Survey Budaya Keselamatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya Kepada kita semua, sehingga Laporan Survey Budaya Keselamatan Pasien RS PKU Muhammadiyah Bima dapat terselesaikan dengan tepat waktu Laporan Survey Budaya Keselamatan Pasien RS PKU Muhammadiyah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum budaya karyawan/staff RS PKU Muhammadiyah Bima dalam melaksanakan keselamatan pasien. Laporan ini berisi tentang definisi, elemen budaya keselamatan pasien, factor-faktor yang mempengaruhi budaya keselamatan pasien serta instrumen survey budaya keselamatan pasien. Semoga Laporan ini dapat digunakan dalam proses peningkatan mutu khususnya dalam mewujudkan keamanan pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima.



Tim Penyusun, TKPRS PKU Muhammadiyah Bima.



i



Daftar Isi



Kata Pengantar.............................................................................................................................i Daftar Isi.....................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1 1.2 Tujuan................................................................................................................................1 BAB II KAJIAN TEORI............................................................................................................2 2.1 Pengertian..........................................................................................................................2 2.2 Elemen budaya keselamatan pasien..................................................................................2 2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien..............................2 2.4 Instrumen survey budaya keselamatan pasien..................................................................5 BAB III METODE SURVEY...................................................................................................12 3.1 Desain dan Definisi Operasional.....................................................................................12 3.2 Instrumen Survey............................................................................................................13 3.3 Uji validitas dan reliabilitas Instrumen...........................................................................14 BAB IV HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN.................................................................15 4.1 Karakteristik Responden.................................................................................................15 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin..............................................15 4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...........................................................12 4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...................................................16 4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja..............................................17 4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi.........................................................17 4.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Pelatihan KP-RS.....................18 4.2. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Secara Umum.........................................................18 4.3 Hasil Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Area....................................................19 4.4 Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien...............................................................21 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI.........................................................................28 5.1 Simpulan..........................................................................................................................28 5.2 Rekomendasi...................................................................................................................29 Referensi...................................................................................................................................24



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan pasien adalah pondasi utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sejalan dengan perkembangan sistem pelayanan rumah sakit yang semakin kompleks, menciptakan pelayanan yang aman bagi pasien di rumah sakit merupakan tantangan bagi setiap manajemen rumah sakit. Membuat pelayanan rumah sakit menjadi lebih aman dan mempertahankan keamanan tersebut merupakan hal yang sama beratnya untuk diimplementasikan. (Vincent, 2011). Penyelenggaraan keselamatan pasien khususnya dalam manajemen kesalahan manusia (management of human error), dapat dikatakan mahir apabila telah dilaksanakan dengan proses belajar kolektif dari kesalahan yang telah terjadi, baik belajar dari kejadian nyaris cedera ataupun kejadian yang mengakibatkan kerugian yang sebenarnya bagi pasien. Untuk mempromosikan budaya belajar dari kesalahan, manajemen rumah sakit harus dapat mengidentifikasi budaya keselamatan pasien yang komprehensif. Budaya keselamatan pasien ini terkait dengan motivasi pelaporan kejadian keselamatan pasien yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran dan tanpa budaya menyalahkan (blame free culture). (Mark, 2001) Berdasarkan SNARS edisi 1, diharapkan setiap rumah sakit membuat peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang mengintegrasikan semua kegiatan penyusunan ukuran,termasuk ukuran budaya keselamatan pasien dan pelaporan KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).Integrasi semua sistem ukuran akan memberikan kesempatan adanya penyelesaian dan perbaikan yang berkesinambungan. Untuk itu, Mulai awal tahun 2019 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima mulai mengadopsi ukuran budaya keselamatan pasien yang diimplementasikan kepada seluruh staf rumah sakit dari beberapa sumber untuk langkah awal program keselamatan pasien yang baik.



1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum : Secara umum tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari budaya keselamatan pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019. 1.2.2 Tujuan Khusus : a. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien, kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit. b. Untuk mengetahui kesalahan medis di lingkungan rumah sakit. c. Untuk mengetahui laporan kejadian di lingkungan rumah sakit.



1



BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Budaya keselamatan pasien adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah organisasi kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan struktur, praktek, peraturan dan kontrol keselamatan pasien. Budaya ini mencakup tiga komponen yaitu budaya kerja, budaya pelaporan (insiden) dan budaya belajar (Croll, Coburn, & Pearson, 2012). Budaya keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercayaan, dan asumsi staf terhadap iklim organisasi (pelayanan kesehatan) dalam peningkatan program keselamatan pasien (The Health Foundation, 2013). Budaya keselamatan pasien adalah produk dari nilai, sikap, persepsi, kompetensi, dan pola perilaku dari individu dan kelompok dalam sebuah organisasi (pelayanan kesehatan) yang menentukan komitmen, gaya dan kemahiran dalam manajemen keselamatan pasien. Organisasi (pelayanan kesehatan) yang memiliki budaya keselamatan pasien yang cenderung positif dapat dilihat dari komunikasi saling percaya (mutual trust) antar komponen, dengan persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan, dan dengan keyakinan akan besarnya manfaat tindakan pencegahan (Agency for Healthcare Research and Quality, 2004). 2.2 Elemen budaya keselamatan pasien Berbagai definisi terkait budaya keselamatan pasien mencakup banyak elemen umum dalam pelayanan kesehatan. Elemen budaya keselamatan pasien mengacu pada peningkatan kepercayaan dan perilaku dari staf dalam mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan (Jones, Skinner, Xu, & Sun, 2007). Menurut The Institute Of Medicine (IOM) dalam Jones, Skinner, Xu, & Sun (2007), budaya keselamatan pasien membutuhkan tiga elemen penting yaitu : 1. Kepercayaan, walaupun proses pelayanan kesehatan memiliki risiko yang tinggi, namun dirancang kegiatan yang dapat mencegah kesalahan. 2. Komitmen, dari organisasi untuk mengidentifikasi dan belajar dari kesalahan 3. Lingkungan kerja, kedisiplinan manajer yang dirasakan saat staf diketahui meningkatkan risiko cedera pasien dan keluarga. Budaya keselamatan dapat dilihat dari kehandalan rumah sakit yang memiliki karakteristik kompleks, proses pelayanan yang sangat berisiko namun dapat menekan angka insiden kesalahan. Rumah sakit yang dapat menyandang gelar handal/ mahir hanya jika dapat “bekerja sama” dengan kesalahan, peka terhadap staf yang dapat mempengaruhi proses pelayanan, memberikan kesempatan kepada orang-orang yang benar-benartahu proses untuk mengambil keputusan dan anti budaya menyalahkan pada saat terjadi kesalahan pada proses yang kompleks. 2.3 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien Menurut Geller dalam Chooper (2000), tentang Total Safety Culture, menyebutkan bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien, yaitu sebagai berikut : (Chooper, 2000) a. Faktor personal yaitu cenderung dari orang/ manusia yang bekerja dalam suatu orgaisasi rumah sakit. Faktor personal ini terdiri dari: 1) Pengetahuan 2) Sikap 2



3) Motivasi 4) Kompetensi 5) Kepribadian b. Faktor perilaku organisasi yaitu kondisi lingkungan kerja yang diukur dari segi organisasi pelayanan kesehatan secara umum. Faktor perilaku organisasi yaitu: 1) Kepemimpinan 2) Kewaspadaan Situasi 3) Komunikasi 4) Kerja Tim 5) Stress 6) Kelelahan 7) Kepemimpinan Tim 8) Pengambilan Keputusan c. Faktor lingkungan merupakan pendukung proses pelayanan dalam organisasi kesehatan, yang terdiri dari : 1) Perlengkapan 2) Peralatan 3) Mesin 4) Kebersihan 5) Teknik 6) Standar prosedur operasional 2.4 Instrumen survey budaya keselamatan pasien Salah satu survey budaya keselamatan yang dikembangkan oleh Agency for Health Care Research and Quality (AHRQ) adalah The Hospital Survey on Patient Safety dengan 12 elemen yang dikembangkan sejak tahun 2004 untuk mengukur budaya keselamatan pasien dari perspektif staf. Adapun beberapa penjelasan terkait instrumen survey budaya keselamatan pasien adalah sebagai berikut : a. Responden Responden yang dapat mengisi instrumen survey budaya keselamatan pasien adalah seluruh jenis staf yang berada di pelayanan rumah sakit. Survey ini sangat cocok dilaksanakan pada: 1) Staf rumah sakit yang secara langsung bersentuhan dengan pasien (staf klinik seperti dokter, perawat, fisiotherapist. Staf non klinik seperti billing ruangan dan lain-lain). 2) Staf rumah sakit yang kemungkinan tidak bersentuhan langsung dengan pasien, namun pelayanannya dapat mempengaruhi pasien (staf farmasi, analis laboratorium, dan lain-lain) 3) Pimpinan, manajer dan petugas administrasi rumah sakit. b. Dimensi pertanyaan Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. Adapun penjelasannya sebagai berikut: 1) Kelompok outcome (hasil) yang terdiri dari dua dimensi pertanyaan, yaitu sebagai berikut: a) Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien b) Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden 2) Kelompok budaya keselamatan yang terdiri dari 10 dimensi pertanyaan, yaitu sebagai berikut : a) Teamwork dalam unit b) Ekspektasi dan aksi pimpinan dalam mempromosikan keselamatan pasien 3



c) d) e) f) g) h) i) j)



Proses belajar organisasi, perbaikan berkelanjutan Dukungan manajemen rumah sakit dalam keselamatan pasien Umpan balik dan komunikasi kejadian kesalahan Keterbukaan komunikasi Teamwork antar unit dalam rumah sakit Staffing Handoffs (serah terima) dan transisi Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan Adapun item soal dalam setiap dimensi pertanyaan dari keselamatan pasien tersebut akan dijelaskan pada tabel dibawah ini: JENIS DIMENSI NOMOR ITEM SOAL SOAL Grade Berilah peringkat Keselamatan keselamatan pasien di Pasien ruangan Anda, beri satu E1 Positif (tambahan) jawaban dengan memberi tanda rumput pada kotak (√) Jumlah pelaporan Dalam 12 bulan terakhir, kejadian menurut pengetahuan (tambahan) Anda, kira-kira berapa kejadian keselamatan G1 pasien yang dilaporkan di Terbuka ruangan Anda? Tulis angka jawaban Anda pada kotak yang disediakan. Teamwork dalam unit Setiap orang saling A1 mendukung satu sama Positif lain di ruangan kami



A3



Ketika suatu pekerjaan harus diselesaikan dengan cepat, kami bekerja sama Positif sebagai suatu tim untuk mengerjakannya



A4



Di ruangan ini, setiap orang memperlakukan Positif satu sama lain dengan hormat



A11



Ekspektasi dan B1 aksi pimpinan dalam



Ketika suatu area di ruangan ini sibuk, yang Positif lain akan membantu Atasan saya mengatakan Positif bagus ketika beliau melihat pekerjaan



survey budaya PILIHAN JAWABAN Sempurna, Sangat Bagus, Cukup, Kurang, Buruk



Menulis angka



Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak



setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, 4



mempromosikan keselamatan pasien



diselesaikan sesuai dengan prosedur keselamatan pasien



B2



Atasan saya sangat serius menanggapi saran staf Positif untuk mengembangkan keselamatan pasien



B3



Ketika ada tekanan, atasan saya ingin sekali Negatif bekerja cepat, walaupun dengan jalan pintas



B4



Atasan saya mengabaikan masalah keselamatan Negatif pasien yang terjadi berulang



Proses belajar organisasi, perbaikan A6 berkelnjutan



A9



Setiap kesalahan menjadikan perbuahan Positif yang baik bagi ruangan ini



A13



Setelah kami melakukan perubahan untuk mengembangkan Positif keselamatan pasien, kami mengevaluasi keefektifannya



Dukungan manajemen rumah sakit F1 dalam keselamatan pasien F8



F9



Keseluruhan



Kami selalu aktif bekerja untuk meningkatkan Positif keselamatan pasien



A15



Manajemen rumah sakit mengembangkan budaya Positif kerja yang berfokus pada keselamatan pasien Tindakan manajemen rumah sakit memperlihatkan bahwa Positif keselamatan pasien adalah prioritas utama Manajemen rumah sakit terlihat antusias terhadap keselamatan pasien hanya Negatif ketika terjadi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) Keselamatan pasien tidak Positif



Sangat Setuju



tidak



Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju



setuju, Ragu, Setuju, tidak



Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju



setuju, Ragu, Setuju, tidak



Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju



setuju, Ragu, Setuju, tidak



Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju



setuju, Ragu, Setuju, tidak



Sangat



setuju,



setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak



setuju, Ragu, Setuju, tidak



5



persepsi tentang keselamatan pasien



pernah dikorbankan dalam menyelesaikan banyak pekerjaan



A18



A10



A17



Umpan balik dan komunikasi kejadian C1 kesalahan



C3



C5 Keterbukaan komunikasi C2



C4



C6 Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden



D1



SPO dan sistem kami sudah baik untuk Positif mencegah terjadinya kesalahan Hanya suatu kebetulan bahwa kesalahan yang Negatif serius tidak terjadi disini



Kami punya masalah keselamatan pasien di Negatif ruangan ini Kami selalu diberikan umpan balik tentang perubahan yang terjadi berdasarkan laporan kejadian Kami selalu diinformasikan tentang kesalahan yang terjadi di ruangan ini Di Ruangan ini kami berdiskusi tentang cara mencegah kesalahan terjadi lagi Staf bebas berbicara tentang sesuatu jika hal tersebut dapat memberikan efek negatif kepada pasien Staf bebas untuk menanyakan keputusan atau tindakan di luar kewenangannya Staf takut untuk mengajukan pertanyaan ketika sesuatu berjalan tidak semestinya Ketika kesalahan terjadi, tapi sudah diketahui dan diperbaiki sebelum berimbas pada pasien (Kejadian Nyaris Cedera/ KNC), seberapa sering



Positif



Positif



Positif



Positif



Positif



Negatif Positif



Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju



Ragu, Setuju, tidak



Selalu, Jarang, Sekali, Pernah



Sering, Jarang Tidak



Selalu, Jarang, Sekali, Pernah Selalu, Jarang, Sekali, Pernah



Sering, Jarang Tidak



Selalu, Jarang, Sekali, Pernah



Sering, Jarang Tidak



Selalu, Jarang, Sekali, Pernah Selalu, Jarang, Sekali, Pernah Selalu, Jarang, Sekali, Pernah



Sering, Jarang Tidak



setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak



Sering, Jarang Tidak



Sering, Jarang Tidak Sering, Jarang Tidak



6



D2



D1



Teamwork antar unit dalam rumah sakit F4



hal tersebut dilaporkan Ketika kesalahan terjadi, tapi tidak potensial mencederai pasien Positif (Kejadian Potensial Cedera/ KPC), seberapa sering itu dilaporkan Ketika kesalahan terjadi, dan dapat mencederai pasien, namun tidak terjadi cedera (Kejadian Positif Tidak Cedera/ KTC), seberapa sering terlaporkan Terjadi kerjasama yang baik antar ruangan dalam Positif rumah sakit untuk melakukan tugas bersama



F10



Ruangan dalam rumah sakit bekerja sama dengan baik untuk Positif mewujudkan pelayanan terbaik kepada pasien



F2



Ruangan dalam rumah sakit tidak berkoordinasi Negatif dengan baik satu sama lain



F6



Sangat sering terjadi ketidaknyamanan saat Negatif bekerja di ruangan lain dalam rumah sakit



A2



Kami memiliki staf/ tenaga menyelesaikan kerja kami



Staffing



A5



A7



A14



cukup untuk Positif beban



Staf di ruangan ini bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan Negatif pelayanan yang terbaik bagi pasien Kami menggunakan karyawan tidak tetap untuk memberikan Negatif pelayanan terbaik bagi pasien Kami bekerja seperti Negatif dalam ‘situasi krisis’,



Selalu, Jarang, Sekali, Pernah



Sering, Jarang Tidak



Selalu, Jarang, Sekali, Pernah



Sering, Jarang Tidak



Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju,



setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, 7



Handoffs terima) transisi



(serah dan F3



mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu banyak dan terlalu cepat Saat melakukan transfer pasien antar ruangan merupakan kondisi yang Negatif sangat berisiko untuk terjadinya insiden



F5



Informasi penting pasien sering hilang pada saat Negatif pergantian shift



F7



Masalah sering terjadi dalam pertukaran Negatif informasi antar ruangan



F11



Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian A8 kesalahan



A12



A16



Perubahan shift merupakan masalah bagi Negatif pasien di rumah sakit ini Apabila terjadi kesalahan, staf merasa seolah segala akibat dari kesalahan Negatif mereka ditimpakan kepada mereka sendiri Ketika suatu kejadian dilaporkan, sepertinya inti laporannya adalah Negatif orangnya, bukan pada masalahnya Staf khawatir jika kesalahannya tercatat Negatif dalam catatan kepegawaian



Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju Sangat Setuju, Tidak Sangat Setuju



Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak setuju, Ragu, Setuju, tidak



Sumber : (AHQR, 2004)



8



BAB III METODE SURVEY 3.1 Desain dan Definisi Operasional Secara umum kegiatan ini merupakan penelitian observasional deskriptif, yaitu penelitian pengamatan (survey) yang mencoba mencari gambaran variabel tanpa melakukan intervensi kepada target penelitian (Setiadi, 2007). Desain yang digunakan adalah potong lintang (cross-sectional), yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel dalam suatu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono & Anggraeni, 2012). Adapun definisi operasional dari variable budaya keselamatan pasien iniadalah sebagai berikut : DEFINISI ALAT HASIL VARIABEL CARA UKUR SKALA OPERASIONAL UKUR UKUR Budaya Skor rata-rata Dilihat dari Survey Skor total Interval keselamatan produk dari nilai, hasil survey Budaya jawaban pasien sikap, persepsi, menggunakan Keselamatan kuesioner kompetensi, dan kuesioner Pasien pola perilaku dari Rumah staf perawat di Sakit, ruang rawat inap Agency for RSUP Sanglah Healthcare Denpasar, yang Research and menentukan Quality, komitmen, gaya 2004 dan kemahiran dalam manajemen 9



keselamatan pasien yang diukur dari perspektif staf



3.2 Instrumen Survey Instrumen menggunakan survey budaya keselamatan pasien yang telah baku digunakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima sejak tahun 2019, yang merupakan adopsi dari Hospital Survey on Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ). Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit diciptakan November 2004, yang didesain untuk mengidentifikasi opini staf rumah sakit tentang isu keselamatan pasien, kesalahan medikasi, dan pelaporan kejadian. Survey budaya keselamatan pasien terdiri dari 12 dimensi pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yang dituangkan kedalam 9 bagian pada kuesioner yang telah dilaksanakn uji validitas dan reliabilitas. (Agency for Healthcare Research and Quality, 2004). Adapun aturan pengisian kuesioner survey ini adalah sebagai berikut : 1. Survey ini bertujuan untuk mengetahui opini staf mengenai isu keselamatan pasien, kesalahan medis dan laporan kejadian di lingkungan rumah sakit. 2. Survey ini terdiri dari Sembilan bagian, yang pengisiannya membutuhkan waktu 10-15 menit. 3. Pada bagian A, B, C dan F keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut, 1) STS : Sangat Tidak Setuju 2) TS : Tidak Setuju 3) RG : Ragu 4) ST : Setuju 5) SS : Sangat Setuju 4. Pada bagian D keterangan pilihan jawaban tertutup adalah sebagai berikut, 1) TP : Tidak Pernah 2) JS : Jarang Sekali 3) JR : Jarang 4) SR : Sering 5) SL : Selalu 5. Pada bagian E, G dan H pilihan jawaban telah tertera secara jelas. 6. Pada bagian I responden bisa menuliskan jawaban secara terbuka (namun tidak akan dianalisis secara kuantitatif). 7. Nilai untuk setiap pertanyaan adalah antara rentang 1 sampai dengan 5. Jika pertanyaan positif di jawab dengan jawaban “selalu” atau “ sangat setuju”, maka nilainya adalah 5. Jika pertanyaan positif dijawab dengan “tidak pernah” atau “sangat tidak setuju” maka nilainya adalah 1, begitu pula sebaliknya dengan pertanyaan negatif. 8. Jumlah pertanyaan yang akan dianalisis adalah 42 pertanyaan, sehingga nilai maksimum adalah 42 x 5 = 210 poin, dan nilai minimum adalah 42 x 1 = 42 poin. 3.3 Uji validitas dan reliabilitas Instrumen Penelitian ini menggunakan instrumen survey budaya keselamatan pasien yang digunakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima yang merupakan adopsi dari Hospital Survey on Patient Safety Culture Agency for Healthcare Research and Quality



10



(AHRQ). Untuk itu, peneliti tidak melaksanakan uji validitas dan reliabilitas ulang terhadap instrumen tersebut.



BAB IV HASIL SURVEY DAN PEMBAHASAN Survey ini telah dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan april 2019 dengan melibatkan 40 responden. Adapun hasil survey yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : 4.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang akan dijabarkan adalah berdasarkan, jenis kelamin, umur, pendidikan, lama bekerja, profesi dan pengalaman pelatihan KP-RS, adapun hasilnya adalah sebagai berikut : 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut : Tabel 1 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Jenis Kelamin No 1 Laki-Laki 2 Perempuan Total



Frekuensi (n) 13 27 40



Persentase (%) 32,5% 67,5% 100



Berdasarkan tabel 1 terlihat jika sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 27 (67,5%). 4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan umur adalah sebagai berikut : 11



Tabel 2 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Umur No. 1 2 3 4 5



Kriteria Mean Median Mode Minimum Maximum



frekuensi 29,7 29,5 29 22 37



Berdasarkan tabel 2 tampak bahwa median umur responden adalah 29 tahun, dimana umur yang paling banyak adalah 29 tahun, umur terendah adalah 22 tahun dan umur tertinggi adalah 37 tahun. 4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan hasil survey 339 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan pendidikan adalah sebagai berikut : Tabel 3 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimatahun 2019 Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan 1 SLTA 2 Diploma 3 Sarjana Total



Frekuensi (n) 6 15 19 40



Persentase (%) 15 37,5 47,5 100



Berdasarkan tabel 3 terlihat jika sebagian besar responden berpendidikan sarjana, yaitu 19 (47,5%) 4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 201 berdasarkan lama bekerja adalah sebagai berikut :



Tabel 4 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimabtahun 2019 Berdasarkan Lama Bekerja No 1 2 3 4 5 6 Total



Lama Bekerja < 1 tahun 1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 21 tahun atau lebih



Frekuensi (n) 3 24 11 2 0 0 40



Persentase (%) 7,5 60 27,5 5 0 0 100



Berdasarkan tabel 4 terlihat sebagian besar responden telah bekerja di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimaselama 1-5 tahun, yaitu 168 orang (60%). 4.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Profesi 12



Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 berdasarkan profesi adalah sebagai berikut : Tabel 5 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimatahun 2019 Berdasarkan Profesi No 1 2 3 4 5 Total



Profesi Dokter Perawat apoteker analis kesehatan Radiographer



Frekuensi (n) 3 26 2 6 3 339



Persentase (%) 7,5 65 5 15 7,5 100



Berdasarkan tabel 5 tampak sebagai besar responden merupakan profesi perawat, yaitu 26 orang (65%) 4.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja Berdasarkan hasil survey 40 responden, maka dapat ditampilkan karakteristik responden yang mengisi survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimatahun 2019 berdasarkan jam kerja adalah sebagai berikut : Tabel 6 Karakteristik Responden Yang Mengisi Survey Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Jam Kerja No Jam kerja Frekuensi (n) Persentase (%) 1 < 20 jam seminggu 3 7,5 2 20-39 jam seminggu 9 22,5 3 40 jam atau lebih seminggu 28 70 Total 40 100 Berdasarkan tabel 6 terlihat sebagai besar responden bekerjan 40 jam atau lebih dalam seminggu yaitu 28 Orang (70%) 4.2. Hasil Budaya Keselamatan Pasien Secara Umum Secara umum dapat dianalisis skor keseluruhan nilai budaya keselamatan pasien untuk 40 responden adalah sebagai berikut: Tabel 7 Ukuran pemusatan skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 No Ukuran Skor 1 Mean 135.45 2 Median 130 3 Mode 120 4 Minimum 83 5 Maximum 180 Berdasarkan tabel 7 terlihat jika nilai median skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 adalah 130,00 jika dipersentasekan dengan nilai maksimum 210 maka akan dapat hasil 130/210*100% = 61,9%. Ini membuktikan bahwa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima berada pada posisi menengah keatas dalam hal budaya keselamatan pasien. Hasil penelitian ini cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh 13



Bea, Pasinringi, & Noor (2013) dengan judul “Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013”. Hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa budaya keselamatan pasien Rumah Sakit Universitas Hasanuddin tergolong kuat dengan persentasi 71,57%. Penelitian terdahulu tersebut menggunakan alat ukur yang sama, yaitu kuesioner budaya keselamatan pasien diadaptasi dari kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture dipublikasikan oleh The Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) tahun 2004. 4.3 Hasil Budaya Keselamatan Pasien Berdasarkan Area Jika nilai hasil budaya keselamatan pasien di jabarkan berdasarkan area maka akan didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 8 Penjabaran nilai hasil budaya keselamatan pasien Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bima tahun 2019 Berdasarkan Area No



Nama Ruangan



1



Ranap Sahabat



2



Ranap Buah



3



Ranap Tokoh



4



IGD



5



KBR



6



laboratorium



7



radiologi



Nilai Median 110,8 158,5 128,3 132,8 136,5 162 118



Jika dilihat dari 7 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang nilai mean budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari mean keseluruhan, yaitu 4 area (57%), sedangkan yang lebih tinggi dari median keseluruhan yaitu 3 area (42%). Kondisi ini menunjukkan bahwa masih perlu dilaksanakan perbaikan-perbaikan terkait keseragaman program keselamatan pasien di masing-masing area tersebut. Namun, secara umum perlu diketahui terlebih dahulu faktor yang menyebabkan ketidakseragaman tersebut. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi, beberapa faktor yang dapat dilakukan analisis lebih mendalam sesuai dengan penelitian terdahulu adalah motivasi perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini, Agus Santoso tahun 2013 dengan judul : “Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang”, menjelaskan bahwa ada pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 10,3%, ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 36,8%. Ada pengaruh secara bersama-sama antara motivasi perawat dan gaya kepemimpinan kepala ruang terhadap penerapan budaya keselamatan pasien sebesar 39,2%. (Nivalinda, Hartini, & Santoso, 2013) Penelitian terdahulu yang lebih spesifik menjelaskan terkait hal yang dapat menyebabkan ketidakseragaman budaya keselamatan pasien tersebut adalah dari faktor pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan program keselamatan pasien, dilakukan oleh Ariyani (2009) di Instalasi Perawatan Intensif 14



RSUD DR Moewardi Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan motivasi terhadap sikap mendukung penerapan program patient safety (p < 0,05). Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh bersama- sama antara pengetahuan (p = 0,006, Exp B = 2,322), motivasi ( p = 0,020, Exp B = 2,093) terhadap sikap mendukung penerapan program patient safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Untuk itu, dapat dijadikan pedoman di RS PKU Muhammadiyah Bima untuk menelusuri terlebih dahulu faktor yang dapat menyebabkan ketidak seragaman nilai median budaya keselamatan pasien di setiap area, sehingga dapat dibuat program spesifik terkait perbaikan-perbaikan dalam program keselamatan pasien pada tahun berikutnya. 4.4 Analisis Dimensi Budaya Keselamatan Pasien Sesuai dengan dimensi instrumen survey budaya keselamatan pasien, maka dari 40 responden dapat dianalisis masing-masing jawaban responden untuk setiap pertanyaan adalah sebagai berikut : Tabel 9 Analisis Rata-Rata Skor Masing-Masing Dimensi dan Pertanyaan Survey Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bimatahun 2019 NO FREKUENSI SKOR TOTAL SKOR DIMENSI SOA ITEM SOAL 1 2 3 4 5 L Grade Berilah peringkat Keselamatan keselamatan pasien Pasien di ruangan Anda, 3 5 19 7 6 (tambahan) E1 beri satu jawaban 128 dengan memberi tanda rumput pada kotak (√) Jumlah Dalam 12 bulan pelaporan terakhir, menurut kejadian pengetahuan Anda, (tambahan) kira-kira berapa kejadian 17 6 5 4 keselamatan pasien 8 G1 100 yang dilaporkan di ruangan Anda? Tulis angka jawaban Anda pada kotak yang disediakan. Teamwork Setiap orang saling dalam unit mendukung satu 3 4 13 11 9 A1 139 sama lain di ruangan kami A3 Ketika suatu 3 5 12 12 8 137 pekerjaan harus diselesaikan dengan cepat, kami bekerja sama sebagai suatu tim 15



A4



A11 Ekspektasi dan aksi pimpinan dalam B1 mempromosi kan keselamatan pasien B2



B3



B4



Proses belajar organisasi, perbaikan berkelnjutan



A6



A9



A13



untuk mengerjakannya Di ruangan ini, setiap orang memperlakukan satu sama lain dengan hormat Ketika suatu area di ruangan ini sibuk, yang lain akan membantu Atasan saya mengatakan bagus ketika beliau melihat pekerjaan diselesaikan sesuai dengan prosedur keselamatan pasien Atasan saya sangat serius menanggapi saran staf untuk mengembangkan keselamatan pasien Ketika ada tekanan, atasan saya ingin sekali bekerja cepat, walaupun dengan jalan pintas Atasan saya mengabaikan masalah keselamatan pasien yang terjadi berulang Kami selalu aktif bekerja untuk meningkatkan keselamatan pasien Setiap kesalahan menjadikan perbuahan yang baik bagi ruangan ini Setelah kami melakukan perubahan untuk mengembangkan keselamatan pasien, kami mengevaluasi keefektifannya



3



4



13



11



9



8



6



17



5



4



6



12



12



5



5



7



12



12



4



5



7



12



12



4



5



3



5



19



7



6



3



5



12



12



8



3



4



13



11



9



8



17



6



5



4



139



111



106



103



103



128



137



139



100



16



Dukungan manajemen rumah sakit F1 dalam keselamatan pasien



F8



F9



Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien



A15



A18



A10



A17 Umpan balik dan komunikasi C1 kejadian kesalahan C3



Manajemen rumah sakit mengembangkan budaya kerja yang berfokus pada keselamatan pasien Tindakan manajemen rumah sakit memperlihatkan bahwa keselamatan pasien adalah prioritas utama Manajemen rumah sakit terlihat antusias terhadap keselamatan pasien hanya ketika terjadi kejadian yang tidak diharapkan (KTD) Keselamatan pasien tidak pernah dikorbankan dalam menyelesaikan banyak pekerjaan SPO dan sistem kami sudah baik untuk mencegah terjadinya kesalahan Hanya suatu kebetulan bahwa kesalahan yang serius tidak terjadi disini Kami punya masalah keselamatan pasien di ruangan ini Kami selalu diberikan umpan balik tentang perubahan yang terjadi berdasarkan laporan kejadian Kami selalu diinformasikan tentang kesalahan yang terjadi di ruangan ini



3



5



19



7



6



3



7



12



8



7



4



6



10



12



8



134



1



1



12



17



9



152



3



4



13



11



9



7



12



12



4



5



3



5



19



7



6



7



12



12



4



5



8



128



137



139



103



128



103



100 17



6



5



4



17



C5



Keterbukaan komunikasi C2



C4



C6



Frekuensi pelaporan kejadian/ insiden D1



D2



D3



Teamwork



F4



Di Ruangan ini kami berdiskusi tentang cara mencegah kesalahan terjadi lagi Staf bebas berbicara tentang sesuatu jika hal tersebut dapat memberikan efek negatif kepada pasien Staf bebas untuk menanyakan keputusan atau tindakan di luar kewenangannya Staf takut untuk mengajukan pertanyaan ketika sesuatu berjalan tidak semestinya Ketika kesalahan terjadi, tapi sudah diketahui dan diperbaiki sebelum berimbas pada pasien (Kejadian Nyaris Cedera/ KNC), seberapa sering hal tersebut dilaporkan Ketika kesalahan terjadi, tapi tidak potensial mencederai pasien (Kejadian Potensial Cedera/ KPC), seberapa sering itu dilaporkan Ketika kesalahan terjadi, dan dapat mencederai pasien, namun tidak terjadi cedera (Kejadian Tidak Cedera/ KTC), seberapa sering terlaporkan Terjadi kerjasama



8



6



17



4



5



107



3



5



19



7



6



3



8



10



8



7



116



7



10



10



7



6



115



8



17



6



5



4



8



6



17



4



5



3



5



19



7



6



3



4



13



11



9



128



100



107



128



139 18



antar unit dalam rumah sakit



F10



F2



F6



Staffing A2



A5



A7



A14



Handoffs (serah



F3



yang baik antar ruangan dalam rumah sakit untuk melakukan tugas bersama Ruangan dalam rumah sakit bekerja sama dengan baik untuk mewujudkan pelayanan terbaik kepada pasien Ruangan dalam rumah sakit tidak berkoordinasi dengan baik satu sama lain Sangat sering terjadi ketidaknyamanan saat bekerja di ruangan lain dalam rumah sakit Kami memiliki cukup staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja kami Staf di ruangan ini bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien Kami menggunakan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien Kami bekerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu banyak dan terlalu cepat



1



2



5



18



14



162



3



5



19



7



6



8



6



17



4



5



3



4



13



11



9



4



6



10



12



8



134



1



2



5



18



14



162



3



4



13



11



9



Saat melakukan 4 transfer pasien



6



10



12



8



128



107



139



139



134 19



terima) transisi



dan



F5



F7



F11 Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian A8 kesalahan



A12



A16



antar ruangan merupakan kondisi yang sangat berisiko untuk terjadinya insiden Informasi penting pasien sering hilang pada saat pergantian shift Masalah sering terjadi dalam pertukaran informasi antar ruangan Perubahan shift merupakan masalah bagi pasien di rumah sakit ini Apabila terjadi kesalahan, staf merasa seolah segala akibat dari kesalahan mereka ditimpakan kepada mereka sendiri Ketika suatu kejadian dilaporkan, sepertinya inti laporannya adalah orangnya, bukan pada masalahnya Staf khawatir jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian



8



17



6



5



4



3



5



19



7



6



8



6



17



4



5



107



1



2



5



18



14



162



3



4



13



11



9



2



3



8



15



12



100



128



139



144



Jika ditelusuri dari masing masing dimensi dan pertanyaan survey budaya keselamatan pasien yang memiliki nilai rata-rata < 3 poin maka ditemukan dimensi dan pertanyaan yang membutuhkan perhatian secara nyata



20



BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan 1. Karakteristik : sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu 40 orang (67,5%). Sebagian besar responden berada pada usia 29 tahun. Sebagian besar responden berpendidikan berpendidikan sarjana, yaitu 19 orang (47,5%). Sebagian besar responden telah bekerja di RS PKU Muhammadiyah Bima selama 1-5 tahun, yaitu 24 orang (60%). Sebagai besar responden merupakan profesi perawat, yaitu 26 orang (65%). Sebagai besar responden bekerjan 40 jam atau lebih dalam seminggu yaitu 28 orang (70%) 21



2. Nilai median skor keseluruhan survey budaya keselamatan pasien di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2019 adalah 130,00 jika dipersentasekan dengan nilai maksimum 210 maka akan dapat hasil 130/210*100% = 61,9%. Ini membuktikan bahwa RS PKU Muhammadiyah Bima berada pada posisi menengah keatas dalam hal budaya keselamatan pasien. 3. Jika dilihat dari 7 area penyebaran kuesioner terlihat lebih banyak ruangan yang nilai median budaya keselamatan pasien responden yang mewakilinya lebih rendah dari median keseluruhan, yaitu 4 area (57%), sedangkan yang lebih tinggi dari median keseluruhan yaitu 3 area (42%). 4. Jika ditelusuri dari masing masing dimensi dan pertanyaan survey budaya keselamatan pasien yang memiliki nilai rata-rata < 3 poin maka ditemukan dimensi dan pertanyaan yang membutuhkan perhatian secara nyata adalah Jumlah pelaporan kejadian (tambahan), Keseluruhan persepsi tentang keselamatan pasien, Staffing, Respon tidak menyalahkan terhadap kejadian kesalahan dengan kondisi yang perlu ditingkatkan adalah kondisi dengan opini :



a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden b. Kesadaran tentang pencegahan terjadinya insiden, karena tidak terjadinya insiden dalam suatu unit bukan disebabkan oleh kebetulan. c. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien d. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS e. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien f. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu banyak dan terlalu cepat g. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian 5.2 Rekomendasi 1. Kepada manajemen RS PKU Muhammadiyah Bima untuk menelusuri terlebih dahulu faktor yang dapat menyebabkan ketidak seragaman nilai median budaya keselamatan pasien di setiap area, sehingga dapat dibuat program spesifik terkait perbaikanperbaikan dalam program keselamatan pasien pada tahun brikutnya. 2. Memperbaiki kondisi dibawah ini (dengan membuat keputusan/ langkah langkah strategis) : a. Kesadaran tentang jumlah pelaporan insiden b. Kesadaran tentang pencegahan terjadinya insiden, karena tidak terjadinya insiden dalam suatu unit bukan disebabkan oleh kebetulan. c. Kondisi di ruangan dimana bekerja lewat dari waktu kerja, demi memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien d. Jumlah staf/ tenaga untuk menyelesaikan beban kerja RS e. Penggunaan karyawan tidak tetap untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien f. Kondisi kerja seperti dalam ‘situasi krisis’, mencoba melakukan pekerjaan yang terlalu banyak dan terlalu cepat g. Kekhawatiran staf jika kesalahannya tercatat dalam catatan kepegawaian Referensi



22



Agency for Healthcare Research and Quality. (2004). Hospital Survey on Patient Safety Culture. (R. Westat, J. Sorra, & V. Nieva, Eds.). Rockville: Services, Agency for Healthcare Research and Quality U.S. Department of Health and Human. AHQR. (2000). Hospital Survey on Patient Safety Culture : Items and Dimensions, 4–6. Ariyani. (2009). Analisis Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Yang Mempengaruhi Sikap Mendukung Penerapan Program Patient Safety Di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008. Universitas Diponegoro. Ayudyawardani, S. D. (2012). Pengembangan Model Budaya Keselamatan Pasien Yang Sesuai Di Rumah Sakit Ibu Anak Tumbuh Kembang Cimanggis Tahun 2012. Universitas Indonesia. Bea, I. F., Pasinringi, S. A., & Noor, N. B. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar, 1–14. Beginta, R. (2012). Pengaruh Budaya Keselamatan Pasien, Gaya Kepemimpinan, Tim Kerja, Terhadap Persepsi Pelaporan Kesalahan Pelayanan oleh Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2011. Universitas Indonesia. Chooper, M. D. (2000). Towards a model of safety culture. Safety Science Journal, 36, 111–136. Croll, Z. T., Coburn, A. F., & Pearson, K. B. (2012). Promoting a Culture of Safety : Use of the Hospital Survey on Patient Safety Culture in Critical Access Hospitals. Flex Monitoring Team, (April). Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2008a). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Kedua). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2008b). Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (Kedua). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Elrifda, S. (2011). Budaya Patient Safety dan Karakteristik Kesalahan Pelayanan : Implikasi Kebijakan di Salah Satu Rumah Sakit di Kota Jambi. Jurnal Kesehatan Mssyarakat Nasional, 6, No. 2(Oktober), 67–76. Hasan, I. (2004). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Jati, S. K. (2013). Pengaruh Peningkatan Mutu Layanan Dan Fasilitas Fisik Terhadap Budaya Dan Insiden Keselamatan Pasien Di RS Paru Jember. Universitas Jember. Jones, K. J., Skinner, A., Xu, L., & Sun, J. (2007). The AHRQ Hospital Survey on Patient Safety Culture : A Tool to Plan and Evaluate Patient Safety Programs, (May).



23



Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (2009). Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit (2011). Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Marella, W. M. (2007). Why Worry About Near Misses? Patient Safety & Quality Healthcare Journal, (October), 1. Mark, D. (2001). Patient Safety and the “ Just Culture :” A Primer For Health Care Executives ; Medical Event Reporting System – Transfusion Medicine (MERS-TM). National Institutes of Health Journal, (April), 3. Mustikawati, Y. H. (2011). Analisis Determinan Kejadian Nyaris Cedera Dan Kejadian Tidak Diharapkan Di Unit Perawatan Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta. Universitas Indonesia. Nivalinda, D., Hartini, M. C. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang. Departemen DKKD PSIK FK Universitas Diponegoro, 1(November), 138–145. Nurmalia, D. (2012). Pengaruh Program Mentoring Keperawatan Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Di Ruang Rawat Inap RS Islam Sultan Agung Semarang. Universitas Indonesia. Pujilestari, A., Maidin, A., & Anggraeni, R. (2013). Gambaran Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Dalam Melaksanakan Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2013. Bagian Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar, 1–13. Rachmat, M. (2012). Buku Ajar Biostatistik: Aplikasi pada Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. Rachmawati, E. (2011). Model Pengukuran Budaya Keselamatan Pasien Di Rs Muhammadiyah-‘Aisyiyah Tahun 2011. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, 11–34. Ranji, S. R., & Shojania, K. G. (2008). Implementing Patient Safety Interventions In Your Hospital: What To Try And What To Avoid. The Medical Clinics of North America Journal, 92(2), 275–93, vii–viii. doi:10.1016/j.mcna.2007.10.007 Saryono, & Anggraeni, M. D. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan (1st ed.). Yogyakarta: Graha Ilmu.



24



Setiowati, D. (2010). Hubungan Kepemimpinan Efektif Head Nurse Dengan Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Universitas Indonesia. Sugiyono. (2013). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sujono, Setiawan, R., Carolina, V., Magdalena, N., & Kurniawan, A. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset: Program SPSS IBM 21.0. Bandung: Alfa Beta. The Health Foundation. (2013). Safety Culture: What Is It And How Do We Monitor And Measure It?. London. Vincent, C. (2011). The Essentials of Patient Safety (2nd ed., p. 2). London: Imperial Centre for Patient Safety and Service Quality Department of Surgery and Cancer Imperial College of Science, Technology & Medicine. WHO World Alliance For Patient Safety. (2005). WHO Draft Guidelines for Adverse Event Reporting and Learning Systems : From Information To Action (1st ed., p. 7). Geneva, Switzerland: World Health Organization.



25