Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Masalah Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup



dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.



Ciri-ciri



pertumbuhan



dan



perkembangan



anak



antara



lain,



menimbulkan perubahan, berkolerasi dengan pertumbuhan, memiliki tahap yang berurutan dan mempunyai pola yang tetap. Masa bayi atau balita (di bawah lima tahun) adalah masa yang paling signifikan dalam kehidupan manusia. Seorang bayi dari hari ke hari akan mengalami perkembangan bahasa dan kemampuan bicara, namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang cepat berbicara ada pula yang membutuhkan waktu agak lama. Untuk membantu perkembangannya, ibu dapat membantu memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin meningkat dan meluas. Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif



untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya. Perkembangan bahasa pada anak sangatlah bertahap yang di bagi dalam beberapa bagian yang akan bahas dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sengaja mengangkat tema yang berkaitan dengan peerkembangan bahasa pada manusia khusunya pada anak-anak yaitu “Tahapan-Tahapan Perkembangan Bahasa Anak”.



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok



permasalahan dalam makalah ini adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Apa pengertian perkembangan bahasa. Bagaimana perkembangan bahasa pada anak. Bagaimana teori-teori perkembangan bahasa pada anak. Apa tahap perkembangan bahasa anak. Apa saja tahap-tahap perkembangan bahasa anak. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Apa saja hambatan dan kesulitan dalam perkembangan bahasa anak.



1.3



Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah



ini yaitu:



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Untuk mengetahui pengertian perkembangan bahasa. Untuk mengetahui perkembangan bahasa pada anak. Untuk mengetahui teori-teori perkembangan bahasa pada anak. Untuk mengetahui tahap perkembangan bahasa anak. Untuk mengatahui tahap-tahap perkembangan bahasa anak. Untuk mengetahui faktor-faktor perkembangan bahasa anak. Untuk mengetahui hambatan perkembangan bahasa anak.



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Pengertian Perkembangan Bahasa Bahasa dalam bahasa inggris berarti language, Dalam bukunya, Berko



Gleason mengungkapkan Language has been hailed as the hallmark of humanity, the



ability that separates humans from animals (Berko-Gleason, 1997). As humans in society, we use our language ability continuously to embrace ideas, share our feelings, comment on the world, and understand each other’s minds. Language can be defined as an organized system of arbitrary signals and rule-governed structures that are used as a means for communication. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa erat kaitannya dengan perekembangan berfikir individu. Perkembangan berfikir individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat dan menarik kesimpulan. Banyak orang yang mempertukarkan penggunaan istilah “bicara” (speech) dengan bahasa (language), meskipun kedua istilah tersebut sebenarnya tidak sama. Bahasa mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain. Termasuk didalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti: tulisan, bicara, bahasa symbol, ekspresi muka, isyarat, dan seni. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, penggunaannya paling luas dan paling penting. Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosakata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata yang dimiliki. Anak mulai



menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak untuk meningkatkan pengertiannya. Sementara



pengertian



perkembangan



atau



dalam



bahasa



inggrisnya



development merupakan suatu proses yang pasti dialami setiap individu, perkembangan ini adalah bersifat kualitatif dan berhubungan dengan kematangan serta sistematis. Syamsu Yusuf dalam bukunya mendefinisikan perkembangan sebagai perubahan yang progress dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Yang mana aspek-aspek dari perkembangan meliputi : fisik, intelegensi, emosi, bahasa, sosial, kepribadian, moral dan kesadaran beragama.



2.2



Perkembangan Bahasa pada Anak Bahasa merupakan alat komunikasi bagi setiap orang, termasuk anak-anak.



Bahasa yang pertama dikenali anak adalah bahasa ibu. Maka dari itu pemerolehan bahasa merupakan proses yang berlangsung didalam otak seorang anak-anak ketika ia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Agar dapat berbahasa dengan baik dan lancar , anak-anak memerlukan latihan yang intensif dan bertahap. Hal ini sesuai dengan pendapat Soenyono Darjowidjojo (Tarigan dkk.,1998) bahwa pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya. Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak



ditandai oleh suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks. Perkembangan bahasa anak itu dipengaruhi oleh bakat bawaan, lingkungan atau faktor lain yang menunjang, yaitu perkembangan fisik dan intelektual. Kemampuan berbahasa sangat penting bagi anakanak karena anak-anak akan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya melalui berbahasa. Keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Melalui bahasa, anak dapat mengekspresikan pikiran, sehingga orang lain memahaminya dan menciptakan suatu hubungan sosial. Jadi, tidaklah mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak.



2.3



Teori-Teori Perkembangan Bahasa pada Anak Berbagai pendapat tentang teori pengembangan bahasa dikemukakan oleh



para ahli. Pemahaman akan berbagai teori pengembangan bahasa dapat memengaruhi penerapan metode implementasi terhadap pengembangan bahasa anak. Beberapa teori mengenai hal ini antara lain: 1.



Teori Behaviorisme Kaum behaviorisme menerangkan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama



dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Istilah bahasabagi kaum behaviorisme dianggap kurang tepat karenan istilah bahasa itu menyiaratkan suatu wujud, sesuatu yang dimiliki atau digunakan, dan bukan sesuatu yang dilakukan. Padahal bahasa itu merupakan salah satu perilaku,



di antara perilaku-perilaku manusia lainnya. Menurut kaum behaviorisme kemempuan berbicara dan memehami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Bahkan kaum behaviorisme tidak mengakui kematangan anak dalam pemerolehan bahasa. Kaum behaviorisme tidak mengakui pandangan bahwa anak menguasai kaidah bahasa dan memiliki kemempuan untuk mengabstrakkan cirri-ciri penting dari bahasa di lingkungannya. Mereka berbendapat rangsangan (stimulus) dari lingkungan tertentu memperkuat kemempuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai suatu kemajuan dari pengungkapan verbal yang berlaku secara acak sampai ke kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi memalui prinsip pertalian S – P (stimulus – respon) dan proses peniruan-peniruan. Skinner, mendefinisikan bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh perilaku yang dibentuk oleh lingkungan eksternalnya, artinya pengetahuan merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungannya melalui pengondisian stimulus yang menimbulkan respons. Perubahan lingkungan pembelajaran dapat memengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku anak secara bertahap. Perilaku positif pada anak cenderung akan diulang ketika mendapat dorongan yang sesuai dengan kemampuan anak dari lingkungannya. Latihan untuk anak harus menggunakan bentuk-bentuk pertanyaan (stimulus) dan jawaban (respons) yang dikenalkan secara bertahap, mulai dari yang sederhana sampai pada yang lebih rumit.



2.



Teori Nativisme Nativisme berpendapat bahwa selama proses pemerolehan bahasa pertama,



kanak-kanak (manusia) sedikit demi sedikit membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah diprogramkan. Pandangan ini tidak mengangggap lingkungan punya pengaruh dalam pemerolehan bahasa, melainkan mengganggap bahwa bahasa merupakan biologis, sejalan dengan yang disebut “hipotesis pemberian alam”. Kaum nativis berpendapat bahwa bahasa itu terlalu kompleks dan rumit, sehingga mustahil dapat dipelajari dalam waktu singkat melalui metode seperti “peniruan” (imitation). Jadi, pasti ada beberapa aspek penting mengenai system bahasa yang sudah ada pada manusia secara alamiah. Menurut Chomsky (1965, 1975) bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia, Binatang tidak mungkin dapat menguasai bahasa manusia. Pendapat ini didasarkan pada asumsi. Pertama,perilakubahasa adalah sesuattu yang diturunkan (genetik); pola perkembangan bahasa adalah sama pada semua macam bahasa dan budaya (merupakan sesuatu yang universal); dan lingkungan hanya memiliki peran kecil di dalan proses pematangan bahasa. Kedua, bahasa dapat dikuasai dalam waktu singkat, anak berusia empat tahun sudah dapat berbicara mirip dengan orang dewasa. Ketiga, lingkungan bahasa si anak tidak dapat menyediakan data secukupnya bagi penguasaan tata bahasa yang rumit dari orang dewasa. Menurut Chomsky, seorang anak dibekali “alat pemerolehan bahasa” (language acquisition device (LAD). Alat yang merupakan pemberian biologis yang sudah diprogramkan untuk merinci butir-butir yang mungkin dari suatu tat bahasa,



dan dianggap sebagai bagian fisiologis dari otak yang khususuntuk memproses bahasa, yang tidak punya kaitannya dengan kemempuan kognitif lainnya 3.



Teori Kognitivisme Istilah kognitif berkaitan dengan peristiwa mental yang terlibat dalam proses



pengenalan tentang dunia, yang sedikit banyak melibatkan pikiran atau berpikir. Oleh karena itu, secara umum kata kognisi bias dianggap bersinonim dengan kata berpikir atau pikiran. Piaget menyatakan adnya beberapa tahap dalam perkembangan kognitif anak. Tahap itu yaitu : a.



Tahap Sensomontorik Tahap ini merupakan tahap pertama dalam perkembangan kognisi anak dan



berlangsung pada sebagaian dari dua tahun pertama dalam kehidupannya, lalu pada tahun kedua muncul koordiansi dari kedua kemampuan awal ini. Pada akhirnya periode sensorik bayi dapat berpikir tentang dunia, yaitu yang berhungan dengan pengalaman-pengalaman dan tindakan-tindakan yang sederhana. b.



Tahap Praoperasional Pada tahap ini cara “berfikir” anak-anak masih didominasi oleh cara



bagaimana hal-hal atau benda-benda itu tampak. Cara berfikirnya masih kurang operasional. c.



Tahap Operasional Konkret Pada tahap ini anak-anak telah memahami konsep konvensi.Tahap ini dilalui



anak yang berusia sekitar tujuh sampai dengan menjelang sebelas tahun. d.



Tahap Operasional Formal



Pada tahap ini dilalui anak setelah anak berusia 11 tahun ke atas, anak-anak sudah berfikir logis seperti halnya dengan orang dewasa. Mereka merumuskan dan mengetes hipitesis-hipotesis yang rumit mereka berfikir abstrak dan mereka menggeneralisasikan dengan menggunakan konsep yang abstrak, dari satu situasi ke situasi yang lain (Morgan, 1986).



2.4



Tahap Perkembangan Bahasa Anak Menurut pendapat Piaget (Sumantri, dkk. 2009:1-15) mengemukakan bahwa



proses perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap perkembangan, yaitu: 1. Tahap Sensori Motor (0–2 Tahun) Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut. 2. Tahap Praoperasional (2–7 Tahun) Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak semakin memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan benda-benda. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar analisis rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Anak



akan berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka lihat di langit ketika ada pesawat terbang yang lewat. 3. Tahap Operasional Konkret (7–11 Tahun) Pada tahap ini anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya. 4. Tahap Operasional Formal (11–15 Tahun) Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola pikirnya yang seperti orang dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir terhadap permasalahan yang konkret maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah dapat membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistis. Sedangkan Johan Amos Comenius dalam Kartini Kartono (2007: 34-35) berpendapat bahwa perkembangan bahasa seseorang terdiri dari empat periode perkembangan, yaitu: 1. Periode Sekolah-Ibu (0-6 Tahun) Pada periode ini hampir semua usaha bimbingan-pendidikan berlangsung di lingkungan keluarga, terutama aktivitas ibu sangat mempengaruhi proses perkembangan anak. 2. Periode Sekolah-Bahasa-Ibu (6-12 Tahun) Pada periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu ini digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, yaitu untuk mendapatkan impresi dari



luar berupa pengaruh, sugesti serta transmisi kultural dari orang dewasa, dan untuk mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang lain. 3. Periode Sekolah-Latin (12-18 Tahun) Pada periode ini anak mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa kebudayaan. Bahasa ini perlu diajarkan kepada anak agar anak mencapai taraf beradab dan berbudaya. 4. Periode Sekolah-Universitas (18-24 Tahun) Pada periode yang terakhir ini anak muda mengalami proses pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, di samping mempelajari macammacam ilmu pengetahuan. Khusus mengenai perkembangan bahasa anak, Conny R. Semiawan (2000: 128-136) berpendapat bahwa tahap perkembangan bahasa anak terdiri dari empat tahap, yaitu: 1. Perkembangan Bahasa Usia Bayi Secara umum bayi mulai mengeluarkan ucapan pada saat usianya 10-16 bulan, walaupun pada kenyataannya ada juga yang memerlukan waktu lebih lama dari itu. Sebelum anak-anak mengucapkan kata-kata, terlebih dahulu membuat ocehan misalnya dengan ucapan baa, maa atau paa. Mengoceh ini mulai terjadi saat usia sekitar 3-6 bulan. Tujuan komunikasi yang dilakukan oleh bayi pada usia dini ialah untuk menarik perhatian orang tua dan orang lain yang ada di sekitarnya. Pada umumnya, bayi menarik



perhatian



orang



lain



dengan



membuat



kontak



mata,



membunyikan ucapan, serta menggerak-gerakkan tangan. Biasanya katakata anak yang pertama kali muncul adalah nama-nama orang penting yang ada disekitarnya, nama-nama binatang, dan benda-benda lain yang



ada di sekitarnya. Anak-anak yang telah memasuki usia 18-24 bulan mulai mengucapkan pernyataan dengan dua kata. 2. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini Beberapa anak usia pra sekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsonan, misalnya untuk mengucapkan kata setrika, mangga, dan lain-lain. Pada usia ini, anak-anak sudah dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya. Anak-anak mulai berbicara dengan urutan kata yang menunjukkan suatu pendalaman yang meningkat terhadap aturan yang komplek tentang urutan kata-kata yang diucapkan. Pada usia ini anak-anak juga sudah mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan cepat. 3. Perkembangan Bahasa Usia Sekolah Pada tahap ini penekanan perkembangan berubah dari bentuk bahasa ke isi dan penggunaan bahasa. Anak-anak telah mencapai tahap kreatif dalam perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak. 4. Perkembangan Membaca dan Menulis Salah satu faktor yang berpengaruh pada perkembangan membaca anak usia dini ialah kesediaan orang tua untuk menyediakan bahan bacaan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan kemampuan membaca anak. Kegiatan membaca yang dilakukan secara alamiah dalam suasana kehidupan sosial memiliki efektifitas yang tinggi untuk peningkatan kemampuan membaca pada anak. Anak usia tujuh atau delapan tahun telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata dan kata. Siswa kelas tiga dan empat sudah mampu menganalisis kata-kata



baru dengan menggunakan pola orthograpik dan inferensi kontekstual. Siswa kelas lima dan enam sudah mulai membaca dari keterampilan decoding menuju ke pemahaman. Menurut Yunus Abidin (2012) perkebangan bahasa pada anak yaitu dilihat dari proses pembalajaran membaca pada anak secara garis besar harus terdiri atas tiga tahapan yaitu : tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan pascabaca. Ketiga tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahapan Atau Kegiatan Prabaca Tahapan atau kegiatan prabaca adalah : Kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegitan membaca. Dalam kegitan prabaca ini guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan mata yang berhubungan dengan teks bacaan. Skema itu sendiri adalah : Latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang informasi atau konsep tentang sesuatu. Skema menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat – tempat, tindakan atau peristiwa. Dalam hal ini siswa harus memiliki konsep – konsep tentang tujuan bahan cetakan dan tentang hubungan bahasa bicara dan bahasa tertulis. Variasi kegiatan prabaca dikemukakan oleh Hadley. Hadley (2001) menyatakan bahwa pada tahapan prabaca terdapat 3 kegiatan yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran membaca, antara lain sebagai berikut : a. Curah pendapat untuk membangkitkan ide yang memiliki kemungkinan besar ada dalam teks. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru dengan



melakukan apersepsi pembelajaran tentang hal – hal yang memiliki kaitan dengan wacana yang akan dibawa siswa. b. Melihat judul tulisan, headline bacaan, grafik, gambar, atau unsure visual lain yang ada dalam bacaan. c. Merumuskan prediksi isi bacaan. Pada tahap ini siswa mencoba membuat hipotesis



atas



isi wacana.



Prediksi ini



akn menumbuhkan akan



menumbuhkan rasa kepenasaran siswa terhadap bacaan ( memotivasi bacaan)



karena



pada



akhirmya



kegiatan



baca



siswa



diharuskan



membandingkan prediksi yang dibuat dengan isi wacana yang sebenarnya. Cox (1999) secara lebih terperinci mengemukakan beberapa hal yang dapat dilakukan pada kegiatan prabaca yang berfungsi sebagai penggugah perilaku siswa dalam penyelesaian masalah dan motivasi penelaahan materi bacaan digambarkan. Gambaran kegiatan prabaca yang dikemukakan Cox tersebut adalah sebagai berikut : a. Menjelaskan gambaran awal bacaan Gambaran awal bacaan (cerita), berisi informasi yang berkaitan denngan isi cerita yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman. b. Petunjuk untuk melakukan antisipasi Petunjuk antisipasi merupakan sarana kegiatan awal membaca yang bermanfaat. c. Pemetaan semantik (peta konsep) Pemetaan semantik ini merupakan strategi prabaca yang kegiatannya memperkenalkan kosakata yang akan ditemukan dalam bacaan dan dapat menggugah skema yang berkaitan dengan topic bacaan. d. Menulis sebelum membaca Siswa diminta menuliskan pengalaman pribadi yang relevan dengan isi bacaan, sebelum mereka membaca matteri. e. Drama atau simulasi ( drama kreatif)



Drama kreatif dapat digunakan sebelum cerita dibacakan yaitu untuk membangun pemahaman siswa. Mengingat betapa pentingnya kegiatan prabaca dilakukan, guru seyogianya dapat melakukan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca dengan selalu mengawali pembelajarannya dengan melaksanakan kegiatann prabaca. Pembelajaran membaca tanpa kegiatan prabaca merupakan pembelajaran membaca yang tidak berarah dan tidak bertujuan serta tidak akan mampu menggali potensi siswa yang sesungguhnya dan pada akhirnya hal itu akan berdampak pada rendahnya kemampuan membaca siswa. 2. Kegiatan Membaca Setelah kegiatan prabaca, maka selanjutnya dilaksanakan kegiatan inti pembelajaran membaca. Tahapan ini sering disebut tahapan membaca. Pada tahap ini banyak sekali variasi yang dapat dilakukan guru sejalan dengan strategi baca yang dipilih guru atau siswa. Penentuan kegiatan pada tahap ini akan sangat bergantung pada metode pembelajaran membaca apa yang dipilih. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, antara lain : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.



Menemukan inti gagasan Mengidentifikasi kata kunci Mengutip bacaan Menjaring data Mengisi format isi bacaan Merespons bacaan Membuat peta konsep bacaan Shairing ide dan diskusi Menguji prediksi Menjaring kata sulit Menguji fakta, opini, dan lain – lain



4. Kegiatan Pascabaca Kegiatan pascabaca merupakan tahapan pembelajaran membaca yang bertujuan untuk menguji kemampuan membaca sekaligus memantapkan kemampuan membaca para siswa. Burns (Rahim, 2007 ) mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya kedalam schemata sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. seperti halnya pada kegiatan membaca yang lain, pada kegiatan ini juga memerlukan strategi. strategi yang digunakan pada tahap pascabaca adalah : a. b. c. d.



Belajar mengembangkan bahan bacaan Memberikan pertanyaan Menceritakan kembali dan Presentasi visual



Nuttal (1996) memberikan alternative yang dapat guru pilih pada kegiatan pascabaca, walaupun dalam pandangan penulis aktivitas ini lebih cenderung pada tahapan pembelajaran inti membaca. Beberapa alternative tersebut, antara lain : a. Membandingkan hipotesis atau prediksi yang disusun pada tahap prabaca dengan isi bacaan sehingga jika prediksi tersebut meleset siswa diajak b. c. d. e. f.



untuk membangun pemahaman baru atas isi wacana Membangun respons atas isi bacaan Diskusi dan adu argument tentang isi bacaan Membahas isi wacana secara utuh dan menyeluruh Membuat tulisan reproduksi atau rangkuman atas isi wacana Menguji pemahaman membaca



Selain beberapa aktivitas diatas, aktivitas lain yang dapat dilakukan oleh siswa pada tahap pascabaca adalah sebagai berikut : a. Menulis rangkuman



b. c. d. e. f. g. h. i. j.



Membuat komik atau cerita bergambar sederhana Menceritakan kembali Menjawab pertanyaan Membuat peta cerita atau peta perjalanan tokoh Membuat alat (wacana peragaan) Memerankan Memperluas cerita Melengkapi cerita Mengubah jenis genre



Berdasarkan uraian diatas, jelaslah pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus mencerminkan tiga tahap yaitu : prabaca (yang identik dengan kegiatan awal pembelajaran), tahap membaca, dan tahap pascabaca (yang identik dengan kegiatan inti dan penutup pembelajaran). Tahapan – tahapan ini wajib sifatnya karena melalui tahapan inilah akan tergambar jelas aktivitas siswa belajar. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran bawa pembelajaran adalah : serangkaian aktivitas siswa belajar. Tanpa aktivitas siswa kegiatan yang dilakukan bukan pembelajaran membaca.



2.5



Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Anak Ada beberapa ahli yang membagi tahap-tahap perkembangan bahasa itu ke



dalam tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Akan tetapi ada ahli-ahli lain yang menyanggah pembagian ini, dan mengatakan bahwa tehap pralinguistik tidak dapat dikatakan bahasa permulaan karena bunyi-bunyi seperti: tangisan, rengekan, dan lain sebagainya dikendalikan oleh ransangan (stimulus) semata.Sudah diuraikan sebelumnya bahwa kemampuan berbahasa anak-anak tidaklah diperoleh secara tibatiba atau sekaligus, tetapi berkembang secara bertahap. 1. Perkembangan Fonologis



Sebelum masuk SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa, tetapi masih ada beberapa fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990) sekitar 10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p, s, k. Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan anak SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr, pada kata struktur dan pragmatik. 2. Perkembangan Morfologis Afiksasi bahasa Indonesia merupakan salah aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi karena satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks) berubah-ubah. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan terus berlangsung sampai pada masa adolesen. 3. Perkembangan Sintaksis Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa kalimat awal anak adalah kalimat sederhana, aktif, afirmatif, dan berorientasi berita.



Setelah itu, anak baru menguasai kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar. Sedangkan menurut hasil pengamatan Brown dan Bellugi terhadap percakapan anak, memberi kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa ditempuh dalam mengembangkan kalimat, yaitu: pengembangan, pengurangan, dan peniruan. Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan, ditulisi, dan seterusnya. Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderung menggunakan struktur sederhana bila berbicara. Mereka sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahamai bentuk kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 1992). Menurut Emingran siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menulis daripada dalam berbicara (Tompkins, 1989). 4. Perkembangan Semantik Selama periode usia sekolah dan dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horisontal, anak semakin mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa penambahan jumlah kata yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997). Menurut Lindfors, perkembangan semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun (Tompkins,1989).



Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefinisikan kata meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau makna yang dibentukbersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari definisi kata-kata lepas kekalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens, 1992). Menurut Budiasih dan Zuchdi (1997), anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk menciptakan kesan emosional. Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a) ungkapan, (b)metafora, (c) kiasan, (d) pribahasa. 5. Perkembangan Pragmatik Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling penting dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal inipada usia prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat, sistematis, dan menarik. Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan, 1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa yang dikemukakan olehM.A.K Halliday: instrumental, regulator, interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif.



2.6



Faktor-faktor Perkembangan Bahasa Anak



Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu: 1. Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan). Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang. 2. Pola Komunikasi Dalam Keluarga. Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya. 3. Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga. Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti. 4. Posisi Urutan Kelahiran. Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja. 5. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa). Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.



Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.



2.7



Hambatan Perkembangan Bahasa Anak Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis



dan pribadi anak, pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah.Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak.Salah satu penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang baik dan benar. Kekurangan dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak. Anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik, sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada anak.Sedangkan anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara pada anak didik tersebut. Gangguan/bahaya didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :



a. b. c. d.



Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata, Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara, Sering kali berbicara yang tidak teratur, Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru. Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat sulit dan rumit.



Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak, antara lain: 1. Anak cengeng. Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan tersebut dapat berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota kcluarga lain. Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada negatif. Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi hal tersebut, salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi anak. 2. Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain. Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya perbendaharaan kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering kali berbicara sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih banyak mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya yang tinggal dalam satu rumah. Orang tua hendaknya selalu berusaha mencari penyebab kesulitan anak dalam



memahami pembicaraan tersebut agar dapat memperbaiki atau membetulkan apabila anak kurang mengerti dan bahkan salah mengintepretasikan suatu pembicaraan.



BAB III



PENUTUP 3.1



Kesimpulan Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan



bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Tahapan dalam perkembangan anak ada 4 tahap, yaitu : tahap pralinguistik, tahap satu kata, tahap dua kata, tahap banyak kata. Seiring dengan perkembangan bahasa, berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya. Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa adalah : kognisi, pola komunikasi dalam keluarga, jumlah anak, posisi urutan kelahiran, kedwibahasaan.



3.2



Saran Bagi seorang guru/orang tua sebaiknya lebih memperhatikan anak-anak usia



dini didalam berbicara dengan baik, karena berbicara yang baik untuk diajari kepada anak sangatlah susah didalam menyebutkan kosa kata/pengucapan dengan sempurna kepada anak didalam perkembangan bicara. Pendidik perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang



dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya.



DAFTAR PUSTAKA Conny R. Semiawan. 1999/2000. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kartini Kartono. 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: CV. Mandar Maju. Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka. Dworwtzky, John P. 1990. Introduction to Child Development. New York: West Publishing Company.



Tarigan dkk., Djago dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud. Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud. Owens, R.E. 1992. Language Development an Introduction. New York: Macmillan Publising Company. Abidin Yunus, M.Pd. 2012. Pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. Bandung : PT. Refika Aditama. Harjasujana, A. S dan Mulyati, Y. 1997. Membaca 2. Jakarta: karunika Tarigan., H,G, 2008. Membaca suau ketrampilan berbahasa. Bandung : Angkasa