Tablet Teofilin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FORMULASI TABLET SALUT TEOFILIN MENGGUNAKAN EKSIPIEN KOPROSES PREGELATINISASI PATI SINGKONG – METILSELULOSA SEBAGAI BAHAN PENYALUT



DISUSUN OLEH :



1. Novda Melati Kurnia



(PO.71.39.0.16.028)



2. Nur Adzimah



(PO.71.39.0.16.029)



3. Nurul Kamilah



(PO.71.39.0.16.031)



4. Rangti Annisa Harartasyahrani



(PO.71.39.0.16.032)



5. Riski Wulandari



(PO.71.39.0.16.033)



6. Riza Silviana



(PO.71.39.0.16.034)



Kelas : Reguler II A



POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN FARMASI TAHUN AKADEMIK 2018-2019



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu. Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna (Depkes RI, 1979). Tablet bersalut selaput (film coating) Ialah tablet yang dilapisi lapisan selaput tipis dengan zat penyalut yang dikenakan atau disemprotkan pada tablet. Sebagai zat penyalut digunakan Na CMC, Asetatftalat selulosa, Hidroksi etil selulosa dengan bermacam-macam perbandingan dalam campuran PEG dan Polivinilpirolidon dalam pelarut alkohol atau terdispersi dalam Isopropanol dengan tambahan Span dan Tween (Aulton, 1988). Metode penyalutan film dimana Tablet inti yang disalut dengan lapisan relatif tipis dari material yang cocok. Dalam metode ini terdapat daya adhesi antara larutan penyalut dan tablet inti. Metode ini memiliki waktu pengerjaannya relatif lebih cepat, lebih efisien karena membutuhkan tenaga dan bahan lebih sedikit, luas area produksi bisa dikurangi, dan hanya sedikit menambah berat tablet (2-4%) Beberapa keuntungan penggunaan teknologi film coating yaitu Waktu proses yang lebih cepat, Pengurangan luas area produksi, Peningkatan berat yang minimum, Otomatisasi, seiring dengan perkembangan teknologi proses penyalutan lapis tipis dapat diotomatisasi (Basri, 2009). Berdasarkan beberapa uraian tentang tablet salut selaput diatas, maka penulis membuat preformulasi tablet salut selaput dengan zat aktif Drospirenone dan Ethinyl Estradiol dengan metode



B. Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui cara membuat sediaan tablet salut selaput dengan metode kempa langsung 2. Mengetahui proses pembuatan sediaan tablet salut selaput dalam skala pabrik C. Manfaat Adapun Manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mampu membuat sediaan tablet salut selaput dengan metode kempa langsung 2. Memahami cara pembuatan sediaan tablet salut selaput dalam skala pabrik



TINJAUAN PUSTAKA Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (Depkes RI) A. Definisi Tablet Salut Film Salut selaput merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan bentuk sediaamn. Proses salut selaput meliputi penyalutan salut polimer tipis yang seragam pada permukaan substrat solida. Substrat dapat berupa tablet, kaplet, pelet, granul, atau partikel – partikel. Secara khas, salut kira – kira setebal 25 sampai 100 µm dan dapat disalutkan untuk menyempurnakan sifat – sifat fisik dan kimia substrat. Tablet bersalut adalah tablet yang disalut dengan zat penyalut yang cocok untuk maksud dan tujuan tertentu. Tablet salut film adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Perbedaannya dengan salut gula adalah tablet salut gula merupakan tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak. Supaya dapat menahan bantingan selama proses penyalutan tablet inti harus memiliki resistensi dan kekerasan yang cukup di dalam panci penyalut yang berputar terus menerus selama proses berlangsung. Kekerasan yang cukup juga akan berperanan memperlambat penyalut pada waktu dilakukan penyalutan dan sebaiknya permukaan tablet berbentuk. Bentuk tablet inti yang ideal untuk disalut ialah: sferis, elip, bikonvek bulat atau bikonvekoval. Tinggi antara permukaan tablet sedapat mungkin agak rendah. Pada bentuk ini sesudah dibasahi dengan cairan penyalut, kemungkinan hanya terjadi lengketan pada satu titik tertentu saja dari sisi tablet dan perlekatan ini hanya akan berlangsung selama periode waktu relative singkat karena segera terlepas lagi pada waktu terjadi gerakan panci penyalut. Kelebihan salut film dibanding dengan salut gula ialah lebih tahan terhadap kerusakan akibat goresan, bahan yang dibutuhkan lebih sedikit dan waktu pembuatannya lebih sedikit. Tujuan salut selaput adalah melindungi zat aktif dan substrat dari faktor llingkungan, memodifikasi penampilan produk untuk meningkatkan nilai jual dan memberi identitas produk, menutup cita rasa, tekstur atau aroma yang tidak menyenangkan.



Keuntungan salut selaput  Pengurangan yang besar dalam kuantitas penyalut yang diterapkan ( 2- 4%) untuk salut selaput dibandingkan dengan 50 – 100 % untuk salut gula  Mempercepat proses pengolahan  Meningkatkan efisiensi dan keluaran dalam proses  Memiliki kelenturan yang lebih besar dalam mengoptimasi formulasi karena ketersediaan bahan penyalut dan sistem dalam rentang luas  Memiliki proses yang lebih sederhana dibandingkan proses penyalutan gula yang mempermudah pengotomatisan  Memperbaiki ketahanan sulit terhadap sumbing Tablet yang disalut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan, diantaranya: 1. Permukaan tablet harus benar-benar licin 2. Lapisan penyalut harus stabil dan tidak cacat 3. Pewarnaan yang homogen pada lapisan tipis yang berwarna dan tidak boleh terjadi migrasi zat warna ke dalam inti tablet 4. Lapisan penyalut tidak boleh menunjukkan sifat mudah pecah dan retak 5. Penyalutan harus dapat melindungi tablet inti terhadap pengaruh udara kelembaban dan cahaya. 6. Penyalut harus mempunyai rasa yang menyenangkan dan dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari tablet inti 7. Pada umumnya lapisan penyalut harus melarut dalam media cairan lambung dengan waktu sesingkat mungkin 8. Penyalutan yang digunakan tidak boleh merusak atau mengurangi aktivitas bahan obat



Proses Pembuatan Tablet Salut Penyalutan adalah proses menutupi tablet dengan suatu lapisan yang tipis dari zat yang umumnya inert. Penyalutan mempunyai beberapa tujuan, antara lain:  Menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari zat berkhasiat dan memudahkan pasien untuk menelan  Melindungi zat berkhasiat terhadap pengaruh luar, seperti kelembaban, oksigen, cahaya, dll  Mengendalikan pelepasan obat (zat berkhasiat) dari tablet



 Melindungi obat dari suasana dalam lambung; meningkatkan daya tarik (estetika) dan mempermudah identifikasi sediaan  Mencegah inkompatibilitas di antara zat berkhasiat yang terdapat di dalam tablet  Menggabungkan obat lain atau membantu formula dalam penyalutan (misal kadar terlalu kecil dan terlalu besar). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyalutan antara lain sifat dan bentuk tablet inti (bentuk yang ideal : sferis, elips, bikonveks, bulat dan bikonveks oval sehingga tablet mudah berputar dan bergerak); kekerasan tablet harus cukup, sehingga dapat tahan terhadap benturan selama penyalutan, kerapuhan sekecil mungkin sehingga tidak menimbulkan banyak debu); peralatan yang digunakan; formulasi lapisan penyalut; kondisi ruangan (suhu, kelembaban, kandungan debu, dll); serta keahlian operator. Tablet hasil penyalutan harus memenuhi syarat yaitu permukaan tablet licin; lapisan penyalut harus stabil dan tidak boleh ada cacat; untuk tablet salut yang berwarna maka warnanya harus rata dan tidak boleh terjadi migrasi zat warna; lapisan penyalut harus mampu melindungi tablet inti dari pengaruh udara, kelembaban, dan cahaya; lapisan penyalut harus memiliki rasa netral atau enak; serta penyalutan diusahakan setipis mungkin dan tidak boleh merusak obatnya.



Tablet atau kaplet salut terdiri dari : a)



Tablet / Kaplet Salut Gula Proses penyalutan gula terdiri dari beberapa tahap yang lamanya berkisar antara



beberapa jam hingga beberapa hari. Tahap-tahap penyalutan gula adalah : 1. Penyegelan tablet inti (Sealing) Tujuan penyegelan adalah untuk mencegah penyusupan air ke dalam tablet inti. Penggunaan larutan seal coating yang terlalu banyak akan mempengaruhi disolusi dan disintegrasi obat, namun penyegelan yang kurang akan menyebabkan stabilitas tablet inti terganggu (tablet pecah / cracking). 2. Pelapisan dasar (Sub Coating) Tujuan sub coating adalah untuk membulatkan tepi tablet dan menutup sudut-sudut kritis pada tablet inti serta meningkatkan berat tablet (penyalutan gula dapat meningkatkan berat tablet 50-100%). Variasi bobot tablet salut gula maksimal 6,5 %. 3. Pewarnaan (Coloring)



Tujuan pewarnaan adalah untuk menutupi atau mengisi cacat pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap pelapisan dasar serta memberikan warna yang diinginkan bagi tablet. Umumnya pewarnaan ditambahkan pada saat tablet sudah cukup halus agar hasil akhir tablet tidak berbinik-bintik dan terjadi migrasi warna. 4. Penghalusan (Smoothing) Tujuan penghalusan adalah untuk mengikis permukaan tablet yang kasar yang disebabkan oleh tahap pelapisan dan atau pewarnaan sehingga menghasilkan tablet halus, mengkilap, dan anggun. 5. Pengkilapan (Polishing) Tujuan pengkilapan adalah untuk memperoleh hasil akhir (tablet salut yang mengkilap, licin, halus, dan menawan. Hal yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah jangan digunakan panas berlebih karena bubuk wax akan menempel pada tablet, serta hentikan proses polishing jika tablet sudah mengkilap, jika terlalu lama justru tabletakan rusak dan tidak mengkilap (buram).



b)



Tablet / Kaplet Salut Selaput (film coating) Tablet salut film dikarakterisasikan sebagai tablet inti yang disalut dengan lapisan relatif tipis dari material yang cocok. Kelebihan metode ini dibanding salut gula adalah : waktu pengerjaannya relatif lebih cepat; lebih efisien karena membutuhkan tenaga dan bahan lebih sedikit; luas area produksi bisa dikurangi; hanya sedikit menambah berat tablet (2-4%), dan variasi bobot maksimal yang diperbolehkan maksimal 5%; dan initial (logo) tablet inti masih tampak, sehingga mudah identifikasi. Alur proses pembuatan tablet/kaplet salut dapat dilihat pada gambar.



Sifat bahan yang digunakan dalam salut selaput Bahan salut selaput ang ideal hendaknya memiliki sifat – sifat berikut :  Kelarutan dalam pelarut yang dipiliih untuk pembuatan salut  Stabilitas terhadap cahaya, kelembapan, udara, substrat yang akan disalut  Pada dasarnya tidak berwarna , berasa dan bearoma  Kompatibel dengan zat tambabahan larutan salut yang digunakan  Serasi dengan aditif larutan penyalut pada umumnya.  Tidak toksis, tidak mempunyai kegiatan farmakologis dan mudah dipakai ke partikel atau tablet.  Tahan retakan dan dilengkapi dengan pelindung obat terhadap kelembapan, cahaya dan bau bila perlu



FORMULA A. Formulasi Acuan Sumber: penelitian Rangga Pradana, dkk (2010) “Formulasi Tablet Salut Teofilin Menggunakan Eksipien Koproses Pregelatinisasi Pati Singkong Metilselulosa sebagai Bahan Penyalut”



B. UsulanFormula 1. Teofilin



250 mg



2. Laktosa



q.s



3. Pasta Amylum 10%



4%



 Formula Bahan Penyalut dengan Tablet Inti Teofilin Berdasarkan penelitian Rangga Pradana, dkk (2010) “Formulasi Tablet Salut Teofilin Menggunakan Eksipien Koproses Pregelatinisasi Pati Singkong Metilselulosa sebagai Bahan Penyalut”, kelompok kami memilih formula II dikarenakan tablet yang dihasilkan tablet berwarna jingga dengan permukaan licin dan agak mengkilat



C. Perhitungan Bahan Direncanakan bobot tablet 600 mg Dibuat 100 tablet + 20% tablet = 600 mg x 120 tab



= 72.000 mg



1. 2.



Teofilin Laktosa hidrat



= 250 x 120 = 30.000 mg = 72.000–(30.000 + 2.880) = 39.120 mg



3.



Pasta Amylum 10%



= 4/100 x 600 x 120



= 2.880 mg



Amylum = 10/100 x 2.880 = 288 mg Tambah air ad 2.880 mg



Perhitungan Bahan Penyalut untuk 120 Tablet 1. Na CMC



= 1000 mg



2. PEG 4000



= 500 mg



3. Pewarna Kuning



= 20 mg (q.s)



4. Aquadest ad 100 ml



D. Penimbangan Bahan 1.



Teofilin



= 30.000 mg



2.



Laktosa hidrat



= 39.120 mg ~ 39.150 mg



3.



Pasta Amylum 10%



= 2.880 mg ~ 3.000 mg



Amylum



= 288 mg ~ 300 mg



Tambah air ad 3.000 mg



Bahan Penyalut 1. Na CMC



= 1000 mg



2. PEG 4000



= 500 mg



3. Pewarna Kuning



= 20 mg (q.s)



4. Aquadest ad 100 ml



E. Prosedur Pembuatan A. Pembuatan Tablet Inti 1. Gerus teofilin sampai halus 2. Tambahkan laktosa, gerus homogen 3. Tambahkan pasta amylum 10% sampai terbentuk massa yang kalis 4. Granulasi massa yang telah terbentuk dengan menggunakan ayakan



5. Keringkan granul yang telah terbentuk, lakukan evaluasi granul 6. Kempa granul yg telah kering menjadi tablet, lakukan evaluasi B. Pembuatan Larutan Penyalut 1. Kembangkan Na CMC dengan 20 ml aquadest yang telah dididihkan, sisihkan. (massa 1) 2. Larutkan PEG 4000 dengan sebagian aquadest (massa 2) 3. Campurkan M1 dan M2, tambahkan pewarna kuning 4. Tambahkan aquadest ad 100 ml, cek viskositas



C. Penyalutan Tablet Inti 1. Siapkan wadah untuk menyalut tablet dengan permukaan datar 2. Bersihkan wadah tersebut dari debu dan kotoran lain 3. Setelah bersih, wadah dibiarkan sampai kering 4. Letakkan tablet inti ke dalam wadah tersebut 5. Semprotkan larutan penyalut ke tablet inti secara merata 6. Keringkan tablet, lalu dibalik dan semprotkan larutan penyalut ke sisi lainnya 7. Keringkan tablet yang telah disalut, lalu lakukan evaluasi







KOTAK OBAT







ETIKET







BROSUR



EVALUASI Evaluasi pra-penyalutan A. Evaluasi Tablet a.



Tujuan Untuk memeriksa apakah tablet memenuhi persyaratan resmi (Farmakope) atau



non resmi (Non Farmakope) atau tidak. b.



Prosedur



1. Pemeriksaan penampilan Meliputi



pemeriksaan



visual



yaitu



bebas



dari



kerusakkan,



dari



kontaminasi bahan baku atau dari pengotoran saat proses pembuatan.



2. Keseragaman ukuran 20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.



3. Kekerasan tablet



Tablet harus diuji kekerasan tabletnya dengan alat Hardness tester Gambar :



Adapun prosedur pengujian kekerasan tablet adalah sampel sediaan tablet jadi sebanyak 20 tablet diuji kekerasannya dengan menggunakan alat penguji kekerasan (Hardness Tester). Alat tersebut dinyalakan, lalu tombol diputar sampai lampu menyala, dan pastikan menunjukkan pada angka nol(0), jika belum pada angka nol, tekan tombol tanda panah arah ke kiri. Tablet kemudian diletakkan di atas tempat tablet dengan posisi vertikal pada jarum penekan, dudukan tablet dinaikkan dengan meutar sekrup yang ada di bawah dudukan tablet hingga menyentuh jarum penekan tablet dan lampu indikator menyala. Lampu indikator menyala menandakan bahwa permukaaan jarum penekan telah menyentuh dengan kuat pada tablet dan siap untuk ditekan. Setelah itu tombol panah arah ke kanan ditekan. Biarkan beberapa saat sampai tablet patah. Kemudian dilihat angka yang ditunjukkan pada skala. Angka tersebut menunjukkan seberapa berat beban yang dapat menghancurkan tablet. 1. Waktu Hancur lima tablet dimasukkan ke dalam keranjang dan diturunkan secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur, jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen dari zat penyalut. Bila tidak dinyatakan lain waktu untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula atau salut selaput 2. Keseragaman bobot dan bentuk (Farmakope Indonesia edisi III hal 7) Ditimbang 20 tablet,dihitung bobot rata-rata tiap tablet.Jika ditimbang satu persatu,tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom B.



Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar daribobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupun kolom Bobot rata-rata



Penyimpangan bobot rata-rata dalam % A



B



25 mg atau kurang



15 %



30 %



26 mg sampai dengan 150



10 %



20 %



7,5%



15 %



5%



10 %



mg 151 mg sampai dengan 300 mg Lebih dari 300 mg



3. Friability Kerapuhan tablet diuji dengan alat Friability tester Pengujian ini dilakukan dengan dengan menggunakan alat Friabilator. Sample yang diambil junlahnya 20 tablet, dilakukan pengujian menggunakan kecepatan 25 kali putaran permenit selama 4 menit. Alat ini menguji kerapuhan suatu tablet terhadap gesekan dan bantingan selama waktu tertentu. Prinsip pengujian ini adalah dengan mengukur kehilangan bobot dari sejumlah tablet yang ditimbang hingga lebih kurang 6,5 g selama diputar dalam friabilator dalam waktu 4 menit dengan kecepatan putaran 25 rpm. Dari hasil penimbangan 20 tablet, diperoleh berat awal sebesar 6,62g dan menjadi 6,6031g setelah proses pemutaran dalam friabilator. Hal ini berarti selisih antara berat sebelum dan sesudah uji friabilitas adalah 0,0182 g atau dari bobot mula-mula tablet. Nilai ini bisa dikatakan baik, karena batas nilai uji friabilitas tablet ini adalah bobot akhir tidak boleh berkurang lebih dari 0,05 % bobot awal tablet. Tablet yang nilai hasil uji friabilitasnya melebihi batas tersebut dianggap terlalu rapuh dan akan sulit penanganannya selama pengemasan dan distribusi. 9.2 Evaluasi tablet salut Film



Evaluasi yang dilakukan diantaranya evaluasi penampilan, kekerasan, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, dan waktu hancur A. Penampilan Fisik Ambil beberapa tablet salut film, amati, rasakan dan permukaanyakeseragaman warna



B. Keseragaman ukuran 20 tablet diambil secara acak, Setiap tablet diukur diameter dan tebalnya dengan jangka sorong. Diameter tablet tidak boleh lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. C. Kekerasan tablet Tablet harus diuji kekerasan tabletnya dengan alat Hardness tester. Adapun prosedur pengujian kekerasan tablet adalah sampel sediaan tablet jadi sebanyak 20 tablet diuji kekerasannya dengan menggunakan alat penguji kekerasan (Hardness Tester). Alat tersebut dinyalakan, lalu tombol diputar sampai lampu menyala, dan pastikan menunjukkan pada angka nol(0), jika belum pada angka nol, tekan tombol tanda panah arah ke kiri. Tablet kemudian diletakkan di atas tempat tablet dengan posisi vertikal pada jarum penekan, dudukan tablet dinaikkan dengan meutar sekrup yang ada di bawah dudukan tablet hingga menyentuh jarum penekan tablet dan lampu indikator menyala. Lampu indikator menyala menandakan bahwa permukaaan jarum penekan telah menyentuh dengan kuat pada tablet dan siap untuk ditekan. Setelah itu tombol panah arah ke kanan ditekan. Biarkan beberapa saat sampai tablet patah. Kemudian dilihat angka yang ditunjukkan pada skala. Angka tersebut menunjukkan seberapa berat beban yang dapat menghancurkan tablet. D. Keseragaman bobot Alat timbang dinyalakan dan ditara. Kemudian 20 butir kaplet ditimbang satu per satu dan bobot masing-masing kaplet dicatat. Setelah itu bobot rata-rata kaplet dihitung. E. Waktu hancur Sebanyak 500 ml aquadest dimasukkan dalam beaker glass dengan suhu 37oC. Lalu masing-masing kaplet dimasukkan ke dalam cakram dan beaker glass dimasukka ke dalam alat disintegrator. Kemudian alat dinyalakan dan tombol start ditekan. Setelah itu waktu hancur obat dicatat.



BAB XI LAMPIRAN GAMBAR ALAT



Neraca elektrik (Mettler Toledo type PL303),



Drying Oven Cabinet ( Lemari Pengering )



Alat uji kelarutan (Bloom Viscosity Tester)



Alat uji kekerasan tablet (Hardness Tester)



Medicine Stability Testing Chamber tablet



Tablet Filling Machine (Alat pengisi pada



(Lemari Penyimpanan Obat)



Single Punch Tablet Press ( Mesin Pencetak Tablet)



Friabilator (Alat uji Kerenyahan / Keregasan Tablet )



Mini High- Efficiency Mixer ( Mesin Pengaduk)



Daftar Pustaka



Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III.Jakarta: Depkes RI. Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical excipients, Ed II. London: The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical Sciences. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta Niazi, K Safaras. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Manufacturing Formulations. USA : Informa healthcare. http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/woke.html