Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia Dan Alam Semesta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG MANUSIA DAN ALAM SEMESTA



DOSEN PENGAMPU Herlina, S. Ag., M. Ag



DISUSUN OLEH : FITRIA REZKIA (12110824805) WIRDA TULKHOIRUNI ( 12110823716)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUSKA RIAU PEKANBARU



KATA PENGANTAR Segala puji atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada kami sehingga dapat menyusun makalah Tafsir Ayat-Ayat Tentang Manusia dan Alam Semesta untuk mata kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawi ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini disusun secara sistematis dan berdasarkan referensi yang kami temui dikolaborasikan dengan segenap ilmu yang kami punya dengan harapan agar mudah dipahami, dibaca dan dijadikan sebagai referensi. Karena kami berharap selain menjadi tugas, makalah ini menjadi inspirasi bagi siapapun yang membaca dan menjadikan makalah ini sebagai ladang amal kami sebagai penulis. Dalam



penulisan



makalah



ini, kami



menyadari



sepenuhnya



adanya



kekurangan, karena sebagai manusia, khilaf dan salah tak akan pernah bisa kami hindari, Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Pekanbaru, 13 Maret 2023



Tim Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1 C. Tujuan ..................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4 A. Manusia Dalam Sorotan Al Qur’an .......................................................................... 4 1. Manusia Dalam Al Qur’an .................................................................................... 4 2. Tafsir Ayat Tentang Manusia................................................................................ 8 B. Alam Semesta Dalam Al Qur’an............................................................................... 12 1.Penciptaan Langit dan Bumi .................................................................................. 12 BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 22 A. Kesimpulan .............................................................................................................. 22 B. Saran ......................................................................................................................... 22 DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 23



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian umat Islam terhadap Al Qur’an terasa semakin besar. Hal itu terlihat dari berbagai gagasan yang dilontarkan para pakar, seperti dalam bentuk seruan untuk kembali menelaah ayat-ayat Al Qur’an (Rethingking Qur’an/ Al Ruju’ lla Al Qur’an)1. Penelitian terhadap ayat-ayat Al Quran atau terhadap kitab-kitab tafsir tak kunjung berakhir, antara lain disebabkan penemuan informasi baru berjalan secara evolusi yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, budaya dan perkembangan zaman. Banyak pesan Al Qur’an bagi ilmuan (Ulu Al albab) untuk mengkaji alam dan fenomenanya dan menemukan misteri-misteri ciptaan Tuhan. Ilmuan ini hendaklah menggunakan kemampuan indera dan intelektual (al hawas wa al-aql) secara bersamaan2. Hal itu dikenal juga dengan cara rasionalisme dan empirisme3. Dari dulu perbincangan pendapat tentang penciptaan langit dan bumi menimbulkan munculnya bebagai teori tentang proses terciptanya bumi dan langit ini. Salah satu teori yang paling berpengaruh dan paling mendekati sampai sekarang adalah teori The Big Bang. Soal penciptaan langit dan bumi dalam Al Qur’an juga membahasanya dalam enam ayat, ayat-ayat itu menceritakan proses 1



Abd.Muin Salim, Metodologi Tafsir, Sebuah Rekonstruksi Epistimologis, Memantapkan Keberadaan Ilmu Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu (Ujungpandang: IAIN Alauddin, 1999), h.1 2 Taba Taba’ī, dalam Mahdi: Ghulsyani, The Holy Quran and The Science of The Nature, diterjemahkan Agus Efendi dengan judul, Filsafat Sains Menurut Al Quran (Bandung: Mizan, 1998), h.144 dan Lihat Muhammad Yusuf Musa, Al Quran Wa Al Falsafah, (Mesir: Dar Al Ma’arif, 1996), h.50 3 Louis Leahay, Manusia Sebuah Misteri:, Sintesa Filosofis tentang Makhluk Islam in The Writings of El Gazali (Cairo: Dar El Maaref, 1960), h.213-215



1



2



penciptaannnya, penghancurannya, dan pengembaliannya kebentuk semula secara sempurna, indah, teliti, dan mengagumkan. Selain alam semesta, Salah satu informasi penting lainnya adalah tentang manusia. Berpikir tentang manusia merupakan usaha yang berat, sebab meskipun pada masa kini sudah muncul ilmu seperti biologi, embriologi, psikologi, antropologi, dan sebagainya, namun belum mampu mengungkap semua misteri yang ada pada manusia4. Berbagai teori telah dilontarkan, tentang asal usul manusia dan perkembangan manusia, seperti teori evolusi oleh Charles Darwin, perjalanan Darwin dilanjutkan oleh Sigmund Freud yang mendapat sorotan dari para ilmuwan lainnya, terutama sorotan negatif terhadap kesimpulankesimpulannya yang kontroversial. Sorotan dan analisis ilmu pengetahuan semakin meningkat sejak masa Renaisance yang mengakibatkan kekaguman yang berlebihan kepada otoritas sains yang terlepas dari nilai-nilai spiritual keagamaan. Maka kami akan membahas bagaimana tafsir ayat-ayat tentang manusia dan alam semesta. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana manusia dalam sorotan Al Qur’an? 2. Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang manusia? 3. Bagaimana alam semesta didalam Al Qur’an? 4. Bagaimana tafsir ayat-ayat tentang alam semesta? C. Tujuan Penulisan 4



Harun Nasution, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h.8



3



1. Untuk mengetahui bagaimana manusia dalam sorotan Al-Qur’an 2. Untuk mengetahui bagaimana tafsir ayat-ayata tentang manusia 3. Untuk mengetahui alam semesta didalam Al Qur’an 4. Untuk mengetahuia tafsir ayat-ayat didalam Al Qur’an



BAB II ISI A. Manusia Dalam Sorotan Al Qur’an 1. Manusia dalam Al-Qur’an Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling baik. Allah memberikan manusia akal dan nafsu untuk kelangsungan hidup manusia di muka bumi. Khalifah berarti pemimpin, paling tidak pemimpin bagi dirinya. Dan tiap-tiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya kelak. Maka sebagai khalifah kita harus terus memperbaiki diri dan terus mendekatkan diri kepada Allah dengan cara belajar. Allah berfirman: a. Teks Ayat



ٰۤ ‫ض َخ ِل ْيفَةً ۗ قَالُ ْْٓوا اَتَجْ َع ُل ِف ْي َها‬ ِ ‫َواِ ْذ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َمل ِٕى َك ِة ِِان ْي َجا ِع ٌل ِفى ْاْلَ ْر‬ ‫ِس لَكَ ۗ قَا َل اِ ِن ْْٓي‬ ِ ُ‫َم ْن ُّي ْف ِسدُ فِ ْي َها َو َي ْس ِفك‬ ُ ‫س ِب ُح ِب َح ْمدِكَ َونُقَد‬ َ ُ‫الد َم ٰۤا َۚ َء َونَحْ ُن ن‬ َ‫ا َ ْعلَ ُم َما َْل تَ ْعلَ ُم ْون‬ b. Terjemahan “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”



4



5



c. Mufradat



‫َجا ِع ٌل‬



: Menjadikan



ُ‫ُّي ْف ِسد‬



: Merusak



‫الد َم ٰۤا َۚ َء‬ ِ ُ‫َو َي ْس ِفك‬



: Menumpahkan darah



‫س ِب ُح‬ َ ُ‫ن‬



: Kami bertasbih



‫ِس‬ ُ ‫نُقَد‬



: Menyucikan



d. Tafsir Ayat Tafsir Jalalain mengatakan, ingat wahai Muhammad (ketika Tuhanmu berkata kepada malaikat, “Aku ingin menjadikan khalifah di bumi”) yang menggantikan-Ku dalam melaksanakan ketentuanku di dalamnya, yaitu Adam. (Mereka bertanya, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak) dengan tindakan maksiatnya (dan menumpahkan



darah)



menuangkannya



melalui



pembunuhan



sebagaimana dilakukan bangsa jin. Mereka awalnya penghuni bumi. Tetapi ketika mereka berbuat kerusakan, Allah mengutus malaikat untuk mengusir mereka ke pulau-pulau dan pegunungan (di sana? Padahal, kami) selalu (bertasbih memuji) dengan “Subhanallah” (dan menyucikan nama-Mu)” menyucikanmu dari semua sifat yang tidak layak bagi-Mu. Artinya, “Kami lebih berhak sebagai pengganti-Mu.” (Dia [Allah] berkata, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak



6



kalian ketahui.”) Aku mengetahui kemaslahatan dalam mengangkat Adam sebagai pengganti-Ku. Keturunan Adam terdiri atas hamba yang taat dan maksiat sehingga keadilan-Ku tampak di tengah mereka. Malaikat kemudian menyambut, “Tuhan kami tidak menciptakan makhluk yang lebih mulia dari kami dan lebih tahu karena kehadiran kami yang lebih awal darinya dan penglihatan kami pada apa yang tidak dilihat olehnya.” Allah kemudian menciptakan Adam dari permukaan bumi. Allah “mengambil” segenggam dari beragam warna tanah bumi yang kemudian dicampur dengan air yang berbeda-beda. Allah lalu menyempurnakan dan meniupkan roh padanya lalu ia menjadi makhluk hidup yang merasa setelah sebelumnya benda mati. e. Asbabun Nuzul Setelah penulis melakukan penelusuran dalam berbagai kitab tentang asbabun nuzul, diantaranya: Asbab al-Nuzul: Abi Hasan bin Ahmad al-Wahidi al-Naisaburi, dan Asbabun nuzul Latar Belakang Historis Turunnya ayat-ayat al-Qur’an, karangan K.H. Qamaruddin Shaleh dkk, dan kitab-kitab lainnya, penulis tidak menemukan asbabun nuzul dari kedua ayat tersebut di atas. Begitu juga dari beberapa kitab tafsir yang biasanya menyebutkan tentang asbabun nuzul ayat dalam penafsirannya seperti Tafsir al-Dur al-Mantsur karangan al-Suyuthi, Tafsir Jalalain: karangan jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Ibnu Katsir: karangan imam Ibnu



7



Katsir dll, penulis juga tidak menemukan asbabun nuzul kedua ayat tersebut. Dengan demikian penulis menyimpulkan, ayat-ayat tersebut tergolong kepada kelompok ayat-ayat yang turun tanpa sebab-sebab yang khusus. Namun demikian, meskipun kedua ayat tersebut tidak ditemukan asbabun nuzulnya, ia tetap berfungsi sebagai petunjuk dan peringatan bagi seluruh umat manusia, terutama manusia pilihan Allah yang akan memangku jabatan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. Atas dasar ini manusia lebih mulia dari pada para malaikat, padahal para malaikat selalu taat dan selalu bertasbih kepadaNya tidak dijadikan-Nya sebagai khalifah di muka bumi, yang ada hanyalah sekedar diberitahu bahwa Allah akan menciptakan khalifah5. f. Hubungan Ayat dengan Pendidikan Surah Al Baqarah: 30 berisi tentang keinginan Allah untuk menciptakan khalifah dari kalangan manusia. Hal ini jugalah mengapa manusia diberi Allah akal dan nafsu, untuk kelangsungan hidup manusia di bumi. Dengan diberinya manusia akal dan nafsu, maka manusia harus berbekal diri dengan ilmu, baik ilmu pengetahuan maupun ilmu agama. Tujuannya hanya satu, untuk mendekatkan diri dan membawa “bekal” sebanyak-banyak berupa amal untuk di akhirat kelak.



5



Rasyad, Konsep Khalifah Dalam Al Qur’an, (Jurnal Ilmiah Mua’shirah), h. 22)



8



2. Tafsir Ayat tentang Manusia Manusia memiliki beberapa term yang dapat digunakan dalam Al Quran seperti insan/ins/al-nas, basyar dan bani Adam. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dipaparkan penelusuran makna term-term tersebut. a. Al-Insan/al-ins/al-nas (‫االنسان‬- ‫ االنس‬- ‫)الناس‬ Kata ‫ انسان انس‬berakar kata ‫ س ن ا‬ins (‫ )انسان‬segala sesuatu yang berlawanan dengan cara liar6, tidak biadab, tidak liar, jinak, dinamis, harmonis, dan bersahabat. Kata al-ins (‫( اْلنس‬biasanya berdampingan dengan kata al-jin (‫)الجن‬. Manusia “al-ins” makhluk yang nampak secara fisik ini sedangkan jin makhluk yang tidak nampak (metafisik)7. Metafisik di sini identik dengan liar atau bebas, karena jin tidak mengenal ruang dan waktu. Dengan sifat kemanusian itu, manusia berbeda dengan jenis makhluk lain yang metafisis, yang asing, yang tidak berkembang biak dan tidak hidup seperti manusia biasa. b. Basyar Kata lain yang suka diartikan manusia selain ‫ إنساى‬ialah kata ‫بشر‬, kata ini digunakan untuk laki-laki dan perempuan. Baik menunjukan makna satu atau banyak, Kata ‫ بشر‬menunjukan adanya persamaan umum yang menjadi ciri pokok manusia, Maka dari itu perbedaan istilah insaniyyah dan basyariyyah adalah bahwa insaniyyah menunjukan akan adanya sikap dan perilaku yang terpuji, yang ada pada manusia,



6 7



Abi Al Husain Ahmad Bin Faris bin Zakariya, Al Maqayis al Lugah, I (t,t.: Dar Fikr, t.th.), h.145 Aisyah Abd.Rahman Bint Syathi, Manusia dalam Perspektif Al Quran, h.5



9



sedangkan Basyariyyah, menunjukan bahwa manusia itu mempunyai ciri pokok umum yang sama/ derajat yang sama. Manusia, dalam pandangan islam, selalu dikaitan dengan suatu kisah tersendiri. Di dalamnya manusia tidak semata-mata digambarkan sebagai hewan tingkat tinggi yang berlaku pipih, berjalan dengan dua kaki, dan pandai bicara. Lebih dari itu, menurut Alquran manusia lebih luhur dan ghaib dari apa yang dapat difisinikan oleh kata-kata tersebut. Kata basyar disebut dalam al-Quran 35 kali dikaitkan dengan manusia dan 25 kali dihubungkan dengan nabi-rasul. Kata basyar pada keseluruhan ayat tersebut memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis. Salah satunya pada surah Yusuf: 31: 1. Teks Ayat



ْ ‫ت لَ ُه َّن ُمتَّ َكا ً َّوات‬ ْ َ‫ت اِلَ ْي ِه َّن َوا َ ْعتَد‬ ْ َ‫سل‬ ْ ‫س ِم َع‬ ٍ‫احدَة‬ ِ ‫َت ُك َّل َو‬ َ ‫ت ِب َم ْك ِر ِه َّن ا َ ْر‬ َ ‫فَلَ َّما‬ َّ َ‫علَ ْي ِه َّن َۚ فَلَ َّما َرا َ ْينَهٗ ْٓ ا َ ْك َب ْرنَهٗ َوق‬ ْ ‫ت‬ َ‫ط ْعنَ ا َ ْي ِد َي ُه َّۖ َّن َوقُ ْلن‬ ِ َ‫ِم ْن ُه َّن ِس ِك ْي ًنا َّوقَال‬ َ ْ‫اخ ُرج‬ ‫ّلِل َما هذَا َبش ًَر ۗا ا ِْن هذَآْ ا َِّْل َملَكٌ َك ِر ْي ٌم‬ ِ ‫اش ِ ه‬ َ ‫َح‬ 2. Terjemahan "Maka



ketika



perempuan



itu



mendengar



cercaan



mereka,



diundangnyalah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan) kemudian dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka “Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya, mereka terpesona kepada



10



(keelokan rupa)nya, dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri.



Seraya berkata, “Maha Sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Ini benar-benar malaikat yang mulia." 3. Mufradat



ْ َ‫س ِمع‬ ‫ت‬ َ



: Mendengar



‫ِب َم ْك ِر ِه َّن‬



: Cercaan mereka



ْ ْ‫اخ ُرج‬



: Keluarlah



‫َبش ًَر ۗا‬



: Manusia



َّ َ‫ق‬ َ‫ط ْعن‬



: Memotong



4. Asbabun Nuzul Riwayat dari ‘Aun ibn Abdullah menyatakan bahwa asbabun annuzul surah Yusuf adalah ketika itu para sahabat Rasulullah SAW merasa adanya rasa bosan dan malas. Kemudian para sahabat meminta Rasulullah SAW untuk memberikan hadits (suatu cerita/nasehat) yang dapat membangkitkan kembali semangat mereka. Setelah itu, Allah swt. menurunkan ayat yang berbunyi allahu nazzala ahsanal hadiits. Setelah itu, akhirnya semangat para sahabat kembali bangkit. Namun, setelah semangat para sahabat kembali



bangkit



dengan



mendengarkan



ahsanal



hadiits



(cerita/nasehat terbaik) tersebut semangat mereka kembali menurun, sehingga mereka meminta kembali kepada Rasulullah untuk



11



membangkitkan semangat mereka. Pada permintaan kali yang kedua ini, mereka meminta kepada Rasulullah saw. sesuatu yang melebihi hadits namun bukan al-Qur’an, yakni al-qashash (kisah-kisah). Setelah itu, Allah swt. menurunkan salah satu dari sebagian ayat surah Yusuf tepatnya ayat yang ke-3 yang berbunyi nahnu naquhhu ‘alaika ahsanal qashashi8. 5. Tafsir (Maka tatkala wanita itu mendengar cercaan mereka) pergunjingan mereka terhadap dirinya (diundangnyalah wanitawanita itu dan disediakannya) Zulaikha mempersiapkan (bagi mereka makanan) yang harus dipotong terlebih dahulu dengan pisau dan beralaskan pada talenan (dan diberikannya) Zulaikha memberikan (kepada masing-masing mereka sebuah pisau, kemudian dia berkata) kepada Yusuf ("Keluarlah kepada mereka." Maka tatkala wanitawanita itu melihatnya, mereka merasa kagum terhadapnya) kepada ketampanan dan keelokan rupanya (dan mereka melukai jari tangannya) dengan pisau-pisau yang mereka pegang itu tanpa mereka sadari dan tanpa merasa sakit karena kekaguman mereka terhadap ketampanan Yusuf (dan berkatalah mereka, "Maha Sempurna Allah) dimaksud sebagai ungkapan memahasucikan Allah swt. (ini bukanlah) artinya Nabi Yusuf ini (manusia tetapi) melainkan (ia adalah malaikat yang mulia.") mengingat ketampanan dan keelokan 8



Ali bin Ahmad Al-Wahidi, Asbab An-Nuzul, (Mesir: Darussalam, tth), h. 182-183.



12



rupanya hal ini tidak akan ditemui pada manusia. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwasanya Nabi Yusuf telah dianugerahi separuh dari ketampanan dan keelokan rupa. 6. Hubungan Ayat dengan Pendidikan Pendidikan pada dasarnya menginginkan perubahan yang lebih baik pada tiap-tiap peserta didiknya. Tidak hanya perubahn intelegensi, namun juga sikap dan perilaku, salah satunya adalah menghargai sesama. Hal ini terlihat dari keputusan pemerintah untuk menyeragamkan pakaian sekolah siswa. Ini untuk menyamarkan perbedaan diantara siswa sehingga tidak ada yang merasa lebih baik, lebih kaya dan lebih berharga. Hal ini sesuai dengan tafsir ayat diatas, dimana kata “basyar” bermakna kesamaan manusia. Maka dapat dikatakan bahwa manusia itu sejatinya sama, kecuali dari segi iman dan taqwanya. Hal inilah yang ingin ditekankan di bidang Pendidikan, merasa sama dengan yang lain, sehingga timbul sikap menghargai. B. Alam Semesta didalam Al Qur’an 1. Penciptaan Langit dan Bumi Alam semesta yang misterius, yang terdiri dari bintang, planet, nebula, komet, meteor dan angkasa, begitu luas diameternya, sehingga luasnya hanya bisa diungkapkan dalam angka angka yang memukau imajinasi kita, itu pun tanpa mampu menggambarkan kesan sebenarnya dari keluasan tersebut. AlQuran menggambarkan kedahsyatan langit yang paling rendah. Langit yang



13



paling rendah merupakan langit yang diatapi oleh Bima Sakti yang disebutsebut para astronom memiliki seratus miliar bintang. Karenanya, jumlah seluruh bintang tak dapat di bayangkan. Al Qur’an dan juga perjanjian lama berbicara tentang penciptaan bumi. Kedunya menyatakan bahwa penciptaan itu memakan waktu enam hari. Kata “Yaum” dalam bahasa Ibrani dan Arab tidak meski berarti 24 jam itu, melainkan suatu kurun waktu yang yang terbatas. Al Qur’an juga pernah menyebut hari yang lamanya 50.000 tahun (Q.S. Ma’arij:4)9. a. Teks Ayat



‫َه‬ ٍ ‫سمو‬ ‫ض ِم ْثلَ ُه ۗ َّن َيتَن ََّز ُل ْاْلَ ْم ُر َب ْي َن ُه َّن ِلتَ ْعلَ ُم ْْٓوا‬ ِ ‫ت َّو ِمنَ ْاْلَ ْر‬ َ ‫س ْب َع‬ َ َ‫ي َخلَق‬ ْ ‫ّللَاُ الَّ ِذ‬ َ ‫ّللَا قَ ْد ا َ َحا‬ ‫ش ْيءٍ ِع ْل ًما‬ َ ‫ط ِب ُك ِل‬ َ ‫على ُك ِل‬ َ ‫ّللَا‬ َ ‫ش ْيءٍ قَ ِدي ٌْر ەۙ َّوا َ َّن ه‬ َ ‫ا َ َّن ه‬ b. Terjemahan “Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu” c. Mufradat



9



َ‫َخلَق‬



: Menciptakan



ٍ ‫سمو‬ ‫ت‬ َ ‫س ْب َع‬ َ



: Tujuh langit



‫ِم ْثلَ ُه ۗ َّن‬



: Serupa



Ahmad Mahmud Sulaiman, “Tuhan dan Sains”, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 47.



14



‫ض‬ ِ ‫ْاْلَ ْر‬



: Bumi



َ ‫ا َ َحا‬ ‫ط‬



: Meliputi



d. Ababun Nuzul Ibnu



Jarir,



Ishaq



bin



Rahawaih,



al-Hakim



dan



lainnya



meriwayatkan dari Ubai bin Ka’ab yang berkata, “Ketika turun ayat yang terdapat dalam surah al-Baqarah yaitu yang berbicara tentang masa iddah beberapa kelompok wanita, para sahabat berkata, ‘Masih ada beberapa golongan wanita lagi yang belum ditetapkan masa iddahnya, yaitu yang masih kecil, yang sudah tua (sudah monopause), dan wanita yang sedang hamil.’ Allah lalu menurunkan ayat ini.” Riwayat ini sanadnya shahih. e. Tafsir Ayat Apa yang dimaksud bumi juga diciptakan semisal dengan langit? Terdapat beberapa pendapat tentang hal ini. Akan tetapi yang benar adalah pendapat yang menyebutkan bumi itu berlapis-lapis sebagaimana langit juga berlapis-lapis. Allah menjelaskan bagaimana Dia menciptakan langit dan bumi, kemudian pada penggalan ayat ini Dia menjelaskan bahwa tujuannya agar para hamba mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dan ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Maka ketika seseorang telah mengagungkan Allah, maka dia akan berhati-hati dalam menjalankan aturan-aturan Allah berkenan dengan perceraian. Karena tidaklah seseorang menjalankan aturan-aturan Allah dalam masalah



15



perceraian kecuali dia telah mengagungkan Allah. Adapun ketika seseorang tidak mengagungkan Allah, maka pasti dia akan sembarangan dalam menceraikan, tidak mengikuti aturan Allah, istri dan anak-anak akan terbengkalai. Oleh karenanya orang yang tersangkut dalam masalah perceraian, agar dia bisa menjalankan aturan-aturan Allah dalam hal ini, maka dia harus mengagungkan Allah. f. Hubungan Ayat dengan Pendidikan Pendidikan merupakan tempat dimana para pencari ilmu mencari ilmu. Ilmu itu sangat luas banyak cakupannya. Islam sendiri tidak hanya membatasi umatnya untuk mencari ilmu agama saja. Bahkan didalam Al Qur’an, salah satunya dalam surah At Thalaq :12, Allah menerangkan ilmu terkait astronomi (terkait penciptaan langit dan bumi). Maka kita sebagai umat muslim, silahkan mencari ilmu sebanyak apapun dan ilmu apapun selagi ilmu tersebut tidak bertentangan dengan syariat. Namun, sesuai dengan surah At Thalaq: 12 tadi, apapun ilmu yang kita cari, haruslah tetap mendekatkan kita pada Allah, sang raja ilmu, sang sumber dari segala sumber ilmu. 2. Orbit Bintang-Bintang a. Teks Ayat



‫ع ِظ ۡي ۙ ٌم‬ َ َ‫س ٌم لَّ ۡو تَعۡ لَ ُم ۡون‬ َ َ‫فَ َ َٰۤل ا ُ ۡق ِس ُم ِب َموقِ ِع ال ُّن ُج ۡو ِۙم َو ِا َّنهٗ لَق‬



16



b. Terjemahan “Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui” c. Mufradat



‫ا ُ ۡق ِس ُم‬



: Aku bersumpah



‫ِب َموقِ ِع‬



: Tempat beredar



‫ال ُّن ُج ۡو ِم‬



: Bintang-bintang



‫ع ِظ ۡي ٌم‬ َ



: Besar



d. Asbabun Nuzul Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa bahwa ketika turun hujan pada masa Rasulullah saw., beliau bersabda: “Diantara manusia ada yang bersyukur dan ada yang kafir karena turun hujan”. Diantara yang hadir berkata: “Ini adalah rahmat yang diberikan Allah” Sedang yang lainnya berkata: “Sungguh tepat benar ramalan si Fulan”. Maka turunlah: (QS: 56 ayat 75 s/d 82) untuk mengingatkan bahwa semua kejadian itu adalah ketetapan Allah swt. (Ket. Diriwayatkan oleh Muslim yang bersumber dari Ibnu Abbas). Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa (QS 56 ayat 75 – 82) turun berkenaan dengan serombongan Kaum Anshar di waktu perang Tabuk



17



yang beristirahat di Hijr (peninggalan kaum Nabi Shaleh) dan dilarang menggunakan air yang ada di situ. e. Tafsir Ayat Sebagian ahli tafsir menjelaskan ayat ini, bahwa Allah bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Qur'an guna menunjukkan betapa pentingnya hal tersebut. Al-Qur'an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit paling dekat pada malam Lailatul Qadar (malam yang sangat mulia). Kemudian, diturunkan lagi secara berangsur-angsur menurut keperluannya dari langit dunia kepada Nabi Muhammad saw hingga selesai seluruhnya dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. Masa turunnya bagian-bagian Al-Qur'an tersebut mengandung arti penting, kebijaksanaan turunnya sebagian-sebagian yaitu tiap surah atau tiap ayat antara lain ialah agar tiap surah atau ayat itu dapat dimengerti secara lebih luas dan lebih mendalam. Allah menegaskan bahwa sumpah dalam bagian-bagian Al-Qur'an tersebut sangat besar artinya karena hal itu mengandung



isyarat



terhadap



agungnya



kekuasaan



Allah



dan



kesempurnaan kebijaksanaan-Nya dan keluasan rahmat-Nya dan tidak menyianyiakan hamba-Nya. Dalam ayat 75, Allah bersumpah untuk meyakinkan



terhadap



hamba-hamba-Nya



dengan



sesuatu



yang



menggambarkan kemahakuasaan-Nya terhadap alam jagat raya ini, yakni suatu "tempat beredarnya bintang-bintang." Andaikan ketika manusia mampu melihat bagaimana teraturnya bintang-bintang yang selalu bergerak pada orbitnya masing-masing dengan aman dan serasi, tentulah



18



mereka akan berpendapat lain. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi barulah diketahui betapa banyaknya kumpulan bintang-bintang di angkasa raya yang tidak terhitung jumlahnya. Para pakar astrofisika dan astronomi menjelaskan bahwa mata telanjang tidak akan mungkin mampu melihat isi jagat yang luas tidak berbatas. Sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian kecil dari Galaksi Bimasakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Bimasakti pun itu hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang diketahui. f. Hubungan Ayat dengan Pendidikan Dunia Pendidikan merupakan dunia yang diisi oleh berbagai macam orang yang ingin mencari ilmu untuk menjadikan dirinya menjadi lebih baik. Pada prosesnya, kita harus terus berbuat baik dan berusaha untuk terus melakukan kebaikan. Hikmah dari surah Al Waqi’ah :75-76 adalah jika kita memang benar, jangan takut salah. Tetap sampaikan kebenaran dan ilmu meski orang lain tidak percaya atau belum mengetahuinya. Allah dalam surah Al Waqiahah: 75 bersumpah atas orbit-orbit bintang. Jika dengann menggunakan logika, dulu saat turun ayat ini belum ada yang mengetahui tentang bintang dan luar angkasa, apalagi orbitnya. Hanya saja Allah tetap menyampaikan hal tersebut, dan beberapa puluh tahun bahkan ratusan tahun kemudian, orang-orang mencari tahu kebenarannya.



19



3. Antarika Sangat Gelap a. Teks Ayat



ُّ ‫ض َو َج َع َل‬ َ‫ت َوال ُّن ْو َر ەۗ ث ُ َّم الَّ ِذيْن‬ ِ ‫الظلُم‬ ِ ‫سمو‬ َّ ‫ي َخلَقَ ال‬ ِ ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِ ه‬ َ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬ ْ ‫ّلِل الَّ ِذ‬ َ‫َكفَ ُر ْوا ِب َر ِب ِه ْم َي ْع ِدلُ ْون‬ b. Terjemahan “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu”. c. Mufradat



ُّ ‫ت‬ ِ ‫الظلُم‬



: Gelap



‫ال ُّن ْو َر‬



: Terang



‫َكفَ ُر ْوا‬



: Orang-orang kafir



d. Asbabun Nuzul Imam Hakim mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Imam Muslim. Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Durustuwaih Al Farisi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Fudaik, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Talhah Ar Raqqasyi, dari Nafi ibnu Malik ibnu Abu Suhail, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw.



20



telah bersabda: Surat Al An'am diturunkan dengan diiringi oleh sejumlah malaikat yang banyaknya menutupi semua yang ada di cakrawala timur dan barat. Suara gemuruh tasbih mereka terdengar, dan bumi bergetar karenanya. Sedangkan Rasulullah Saw. sendiri mengucapkan: Mahasuci Allah Yang Mahaagung, Maha suci Allah Yang Maha agung. e. Tafsir Ayat ْ yaitu surah Terdapat lima surah yang Allah buka dengan ِ‫ال َح ْمدُ ِ َّّلِل‬, Al-Fatihah, Al-An’am, Al-Kahfi, Saba’, dan Fathir. Kata ُ‫ ْال َح ْمد‬artinya memuji dengan sifat-sifat yang sempurna disertai dengan kecintaan dan ْ Walaupun keduanya secara pengagungan. Kata ُ‫ ْال َح ْمد‬berbeda dengan ‫ال َمدْ ُح‬. bahasa bermakna memuji, hanya saja ‫ ْال َمدْ ُح‬adalah pujian yang tidak disertai dengan kecintaan dan pengagungan. Pada ayat ini Allah memuji diri-Nya dan menyebutkan sifatsifatNya yang mulia. Setelahnya Allah menyebutkan terkait gelap dan terang. Para ulama menjelaskan bahwa cahaya dan kegelapan yang dimaksud dalam ayat ini mencakup makna maknawi dan makna inderawi. Kegelapan dan cahaya inderawi adalah apa yang dapat kita temukan di alam nyata, seperti kegelapan malam, kegelapan di dalam gua, cahaya matahari, cahaya pelita, dan lainnya. Adapun cahaya dan kegelapan maknawi adalah seperti kegelapan kebodohan, maksiat, kesesatan, cahaya ilmu, cahaya iman, cahaya hati, dan semacamnya.



21



f. Hubungan Ayat dengan Pendidikan Proses pembelajaran dalam dunia Pendidikan menjadikan pencari ilmu menjadi berilmu dan mampu membedakan kebaikan dan keburukan serta kebenaran dan kesalahan. Allah dalam surah Al An’am meyebut bahwa Allah telah menciptakan langit, bumi dan seisinya namun masih tetap disekutukan. Orang-orang kafir tidak dapat melihat kebenaran, bahwa Allah lah satu-satunya yang pantas di sembah. Namun karena kurangnya ilmu, maka orang-orang kafir tetap tidak menyembah Allah. Maka pentingnya iman selain berilmu adalah untuk mengetahui mana yang Haqq dan mana yang bathil.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling baik. Manusia memiliki beberapa term yang dapat digunakan dalam Al Quran seperti insan/ins/al-nas, basyar dan bani Adam. Al Quran banyak membuka misteri alam semesta dengan sega keajaiban-keajaiban. Dengan begitu banyak tafsir mengenai manusia dan alam semesta. B. Saran Iman merupakakn sesuatu didalam hati yang sifatnya mudah berubah ubah. Maka kami menyarankan para pembaca sekalian untuk rajin dan banyak membaca Al Qur’an beserta artinya karena Al Qur’an banyak mengandung hal-hal luar biasa yang bisa menambah keimanan kita kepada Allah SWT, Al Qur’an itu sendiri, Nabi Muhammad selaku pembawa, Malaikat, Hari akhir serta Qada dan Qadar.



22



DAFTAR PUSTAKA Salim, A. M. (1999). Metodologi Tafsir, Sebuah Rekonstruksi Epistimologis, Memantapkan Keberadaan Ilmu Tafsir Sebagai Disiplin Ilmu. Ujungpandang: IAIN Alauddin. Taba’i. T. (1998). Filsafat Sains Menurut Al Quran. Bandung: Mizan Leahay, L. (1960). Manusia Sebuah Misteri: Sintesa Filosofis tentang Makhluk Islam in The Writings of El Gazali. Cairo: Dar El Maaref. Nasution, H. (1989). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang. Rasyad. (2022). Konsep Khalifah Dalam Al Qur’an. Jurnal Ilmiah Mua’shirah. Ahmad, A. H. (t.th). Al Maqayis al Lugah, I. t,t: Dar Fikr. Aisyah Abd.Rahman Bint Syathi, Manusia dalam Perspektif Al Quran. Ali bin Ahmad Al-Wahidi, Asbab An-Nuzul, (Mesir: Darussalam, tth), h. 182-183. Sulaiman, A. M. (2001). Tuhan dan Sains”. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.



23