Suppositoria Teofilin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I.



Teori dasar Suppositoria adalah bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dalam lingkungan berair dan memberikan efek local atau sistemik. Suppositoria umumnya di masukkan melalui rectum, vagina, kadang-kadang melalui saluran urin dan jarang melalui telinga dan hidung. Suppositoria mempunyai bentuk kerucut bundar, peluru atau torpedo, berdosis dan berbentuk mantap. Suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk lonjong dan umumnya berbobot lebih kurang 2 gram. Suppositoria vaginal berbentuk bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 gram. Umumnya memiliki panjang lebih kurang 32 mm. Klasifikasi basis suppositoria terdiri dari 2 yaitu basis lemak (seperti oleum cacao, asam lemak terhidrogenasi) dan basis larut air (seperti basis gliserin-gelatin, PEG) Basis suppositoria yang ideal mempunyai sifat-sifat antara lain, a. Meleleh pada suhu tubuh (36°) b. Nontoksik dan tidak mengiritasi jaringan rectal c. Kompartibel dengan zat aktif d. Tidak mempunyai bentuk metastabil e. Mudah di keluarkan dari cetakan f.



Stabil selama penyimpanan



g. Rentang titik leleh dan titik pemadatan kecil Displacement value (bilangan pengganti) adalah jumlah zat aktif yang dapat menggantikan oleum cacao atau basis.



II.



Data preformulasi 1. Zat aktif Teofilin (Farmakope Indonesia IV hal. 783, FI III hal. 597, drug information hal. 2085, martindale hal 349) O H N



H 3C N



N O



-



BM monohidrat : 198.18



-



BM anhidrat



: 180.17



N CH 3



-



Pemerian



-



Kelarutan



: serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit, stabil di udara. : sukar larut dalam air, tapi mudah larut dalam air panas, mudah larut



dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hidroksida. Agak sukar larut dalam etanol, eter dan kloroform. -



Khasiat



: spasmolitikum bronchial



-



Titik lebur



: 270-274°C rentang antara awal dan akhir peleburan



-



Dosis rektal



: 400mg ( DI hal 2086 edisi 88 )



-



OTT



-



Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.



: dengan tanin



2. Basis hidrofob a. Oleum cacao ( martindale hal 1071, FI III hal 453, exipient hal 517 ) Pemerian



: lemak padat berwarna kuning keputihan, menjadi warna putih bila disimpan, berbau aroma coklat lemah.



Titik lebur



: 31-34 °C



Kelarutan



: sedikit larut dalam alcohol, larut dalam mendidih yang terhidrasi , sedikit larut dalam etanol (96%) P, mudah larut dalam kloroform.



Kegunaan



: sebagai basis suppositoria (hidrofob)



Stabilitas



: memanaskan oleum cacao diatas suhu 36°C selama preparasi akan mengakibatkan titik memadat menjadi bentuk metastabil yang mengakibatkan kesulitan dalam membuat suppositoria penyimpanan 25°C.



Konsentrasi



III.



IV.



: 40-96% (handbook of exipient hal 517)



Formula 1. Teofilin



400 mg



2. Aleum cacao



90%



Perhitungan dan penimbangan Diketahui bahwa bobot suppositoria yang dibuat adalah 3 gram 1. Perhitungan penimbangan untuk menentukan bilangan pengganti (basis hidrofob) -



Untuk basis : 3 gram (buat 4 suppositoria, cetak 3)



-



Oleum cacao



2. Untuk basis + 10 % zat aktif -



Teofilin



: 10 % x ( 3 gr x 4 ) = 1.2 gr



-



Basis (oleum cacao) : 90 % x (3 gr x 4) = 10.8 gr



Perhitungan bilangan pengganti untuk formula



NO 1 2 3 Rata2



Basis (gr) 2.24 2.20 2.22 2.22



Basis + 10% zat aktif (gr) 2.28 2.32 2.30 2.30



-



10% zat aktif : 10% x 2.30 gr = 0.23 gr



-



90% basis



: 90% x 2.30 gr = 2.07 gr



Jadi jumlah yang mengisi tempat zat aktif adalah 2.22 gram – 2.07 gram = 0.15 gram 0.15 gram basis = 0.23 gram zat aktif Dosis teofilin untuk 1 suppositoria = 400 mg Maka 400mg zat aktif = Maka untuk 1 cetakan, basis yang digunakan 2.22 gr – 0.261 gr = 1.96 gr -



Buat 15 suppositoria (lebihkan 2 suppositoria ) Teofilin



: 17 x 400 mg = 6800 mg = 6.8 gr



Basis (oleum cacao) : 17 x 1.96 mg = 33.52 gr



V.



Cara kerja 1. Basis saja a. Siapkan alat yang diperlukan. Timbang bahan-bahan yang digunakan. b. Lebur oleum cacao dalam cawan penguap kemudian letakkan diatas waterbath sampai melebur, jaga suhu agar tidak lebih dari 36°C. c. Olesi cetakan dengan air panas, suhu sama dengan bahan leburan, lalu keringkan.



d. Olesi cetakan dengan paraffin liq. Lalu tuang semua bahan leburan kedalam cetakan dengan menggunakan batng pengaduk. e. Dinginkan pada suhu ruangan, lalu masukkan freezer. 2. Basis + 10% zat aktif a. Siapkan alat yang diperlukan, timbang bahan-bahan yang digunakan. b. Lebur oleum cacao dengan cawan pennguap, letakan diatas water bath sampai melebur, jaga suhu agar tidak lebih 36°C c. Gerus teofilin dalam lumpang, lalu tuang teofilin sedikit demi sedikit kedalam leburan oleum cacao, aduk homogeny. d. Olesi cetakan dengan paraffin liq, lalu tuang kedalam cetakan campuran leburan dengan menggunakan batang pengaduk. e. Dinginkan pada suhu kamar, kemudian masukkan freezer. f.



Setelah membeku keluarkan suppositoria dari cetakan, ambil 3 suppositoria untuk diserahkan dibungkus dengan allumunium foil, sisanya gunakan untuk evaluasi.



VI.



Evaluasi 1. Keseragaman bobot (Farmakope Indonesia IV hal 1000) Cara : timbang 10 suppositoria satu per satu, hitung penyimpangan bobot relative dari suppositoria yang dibuat, untuk tiap suppositoria basis hidrofob. Syarat : bobot terletak antara 85.0% - 115.0% dari yang tertera dietiket dari simpangan baku relative ≤5% (SD/rata-rata x 100%) 2. Titik lebur Cara : 3 suppositoria basis hidrofob, ditentukan satu persatu, alat yang digunakan sama dengan alat hancur, tetapi alat tidak boleh digerakan naik turun, suhu dinaikkan perlahan hingga teramati saat suppositoria meleleh. Syarat : suppositoria untuk meleleh sempurna dengan tempratur tetap (37°C) (lachman 1191) 3. Uji homogenitas Cara : ambil 4 suppositoria, 2 dipotong vertical dan 2 dipotong horizontal Syarat : sediaan suppositoria harus homogeny (lachman 1192) 4. Uji waktu hancur (FI IV hal 1088)



Ambil 3 suppositoria sekaligus, letakkan dalam alat penentu waktu hancur posisi alat waktu hancur. -



Pada posisi atas→ masih ada keranjang yang terendam



-



Pada posisi bawah→ masih ada keranjang yang tidak tercelup medium Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria tidak boleh lebih dari 1. 30 menit untuk suppositoria basis hidrofob 2. 60 menit untuk suppositoria basis hidrofil kriteria suppositoria dinyatakan hancur sempurna, bila, 1. Terlarut sempurna atau 2. Terdispersi menjadi komponen bagian lemak cair berkumpul pada permukaan bagian serbuk yang tidak larut berada didasar atau terlarut, atau 3. Menjadi lunak, mengalami perubahan dalam bentuknya tanpa harus terpisah menjadi komponennya. Dan masa tidak mempunyai inti padat yang memberikan bila diaduk homogen dengan pengaduk kaca.



VII.



Tabulasi data 1. Keseragaman bobot No.



Bobot



1



3.18



2



2.80



3



3.16



4



2.92



5



2.88



6



2.96



7



2.80



8



2.80



9



2.82



10



3.02



Rata-rata



2.934



X = 2.934 SD = 0.145



SDR = 2. Data uji titik lebur Suppose ke-



suhu



Meleleh sempurna



1



27



33



2



29



37



3



27



35



3. Uji homogenitas pembelahan



keterangan



Secara vertical



Homogen



Secara horizontal



homogen



4. Waktu hancur



VIII.



Suppositoria ke-



Waktu(menit)



1



3.44



2



4.54



3



3,59



Pembahasan 1. Cetakkan suppositoria sebelum digunakan harus diolesi paraffin liq. Agar suppositoria yang dicetak mudah dikeluarkan dari cetakkan. Cetakkan suppositoria juga perlu dilapisi allumunium foil untuk menjaga suhu cetakkan agar sama dengan suhu leburan suppositoria. 2. Bilangan pengganti digunakan untuk menghitung jumlah basis yang mengisi zat aktif sehingga pada proses pembuatannya zat aktif yang hilang dapat digantikan oleh basis jadi masa yang telah padat.



3. Pemilihan basis suppositoria disesuaikan dengan efek terapi yang diinginkan. Bila diinginkan efek cepat maka basis suppositoria harus mempunyai sifat kelarutan yang berbeda dengan zat aktif. Namun, bila diinginkan efek yang lambat maka digunakan basis suppositoria yang sifat kelarutannya sama dengan zat aktif. 4. Penggunaan basis hidrofob seperti kombinasi oleum cacao dengan cetaceum dapat menghasilkan suppositoria yang lebih baik bila dibandingkan dengan suppositoria yang hanya terdiri dari basis oleum cacao saja. Tetapi pada prakteknya, adanya cera alba membuat titik leleh dari oleum cacao meningkat hingga 38°C. oleh karena itu, seharusnya cera tidak perlu digunakan atau digunakan dalam konsentrasi yang kurang dari 4% saja. 5. Sebelum dimasukkan dalam freezer, campuran basis dan zat aktif didiamkan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menghilangkan gelembung udara yang masih ada dan menghindari perubahan suhu yang ekstrim yaitu dari panas langsung kedingin, karena hal ini menyebabkan ketidak homogenan suppositoria. 6. Saat mencetak suppositoria dengan menggunakan basis PEG, tidak diperlukan pelincir. Pelincir biasanya diperlukkan pada basis oleum cacao dan basis gliserin-gelatin.



IX.



Kesimpulan 1. Evaluasi keseragaman bobot suppositoria a. SD = 0.145 ; SDR = 4.94% dan memenuhi syarat 2. Evaluasi titik leleh suppositoria : 33-37 dan memenuhi syarat 3. Evaluasi homogenitas



: homogen dan memenuhi syarat



4. Evaluasi waktu hancur suppositoria memenuhi syarat dengan waktu, 3.44, 4.54,3.59 menit pada masing-masing 3 sippositoria.



X.



Pustaka 1. Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta : Depatemen Kesehatan, 1995



2. Departemen Kesehatan Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta : Depatemen Kesehatan, 1986



3. Anley Wadeand Paul J. Weller, Handbook Of Pharmaceutical Press, London, 1994



Pharmaceutical Excipient, The



4. R. Voeght, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1994



5. Raynolds, E.F james, martindale : the extra pharmacopeia. Edisi 30, London : the pharmaceutical press Drugs information 88.



6. Lachman .L. Et.ql. Teori dan Praktek Farmasi edisi III, UI Press, Jakarta 1994 7. Howard C. Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi keempat, UI Press, Jakarta 1989



8. Tim Dosen Lab. Form Sediaan Padat, Diktat Penuntun Praktikum Formulasi Sediaan Padat, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta 2010



Jakarta, 1 Oktober 2010



( Gugun Gunawan )



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT



SUPPOSITORIA



Nama : gugun gunawan NPM : 2008210118 Kelompok



: A.5



FAKULTAS FARMASI



UNIVERSITAS PANCASILA