Studi Kelayakan Bisnis Budidaya Pembibitan Kelapa Sawit (Main-Nursery) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STUDI KELAYAKAN BISNIS BUDIDAYA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (MAIN-NURSERY) (Studi Kasus: Usaha Sembiring di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi)



NEGI KARNIEGO SINGARIMBUN



DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016



PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Studi Kelayakan Bisnis Budidaya Pembibitan Kelapa Sawit (Main-Nursery) (Studi Kasus: Usaha Sembiring di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016 Negi Karniego Singarimbun NIM H34120059



ABSTRAK NEGI KARNIEGO SINGARIMBUN. Studi Kelayakan Bisnis Budidaya Pembibitan Kelapa Sawit (Main-Nursery) (Studi Kasus: Usaha Sembiring di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi). Dibimbing oleh SITI JAHROH. Pembibitan Kelapa Sawit (Main-Nursery) adalah pembibitan yang dilakukan dari kecambah hingga menjadi main-nursery. Main-nursery adalah bibit yang sudah besar berumur sekitar 1 tahun, sehingga daya tahan tumbuh sudah baik untuk ditanam di lapangan. Bibit sawit sangat mempengaruhi pada hasil produksi yang akan dihasilkan, sehingga Pengusaha Sembiring melakukan pembibitan menggunakan bibit bersertifikat dan unggulan dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha yang didirikan oleh Pengusaha Sembiring tersebut. Penelitian dilakukan di lahan budidaya pembibitan di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi pada bulan Juni-Juli 2016 sesuaikan. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan metode kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha berdasarkan aspek nonfinansial yaitu berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial. Analisis kuantitatif digunakan untuk menilai aspek finansial berdasarkan kriteria penilaian investasi dan hasil yang diperoleh akan memperlihatkan apakah bisnis dapat berjalan dengan baik. Hasil analisis aspek nonfinansial dan finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak. Kata kunci: pembibitan kelapa sawit, kelayakan, usaha Sembiring.



ABSTRACT NEGI KARNIEGO SINGARIMBUN. Feasibility Study of Palm Oil MainNursery (Case Study of Sembiring Business at Pinang Merah Village, Jambi Province). Supervised by SITI JAHROH. . Main-nursery is a nursery that is done from a sprout into a seedling. Main nursery is a seedling that has grown mature enough around one year-old, thus, it is stronger to grow when it is moved into plantation. Seedlings are important in producing good yield, thus, Sembiring Business always uses certified sprouts from PPKS Medan. This study aims to analyze the feasibility of the Sembiring Business. This study was done at seedling production field at Pinang Merah Village, Jambi Province from June to July 2016. Qualitative and quantitative analyses are used in this study. Qualitative analysis is used to analyze nonfinancial aspect such as market aspect, technical aspect, management aspect, and social aspect. Quantitative analysis is used to measure financial aspect based on investment criteria and the results would show whether the business is feasible or not. Based on qualitative and quantitative analyses, this business is feasible. Keywords: seedling of oil palm, feasibility, business Mr Sembiring.



STUDI KELAYAKAN BISNIS BUDIDAYA PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (MAIN-NURSERY) (Studi Kasus: Usaha Sembiring di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi



NEGI KARNIEGO SINGARIMBUN



Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis



DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016



PRAKATA



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Studi Kelayakan Bisnis Budidaya Pembibitan Kelapa Sawit (Main-Nursery) (Studi Kasus: Usaha Sembiring di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi). Terima kasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen pembimbing yang tanpa lelah dan penuh kesabaran membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Sembiring selaku pemilik pembibitan yang telah memberikan izin penelitian. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama serta kakak-kakak atas doa,semangat, dan cinta yang selalu diberikan. Selanjutnya ucapakan terima kasih, penulis ucapkan kepada teman seperjuangan kimz yang senantiasa memberikan dukungan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seangkatan Agribisnis 49 yang sama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan di Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor (IPB). Semoga skripsi ini bermanfaat.



Bogor, September 2016 Negi Karniego Singarimbun



DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Metodologi Penelitian Kelayakan Bisnis Kelapa Sawit Kelayakan Bisnis Kelapa Sawit KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Asumsi Dasar Gambaran Umum Lokasi Penelitian Analisis Non-Finansial Analisis Finansial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP



vi vi vi 8 8 4 6 6 7 7 7 8 10 11 11 15 17 17 17 17 18 20 20 20 21 31 35 35 36 36 39 45



DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



Total PDB subsektor pertanian tahun 2014 Jumlah produksi tanaman perkebunan Indonesia tahun 2010-2014 Luas areal kelapa sawit Indonesia tahun 2009-2014 Sebaran kelapa sawit menurut provinsi di Indonesia tahun 2014 Penyaluran benih kelapa sawit di Indonesia Kriteria kelayakan nonfinansial pembibitan Penyusutan dan nilai sisa pada tahun ke-15 Biaya investasi usaha budidaya pembibitan kelapa sawit mainnursery Biaya tetap usaha budidaya pembibitan kelapa sawit Biaya variabel usaha budidaya pembibitan kelapa sawit Kriteria kelayakan investasi pembibitan



8 2 2 3 4 30 32 33 33 34 35



DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7



Proporsi luas lahan perkebunan kelapa sawit berdasarkan kepemilikan Kerangka pemikiran operasional Produk bibit sawit main-nursery Mesin genset diesel penghasil tenaga listrik Mesin pompa air (kiri) dan tower air (kanan) Drum air, jaring (kiri), Pegawai menggunakan sprayer tanaman (kanan) Peti pemesanan kecambah PPKS Medan



5 16 22 24 24 25 26



DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8



Cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 1-7 Lanjutan cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (mainnursery) tahun 1-7 Cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 8-15 Lanjutan cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (mainnursery) tahun 8-15 Kriteria kelayakan investasi pembibitan main-nursery Penyusutan dan nilai sisa pada tahun ke-15 Analisis laba rugi usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (mainnursery) tahun 1-7 Analisis laba rugi usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (mainnursery) tahun 8-15



39 40 41 42 43 43 44 45



PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yaitu negara yang sebagian besar penduduknya bekerja di bidang pertanian. Pertanian memiliki peranan sangat penting, baik di sektor perekonomian, pemenuhan kebutuhan pangan dan juga pertanian berkontribusi nyata pada penyerapan tenaga kerja, dimana penyerapan tenaga kerja mencapai 31.73 persen (BPS 2016). Menurut data dari Badan Pusat Statistik, angka yang disumbangkan sektor pertanian terhadap PDB Indonesia pada tahun 2014 mencapai Rp1 410.66 miliar (BPS 2014) dan setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan jika kita bandingkan dengan angka yang disumbangkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2013, sumbangan sebesar Rp1 275.05 miliar (BPS 2013). Data pada Tabel 1 terlihat komoditas perkebunan penyumbang PDB terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 28.21 persen. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa komoditas perkebunan merupakan salah satu andalan bagi pendapatan nasional dan devisa negara Indonesia, bila dibandingkan dengan sumbangan dari subsektor-subsektor pertanian lainnya. Tabel 1 Total PDB subsektor pertanian tahun 2014 Subsektor Pertanian Total Persentase PDB 2014 (persen) Tanaman Perkebunan 28.21 Tanaman Pangan 24.38 Perikanan 17.52 Peternakan 11.84 Tanaman Holtikultura 11.31 Kehutanan 5.29 Jasa Pertanian dan Perburuan 1.45 Sumber: BPS diolah Pusdatin (2014)



Komoditi utama perkebunan di Indonesia terdiri dari beberapa tanaman. Komoditi-komoditi tersebut diantaranya adalah kelapa sawit, karet, kakao, kopi, dan kelapa. Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan yang memberikan produksi terbesar di Indonesia. Kelapa sawit memiliki produk tingkat perkebunan berupa tandan buah sawit (TBS), TBS dapat diolah menjadi minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kelapa sawit memiliki produksi yang setiap tahunnya mengalami peningkatan dan tingkat pertumbuhan rata-rata pada tahun 2013 ke 2014 yang tertinggi dengan persentase sebesar 5.38 persen, angka ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata komoditi unggulan perkebunan lainnya. Tingginya produksi kelapa sawit di Indonesia merupakan sumber potensial untuk terus dikembangkan oleh Indonesia.



2



Tabel 2 Jumlah produksi tanaman perkebunan Indonesia tahun 2010-2014 Tahun Komoditi Kelapa Sawit Karet Kakao Kopi Kelapa



Satuan



2011



2012



2013



Ton



23 096 541



26 015 518



27 782 004



Ton Ton Ton Ton



2 990 184 712 230 638 647 3 174 379



3 012 254 740 513 691 163 3 189 897



3 237 433 720 862 675 881 3 051 585



2014



Rata-rata pertumbu han 20132014



29 278 189 5.38persen 3 153 186 728 414 644 592 3 005 916



-2.60persen 1.05persen -4.63persen -1.50persen



Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2015)



Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dilakukan oleh 3 jenis pengusahaan yaitu perkebunan negara, perkebunan swasta dan perkebunan rakyat. Pada awal perkembangan kelapa sawit di Indonesia, perkebunan negara menguasai sebagian besar luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan pada perkembangannya, perkebunan swasta dan perkebunan rakyat tumbuh dengan relatif cepat. Perkebunan swasta tumbuh 25 persen, sedangkan pertumbuhan perkebunan rakyat 24 persen per tahunnya selama periode 19902013. Perkembangan di masa depan perkebunan rakyat akan terus meningkat signifikan dan akan menjadi pemilik pangsa pasar terbesar kelapa sawit di Indonesia, hal tersebut dikarenakan semakin terbatasnya lahan sehamparan yang cukup relatif luas sehingga membuat ruang gerak perkebunan swasta dibatasi (GAPKI 2014). Dari Tabel 3 dapat kita lihat bahwa Industri kelapa sawit di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang besar dari tahun ke tahun. Luas areal perkebunan kelapa sawit meningkat menjadi 10.95 juta hektar pada tahun 2014. Laju rata-rata pertumbuhan setiap tahunnya dari tahun 2009-2014 adalah sekitar 5.70 persen. Peningkatan luas areal tersebut terjadi disebabkan oleh stabilnya harga minyak kelapa sawit di pangsa Internasional dan memberikan banyak keuntungan.



Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014*



Tabel 3 Luas areal kelapa sawit Indonesia tahun 2009-2014 Jumlah Laju perPR (Ha) PBN(Ha) PBS(Ha) (Ha) tumbuhan(persen) 7 873 3 061 413 630 512 4 181 369 294 8 385 3 387 257 631 520 4 366 617 6.50 394 8 992 3 752 480 678 378 4 561 966 7.24 824 9 572 4 137 620 683 227 4 751 868 6.45 715 10 465 4 356 087 727 767 5 381 166 9.32 020 10 956 4 551 854 748 272 5 656 105 4.69 231



3 *angka sementara Sumber: DITJENBUN (2014)



Penyebaran perkebunan kelapa sawit hampir merata di Indonesia hal ini disebabkan kelapa sawit merupakan komoditas yang dapat tumbuh baik di daerahdaerah tropis. Karena jenis tanaman ini hanya bisa tumbuh subur dikawasan tropis dan produksinya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat, sehingga menjadi potensi luar biasa bagi Indonesia (Khair 2012). Pengembangan perkebunan kelapa sawit, selain menunjukkan peran yang tinggi sebagai penyumbang devisa, juga membantu pembangunan suatu wilayah dan penyerapan tenaga kerja sehingga sangat membantu suatu negara. Jambi merupakan daerah yang memiliki luas perkebunan terbesar keenam dari semua provinsi penghasil kelapa sawit di Indonesia, setelah Provinsi Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur. Luas Provinsi Jambi dengan bentangan alam yang ada menjadikan 60 persen daerah Jambi sebagai hutan produksi, perkebunan dan kehutanan yang menjadikan salah satu provinsi penghasil produksi di Pulau Sumatera. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa Provinsi Jambi dengan luas terendah, namun memiliki produktivitas terbesar ketiga setelah Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau yakni sebesar 3.05, data tersebut membuat Provinsi Jambi sangat menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Tabel 4 Sebaran kelapa sawit menurut provinsi di Indonesia tahun 2014 Produktivitas Provinsi Luas (ha) Produksi (ton) (Ton/Ha) Riau 2 296 849 7 037 636 3.06 Sumatera Utara 1 392 532 4 753 488 3.41 Kalimantan Tengah 1 156 653 3 312 408 2.86 Sumatera Selatan 1 111 050 2 852 988 2.56 Kalimantan Timur 856 091 1 599 895 1.97 Jambi 608 810 1 857 260 3.05 Sumber: DITJENBUN (2014)



Berdasarkan jenis usahanya, industri kelapa sawit dapat dipisahkan menjadi tiga segmen usaha utama yaitu usaha riset dan pengembangan, usaha budidaya tanaman perkebunan, dan usaha pengolahan hasil perkebunan. Usaha riset dan pengembangan mengusahakan penciptaan benih dan sarana produksi pertanian yang efisien. Usaha budidaya tanaman kelapa sawit terdiri dari pembibitan tanaman dan pembesaran tanaman kelapa sawit untuk memproduksi tandan buah segar (TBS). Usaha pengelolahan kelapa sawit berfungsi mengolah tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (KPO). Untuk mendapatkan produksi yang optimal dari kelapa sawit, sehingga menguntungkan pabrik pengelola TBS. Maka sangat ditentukan oleh benih unggulan dan pembibitan yang baik. Dapat dilihat pada Tabel 5 yaitu beberapa produsen penyaluran benih kelapa sawit unggulan yang asli dan diakui oleh pemerintah Indonesia, pada peringkat pertama yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan (PPKS Medan) dan diikuti oleh PT Socfin Indonesia dan PT PP London Sumatera, Tbk. Jika menggunakan benih unggul, seperti varietas DxP, rata-rata produktivitas yang akan didapat



4 adalah 28 – 32 ton TBS per hektar per tahun. Sedangkan jika menggunakan benih tidak unggul seperti benih asalan yang jatuh di sekitar tanaman, hasilnya tidak dapat dijamin. Umumnya produktivitas di bawah 15-20 ton TBS per hektar per tahun (DITJENBUN 2015). Tabel 5 Penyaluran benih kelapa sawit di Indonesia No.



Sumber Benih



1



PPKS MEDAN



2



PT Socfin Indonesia



3



PT PP London Sumatera, Tbk



4



PT Binasawit Makmur



5



PT Dami Mas Sejahtera



6



PT Tunggal Yunus Estate



7



PT Tania Selatan



8



PT Bakti Tani Nusantara



9



PT Sarana Inti Pratama



10



PT Sasaran Ehsan Mekarsari



Alamat Sumber Benih Jl. Brigjen Katamso No.51 Medan, Provinsi Sumatera Utara. Jl. K.L.Yos Sudarso No.106 Medan, Provinsi Sumatera Utara. Jl. Jend. A.Yani No.2 Medan, Provinsi Sumatera Utara. Jl. Basuki Rahmat 788 Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. JL. Teuku Umar No.19 A Pekanbaru, Provinsi Riau. Jl. Jend. Sudirman no.68 Pekanbaru, Provinsi Riau. Jl. Mayor Zen No.89, Kel.Sei Selayar, Kec.Kalidoni Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Jl. Ampera No.97 Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau. Jl. Riau Ujung No.5 Pekanbaru, Provinsi Riau. Jl. Raya Cileungsi-Jonggol Km.3 Bogor, Provinsi Jawa Barat.



Sumber: Ditjen Perkebunan (2015)



Kelapa sawit memiliki usia tanam yang panjang yaitu 25 tahun, dan kelapa sawit baru menghasilkan TBS pada tahun ke-5 setelah ditanam. Kelapa Sawit yang baik akan menghasilkan TBS 2 – 2.5 ton setiap bulannya. Lamanya usia tanam dan menghasilkan TBS yang optimal maka diperlukan benih dan pembibitan yang baik, sehingga tidak membuat kerugian pada perkebunan kelapa sawit. Pengusaha Sembiring salah satu pengusaha perseorangan di Provinsi Jambi, dimana usaha ini baru berjalan dan investasi yang dilakukan pada awal membuka usaha pembibitan sangat besar, sehingga sangat perlu dilakukan penelitian kelayakan pada usaha ini, apakah usaha memberikan dampak positif atau dampak negatif terhadap Pengusaha Sembiring dan berdirinya pembibitan sangat diharapkan mempermudah pemilik perkebunan untuk mendapatkan bibit sawit kualitas baik dengan kecambah (benih) unggulan, bersertifikat dan harga terjangkau, sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas CPO Indonesia beberapa tahun ke depan. Perumusan Masalah Jambi adalah salah satu provinsi yang menjadi sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia, total perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi 608 810 ha dan perkebunan di Provinsi Jambi tersebar menjadi 9 Kabupaten. Provinsi Jambi



5 pada tahun 2014 menghasilkan 1 857 260 ton kelapa sawit (BPS Provinsi Jambi 2014). Kelapa sawit di Provinsi Jambi pada tahun 2015 memiliki 119 433 ha tanaman perkebunan kelapa sawit belum menghasikan dan berkapasitas sangat rendah dan 4 113 tanaman tua atau rusak karena hampir sebagian besar tidak menggunakan bibit unggul sehingga produktivitasnya menjadi rendah dan perlunya peremajaan ulang.1 Hal tersebut memberikan peluang bagi pelaku usaha penyedian pembibitan kelapa sawit main-nursery. Penjualan bibit kelapa sawit sebaiknya dijual pada saat berumur 1-1.5 tahun karena daya tahan tumbuh bibit sudah sangat baik, tidak mudah mati jika dibandingkan dengan dijual pada saat berbentuk benih atau pre-nursery. Sehingga memudahkan petani sawit dalam mengawasi pertumbuhan kelapa sawit. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa di Provinsi Jambi hampir sebagian besar dimiliki oleh perkebunan rakyat yaitu sebesar 69 persen, sehingga pengusaha pembibitan kelapa sawit mengambil target pasar adalah perkebunan rakyat. Perkebunan rakyat setiap tahun akan meningkat, karena perkebunan swasta akan terhambat perkembangannya diakibatkan lahan yang sudah terbatas.



28% Perkebunan Rakyat Perkebunan Negara Perkebunan Swasta 3%



69%



Gambar 1 Proporsi luas lahan perkebunan kelapa sawit berdasarkan kepemilikan Sumber: BPS Provinsi Jambi (2013)



Persaingan antara pengusaha pembibitan tidak terjadi di Provinsi Jambi, hal tersebut dikarenakan jumlah pengusaha pembibitan terbatas, dan dikarenakan susah mendapatkan surat izin dari Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. Pengusaha Sembiring merupakan pengusaha baru dalam usaha pembibitan. Pembibitan yang dilakukan mencapai 30 000 benih atau dapat mengisi luas lahan perkebunan 230 ha kelapa sawit. Pembibitan Pengusaha Sembiring menggunakan benih unggulan dan bersertifikat dari PPKS Medan, dan usaha pembibitan ini masih menggunakan tekhnologi yang sederhana, jika dibandingkan dengan tekhnologi yang digunakan oleh perseroan terbatas (PT). Pembibitan kelapa sawit pengusaha Sembiring berdiri pada Agustus 2015. Untuk mendirikan tempat pembibitan kelapa sawit dibutuhkan biaya yang besar 1



Antaranews.com. 2012. Jambi punya perkebunan sawit 515.300 hektare. [Internet]. [diakses 2016 April 7]. Tersedia pada: http://jambi.antaranews.com/berita/296672/jambi-punya-perkebunansawit-515300-hektare



6 yaitu mencapai 1.2 miliar, khususnya pada saat awal berdirinya usaha (biaya investasi) seperti biaya pembelian lahan, tempat pembibitan dan naungan, media tanam, pagar, sarana air dan listrik. Kemudian biaya yang dibutuhkan untuk membeli benih unggulan dari PPKS Medan yang merupakan bahan baku utama usaha pembibitan juga tidak murah. Sedangkan penerimaannya baru diterima saat penjualan pembibitan tersebut yaitu sekitar 1 tahun kemudian, yaitu ketika bibit siap untuk dijual. Besarnya dana yang dikeluarkan untuk pembangunan pembibitan kelapa sawit yang dilakukan Pengusaha Sembiring dan umur usaha yang masih muda, membuat studi kelayakan penting untuk dilakukan agar mengetahui seberapa jauh usaha tersebut dapat dilaksanakan, untuk memberi manfaat dan hambatanhambatan apa saja yang mungkin terjadi selama proyek tersebut berjalan. Studi kelayakan usaha dapat dibagi menjadi dua, yaitu kelayakan finansial meliputi NPV, IRR, NET B/C, Payback period dan kelayakan non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial. Maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kelayakan aspek non finansial pada usaha pembibitan mainnursery kelapa sawit ? 2. Bagaimanakah kelayakan aspek finansial pada usaha pembibitan main-nursery kelapa sawit jika berdasarkan kriteria-kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period)?



Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha pembibitan main-nursery kelapa sawit berdasarkan aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial). 2. Menganalisis kelayakan usaha pembibitan main-nursery kelapa sawit berdasarkan aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period).



Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan menambah wawasan penulis dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya terkait dalam penelitian pembibitan kelapa sawit serta penelitian pembibitan komoditas lainnya secara umum. 2. Bagi pengusaha yang dijadikan objek, diharapkan penelitian ini dapat digunakan menjadi bahan referensi dalam melakukan pengembangan usaha pembibitan dan rekomendasi dalam hal kelayakan dan keberlanjutan usaha. 3. Bagi pembaca dan masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi dan wawasan yang bermanfaat, yang terkait dengan studi kelayakan bisnis pembibitan kelapa sawit.



7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada sebuah unit usaha perseorangan yang berada di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi yang berfokus pada pembibitan kelapa sawit. Responden adalah pemilik pembibitan, karyawan, dan masyarakat sekitar pembibitan. Wilayah ini dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dilakukan. Aktivitas dalam pembibitan ini yaitu pre-nursery dan main-nursery, teteapi dikarenakan Pengusaha Sembiring hanya menjual pembibitan main-nursery, sehingga penelititan ini hanya fokus terhadap bibit main-nursery saja. Analisis penelitian ini difokuskan menganalisis mengenai kondisi aktual pada saat penelitian dilakukan, yakni kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit yang meliputi aspek finansial dan non-finansial. Keterbatasan penelitian ini yaitu pada aspek lingkungan, dimana peneliti tidak membahasnya dikarenakan asumsi lahan yang dimiliki Pengusaha Sembiring hanya 1.5 ha dan hanya perusahaan perseorangan.



TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Bibit merupakan bahan yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam mengahadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting atau penanaman di lapangan (PPKS, 2003). Bibit yang dihasilkan adalah bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) juga menyatakan bahwa pembibitan kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan dasar dari perusahaan untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi. Penelitian Legimin (2012) mengenai budidaya kelapa sawit menyatakan bahwa kelapa sawit sangat penting karena kebutuhan akan minyak goreng di dalam negeri terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar ekonomi masyarakat. Penelitian tersebut menyebutkan dalam pembibitan kelapa sawit membutuhkan 2 kali perpindahan yaitu tahapan pertama pada saat penanaman kecambah pada polybag 12 × 23 cm atau 15 × 23 cm dan tahapan kedua setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 2-5 helai bibit dipindahkan ke dalam polibag 40 × 50 cm. Pemeliharaan pembibitan kelapa sawit yaitu dengan penyiraman dilakukan dua kali sehari dan penyiangan 2-3 kali sebulan yang disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Penelitian Rosa (2012) menyatakan bahwa pemeliharaan dalam pembibitan kelapa sawit meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pada



8 pagi dan sore hari tetapi tergantung curah hujan yang turun. Tiap kali penyiraman dibutuhkan air sampai dengan kapasitas lapang. Penyiangan gulma dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di polibag dan di sekitar polibag. Penyiangan dilakukan secara manual. Pemupukan pertama dilakukan pada umur 4 MST, kemudian pemberian pupuk selanjutnya dengan interval 1 minggu sekali. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dan NPK dan diaplikasikan dalam bentuk larutan dengan menggunakan gembor. Penelitian Maryani (2012) menyebutkan bahwa pemeliharaan pembibitan kelapa sawit sangat sensitif terutama dengan pemberian air. Karena perbedaan pemberian air cenderung mempengaruhi pertumbuhan bibit kelapa sawit yaitu pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan lilit bonggol. Sedangkan Effendi (2010) menyatakan bahwa sistem yang digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) selama 3 bulan pada polybag berukuran kecil (babybag) dan pembibitan utama (main nursery) dengan polybag berukuran lebih besar (largebag). Pemeliharaan pembibitan awal meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, seleksi bibit. Dan pemeliharaan pada pembibitan utama yaitu penyiraman, penyiangan gulma, pemberian mulsa, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan seleksi bibit. Metodologi Penelitian Kelayakan Bisnis Kelapa Sawit Metode pemilihan lokasi penelitian analisis kelayakan bisnis yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya Asrida (2012), Darus dan Sihombing (2014), Demiyati dan Priatna (2012), Nugroho (2008), Perangin-angin (2015) adalah secara sengaja (purposive method). Jenis dan sumber data yang digunakan oleh seluruh peneliti tersebut merupakan data primer dan data sekunder. Penelitian Asrida (2012) dilakukan di Kabupaten Aceh Utara, penelitian Darus dan Sihombing (2014) dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, penelitian Demiyati dan Priatna (2012) dilakukan di Desa Budi Asih, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, penelitian Nugroho (2008) dilakukan di Medan, Provinsi Sumatera Utara, sedangkan penelitian Perangin-angin (2015) dilakukan di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan mengenai analisis kelayakan bisnis kelapa sawit sangat penting dilakukan karena biaya investasi dalam pendirian bisnis yang besar dan selalu berhadapan dengan risiko. Hal inilah yang menyebabkan sangat penting diperlukan kajian tentang kelayakan bisnis sebelum dan sedang menjalankan bisnis. Penelitian analisis kelayakan bisnis menggunakan analisis nonfinansial dan analisis finansial serta analisis risiko dalam bisnis. Pada analisis nonfinansial diperlukan adanya analisis yakni aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan. Pada analisis finansial diperlukan adanya analisis yakni NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Sedangkan pada analisis risiko dapat menggunakan berbagai cara yakni analisis sensitivitas, analisis nilai pengganti dan analisis skenario. Pada penelitian Asrida (2012), analisis finansial menggunakan alat analisis NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Sedangkan pada analisis risiko



9 menggunakan analisis sensitivitas yaitu menggunakan indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen dan penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen. Penelitian ini tidak melakukan analisis nonfinansial. Pada penelitian Darus dan Sihombing (2014), analisis finansial menggunakan alat analisis NPV, IRR, dan net B/C. Penelitian ini hanya fokus terhadap finansial saja sehingga tidak melakukan analisis risiko serta analisis nonfinansial. Pada penelitian Demiyati dan Priatna (2012), analisis finansial menggunakan alat analisis NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Sedangkan analisis nonfinansial menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan. Penelitian ini juga melakukan analisis risiko yaitu menggunakan analisis nilai pengganti dengan mengukur besar perubahan produktivitas, harga, dan biaya. Pada aspek pasar peneliti melihat dari prospek pasar dan rencana pemasaran, pada aspek teknis peneliti melihat dari ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi, pada aspek manajemen dan hukum peneliti melihat dari status lahan, perjanjian kerjasama dan kemungkinan konflik sosial, aspek sosial dan ekonomi peneliti melihat dari peningkatan lapangan kerja dan pendapatan, serta infrastruktur, sedangkan pada aspek lingkungan peneliti melihat dari isu lingkungan perkebunan kelapa sawit dan penerapan ISPO. Pada penelitian Nugroho (2008), analisis finansial menggunakan alat analisis NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Sedangkan analisis nonfinansial menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Penelitian ini juga melakukan analisis risiko yaitu menggunakan analisis sensitivitas yaitu menggunakan indikator penurunan produksi benih sebesar 10 persen, peningkatan harga benih sebesar 5 persen, peningkatan upah tenaga kerja sebesar 15 persen, dan pengaruh bersama peningkatan harga benih dan peningkatan upah tenaga kerja. Pada penelitian ini juga menghitung jika terjadi adanya inflasi dan tidak adanya inflasi. Pada aspek pasar peneliti melihat dari potensi pasar dan program pemasaran, pada aspek teknis peneliti melihat dari lokasi usaha, tata letak tempat produksi dan proses produksi, sedangkan pada aspek hukum peneliti melihat dari surat keputusan yang dikeluarkan oleh menteri pertanian RI Pada pemelitian Perangin-angin (2015), analisis finansial menggunakan alat analisis NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Sedangkan analisis nonfinansial menggunakan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan. Penelitian ini tidak melakukan analisis risiko. Pada aspek pasar peneliti melihat dari 4P yaitu permintaan, penawaran, harga, dan strategi pemasaran, pada aspek teknis peneliti melihat dari lokasi pabrik, fasilitas pendukung produksi, ketersediaan bahan baku, analisis bahan baku dan jumlah produksi, serta proses produksi, pada aspek manajemen peneliti melihat dari sumber daya manusia dalam mengelola keuangan serta pengoperasian, sedangkan pada aspek sosial dan lingkungan peneliti melihat dari dampak negatif serta dampak positif kegiatan operasional pabrik tersebut.



10 Kelayakan Bisnis Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah topik yang sangat menarik untuk diteliti. Indonesia sebagai Negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Sehingga sangat dibutuhkan banyak penelitian dan studi tentang tanaman kelapa sawit. Sampai pada saat ini, penelitian tentang kelapa sawit sudah banyak dilakukan. Namun penelitian tersebut masih terkonsentrasi pada perkebunan dan pabrik kelapa sawit sedangkan peneliti pada saat ini melakukan studi kelayakan pada pembibitan kelapa sawit. Maka dari itu peneliti melakukan studi kelayakan pembibitan kelapa sawit dengan lokasi penelitian di Provinsi Jambi. Hasil Penelitian Asrida (2012) menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan pada pabrik kelapa sawit di Kabupaten Aceh Utara layak untuk dilaksanakan. Hasil kelayakan analisis finansial menunjukkan NPV sebesar Rp 106 698 657 000 (NPV ≥ 0), IRR 22.34 (IRR ≥ discount rate), Net B/C 2.30 (Net B/C ≥ 1), payback period 3 tahun 8 bulan hari (PP < umur bisnis). Hasil analisis sensitivitas dengan indikator kenaikan biaya produksi dan penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen juga masih layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis sensitivitas dengan indikator kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen menunjukkan NPV sebesar Rp99 772 392 000 (NPV ≥ 0), IRR 21.47 (IRR ≥ discount rate), Net B/C 2.21 (Net B/C ≥ 1), payback period 4 tahun 1 bulan (PP < umur bisnis). Sedangkan dengan indikator penurunan kapasitas produksi sebesar 10 persen menunjukkan NPV sebesar Rp84 671 172 000 (NPV ≥ 0), IRR 19.52 (IRR ≥ discount rate), Net B/C 2.03 (Net B/C ≥ 1), PP 4 tahun 3 bulan (PP < umur bisnis). Hasil Penelitian Darus dan Sihombing (2014) menunjukkan bahwa kelapa sawit rakyat di Provinsi Riau tersebut masih layak untuk dilaksanakan. Hasil kelayakan analisis finansial menunjukkan NPV sebesar Rp30 113 603 (NPV ≥ 0), IRR 24.498 persen (IRR ≥ discount rate), Net B/C 2.934 (Net B/C ≥ 1). Hasil Penelitian Demiyati dan Priatna (2012) menunjukkan investasi perkebunan rakyat kelapa sawit dengan sistem bagi hasil di Desa Budi Asih, Provinsi Sumatera Selatan tersebut masih layak untuk dilaksanakan akan tetapi dilakukan beberapa penyesuaian tambahan. Hasil kelayakan analisis nonfinansial belum layak dilaksanakan, namun dapat dilanjutkan dengan beberapa penyesuaian tambahan. Hasil analisis finansial menunjukkan kriteria investasi bagi pemilik lahan NPV sebesar Rp983 132 527.25 (NPV ≥ 0), B/C 2.15(Net B/C ≥ 1), IRR 13.74 persen (IRR ≥ discount rate), Payback Period 13.038 tahun (PP < umur bisnis), Kriteria investasi investor dihasilkan NPV sebesar Rp1 425 349 441.46 (NPV ≥ 0), B/C 3.70 (Net B/C ≥ 1), IRR 21.13 (IRR ≥ discount rate), Payback Period selama 9.133 tahun (PP < umur bisnis). Hasil analisis nilai pengganti bagi pemilik lahan dan investor persentase penurunan produktivitas dan harga TBS lebih sensitif dibandingkan peningkatan seluruh biaya variabel maksimal. Penurunan perkiraan produktivitas dan harga jual TBS maksimal bagi pemilik lahan 26.92 persen dan peningkatan biaya variabel 50.76 persen. Sedangkan bagi investor harga jual 38.31 persen dan peningkatan biaya variabel maksimal adalah 80.83 persen. Hasil penelitian Nugroho (2008) menunjukkan usaha pembibitan prenursery layak untuk dilanjutkan. Hasil analisis nonfinansial menunjukkan layak untuk dilaksanakan karena tidak memiliki hambatan yang berarti pada setiap



11 aspeknya. Hasil analisis finansial tanpa memperhitungkan inflasi menghasilkan NPV sebesar Rp1 940 030 906 (NPV ≥ 0), IRR 136 persen (IRR ≥ discount rate), Net B/C 9.14 (Net B/C ≥ 1), dan PP selama 1 tahun 10 bulan (PP < umur bisnis) sedangkan kelayakan finansial dengan memperhitungkan adanya inflasi menghasilkan NPV sebesar Rp2 726 560 680 (NPV ≥ 0), IRR 151 persen (IRR ≥ discount rate), Net B/C 12.43 (Net B/C ≥ 1), dan PP selama 1 tahun dan 9 bulan (PP < umur bisnis). Jika dilihat dari analisis sensitivitas, maka usaha pembibitan pre-nursery ini sangat sensitif terhadap kenaikan harga benih, kenaikan upah tenaga kerja dan yang terakhir adalah penurunan jumlah produksi. Hasil penelitian Perangin-angin (2015) menunjukkan bahwa pendirian pabrik kelapa sawit layak dilaksanakan dari seluruh aspek nonfinansial, kecuali aspek teknis dalam hal pengadaan bahan baku. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai kriteria investasi layak dengan NPV sebesar Rp17 645 785 706 (NPV ≥ 0), IRR 25.09 (IRR ≥ discount rate), Net B/C 2.74 (Net B/C ≥ 1), dan PP 5 tahun 8 bulan 21 hari (PP < umur bisnis).



KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Investasi Menurut Sharpe (2005) dalam Sucipto (2011), definisi investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar dimasa yang akan datang. Dalam atribut ini terkandung 3 atribut yang penting dalam investasi yaitu adanya keuangan, risiko, dan tenggang waktu. Mengorbankan uang atau dollar artinya menanamkan sejumlah uang dalam suatu usaha saat ini atau saat investasi dilakukan dan mengharapkan pengembalian investasi (keuntungan) yang diharapkan pada masa yang akan datang (dalam waktu tertentu). Pengorbanan sekarang mengandung suatu kepastian bahwa uang yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan. Sedangkan hasil di masa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung pada kondisi di masa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang usaha, oleh karena itu investasi pun dibagi dalam beberapa jenis. Dalam praktiknya jenis investasi dibagi dalam dua macam: 1. Investasi nyata (real investment) Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan, atau mesin-mesin. 2. Investasi finansial (finansial investment) Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi dalam sektor keuangan, misalnya pembelian saham, obligasi, sertifikat deposito maupun surat-surat berharga lainnya. Studi Kelayakan Bisnis Menurut Nurmalina et al. (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan



12 manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Kasmir dan Jakfar (2010) mendefinisikan studi kelayakan bisnis merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Studi kelayakan bisnis sudah menjadi tolak ukur yang sangat berguna sebagai dasar penilaian keberhasilan suatu rencana bisnis terutama oleh pihak investor dan lembaga keuangan sebelum memberi bantuan dana atau modal (Nurmalina et al. 2010). Studi kelayakan bisnis dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu: (1) menghindari risiko kerugian, (2) memudahkan perencanaan, (3) memudahkan pelaksanaan pekerjaan, (4) memudahkan pengawasan, (5) memudahkan pengendalian (Kasmir dan Jakfar 2010). Analisis Aspek Pasar Penilaian bisnis dari aspek pasar digunakan untuk meninjau seberapa besar peluang pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang akan dikuasai. Kemudian aspek pasar juga membahas strategi apa yang akan dilakukan untuk menguasai pasar. Seorang pemasar harus selalu mengetahui terlebih dahulu pasar yang akan dimasukinya, seperti : (1) ada tidak pasarnya, (2) seberapa besarnya pasar yang ada, (3) potensi pasar, (4) tingkat persaingan yang ada, termasuk besarnya market share yang akan direbut dan market share pesaing. Karena aspek pasar sangat menetukan tujuan dari usaha tersebut (Kasmir dan Jakfar 2010). Analisis Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tesebut selesai dibangun, pada aspek teknis ini juga dapat membantu mengetahui rancangan awal penaksiran biaya investasi. Pada aspek ini dilihat lokasi bisnis yaitu ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Pada luas produksi dilihat dari batasan permintaan, jumlah dan kemampuan tenaga kerja, kapasatas mesin-mesin, dan kemampuan finansial dan manajemen perusahaan (Nurmalina et al. 2010) Analisis Aspek Manajemen dan Hukum Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek hukum yaitu bentuk badan usaha yang akan digunakan perusahaan, izin usaha dari pemerintah setempat, tersedianya kelengkapan surat-surat seperti sertifikat tanah, dan jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam modal. Kemudian terdapat juga peraturan pemerintah baik pusat ataupun daerah yang membatasi ruang gerak perusahaan. Aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Suwarsono 2000). Kelayakan dapat dilihat dari bentuk badan usaha yang legal agar status hukum jelas serta apakah jenis pekerjaan yang dibutuhkan terpenuhi oleh tenaga kerja.



13 Analisis Aspek Sosial Aspek sosial yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial terhadap masyarakat seluruhnya. Aspek sosial memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkun dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial dalam analisis kelayakan bisnis memiliki tujuan utama untuk menilai kondisi finansial (keuangan) perusahaan secara keseluruhan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, proyeksi aliran kas (cashflow) dan laporan laba/rugi, serta kriteria penilaian investasi. Rencana anggaran dari suatu proyeksi analisis finansial dilakukan untuk mengetahui seberapa besar investasi yang dibutuhkan dan sumber dana yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan bisnis tersebut. Analisis finansial juga digunakan sebagai pertimbangan dalam pengajuan kredit investasi dan modal kerja serta penjadwalan pelunasan kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek bisnis tersebut. Dalam analisis ini kriteria yang digunakan untuk perusahaan adalah Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C), serta rasio-rasio keuangan. NPV (Net Present Value) Suatu bisnis dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. Net present value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang rupiah (Nurmalina et al. 2010) IRR (Internal Rate of Return) Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Ini dapat ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat Discount Rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Di dalam prakteknya menghitung tingkat IRR umumnya dilakukan dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate yang lebih rendah (yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2010)



14 Net Benefit–Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis atau kegiatan investasi dapat dikatakan layak apabila Net B/C lebih besar dari satu, dan dikatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al. 2010) Payback Period(PP) Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang diisyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan yang sejenis. Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cash flow setelah periode payback. Untuk mengatasi kelemahan yang pertama maka kadang dipakai discounted payback periode. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi (Nurmalina et al. 2010). Arus Kas (Cash Flow) Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk dan jenis-jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar 2010). Komponen yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), dan manfaat bersih (net benefit). Arus penerimaan terdiri dari nilai produksi, pinjaman, hadiah atau hibah, dan nilai sisa. Arus pengeluaran terdiri dari biaya investasi, biaya operasional, pinjaman dan bunga pinjaman, serta pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran. Laporan Laba/Rugi Laporan laba/rugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan laba/rugi juga menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu dan untuk menaksir pajak yang akan dimasukkan ke dalam cashflow. Komponen yang terdapat pada laporan laba/rugi meliputi pendapatan dari penjualan produk barang atau jasa, beban produksi (biaya operasional), beban administrasi dan pemasaran (biaya untuk kegiatan pemasaran dan biaya administrasi), dan beban keuangan seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan dalam laporan laba/rugi, biaya yang terkait dengan investasi yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barang-barang investasi yang ada.



15 Kerangka Pemikiran Operasional Saat ini perkembangan kelapa sawit setiap provinsi di Indonesia sangat pesat. Salah satunya yaitu Provinsi Jambi. Provinsi Jambi menunjukkan pertumbuhan yang terus meningkat setiap tahunnya terutama pada luas areal tanaman kelapa sawit. Akan tetapi menurut data jurnal, di Provinsi Jambi banyaknya tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tua dan banyak tanaman kelapa sawit yang produktivitasnya rendah. Hal ini menyebabkan pembibitan kelapa sawit yang berkualitas dan bersertifikat sangat diperlukan. Karena pembibitan yang berkualitas akan menghasilkan tanaman kelapa sawit yang berkualitas juga sehingga akhirnya menghasilkan produktivitas yang tinggi yaitu mencapai 28-32 ton TBS per hektar per tahunnya. Pengusaha Sembiring adalah salah satu pengusaha baru dan sedang berjalan dalam usaha pembibitan kelapa sawit yang beroperasi di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi. Pengusaha Sembiring memiliki target pasar yaitu perkebunan rakyat. Dimana perkebunan rakyat di Provinsi Jambi meningkatnya sangat pesat setiap tahunnya sedangkan perkebunan negara dan perkebunan swasta memiliki peningkatan yang kecil dikarenakan lahan hamparan luas yang mulai terbatas di Provinsi Jambi. Pengusaha Sembiring dalam pembibitan kelapa sawitnya membutuhkan investasi yang besar dan biaya operasional yang tinggi sehingga membutuhkan pendanaan dari lembaga perbankan. Pembibitan kelapa sawit juga menimbulkan risiko dan manfaat sehingga diperlukan analisis kelayakan bisnis. Analisis kelayakan bisnis dilakukan dengan menggunakan analisis investasi yaitu dilihat dari analisis nonfinansial dan analisis finansial. Analisis nonfinansial menilai kelayakan dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan. Analisis finansial menilai kelayakan dengan menggunakan kriteria kelayakan seperti NPV, IRR, Net B/C, Payback Period berdasarkan proyeksi arus kas dan laba rugi. Analisis kelayakan usaha perlu dilakukan agar mengetahui apakah dengan kebijakan dan sistem usaha yang dilakukan oleh Pengusaha Sembiring layak untuk dilanjutkan atau perlu dilakukan perbaikan. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.



16



-



Jumlah luas dan produksi TBS kelapa sawit meningkat setiap tahunnya di Indonesia khususnya di Provinsi Jambi Di Provinsi Jambi terdapat banyak tanaman tua dan tanaman berpenghasilan rendah



Pengusaha Sembiring merupakan pengusaha baru yang bergerak di pembibitan kelapa sawit di Provinsi Jambi dimana investasi yang akan dilakukan dan yang sudah dilakukan oleh Pengusaha Sembiring melakukan peminjaman modal investasi kepada pihak perbankan



Analisis Kelayakan Usaha



Aspek Non finansial -



Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen dan hukum Aspek sosial



Aspek Finansial - NPV - Net B/C - IRR - Payback Period



Layak



Tidak Layak



Lanjutkan



Perbaikan



Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional



17



METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di pembibitan Pengusaha Sembiring, Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2016. Pemilihan pembibitan Pengusaha Sembiring setelah direkomendasikan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. Pengusaha Sembiring baru melaksanakan selama 10 bulan, sehingga dibutuhkan penelitian analisis kelayakan pembibitan sawit tersebut. Pembibitan Pengusaha Sembiring adalah pembibitan dengan menggunakan benih kelapa sawit PPKS Medan. Pengusaha Sembiring baru memasuki bisnis pembibitan kelapa sawit, dan pengetahuan yang dimiliki mengenai pembibitan kelapa sawit yaitu bermodalkan pengalaman-pengalaman beliau ketika bekerja di PTPN 6, sehingga diharapkan dapat menghasilkan bibitbibit yang bagus.



Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan di dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan mengenai aspek non finansial, aspek non finansial berhubungan dengan lingkungan internal dan eksternal. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber terkait dengan turun lapang yang dilakukan dan diolah dengan menggunakan perhitungan kelayakan, baik dari kelayakan finansial yang dapat dilihat dari segi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return(IRR), dan Payback Period(PP). Data primer dan data sekunder yang digunakan berupa data yang berkaitan dengan aspek finansial dan aspek non finansial. Data primer digunakan untuk menggambarkan keadaan perusahaan dan data sekunder digunakan sebagai dasar yang digunakan sebagai dasar perhitungan finansial pembibitan kelapa sawit tersebut. Data sekunder dan primer yang digunakan di dalam penelitian untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan adalah dengan menggunakan media elektronik, buku, internet serta pertanyaan yang diberikan kepada responden, yaitu responden dalam hal ini adalah orang yang berkaitan dalam penelitian tersebut.



Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh langsung dari responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan, dan responden ialah pemilik pembibitan kelapa sawit, pegawai yang bekerja di pembibitan tersebut dan juga beberapa warga disekitar pembibitan tersebut. Data sekunder diperoleh dari pembukuan yang dimiliki oleh Pengusaha Sembiring.



18 Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek nonfinansial pada pembibitan kelapa sawit yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel dan kalkulator kemudian ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan interpretasi. Analisis kuantitatif meliputi analisis finansial pembibitan kelapa sawit dengan menggunakan kriteria-kriteria kelayakan investasi yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period. Pengolahan dan analisis data ini diarahkan pada analisis kelayakan, apakah pembibitan layak dijalankan atau mengalami perbaikan melihat kebijakan yang diterapkan oleh pengusaha tersebut dan apakah pembibitan mendapat keuntungan yang maksimal atau mengalami kerugian. Net Present Value (NPV) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (present) dari selisih antara manfaat dengan biaya pada tingkat diskonto (bunga) tertentu. Dinyatakan dalam rumus: n Bt Ct NPV ∑ (1 i)t t 0



Keterangan : NPV Bt Ct n t



= Nilai bersih sekarang (Rupiah) = Manfaat pada tahun ke – t (Rupiah) = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah) = Tingkat diskonto (persen) = Umur proyek (tahun) = Tahun



Dalam metode NPV terdapat tiga kriteria investasi yaitu : 1. NPV > 0, secara finansial proyek layak untuk diusahakan dan dapat menghasilkan keuntungan. 2. NPV = 0, secara finansial proyek sulit untuk diusahakan dan tidak dapat menghasilkan keuntungan. 3. NPV < 0, secara finansial lebih baik proyek tidak dilaksanakan karena akan menimbulkan kerugian. Internal Rate of Return (IRR) IRR atau Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian internal dari investasi selama umur proyek yang bertujuan untuk mengetahui persentasi keuntungan dari suatu proyek tiap tahun dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman, secara matematis nilai tersebut dirumuskan sebagai berikut:



19 IRR Keterangan : IRR NPV NPV' ’



= = = = =



i



NPV ( NPV NPV



)



Tingkat internal hasil (persen) Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah) Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah) Tingkat diskonto menghasilkan NPV positif (persen) Tingkat diskonto menghasilkan PV negatif (persen)



Hasil analisis IRR lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto) yang berlaku, menunjukan proyek tersebut layak untuk dilakukan. Sebaliknya bila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank maka usaha tersebut tidak layak untuk dilakukan. Net Benefit- Cost Ratio (Net B/C) Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Secara matematis dapat dinyatakan sebagai : Bt Ct



Net B/C



Keterangan:



Bt Ct T



∑nt 1 (1



i)t Bt Ct ∑nt 1 (1 t i)



(untuk Bt – Ct 0) (untuk Bt Ct DR) sehingga pembibitan main-nursery Pengusaha Sembiring layak untuk dijalankan. 3. Net B/C Net B/C rasio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negative. Hal ini memiliki arti manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan sesetiap satuan kerugian dari bisnis tersebut. Jika hasil Net B/C bernilai positif maka ketika usaha mengeluarkan sejumlah biaya tambahan maka nilai manfaat tambahan yang diperolehnya menjadi lebih banyak. Pada perhitungan B/C dalam perhitungan kriteria investasi ini diperoleh nilai Net B/C sebesar 5. Hal ini berarti, setiap tambahan sebesar Rp1 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp5. Nilai Net B/C pada pembibitan Pengusaha Sembiring terbukti lebih besar dari 1 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan (Net B/C > 1) 4. Payback Period (PP) Perhitungan PP digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian modal usaha pembibitan, yakni 6 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa seluruh biaya investasi dapat dikembalikan dalam jangka waktu umur usaha yakni selama 15 tahun. Maka jangka waktu pengembalian modal usaha dapat dikatakan lebih cepat pengembaliannya dibandingkan dengan umur usaha, sehingga pembibitan Pengusaha Sembiring layak untuk dijalankan. Hasil analisis finansial dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Kriteria kelayakan investasi pembibitan Uraian Hasil NPV Rp2 031 507 663 NET B/C 5 IRR 38 % Rata-rata Penerimaan Bersih Rp135 433 844 Payback Period 6.06



SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari kelayakan usaha budidaya pembibitan kelapa sawit main-nursery (Studi kasus: usaha Sembiring di Desa Pinang Merah, Provinsi Jambi) adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial usaha ini layak untuk dijalankan karena tidak ada aspek yang menghambat proses usaha, memiliki pasar yang tinggi, serta memiliki dampak yang baik bagi sosial dan masyarakat sekitar. 2. Berdasarkan aspek finansial, kriteria kelayakan investasi budidaya pembibitan kelapa sawit main-nursery menunjukkan layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan memiliki nilai NPV Rp2 031 507 663 lebih besar dari 0, nilai Net B/C 5 lebih besar dari 1, nilai IRR 38 persen lebih besar dari tingkat diskonto



36 yang digunakan yaitu 12 persen dan nilai payback period 6 tahun lebih kecil dari umur proyek yaitu 15 tahun. Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk Pengusaha Sembiring adalah sebagai berikut : 1. Pengusaha harus melakukan manajemen yang baik terhadap usaha ini agar hasil aktual yang didapat sama dengan proyeksi cashflow yang telah dilakukan dalam penelitian ini. 2. Diperlukan peninjauan ulang setelah dilakukannya realisasi panen agar dapat dilihat hasil dari kondisi aktual dengan proyeksi cashflow yang telah dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA Asrida. 2012. Kelayakan Finansial Investasi Pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Utara. [Internet]. [diunduh 2016 April 7]; 12(1). Tersedia pada : http://118.97.150.19/jurnal/index.php/LTR1/article/view/148/92. [BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. PDB lapangan usaha 2010 [Internet]. [diunduh pada 2016 April 7]. Tersedia pada: https://aplikasi2.pertanian.go.id/pdb/rekaptahun.php. Buana L, Siahaan D, Adiputra S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit: Kultur Teknis Kelapa Sawit. Medan (ID) : PPKS. Darus, Sihombing. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Kelapa Sawit Rakyat. [Internet]. [diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada : http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/7968/3396. Demiyati T, Priatna W B. 2012. Analisis Kelayakan Investasi Perkebunan Rakyat Kelapa Sawit dengan Sistem Bagi Hasil di Desa Budi Asih, Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Tersedia pada : http://ilkom.journal.ipb.ac.id/index.php/fagb/article/view/8876/6947 [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Luas areal kelapa sawit 2014 [Internet]. [diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/berita-362-pertumbuhan-areal-kelapa-sawitmeningkat.html. [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan di Indonesia Tahun 2011-2015 [Internet]. [diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada: http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-3-prod-lsareal-prodvitas-bun.pdf [DITJENBUN] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Produsen benih kelapa sawit tahun 2015 [Internet].[diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada: http://ditjenbun.pertanian.go.id/tanhun/berita-270-alamat-produsen-benihkelapa-sawit-dan-harga-benih-kelapa-sawit-tahun-2015.html. Effendi D. 2010. Pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit PT Jambi Agro Wijaya Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.



37 Fahmi N. 2012. Jambi punya perkebunan sawit 515 300 hektare [Internet]. [diunduh 2016 April 17]. Tersedia pada: http://jambi.antaranews.com/berita/296672/jambi-punya-perkebunan-sawit515300-hektare. [GAPKI] Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia. 2014. Industri minyak sawit Indonesia menuju 100 tahun NKRI [Internet]. [diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada: http://gapki.or.id/assets/upload/INDUSTRIpersen20MINYAKpersen20SA WITpersen20INDONESIApersen20MENUJUpersen20100persen20TAHU Npersen20NKRI.pdf. Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta (ID) : AMP YKPN Jumingan. 2011. Studi Kelayakan Bisnis, Teori dan Pembuatan Proposal Kelayakan. Jakarta (ID) : Bumi Aksara Kasmir, Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta (ID): Kencana. [KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2014. Jumlah produksi tanaman perkebunan Indonesia tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada https://aplikasi.pertanian.go.id/bdsp/hasil_kom.asp. [KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2014. PDB sub sektor pertanian 2014 [Internet]. [diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada: http://pusdatin.setjen.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/Buletin_PDB_ TWI_2015.pdf. Legimin. 2012. Budidaya Kelapa Sawit. [Internet]. [diunduh 2016 April 7]. Tersedia pada: http://amikom.ac.id/research/index.php/STI/article/view/8693/7026. Mangoensoekerjo S. 2008. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): UGM Pr. Maryani A T. 2012. Pengaruh volume pemberian air terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di pembibitan utama [jurnal]. Jambi (ID): Universitas Jambi. Nugroho Y. 2008. Kelayakan usaha pembibitan pre-nursery kelapa sawit PT Socfin Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID): Departemen Agribisnis FEM IPB. Perangin-angin R B. 2015. Studi kelayakan bisnis pabrik pengolahan kelapa sawit PT Indomas Mitra Teknik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rosa N R. 2012. Pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit Kebun Bangun Bandar PT Socfindo Medan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Socfin. 2014. Cara membibitkan sawit [Internet].[diunduh 2016 April 17]. Tersedia pada: http://www.infosawit.com/news/9/cara-membibitkan-benihsawit. Sucipto A. 2011. Studi Kelayakan Bisnis Analisis Integratif dan Studi Kasus. Malang (ID): Uin-Maliki. Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis : Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Andi. Yuniasari F. 2016. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Cendana [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.



38



LAMPIRAN



Lampiran 1 Cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 1-7 Uraian INFLOW Dana investasi Penjualan bibit Nilai sisa Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Beli lahan Traktor lahan Pagar (Jaring) Naungan bibit Gembor tanaman Sumur bor + Pipa paralon Tandon + tempat Drum air Mesin genset Instalasi listrik Selang air Saung jaga Perangkat pertanian Sprayer tanaman Total Biaya Investasi



1



2



3



Tahun 4



5



6



7



150 000 000 525 000 000



630 000 000



735 000 000



840 000 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



675 000 000



630 000 000



735 000 000



840 000 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



750 000 000 4 500 000 7 920 000 3 000 000 300 000 15 000 000 10 000 000 6 000 000 5 000 000 2 000 000 1 500 000 15 000 000 350 000 1 400 000 821 970 000



7 920 000 3 000 000 300 000



7 920 000 3 000 000 300 000



6 000 000



6 000 000



7 920 000 3 000 000 300 000 10 000 000 6 000 000 5 000 000



0



1 500 000



1 500 000



1 500 000



350 000 1 400 000 20 470 000



350 000 1 400 000 20 470 000



350 000 1 400 000 20 470 000



0



15 000 000



39



Lampiran 2 Lanjutan cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 1-7 Uraian Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya listrik Gaji pegawai Total Biaya Tetap Biaya Variabel Kecambah sawit PPKS Polybag mini Polybag besar Pengisian tanah polibag Pestisida puradan Pupuk NPK Pupuk urea Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Pembayaran cicilan bank Total Outflow Laba kotor Pajak 1% Net Benefit Discount factor 12% PV Manfaat/tahun PV Biaya/tahun PV Net Benefit/tahun



1



2



3



Tahun 4



5



6



7



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000 48 000 000 1 252 970 000 (577 970 000)



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000 48 000 000 431 000 000 199 000 000 6 300 000 192 700 000 0.797193878 502 232 143 343 590 561 153 619 260



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000 48 000 000 451 470 000 283 530 000 7 350 000 276 180 000 0.711780248 523 158 482 321 347 428 196 579 469



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000 48 000 000 431 000 000 409 000 000 8 400 000 400 600 000 0.635518078 533 835 186 273 908 292 254 588 542



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000 48 000 000 451 470 000 441 030 000 8 925 000 432 105 000 0.567426856 506 428 469 256 176 203 245 187 981



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



398 000 000 494 500 000 8 925 000 485 575 000 0.506631121 452 168 276 201 639 186 246 007 407



403 470 000 489 030 000 8 925 000 480 105 000 0.452349215 403 721 675 182 509 338 217 175 120



(577 970 000) 0.892857143 602 678 571 1 118 723 214 (516 044 643)



40



Lampiran 3 Cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 8-15 Uraian INFLOW Dana investasi Penjualan bibit Nilai sisa Total Inflow OUTFLOW Biaya Investasi Beli lahan Traktor lahan Pagar (Jaring) Naungan bibit Gembor tanaman Sumur bor + Pipa paralon Tandon + tempat Drum air Mesin genset Instalasi listrik Selang air Saung jaga Perangkat pertanian Sprayer tanaman Total Biaya Investasi



Tahun 8



9



10



11



12



13



14



15



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000



892 500 000 768 735 000 1 661 235 000



7 920 000 3 000 000 300 000



7 920 000 3 000 000 300 000



7 920 000 3 000 000 300 000



6 000 000



6 000 000



1 500 000



7 920 000 3 000 000 300 000 15 000 000 10 000 000 6 000 000 5 000 000 2 000 000 1 500 000



1 500 000



1 500 000



350 000 1 400 000 20 470 000



350 000 1 400 000 52 470 000



350 000 1 400 000 20 470 000



350 000 1 400 000 20 470 000



6 000 000



0



0



0



0



41



Lampiran 4 Lanjutan cashflow usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 8-15 Uraian Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya listrik Gaji pegawai Total Biaya Tetap Biaya Variabel Kecambah sawit PPKS Polybag mini Polybag besar Pengisian tanah polibag Pestisida puradan Pupuk NPK Pupuk urea Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional Pembayaran cicilan bank Total Outflow Laba kotor Pajak 1persen Net Benefit Discount factor 12% PV Manfaat/tahun PV Biaya/tahun PV Net Benefit/tahun



Tahun 8



9



10



11



12



13



14



15



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



1 000 000 86 400 000 87 400 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 383 000 000



383 000 000 509 500 000 8 925 000 500 575 000 0.403883228 360 465 781 154 687 276 202 173 847



403 470 000 489 030 000 8 925 000 480 105 000 0.360610025 321 844 447 145 495 327 173 130 676



383 000 000 509 500 000 8 925 000 500 575 000 0.321973237 287 361 114 123 315 750 161 171 753



435 470 000 457 030 000 8 925 000 448 105 000 0.287476104 256 572 423 125 187 219 128 819 480



383 000 000 509 500 000 8 925 000 500 575 000 0.256675093 229 082 520 98 306 561 128 485 135



403 470 000 489 030 000 8 925 000 480 105 000 0.22917419 204 537 965 92 464 910 110 027 675



383 000 000 509 500 000 8 925 000 500 575 000 0.204619813 182 623 183 78 369 388 102 427 563



403 470 000 1 257 765 000 8 925 000 1 248 840 000 0.182696261 303 501 424 73 712 461 228 158 399



42



Lampiran 5 Kriteria kelayakan investasi pembibitan main-nursery NPV NET B/C IRR Rata-rata penerimaan bersih PP



2 031 507 663 5 38% 135 433 844 6.06



Lampiran 6 Penyusutan dan nilai sisa pada tahun ke-15 Jenis Investasi Beli lahan Pagar (Jaring) Naungan (Jaring) Gembor air Sumur bor + pipa paralon Tandon air + tempat Drum air Mesin genset Instalasi listrik Selang air Saung jaga Perangkat pertanian (cangkul&arit) Sprayer tanaman TOTAL



Nilai Beli 750 000 000 7 920 000 3 000 000 300 000 15 000 000 10 000 000 6 000 000 5 000 000 2 000 000 1 500 000 15 000 000 350 000 1 400 000 817 470 000



Umur Pakai (Tahun) 0 2 2 2 10 5 2 5 10 2 15 2 2 59



Penyusutan/Tahun 0 3 960 000 1 500 000 150 000 1 500 000 2 000 000 3 000 000 1 000 000 200 000 750 000 1 000 000 175 000 700000 15 935 000



Nilai Sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0



Nilai Sisa Pada Tahun ke-15 750 000 000 3 960 000 1 500 000 150 000 7 500 000 0 3 000 000 0 1 000 000 750 000 0 175 000 700 000 768 735 000



43



Lampiran 7 Analisis laba rugi usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 1-7 Uraian Inflow Penjualan bibit sawit Total Penerimaan Biaya Variabel Kecambah kelapa sawit PPKS Polybag mini Polybag besar Pengisian tanah polybag Pestisida puradan Pupuk NPK Pupuk urea Total Biaya Variabel Margin kotor Biaya Tetap Biaya listrik Gaji pegawai Penyusutan Total Biaya Tetap EBIT Interest (12%) Laba sebelum pajak Pajak 1% EAT



1



2



3



Tahun 4



5



6



7



525 000 000 525 000 000



630 000 000 630 000 000



735 000 000 735 000 000



840 000 000 840 000 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 229 400 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 334 400 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 439 400 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 544 400 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 126 065 000 15 127 800 110 937 200 5 250 000 105 687 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 231 065 000 27 727 800 203 337 200 6 300 000 197 037 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 336 065 000 40 327 800 295 737 200 7 350 000 288 387 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 441 065 000 52 927 800 388 137 200 8 400 000 379 737 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



44



Lampiran 8 Analisis laba rugi usaha budidaya pembibitan kelapa sawit (main-nursery) tahun 8-15 Uraian Inflow Penjualan bibit sawit Total Penerimaan Biaya Variabel Kecambah kelapa sawit PPKS Polybag mini Polybag besar Pengisian tanah polybag Pestisida puradan Pupuk NPK Pupuk urea Total Biaya Variabel Margin kotor Biaya Tetap Biaya listrik Gaji pegawai Penyusutan Total Biaya Tetap EBIT Interest (12%) Laba sebelum pajak Pajak 1% EAT



Tahun 8



9



10



11



12



13



14



15



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



892 500 000 892 500 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



225 000 000 3 600 000 26 000 000 18 000 000 1 400 000 16 200 000 5 400 000 295 600 000 596 900 000



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



1 000 000 86 400 000 15 935 000 103 335 000 493 565 000 59 227 800 434 337 200 8 925 000 425 412 200



45



RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara. Tepatnya pada tanggal 7 Februari 1994 dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Gemal Kapen Singarimbun dan Ibu Herlina Meliala. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Antonius 1&2, Medan pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius 1, Provinsi Jambi pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas pada tahun 2012 di SMA Negeri 5, Provinsi Jambi. Penulis diterima pada Program Studi Strata Satu (S1), Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN undangan pada tahun 2012. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi dan kepanitiaan. Tahun 2014, penulis sebagai logistik dalam kegiatan Agribusiness Festival tahun 2015, penulis sebagai pimpinan olahraga dan budaya dalam kegiatan Satuan Pelajar dan Mahasiswa (SAPMA), penulis juga aktif sebagai anggota dalam Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA), dan penulis juga aktif sebagai anggota dalam Himpunan Mahasiswa Jambi (HIMAJA).



.