Studi Kasus Proposal Revisi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL STUDI KASUS



PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)



LESTARI NINGSIH NIM. 22221067



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2021/2022



PROPOSAL STUDI KASUS



PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH PADA ANAK DEMAM USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners



LESTARI NINGSIH NIM. 22221067



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI NERS INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2021/2022



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan studi kasus yang judul “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun)”. Penulisan studi kasus ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Profesi Ners di Institut Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dalam penyusunan studi kasus ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan Ilmu pengetahuan, pengalaman serta kekhilafan yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan studi kasus dimasa yang akan datang. Penyusunan studi kasus tidak akan terlaksana tanpa bimbingan, pengarahan, bantuan serta saran dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapkan terima kasih kepada : 1.



Bapak Heri Shatriadi, CP., M.Kes selaku Rektor IKesT Muhammadiyah Palembang.



2.



Ibu Maya Fadillah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan



3.



Bapak Yudi Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.



4.



Ibu Marwan Riki Ginanjar, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan serta motivasi dalam penyusunan studi kasus ini.



5.



Bapak Sri Tirtayanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pemimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan serta motivasi dalam penyusunan studi kasus ini.



6.



Bapak Sukron, S.Kep., Ns., MNS selaku Penguji I yang telah memberikan arahan, masukan dalam penyusunan studi kasus ini.



7.



Para dosen dan Staf Institut Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang.



iii



8.



Untuk Keluarga Besar Profesi Ners terima kasih yang sudah menjadi saksi dan perjalanan hidup sebagai mahasiswa selama 1 tahun kuliah, terimakasih untuk kebersamaannya. Semoga kita tetap menjalin silaturahmi baik dekat maupun jauh. Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala membalas dan melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Akhirnya semoga Studi kasus ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.



Palembang, Januari 2021



Lestari Ningsih NIM. 22221067



iv



DAFTAR ISI



Halaman HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i HALAMAN JUDUL .........................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................iii KATA PENGANTAR .......................................................................................iv DAFTAR ISI ......................................................................................................v DAFTAR TABEL .............................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................................ C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................................... D. Manfaat Studi Kasus .................................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Anak Usia Sekolah 1. Pengertian Anak Usia Sekolah ................................................................ 2. Karakteristik Anak Usia Sekolah ............................................................ 3. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah .................................................................... 4. Tugas Anak Usia Sekolah ....................................................................... 5. Kecukupan Gizi Anak Usia Sekolah ....................................................... B. Konsep Demam 1. Pengertian Demam .................................................................................. 2. Etiologi Demam ...................................................................................... 3. Klasifikasi Demam .................................................................................. 4. Patofisiologis Demam ............................................................................. 5. Manifestasi Klinis Demam ...................................................................... 6. Komplikasi Demam................................................................................. 7. Penatalaksanaan Demam ......................................................................... 8. Asuhan Keperawatan Anak Demam ....................................................... C. Konsep Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat 1. Pengertian Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat ............................. 2. Manfaat Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat ................................. 3. SOP Terapi Rendam Kaki Air Hangat .................................................... D. Konsep Intervensi dan Telaah Jurnal 1. Pertanyaan klinis ..................................................................................... 2. Kata Kunci (Keyword) ............................................................................ 3. Kriteria .................................................................................................... 4. Searching literature (Journal) ..................................................................



v



BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain .......................................................................................................... B. Subjek Studi Kasus ..................................................................................... C. Lokasi dan Waktu ........................................................................................ D. Fokus Studi Kasus ........................................................................................ E. Definisi Operasional .................................................................................... F. Instrumen .................................................................................................... G. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... H. Etika Studi Kasus ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ LAMPIRAN .......................................................................................................



vi



DAFTAR TABLE



Halaman Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel ..................................................................... Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA ...................................................... Tabel 3.1 Definisi Operasional ...........................................................................



vii



DAFTAR LAMPIRAN



Halaman Lampiran 1: Lembar Bimbingan Ujian Proposal ..............................................



viii



1



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Anak usia 6-12 tahun adalah usia yang rentan terhadap infeksi, karena pada usia ini anak mulai bersekolah dan berinteraksi dengan anak lain. Perubahan suhu tubuh merupakan salah satu bentuk reaksi tubuh terhadap proses infeksi yang harus ditangani dengan tepat agar tidak membahayakan anak. (Afrah et al, 2017). Salah satu bentuk perubahan tubuh yang sering dialami anak usia sekolah 6-12 tahun adalah demam. Demam merupakan bentuk reaksi atau proses alami tubuh terhadap bakteri, virus atau bakteri sebagai bukti tubuh melawan infeksi (Wilbert, 2018). Demam sering terjadi pada anak yang mengalami pneumonia, bronchitis, tuberculosis, demam tipoid, demam berdarah, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih (Hermayudi & Ariani, 2017). Berdasarkan data World Health Organization 2020 demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di negara maju. 4,5 Di Amerika Serikat dan Eropa prevalensi demam berkisar 2-5%. Dengan angka kejadian demam sederhana sekitar 70-75%, kejang kompleks 20-25% dan sekitar 5% demam simptomatik. Di Asia prevalensi demam meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika Serikat. World Health Organization memperkirakan jumlah kasus demam di seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600 ribu kematian tiap tahunnya. Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita demam (Setyowati dalam Wardiyah, 2018). Di Indonesia dilaporkan bahwa angka kejadian kejang demam 3-5% dari anak yang berusia 6 bulan–5 pada tahun 2018-2019. angka tersebut terus bertambah menjadi 6% pada tahun 2019 (Sulystowati, 2019). Di sumatra selatan persentase penderita demam ditahun 2019 mencapai 2.815 kasus (IR sebesar 33/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 16 kematian (CFR 0,57) (LKjlP Dinkes prov.sumsel, 2021). Demam pada anak



2



dapat dilakukan dengan cara terapi non farmakologi dan farmakologi. Terapi farmakologi dapat diberikan obat antipiretik dan non farmakologi dapat dilakukan dengan cara kompres hangat, tepid water sponge (teknik seka), terapi cairan dengan memperbanyak minum, tidak menggunakan pakaian tebal, berada dalam ruangan bersuhu normal cukup efektif dalam menurunkan suhu tubuh (Marni, 2018). Rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi non farmakologi jenis hidroterapi yang dapat meningkatkan relaksasi otot, meredakan nyeri, melebarkan pembuluh darah, meningkatkan sirkulasi, melemaskan



jaringan



ikat,



memberikan



efek



menenangkan,



dan



meningkatkan kehangatan (Pereira & Sebastian, 2018). Terapi hidrotermal adalah salah satu modalitas yang terbukti efektif dalam mengobati demam. Hidroterapi berarti penggunaan internal atau eksternal air dalam salah satu bentuknya (air, es, atau uap) untuk promosi kesehatan atau pengobatan penyakit yang berbeda dengan berbagai suhu, tekanan, durasi, dan lokasi. Ini adalah salah satu modalitas pengobatan alternatif yang digunakan secara luas dalam budaya kuno, termasuk Mesir, India, dan Cina(Khatab dkk., 2017). Salah satu bentuk hidroterapi adalah baskom air hangat dengan cara merendam kaki dalam air bersuhu 40°C hingga 43°C selama 15 hingga 20 menit. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa baskom air hangat membantu menghilangkan rasa lelah, memberikan kenyamanan, dan mengurangi suhu tinggi melalui keringat (Wood dan Haber 2018). Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Pereira dan Sebastian (2018), bahwa terapi rendam kaki air hangat selama 15 menit efektif menurunkan suhu tubuh pada anak usia 6-12 tahun dengan demam. Oleh karena itu, berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus untuk mengetahui pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh.Terapi ini mudah dilakukan dan juga keluarga pasien tidak perlu mengeluarkan biaya. Jadi, dengan adanya studi kasus ini, diharapkan teknik hidroterapi rendam kaki air hangat dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak usia sekolah (6-12 tahun) yang mengalami demam.



3



B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan diatas, maka rumusan masalah peneliti ini adalah bagaimana “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun)”.



C. Tujuan Studi Kasus 1.



Tujuan umum Melakukan Penerapan “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun)”.



2.



Tujuan khusus a.



Melakukan Pengkajian Kepada Anak usia sekolah (6-12 tahun) Dengan Demam



b.



Menyusun Diagnosa Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12 tahun) Dengan Demam



c.



Menyusun Intervensi Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12 tahun) Dengan Demam



d.



Melakukuan Implementasi Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12 tahun) Dengan Demam



e.



Melakukan Evalusi Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12 tahun) Dengan Demam



f.



Melakukan Discharge Planning Keperawatan Kepada Anak usia sekolah (6-12 tahun) Dengan Demam



D. Manfaat Studi Kasus 1.



Manfaat Teoritis Studi kasus ini adalah salah satu sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat, memberikan pengalaman dan meningkatkan pemahaman dalam melakukan asuhan keperawatan. Studi kasus ini diharapkan bermanfaat untuk yang lain dan juga menjadi referensi yang lain dalam melakukan studi kasus yang sama dalam rangka melaksanakan penerapan “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat



4



terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun)”. 2.



Manfaat Praktis a.



Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan referensi terhadap materi asuhan keperawatan dalam memahami pelaksanaan penerapan “Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun)”. Dapat mengaplikasikan materi yang telah dipelajari serta memberi informasi dalam proses perkuliahan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang bermutu dan berkualitas.



b. Bagi Puskesmas Sebagai bahan masukan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dan kebijakan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada balita dengan demam. c.



Bagi Penulis Sebagai sarana memperoleh pengetahuan khususnya di bidang keperawatan anak dan acuan untuk mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama perkuliahan kedalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada anak usia sekolah (6-12 tahun) dengan demam.



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep Anak usia Sekolah 1. Pengertian Anak Usia Sekolah Anak Anak usia Sekolah adalah anak yang memasuki usia 6 hingga 12 tahun (Damayanti, Lutfiya, & Nilamsari, 2019). Berdasarkan World Health Organization anak usia sekolah adalah anak yang memasuki usia 715 tahun. Fase anak usia sekolah merupakan fase dimana anak sangat membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangan (Lestari, Ernalia, & Restaunti, 2016). Pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, nutrisi memiliki peran yang sangat penting. Pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar akan berdampak terhadap tumbuh kembang anak yang optimal (Noviani, Afifah, & Astiti, 2016). Anak usia 6-12 tahun adalah usia yang rentan terhadap infeksi, karena pada usia ini anak mulai bersekolah dan berinteraksi dengan anak lain. Perubahan suhu tubuh merupakan salah satu bentuk reaksi tubuh terhadap proses infeksi yang harus ditangani dengan tepat agar tidak membahayakan anak. (Afrah et al, 2017). Salah satu bentuk perubahan tubuh yang sering dialami anak usia sekolah 6-12 tahun adalah demam.



2. Karakteristik Anak Usia Sekolah Menurut Supariasa (2018), karakteristik anak usia sekolah umur 6-12 tahun terbagi menjadi empat bagian terdiri dari : a. Fisik/Jasmani 1) Pertumbuhan lambat dan teratur. 2) Anak wanita biasanya lebih tinggi dan lebih berat dibanding laki-laki dengan usia yang sama. 3) Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa ini. 4) Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus. 5) Pertumbuhan tulang, tulang sangat sensitif terhadap kecelakaan.



8



6) Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tanggal, nafsu makan besar, senang makan dan aktif. 7) Fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa ini. b. Emosi 1) Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung jawab terhadap tingkah laku dan diri sendiri, mudah cemas jika ada kemalangan di dalam keluarga. 2) Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis. c. Sosial 1) Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam permainan yang bersaing, mulai menunjukkan sikap kemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diri, jujur, sering punya kelompok temanteman tertentu. 2) Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan wanita bermain sendiri-sendiri. d. Intelektual 1) Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar dalam belajar dan keterampilan, ingin coba-coba, selalu ingin tahu sesuatu. 2) Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat



3. Ciri-ciri Anak Usia Sekolah Menurut Hurlock (2019), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu sebagai berikut: a. Label yang digunakan oleh orang tua 1) Usia yang menyulitkan Suatu masa dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan dimana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.



9



2) Usia tidak rapi Suatu masa dimana anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan. Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat, kecuali kalau orang tua mengharuskan melakukannya dan mengancam dengan hukuman. b. Label yang digunakan oleh para pendidik 1) Usia sekolah dasar Pada usia tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler. 2) Periode kritis Suatu masa di mana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Sekali terbentuk, kebiasaan untuk bekerja dibawah, diatas atau sesuai dengan kemampuan cenderung menetap sampai dewasa.telah dilaporkan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa. c. Label yang digunakan ahli psikologi 1) Usia berkelompok Suatu masa di mana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai angota kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan teman temannya. Oleh karena itu, anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.



10



2) Usia penyesuaian diri Suatu masa dimana perhatian pokok anak adalah dukungan dari teman-teman sebaya dan keanggotaan dalam kelompok. 3) Usia kreatif Suatu masa dalam rentang kehidupan dimana akan ditentukan apakah anak-anak menjadi konformis atau pencipta karya yang baru yang orisinil. Meskipun dasar-dasar untuk ungkapan kreatif diletakkan pada awal masa kanak-kanak, namun kemampuan untuk menggunakan dasar-dasar ini dalam kegiatan-kegiatan orisinal pada umumnya belum berkembang sempurna sebelum anak-anak belum mencapai tahun-tahun akhir masa kanak-kanak. 4) Usia bermain Bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada dalam periode-periode lain hal mana tidak dimungkinkan lagi apabila anak-anak sudah sekolah melainkan karena terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri kegiatan bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.



4. Tugas Anak Usia Sekolah Tugas-tugas perkembangan anak usia sekolah menurut Sabani (2019) adalah sebagai berikut: a.



Mempelajari



keterampilan



fisik



yang



diperlukan



untuk



permainan permainan yang umum b.



Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh



c.



Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya



d.



Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat



e.



Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung



11



f.



Mengembangkan



pengertian-pengertian



yang



diperlukan



untuk



kehidupan sehari-hari g.



Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai



h.



Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-lembaga



i.



Mencapai kebebasan pribadi



5. Kecukupan Gizi Pada Anak Menurut Paramashanti (2019), kecukupan gizi pada anak pada fase ini, perkembangan dan pertumbuhan anak adalah hal yang utama, hal inilah yang membuat semua kebutuhan gizi anak harus terpenuhi. Anak pada usia ini juga harus diperkenalkan pada makanan yang mereka perlukan antara lain: a.



Energi Energi berfungsi untuk menunjang proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemudian sampai usia 24 bulan, keperluan energi anak menjadi per kilogram berat badan menurun. Kebutuhan energi anak pada usia 6-24 bulan adalah 950 kkal per hari.



b.



Karbohidrat Karbohidrat penting dalam diet anak karena beberapa alasan yaitu memberikan suplai energi untuk pertumbuhan, fungsi tubuh dan aktivitas, membuat protein dalam diet dapat digunakan secara efisien untuk pembentukan jaringan, membuat penggunaan lemak secara normal dalam tubuh dan menyediakan building block untuk beberapa senyawa tubuh esensial. Sumber utama karbohidrat yang ada pada ASI berupa laktosa, sedangkan pada makanan berasal dari serealia, sayur dan buah.



c.



Protein Protein berfungsi untuk membentuk berbagai sel baru yang akan menunjang proses pertumbuhan seluruh organ tubuh, serta perkembangan otak anak. Kebutuhan protein pada usia 6-24 bulan



12



adalah 20 gram. Bayi dan anak memerlukan protein berkualitas tinggi dari ASI dan MPASI. Selain mendapat protein dari ASI, sumber bahan makanan yang mengandung protein antara lain daging sapi, unggas, ikan, telur, keju, yogurt dan kacang-kacangan. Protein dalam produk hewani memiliki jumlah asam amino yang mencukupi untuk kebutuhan protein dalam tubuh. d.



Lemak Lemak berperan penting dalam proses tumbuh kembang berbagai sel saraf otak yang menjadi penentu kecerdasan anak, perkembangan mata yang normal, rambut dan kulit yang sehat, resistensi terhadap infeksi dan penyakit, sebagai sumber energi, menurunkan kehilangan panas dalam tubuh dan melindungi organorgan tubuh, serta membantu penyerapan vitamin larut lemak (A, D, E, K). Lemak yang diperlukan adalah asam lemak esensial (asam linoleat atau omega 6 dan asam linoleat atau omega 3) dan asam lemak nonesensial (asam oleat atau omega 9, EPA, DHA, AA).



e.



Vitamin A Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan mata, menjaga kelembutan



kulit



dan



membran



mukosa,



pertumbuhan



dan



perkembangan optimal, serta sistem imun dan reproduksi yang sehat, ASI kaya vitamin A. Dalam makanan vitamin A bersumber dari kuning telur, sayur dan buah berwarna kuning dan hijau tua, serta hati. f.



Vitamin C Vitamin C berfungsi untuk pembentukan kolagen (tulang rawan), meningkatkan daya tahan tubuh, serta penyerapan kalsium. Zat ini dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat. Sumber vitamin C meliputi ASI, sayur (tomat, kubis dan kentang) dan buah (jeruk, pepaya,stroberi).



g.



Yodium Yodium berfungsi untuk mencegah terjadinya hambatan pertumbuhan, seperti kretinisme atau kerdil, berperan dalam proses



13



metabolisme tubuh, serta mengubah karoten yang terdapat dalam makanan menjadi vitamin A. h.



Kalsium Kalsium penting dalam pembentukan tulang dan gigi, kontraksi dalam otot, membantu penyerapan vitamin B12 (untuk mencegah anemia dan membantu membentuk sel darah merah), pembentukan darah, serta menjaga kesehatan saraf dan otot. Selain ASI, sumber makanan yang mengandung kalsium meliputi susu formula, keju, susu dan produk sereal yang difortifikasi. Kalsium dalam tubuh dipengaruhi oleh keberadaan vitamin D. Oleh karena itu , vitamin D harus ada dalam jumlah yang adekuat.



i.



Zink atau seng Zink tersebar disemua sel, jaringan dan organ tubuh. Diperlukan untuk pertumbuhan fungsi otak, pembentukan protein tubuh dan penyembuhan luka, pembentukan sel darah, persepsi rasa, sistem imun yang sehat dan memengaruhi respons tingkah laku serta emosi anak. Zink bersumber dari ASI, daging, roti gandum, sereal, hati dan kuning telur.



j.



Zat besi Zat meningkatkan



besi



diperlukan



penggunaan



untuk energi



pertumbuhan yang



fisik,



diperlukan



serta tubuh,



pembentukan sel darah yang membantu proses penyebaran zat gizi, serta oksigen keseluruh organ tubuh. Sumber zat besi selain didapatkan dari ASI, juga dari makanan misalnya daging, hati, bijibijian, roti gandum, sereal dan sayuran berwarna hijau. k.



Asam folat Asam folat akan membantu pertumbuhan anak, memproduksi sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang, berperan dalam pematangan sel darah merah, serta mencegah anemia. Asam folat ada dalam ASI, sayuran berwarna hijau, jeruk, roti, gandum, sereal, biji-bijian, daging sapi, kuning telur dan hati.



14



Pada usia 6 hingga 24 bulan, pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikologis anak juga terjadi secara berkesinambungan jika pada usia 6 hingga 24 bulan ini seorang anak tidak mendapat asupan makanan yang bergizi, maka akan terjadi: a.



Pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak akan terhambat.



b.



Pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan, mental, psikologis juga akan mengalami hambatan.



E. Konsep Demam 1.



Pengertian Demam Demam merupakan bentuk reaksi atau proses alami tubuh terhadap bakteri, virus atau bakteri sebagai bukti tubuh melawan infeksi (Wilbert, 2018). Keaadan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Sodikin. 2018). Demam sering terjadi pada anak yang mengalami pneumonia, bronchitis, tuberculosis, demam tipoid, demam berdarah, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih (Hermayudi & Ariani, 2017). Demam merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh manusia berada di atas normal atau diatas 37oC dan merupakan salah satu gejala saat tubuh manusia terserang penyakit (Cahyaningrum & Putri, 2017).



2.



Etiologi Demam Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai



15



ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2019). Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam Thobaroni (2018) bahwa etiologi demam diantaranya:



3.



a.



Suhu lingkungan.



b.



Adanya infeksi.



c.



Pneumonia.



d.



Malaria.



e.



Otitis media



f.



Imunisas



Klasifikasi Demam Demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh secara abnormal (NANDA, 2018). Tipe demam yang mungkin banyak ditemui antara lain: a.



Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.



b.



Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.



c.



Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.



16



d.



Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.



e.



Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.



4.



Patofisiologi Demam Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi berinteraksi dengan mekanisme pertahanan hospes. Saat mekanisme ini berlangsung bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit, makrofag, serta limfosit pembunuh yang memiliki granula dalam ukuran besar. Seluruh sel ini kemudian mencerna hasil pemecahan bakteri, dan melepaskan zat interleukinke dalam cairan tubuh (zat pirogen leukosit/pirogen endogen). Pada saat interleukin-1 sudah sampai ke hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperatur tubuh dalam waktu 8-10 menit. Interleukin-1 juga memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan prostaglandin ataupun zat yang memiliki kesamaan dengan zat ini, kemudian bekerja dibagian hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam. Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior mengalami ganggu (Sodikin, 2018).



5.



Manifestasi klinis Menurut Nurarif (2019) tanda dan gejala terjadinya demam adalah: 1.



Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C -39⁰C)



17



8.



2.



Kulit kemerahan



3.



Hangat pada sentuhan



4.



Peningkatan frekuensi pernapasan



5.



Menggigil



6.



Dehidrasi



7.



Kehilangan nafsu makan



Komplikasi Demam Menurut Marni. (2018). komplikasi dari demam adalah: a.



Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh



b.



Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangandalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak.



9.



Penatalaksanaan Demam Menurut Kania dalam Wardiyah, (2019) penanganan terhadap demam dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis dan tindakan non farmakologis. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak : a.



Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan antipiretik berupa: 1) Paracetamol Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali dalam waktu 3-4 jam 2) Ibuprofen Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti peradangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada



18



demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB b.



Tindakan nonfarmakologis Menurut (Nurarif, 2019). Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat dilakukan: 1) Memberikan minuman yang banyak 2) Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal 3) Menggunakan pakaian yang tidak tebal 4) Memberikan kompres



10. Asuhan Keperawatan Anak Demam a.



Pengkajian Pengkajian mencakup pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misal: TTV, wawancara pasien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan



informasi



riwayat



pasien



yang



diberikan



oleh



pasien/keluarga (untuk mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan risiko (untuk mencegah atau menunda potensi masalah) (NANDA, 2018). Pengkajian berupa: 1) Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan. 2) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas 3) Riwayat kesehatan sekarang: sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah. 4) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).



19



5) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak). b.



Pemeriksaan fisik 1) Kepala Melihat kebersihan kulit kepala, distribusi rambut merata dan warna rambut. 2) Wajah, melihat ke semetrisan kiri dan kanan. 3) Mata, terlihat sklera putih, konjuntiva merah muda, dan reflek pupil mengecil ketika terkena sinar. 4) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai tremor. 5) Leher, tidak adanya distensi vena jugularis. 6) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal. 7) Hati dan limfe membesar disertai dengan nyeri pada perabaan. 8) Ektermitas, pergerakan baik antara kiri dan kanan. 9) Integumen, akral teraba hangat dan terdapat pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam).



c.



Pola fungsi kesehatan 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan 2) Pola nutrisidan metabolisme 3) Pola eliminasi 4) Pola aktivitas dan latihan 5) Pola tidur dan istirahat 6) Pola kognitif dan perseptual 7) Pola toleransi dan koping stress 8) Pola nilai dan keyakinan 9) Pola hubungan dan peran



20



d.



Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons manusia terhadap gangguan kesehatan/proses kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas (NANDA, 2018). 1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. 2) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh. 3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh



e.



Intervensi Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC NOC 2018, intervesi keperawatan antara lain adalah:



NO.



Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan



1.



Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit. Batasan karakteristik:  Konvulsi  Kulit kemerahan  Peningkatan suhu tubuh di atas kisaran normal.  Kejang  Takikardi  Takipnea  Kulit terasa hangat.



Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien menunjukkan temperatur dalam batas normal. Dengan kriteria hasil: 1. Suhu tubuh dalam rentang normal, antara 36,5 - 37,5 derajat celsius. 2. Nadi dan pernafasan dalam rentang normal. 3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing. Keterangan: 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan 5. Tidak ada



Intervensi (NIC) Fever treatment 1. Monitir suhu sesering mungkin 2. Monitor IWL 3. Monitor warna dan suhu kulit 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran 6. Monitor WBC, HB dan HCT 7. Monitor intake dan output 8. Kolaborasikan pemberian antipiretik 9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam 10. Selimuti pasien k. Berikan cairan intravena 11. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila 12. Tingkatkan sirkulasi udara 13. Berikan pengobatan



21



2.



3.



Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan peningkatan suhu tubuh. Batasan karakteristik:  Kehilangan cairan secara aktif.  Kurang pengetahuan.  Berat badan ekstrem  Kegagalan fungsi regulator.  Kehilangan cairan melalui rute abnormal (slang menetap).



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien menunjukkan tidak muntah lagi. Dengan kriteria hasil: 1. Tekanan darah nadi, suhu tubuh dalam batas normal. 2. Tidak ada tanda tanda dehidrasi. 3. Elastisitas turgor kulit baik. 4. Membram mukosa lembab. 5. Tidak ada rasa haus yang berlebihan. Keterangan: 1. Berat 2. Cukup berat 3. Sedang 4. Ringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien mampu melakukan aktivitas dan latihan secara mandiri . Dengan kriteria hasil: Toleransi terhadap aktifitas meningkat. Dengan kriteria hasil: No. Kriteria A T 1. Kekuatan 4 5 tubuh bagian atas 2. Kekuatan 3 5 tubuh bagian bawah 3. Frekuensi 4 5 nafas saat beraktifitas 4. Frekuensi 4 5 nadi saat beraktifitas Keterangan: 1. Sangat terganggu 2. Banyak terganggu 3. Cukup terganggu 4. Sedikit terganggu 5. Tidak terganggu



1.



2. 3.



4. 5.



untuk mencegah terjadinya menggigil Kaji status cairan termasuk intake dan output. Monitor vital sign. Monitor status dehidrasi (kelembaban membran mukosa). Dorong keluarga untuk membantu pasien makan. Kolaborasi pemberian berikan cairan IV



Manajemen energy 1. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami 2. Monitor lokasi dan sumber ketidaknyamanan /nyeri yang dialami pasien selama aktivitas 3. Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot 4. Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai kebutuhan 5. Anjurkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan pasien



22



f.



Implementasi Keperawatan Implementasi adalah proses membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat mengimplementasi tindakan yang telah diindentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Dimana tujuan implementasi keperawatan adalah meningkatkan kesehatan klien, mencegah penyakit, pemulihan dan memfasilitasi koping klien (Hutahaean Serri, 2019). Dalam implementasi rencana tindakan keperawatan pada anak demam typhoid adalah mengkaji keadaan klien, melibatkan keluarga dalam pemberian kompres hangat, menganjurkan klien memakai pakaian tipis, mengobservasi reaksi non verbal, mengkaji intake dan output klien, dan membantu keluarga dalam memberikan asupan kepada klien.



g.



Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan



tindakan



intelektual



untuk



melengkapi



proses



keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat



mengevaluasi



kemajuan



pasien



terhadap



tindakan



keperawtan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan (Hutahaean Serri, 2020). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakajn hubungan dengan klien, macammacam evaluasi 1) Evaluasi formatif Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan, dan ditulis pada catatan perawatan. 2) Evaluasi sumatif SOAP Kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan, ditulis pada catatan perkembangan. Hasil



23



yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah orang tua mengatakan demam berkurang dengan suhu 36,5°C, orang tua mengatakan nyeri sudah berkurang dan membantu mengontrol nyeri dengan tehnik non farmakologi, orang tua mengatakan tidak terjadi penurunan BB secara signifikan. Tindakan selanjutnya mengobservasi keluhan klien dan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.



h.



Discharge Planning 1) Ajarkan pada orang tua mengenal tanda-tanda kekambuhan dan laporkan dokter/perawat. 2) Instruksikan untuk memberikan pengobatan sesuai dengan dosis dan waktu 3) Ajarkan bagaimana mengukur suhu tubuh dan intervensi 4) Melakukan perawatan selama proses pemulihan seperti istirahat, konsumsi air putih 2000-2500 cc/hari (Novitasari, 2019).



F. Konsep Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat 1. Pengertian Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terapi rendam kaki air hangat merupakan salah satu hidroterapi yang dapat meningkatkan relaksasi otot, meredakan nyeri, melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan sirkulasi, melemaskan jaringan ikat dan



memberikan



efek



menenangkan



serta



penyembuhan,



dan



meningkatkan kehangatan. Merendam kaki dengan air hangat adalah suatu metode perawatan kesehatan yang populer di kalangan masyarakat cina. Pengobatan tradisional cina merekomendasikan merendam kaki dengan air hangat setiap hari untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi kemungkinan demam hingga mereda lebih awal (Pereira & Sebastian, 2018). Rendam kaki menggunakan air hangat merupakan proses merangsang saraf yang ada dikaki untuk bekerja dan berfungsi mendilatasi pembuluh darah serta melancarkan perdarahan darah. Dasar



24



utama penggunaan air hangat untuk pengobatan adalah efek hidrostatik dan hidrodinamik. Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisilgis bagi tubuh pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot ligamen yang mempengaruhi sendi tubuh (Wibowo.,et al 2018).



2. Manfaat Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama berdampak pada pembuluh darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. Rendam kaki dengan air hangat bermanfaat untuk vasodilatasi aliran darah (Hardianti, Nisa, & Wahyudo, 2018).



3.



Prosedur Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Berikut adalah persiapan alat dan prosedur yang dilakukan untuk terapi rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan suhu tubuh menurut (Harnani & Axmalia, 2017). Persiapan alat a. Termometer b. Termometer Air panas c. Baskom d. Handuk e. Stopwatch Tahap orientasi a. Memberikan salam, dan memperkenalkan nama perawat. b. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan kepada klien. Tahap Kerja a. Membawa peralatan mendekati klien b. Memposisikan klien duduk diatas kursi c. Mengukur suhu tubuh menggunakan termometer sebelum dilakukan terapi rendam kaki d. Jika kaki tampak kotor cuci terlebih dahulu dan keringkan e. Masukan air hangat ke dalam baskom dengan suhu 38-40°C



25



f. Tubuh anak dislimuti seluruhnya dengan selimut kecuali kepala dan lehernya terbuka g. Celupkan dan rendam kaki sampai mata kaki biarkan selama 10-15 menit, jika suhu turun maka tambahkan air hangat sampai sesuai kembali h. Setelah selesai, angkat kaki lalu keringkan dengan handuk i. Rapikan alat j. Ukur kembali suhu tubuh menggunakan termometer setelah dilakukan terapi rendam kaki dan dicatat. Tahap Terminasi a. Melakukan evaluasi tindakan b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya c. Merapikan alat d. Melakukan dokumentasi G. Konsep Intervensi dan Telaah Jurnal Pada pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun) didapatkan beberapa artikel penelitian yang dianalisis dalam penulisan studi kasus ini. Pencarian artikel dilakukan dengan metode PICO dan analisis dengan metode VIA. Berikut ini merupakan beberapa tahapan yang menjelaskan tentang pencarian artikel. 1.



Pertanyaan klinis Apakah tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan pada anak dengan demam ?



2.



3.



Kata Kunci (Keyword) P (problem/population)



: Demam, Fever



I (intervention)



: Rendam Kaki Air Hangat, Warm Foot Bath



C (compration)



:-



O (outcome)



: Suhu Tubuh, Body Temperature



Terdapat beberapa kriteria dalam pemilihan referensi studi kasus ini,yaitu: a.



Artikel yang memiliki judul dan isi yang relavan dengan tujuan.



b.



Artkel yang berbahasa Indonesia dan Inggris dengan bentuk fulltext



c.



Artikel penelitian yang dipublikasihkan sekitar tahun 2017 sampai dengan 2021.



26



Adapun beberapa kriteria eksklusi dalam penampilan referensi studi kasus ini, yaitu artikel yang tidak memiliki struktur lengkap, review artikel, dan artikel yang tidak membahas mengenai pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun).



4.



Searching literature (Journal) Setelah dilakukan pencarian artikel melalui database elektronik yaitu Perpusnas (281), Pubmed (430), ProQuest (110), Science Direct (300), Google scholar (590), antara tahun 2017-2022. Didapatkan artikel penelitian yang sesuai dengan kata kunci (Keyword) sekitar 1.711 artikel yang ditemukan. Kemudian penulis memilih sendiri artikel yang sesuai dengan judul, abstrak, isi dan tujuan dari penulisan studi kasus ini. Artikel yang dipilih harus sesuai dengan kriteria inklusi. Artikel yang tidak terkait mengenai terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun) dikeluarkan sehingga didapatkan artikel yang dipilih sebanyak 3 artikel yang telah baca dengan cermat melalui abstrak, tujuan dan data analisis dari pertanyaan awal penulis dalam mengumpulkan informasi mengenai Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun).



Tabel 2.1 Daftar Referensi Artikel



No Penulis Artikel 1 Dian Nur Wulan Ningirum, Sherli Ardiantil, (2021)



Population Sampel penelitian ini berjumlah 20 anak yang berusia 6-12 tahun yang mengalami demam di ruang rawat inap anak RSUD Karanganyar. Jenis kelamin laki-laki berjumlah 12, Jenis kelamin perempuan berjumlah 8.



2



Sampel purposive nonprobabilitas terdiri dari 100 anak, 50 di setiap kelompok studi dan kontrol, usia mereka berkisar antara 6-12 tahun dengan demam. Jenis kelamin laki-laki berjumlah 34, Jenis kelamin perempuan berjumlah 16.



Nahed SM ElNaggar, Hoda R. Mohamed (2020)



Intervensi Studi kasus ini untuk menilai keefektifan rendam kaki air hangat dalam penurunan suhu tubuh. Pengumpulan data dimulai dari sebelum tindakan sebagai pretest dengan melakukan pengecekan suhu, setelah itu langsung dilakukan intervensi rendam kaki air hangat selama 15 menit. Posttest dilakukan secara langsung setelah intervensi selesai dilakukan Penelitian ini menilai efektivitas terapi rendam kaki air hangat terhadap suhu dan kelelahan pada anak-anak dengan demam. Di mana intervensi (baskom air hangat) diterapkan pada kelompok studi selama demam. Sedangkan baskom plastik berisi air hangat bersuhu 40ºC - 43ºC diukur dengan bath thermometer setelah itu, kaki dan



Comparison Outcome Didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa p value sebesar 0,000 (p value < 0,05), berarti ada penurunan suhu tubuh setelah dilakukan rendam kaki hangat



-



Didapatkan hasil penelitian tersebut dengan perbedaan yang signifikan dalam suhu dan tingkat kelelahan di antara anak-anak dengan demam antara kelompok studi dan kontrol dan antara pra dan pasca-tes untuk anak-anak kelompok studi setelah menerapkan baskom air hangat. Oleh karena itu, (P>0,05) terapi rendam kaki air hangat efektif menurunkan suhu dan tingkat kelelahan pada anak demam.



Time Penelitian dilakukan pada tahun 2021



Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020



27



3



Shaima Shaban Mohammad, Sanaa Mahmoud Ahmed, Asmaa Hamed Taufik, Amna Nagaty Aboelmagd (2021)



Sample 100 anak-anak dengan demam di klinik rawat jalan di rumah sakit umum Misr ElHora berpartisipasi dalam penelitian ini. Jenis kelamin laki-laki berjumlah 13, Jenis kelamin perempuan berjumlah 31.



pergelangan kaki anak direndam di dalamnya selama 20-30 menit, kemudian kaki dikeringkan menggunakan handuk, sedangkan air suhu dipertahankan pada 40ºC dengan menambahkan air hangat bila diperlukan. Intervensi ini diulang sekitar 2-3 kali untuk anak yang sama ketika suhu aksila mencapai 38ºC ke atas. Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap suhu tubuh antara anak-anak dengan demam. Anak-anak dalam kelompok belajar ditempatkan dalam posisi duduk dan kakinya termasuk pergelangan kaki direndam dalam baskom dengan air hangat, suhu air hangat disesuaikan menjadi 38-40 ºC dengan menggunakan termometer mandi dan anak dibungkus seluruhnya dengan sprei atau selimut kecuali kepala dan lehernya terbuka. Air hangat



-



Didapatkan hasil dari penelitian ini menunjukkan penerapan terapi rendam kaki air hangat pada anak demam lebih efektif menurunkan suhu tubuh dibandingkan kompres air biasa dengan perbedaan yang bermakna secara statistik



Penelitian ini dilakukan pada 2021



28



ditambahkan secara berkala ke baskom untuk mempertahankan suhu yang disesuaikan, tangan peneliti ditempatkan di antara air hangat yang dituangkan dan kaki anak-anak (untuk menghindari kaki terbakar). Durasi rendam kaki air hangat adalah 15 menit, setelah itu suhu tubuh diukur dengan menggunakan termometer yang sama dan dicatat (post-test). Anak-anak tidak diberikan obat antipiretik.



29



Tabel 2.2 Daftar Telaah Jurnal Metode VIA No 1



Judul Artikel Keefektifan rendam kaki air hangat dalam penurunan Suhu tubuh pada anak demam 612 tahun (2021)



VIA Validity a. Desain, artikel ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment melalui pendekatan pre test and post test without control group design. b. Sampel, pengambilan sampel penelitian tersebut menggunakan teknik consecutive sampling random, berjumlah 20 anak yang mengalami demam di ruang rawat inap anak RSUD Karanganyar. c. Kriteria Inklusi dan Eklusi,: kriteria inklusi pada penelitian tersebut dalam penelitian ini adalah pasien anak usia 6-12 tahun yang sedang menjalani rawat inap di ruang Cempaka 1 RSUD Karanganyar, pasien mengalami kenaikan suhu tubuh diatas normal 37,4°C-38,3°C pengukuran pada aksila d. Randomisasi, pada artikel tersebut menggunakan randomisasi dalam pengambilan sampel. Importance dalam Hasil a. Karakteristik Subjek, pada artikel ini memiliki karakteristik subjek, meliputi: Jenis Kelamin Laki-laki dan Perempuan, Usia 6-9 tahun dan 10-12 tahun b. Beda Proporsi : Hasil pengukuran suhu tubuh sebelum (pretest) di lakukan intervensi rendam kaki air hangat ditemukan 60% (12 responden) berada pada rentang suhu 38,0-38,3°C dan 40% (8 responden) berada pada rentang suhu 37,4-37,9°C dan rata-rata suhu adalah 37.980°C. Hasil pengukuran suhu tubuh sesudah (posttest) dilakukan intervensi rendam kaki air hangat ditemukan 70% (14 responden) berada pada rentang suhu 37,0- 37,9°C dan 30% (6 responden) berada pada rentang suhu 38,0-38,9°C dengan rata-rata suhu adalah 37.780°C c. Beda Mean, pada artikel ini tidak membahas beda mean. d. Nilai p value, pada hasil penelitian tersebut dengan hasil uji statistik menggunakan uji t independent nilai p value (0,000) < 0,05, maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan berarti ada penurunan suhu tubuh setelah dilakukan rendam kaki hangat pada anak 6-12 tahun.



2



Effectiveness of Warm Water Footbath on Temperature and Fatigue among Children with Fever (2020).



Applicability Hasil pengukuran suhu tubuh balita memperlihatkan bahwa rendam kaki air hangat dapat menurunkan suhu tubuh, karena adanya pelebaran pembuluh darah terpusat pada area kaki dan sirkulasi darah menjadi lancar. Hal ini mengakibatkan set point termostatik di hipotalamus akan mengatur ulang perpindahan panas dari area yang lebih tinggi ke area panas yang lebih rendah. Validity a. Desain, Kuasi-eksperimental pra/pasca, studi, dan desain kelompok kontrol b. Sampel, purposive non-probabilitas terdiri dari 100 anak, 50 di setiap kelompok studi dan kontrol, usia mereka berkisar antara 6-12 tahun dengan demam. c. Kriteria Inklusi dan Eklusi, kriteria inklusi pada penelitian tersebut adalah Anak-anak yang suhu aksilanya 38HaiC dan di atas, Antipiretik



30



yang diberikan.. sedangkan kriteria eksklusi adalah ketidaksadaran, neuropati perifer, anak-anak yang tidak bisa mengambil posisi duduk, anak-anak yang memiliki lesi atau borok di kaki. d. Randomisasi, pada artikel tersebut tidak dilakukan randomisasi dalam pengambilan sampel. Importance dalam Hasil a. Karakteristik Subjek, usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal b. Beda Proporsi, pada karakteristik umur responden rata-rata usia anak adalah 10±1,3 dan 10±1,5 tahun, dan hampir dua pertiga dari mereka (68%, 62%) adalah anak laki-laki. Juga, 60% dan 54% berasal dari daerah perkotaan dalam kelompok studi dan kontrol, masing-masing. Sekitar setengah dari anak-anak (54%, 48%) dan (36% & 36%) sebelumnya dirawat di rumah sakit untuk durasi tinggal di rumah sakit mulai dari tiga sampai kurang dari tujuh hari dalam kelompok studi dan kontrol. Selain itu, lebih dari setengah (60%) anak-anak dirawat di UGD, dan sedikit dari mereka (10%, 14%) di unit hematologi dan onkologi masing-masing pada kelompok studi dan kontrol. c. Beda Mean, pada artikel ini tidak membahas beda mean d. Nilai p value, pada hasil penelitian tersebut dengan perbedaan yang signifikan dalam suhu dan tingkat kelelahan di antara anak-anak dengan demam antara kelompok studi dan kontrol dan antara pra dan pasca-tes untuk anak-anak kelompok studi setelah menerapkan baskom air hangat. Oleh karena itu, (P>0,05) terapi rendam kaki air hangat efektif menurunkan suhu dan tingkat kelelahan pada anak demam.



3



Applicability Hasil penelitian ini mendukung kedua hipotesis penelitian yang menerapkan aplikasi rendam kaki air hangat telah mengurangi suhu dan kelelahan di antara anak-anak dengan demam dibandingkan dengan tingkat pra-intervensi. Terapi rendam kaki air hangat dianggap nonfarmakologis, aman, dan bebas efek samping, hemat biaya, dan mudah dilakukan. Terapi rendam kaki air hangat melemaskan, menenangkan ketegangan, dan meningkatkan nutrisi pada jaringan. Effect of Warm Validity Water Foot Bath a. Desain, kuasi-eksperimental (studi dan kelompok kontrol) Therapy on b. Sampel, 100 anak-anak yang mengalami demam berpartisipasi dalam Body penelitian saat ini pada usia 2-10 tahun yang dibagi secara acak Temperature menjadi dua kelompok yang sama dengan menggunakan teknik simple among Children random sampling. Belajar kelompok: Terdiri dari 50 anak yang with Fever mendapat terapi mandi kaki air hangat dan kelompok kontrol: Terdiri (2021). dari dari 50 anak yang menerima perawatan rutin. Berdasarkan persamaan statistik dimana jumlah sampel 10% dari total jumlah populasi, seluruh populasi anak yang dirawat di poliklinik rawat jalan RSU Misr El-Hora sebanyak 1000 anak demam pada tahun 2018. c. Kriteria Inklusi dan Eklusi, kriteria inklusi pada penelitian tersebut adalah . anak dirawat di rumah sakit dengan suhu tubuh lebih dari 37,5 HaiC, Seorang anak demam yang bersedia mengikuti penelitian ini.. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu anak-anak dengan bisul, luka bakar atau luka di kaki atau kondisi kulit lainnya melarang penggunaan merendam kaki dengan air hangat, seorang anak yang mengalami kelumpuhan dan parestesia, anak tidak sadar.



31



d. Randomisasi, pada artikel tersebut tidak dilakukan randomisasi Importance dalam Hasil a. Karakteristik Subjek, usia anak, jenis kelamin, diagnosis, penggunaan antipiretik, penggunaan antibiotik, suhu tubuh dasar, dan suhu tubuh setelah aplikasi b. Beda Proporsi, menunjukkan bahwa 56,0% & 64,0% dari kelompok studi dan kontrol berusia antara 5-7 tahun dengan usia rata-rata 5,6 ± 1,9 vs 5,7 ± 1,8, 74,0% berbanding 62,0% dari mereka adalah perempuan dan 68,0% vs 54,0 % dari mereka diagnosis mereka adalah gangguan pernapasan atas masing-masing tanpa perbedaan yang signifikan secara statistik di mana P – nilai < .707, .198, .151 masingmasing c. Beda Mean, pada artikel ini tidak membahas beda mean e. Nilai p value, pada artikel ini tidak ada nilai p value Applicability Perawatan rendam kaki air hangat memungkinkan pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi darah, melepaskan panas sebagai keringat dan memasok oksigen untuk sel-sel otak untuk membantu menghilangkan racun. Berendam dalam bak air meningkatkan sirkulasi, meningkatkan nutrisi jaringan, dan mengendurkan stres. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh kelompok studi dan kontrol berusia antara 5-7 tahun, dengan rata-rata ±SD 5,6 ± 1,9 dan 5,7 ± 1,8 masing-masing, kurang dari tiga perempat versus kurang dari dua pertiga dari mereka adalah anak perempuan dan lebih dari dua pertiga vs lebih dari setengah dari mereka diagnosis mereka adalah gangguan pernapasan atas masing-masing tanpa perbedaan yang signifikan secara statistik. Didapatkan hasil dari penelitian ini menunjukkan penerapan terapi rendam kaki air hangat pada anak demam lebih efektif menurunkan suhu tubuh dibandingkan kompres air biasa dengan perbedaan yang bermakna secara statistik



32



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



A. Desain Desain yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian kualitatif Case Study Research (CSR) atau penelitian studi kasus.



B. Subjek Studi Kasus Partisipan atau responden dalam penelitian ini berjumlah 1 orang responden balita dengan demam.



C. Lokasi dan Waktu 1.



Tempat penelitian Tempat pengambilan kasus di Kecamatan Ogan Ilir Sumatra Selatan.



2.



Waktu penelitian Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari 2022.



D. Fokus Studi Kasus Pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan suhu tubuh pada anak demam usia sekolah (6-12 tahun).



E. Definisi Operasional Definisi operasional menurut Sugiyono (2016), adalah suatu atribut atau sifat nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabelnya adalah sebagai berikut :



33



Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Independen Rendam kaki air hangat



Dependen Penurunan suhu tubuh



Definisi Operasional Merupakan terapi dengan memberikan rangsangan hangat pada kedua kaki dengan suhu 40 C yang awalnya diukur dengan thermometer air yang memberikan rangsagan menurunkan suhu tubuh Melakukan prosedur pengukuran suhu tubuh menggunakan thermometer digital didaerah aksila yaitu sebanyak 2 kali, sebelum dilakukannya terapi rendam kaki air hangat dan setelah dilakukan terapi rendam kaki air hangat



Alat Ukur



Hasil Ukur



lembar observasi yang terdiri dari: komponen prosedur tindakan, tanggal perlakuan, jam perlakuan, keterangan tindakan dan paraf responden 1. Handphone yang 1. Demam rendah ada stopwatch 37,5-38 o C 2. Termometer 2. Demam sedang 3. Lembar 38,1-38,9 o C observasi 3. Demam tinggi39 o C



F. Instrumen 1. Wawancara Dalam studi kasus ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari pasien.



G. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dari pengkajian tersebut meliputi nama, jenis kelamin, umur. Instrumen dalam studi kasus ini berupa : alat tulis, lembar pencatatan, lembar pengkajian. Cara pengambilan data dengan melakukan pengkajian langsung ke pasien dan keluarga pasien : membuat surat izin penelitian di BAAK kemudian mengantarkan surat penelitian ke tempat penelitian. Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara observasi, pengukuran, wawancara mendalam atau anamnesa (pengkajian dengan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga), pemeriksaan fisik, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak (Sugiyono, 2016).



34



1. Observasi Dalam observasi ini, peneliti mengobservasi atau melihat kondisi dari pasien, seperti keadaan umum pasien dan keadaan pasien, selain itu juga mengobservasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada pasien, misalnya penurunan suhu tubuh pasien setelah diberikan rendam kaki air hangat 2. Pengukuran Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan metode mengukur dengan menggunakan alat



ukur



pemeriksaan seperti



melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. 3. Wawancara Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data identitas, keluhan pasien, riwayat kesehatan, dan aktivitas sehari-hari pasien. 4. Dokumentasi Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.



H. Etika Studi Kasus Untuk melakukan pengumpulan data perlu membawa rekomendasi dari institut pendidikan Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang dengan cara mengajukan pemohonan izin pengumpulan data. Setelah mendapat persetujuan, pengumpulan data perlu menekankan masalah etika menurut Nursalam (2017) yang meliputi : 1. Lembar persetujuan pengumpulan data (Informed Consent) Klien harus mendapatkan informsi secara lengkap tentang tujuan pengumpulan data yang akan dilaksanakan, mempunyai hak bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu, diberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan hanya untuk kepentingan studi kasus. Klien diberikan kertas yang berisikan pernyataan kesediaan menjadi



35



responden dalam penelitian studi kasus secara suka rela. 2. Rahasia (Privacy) Untuk menjaga kerahasiaan responden. Pengumpulan data tidak akan mencantum nama responden. Pada saat penyusunan laporan asuhan keperawatan, peneliti hanya mencantumkan kode huruf pertama pada nama identitas klien, usia, jenis kelamin. 3. Kerahasiaan (Confidentialy) Untuk menjaga kerahasiaan responden, pengumpulan data menyakinkan kepada klien bahwa partisipasinya dalam pengumpulan data ini hanya untuk mengumpulkan data dan informasi yang telah diberikan dan menyakinkan bahwa data atau informasi responden dijamin hanya pengumpulan data dan pengetahuan. Klien diberikan informasi mengenai tujuan pengumpulan data, yaitu hanya untuk keperluan studi kasus dan tidak menyebarluaskan mengenai informasi yang telah di dapat. 4. Respect for Justice Inclusiveness Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan dalam pengumpulan data, maka harus bekerja secara jujur, berhati-hati, profesional, berperikemanusiaan dan akan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, intimita, psikologis, serta perasaan subjek studi kasus. Lingkungan pengumpulan data dikondisikan untuk memenuhi prinsip keterbukaan dengan membuat prosedur studi kasus yang jelas, keadian dikonotasikan didistribusikan yang sama terhadap keuntungan dan beban antara kelompok intervensi dan perlakuan secara merata atau sesuai kebutuhan. 5. Respect for Privacy and Confidencetiality Studi kasus pasti menjamin privasi dan hak asasi untuk informasi yang dapat pengumpulkan data ini akan merahasiakan berbagai informasi terhadap responden yaitu dengan pengkodean yang hanya diketahui oleh penulis studi kasus. 6. Balancing Harm and Benefit Studi kasus ini telah dirancang sesuai standar prosedur pelaksanaan oleh pengumpulan data guna mendapat hasil yang bermanfaat



36



semaksimal mungkin terhadap subjek pengumpulan data. Subjek pengumpulan data dapat digeneralisasikan dalam populasi (benefience), memaksimalkan uraian yang didapatkan subjek pengumpulan data (non maleficence). Studi kasus ini dilaksanakan sesuai prosedur pemberian asuhan keperawatan yang sudah memiliki Standar Operasional Prosedur.



37



38



DAFTAR PUSTAKA



Afrah, R.A.N., Fahdi, F.K., & Fauzan, S. (2017). The Effect of Tepid Sponge On Changes of Body Temperature in Pre School And School Age Children Who Have Fever at RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak City. Naskah Publikasi. Diunduh dari http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmk eperawatanFK El-Naggar N, Hoda R. Mohamed. (2020). Effectiveness of Warm Water Footbath on Temperature and Fatigue among Children with Fever. Evidence-Based Nursing Research Vol. 2 No. 4 Damayanti, R., Lutfiya, I., & Nilamsari, N. (2019). The Efforts To Invrease Knowledge About Balances Nutrition At Elementary School. Journal of Community Service and Engagements 01, 28–33. https://doi.org/10.20473/dc.v1i1.2019.28-33 Ningirum D., et al (2021). Keefektifan Rendam Kaki Air Hangat Dalam Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam 6 – 12 Tahun. Journal of Advanced Nursing and Health Sciences 2021; 2(2):71-74 Hermayudi.A, & Ariani. (2017). Penyakit Daerah Tropis. Yogyakarta: Nuha Medika International Journal of Science and Research (IJSR). 7(4). 382-385. Doi: 10.21275/5041803Hardianti, I., Nisa, K., & Wahyudo, R. (2018). Manfaat Metode Perendaman Dengan Air Hangat Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Medula, 8. Lestari, I. D., Ernalia, Y., & Restaunti, T. (2016). Gambaran Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Bangko Kabupaten Rikan Hilir. 3. https://doi.org/10.1558/jsrnc.v4il.24 Khatab, K., Adegboye, O., & Mohammed T. (2017). Social and demographic factors associated with morbidities in young children in Egypt: A Bayesian Geo-Additive Semi Parametric Multinomial Model. PLOS ONE. 11(7), e0159173. http://doi.org.10.1371/journal.pone.0159173. Mohammad S, Ahmed S., et al (2021). Effect of Warm Water Foot Bath Therapy on Body Temperature among Children with Fever. [SYLWAN., 165(2)]. ISI Indexed,Feb 2021 Marni. (2018). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Semarang: Erlangga Pereira, A. C., & Sebastian, S. (2018). Effectiveness of hot water foot bath therapy in reduction of temperature among children (6-12 years) with fever in selected hospitals at Mangaluru. IJAR, 4(1), 86-92. Diunduh dari allresearchjournal.com Wilbert, J. (2018). Effectiveness of Hot Water Foot Bath Therapy on Temperature among Patients with Fever in S.R.M Medical Collage and Hospital, Kanjeepuram. Wood, G., & Haber, J. (2018). Nursing research methods and critical appraisal for evidence-based practice, 8th ed. Elsevier company, China, pp.183-190.