Sumber-Sumber Pengembangan Kurikulum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM “SUMBER-SUMBER YANG MENJADI DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM”



Disusun oleh Kelompok 4: Hanif Muslimah (1401070030) Anggi Miftah Fadilah (1601070009) Lenty Canina Fairuza (1601070014) Mesi Alfianti (1601070018)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM tentang “Sumber-Sumber yang Menjadi Dasar Pengembangan Kurikulum” sesuai waktu yang telah ditentukan. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai mahasiswa serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami mengenai sumber sumber yang menjadi dasar pengembangan kurikulum. Dengan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya terhadap rekan-rekan yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Meski demikian, kami menyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam penyusunan makalah ini. Sehingga dapat diharapkan saran dan kritik sebagai evaluasi kami.



Purwokerto , Februari 2018



I



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



i



DAFTAR ISI



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang..................................................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.............................................................................................................1



1.3



Tujuan...............................................................................................................................2



1.4



Manfaat.............................................................................................................................2



BAB II ISI 2.1. Sumber-Sumber Pengembangan dan Perubahan Kurikulum............................................3 2.2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai Sumber Pengembangan Kurikukum………………………………………………………………………….…...6 2.3. Perubahan Masyarakat sebagai Sumber Pengembangan Kurikulum…..………..............8 2.4. Perubahan Paradigma Berpikir sebagai Sumber Pengembangan Kurikukum................11 2.5. Kepentingan Global sebagai Sumber Pengembangan Kurikukum.................................12 BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan.....................................................................................................................15



3.2



Saran...............................................................................................................................15



DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16



II



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Kurikulum dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan yang memiliki kedudukan



sentral dalam seluruh proses pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan, dengan demikian pengembangan kurikulum untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan sangat diperlukan. Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kurikulum kerap kali mengalami perkembangan dari segi isinya. Segala perubahan baik dari segi format isi, maupun asas desain dan pelaksanaannya ini akan selalu berubah mengikuti perkembangan jaman. Jika dahulu kurikulum lebih terfokus pada mata pelajaran saja dengan guru yang berperan penuh terhadap proses belajar mengajar maka, saat ini kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, ekonomi industri, pola pikir masyarakat, serta era globalisasi. Pada dasarnya kurikulum di Indonesia sendiri telah sering berganti seiring dengan bergantinya era kepeminpinan maka terdapat berbagai macam pengembangan dan pembaruan kurikulum di dalam dunia pendidikan. Arifin (2013) Melihat fenomena perubahan dan pengembangan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia ini, tentu saja terdapat sebab-sebab yang mengakibatkan kurikulum terus mengalami perubahan. Untuk itu penulis mencoba untuk menjabarkan tentang sumbersumber apa saja yang menjadi dasar pengembangan kurikulum. Kurikulum masa depan yang mengalami perubahan tentu saja bukan hanya sekedar mengikuti trend global melainkan merupakan suatu langkah strategis dalam upaya meningkatkan mutu dan akses layanan pendidikan kepada masyarakat. (Ansyar, 2015)



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai



berikut : 1.



Apa saja sumber-sumber yang menjadi dasar pengembangan kurikulum?



2.



Bagaimana dampak perkembangan IPTEK terhadap pengembangan kurikulum?



3.



Bagaimana pengaruh perubahan masyarakat terhadap pengembangan kurikulum?



4.



Bagaimana perubahan paradigma berpikir masyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum?



1



5.



Bagaimana pengaruh kepentingan global dapat membuat suatu kurikulum mengalami pengembangan kurikulum?



1.3



Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan



sebagai berikut : 1.



Tujuan Umum -



2.



Untuk memahami konsep pengembangan kurikulum dalam pembelajaran



Tujuan Khusus -



Mengetahui sumber-sumber yang menjadi dasar pengembangan kurikulum



-



Mengetahui dampak IPTEK terhadap pengembangan kurikulum



-



Menganalisis pengaruh perubahan masyarakat terhadap pengembangan kurikulum



-



Menjelaskan bagaimana perubahan paradigma berpikir masyarakat mempengaruhi pengembangan kurikulum



-



Menjelaskan bagaimana pengaruh pengembangan kurikulum untuk kepentingan global



1.4



Manfaat Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas, maka manfaat yang dapat diambil



antara lain : 1.



Mahasiswa mengetahui sumber-sumber yang menjadi dasar pengembangan kurikulum



2.



Mahasiswa menjadi tahu mengenai kenapa kurikulum harus dikembangkan



3.



Menambah wawasan bagi mahasiswa tentang pengembangan kurikulum



4.



Menambah



wawasan



mahasiswa



tentang



dampak



era



globalisasi



terhadap



pengembangan kurikulum



2



BAB II ISI



2.1. Sumber-Sumber Pengembangan dan Perubahan Kurikulum Kurikulum dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Karena kurikulum adalah untuk memfasilitasi transformasi siswa menjadi orang yang diinginkan, perubahan untuk perbaikan merupakan suatu keharusan pendidikan (Ansyar, Mohamad). Perubahan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, sebab melalui perubahanlah kehidupan terbentuk, tumbuh, dan berkembang. Apalagi di era globalisasi yang salah satu cirinya ialah perubahan cepat dan besar (the fast and rapidity of change) sehingga mengharuskan revisi kurikulum sesuai perkembangan zaman dan tuntutan kemajuan. Dari uraian di atas terlihat urgensi kurikulum direvisi secara berkelanjutan. Artinya, sekolah perlu melakukan, apa yang disebut John Garder self-renewal yaitu perbaikan diri sekolah. Apabila perubahan mengikuti tuntutan perkembangan dan kemajuan gagal dilakukan dengan baik dan dengan cara yang tepat, pertanyaan yang timbul adalah apa saja faktor yang memicu perubahan tersebut ? (Ansyar, 2015) Menurut Arifin (2013) terdapat empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu : data empiris (empirical data), data eksperimen (experiment data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense). Sebagaimana pendapat Oliva, Arifin, (2013) menjelaskan bahwa : 1.



Data empiris (empirical data) Menunjukkan adanya pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti efektif.



2.



Data eksperimen (experiment data) Berkaitan dengan temuan-temuan hasil penelitian. Data temuan hasil penelitian merupakan data yang dipandang valid dan reliabel sehingga tingkat kebenaran dan akurasinya lebih meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum. Dalam fakta kehidupan, data hasil penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas.



3.



Cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum) Folklore merupakan sebagian dari kebudayaan yang berbentuk lisan, bukan tertulis, seperti cerita-cerita dan legenda. Menurut Brundvand, folklore dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1) folklore lisan, seperti dialek ,julukan, titel, peribahasa, tekateki, syair rakyat, cerita rakyat, mitos (dongeng suci), legenda, dongeng, dan nyanyian 3



rakyat (folksong). 2) folklore setengah lisan, seperti kepercayaan rakyat dan takhayul. Aspek kebudayaan seperti ini bukan hanya lisan, tetapi juga berupa perbuatan, seperti permainan rakyat, drama, wayang, ludruk, tari adat, upacara, dan pesta. 3) folklore yang bukan lisan, baik materil (arsitektur, kerajinan tangan, pakaian, perhiasan, seni masak, obat-obatan) maupun bukan materil ( gerak, isyarat, musik rakyat). Folklore mempunyai berbagai fungsi antara lain : sebagai bahan hiburan, sebagai suatu proyeksi, sebagai pengesahan suatu adat kebiaasaan, serta bahan pendidikan, sebagai pressure social control. 4.



Akal Sehat (common sense) Merupakan hasil pertimbangan dan penilaian akal pikiran. Data yang diperoleh dari penelitian sendiri digunakan setelah melauli proses pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Oliva tersebut, dapat dikategorikan bahwa hanya



ada dua sumber yang menjadi prinsip pengembangan kurikulum yaitu sumber ilmiah dan sumber non ilmiah. Sumber ilmiah didapat dari hal-hal maupun data-data dari kegiatan yang bersifat ilmiah seperti halnya penelitian,data-data empiris tentang kelemahan dan kekurangan kurikulum sebelumnya, informasi faktualdan sebagainya. Sedangkan sumber non ilmiah didapat dari hal-hal yang bersifat non ilmiah seperti cerita rakyat, legenda, mitos dan sebagainya yang telah menjadi keyakinan umum oleh suatu masyarakat dan memiliki nilainilai tertentu didalamnya. Kemudian menurut Sukmadinata, Nana S. (2010) dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek menyebutkan beberapa sumber pengembangan kurikulum diantaranya ialah : 1.



Kehidupan dan pekerjaan orang dewasa, di mana isi kurikulum disesuaikan sebagai persiapan anak untuk menjalani kehidupan dan pekerjaan orang dewasa



2.



Budaya masyarakat, termasuk di dalamnya semua disiplin ilmu yang ada sebagai pengetahuan ilmiah, nilai-nilai, perilaku, benda material dan unsur kebudayaan lainnya



3.



Anak, sebagai pusat atau sumber kegiatan pembelajaran. Perhatian dalam menyusun pengembangan kurikulum bukan sesuatu yang akan diberikan pada anak, tetapi bagaimana potensi yang ada pada anak dapat dikembangkan secara optimal.



4.



Pengalaman penyusunan kurikulum sebelumnya, baik sesuatu yang negatif maupun hasil evaluasi postif atas pelaksanaan kurikulum sebelumnya.



5.



Tata nilai di masyarakat, termasuk nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan di sekolah atau dalam pelaksanaan kurikulum 4



6.



Kekuasaan sosial politik tertentu termasuk lembaga, arah kebijakan,dan produk-produk politik berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Skilbeck (1971) sebagaimana dikutip oleh Laurie Brady (1992) secara lebih



rinci mengkategorikan faktor-faktor analisis situasional yang mempengaruhi pengembangan kurikulum di sekolah menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Secara lebih rinci kedua faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.



Faktor Eksternal, antara lain: a. Perubahan sosial budaya dan harapannya, termasuk di dalamnya harapan orang tua terhadap pendidikan anaknya, sarat-sarat kepegawaian, asumsiasumsi masyarakat, nilai-nilai dan perubahan pola hubungan (interaksi) antara orang tua dan anak, ideologi dan sebagainya. b. Sarat atau ketentuan tentang sistem pendidikan dan tantangannya, seperti halnya pernyataan kebijakan, ujian, harapan masyarakat sekitar atau permintaan maupun tekanan darinya, proyek kurikulum, dan penelitian pendidikan. c. Perubahan alam dan bidang studi sampai ke pengajarannya d. Sistem pendukung potensi guru seperti halnya lembaga pelatihan guru, lembaga penelitian dan sebagainya. e. Aliran berbagai sumber yang sampai ke sekolah



2.



Faktor Internal, antara lain: a. Siswa, termasuk sikap, kemampuan, dan motivasi belajarnya b. Guru, termasuk nilai, sikap, keterampilan, pengetahuan, pengalaman, kemampuan khusus, keterbatasannya, dan aturan yang dibuat. c. Kinerja sekolah, dan struktur politik diantaranya asumsi umum, termasuk harapan yang telah mentradisi, kekuatan distribusi, hubungan dengan masyarakat, norma yang berlaku, dan sebagainya. d. Sumber-sumber material termasuk gedung, sarana dan prasarana serta berbagai potensi yang dapat merubahnya. e. Perasaan dan masalah-masalah dari tokoh yang mempengaruhi keberadaan kurikulum Berdasarkan uraian dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa sumber-sumber



yang mejadi dasar dari perkembangan kurikulum antara lain : 1.



Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (perubahan sekolah)



2.



Perubahan masyarakat



3.



Perubahan paradigma berpikir ( pengetahuan) 5



4.



Kepentingan global Dalam pengembangannya, kurikulum harus berpijak pada landasan-landasan atau asas-



asas yang kuat dan kokoh. Karena asas kurikulum dapat dijadikan titik tolak, artinya pengembangan kurikulum dapat didorong oleh pembaharuan tertentu, misalnya penemuan teori-teori baru dan perubahan tuntutan masyarakat terhadap fungsi lembaga pendidikan itu. Sedangakan sebagai titik akhir, berarti pengembangan kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa, sehingga dapat mewujudkan perkembangan tertentu, seperti ilmu pengetahuan, perbedaan latar belakang, nilai-nilai filasafat suatu masyarakat, dan tuntutantuntutan kebudayaan tertentu. Sumber-sumber ini meliputi



segala hal yang dapat



mempengaruhi atau bahkan menjadi bagian dari unsur-unsur yang ada pada kurikulum baik pada landasan, komponen, organisasi, asas, prinsip , maupun model dari perubahan atau pengembangan kurikulum. Kurikulum hendaknya memperhatikan keadaan lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik. Di Indonesia lingkungan fisik ini ditandai dari negara Indonesia terdiri atas berbagai keadaan, baik yang daerah urban, rural, semiurban maupun semirural yang tersebar di beriburibu pulau. Sedangkan lingkungan nonfisik berupa berbagai macam suku, ras, bahasa, agama, di samping berbagai lapangan hidup yang sangat heterogen. 2.2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebagai Sumber Pengembangan Kurikulum Menurut Arifin, Zainal (2013) pengetahuan adalah seperangkat objek tertentu yang diketahui individu. Pengetahuan dan pengalaman akan menjadi ilmu pengetahuan jika pengetahuan disusun secara sistematis, menggunakan pola berpikir logis, berlandaskan prosedur kerja hukum kausalita pada masalah yang dialami itu. Kemudian teknologi pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan (tecnologi is aplication of science). Teknologi memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan masyarakat. Salah satu indikator kemajuan peradaban manusia dapat diukur dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknologi banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan. Tujuannya adalah untuk menciptakan sesuatu yang konduktif, efisien, dan sinergis terhadap pola perilaku manusia. Berkenaan dengan uraian di atas, maka ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa dipraktikan untuk kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati. Melihat kondisi yang ada saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sangat pesat. 6



Dalam zaman modern ini kemajuan teknologi memperbesar ketergantungan manusia pada manusia yang lainnya. Kemajuan terknlogi ini sejatinya memerlukan rakyat yang terdidik. Sebagai contoh perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah meningkatnya penggunaan teknologi pendidikan akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran tidak menonjolkan peranan guru, terutama dalam memilih bahan dan cara penyampaiannya menyebabkan siswa bersifat pasif. Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri sendiri. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar selanjutnya, sistem penyampaiannya tidak harus tatap muka antara guru dengan siswa. Sekarang peranan guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang berupa media cetak maupun noncetak terutama media elektronik, misalnya : komputer internet, satelit komunikasi, rekaman video, dan sebagainya. (Dakir, 2010). Dunia sekitar benda-benda buatan manusia dibuat oleh manusia untuk keperluankeperluan pemuasan kebutuhan manusia, dapat berupa yang paling sederhana sampai yang sangat kompleks. Misalnya : meja, kursi, alat makan sampai dengan alat-alat elektronik (mulai dari alat pijat, telepon, radio, sinar X, radar, TV, komputer, internet sampai alat ruang angkasa), dan sebagainya. Dengan demikian, atas dasar landasan ilmu pengetahuan dan diolah dengan ketrampilan baik fisik maupun psikis akan melahirkan teknologi yang canggih, perlu diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, agar dapat menghasilkan segala sesuatu yang menjadi sarana/prasarana pada masyarakat. ( Dakir, 2010) Sekolah pada masa kini dilihat dari segi fisik juga sudah mengalami perubahan, baik dalam bentuk bangunan maupun sarana prasarana yang digunakan didalam proses pembelajaran. Akan tetapi perubahan tersebut hampir tidak berarti. Pada kenyataannya menunjukkan bahwa sistem tatap muka di kelas, kelas besar, dan guru sebagai penyaji materi ajar dari buku teks, dan lain- lain masih digunakan di sekolah pada masa kini. Pada sekolahsekolah mungkin sudah dilengkapi dengan OHP, komputer, akan tetapi sistem penyampaian materi ajar masih relatif tidak banyak penyesuaian atau cenderung kurang memanfaatkan fasilitas yang ada. Walaupun ada alat bantu belajar yang modern, akan tetapi media masih cenderung digunakan untuk mengajar (teaching) daripada membelajarkan siswa (learning). Inilah yang menjadi dasar mengapa kurikulum perlu untuk dikembangkan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dakir (2010) yang menyatakan bahwa teori kurikulum selalu berkembang



sesuai



dengan



perkembangan



masyarakat



dan



IPTEKS.



Kurikulum



dikembangkan agar teknologi yang telah ada dapat dimanfaatkan didalam proses pembelajaran dan bukan hanya dijadikan sebagai sebuah alat untuk mengajar. Arifin (2013) 7



menyebutkan



bahwa



implikasinya



adalah



pengembangan



kurikulum



harus



dapat



meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik untuk lebih banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah lama dimanfaatkan oleh Masyarakat Indonesia sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Dari riset yang sudah banyak dilakukan di sekolah-sekolah di AmerikaSerikat, menurut Ornstein & Hunkins, terungkap bahwa umumnya guru masih memakai metode mengajar yang sama dengan metode yang dipakai tahun (1850-an). Selain itu, pemakaian buku teks,papan tulis,penghapus,buku paket,pena,pensil, masih merupakan alat utama yang dipakai guru mengajar seperti dahulu juga, walaupun ada beberapa alat bantu teknologi canggih sudah dipakai di sekolah. Kesimpulannya ialah sekolah masih sarat dengan peralatan tradisional dalam penyajian materi pelajaran dari buku teks kepada siswa (Ansyar, 2015). Dengan teknologi pendidikan modern, proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai sistem penyampaian. Misalnya : Sistem Belajar Jarak Jauh, yang penyampaiannya dapat menggunakan modul, Televisi Pendidikan Nasional, Siaran Radio Pendidikan, Metode Berprogram Internet, dan sebagainya.



2.3. Perubahan Masyarakat Sebagai Sumber Pengembangan Kurikulum Masyarakat merupakan sebuah sistem dan sebuah lembaga yang hidup. Sebagai sebuah sistem, masyarakat memiliki tiga subsistem, yaitu subsistem budaya (cultural system), subsistem sosial (social system), dan subsistem kepribadian (personal system). (Arifin, 2013). Sementara itu sebagai sebuah lembaga yang hidup, masyarakat memiliki sifat hidup yang selalu berubah dan berkembang. Baik secara vertical maupun secara horizontal dalam segala hal sesuai dengan keadaan masyarakat itu sendiri, ada yang cepat ada pula yang lambat. (Dakir, 2010). Sebagai contoh, pada zaman dahulu waktu manusia hidup dalam rombonganrombongan masyarakat kecil, terpencil, dan sederhana, pendidikan anak-anak untuk kehidupannya dalam masyarakat itu diselenggarakan di luar sekolah, tanpa sekolah. Akan tetapi pendidikan itu tidak serasi lagi apabila terjadi perubahan-perubahan dalam masyarakat, yang menuntut syarat-syarat yang lebih tinggi dan lebih berat dari setiap warganegara. Anakanak harus memiliki bermacam-macam keterampilan dan sejumlah besar pengetahuan agar hidupnya terjamin. Hal yang demikian itu, tidak dapat diperoleh melalui konsep pendidikan 8



yang tradisional. Perubahan-perubahan yang hebat dan cepat dalam masyarakat tersebut memberikan tugas yang lebih luas dan lebih berat pada dunia pendidikan. Menurut Nasution, S. (2009) perubahan masyarakat mengharuskan kurikulum senantiasa ditinjau kembali. Apabila diterima sebagai prinsip bahwa sekolah harus mendidik untuk kehidupan, bahwa sekolah harus mempersiapkan anak-anak untuk masyarakat, maka kurikulum seharusnya disesuaikan dengan gerak-gerik dan perubahan-perubahan masyarakat itu. (Nasution, 2009). Karena pada dasarnya, pendidikan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu kurikulum harus berdasarkan kebutuhan masyarakt dan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kurikulum yang demikian adalah kurikulum yang relevan dengan masyarakat. Kurikulum harus dinamis dan ini hanya mungkin dengan bentuk hurikulum yang fleksibel, yakni yang dapat diubah menurut kebutuhan dan keadaan. Dengan demikian kurikulum cukup elastis, sehingga senantiasa terbuka untuk memberikan bahan pelajaran yang penting dan perlu bagi murid-murid pada saat dan tempat tertentu. (Nasution, 2009) Menurut Ansyar (2015) apabila sekolah selalu terlambat dalam melakukan perubahan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat masa kini dan masa depan, maka sekolah tersebut akan dicap koservatif. Salah satu penyebab konservatisme intuisi pendidikan menurut Clark et al., ialah cultural leg atau social leg (kesenjangan kultural) yaitu kesenjangan yang disebabkan perbedaan antara laju kemajuan teknologi di satu pihak dan nilai-nilai, kebiasaan, tingkah laku, harapan dan institusi sosial kemasyarakatan di lain pihak. Karakteristik kesenjangan kultural yaitu ditandai dengan perubahan aspek ilmu pengetahuan, perdagangan, dan industri muncul lebih dahulu yang diikuti perubahan institusi masyarakat. Karakteristik lain, orang lebih mudah menerima perubahan material daripada perubahan institusional, dan orang cenderung menolak perubahan ide-ide ideologis yang penting (Arifin 2013). Sebagai contoh kesenjangan yang sering terjadi yaitu masyarakat yang ada di perkotaan jauh lebih mandiri dan ikatan keluarganya jauh sedikit melonggar dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di pedesaan. Sehingga hal ini menumbuhkan kesenjangan sosial antara masyarakat yang hidup di kota dan di desa. Menurut Arifin (2013) menyebutkan bahwa terkait dengan fenomena yang telah disebutkan diatas penulis merekomendasi agar para pendidik, terutama ahli kurikulum, mengurangi dampak educational lag atau future shock dengan tidak mendesain kurikulum tahun 1990-an dengan kurikulum tahun 1970-an, karena desain kurikulum 20 tahun yang lalu pasti tidak sesuai bagi kurikulum masa kini, apalagi di masa depan. 9



Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipertegas bahwa antara masyarakat dan kurikulum memiliki hubungan yang penting. Hal tersebut dapat dilihat dari kebutuhan manusia yang dibutuhkan dari masyarakat tidak hanya menyangkut bidang material melainkan juga bidang spiritual, ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan sebagainya. Dengan demikian, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan pendidikan manusia memerlukan adanya lingkungan sosial masyarakat. Dari sebab inilah para ahli pendidikan umumnya memasukkan lingkungan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan. Secara bertahap masyarakat tradisional yang berorientasi kepada status akan beralih menjadi masyarakat modern yang berorientasi kepada prestasi. Prestasi yang diraih tentunya dengan melakukan pendidikan yang baik dan terarah pencapaiannya. Guna tercapainya suatu pendidikan yang baik, maka harus ada acuan, batasan, dan arahan sebagai bagian dari proses pendidikan yaitu kurikulum. Kurikulum merupakan bagian dari sistem pendidikan yang tidak bisa dipisahkan dengan komponen sistem lainnya. Tanpa kurikulum suatu sistem pendidikan tidak dapat dikatakan sebagai sistem pendidikan yang sempurna. Ia merupakan ruh (spirit) yang menjadi gerak dinamik suatu sistem pendidikan, Ia juga merupakan sebuah idea vital yang menjadi landasan bagi terselenggaranya pendidikan yang baik. Bahkan, kurikulum seringkali menjadi tolok ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan pendidikan. Baik buruknya kurikulum akan sangat menentukan terhadap baik buruknya kualitas output pendidikan, dalam hal ini ialah peserta didik. Pengaruh dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat sehingga tuntutan hidup semakin tinggi. Perkembangan masyarakat tersebut menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan kemajuan kehidupan dalam suatu masyarakat sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kemajuan masyarakat. Untuk terciptamya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan pendidikan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan perkembangan masyarakat. Kurikulum sebagai program atau rancangan pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi programnya saja tetapi juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaannya. Pengembangan kurikulum harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya faktor kebutuhan dan tuntutan masyarakat dalam pengembangan kurikulum.



10



2.4. Perubahan Paradigma Berpikir (Pengetahuan) Sebagai Sumber Pengembangan Kurikulum Sumber perubahan atau pengembangan lainnya yaitu perubahan paradigma berpikir. Pengetahuan akan senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan teknologi yang ada. Perubahan paradigma berpikir ini sangat berpengaruh terhadap arah pengembangan kurikulum di masa depan. Ansyar, Mohammad didalam bukunya yang berjudul KURIKULUM (Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan), menjelaskan bahwa volume kazanah ilmu pengetahuan bertambah terus menerus yang ditandai fakta bahwa setiap lebih kurang 15 tahun, menurut Ornstein&Hunkins, pengetahuan utama kita bertambah dua kali lipat. Bentley Glass menyatakan, walau ini dianggap dibesar-besarkan, jumlah pengetahuan ilmiah pada akhir hayat seseorang menjadi hampir 100 kali lipat dari ketika ia lahir. Ledakan pengetahuan seperti gambaran di atas, menarik perhatian pendidikan karena fenomena ini,selain telah berada dihadapan kita, juga sangat berpengaruh pada, dan dapat menentukan, arah kurikulum masa depan. Masalah pokok ialah seleksi pengetahuan yang masuk kurikulum, yaitu pengetahuan yang bermanfaat bagi siswa dalam menghadapi kehidupan masa depan. Suatu pengetahuan menghasilkan pengetahuan baru dan banyak pula pengetahuan lama yang akan usang. Adalah mustahil semua pengetahuan yang ada akan dapat diajarkan kepada, atau dipelajari oleh siswa untuk menghadapi kehidupan yang berubah. Untuk menanggulangi masalah tersebut Toffler menganjurkan agar pengetahuan yang diajarkan kini harus mempertimbangkan validitas dan relevansi pengetahuan yang diajarkan kini bagi kebutuhan kehidupan siswa di masa depan. Maksudnya, perlu diwaspadai agar konten kurikulum sekarang relevan dengan upaya pemenuhan tuntutan kehidupan siswa ketika ia menyelesaikan pendidikannya di masa depan. Sehubungan dengan kurikulum harus berorientasi masa depan, Draper Kauffman mengidentifikasi enam kompetensi sebagai sasaran future-oriented curriculum : (1) memiliki akses pada informasi, (2) mampu berpikir jernih, (3) dapat berkomunikasi efektif, (4) memahami lingkungan hidup manusia,(5) memahami individu dan masyarakat , dan (6) meningkatkan kompetensi personal.



2.5. Kepentingan Global Sebagai Sumber Pengembangan Kurikulum Globalisasi dampaknya terasa memasuki berbagai aspek kehidupan. Globalisasi ditandai dengan perubahan yang sangat cepat yang menimbulkan ketidak pastian (uncertainty) masa depan. Disadari atau tidak semua pihak dan kalangan perlu menyikapinya 11



dengan baik. Untuk itu, sektor pendidikan dituntut lebih arif dan bijak dalam menghadapi tantangan global pendidikan. Karena tidak ada kepastian apakah pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dipelajari siswa menurut kurikulum saat ini masih relevan dengan tuntutan lapangan kehidupan waktu siswa itu menyelesaikan pendidikan di masa depan. Isuisu yang relevan untuk diperhatikan dalam dunia global adalah sebagai berikut : 1.



Proses globalisasi harus menjadi prioritas kebijakan pada tingkat negara.



2.



Diskusus ideologi yang menjadi kerangka kebijakan pendidikan di tingkat nasional harus siap diglobalisasi.



3.



Struktur politis yang dijalankan negara menjadi kerangka opsi kebijakan nasional.



4.



Komunitas yang memiliki kebijakan global bisa jadi lebih penting.



5.



Proses globalisasi memengaruhi bidang budaya di mana pendidikan dijalankan. Sehubungan dengan itu Ornstein & Hunkins dalam Ansyar, Mohamad (2015)



mengajukan sepuluh rekomendasi tentang knowledge and future learning, pengetahuan yang perlu dikuasai siswa menghadapi kehidupan masa depan. Kesepuluh rekomendasi tersebut adalah bahwa pengetahuan harus mencakup : 1) keterampilan dasar, the basic tools seperti 3R ( membaca, menulis, dan berhitung), 4R (komputer, maksudnya teknologi), dan 5R (Foreign language) siswa harus mempelajari lebih luas dan dalam dari sekedar keterampilan dasar, tetapi tanpa keterampilan dasar, dia tidak akan menguasai lebih dari sekedar pengetahuan tingkat rendah (ample knowledge) atau berpikir kritis dalam bidang studi. 2) Keterampilan learning how to learn, sehingga siswa mampu mengembangkan pengetahuan yang telah dipelajarinya menjadi pengetahuan baru dengan cara mendorong siswa bertanggung jawab atas pembelajaran bagi dirinya sendiri. 3) Aplikasi pengetahuan dalam kehidupan didunia nyata. Pengetahuan abstrak dalam buku tidak dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak bermanfaat dan mudah dilupakan. Sekolah harus menghindarkan pembelajaran teori yang tidak bisa diaplikasikan didalam kehidupan, karena teori yang baik harus aplikatif, 4) yang meningkatkan kemandirian siswa seperti rasa percaya diri, motivasi, perasaan, dan pengembangan ranah afektif lainnya.; pengetahuan harus memungkinkan siswa senang atas diri sendiri dan orang lain,merasa puas atas diri sendiri dan orang lain,karena siswa yang tidak puas terhadap diri sendiri serta penuh rasa kekhawatiran tidak akan dapat memanfaatkan keterampilan kognitifnya dengan baik. 5) berbagai opsi tentang cara dan metode belajar; terbuka banyak jalan menuju pembelajaran dan banyak cara untuk melakukan inquiri. 6) kemampuan siswa menghadapi dunia teknologi sehingga siswa akrab dengan kemajuan sains dan teknologi. 7) 12



yang menyiapkan siswa menghadapi kehidupan birokratif,suatu kondisi yang tidak mungkin dihindarkan siswa kelak ketika berhadapan dengan kehidupan nyata. 8) yang memungkinkan siswa mengakses informasi lama yang dikembangkan,memodifikasi atau mentransformasinya menjadi pengetahuan baru yang bermanfaat bagi individu dalam kehidupan. 9) memfasilitasi siswa menjadi seorang yang dapat belajar sepanjang hayat sehingga ia dapat mengikuti perkembangan dunia. 10) apa yang dipelajari siswa harus dalam konteks nilai-nilai; semua pengetahuan bermanfaat bagi kehidupan dirinya dan manusia lainnya.(Ansyar, 2015) Gejala atau fenomena perubahan dalam masyarakat indonesia dan dunia saat ini menunjukkan adanya perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana batas-batas antar negara tersamar dengan disepakatinya pasar bebas atau MEA. Dalam hal ini, daya saing bangsa indonesia di pasar lokal, nasional, dan global tidak lagi diukur berdasarkan kekayaan alam dan tenaga kerja yang murah, tetapi lebih terarah pada kemampuan anak-anak bangsa ini menguasai pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Tentunya hal ini menjadi tantangan dan tanggung jawab seluruh komponen bangsa Indonesia. Mengantisipasi keadaan diatas Ditjen Dikti Depdiknas telah membangun visi pendidikan tinggi 2010 yang tertuang dalam HELTS 2003-2010 yakni, meningkatkan daya saing bangsa,otonomi,dan kesehatan organisasi. Visi ini mengisyaratkan pentingnya peningkatan relevansi kurikulum pendidikan dengan pasar kerja, dan peningkatan mutu lulusan melalui perubahan kurikulum. sebagai upaya mengantisipasi perubahan zaman pada perguruan tinggi telah dilakukan beberapa kali redesain kurkulum tetapi perubahan tersebut tidak merubah seluruh kebutuhan perubahan pada komponen kurikulum( tujuan, organisasi isi, dan relevansi), sehingga dalam implementasinya masih tetap menggunakan pola dan strategi pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum di indonesia kerap kali mengalami perubahan. Perubahannya selalu dilatar belakangi oleh kebutuhan masyarakat,perkembangan IPTEK, serta perubahan zaman. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai sepanjang masa. Kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah. Dalam Permendiknas No.70 Tahun 2013, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif , kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.



13



BAB III PENUTUP 3.3



Kesimpulan Dari paparan atau penjelasan di atas maka kami dapat menyimpulkan bahwa



berdasarkan empat sumber prinsip pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Oliva, sumber-sumber pengembangan kurikulum dapat dikategorikan apa saja baik materil maupun non materil, baik yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah, baik dari internal maupun eksternal, institusi pendidikan dan pengembangan kurikulum. Sumber-sumber ini meliputi segala hal yang dapat mempengaruhi bahkan menjadi bagian dari unsur-unsur yang ada pada kurikulum. Berdasarkan uraian dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa sumber-sumber yang mejadi dasar dari perkembangan kurikulum antara lain : perkembangan ilmu pengetahuan dan tenologi (perubahan sekolah), perubahan masyarakat, perubahan paradigma berpikir ( pengetahuan), dan kepentingan global



3.4



Saran Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap agar pembaca mampu memahami dan



mengetahui sumber-sumber apa saja yang menjadi dasar pengembangan kurikulum serta pengaruh perubahan zaman terhadap perkembangan kurikulum. Pembaca juga mampu memahami pentingnya perkembangan kurikulum terhadap kemajuan IPTEK serta perubahan paradigma berpikir masyarakat. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.



14



DAFTAR PUSTAKA Ansyar, Mohamad. 2015. KURIKULUM : Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta : KENCANA Arifin, Zaenal. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya Dakir. 2010. PERENCANAAN & PENGEMBANGAN KURIKULUM. Jakarta : P.T. RINEKA CIPTA Nasution, S. 2009. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : P.T. Bumi Aksara Sukmadinata, Nana S. 2012 . Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya



15



Lampiran : Pertanyaan : 1. Septi : Apakah kurikulum yang ada pada SLB sama dengan kurikulum pada sekolah biasa ? 2. Syiva : Jika masih ada guru yang membatasi penggunaan internet dalam pembelajarannya, dan hanya memanfaatkan buku pelajaran sebagai satu-satunya sumber belajar, apakah berpengaruh dalam pembelajaran terhadap siswa ? Dan bagaimanakah kita sebagai seorang calon guru menyikapi hal tersebut ? 3. Nurlita : Adakah kendala-kendala dalam meningkatkan sepuluh keterampilan dasar siswa ? Dan bagaimana solusi dari masing-masing untuk menyelesaikannya ? 4. Majid : Apakah kepentingan politik juga menjadi dasar dalam mengembangkan kurikulum ? 5. Resty : Dikatakan bahwa salah satu dasar pengembangan kurikulum adalah IPTEKS, bagaimana jika masih terdapat sekolah yang membatasi penggunaan internet bagi siswanya, padahal dalam sekolah tersebut sudah disediakan Wi-Fi ? Jawaban : 1. Kurikulum pada SLB sama dengan kurikulum sekolah reguler, hanya saja isinya berbeda. Isinya disesuaikan dengan kebutuhan siswa pada Sekolah Luar Biasa, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 157 Tahun 2014 Pasal 8 Ayat 1 : Kurikulum pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 merupakan Kurikulum 2013 PAUD, Kurikulum 2013 SD/MI, Kurikulum 2013 SMP/MTs, Kurikulum 2013 SMA/MA, dan Kurikulum 2013 SMK/MAK yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus peserta didik berkelainan atau berkebutuhan khusus. Contoh, pada penyandang tunarungu, dalam pembelajarannya diberikan program berupa Program Khusus Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama. 2. Berpengaruh, karena saat ini ilmu tidak hanya tersedia di buku pelajaran saja, tetapi informasi yang terdapat di internet juga dapat digunakan sebagai ilmu. Dengan hanya pengunaan buu saja, dapat menghambat perkembangan siswa terhadap informasi tentang dunia luar. Sebagai seorang calon guru, jika masih ada guru yang seperti itu, hendaknya guru tersebut diikutsertakan dalam pelatihan guru tentang strategi dan metode pembelajaran yang baik bagi siswa. Dengan begitu diharapkan pemikiran



16



guru tersebut menjadi lebih terbuka dengan penggunaan sumber lain dalam pembelajaran. 3. Keterampilan dasar anak dalam pengembangannya tentu memiliki kendala, karena setiap anak memiliki karakterisitik dan latarbelakag keluarga yang berbeda. Contohnya, rasa malas membaca yang dimiliki oleh seorang anak dapat menghambat perkembangan keterampilan dasarnya. Dengan rasa malas tersebut, yang seharusnya seorang siswa dapat memperoleh banyak ilmu dan pengetahuan dengan cara membaca, pada akhirnya siswa tersebut menjadi tidak tahu apa-apa. Solusinya : a. Menyajikan pelajaran dengan beragam media, sehingga menumbuhkan keinginan siswa untuk fokus dan memperhatikan. b. Memberi motivasi kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah dipelajarinya. c. Mengaitkan pembelajaran yang ada dengan kondisi nyata, sehingga pembelajaran yang diperoleh dapat diaplikasikan atau diterapkan dalam kehidupan nyata. d. Aktif mengadakan diskusi kelompok bagi siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri siswa sehingga berani untuk menyuarakan pendapatnya. e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar dari berbagai sumber termasuk dari pengalamannya. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri perasalahan yang dihadapinya. f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memanfaatkan computer sekolah/gadget yang dimilikinya sebagai sarana untuk mengakses informasi yang berkaitan dengan pelajaran. Tujuannya untuk mengenalkan teknologi kepada siswa. g. Menyajikan pelajaran yang terkait dengan keagamaan untuk membekali siswa tentang pentingnya berpegang teguh terhadap keyakinan, agar kelak ketika menghadapi dunia nyata tidak akan terkejut. h. Menyajikan pembelajaran yang melatihkan kemampuan siswa untuk mencari solusi. Misalnya, menyajikan sebuah artikel lama yang kemudian meminta siswa untuk berpendapat terhadap artikel tersebut apabila permasalahan yang terdapat dalam artikel terjadi pada masa sekarang. i. memfasilitasi siswa menjadi seorang yang dapat belajar sepanjang hayat sehingga ia dapat mengikuti perkembangan dunia. j. Menyajikan pembelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.



17



4. Sosial-politik menjadi salah satu dasar dalam mengembangkan kurikulum. Di Indonesia sendiri pemegang kekuasaan sosial politik dalam penentuan kurikulum adalah Menteri Pendidikan Nasional yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah serta Dirjen Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbang Diknas atau kalau di Departemen Agama dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Direktur Pendidikan Madrasah dan Ditperta atau Dirjen Pendidikan Islam yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Agama. Dengan adanya Disentralisasi, maka disinilah masing-masing lembaga atau daerah mempunyai otoritas dalam penyusunan kurikulum. (Ahid. 2006) 5. Seharusnya sekolah tersebut tidak membatasi penggunaan internet untuk siswanya. Jika memang pihak sekolah mengkhawatirkan adanya penggunaan internet yang disalah gunakan, pihak sekolah dapat membuat kebijiakan untuk siswa yaitu menyediakan fasilitas satu account untuk login pada Wi-Fi sekolah. Dimana dengan cara tersebut, sekolah masih dapat mengontrol setiap account dalam memanfaatkan internet.



18