Tafsir Kejadian 37 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama Nim Grup Jurusan/prog M.kul D.kul



: ELSA PERMATASARI : 16-04-11-6493 :B : PAK/S1 : Hermeneutika PL : Roy Charly Sipahutar, M.Th



KEIRIAN TERHADAP KEHORMATAN (Eksegetis Historis Kritis Kejadian 37: 22-23) TB-LAI 37:22 Lagi kata Ruben kepada mereka: "Janganlah tumpahkan darah, lemparkanlah dia ke dalam sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia” – makasudnya hendak melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali kepada ayahnya. 37:23 Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. I.



Pendahuluan



Dalam bahasa ibrani Kitab Kejadian disebut “beresyit” ‘pada mulanya’, yaitu kata pembuka kitab tersebut.Nama ini sesuai, karena Kitab Kejadia menceritakan awal dari segala sesuatu yang berhubungan dengan iman umat Allah dalam Alkitab.1 Kejadian adalah kitab segala permulaan dan berisi dasar-dasar bagi sebagian besar teologi Perjanjian Lama. Pemahaman mengenai isi dan amanat kitab ini sangat diperlukan untuk menelaah kitab-kitab yang lain di Alkitab. 2 Kitab Kejadian terdiri atas dua bagian besar, yaitu: bagian pertama yang terdiri dari pasal 1 sampai pasal 11 yang bebicara tentang “sejarah purbakala”, yaitu sejarah yang terjadi sebelum panggilan Abraham; dan bagian yang kedua terdiri dari pasal 12 sampai pasal 50 yang berbicara tentang sejarah nenek moyang Israel. 3 Kejadian 12:4-9 adalah sumber Y seperti ternyata pemakaian nama Yahweh (dalam bahasa Indonesia “TUHAN” ay. 4, 7, 8,). Nats itu berhubungan sanagt erat dengan pemanggilan Abraham Kej. 12:1-3 dan merupakan jawaban Abraham atas panggilan Allah. 4Kej.44 merupakan seluruhnya karangan Yahwist.Berita Kejadian berjalan dengan lurus dan sederhana. 5 Untuk membatasi penelitian ini dan mencari serta melihat makna teologis teks ini bagi pembaca sumber Y dan pembaca saat ini maka perumusan masalah tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Apa yang menjadi pesan perikop Kejadian 37: 22-23 dalam konteks kerajaan Israel Raya? 2. Apakah pesan perikop Kejadian 37: 22-23 dalam kehidupan masyarakat saat ini? II.



Interpretasi



1



W. S. Lasor, D. A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), hal 111 Andrew E. Hill & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2001), hal 141 3 J. Bloommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hal 24 4 Walter Lempp, Tafsiran Alkitab Kitab Kejadian, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), hal 23 5 Walter Lempp, Tafsiran Kejadian bg. 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977), hal 12 2



1



II.1. Analisi Teks II.1.1.Kritik Teks (Kejadian 37: 22-23) Ayat 22 Dalam ayat 22 tidak terdapat catatan kaki. Ayat 23 



Pada apparatus catatan kaki BHS teks Kejadian 37:23 terdapat tanda



a-a mengusulkan



menghilangkan kata‫( אֶת־ּכֻּתָ נְּתֹו‬et-kuttonto) “jubahnya”, yang tiada dalam terjemahan Yunani “Septuaginta” (LXX, karena menurut surat aristeas ddikerjakan oleh 72 penerjemah pada masa pemerintahan raja Mesir Ptolomeus II Filadelfus, 285-246), dan tiada dalam terjemahan siria (Pesyitta) yang disusun menurut keselarasan saksi-saksi S A dan SB sehingga kalimatnya menjadi “ ketika Yusuf anakYakub dia menemui saudara-saudaranya ke dalam, lalu mereka membuka pakaian Yusuf anak Yakub.” Tanggapan: pengusulan menghilangkan kata ‫( אֶת־ּכֻּתָ נְּתֹו‬et-kuttonto) “jubahnya”, tidak diterima karena mengganggu kelancaran teks dan menggangu makna dari teks, karena pada dasarnya makna dari kata “jubahnya” itu lebih berpengaruh kepada makna teologis teks. II.1.2.Kritik Terjemahan Ayat 22 Terjemahan Pribadi Laluberkatalah dia,seoranganak yakubkepada mereka: “jangan menumpahkandarah,lemparkan dia kedalamsebuah lubang di hutan belantara ini.supaya tidak menangkap dia keluar dari tangan mereka untuk mengembalikan dia kepada ayahnya. TB-LAI Lagi kata ruben kepada mereka: “ janganlah tumpahkan darah, lemparkan dia ke dalam sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia” – maksudnya hendak melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali kepada ayahnya. Analisis: tidak ada perbedaan makna yang mendasar antara terjemahan pribadi dan TB-LAI, hanya saja dalam terjemahan pribadi tidak terdapat penjelasan bahwa yang salah satu anak Yakub itu adalah Ruben. Dan dalam terjemahan pribadi lokasi mereka berada “di hutan belantara” sedangkan dalam TB-LAI dikatakan mereka berada di padang gurun”. Ayat 23 Terjemahan Pribadi



2



KetikaYusuf anak yakub, dia menemui saudara-saudaranya ke dalam, lalumereka membuka jubahnya Yusuf anak yakub itu. TB-LAI Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. Analisis: tidak ada perbedaan makna yang mendasar antara terjemahan pribadi dan TB-LAI. Hanya saja dalam terjemahan pribadi lebih dijelaskan bahwa Yusuf adalah anak Yakub. II.2. Kritik Sumber II.2.1.Penulis Sumber Yahwist (Y) Sumber Yahwist menulis sejarah Israel dari penciptaan sampai kepada kelepasan (Keluaran) bangsa Israel dari Mesir, dan perkembangan mereka setelah berada di Kanaan. Ada beberapa ciri khas dari sumber ini: a. Allah selalu disebut dengan nama Yahweh; juga nenek-moyang Israel sudah mengenal nama itu. b. Pada umumnya Allah di dalam wahyu-Nya (pernyataa-Nya) dilukiskan dan digambarkan dalam bentuk seorang manusia (antropormof). c. Sumber ini bersifat universalistis; Allah adalah khalik langit dan bumi (Kej. 2:4b dst), dan Allah seluruh dunia dan semua manusia.6 Sumber Y juga bergantung kepada tradisi lisan yang ada sebelumnya.Di dalam tradisi lisan itu sudah terdapat thema-thema pokok yang menjadi bagian dari seluruh sejarah keselamatan, mulai dari pemanggilan para nenek-moyang sampai dengan pendudukan tanah kanaan.Para penulis sumber Y ternyata tidak hanya terpancang kepada thema-thema itu saja.Mereka memperkembangkan seluruh cerita, dan memasukkan thema-thema lain ke dalam cerita yang ditulisnya. 7 II.2.2.Tempat dan waktu penulisan sumber (Y) Sumber cerita tertua dalam pentateukh adalah sumber Yahwist.Banyak alasan untuk menyatakan, bahwa sumber Yahwist itu berasal dari Selatan (Yehuda).Umpamanya, sumber ini sangat memperhatikan Hebron sebagai tempat suci Abraham (band. Kej.13: 18;18:1) dan menonjolkan tokoh Yuda dalam cerita Yusuf (Kej.37). sebagai tambahan kata-kata mengenai Yuda di dalam ‘Berkat Yakub’ (Kej.49:8 dst) Nampak dilatarbelakangi oleh keunggulan suku Yuda di bawah pemerintahan raja Daud. Ketiga alasan ini juga berfungsi sebagai penunjuk waktu kira-kira munculnya para penulis sumber Y. para penulis sumber Y itu muncul pada zaman pemerintahan raja Daud dan Salomo, yaitu abad 11-10 SM. Tulisan-tulisan dalam sumber Y itu mencerminkan adanya kesatuan, keteguhan dan kepercayaan serta kepenuhan nasional. Keadaan seperti itu hanya mungkin ada pada masa Daud-Salomo, ketika seluruh Israel



6



J. Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hal 18 Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hal 62 7



3



terhimpun dalam satu kerajaan Israel Raya.Munkin sekali sumber Y itu telah rampung ditulis pada tahun 950.8 II.2.3. Teologi Sumber Yahwist Pandangan sumber Y yang paling penting ialah panggilan Allah; Allah memanggil Abraham untuk menjadi bapak leluhur bagi suatu bangsa besar yang akan mendiami suatu negeri yang dijanjikan kepadanya oleh Allah. Penulis Y menitik-beratkan perbuatan-perbuatan besar Yahweh dan kesetiaan-Nya kepada orang-orang lemah.Terhadap kesetiaan Allah ini, bangsa Israel selalu menunjukkan sikap kurang setia dan kurang taat kepada-Nya.Pusat seluruh sejarah ini sebenarnya terletak pada Wahyu/pernyataan Allah di Sinai dan pada perjanjian-Nya.Dengan demikian penulis Y menitik-beratkan pemanggilan Israel untuk menjadi bangsa (umat) Allah, dan janji Allah kepada mereka diteguhkan oleh anugerah-Nya. 9 II.3. Situasi Kehidupan II.3.1. Situasi Sosial, Politik, Ekonomi Orang-orang Israel pada akhirnya memilih raja-rajanya yang pertama untuk memimpin mereka dalam peperangan melawan orang Filistin.Dan Samuel memainkan perannya penting untuk mempersiapkan seorang pemimpin seperti itu bagi bangsa Israel. Tiga raja Israel Raya yaitu: 1. Saul Orang pertama yang dipilih menjadi raja Israel ialah Saul. Kewibawaan Saul sebagai raja ternyata benarbenardiakui oleh suku-suku Israel, ketika ia membuktikan kemampuannya sebagai seorang pemimpin guna dalam peperangan. 2. Daud Setelah



Saul



mangkat,



bangsa



Israel



memerlukan



seseorang



yang



pantas



menjadi



raja



menggantikannya.Daud ternyata pantas untuk jabatan tersebut. Suku Yehuda, yaitu suku Daud sendiri, adalah suku yang mula-mula mengakuinya sebagai raja yang baru (2 Sam 2: 1-4). Mereka mengurapinya di kota Hebron, yaitu tempat yang mengingatkan mereka kepada Abraham (Kej. 13:18). 3. Salomo Salomo menjadi raja Israel ketika kerajaannya sangat berkuasa dan musuhnya kurang.Salomo memperkuat kerajaannya dengan memperkuat pertahanan kota-kota perkubuan (1 Raj. 9:15-19).Ia melengkapi angkatan perangnya dengan keretakereta berkuda (1 Raj. 4:26). Ia membuat persetujuanpersetujuan dengan kerajaan-kerajaan yang bertetangga dengannya, dan memperkuat ikatan-ikatan perjanjian itu dengan perkawinannya dengan puteri-puteri dari raja yang bersangkutan (1 Raj. 11: 1-2). 10 Dipenghujung abad ke-11, kepala suku Benyamin, Saul, mengklaim hak istimewa kerajaan sebagai kepala komandan angkatan bersenjata Israel untuk menempatkan tanah rampasan bagi seluruh pendukungnya dan untuk menarik pajak.Ia mungkin saja bukan raja Israel pertama karena panglima perang Asia yang bekerja untuk Mesir sudah menggunakan gelar itu. Namun bagaimanapun, Saullah 8



Wismoady Wahono, Di Sini Kutemukan Petunjuk Mempelajari &Mengajarkan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), hal 61-62 9 J.Blommendaal, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), hal 18-19 10 David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014), hal 113-122



4



yang pertama dikenal sebagai raja, karena peran yang ia mainkan dalam sejarah wangsa Daud, yang merebut kuasanya. Daud tidak pernah popular, tetapi ia mendapat rasa toleransi yang cukup dari taklukan-taklukannya berkat pengendalian praktisnya di pemerintahan dan keahlian-nya dalam berhubungan dengan publik. Daud memelihara kekuasaan keraja-an terhadap suku-suku di dataran tinggi dengan mengzinkan hukum adat mengambil bagian tradisionalnya di daerah itu dengan menhadiahkan hasil penaklukannya atas daerah luar, daripada tanah imbalan yang berbeda dalam teritori Israel, kepada pengikut dan pekerja di istananya. Penduduk desa di Israel dibebani pajak yang lebih ringan daripada orang-orang taklukan.Daud berhasil menciptakan keamanan di perbatasannya. Dalam kerajaan Daud, pola-pola tradisional hukum adat berlaku hampir di semua bagian kehidupan di dataran tinggi, sementara wewenang negara yang bermodelkan Mesir, yang kemungkinan dipelajari dari orang Filistin,di-letakkan di tempat yang mungkin penting untuk memelihara otoritas keraja-an, seperti daftar pemerintahan kerja paksa (di bawah menteri tenaga kerja Adoram) untuk membangun kubu-kubu pertahanan bagi Yerusalem. Penulis Daud menggunakan tata nama adat dan menitu struktur administrasi keduabelas suku Daud untuk



membantu



perkembangan



integrasi



suku-suku



seperti



Yehuda



dan



Israel.



Sejarah



dibalikkan,sehingga beberapa sejarah pendatang yang datang ke kumpulan dataran tinggi kemudian, anggota-anggota yang sangat penting dalam pengembangan kekuasaan Daud, seperti Simeon dan Yehuda, dibuat lebih tua daripada Yusuf dan Benyamin, sebagai wakil daerah inti Israel. Manasye dan Efraim, yang mewakili daerah-daerah yang pertama didiami dan daerah inti yang berpotensi sebagai oposisi bagi kekuasaan Daud, bahkan ditempatkan pada generasi berikutnya, hanya sebagai anak lakilaki Yusuf.Mesir, dalam petualangan lebih jauhnya di Palestina, adalah musuh utama Israel pada masa warga Daud.Saat ini kerajaan Daud sudah dikosolidasikan dengan bantuan Filistin, sehingga Mesir menjadi penjahat dalam sejarah, walaupun Israel dalam kenyataannya terbentuk atas perlindungan Mesir. Oleh sebab itu, peristiwa pertumbuhan sejarah Israel versi Daud adalah peristiwa pembebasan dari kerja paksa oleh Mesir di Delta, yang merupakan tema pokok kitab Keluaran, dan bukan pembebasan dari ancaman Filistin pada daerah inti Israel, dengan siapa Israel telah lama berselisih. 11 II.3.2. Situasi Keagamaan Periode Raja Daud merupakan suatu periode baru dalam kehidupan bangsa Israel.Namun, dari segi agama, hubungan-hubungan Israel dengan masa lampaunya masih erat sekali.Secara politik, periode pemerintahan berdasarkan kesukuan itu berakhir dengan munculnya raja Daud; sedangkan secara agamawi perubahan yang menentukan itu terjadi agak kemudian (pada raja Salomo) walaupn Daud, dengan memindahkan tabut ke Yerusalem, sudah menyiapkan transisi ke masa kerajaan. Di Gilga, Saul diproklamasikan sebagai raja “di hadapan Yahweh”. Yahwehlah yang berperang membela kaum Israel serta melawan kaum Filistin dan Yahwehlah yang memberikan kemenangan (1 Sam. 14:6, 12, 15, 20, 23, 45).Saul menjadi tak berdaya lagi, terutama dalam melawan Daud karena Yahweh sudah mulai menyertai Daud (1 Sam. 18:16) sehingga Daud berhasil dalam segala usaha. 11



Coote dan Mary P. coote, Kuasa Politik Proses dan Pembuatan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,



5



Yahweh adalah Allah Israel, sehingga Israel harus selalu berurusan dengan Dia. Dialah dasar segala pengharapan Israel.Oleh karena itu, Israel sebagai bangsa, disebut sebagai bangsa, disebut warisan atau bahkan milik Yahweh. Di tanah Israel terdapat berbagai tempat suci walaupun hanya beberapa diantaranya yang disebutkan dalam riwayat Saul-Daud, yaitu Kuil di Gilga (1 Sam. 11:15), Nod (1 Sam. 21:1), Bukit Zaitun (2 Sam. 15:32).12 II.4.



Tafsiran Ayat Perayat



Ayat 22 Laluberkatalah dia, seorang anak yakub kepada mereka: “jangan menumpahkan darah,lemparkan dia kedalam sebuah lubang di hutan belantara ini.supaya tidak menangkap dia keluar dari tangan mereka untuk mengembalikan dia kepada ayahnya. “Lemparkanlah dia”. Usul Ruben (ay. 22) hamper serupa dengan usul saudara-saudaranya (ay.20), namun begitu adalah berlainan sekali. Hanya dengan pura-pura Ruben mengambil-alih usul mereka: mereka mau melemparkan Yusuf kepada suatu sumur yang penuh airnya, agar ia tenggelam dan mati dalam air; Ruben mau memasukkan Yusuf ke dalam suatu sumur yang tertentu yang tidak berair (ay.24) untuk menyelamatkan Yusuf secara diam-diam, karena “untuk mengembalikan dia kepada ayahnya.” Ayat itu berbalas-balasan dengan ayat 21, tetapi tidak semestinya merupakan suatu ucapan rangkap. Tentu saja rencana dan usul ruben itu merupakan suatu tipu muslihat untuk mengakali saudarassaudaranya dan menghindari rencana mereka yang jahat itu. Melepaskan adalah pekerjaan seorang gembala, pekerjaan merampas seekor anak domba dari mulut dan rahang binatang buas.Ruben memelihara perikemanusiaan terhadap adiknya yang telah diserahkan kepada perlakuan kebinatangan-buas oleh saudara-saudaranya.Melepaskan adalah pekerjaan Allah sendiri, yakni pekerjaan melepaskan Israel dari Mesir, rumah perbudakan itu (Kel. 3:8; 6:6; 18:9-10). Ayat 23 KetikaYusuf anak yakub, dia menemui saudara-saudaranya ke dalam, lalu mereka membuka jubahnya Yusuf anak yakub itu.Pokok kegusaran abang-abangnya itu di sini bukanlah mimpi ilahi dan kecongkakan hatinya, melainkan kedudukan khusus-istimewa yang diberikan ayahnya kepadanya oleh ayahnya dan yang ditandai dengan tanda pengenalan khusus, yaitu jubbah istimewa. Ay. 23 ini dengan demikian menyambut ay.3-4, di mana perbuatan dan pemberian jubbah itu diberitakan. Tanda kedudukan istimewa itu (yaitu jubahnya) ditanggalkan dan dirampas dengan harapan, bahwa bersama dengan tanda lahiriyah kedudukan itu, martabatnya sendiri juga akan hilang. Pangkat dan martabat dalam dunia kuno, bahkan sampai kepada hari ini terikat pada pengenaan pakaian dinas dan tanda-pangkat lahiriyah. Perampasan, pembukaan dan penanggalan pakaian dinas dan pangkat itu berarti memberhentikan dengan tidak hormat, memecat pejabat dari jabatannya. Tetapi tugas yang 12



Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2000), hal 72-74; 76



6



diberikan Allah kepada Yusuf itu tidak dapat diambil oleh manusia dari padanya, maka penugasan batiniah tetap apa padanya, karena “manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (1 Sam 16:7). Penghinaan dan penghormatan Yusuf oleh saudara-saudaranya tidak dapat meniadakan kemuliaan dan kehormatan yang diberikan Allah kepadanya. 13 II.5.



Tafsiran Keseluruhan dan Pesan Theologi



Ketika Yusuf mangunjungi saudara-saudaranya di Dotan, ia tidak diterima dengan hangat.Saudarasaudaranya bersekongkol untuk membunuhnya lalu melaporkan kepada ayah mereka bahwa seekor binatang buas telah menerkamnya (ay.20). Mereka mengira hal ini akan mencegah terjadinya mimpimimpi Yusuf. Pada waktu Ruben, yang tidak mengetahuitentang persekongkolan itu, mendengarnya, ia tidak tertarik. Sebagai anak tertua, ia merasa bertanggung jawab secara khusus atas saudaranya dan mencoba merintangi rencana jahat itu dengan menyarankan agar melemparkan Yusuf ke dalam sebuah sumur kering saja. Ruben berharap akan menolongnya dari sumur itu (ay. 22). Saudara-saudara yang ingin membalas itu mengikuti saran Ruben setelah melucuti jubbah Yusuf (ay. 23). Mungkin mereka bermaksud agar ia mati secara mengenaskan karena kelaparan. 14Pesan teologis dari nats ini adalah, Ruben memelihara perikemanusiaan terhadap adiknya yang telah diserahkan kepada perlakuan kebinatangan-buas oleh saudara-saudaranya. Melepaskan adalah pekerjaan Allah sendiri, yakni pekerjaan melepaskan Israel dari Mesir, rumah perbudakan itu (Kel. 3:8; 6:6; 18:9-10). Perampasan, pembukaan dan penanggalan pakaian dinas dan pangkat itu berarti memberhentikan dengan tidak hormat, memecat pejabat dari jabatannya. Tetapi tugas yang diberikan Allah kepada Yusuf itu tidak dapat diambil oleh manusia dari padanya, maka penugasan batiniah tetap apa padanya, karena “manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati” (1 Sam 16:7). Penghinaan dan penghormatan Yusuf oleh saudara-saudaranya tidak dapat meniadakan kemuliaan dan kehormatan yang diberikan Allah kepadanya.15 III.



Aplikasi Pesan Theologis Terhadap Kehidupan Masyarakat Tugas yang diberikan Allah kepada Yusuf itu tidak dapat diambil oleh manusia dari padanya, maka penugasan batiniah tetap apa padanya,Penghinaan dan penghormatan Yusuf oleh saudara-saudaranya tidak dapat meniadakan kemuliaan dan kehormatan yang diberikan Allah kepadanya. 16 Demikian juga dalam kehidupan masyarakat saat ini, banyak orang ingin menjatuhkan orang yang kedudukannya lebih tinggi, lantaran rasa iri dan kecemburuan yang tidak dapat dikendalikannya, tetapi Tuhan akan selalu berpihak pada orang benar yang percaya. Seperti halnya Yusuf orang benar itu Allah berpihak padanya dan melepaskannya dari saudara-saudaranya yang iri kepada keunggulan Yusuf.



13



Walter Lempp, Tafsiran Kejadian bg. 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1976), hal 89-90 John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian Suatu Telaah, (Malang: Gandum Mas, 2001), hal 285-286 15 Walter Lempp, Tafsiran Kejadian bg. 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1976), hal 89-90 16 Walter Lempp, Tafsiran Kejadian bg. 1, hal 89-90 14



7



IV.



Kesimpulan



1. Konteks Israel raya Teks Kejadian 37:22-23 mempunyai pesan perikop dalam koteks Israel Raya, yaitu teks ini berfungsi sebagai pelajaran dimana, saat Daud mempunyai keunggulan yang lebih daripada keunggulannya, karena Allah berpihak padanya segala usahanya dibuat berhasil,maka timbul rasa iri di hati Saul sehingga Saul ingin membunuh Daud. 2. Masyarakat saat ini Dalam masyarakat saat ini, banyak pertengkaran akibat keirian hati, dimana sering seseorang membenci orang yang lebih unnggul dibandingkan dirinya, kebencian itu sering ditunjukkan dengan cara menjelekjelekkan dan menjatuhkan kehormatan orang itu. Pesannya adalah keirian hati akan menjatuhkan kita, tetapi orang benar akan selalu lebih unggul karena Allah akan berpihak padanya serta segala usahnya dibuat berhasil.



8



DAFTAR PUSTAKA



LasorW. S., D. A. Hubbard, F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014). E. Andrew Hill & John H. Walton, Survey Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2001). Bloommendaal J, Pengantar Kepada Perjanjian Lama, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016). LemppWalter, Tafsiran Alkitab Kitab Kejadian, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010). LemppWalter, Tafsiran Kejadian bg. 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977). WahonoWismoady, Di Sini Kutemukan Petunjuk Mempelajari Dan Mengajarkan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004). HinsonDavid F., Sejarah Israel Pada Zaman Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014). Coote dan Mary P. coote, Kuasa Politik Proses dan Pembuatan Alkitab, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009). Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2000). LemppWalter, Tafsiran Kejadian bg. 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1976). DavisJohn J., Eksposisi Kitab Kejadian Suatu Telaah, (Malang: Gandum Mas, 2001).



9