memastikan bahwa siswa berupaya memiliki kepribadian yang aktif.



Tingkatan-tingakatan aktivitas  A gourment Omnivore ( Orang mempunyai keinginan yang sangat besar atas sesuatu ) Prototip adalah orang dewasa yang telah menelusuri lingkungan – lingkungan pembelajran dan berhasil mengeksploitasinya. Dalam ranah formal, mereka menyadari kemungkinan untuk tumbuh, mengenali kenjadian – kejadian yang menyimpan banyak kemungkinan dan bekerja untuk menekan potensi pertumbuhan. Prototip kali ini, yakni omnivers, memiliki keluarga yang interaksinya sangat profesional. Mereka belajar dari ionterkasi informal dengan kawan sebayannya. Sekelompok omnivers akan bekerjasama dan mengembangkan inisiatif atau mengembangkannya dalam sekolah.



32



Dalam kehidupan pribadi, prototip omnivor menjadi didefenisikan memiliki tingkat kesadaran tinggi, . omnivor pertama adalah orang yang suka membaca, yang kedua adalah pencandu bioskop, yang ketiga adalalah pemain ski, dan yang keempat adalh pembuat keramik. Oleh karena itu sifat mereka yang proaktif, omnivor yang telah dewasa belajar untuk mencari kesempatan dan menyediakan waktu yang mendarah daging padanya.  A passive consumer ( seorang pemakai yang pasif ) Karakteristik yang membedakan pemakai pasif dalam hal ini adalah keramahan mereka yang kurang terhadap lingkungan dan adanya ketergantungan yang tinggi terhadap konteks soail terdekat. Dengan kata lain, tingkat aktivitas mereka dipengaruhi oleh siapa hidup bersama mereka. Sedangkan di sisi lain, dua pemakai pasif dalam diri mereka sendiri yang aktif ke dalam beberapa aktivitas yang dikembangkan oleh mereka yang cukup rajin. Dikehidupan pribadinya, ciri khas pasif juga tergantung pada teman sebagaya atau pasangannya. Pemakai aktif akan melaksanakan pelatihan menegnai pengajaran mengenai tulis – menulis dengan kelompok belajar omnivor dan mulai mengubah program – program tulis – menulisnya.  A reticent Consumer (pemakai yang segan ) Waluapun pemakai pasif relatif memiliki sikap ramah, namun enggan berinteraksi dengan mereka dan mencoba menghindari aktivitas – aktivitas tindakan lanjut. Oleh karena itu, pemakai yang segan cenderung melihat omnivor sebagai orang yang tidak disenangi. Pemakaian demikian akan menitiberatkan sesuatu yang mereka anggap dapat mencela orang lain, institusi, dan layanan. Dikelompok omivor, mereka melakukan banyak untuk menyumbangkan strategi pengembangan sekolah. Pada kondisi yang normal, mereka belajar memanfaatkan kesempatan yang ada dalam hidupnya.



Struktur konsebtual, konseb diri, dan pertumbuhan 



Perkembangan Konseptual Teroi ini mendeskripsikan manusia menurut struktur konsep yang mereka gunakan untuk mengelola informasi mengenai dunai secara luas. Dalam tingkat perkembangan paling rendah, manusia pada umunya menggunakan sedikit konsep untuk mengelola dunia mereka, memiliki pandangan mengenai hal yang bersifat tabu, dan cenderung emosional dalam menyampaikan pandangan – pandangannya. Mereka cenderung menolak informasi yang tidak sesuai dengankonsep mereka, bahkan mengubahnya agar cocok dengan konsep miliki mereka sendiri. Dalam tingkat perkembangan yang lebih tinggi, orang mengembangkan kemampun yang lebih dalam memadukan informasi barum tidak berpikiran mioi, dan bisa bertoleransi dengan pandangan lain, yang berbeda yang lebih baik. Pengalaman baru lebih banyak ditolerir karena menghasilkan informasi dan gagasan baru.. orang yang telah berada di level pengembangan yang lebih tertinggi tertarik oleh pandangan, bunyi – bunyi, dan aroma yang baru Omnivor berada dalam suatu proses yang terus menerus untuk mencari cara – cara yang lebih produktif untuk megelolah informasi dan menghasilkan struktur konseptual yang komlekas. 33



Keterbukaan mereka terhadap pengalaman – pengalaman mensyaratkan adanya pandangan afirmatif mengenai dunia dan kecanggihan konseptual untuk berhadapan dengan gagasan – gagasan baru yang ditemui. Suatu perubahan untuk menjuju orientasi yang lebih produktif yang melibatkan perubahan struktural dengan kemampuan struktur yang lebih kompleks dalam menganalisi dan kejadian – kejadian dari berbagai sudut pandang dan kemampuan untuk mengasimilasi informasi baru dan mengkomodasikannya. 



Konsep diri Abraham Maslow ( 1962 ) dan Carl Rogers ( 1961 ) meengembangakn rumusan tentang pertumbuhan personal dan fungsinya untuk memimbing proses memahami dan meghadapi perbedaan individu sebagai respon terhadap lingkungan sosial dan fisik. Konsep diri yang kuat harus dibarengi dengan perilaku aktualisasi diri, dalam menuju lingkungan dan percaya diri yang kuat bahwa interaksi yang terjadi akan produktif. Orang yang memiliki perkembangan dalam level rendah merasa meiliki sedikit kompetensi untuk menghadapi lingkungan dan berupaya menerimanya. Sedangkan mereka yang berada dalam level pertumbuhan terendah lebih sulit berhubungan dengan orang di sekeliling mereka. Mereka kurang begitu yakin terhadap kemampuan merekas miliki dalam menghadapi masalah – masalah yang terjadi. mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri akan menerapkan konsep aktualisasi diri.







Memahami pertumbuhan dan Potensi Pertumbuhan Teori ini membantu memahami diri kita, khususnya saat merencanakan dan melaksanakan program beriorientasi perkembangan. Dua hal tersebut membantu kita mengerti alasan mengapa orang – orang merespons apa yang mereka lakukan dan memberikan dasar dalam menciptakan lingkungan yang produktif dari sis materi program maupun orang yang menjadi audien tersebut. David Hopkins ( 1990 ) dan rekannya melaporkan sebuah penelitian yang mereka laksanakan mengenai implementasi kurikulum baru dalam bidang seni yang dilakukan oleh sekelompok guru yang telah bersedia menjadi pelopor. Pada intinya, pemakai yang pasif dan enggan tidak bisa mencapai titik penerapan dalam semua iklim organisasi, iklim yang hanya dimanfaatkan oleh pemakai yang aktif dan omnivor.



Mengembangkan kondisi pertumbuhan yang lebih kaya Kebanyakan orang, kami ingin tumbuh berkembang dan membantu siswa kami mengembangkan orientasi yang lebih kaya untuk tumbuh berkembang. Hal ini sangat berkaitan, sebab pengaruh terhadap iswa adalah apa yang kita peragakan. Oleh karena itu, hal yang penting adalah bahwa kita harus bisa mengapainnya dengan mengembangkan aktivitas – aktivitas linear saat kita menekan dan memaksa diri untuk menjadi kaya dan istimewa dalam hal pengajaran. Kualitas banyak ditentukan oleh apa yang tidak hanya secara biologis, namun secara sosial dan emosional. Dalam aktivitas profesional sebagai guru model yang akan menjadi perangkat untuk mengembangkan aktualisasi diri siswa.



BAB 16 34



BELAJAR CARA BELAJAR DARI PEMBELAJARAN MENGUASAI Pembelajaran menguasai adalah kerangka berpikir dalam merencanakan rangkaian kegiatan instruksional. Pembelajaran dengan model menguasai merupakan metode yang menarik dalam meningkatkan kemungkinan siswa untuk mampu mencapai level performa yang memuaskan. Merancang sistem pembelajaran menguasai ini membutuhkan pengembangan yang hati-hati, tetapi tetap dalam iklim positif, sistem ini secara langsung mendekati beberapa masalah pembelajaran yang mengganggu atau mengusik instruksi yang dijalankan guru. Sistem ini juga menempatkan guru dalam sebuah peran yang mendorong dan membantu siswa seta memiliki pengaruh positif terhadap penghargaan diri siswa itu sendiri. Gagasan teoritis yang paling inti dalam pembelajaran menguasai ini didasarkan pada perspektif Jihn Carroll yang cukuo menarik mengenai makna bakat. Pandangan ini mengisyaratkan sikap optimistis bahwa semua siswa bisa saja menguasai materi yang dipelajarinya selama ada waktu yang cukup yang tersedia dan demikian, bakat kemudian menjadi objek bimbingan utama untuk menentukan seberapa banyak waktu yang dibutuhkan siswa. IPI (individually prescribed instructional program) menggambarkan satuan kurikulum yang dikembangkan dengan cara menerapkan prosedur sistem analisis menjadi perkembangan materi kurikulum. Sistem tersebut dirancang untuk : 1. Memudahkan setiap siswa untuk bekerja sesuai dengan rating mereka melalui unit-unit pelajaran yang ada dalam rangkaian pembelajaran. 2. Mengembangkan level penguasaan yang dimiliki masing-masing siswa. 3. Mengembangkan inisiatif diri dan arah diri dalam pembelajaran. 4. Melatih proses-proses dalam menangani masalah-masalah. 5. Mendorong evaluasi untuk belajar.



BAB 17 INSTRUKSI LANGSUNG Instruksi langsung memainkan peran tang tervatas namun penting dalam program pendidikan yang komprehensif. Model instruksi langsung ini didasarkan pada penelitian mengenai guru yang efektif, model ini tetap memiliki teiru yang bersumber daru kolompok perilaku,khususnya dari pemikiran para psikolog training dan perilaku. Dua tujuan utama daru unstruksi langsung adalah maksimalkan wajtu belajar siswa dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan rujuan pendidikan. Llingkungan instruksi langsung adalah tempat di mana pembelajaran menjadi folus utama dan 35



tempat di mana siswa terlibat dalam tugas-tugas akademik dalam waktu tertentu dan mencapai rating kesuksesan yang tinggi. Iklim social dalam lingkungan ini harus diciptakan secara positif dan bebas dari pengaruh negatif. Model Pengajaran Model instruksi langsung terdiri dari lima tahap aktivitas, yakni: a. Tahap pertama : Orientasi  Guru menentukan materi pembelajaran.  Guru meninjau pelajaran sebelumnya.  Guru menentukan tujuan pembelajaran.  Guru menentukan prosedur pengajaran. b. Tahap kedua : Presentasi  Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru.  Guru menyajikan representasi visual atas tudas yang diberikan.  Guru memastikan pemahaman. c. Tahap Ketiga : Praktik yang Terstruktur.  Guru menentukan kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah.  Siswa merespon pertanyaan.  Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat praktik yang telah benar. d. Praktik di Bawah Bimbingan Guru  Siswa verpraktik secara semi-independen.  Guru menggilir siswa untuk melakukan praktik dan mengamati praktik.  Guru memberikan tanggapan balik berupa pujian, bisikan, maupun petunjuk. e. Tahap kelima : Praktik Mandiri  Siswa melakukan praktik secara mendiri di rumah atau di kelas.  Guru menunda respons balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik.  Praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama. Tujuan guru dalam model ini adalah menyediakan pengetahuan mengenai hasil-hasil membantu siswa mengandalkan diri mereka sendiri, dan melakukan penguatan.



BAB 18 BELAJAR DARI SIMULASI Latihan dan Melatih Diri Sendiri Model Simulasi Struktur 36



Tahap pertama : Orientasi a. Menyajikan topic luad mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi. b. Menjelaskan simulasi dan permainan. c. Menyajikan ikhtisar simulasi. Tahap kedua : Latihan Partisipasi a. Membuat scenario (aturan. Peran, prosedur, skor, tipe keputusan, yang akan dipilih, dan tujuan). b. Menugaskan peran. c. Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat. Tahap ketiga : Pelaksanaan Simulasi a. b. c. d.



Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan. Mendapatkan respons balik dan evaluasi (mengenai oenampilan dan efek keputusan). Menjelaskan kesalahan konsepsi. Melanjutkan simulasi.



Tahap keempat : Wawancara Partisipan a. b. c. d. e.



Mrnyimpulkan kejadian dan persepsi. Menyimpulkan kesulitan dan pendangan-pandangan. Menganalisis proses. Membandingkan aktivitas simulasi dengan materi pelajaran. Menilai dan merancang simulasi kembali.



Sistem Sosial Sistem social disusun oleh guru dengan cara memilih materi dan mengarahkan simulasi. Lingkungan kelas yang interaktif, bagaimanapun, seharusnya menyenangkan dan penuh dengan kerja sama. Guru memiliki peran dalam mengatur simulasi (memerhatikan masalah logistic dan organisasi), menjelaskan permainan, mengujuhkan aturan, melatih (menawarkan nasihat, member bisikan), dan memimpin diskusi wawancara. Peran/Tugas Guru Guru harus memainkan peran suportif, yaitu mengamati dan membantu siswa dalam menghadapi masalah yang muncul. Sistem Pendukung Simulasi membutuhkan sumber daya material yang terstruktur dengan hati-hati, sebagaimana yang telah didiskusikan sebelumnya.



37



BAB 19 GAYA-GAYA PEMBELAJARAN DAN MODEL-MODEL PENGAJARAN Membuat ketidaknyamanan menjadi produktif Asumsi-asumsi mengenai pembelajar a. Enkulturasi Yaitu bahwa siswa telah mengenkulturasi suatu tingkatan tertentu, telah lama melihat bentuk perilaku tertentu, aetefak, dan kognisi yang telah membentuk kebudayaan Amerika. b. Kapasitas intelektual sebagai factor temporal Pendapat ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam kemampuan intelektual baru saja kita bicarakan tadi berarti menunjukkan adanya perbedaan temporal mengenai penguasaan saasaran pembelajaran tertentu. c. Stigmatisasi Asumsi ketiga adanya stigma social berkaitan dengan ketidakmampuan siswa untuk berhubngan dengan lingkungan pendidikan secara produktif. d. Fleksibilitas Asumsi ini berpendaoat bahwa siswa tidak pernah statis. Mereka senantiasa tumbuh dan berkembang serta memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi. Asumsi-asumsi mengenai pembelajaran a. b. c. d.



Lingkungan-lingkungan sebagai ragam budaya Individu dana lingkungan. Lingkungan dapat disesuaikan Lingkungan alternatif dan hasil pemdidikan.



BAB 20 KESETARAAN Gender, Etnis, dan Latar Belakang Sosial-Ekonomi



A. Penelitian Berskala Luas Mengenai Prestasi Data tentang Perbedaan – perbedaan kategorial Perubahan besar dengan perkembangan isu gender menjadi pertanda perubahan – perubahan yang lebih besar muncul. Perbedaan – perbedaan gender bukanlah satu – satunya permasalahan yang mengkahwatirkan. Lulusan Sekolah Tinggi Informasi kelulusan mampu memberikan suplai terhadap efektivitas pendidikan secara umum dalam kategori yang berbeda. Selain itu, kita dapat bertanya apa yang sebenarnya terjadi. dalam skala nasional beberapa lulusan sekolah tinggi tahun – tahun ini 38



belakangan telah mendekati setidaknya 70% dan jumlah siswa wanita yang lulus melebihi jumlah kelulusan siswa pria dalam jangka waktu beberapa tahun. Melek Huruf Misi utama sekolah adalah pengajaran membaca. Hal yang perlu diperhitungkan adalah tingkat kompetensi membaca pada akhir 1,3, dan 5 dimana usaha yang nyata mulai dilakukan. Ada data terpecaya yang menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga siswa sudah mampu meembaca buku yang tergolong rumit. Hampir semua siswa mengalami tingkat kemajuan yang cukup baik secara bertahap. Mereka juga memilikik perangkat yang dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki tanoa harus merasa strees dengan intruksi yang mereka jalani. Beberapa sekolah memiliki staf khusus yang mengajat “ para pembaca pemula yang terlalu tua”. Gender, status sosial ekonomi, dan etnis terlibat dalam masalah melak huruf ini. Departemen Pendidikan AS telah mencoba mengenai masalah pencapaian siwa dengan memberikan ujian- ujian yang berkaitan dengan kurikulum inti, mengambil beberapa sampel siswa dari negara yang berbeda, menganalisis data, mengembangkan reportr yang menyediakan database luas yang dapat membantu memahami dimana posisi yang berkembang lebih cepat dan lebih baik. Gambaran seperti ini diinterprestasikan berdasarkan tujuan – tujuan masa depan. Bahkan penelitian mengenai kurikulum dan pengajaran menunjukkan dengan jelas bahwa kita mengabdikan diri untuk mencapai tujuan serta memanfaatkan segala perangkat dalam mengajari siswa di level luar biasa. Selain itu, kita harus bisa mengajar dengan baik, dengan mengacuhkan status sosial ekonomi siswa dalam proses pembelajaran. Ada perbedaan gender dalam setiap level pendidikan orang tua. Perbedaan etnis dan ras, biasanya tidak seluruhnya terkait dengan level ekonomi yang berkaitan dengan pendidikan orang tua siswa. Perbedaan ini terjadi di semua daerah dan negara. Negara – negara membedakan status sosial, ekonomi, dan etnis yang tergolong sebagai minoritas dibandingkan siswa yang dikategorikan sebagai mayoritas. Perbedaan – perbedaan ini tercemin dari gambaran penilaian untuk negara – negara tersebut. Menulis Penelitian NAEP dalam hal menulis sejajar dengan penelitian mengenai pencapaian dalam hal membaca, dan memberikan informasi yang cukup menarik. Kompetensi dalam membaca dibutuhkan untuk memiliki kompetensi dalam menulis dalam menjamin kompetensi dalam menulis. Gender menunjukkan bahwa siswa wanita melebihi prestasi siswa pria secara substansial. untuk dua jenis kelamin ini, perkembangan kompetensi sama – sama pelan. Dalam hal ini memainkan peran, meskipun tidak terlalu berpengaruh. Namun keadaan ini tidaklah selalu terjadi. kurikulum dan pengajaran lebih akan berpotensi untuk meniadakan gender dan menghilangkan kesenjangan pada latar belakang sosial dan ekonomi. 39



Kajian – kajian sosial Penjelasan dalam dua bidang ini sebagai gambaran daroi penilaian nasional, namun harus memeriksa dan menguji beberapa isu gender. Perbedaan latar sosial dan ekonomi masih menjadi hal yang diperhitungkan dengan sekitar 28 poin dengan level tertinggi, dan level terendah menurut pendidikan orang tua dan 32 poin pada kelas 12. NAEP dalam penelitiannya dari mereka dapatkan dari dua bidang yang sama dan memusatkan perhatian pada bidang geografi. Perbedaan tersebut sangat menarik sebab kemampuan membaca sangat berpontensi memberikan kemudahan dalam semua mata pelajaran yang diujikan. Matematika dan ilmu pengetahuan Pada 1996, penilaian dalam bidang studi sains menunjukkan bahwa perbedaan gender adalah hal yang tidak penting dengan nilai tertinggi skala 4 pada kelas 12. Perbedaan sosial ekonomi yang mengidentifikasikan tingkat pendidikan orang tua dengan nilai skala 23 pada kelas 4,29 pada kelas 8. Dan 26 pada kelas 12. Etnis merupakan faktor yang memperngaruhi kesempatan dalam memperoleh pendidikan. daverport, dim, dank kwak ( 1998 ) menguji siswa yang mendaftar dan memiliki prestasi di atas rata- rata pada sekolah – sekolah besar di distrik.



Interpretasi dan Informasi Tambahan Menunjukkan bahwa suatu negara, tidak bisa menjangkau kesetaraan. Beberpa orang beranggapan bahwa cita – cita menciptakan kedaan yang sarat dengan nilai – nilai persamaan dan kesataraan adalah hal yang tidak mungkin. Beberapa kategori dan menyelidiki permasalahan lebih dalam, yaitu : 1. Status Sosial – Ekonomi Data yang telah dipaparkan membenarkan apa yang terjadi beberapa yang lalu : bahwa perbedaan sosial dan ekonomi meriupakan prediktor kesuksesaan di sekolah – sekolah. Sebuah penelitian populer menyimpulkan bahwa pendidikan dan mata pencharian orang tua sangat mempengaruhi prestasi akademik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan kualitas sekolah terlalu berpengaruh jika dibandingkan dengan pendidikan dan mata pencaaharian orang tua. Sehingga sekolah memiliki prestasi rendah maupun tinggi tidak ditentukan dari kualitas dan kondisi sekolah tersebut. Salah satu menghambat kelancaraan beberapa program diarahkan pada beberapa siswa miskin yang bahwa kondisi lemahnya prestasi yang dialami siswa miskin sejak lama dan mereka secara inheren seringkai di streotipe kan sebagai pembelajaran yang buruk. 2. Etnis, Budayaan, dan Ras Departemen Pendididikan sering mencampur aduk warna kulit, etnis, dan kategori lain dalam sebuah institusi dari latar belakang yang berbeda – beda dalam satu tempat dan 40



satu waktu pada waktu yang sama, data prestasi telah diskusikan mengarisbawahi peran penting dalam bentuk respon – respon terhadap sistem pendidikan secara umun. Beberapa hasil penelitian berdasarkan ukuran rata – rata, yaitu :  Imigran dari britsh yang mampu berbahasa inggris dan berasal dari masyarakat yang kulturanya hampir sama dengan kultur amerika dan memiliki prestaso yang lebih rendah dibandingkan siswa yang berasal dari amerika asli.  Imigran Irlandia, yang bisa berbahasa inggris, memiliki prestasi, yang lebih rendah dibawah prestasi bangsa pribumi  Rata – rata prestasi siswa imigran italia sama dengan level prestasi siswa irlandia.  Rata – rata prestasi siswa imigran jerman benar – benar bisa mengguli prestasi amerika sendiri.  Rata – rata siswa imigran Yahudi/ israel memiliki prestasi yang cukup tinggi. Aspek yang menarik dri penelitian tersebut adalah kecilnya peran yang dimainkan oleh bahasa asli dalam menentukan prestasi kelompok – kelompok etnis. Perbedaan etnis dan bahasa yang dibawa masing – masing siswa dan bercampur satu sama lain akan membuat sekolah sebagai laboratorium yang kaya dan sempurna. 3. Lebih Jauh tentang Gender Prestasi yang dicapai oleh siswa di pembelajaran berskala luas membuka banyak hal yang menakjuban. Perbedaan gender tidak banyak berpengaruh dalam studi sosial , ilmu pengetahuan, dan matematika. Rata – rata akan mempengaruhi lulus dari perguruan tinggi, serta jumlah siswa yang mendaftar pada perguruan tinggi. Perbedaan gender dalam aspek melek huruf harus diperhatikan. Meski demikian, siswa wanita tetap dirugikan, beberapa hal yang memunculkan proses dan hubungan antar kebudayaan, individu dan dunia sekolah. Pendidikan merupakan bagian dari masyarakat, hubungan antara kebudayaan dengan pendidikan merupakan hal Yang penting Pada umumnya. KESEMPATAN PENDIDIKAN Kesempatan yang berharga dalam menunjukkan banyak hal seperti ilmu pengetahuan, sebuah globe yang memperkcil kebudayaan dalam satu dunia yang dapat direngku dalam satu jangkauan. Kekayaan yang memudahkan kita mengajar dengan memanfaatkan keberagaman dan memperkaya manusia dan masyarakat. Teknik pengajaran yang cukup memadai memudahkan untuk menjangkau semua siswa dan memastikan bahwa mereka telah mendapat pendidikan yang semestinya. PASRAH PADA SESUATU ADALAH BAGIAN TERSULIT PERTUMBUHAN, BAIK SECARA SOSIAL MAUPUN INDIVIDU.



DALAM



41



Bagian yang sulit dari perjuangan adalah memberikan gagasan bahwa perbedaan gender, ekonomi, kebudayaan, dan rasial merupakan faktor yang menentukan potensi pendidikan. model pengajaran yangb handal menjangkauan siswa dan menciptakan arena permainan yang lebih banyak, sebab model pengajaran mengajarkan siswa bagaimana belajar dan memiliki fleksibelitas adaptif untuk mengakomodir perbedaan – perbedaan secara produktif yang memafaatkan perbedaan tersebut. Oleh seba b itu, perbedaan adalah hal yang tidak perlu dipermasalahkan. WARNA KULIT DAN ETNIS Prasangka rasial merupakan bagian ideologi masyarakat selama beberapa tahun dan inferioritas yang telah disandikangkan pada orang yang telah memiliki warna kulit dan juga merupakan bagian prasangka. Walaupun semua pakar menolak dugaan bahwa aspek ras adalah hal yang menentukan intelegensi yang sudah sangat berakar kuat dalam masyarakat. Dengan munculnya kenyataan banyak orang dengan kulit yang demikian adalah mereka yang miskin secara ekonomi. Program – program sama dikutip untuk menunjukkan bahwa dengan kurikulum dan pengajaran yang baik, serta iklim sosial yang positif, perbedaan – perbedaan rasial dalam pencapaian prestasi akademik. PERTEMPURAN PUN BERLANJUT Suatu penelitian menunjukkan bahwa derajat generasi mutakhir seperti rodney membutuhkan advokasi yakni, usaha penyertaan dari sekolah dan distrik. Model – model pengajaran buta terhadap warna kulit, gender, etnis, dan sttus soail ekonomi. MENGATASI MASALAH PEMBELAJARAN



SECARA



LANGSUNG



DENGAN



MODEL



1. Perspektif Penelitian ini menggunakan metode pengajaran “ membaca dan meletakkan dasar atas kurikulum yang menjadi teori yang menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan. Menerapkan kurikulum ini mensyaraktakn pengembangan staf yang erorientasi pada penelitian yang berhasil menerapkan kurikulum yang ditentukan oleh upaya pengembangan. 2. Kurikulum Second Chance untuk belajar membaca Di beberapa review berpendapat bahwa kurikulum multidimensi yang beriosi beberapa kompinen untuk membantu dalam mempercepat pertuumbuhan mereka dalam memperoleh penghargaan diri dan menjangkau kesuksesan. Komponen – komponen tersebut menjadi : 1. Pengembangan kosakata, atas kosa kata yang diperoleh dari mendengar/berbicara melalui model induktif kata bergambar 2. Pembaca ekstensif pada tingkat yang telah berkembang 42



3. Pembelajaran mengenai pola kata, yang mencangkup pengenjaan. 4. Pembelajaran mengenai strategi – strategi pemahaman 5. Pembelajaran dilakukan baik opleh guru maupun siswa, sebab karena timgkat kemajuan dan tingkatan kemahiran dalam menulis 3. Metode penelitian/sumber data 4. Hasil/ bukti berdasarkan karakteristik siswa yang mendaftar 5. Pentingnya pendidikan Yang terpenting adalah penelitian mengenai kurikulum untuk para pembaca yang sudah tua dalam mencapai satu tujuan yang dapat merancang kurikulum yang dapat menjangkau siswa dalam memberikan mereka kesempatan untuk tumbuh berkembang pada lebih baik.



BAB 21 MEMBUAT KURIKULUM Suasana-suasana Pembelajaran



A.



Memfalitasi Kelas Pembeloajaran Gagne melakukan analisis mengenai variabel penting dalam proses pembelajaran serta cara mengatur pengajaran untuk memperhitungkan variabel – variabel tersebut. Gagne mengklasifikasi perfoma – performa siswa dalam 6 jenis pembelajaran : 1) Respons spesifik 2) Mata rantai 3) Diskriminasi ganda 4) Klasifikasi 5) Penggunaan aturan 6) Pemecahan masalah



KERAGAMAN PERFORMA Respons spesifik adalah tindakan membuat respons khusus pada sebuah stimulus tertentu. Misalnya, ketika seseorang guru kelas satumemegang dan memperlihatkan sebuah kartu yang bertuliskan anjing, maka siswa akan mengatakan “ Anjing “ . respons spesifik merupakan jensi pemebelajaran yang penting dan merupakan dasar dari seberapa banyak informasi yang dimiliki. Pengunaan aturan adalah kemampuan untuk bertindak dengan acuan pada sebuah konsep yang melahirkan tidakan. Misalnya: dalam pembelajran mengeja kata. Kemudian, mengaplikasikan konsep ini dalam bentuk aturan yang termuat dalam tindakan mengeja itu sendiri. Pada akhirnya pemecahan masalah adalah aplikasi aturan – aturan pada masalah yang tidak pernah dihadapi sebelumnya oleh pembelajar. 43



MEMFALITASI KELAS PEMBELAJARAN Diskriminasi ganda membutuhkan proses belajar yang cukup intensif tentang beberapa mata rantai. Sedangkan klasifikasi dapat membagun dikiriminasi ganda. Aturan – aturan yang diterapkan adalah bentuk – bentuk konsep yang dipelajari melalui klasifikasi dan penguatan hubungan sebab akibat. Sedangkan pemecahan masalah membutuhkan aturan – aturan yang dipelajari sebelumnya. Sebuah stimulus hendaknya disajikan pada siswa dalam kondisi - kondisi yang menarik perhatian siswa dan membujuk mereka memberikan sebuah respons yang berkait dengan penyajian stimulus. Klasifikasi diajarkan dengan menyajikan bebrepa ekspelmar buku yang berbeda serta konsep yang bebeda juga. Siswa mempelajari dasar – dasar konsep untuk membedakan satu sama lain. Model pencapaian konsep dan model berpikir induktif adalah dua model yang sesuai untuk aktivitas dari model – model lain. Penggunaan aturan dapat difasilitasi dengan merangsang siswa untuk memperhatikan sebuah konsep dan mengaplikasikannya dalam beberapa kondisi yang berbeda. Pemecahan masalah dilakukan oleh siswa sendiri., sebab situasi – situasi pemasalahan biasanya sangat unik. Fase ini menyediakan satu unit masalah yang bisa dipecahkan. TUGAS – TUGAS INSTRUKTUR Gagne menekankan bahwa aktivitas pembelajar yang menjadi dan menentukan hasil suatu proses pembelajaran. Fungsi struktur adalah menyediakan kondisi yang menambah kemungkinan siswa memilki peerforma yang khusus dan berciri khas. Instruktur harus menjalankan tugas – tugas instruksional seperti berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Memberitahukan pada siswa mengenai sasaran – sasaran pembelajaran Meningikatkan perhatian siswa Menyajikan stimulus Menentukan rangkaian pembelajaran Mendorong dan membimbing pembelajaran Menyediakan keadaan – keadaan yang membangkitkan performa siswa



Selain itu, instruktur juga mendorong siswa untuk mengeneralisasi apa yang telah dipelajari sehingga konsep yang telah diperoleh dapat ditransfer situasi lain. Untuk membangkitkan performa siswa, guru bisa meminta siswa untuk memberi nama pada tiga presiden kemudian membaca teks materi yang telah dicetak yang menggambarkan kehidupan masing – masing presiden. Gagne menekankan bahwa kita tidak bisa mengontrol semua proses pengajaran, namun bisa meningkatkan kemungkinan bahwa jenis – jenis perilaku yang akan muncul. Paradigma Gagne meningkatkan beberapa prinsip umum yang penting dalam pengajaran: menginformasikan pembeelajar tentang tingkatan sasaran – sasaran yang berusaha diwujudkan, mengajurkan generaslisasi, dan mendorong aplikasi atau penerapan ata apa yang dipelajari.



44



Hiraki yang diciptakan Gagne peenting membantu dalam memilih model yang sesuai untuk beragam sasarn pendidikan. hirarki tersebut mengingatkan kita tanteng beberapa jenis pembelajaran yang dipopulerkan dan haruss diperhatikan yang harus diberikan pada performa – performa dalam proses belajar mengenai topik – topik yang cukup penting. Misalnya,siswa yang menggunakan model berpikir induktif yang mengeksplorasi masalah hubungan internasional akan menyajiikan data, mengelolanya, mengembangkan prinsip untuk mengeksplorasi solusi – solusi pembelajaran. 1. Merencanakan Pembelajaran Pendidikan Global Sebuah kurikulum pendidikan global dapat diterapkan pada sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Misalnya, kita membuat sebuah kurikulum yang cukup rumit akan memberikan kesempatan untuk memikirkan beberapa model dan berkeinginan untuk menggunakan eberapa model tersebut dalamn merangcang aspek instruksional.  Membagun Sarana – Sarana Operasional Beberapa model pengajaran yang bisa membantu mengkarifikasi sasaran – sasaran dan menstransformasikannya menjadi tujuan yang direncanakan, yaitu : 



Kompleksitas Integratif, Perkembangan Kognitif, dan konsep Diri. Kerangka dalam mempelajari pengembangan koggnitif membantu mengeenai jenis – jenis sasaran yang sesuai untuk usia – usia yang berbeda. Siswa yang menyerap informasi akan menemui kesulitan saat memikirkan hal abstrak dalam kebudayaan tersebut. Dan membandingkan beberapa kebudayaan dengan mengambil satu variabel yang konkret dan nyata, misalnya perumahan, gaya keluarga, lapangan pekerjaan, dll. Sudut pandang kelompok – kelompok model pengajaran, yaitu:







Tindakan Kooperatif dan Saling memahami. Kelompok ini menawarkan cara pandang dalam membentuk sebuah komunitas pembelajaran kooperatif dan membantu komunitas secara bersama – sama serta memunculkan pertanyaan – pertanyaan mengenai nilai. Bermain peran menawarkan sebuah perangkat untuk membantu siswa dalam mempelajari nilai mereka sendri sebagai kemajuan dan perkembangan dalam sebuah penelitian. Penelitian hukum : mengajak dalam mendekati isu – isu dengan cara mengklarifikasi isu dan kedudukan nilai yang mendasari beberapa kemungkinan yang beragam.







Mempelajari Informasi dan Konsep, membuat dan menguji Hipotesis. Pengajaran memproses informasi : menetapkan kita pada seperangkat instrumen yang relevan. Pengembangan tersebut akan dibutuhkan untuk mengatur informasi yang cukup banyak, dan berpikir mengenai hubungan akan memunculkan banyak hipotesis untuk diuji oleh siswa. 45



Sinentik : membantu siswa dalam memecahkan hipotesis dalam mengembangkan alternatif terhadap permasalahan umum dan hubungan internasional. Metode link – kata : membantu siswa menguasai istilah – istilah asing, serta beberapa hal lain. 



Aktualisasi Diri dan Arahan Diri. Model – model personal memiliki cara mereka sendiri, maka akan memiliki banyak kesempatan untuk melakukan penelitiann dan akan mendorong siswa untuk tidak mengikuti minat – minat yang datang tiba – tiba pada tingkat perkembangannya, namun untuk memperluas minat – minat ke dalam bidang baru dan menuju pola – pola belajar yang terbaik.



BAB 22 SEDIKIT HAL MENGENAI MASA DEPAN Pendidikan Jarak jauh dan menjemput siswa-siswa yang tertinggal Bidang pendidikan seharusnya memiliki masa depan yang cerah dan menarik. Sekolah haruslah berkembang dengan cepat untuk bisa tumbuh. Kesiapn inisiatif No Child Left Behind (tidak ada siswa yang ketinggalan) yang diprakarsai oleh pemerinah federal tampakya memperluas visi negara federal untuk merangkul model-model pengajaran yang bisa menciptakan suatu perbedaan berarti dalam proses pembelajaran. Sesame street merupakan satu dari sekian banyak programevaluasi pengembangan yang paling berpengaruh sepanjang sejarah pendidikan. Secara virtual, setiap segmen dibangun berdasarkan sasararan intruksional yang telah dievaluasi dalam hal apakah ia telah melindungi perhatian siswa dan apakah sasaran tersebut sudah tercapai. Konsep terbuka sangatlah penting, sebab siswa bisa memiliki kesempatan untuk mendapat pelajaran entah akhirnya dia akan sukses atau gagal. Dibanding menutup satu pintu bagi seorang siswa yang diragukan surat kepercayaannya, siswa lebih baik diberikan kepercayaan untuk membuktikan kemampuan mereka melalui prestasi yang telah dicaapi. Gagasan bahwa siswa seharusnya diberi kesempatan tetapi tetap dievaluasi secara formal merupakan inti dari semua jenis pendidikan jarak jauh. Siswa bisa masuk ke perguruan tinggi negeri dimanapun mereka berada, bahkan sebelum teknologi komputer dan website hadir memberikan kemungkinan-kemungkinan baru sekalipun.



46



Pada hakikatnya semangat yang diberikan pada siswa yang menempuh pendidikan jarak jauhmemang kurang persuasif dibanding semangat yang diberikan di sekolah-sekolah pada umumnya. Namun tujuan pendidikan buakn hanya sekedar berusaha bagaimana siswa bisa mendapatkan lebih banyak pendidikan, meskipun hal ini juga penting. Tujuan yang lebih utama adalah membuat siswa mampu memperoleh pendidikan dengan lebih efektif, yang ha nya akana terjadi jika mereka belajar mengajari dirinya sendiri secara efektif.



1. Buku Pembanding BAB I Mengenal Metode dan Model Pembelajaran



BAGI SEORANG GURU, mengajar adalah aktivitas utama. Oleh karena ifu, ia layak disebut guru, karena ada transfer ilmu kepada siswa. Kata orang bijak, dengan mengajar, ilmu menjadi tegak dan berkembang. Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu tidak akan habis, tetapi justru semakin dinamis, progresif, dan produktif. Di sinilah posisi agungnya seorang guru. Karena itu, sudah menjadi kewajiban guru untuk mempelajari bermacam-macam metode pembelajaran, agar bisa mengajar secara efektif eflsien, dan berkualitas. Pembelajaran menjadi kata kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Bagi seorang guru, mengajar . adalah aktivitas utama. Oleh karena itu, ia Iayak disebut guru, karena ada transfer ilmu kepada siswa. Kata orang bijak, dengan mengajar, ilmu menjadi tegak dan berkembang. Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu tidak akan habis, tetapl justru semakin dlnamis, _ progresif, dan produktlf. Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreétif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian, karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan dah mengembangkan kreativitas anak, sehingga pembelajaran menjadi, namun teta menyenangkan Menurut M. Pirdaus Zarkasi (2009), dalam proses belajar mengajar, guru hams memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar. Belajar mengaiar adalah suatu kegiatan yang bemilaj edukatif. Nilai edukatif mewarnaj interaksi yang teriadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bemilai edukatif 47



dikatenakan kegiatan belajar mengaiar yang dilakukannya, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah Jimmuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya Secata sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.



A. Strategi dasar pembelajaran Secara umum, strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bettindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan strategi belajat mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwuiudan kegiatan belajar mengajar. Ada empat strategi dasar dalam proses belajar mengajar: 1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesikaasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dalam kepribadian anak didik sebagaimana diharapkan. 2. Memilih sistem pendekatan belaiat mengajat betdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. 3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru da_lam menunaikan kegiatan mengajarnya. 4. Menetapkan .norma-norma dan batas minimal keberhasilan, atau kriteria serta standat keberhasilan basilan, sehingga dapat dijadikan pedoman guru dalam melakukan evaluasi basil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya km dijadikan umpan balik untuk menyempumakan siStem intriksional yang bersangkutan secara keseluruhan.



B. Macam-macam metode pembelajaran Dalam pembelajaran terdapat bermacam-macam metode. Berikut ini penjelasan dari beberapa metode tersebut: 1. Metode ceramah



11. Metode jigsaw



2. Metode proyek



12. Metode artikulasi 48



3. Metode eksperimen



13. Metode mind mapping



4. Metode pemberian tugas dan resitasi



14. Metode make and match



5. Metode diskusi



15. Metode think pair and share



6. Metode latihan



16. Metode bertukar pasangan



7. Metode picture



17. Metode snowball throwing



8. Metode numbered head together



18. Metode tebak kata



9. Metode cooperative script



19. Metode keliling kelompok



10. Metode kepala bernomor struktur



20. Metode course review horay



C. Macam-macam model pembelajaran Di samping masalah metode pembelajaran, model pembelajaran juga penting diketahui untuk melengkapi kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa model pembelajaran yang menarik, antara lajn CTL, pendekatan keterampilan proses, dan PAKEM. 1. CTL (Contextual Teaching and Learning) CI'L adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami makna yang ada pada bahan ajar, dengan menghubungkan pelajaran dalam konteks kehidupan sehari-harinya dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan kultural. 2. Pendekatan Keterampilan Proses Pembelajaran



menggunakan



pendekatan



ketcrampilan



proses



mempakan



proses



pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat menemukan faktafakta dan membangun konsepkonsep serta teori-teori, dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah yang dimjliki siswa itu sendiri. a) Dasar-dasar PAKEM:  pengamatan,  ldasifikasi,  komunikasi, 49



 pengukuran,  prediksi, dan  inferensi b) Langkah-langkah terpadu dati pembelajaran PAKEM:  identiflkasi variabel,  susun tabel data,  deskripsi hubungan antarvariabel,  perumusan hipotesis,  definisi hipocesis,  definisi variabel secara operasiorial, serta  eksperimen. 3. Pakem Model pembelajaran selanjutnya adalah pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, yang disingkat dengan PAKEM (joyful learning). Ciriciri model pembelajaran ini adalah: a) multi metode dan multi media. b) praktik dan. beketja dalam satu tim. c) memanfaatkan lingkungan sekitar. d) akukan di dalam dan luar kelas, serta e) multi aspek (logika, praktik, dan etika).



BAB II MEMAHAMI HAKEKAT PAKEM



50



A. Pengertian PAKEM PAKEM adalah sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan betagam untuk mengembangkan keterampilan, sikap, dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara, guru menggunakan berbagai sumbet dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Sedangkan pengertian pendekatan pembelajaran secara tegas, belum ada kesepakatan dari para ahli pendidikan. Namun, beberapa ahli mcncoba menjelaskan tentang pendekatan pembelajaran tcrsebut (intsructional approach) misalnya Gladene Robertson dan Hellmut Lang (1984:5) Menurut mereka, pendekatan pembelajaran dapat dimaknai dalam dua pengertian, yajtu pendekatan pembelajaran sebagai dokumen tecap dan pendekatan pembelajaran -sebagai bahan kajian yang terus berkembang. Berikut pandangan dari para ahli mengenai kegiatan, siswa dan lingkungan belajar active learning yang dipapatkan oleh Missouri Department of Elementary and Secondary Education Missouri Department of Elementary and Secondary. A. Silberman, M (1996), Silberman menggambarkan, saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ideide, memecahkan petmasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari: Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh -semangat, danterlibat secara ptibadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Oleh karena itu,



siswa



hams



mendengar,



melihat,



menjawab



Pertanyaan,



dan



mendiskusikannya dengan orang lain.



B. Glasgow (1996), Glasgow berpendapat bahwa siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajamya sendiri. Mereka mengambil suatu pemn yang lebih dinamis dalam mengemhui, memutuskan, dan melakukan sauatu. Peran mereka semakin luas dalam hal self management. Motivasi diri menjadi suam kekuatan besar yang dimiliki siswa. 51



C. Modelldan Michael (1993), Modell dan Michael menggambarkan suatu lingkungan belajar aktif adalah lingkungan belajat, di mana para siswa secara individu didukung untuk terlibat aktif dalam proses membangun model mentalnya sendiri, dari informasi yang telah mereka peroleh. Masi banyak lagi pendapat ahli seperti diantaranya: D. UC Davis TAC Handbook E. Joel Wein F. Mayer G. Boonwell dan Edison H. Drs. T Taslimuharrom, MP (2008) I. Supriadi J. Kirton



B. Landasan Hukum PAKEM 1. UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 a) Pasal 4: Pendidikan diselenggarakan dengan memberi ketcladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelaiaran. b) Pasal 40: Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinanamis, dan dialogis. 2. PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19 Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenan‘gkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, setta memberikan mang Yang cukup bagi ptakarsa, kteativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.



C. Peran Guru Dan Siswa Dalam PAKEM 52



Dalam PAKEM, aktor utamanya adalah guru dan siswa. Keduanya ada dalam interaksi yang dinamls dan kontekstual. Kalau keduanya pasif dan tidak kreatif maka PAKEM tidak dapat berjalan sesuai dengan koridomya. 1. Gambaran tentang Peran Guru dan Siswa Berikut ini gambaran lengkap mengenai peran guru. dan siswa dalam PAKEM: a) Pembelajaran aktif b) Pembelajaran kreatif c) Pembelajaran efektif d) Pembelajaran menyenangkan



2. Gambaran Peran Guru dan Siswa Mcnurut Abdul Azis Menurut Abdul Azis (2009), pembelajaran yang menggunakan model PAKEM dapat dilihat dad dna sisi yang hampir sama dengan keterangan di atas: a) Dari segi guru dalam pembelajaran b) Dari sisi siswa dalam pembelajaran



D. Proses Pelaksaanan PAKEM Dalam pelaksanaan PAKEM, ada bebempa hal yang harus diperhatikan. Berikut beberapa hal tersebut. 1) Memahami Sifat yang Dimiliki Anak , Pada dasarnya, anak memiliki sifat ingin tahu dan berimajinasi. Anak dcsa, anak kom, anak orang kaya, atau miskin, semua tedahir dengan kedua sifat tersebut. 2) Mengenal Anak secara Perseorangan, Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bewariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM, perbedaan individual tersebut perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. 3) Memanfaatkan Perilaku Anak dalam Pengorganisasian Belajar, Sebagai makhluk sosial, secara alami anak akan bermain secara berpasangan atau berkelompok. Perilaku ini dapat 53



dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat melakukannya secara berpasangan atau dalam kelompok. 4) Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Kemampuan Memecahkan Masalah, Pada dasarnya, hidup ini adalah untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan berpikit kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. 5) Mengembangkan Ruang Kelas sebagai Lingkungan Belajar yang Menarik, Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajang untuk memenuhi ruang kelas. 6) Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar, Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) mempakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belaiar, tetapi juga sebagaj objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. 7) Memberikan Umpan Balik yang Baik untuk Meningkatkan Kegiatan Belajar, Mutu basil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam bclajar. Pemberian umpan balik dad guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa tersebut. 8) Membedakan Aktif Fisik dan Aktif Mental Banyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa tampak sibuk bekeria dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan.



E. Kriteria Penilaian yang Sesuai PAKEM Berikut ini adalah beberapa kriteria penilaian yang sesuai dengan konsep PAKEM. 1. Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model PAKEM adalah penilaian Otentik yang mempakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelaiaran peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajatan telah benar-benar dikuasai dan dicapai. 2. Tujuan penilaian otentik itu senditi adalah untuk:



54



a) menilai kemampuan individual melalui tugas, b) menentukan kebutuhan pembelajaran, c) membantu dan mendorong siswa, d) membantu dan mendorong guru untuk mengajar lebih balk lagi, e) menentukan strategi pembelajaran,



f) akuntabilitas lembaga, dan g) meningkatkan kualitas pendidikan. 3. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non-tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, cek lis, kuesionet, studi kasus, dan portofolio. 4. Dalam pembelajaran, rangkaian penilaian ini seyogianya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian memiliki beberapa kelemahan dan keunggulan.



F. Tujuan Penilaian Pembelajaran Model Pakem Berita ini tujuan dari pembelajaran PAKEM: 1. Menilai kemampuan individual melalui tugas tertentu 2. Menentukan kebutuhan pembelajaran. 3. Membantu dan mendorong siswa. 4. Membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik lagi. 5. Menentukan strategi pembelajaran. 6. Akuntabilitas lembaga. 7. Meningkatkan kualitas pendidikan. G. Merancang dan Melaksanakan Penilaian PAKEM 55



Untuk merancang dan melaksanakan penilaian PAKEM, harus berdasarkan dua hal betikut. 1. Merancang penilaian dilakukan bersamaan dengan merancang pembelaiatan tersebut. Penilaian disesuaikan dengan pendekatan dan metode yang dilaksanakan dalam pembelajaran. 2. Dalam pembelajaran dengan pendekatan model PAKEM, penilaian dirancang sebagaimana dengan penilaian orcntik. Artinya, selama pembelajaran itu berlangsung, gum selain sebagai fasilitator juga melakukan penilaian dengan berbagai alat sesuai dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.



H. Lingkungan Belajar Dalam PAKEM Lingkungan belajar mempunyai peran besar dalam menggerakkan kesadaran belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang berlangsung. Menciptakan lingkungan belajar bukan persoalan mudah, karena menarik minat bela'ar seseoran adala ' sulit. Dibutuhkan sentuhan kreativitas, Progresivitas dan seni yang tinggi.



I. Kelemahan PAKEM PAKEM menuntut seorang gurur untuk akitf dan kreatif dalam mengembangkan ilmu dan wawasannya, sehingga mampu memberikan inspirasi dan motivsi siswa untuk belajar dan mengembangkan kretaifitasnya. Apabila guru pasif, maka tujuan PAKEM tidak akan tercapai. Kelemahan lainnya adalah program ini mengharuskan seorang guru untuk berperan akitf, proaktif, dan kreatif dalam mencari dan merancang media / bahan ajar alternatif yang mudah, murah, sederhana, namun tetap relevan dengan tema peljaran yang sedang di pelajari. Perlu dipelajari bahwa tugas dan tanggung jawab utama bagi guru dalam paradigma baru pendidikan bukan “membuat siswa belajat” tetapi “membuat siswa mau belajar “dan bukan “mengajarkan mata pelajaran“ tetapi “mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran”.



BAB III 56



PRINSIP PAKEM



Pelaksanaan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, sekurang-kurangnya ada empat komponen acau prinsip yang dapat diidentifikasi, yaitu mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi. 1) Mengalami Hal mengalami, siswa belajar banyak melalui berbuat dan pengalaman langsung dengan mengaktifkan banyak indra. Beberapa contoh dari prinsip mengalami ini adalah melakukan pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara, dan penggunaan alat peraga. 2) Interaksi Interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru perlu untuk selalu dijaga agar mempermudah dalam membangun makna. Dengan interaksi, pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik, kesalahan makna berpeluang terkoreksi, makna yang terbangun semakin mantap, dan kualitas hasil belajar meningkat. Prinsip interaksi memberikan peluang pada untuk berekspresi dan berartikulasi sesuai kemampuan masing-masing. Potensi mereka akan berkembang karena aktualisasi dinamis yang terus dikembangkan. 3) Komunikasi Komunikasi dapat dianikan sebagai cara menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi saja belum cukup jika tidak dilengkapi dengan komunikasi yang baik, karena interaksi akan lebih bermakna jika interaksi itu komunikatif. Makna yang terkomunikasikan kepada orang lain secara terbuka memungkinkan untuk mendapat tanggapan. 4) Refleksi Refleksi bcrarti memikirkan kembali apa yang diperbuat/dipikirkan. Melalui refleksi kita dapat mengetahui efektivitas pembelaiaran yang sudah berlangsung. Refleksi dapat memberikan peluapgg untuk memunculkan gagasan baru yang bermanfaat dalam perbaikan makna hasil pembelajaran. Dengan refleksi, kesalahah dapat dihindari sehingga tidak temlang lagi.



57



Prinsip refleksi ini iuga dapat dijadikan sebagai wahana evalua’si dari strategi yang telah diterapkan dan hasil yang didapatkan. Dari refleksi ini akan diketahui kelemahan dan kelebihan atau efektif dan tidaknya suatu jenis pembelajaran. BAB IV METODOLOGI PAKEM



A. Mendorong Siswa untuk Menghafalkan Hafalan mempunyai pengaruh besar terhadap keilmuan seseorang. Orang yang hafal mempunyai kekuatan untuk memperdalam pemahaman dan mengembangkan pemikiran secara lebih luas. Dengan menghafal pelajaran, seseorang bisa langsung menarik kembali ilmu setiap saat, di mana pun dan kapan pun. Siswa yang hafal dapat menangkap dengan cepat pelajaran yang diajarkan, apalagi kalau hubungannya dengan teori matematika, IPA, bahasa Inggris, dan sebagainya. Aspek hafalan memegang peranan penting untuk mengendapkan ilmu dan mengkristalkannya dalam pikiran dan bati, kemudian meningkatkannya secara akseleratif dan massif.



B. Menekankan Siswa untuk Bertanya Setelah aspek hafalan sudah kuat, pekerjaan selaniutnya adalah melatih siswa untuk berpikir kritis, yaitu dengan banyak bertanya kepada guru. Berpikir kritis berarti mempertanyakan sesuatu yang belum jelas, sesuatu yang belum diterangkan, dan sesuatu yang masih menjadi bahan perdebatan sengit. Anak-anak sekaran g ini terlalu banyak disuguhi ilmu pengetahuan, tanpa ada celah untuk mengolah dan menyempurnakannya. Bertanya bisa menjadi sarana efektif untuk mengetes daya kritis siswa . C. Memulai Diskusi lnteraktif Diskusi menjadi tahapan berikutnya. Pada tahapan ini anak berlatih untuk berpikir analisis dan solutif. Ia akan, mengamati faktor yang tidak kelihatan dari suatu masalah dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, kemudian menawarkan solusi persoalan dengan ide-ide cerdas, visioner, dan aplikatif. 58



Kata ulama, diskusi satu jam lebih utama daripada belajar satu bulan. Dalam diskusi, scseorang dapat menyerap pemikiran, ide, gagasan, dan silang pendapat dari peserta lain yang hadit. Ia tidak hanya mendapatkan ilmu dari yang dipelajarinya, tapi iuga dari temantemannya. Maka wajar, kalau diskusi satu jam lebih utama dalam pengertian lebih efektif dari pada belajar satu bulan.



D. Mengajak Siswa Belajar di Luar Kelas Untuk penyegaran (refreshing), siswa diajak jalan-jalan ke luar kelas, misalkan ke halaman dengan mengamati fenomena sosial dan mendiskusikannya bersama. Lebih efektif lagi, siswa diajak ke perpustakaan yang lebih lengkap koleksi buku, koran, dan majalahnya, misalnya perpustakaan pemerintah daerah, perpustakaan' kampus, dan sebagainya. Dengan pembelajaran seperti ini, siswa menjadi sadar bahwa ilmu yang selama ini meteka miliki masih sangat sedikit. Di luar sana ada jutaan pengetahuan yang belum dipelajari. Hal ini semakin menantang mereka untuk belajar lebih serius, semangat, dan menantang.



E. Mengembangkan Kreativitas Siswa Hidup di era kompetisi ketat sekarang ini membutuhkan ide-ide kreatif untuk tampil sebagai pemenang. Salah satu ciri PAKEM adalah kreativitas. Oleh karena itu, guru hams mendorong kreativitas anak didik agar dapat berkembang dengan cepat. Tanpa kreativitas yang terlatih dan mewarnai kehidupan seseorang setiap saat, ia akan terpental dari ketatnya petsaingan dan tajamnya perbedaan yang muncul. Sayangnya, aspek kreativitas ini tidak mendapat perhatian serius dari sekolah.



Menurut Anies (2008), proses pendidikan kita saat ini terlalu mementingkan aspek kognitifdan mengabaikan kteativitas. Proses pengajaran di sekolah lebih mementingkan target pencapaian kurikulum dibandingkan penghayatan isi kurikulum secara imajinatif dan kreatif. F. Melatih Penelitian Penelitian melatih anak didik agar termotivasi untuk mengetahui hal-hal yang belum terpikirkan. Pada pelajaran IPA, guru bisa mendorong anak-anak untuk meneliti objek yang 59



menjadi materi pelajarannya. Terjun langsung sebagai peneliti dengan bekal metodologi yang mantap, membuat anak didik masuk dalam ruang laboratorium dengan kepercayaan diri dan keyakinan yang tinggi bahwa mereka mampu memecahkan masalah yang akad timbul. Penulis mendapat pengalaman berharga ketika studi banding ke Daar El-Qalam, Tangerang, di mana anak-anak dilatih untuk meneliti dengan cermat. Mereka aktif melakukan penelitian dan berani mendemonstrasikannya. Dalam penelitian ini, guru seyogianya menerapkan pendekatan objektif, sehingga hasilnya memuaskan dan maksimal. Menurut Dr. Deddy Mulyana, MA. (2004), pendekatan objektif atau pendekatan ilmiah (scientific) diterapkan dalam penelitian yang sistematik, tetkontrol, empiris, dan kritis, atas dasar hipotesis yang dimunculkan tentang hubungan antara fenomena alam satu dengan yang lainnya. Pendekatan ini memandang bahwa kebenaran dapat ditemukan bila kita clapat menyingkirkan campur tangan manusia ketika melakukan penelitian. Bukti-bukti dipilih bukan karena hal itu mendukung keinginan ilmuwan atau penguasa, melainkan karena temuan itu dapat diuji dan diverifikasi oleh peneliti lain.



G. Mengadakan Studi Banding Studi banding ke lembaga-lembaga bergengsi akan meningkatkan kepercayaan yang tinggi dalam diri siswa. Selain berekreasi dan Wisata ke tempat-tempat yang menarik, Studi banding membuat pemahaman seseorang terhadap sesuatu menjadi komprehensif dan kaya makna. Dengan mengajak siswa studi banding ke sebuah lembaga yang berkualitas, akan membuat semangat belajar mereka menjadi meningkat. Mefeka akan melihat sejauh mana kemampuannya selama ini dan bagaimana mengembangkannya secara maksimal.



H. Melatih Jumalistik



60



Jumalistik atau segala sesuatu ymg bcrhubungan dengan dunia tulis menulis bisa menjadi ajang efektif bagi guru untuk menggali dan mengcmbangkan potensi anak didik. Dan, PAKEM dapat dikembangkan dengan metodologi ini. Penulis mengalami sendiri hal ini di Madrasah Tsanawiyah Luthful Ulum Wonokerto, Pasucen, Trangkil, Pati. Di sana, siswa dilatih untuk menulis secara bebas, baik puisi, pantun, cerpen (cerita pendek), opini, resensi, berita, dan sebagainya. Sebelum itu, mereka diberi pelatihan intensif tentang hal-hal yang berkaitan dengan jurnalistik.



BAB V PERAN GURU DALAM PAKEM A. Prinsip utama desain pembelajaran Dalam pembahasan tentang teori-teori belajar kognitif dan teori pemrosesan informasi serta teori komunikasi , dapat dikembangkan lima prinsip utama desain pembelajaran. Kelima prinsip ini dijadikan pedoman dalam kegiatan pembelajaran 1. Prinsip kesiapan dan motivasi Prinsip ini mengatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, siswa yang memilki kesiapan, seperti kesiapan mental fisik, dan motivasi tinggi, hasil belajranya yang lebih baik. 2. Prinsip penggunaan alat pemusat perhatian Prinsip ini mengatakan bahwa jika dalam proses belajar perhatian siswa terpusat pada pesan yang dipelajari, maka proses dan hasil belajar akan semakin baik. Cara-cara yang dapat digunakan untuk mengarahakan perhatian siswa. a. Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman atau kehidupan siswa b. Menggunakan alat pemusat perhatian c. Menghubungkan pesan pembelajaran yang sedang dipelajari dengan topik-topik yang sudah dipelajari. 3. Prinsip partisifasi aktif siswa Prinsip ini meliputi aktivitas, kegiatan, atau proses mental, emosional, maupun fisik. Contoh aktivitas mental adalah mengidentifikasi,membandingkan, menganalisis, dan sebagainya.sedangkan aktivitas emosional adalah semangat, sikap positif belajar motivasi kesenangan dan lainnya. 4. Prinsip umpan balik Umpan balik adalah informasi yang diberikan kepada siswa mengenai keberhasilan atau kekurangan nya dalam belajar.upaya yang dapat dapat dilakukan oleh guru dalam memberikan umpan balik diantaranya dengan memberikan soal atau pertanyaan kepada siswa, kemudian memberitahukan apakah tugas yang dikerjakan sudah benar. Kembalikan pekerjaan siswa yang telah dikoreksi, dinilai, atau diberi komentar/catatan oleh guru. 61



5. Prinsip pengulangan Proses penguasaan materi pembelajaran atau keterampilan tertentu memang memerlukan pengulangan. Tidak adanya pengulangan melibatkan informasi atau pesan pembelajaran tidak bertahan dengan lama dalam ingatan, dan informasi tersebut mudah dilupakan. B. PERAN GURU 1. Peran guru harus dimainkan guru Ada banyak peran yang harus dimainkan guru dalam proses pembelajaran. Peranperan tersebut adalah sebagai berikut : a. Caregiver (pembingbing) Predikat sebagai pembingbing bukanlah hal yang mudah. Predikat ini erat sekali kaitannya dengan praktik keseharian. b. Model (contoh) Gerak gerik guru sebenarnya selalu diperhatikan oleh setiap siswa,. Tindak tanduk, prilaku, bahkan gaya guru mengajar pun akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa c. Mentor(penasihat) Adanya hubungan batin atau emosional antara siswa dan gurunya, menyebabkan guru harus berperan sebagai penasihat(mentor). 2. Sifat-sifat yang harus dimiliki guru Ada beberapa sifat yang harus dimilki oleh guru, jika ingin Pendidikan kita sukses. Sifat-sifat guru tersebut antara lain : a. Memahami perannya sendiri b. Tulus c. Bangga dan puas saat melihat anak didiknya sukses d. Sabar dan tekun e. Selalu belajar f. Ada panggilan untuk mendidik g. Kerja keras dan sebagainya C. CIRI GURU YANG MENERAPKAN PAKEM Guru yang konsisten menerapkan pakem mempunyai enam ciri sebagai berikut 1. Punya keterampilan interpersonal dan keterampilan professional. 2. Memberikan siswa pekerjaan dan mempercayakan mereka untuk melakukannya. 3. Terbuka dan kolaboratif, tetapi tetap melakukan intervensi bila diperlukan. 4. Mudah ditemui dan diajak bicara 5. Mempunyai perspektif kedepan. 6. Guru yang baik juga seorang manusia yang baik. Enam ciri diatas menjadi indicator kesuksesan guru dalam menerapkan pembelajaran aktif, kratif, efektif, dan menyenangkan. D. KIAT GURU DIKELAS Bagaimanakah seharusnya seorang guru menerapkan pakem di kelas? Kiat-kiat ini bisa dipertimbangkan untuk diperaktikan. 1. Menjadi inspirator 2. Menjadi motivator 3. Menjadi fasilitator 62



4. Menjadi dinamisator 5. Menjadi konselor Lima peran guru diatas terasa sangat vital. Jika guru konsisten melakukan kelima peran tersebut, maka akan terjadi lompatan potensi dan prestasi yang luar biasa pada siswa. Melaksanakan peran diatas adalah sebuah perjuangan yang akan menjumpai banyak rintangan dan kendala oleh karena itu seyogianya guru harus siap kendala yang akan menghadang. Kesigapan dan kelincahan guru dalam menghadapi berbagai kendala tersebut akan menjadi sumber inspirasi dan motivasi anak didik dalam mengejar cita-citanya di kehidupan ini.



BAB VI PERAN KOMITE SEKOLAH, MASYARAKAT, DAN ORANG TUA SISWA DALAM PAKEM A. KOMITE SEKOLAH Berikut ini beberapa langkah yang harus dilakukan oleh komite sekolah dalam rangka menyukseskan PAKEM. 1. Menggalang dana Yang pertama paling mendesak dilakukan oleh komite sekolah adalah menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan PAKEM. 2. Menerapkan manajemen terbuka, partisipatif, dan akuntabel Komite sekolah harus berani mendorong sekolah untuk menerapkan manajemen terbuka, partisipatif, dan akuntabel, karena hal inilah yang akan menjadi penilaian masyarakat. 3. Mengawasi jalannya PAKEM Komite sekolah harus berani mengawasi jalannya PAKEM. Tidak hanya memberikan sumbangan finansial, komite juga harus aktif memonitoring jalannya PAKEM secara kritis, proaktif,dan analitis. B. MASYARAKAT Masyarakat sebagai orang yang sangat merasakan hasil Pendidikan sekolah,seyogianya ikut aktif berpartisifasi dalam PAKEM. Apabila kemapuan dan keterampilan anak didik berkembang, masyarkat lah yang akan merasakan manfaatnya. C. ORANG TUA Orang tua atau wali siswa mempunyai peran vital dalam PAKEM. Orang tua mempunyai peran besar dalam membangkitkan semangat belajar anak,karena anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dari pada disekolah.



BAB VII KENDALA APLIKASI PAKEM A. SDM GURU Menerapkan PAKEM membutuhkan karakter guru kreatif, yang mampu mencari celah tengah keterbatasan,kepenatan, dan kejauhan siswa. Guru kretatif mampu menyegarkan 63



B.



C.



D.



E.



suasana, membangkitkan semangat, dan memompa potensi siswa. Guru kratif mampu menyuguhkan variasi pendekatan strategi yang dinamis, kontekstual, dan produktif. Sepanjang guru masih bermental dan berkarakter semacam ini, maka pembaruan apapun yang dilakukan, tidak banyak manfaatnya dalam dinamisasi potensi anak didik. SISWA PASIF PAKEM membutuhkan mentalitas siswa yang aktif, kritis, analistis, dan responsive. Dengan mentalitas seperti ini, pembelajaran akan berjalan dengan gayeng, berkualitas, dan penuh makna. Siswa semakin kaya akan pengetahuan, wacana, dan informasi. Kedewasaan dan kematangan akan tumbuh dalam berdiskusi. Namun mayoritas siswa di negeri ini masih termasuk kategori pasif. Mereka belum terbiasa untuk bertanya, berdiskusi, dan berdebat. SARANA DAN PRASARAN PAKEM membutuhkan sarana prasarana yang representative. Misalnya, ketika guru ingin diruang diskusi yang berkualitas dan dipenuhi berbagai koleksi buku perpustakaan, maka dibutuhkan perpustakaan yang menyediakan ruang diskusi. Ketika guru ingin diskusi di ruang bebas yang sejuk dan indah, maka dibutuhkan lokasi yang penuhi hijau-kehijauan yang indah dan ada taman yang kondusif. Ketika guru ingin memperaktikkan dialog pengembangan Bahasa asing, maka dibutuhkan laboratorium Bahasa, dan sebagainya. LEMAHNYA PENGAWASAN Guru membutuhkan pengawasan dalam pengajarannya. Dalam aplikasi PAKEM, pengawasan harus lebih ditingkatkan. Dengan adanya pengawasan langsung, guru akan terdorong untuk menerapkan PAKEM dengan baik. Secara administrative proses pengawasan akan berjalan, secara sosial keteladanan menjadi kata kunci .kedisiplinan dalam memberikan keteladanan dan pengawasan administrative akan saling menunjang dalam mengaplikasikan PAKEM. MANAJEMEN KURANG MENDUKUNG Manajemen terbuka dan demokratis menjadi tempat subur tersemainya wacana kritis, analitis,, dan solutif. Manajemen sekolah yang teransparan dan akuntabel akan mendorong guru untuk aktif melakukan penelitian, eksperimentasi, dan pengembangan terus- menerus. BAB VIII TUJUH TIPS EFEKTIF APLIKASI PAKEM



A. MEMPRIORITASKAN PELATIHAN GURU Ujang tombak PAKEM adalah guru. Ditengah gurulah terletak efektif tidaknya PAKEM. Oleh sebab it, langkah yang pertama dan utama untuk menyesuaikan program ini adalah mengadakan pelatihan guru secara intensif dan ekstensif. Pelatihan guru ini lebih baik mendatangkan trainer yang professional dalam bidang PAKEM, sehingga hasilnya memuaskan secara teori dan parktik. Pelatihan ini membutuhkan pertencanaan yang matang, sehingga tidak menggangu proses kegiatan mengajar harian. Strategi yang biasanya digunakan adalah dengan cara bertahap, misalnya dalam sekali pelatihan ada lima atau sepuluh guru yang ikut, dan begitu seterusnya samapi semua guru mengikutinya. B. OPTIMILISASI MICROTEACHING 64



C.



D.



E.



F.



Microteaching menjadi terobosan progredif dalam pengajaran. Microteaching ini bisa dijadikan alternative eksperimentasi PAKEM. Microteaching sering diajadikan sarana untuk mengetahui kemampuan mengajar calon guru, sehingga sangat bermanfaat untuk mematangkan kemampuan guru. MENCOBA TEAMTEACHING Ada kelebihan dan kekurangannya dalam melakukan teamteaching ini. Di satu sisi, siswa akan mendapatkan pengalaman, ilmu, dan wawasan yang berbeda sehingga kaya wacana.namun disis lain apa bilas salah satu guru tidak masuk, maka penyampaian materi tidak akan maksimal karena satu guru tidak cukup untuk melakuakan system ini. MENERAPKAN MOVING CLASS Siswa perlu suasana, tempat, dan kondisi yang baru sehingga tidak jenuh. Disini lah pentingnya menerapkan teori moving class. Namun, sebelum diterapkan lebih baik ad akelas percontohan untuk uji coba agar diketahui efektivitas dan terobosan ini . moving class adalah system pembelajaran dimana siswa harus berpindah-pindah kelas, sesuai pelajaran yang diajarkannya. BERLATIH MEMBUAT ICE BREAKER Salah satu ciri PAKEM adalah menyenangkan. Belajar identic dengan mengerutkan dahi, sehingga anak-anak tidak mau berlama belajar.salah satu solusinya adalah guru berlatih membuat ice breaker (pemecah kebekuan) agar suasana menjadi cair,humoris, dan tidak tegang. MEMBUAT DIKTAT PRAKTIS Masing-masing guru bidang studi, seyogianya mempunyai buku diktat sendiri untuk materi yang diampu sebagai indicator profesionalitas dan kopetensi dan keilmuannya. SEDIKIT BICARA BANYAK DIAMNYA Guru yang baik adalah guru yang sedikit bicara banyak diammnya, sedangkan siswa yang baik adalah banyak bicara, sedikit diamnya. Demikian statemen salah seorang guru penulis di jombang dalam salah satu acara.



Tujuh tips efektif ini akan memudahkan guru dalam mengaplikasikan PAKEM. Namun, tetap harus disertai semangat membara, kesungguhan dalam mengabdikan diri, dan terus menerus dan memperbaiki kesalahan menuju tercpainya cita-cita besar kedepan. Jangan sampai gagap dengan perubahan akibat revolusi pengetahuan dan teknologi BAB II PEMBAHASAN A. Kelebihan Isi Buku  Buku Utama : 1. Di buku ini , ada suatu scenario yang kemudian penyelesaian/cara menyikapinya dibahas pula sehingga melatih kita untuk berpikir berdasarkan masalah yang ada. Hal ini berguna agar penyelesaian masalah dapat diselesaikan secara tuntas. 2. Lebih untuk mengajarkan kita untuk lebih bagaimana berfikir yang lebih tinggi 3. Dan buku ini dapat dijadikan untuk bahan belajar 65



 Buku Pembanding : 1. Dalam buku ini, membahas tentang mengenal metode pempebajaran dan tips-tips aplikasi dalam PAKEM 2. Ada juga pembahasan bagaimana seorang guru yang baik dapat menguasai PAKEM 3. Buku ini juga lengkap dan enak di baca karena isinnya singkat



B. Kelemahan Isi Buku  Buku Utama : 1. Memiliki kata yang berbelit-belit saat membacanya dan menjadi bingung untuk meringkasnya 2. Buku ini juga terlalu tebal jadi para pembaca tidak suka membacanya  Buku Pembanding : 1. Buku ini memiliki teori sekolah-sekolah yang sudah lama diterapkan



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Dimana pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, dan terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, strategi



66



pembelajaran di artikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.



Sehingga dengan Critical Book Report ini menjadi referensi yang didapat dari dua buku mengenai model pembelajaran yang beragam. Karena seorang guru harus menerapkan model pembelajaran yang terbaik untuk muridnya. B. SARAN Dengan Critical Book Report ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam mengkritisi buku , perlu namanya sikap kritis dan keseriusan dalam memahami setiap buku. Selain itu, saat melakukan tugas ini diharapkan tidak terfokus pada meringkas materi saja, melainkan memahami materi.



DAFTAR PUSTAKA Joyce, Bruce; Weil, Marsha; dan Calhoun, Emily. 2019. Models of Teaching Model-Model Pengajaran. Pustaka Belajar. Jamal Ma’mur Asmani . 2012. 7 Tips Aplikasi PAKEM Yogyakarta. Diva press.



67