Surveilans Komunitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Surveilans Komunitas Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Keperawatan Komunitas II



Disusun oleh Kelompok E: Endriani Gusni



1811311011



Tasya Mutiara Rahmadina 1811311015 Chintia Paulina



1811311031



Dinda Anatia Kharisa



1811311033



Azuhri Takwim



1811312001



Abdul Rahim



1811312019



Nanda Amelia



1811312029



Nur Azizah Putri



1811312035



Suci Hayatul Kurnia F



1811312039



Beauty Risha Ananda



1811313015



Dosen Pengampu: Gusti Sumarsih S. Kp., M. Biomed



JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Surveilans Komunitas” ini sesuai waktunya. Kami berusaha untuk menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan dapat membantu pembaca dalam memahami mata pelajaran Keperawatan Komunitas II dari makalah. Disamping itu, kami berharap bahwa makalah ini dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini masih ada kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari dosen mata pelajaran Keperawatan Komunitas II agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.



Payakumbuh, 26 Januari 2021



Kelompok E



i



DAFTAR ISI



Kata Pengantar............................................................................................................... i Daftar Isi........................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah................................................................................................... 1 1.3. Tujuan...................................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Introduksi Surveilans................................................................................................2 2.2. Jenis-jenis Surveilans...............................................................................................4 2.3. Surveilans Pasif........................................................................................................7 2.4. Surveilans Aktif........................................................................................................8 2.5. Analisis Surveilans...................................................................................................8 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan.............................................................................................................12 3.2. Saran.......................................................................................................................12 Daftar Pustaka ..............................................................................................................13



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Surveilans kesehatan merupakan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,pengolahan data,analisis data dan diseminasi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan . Surveilans akan berjalan dengan baik apabila terintegrasi antara petugas puskesmas hingga dinas kesehatan provinsi bahkan sampai kementerian kesehatan. Secara singkat surveilans disebut juga pencatatan yang dilakukan secara terus menerus. Dalam pelaksanaannya surveilans juga memiliki banyak kendala seperti ketidaktepatan waktu pengumpulan yang dipengaruhi oleh tidak pahamnya petugas kesehatan terkait komponen-komponen surveilans. Maka dari itu pemahaman mengenai konsep surveilans ini sangat penting.



1.2. Rumusan Masalah 1) Bagaimana intoduksi surveilans? 2) Apa jenis-jenis surveilans? 3) Bagaimana surveilans pasif ? 4) Bagaimana surveilans aktif? 5) Bagaimana analisis surveilans? 1.3.Tujuan 1) Mampu menjelaskan dan memahami intoduksi surveilans? 2) Mampu menjelaskan dan memahami jenis-jenis surveilans? 3) Mampu menjelaskan dan memahami surveilans pasif ? 4) Mampu menjelaskan dan memahami surveilans aktif? 5) Mampu menjelaskan dan memahami analisis surveilans?



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Introduksi Surveilans System pengawasan menghasilkan data yang membantu memahami penyakit yang menjadi permasalahan Kesehatan di masyarakat. Surveilans adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien. Sistem kesehatan masyarakat dikatakan memiliki peran penting untuk penilaian kesehatan penduduk, pengawasan kesehatan, promosi kesehatan, dan pencegahan penyakit. pengawasan kesehatan masyarakat dianggap sebagai cara terbaik untuk mencegah epidemi. Surveilans dapat dilakukan untuk memantau perubahan frekuensi penyakit atau untuk memantau perubahan tingkat resiko penyakit tertentu. Informasi mordibitas dan mortalitas suatu penyakit bisa didapatkan dari program surveilans penyakit. Surveilans biasanya dilakukan untuk deteksi wabah penyakit menular baru dan penyakit menular lama, hal ini merupakan komponen penting untuk mengatasi epidemi. Dalam beberapa tahun terakhir survailans juga dilakukan untuk menilai perubahan kondisi seperti kelainan bawaan, racun lingkungan, dan penyakit setelah terjadinya bencana alam. Tujuan survailans Surveilans



dapat



memberikan panduan kepada



pembuat



kebijakan



untuk



mengembangkan dan menerapkan strategi terbaik untuk program pencegahan dan pengendalian penyakit. Surveilans bertujuan untuk memberikan informasi tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respon pelayanan kesehatan dengan lebih efektif. a. Pemantauan wabah penyakit 2



b. Deteksi dini wabah c. Deteksi perubahan mendadak insidensi d. Memantau Kesehatan populasi e. Menentukan kebutuhan Kesehatan yang menjadi prioritas f. Mengevaluasi efektifitas program g. Membuat perencanaan pelayanan Kesehatan Komponen system surveilans 1. Pengumpulan data Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok dengan resiko tinggi pada suatu penyakit, menentukan karakteristik penyakit, pencatatan kejadian penyakit dan pencatatan terjadinya outbreak 2. Analisis data Data yang diperoleh biasanya didapat dalam bentuk data mentah yang harus disusun sehingga mudah untuk dianalisis. Data yang terkumpul diolah dalam bentuk tabel, grafik, dan bentuk peta. 3. Interpretasi data Data yang telah disusun dan diolah, kemudian dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk mendapatkan gambaran situasi yang ada dalam masyarakat. Interpretasi hasil analisis data menentukan Langkah dan kebijakan apa yang akan diambil untuk menindaklanjuti apa yang ada, baik deteksi wabah maupun kegiatan monitoring. Interpretasi data harus difokuskan pada aspek yang merupakan titik berat suatu masalah. Sehingga dengan interpretasi data tersebut dapat ditetapkan prioritas kegiatan yang dilakukan untuk mengontrol ataupun memperbaiki kondisi yang ada. 4. Feedback Data yang telah dilakukan analisis kemudian hasil analisis disebarkan kemasyarakat dan dilakukan umpan balik kepada wilayah kerja di level bawahnya. Kegiatan umpan balik dapat berupa pertemuan berkala, pelatihan atau yang lainnya. Kegiatan umpan balik diharapkan dapat memperbaiki data yang dikumpulkan dan menjadi informasi pada level bawahnya. 5. Diseminasi atau penyebarluasan informasi 3



Tujuan dari proses ini adalah memungkinkan pembuat kebijakan untuk melihat dan mengerti implikasi dari informasi yang didapatkan sehingga keputusan yang diambi tepat untuk dijalankan di populasi tersebut. Pembuat kebijakan dapat mengevaluasi efektifitas, keuntungan dan kerugian dari intervensi Kesehatan masyarakat tersebut. 2.2. Jenis Surveilans Dikenal beberapa jenis surveilans: 1. Surveilans Individu Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individuindividu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001). Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial. Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif, berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit. Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja. Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal, politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat (Bensimon dan Upshur, 2007). 2. Surveilans Penyakit



4



Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya untuk sumberdaya masingmasing, dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi. 3. Surveilans Sindromik Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejalagejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan definisi kasus sederhana (demam dan batuk 4 atau sakit tenggorok) dan membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati. Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat memberikan peringatan dini dan dapat digunakan 5



sebagai instrumen untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al., 2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu, disebut surveilans sentinel. Pelaporan sampel melalui sistem surveilans sentinel merupakan cara yang baik untuk memonitor masalah kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas (DCP2, 2008; Erme dan Quade, 2010). 4. Surveilans Berbasis Laboratorium Surveilans berbasis laboartorium digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008). 5. Surveilans Terpadu Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data khusus penyakitpenyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006). Karakteristik pendekatan surveilans terpadu: a. Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services) b. Menggunakan pendekatan solusi majemuk c. Menggunakan pendekatan fungsional, bukan structural d. Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni, pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya) e. Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang



6



penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002). 6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor-aktor baru, termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2, 2008) 2.3. Surveilans Pasif Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Negaranegara anggota WHO diwajibkan melaporkan sejumlah penyakit infeksi yang harus dilaporkan, sehingga dengan surveilans pasif dapat dilakukan analisis perbandingan penyakit internasional. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal. Selain itu, tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktupetugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing. Untuk mengatasi problem tersebut, instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.



7



2.4. Survailans Aktif Surveillance



aktif



menggunakan



petugas



khusus



surveillance



untuk



mengumpulkan data untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit. Biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi kasus baru atau kematian, dan konfirmasi laporan kasus disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Surveillance aktif lebih akurat dibandingkan surveillance pasif, karena dilakukan oleh petugas terlatih yang dipekerjakan khusus untuk mengumpulkan data. Survailance aktif dapat mengidentifikasi outbreak local. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan surveillance aktif lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan, dibandingkan surveillance pasif. 2.5. Analisis Surveilans Sumber Data Surveilans Salah satu sistem pengumpulan data yang dilakukan secara terus-menerus dalam epidemiologi dikenal dengan surveilans. Sebagai sumber data surveilans, WHO merekomendasikan 10 macam sumber data yang dapat dipakai, yaitu : a. Registrasi mortalitas Pencatatan kematian yang dilakukan di tingkat desa dilaporkan ke kantor kelurahan lalu ke kantor kecamatan dan Puskesmas. Sementara itu dari kantor kecamatan, pencatatan tersebut dikirim ke kantor kapupaten/kota. Unsur ini akan bermanfaat bila data pada pencatatan kematian cepat diolah dan hasilnya segera diberitahukan kepada yang berkepentingan. b. Laporan morbiditas Unsur ini penting untuk mengetahui distribusi penyakit menurut waktu, apakah musiman,cylic, atau secular.Dengan demikian dapat diketahui pula ukuran endemis suatu penyakit. Jenis data yang diperlukan sesederhana mungkin, Contohnya variabel orang cukup dicatat nama dan umurnya, variabel tempattempat cukup alamatnya. Diagnognosis penyakit dan waktu mulai timbulnya penyakit merupakan hal yang penting dicatat. 8



c. Laporan epidemic d. Investigasi laboratorium Laboratorium merupakan suatu sarana yang penting untuk mengetahui kuman penyebab penyakit menular dan pemeriksaan tertentu untuk penyakit lainya, misalnya kadar gula darah untuk penyakit diabetes mellitus. e. Investigasi kasus individu f. Investigasi lapangan epidemic g. Survei Survei ialah suatu cara penelitiana epidemiologi untuk mengetahui prevalens penyakit. Dengan ukuran ini dapat diketahui luas masalah penyakit tersebut. Setelah survey pertama dilakukan, berikan pengobatan terhadap penderita sehingga survey kedua dapat ditentukan keberhasilan pengobatan tersebut h. Studi reservoir binatang dan distribusi vector Penyakit zoonis terdapat pada manusia dan hewan. Sehingga dalam hal ini manusia dan hewan merupakan reservoir. Penyakit pada hewan diselidiki oleh dokter hewan dan penyakit akibat vector seranggga diselidiki oleh ahli entomologis. i. Penggunaan biologis dan obat Keterangan yang menyangkut penggunaan bahan-bahan tersebut mengenai banyaknya, jenisnya , danwaktunya memberi petunjuk kepada kita mengenai masalah penyakit. Disamping itu, dapat pula dikumpulkan keterangan mengenai efek samping dari bahan-bahan tersebut j. Pengetahuan populasi dan lingkungan keterangan penduduk penting untuk menetapkan “population at risk” . Persediaan bahan makanan juga penting diketahui apakah ada hubungan kekurangan gizi, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kependudukan, dan lingkungan ini perlu selalu dipikirkan dalam rangka analisis epidemiologis. Data atau keterangan mengenai kependudukan dan lingkungan itu tentu harus didapat di lembaga-lemabaga nonkesehatan Selain itu untuk surveilans, data dapat juga diperoleh dari : a. Statistik rumah sakit dan tempat perawatan lainnya b. Pencatatan dokter-dokter 9



c. Laporan laboratorium kesehatan masyarakat d. Daftar absen kerja atau sekolah (bahan kuliah, Surveilans epidemiologi). Sistem Surveilans untuk indikator penyakit a. Populasi Hewan b. Data lingkungan c. Obat/ penggunaan biologi d. Data Siswa dan pekerja Sumber informasi kesehatan Sumber informasi kesehatan dapat terdiri dari satu program atau juga berupa masalah masalah kesehatan komunitas, atau informasi data perawatan kesehatan. Analisis data Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis untuk membantu dalam penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi, dan dalam upaya pencegahan serta penanggulangan penyakit. Penganalisis data harus memahami dengan baik data yang akan dianalisa. Data yang telah diolah dan disusun dalam format tertentu umumnya lebih mudah dipahami. Beberapa cara berikut biasanya dilakukan untuk memahami data dengan baik, antara lain: 1. Pada data sederhana dan jumlah variabel tidak terlalu banyak, cukup dengan mempelajari tabel saja; dan 2. Pada data yang kompleks, selain mempelajari tabel juga dilengkapi dengan peta dan gambar. Peta dan gambar berfungsi untuk mempermudah pemahaman akan trend, variasi, dan perbandingan. Beberapa teknik berikut umumnya dipakai dalam analisa data surveilans, seperti:



10



a. Analisis



univariat,



yaitu



teknik



analisis



terhadap



satu



variable



saja dengan



menghitung proporsi kejadian penyakit dan menggambarkan deskripsi penyakit secara statistik (mean, modus, standar deviasi); b. Analisis Bivariat, yaitu teknik analisis data secara statistik yang melibatkan dua variable. Untuk menggambarkan analisis ini bisa digunakan tools seperti Tabel (menghitung proporsi dan distribusi frekuensi), Grafik (menganalisis kecenderungan), dan Peta (menganalisis kejadian berdasarkan tempat dan waktu); dan c. Analisis lebih lanjut dengan Multivariat, yaitu teknik analisis statistik lanjutan terhadap lebih dari dua variable, untuk mengetahui determinan suatu kejadian penyakit.



11



BAB III PENUTUP



3.1.



Kesimpulan Surveilans kesehatan merupakan kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,pengolahan data,analisis data dan diseminasi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan. Surveilans ada dua jenis, yaitu surveilans pasif dan surveilans aktif. Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan surveillance aktif menggunakan petugas khusus surveillance untuk mengumpulkan data untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit.



3.2.



Saran Sebagai manusia yang biasa membutuhkan bantuan orang lain, penulis mengharapkan dukungan baik dari pembaca baik dalam bentuk kritik dan saran. Semoga dengan itu semua dapat membuat makalah ini semakin baik dan bermanfaat bagi pembaca.



12



Daftar Pustaka Samuel L, David L. Public Health Surveillance System : Recent Advances in Their Use and Evaluation, Office of Public Health Preparedness and Response, Annu. Rev. Public Health. 2017. 38:57-79 Celentano D, Szklo M. Gordis Epidemiology. Sixth edition. Canada; Elsevier, 2019; Hlm 41-44



13