Talang Mamak Di Tepi Zaman [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

- Syafrizaldi Jpang -



TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 1



4/14/2020 1:43:15 PM



Talang Mamak Di Tepi Zaman Penulis : Syafrizaldi Jpang Pembaca Kritis : Andiko ISBN : 978-602-5013-84-3 Desain/Layout : Dicky Medina Pendukung Riset Lapangan : Alqaf Afandi Proofread : Zuramaru Penerbit: AsM Law Office Redaksi : Komp. Buana Vista Blok J No.63 Batam Center Kota Batam 29464 Bekerja sama dengan : Right Resources Initiatif Cetakan Pertama, MARET 2020 Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.



TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 2



4/14/2020 1:43:15 PM



Talang Mamak di Tepi Zaman Penulis :



Syafrizaldi Jpang



AsM Law Office © 2020



TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 3



4/14/2020 1:43:15 PM



Kata Pengantar Talang Mamak adalah satu suku di dataran Riau yang memiliki keunikan dalam berdialog dengan zamannya. Di sepanjang perjalanan dan perkembangan peradabannya, Suku Talang Mamak mengalami berbagai “gempuran” dari berbagai pihak di luarnya, seiring dengan diskursus panjang di internal mereka, tentang masa depan suku yang bernama Talang Mamak ini. Beberapa literatur dengan berbagai pendekatan dan gaya telah mengungkap sisi-sisi tertentu dari kehidupan salah satu suku asli di Indragiri Hulu ini, termasuk cerita-cerita kehilangan wilayah dan bagaimana mereka mempertahankan kearifannya ditengah tarik-menarik kepentingan itu. Berbagai macam literatur itu, sebagian besarnya berangkat dari model laporan-laporan penelitian yang kerapkali membutuhkan energi lebih untuk mencernanya. Buku ini menggunakan sebuah pendekatan lain untuk menggambarkan tantangan masyarakat Talang Mamak hari ini. Dengan menggunakan gaya bertutur, pembaca akan dibawa menyelami setiap lubuk-lubuk kisah “civilization” Talang Mamak yang Panjang, hingga nyaris berada di persimpangan, pilihan-pilihan untuk identitas mereka. AsM Law Office mendedikasikan tim untuk memotret secara jujur apa yang sesungguhnya tengah dihadapi oleh Masyarakat Adat Talang Mamak ini. Sebab sebagai bagian dari anak bangsa, mereka memiliki hak untuk hidup layak, di tengah pelukan budaya yang mereka miliki, dan disitu konstitusi memberikan perlindungan penuh. Karena para pendiri bangsa berkeyakinan, masyarakat seperti inilah yang pertama kali menjadi fondasi berdirinya negara ini. Batam, Maret 2020 Andiko Senior Sustainability Lawyer AsM Law Office Direktur A TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 1



4/14/2020 1:43:15 PM



Daftar Isi Kata Pengantar .......... A Punca Cerita Talang Mamak .......... 1 Hierarki Penata Teritori .......... 11 Keturunan Patih Nang Sabatang .......... 17 Jati Diri Talang Mamak .......... 23 Kepercayaan Langkah Lama .......... 34 Raja Penyambung Syarak .......... 48 Kidung Tenur .......... 56 Domestik Nan Silu .......... 70 Seteru Tak Berimbang ......... 78 Penutur Kisah ......... 86



i TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 1



4/14/2020 1:43:15 PM



Punca Cerita Talang Mamak



S



agaf, 49 tahun, tinggal di Talang Ampang Delapan, berpuluh kilometer dari Rengat, ibukota Indragiri Hulu, Riau. Pagi itu, Rabu, 5 Februari 2020, dia sudah berada di kantor Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Indragiri Hulu (AMAN INHU). Adiknya, Gilung, menelepon kemaren sore, mengundangnya datang untuk mendiskusikan beberapa hal. Kantor AMAN INHU berada di Belilas, sebuah ibukota kecamatan di tepi jalan lintas timur Sumatera. Dari Ampang Delapan, Belilas dihubungkan dengan jalan aspal kasar sejauh 24 kilometer. Belilas tak jauh dari ibukota INHU, Rengat, jaraknya hanya sekitar 11 kilometer. Dari Rengat, Belilas dapat dicapai melalui simpang empat di Pematang Reba. Ampang Delapan, tempat tinggal Sagaf, masuk ke dalam lingkup administratif Desa Durian Cacar Kecamatan Rakit Kulim. Gilung sendiri sesungguhnya berdomisili di Talang Perigi. Rumah Gilung dan Sagaf hanya terpaut sekitar 5 kilometer. Dari Talang Perigi, pusat Kecamatan Rakit Kulim, Ampang Delapan harus ditempuh melalui jalan tanah bewarna kuning. Jalan utama di Talang Perigi sudah diaspal, tapi aspalnya tak seluruhnya baik. Di beberapa tempat, lubang menganga. Pagi itu, Sagaf telah memulai segala aktivitas. Dia tengah berbicara dengan beberapa orang. Pembicaraan pagi itu berkisar seputaran pendataan sosial yang kini sedang dilakukan AMAN INHU. Tak lama, Gilung tampak bicara dengan saudaranya itu. Mereka baku mengerti, terbukti dengan anggukan kepala berkali-kali. “Nanti ke Ampang Delapan dengan kakak saya, Sagaf,” kata Gilung pada saya. Saya menurut apa yang dikatakan lelaki ini. Perkenalan dengan Sagaf di kantor AMAN INHU kami lanjutkan ketika



1 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 1



4/14/2020 1:43:16 PM



kami sampai di rumahnya di Ampang Delapan, menjelang sore. Sagaf mengatakan, dirinya memang diminta Gilung mengantar saya ke rumah Batin Gundok, Kepala Kebatinan Ampang Delapan. Rumah Batin Gundok tak jauh dari rumah Sagaf. Keduanya dihubungkan dengan jalan tanah kuning. Di tepi kiri kanan jalan, kebun sawit merajai sebagian besar tutupan tanah. Ada beberapa tempat yang ditanami karet, ada pula kebun campur dan beberapa titik kelompok perumahan yang sepi. Saya melewati jalanan aspal hitam pada mulanya, lalu dilanjutkan dengan melintasi jalan tanah kuning keras. Beberapa lubang yang menganga tampak kering. Hujan belum turun. Memasuki perkampungan orang Talang Mamak, bayangan saya tentang masyarakat yang hidup terasing seketika buyar. Tak tampak kehidupan terasing itu kini. Yang ada hanyalah sekelompok masyarakat yang hidup jauh dari kata modern. Rumah-rumah bergerombol dan menumpuk di pusatpusat pemukiman. Di antara kelompok-kelompok rumah, kebun sawit, karet dan lahan perkebunan menyelingi. Di rumah Sagaf, dia menceritakan, dinamika Talang Mamak cukup membuat banyak pihak resah. Di internal sendiri, keresahan bermula dari kondisi adat yang belum sepenuhnya tersistematika dengan baik. Kepemimpinan adat, lanjut dia, telah diperebutkan banyak pihak lantaran berbagai alasan. Dia tak mau merinci alasan apa saja yang berpengaruh. Namun secara tersirat, Sagaf mengatakan faktor ekonomi menjadi pemicu lunturnya kepemimpinan adat. Ekonomi maksudnya, siapa yang menjadi pemimpin akan berpeluang mendapatkan sumber-sumber income atau pendapatan. Akibatnya, struktur ini telah mengalami kemunduran. Banyak pihak kemudian mengaku sebagai Batin, Kepala Adat di wilayah Kebatinan. Wilayah kebatinan dikenal dengan istilah luak batin. Sementara batin sendiri adalah sebutan untuk kepala luak batin. 2 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 2



4/14/2020 1:43:16 PM



Kecuali itu, Sagaf juga menceritakan struktur utama dalam pemerintahan adat. Menurutnya, Talang Mamak dipimpin oleh tiga penghulu utama, mereka menyebutnya Patih. Tapi kini, istilah patih hanya digunakan untuk satu orang saja, yakni Patih Durian Cacar. Sementara yang lain tetap menggunakan istilah Batin, yakni Batin Talang Perigi dan Batin Talang Parit. Tiga kesatuan kepemangkuan adat ini dikenal dengan istilah Payung Tiga Sekaki. Payung Tiga Sekaki, mulanya adalah kakak beradik yang membentuk pemerintahan adat Talang Mamak. Bersumber dari ujaran adat1 yang disampaikan Irasan, Batin Talang Parit dan Rapan, Batin Talang Perigi: “Kandal tanah Mekah, takilat Ujung Pandang, tarantang Pulau Jawa. Marabana Pulau Jawa, marabana Tiongkok, maapung-apung Benua Kaling. Kandal langkah antara gahap dengan tarang, bediri gunung marapi ganti tubuh. Kandal kuhala Sungai Limau, menjaram Sungai Tunu, Kandal benua hawan, marabana tarikan tiang raya, malampu-lampu nagari Aceh. Barulah kandal pulau nang lain-lain menjadi dua puluh lima kepulauan nang ditunggu dua puluh lima nabi. Baru lah disebut samik basir alam takalimun, ka bawah salaman tujuh, ka atas ka pintu lawang langit, sampai keubun-ubun langit, kemudian diatur oleh Allah (Rasul). Diteruskan oleh Patih Nang Sabatang, Dari Patih Nang Sabatang ke Patih Nang Betiga, setelah itu diteruskan ke luak kebatinan. Baikpun secara adat maupun kepercayaan Islam terikat langkah lama.” Kalimat “Dari Patih Nang Sabatang ke Patih Nang Betiga,…”, menunjukkan model kepemimpinan utama masyarakat adat Talang Mamak.



1



Wawancara mendalam, 14 Februari 2020



3 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 3



4/14/2020 1:43:16 PM



Ketiga pemimpin utama ini hingga hari ini masih ada di Talang Mamak. Irasan dan Rapan adalah dua di antaranya. Secara adat, Sagaf tak tidak bisa langsung berhubungan dengan kedua batin. Sagaf mesti menghadap dulu kepada Batin Gundok, kepala Kebatinan di Ampang Delapan. Agak rumit pada mulanya memahami struktur kebatinan di Talang Mamak. Saya dihadapkan pada minimnya sumber literasi yang menjelaskan hubungan adat dan istiadat orang Talang Mamak. Tak berapa lama di rumah Sagaf, kami beranjak ke rumah Batin Gundok. Sagaf mengatarkan saya. Kami menuruni tangga kecil di depan pintu rumah Sagaf. Sambil menuruni tangga, Sagaf tampak tersenyum kecil. Dia agaknya memerhatikan tubuh saya yang gamang ketika menuruni tangga. Anak tangga di rumah Sagaf terbuat dari kayu bulat berdiameter sekitar 20 sentimeter. Pada bagian injakan kaki, Sagaf menoreh kayu hingga membentuk tangga kecil mirip torehan anak tangga yang ada di pohon kelapa. Rumah Sagaf sendiri merupakan rumah kayu persegi seukuran 12 kali 9 meter per segi. Tapak rumah dibuat agak tinggi dari tanah, sekitar setengah meter. Tapak rumah semacam itu – yang ditinggikan dari permukaan tanah – jamak ada di Talang Mamak. Dugaan saya, struktur rumah yang ditinggikan itu merupakan kebiasaan yang sudah ada sejak lama. Hal tersebut dikonfirmasi Batin Rapan. Menurut dia, rumah orang Talang Mamak memang didisain lebih tinggi dari tanah. Seperti kebanyakan rumah para peladang, lantai yang ditinggikan dari tanah berfungsi sebagai gudang dan menghindarkan diri dari serangan binatang buas. Tapi kini pondasi rumah yang ditinggikan bukan lagi berfungsi serupa. Di 4 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 4



4/14/2020 1:43:16 PM



beberapa tempat, kolong rumah justru berfungsi sebagai kandang ayam. Kedatangan saya ke rumah Gundok sebetulnya ingin mengonfirmasi banyak hal berkait dengan adat, budaya dan ancaman yang ada di hadapan orang Talang Mamak. Ada banyak kisah bertebaran di lapangan. Saya masih dirundung penasaran dengan kisah-kisah orang Talang Mamak. Namun, saya mencoba kembali ke masa lalu. Pada 1930, seorang asisten residen Belanda bernama V. Obdeyn menceritakan tentang Langkah Lama. Dari penelusuran saya, Obdeyn tinggal di sekitar Japura atau Rengat selama beberapa waktu sebelum akhirnya menuliskan catatan bertajuk De langkah lama der orang Mamak van Indragiri. Catatan itu dipublikasikan dalam sebuah jurnal terbitan Masyarakat Seni dan Sains Kerajaan Bataviaasch di Jakarta (Batavia) tahun 1930. Obdeyn sendiri menyelesaikan tulisannya pada Februari di tahun yang sama. Dengan kemampuan Bahasa Belanda nol, saya memanfaatkan teknologi untuk memahami catatan Obdeyn. Obdeyn dalam catatan pembukanya mengatakan Langkah Lama berarti kembali ke awal adat dan kebiasaan, adat Talang Mamak yang masih sangat 5 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 5



4/14/2020 1:43:16 PM



terikat hingga kini. Orang Talang Mamak berjuang mempertahankan itu dari pengaruh Islam dan Sultan. Bila Talang Mamak dilihat lebih kategoris, mereka dapat dibedakan menjadi kelompok Tiga Balai dan kelompok Bukit Tigapuluh. Kelompok Tiga Balai dikaitkan dengan pengertian pusat populasi dan kebudayaan Talang Mamak, sementara kelompok Bukit Tigapuluh lebih dikaitkan dengan daerah perluasan pemukiman serta isu hutan dalam konteks Taman Nasional Bukit Tigapuluh saat ini. Pemukiman Talang Mamak di Bukit Tigapuluh dapat dipandang sebagai pemukiman satelit dimana penduduk tetap merujuk dirinya ke Tiga Balai sebagai asal muasal penyebaran mereka.2 Saya sesungguhnya masih dilanda kebingungan ketika mulai mengkategorikan, siapa Talang Mamak sesungguhnya? Apa yang disampaikan oleh Kurniawan dan Marahalim Siagian dalam risetnya agak mencengangkan. Karena kategori ini dibuat berdasarkan wilayah, dalam artian sebagai pusat populasi dan kebudayaan. Sementara, peneliti terdahulu, William Singletone ,3 justru menyarankan agar melihat hubungan ekonomi kelompok-kelompok non muslim dalam konteks budaya non muslim yang terisolasi di kedua sisi selat Malaka, termasuk wilayah Sumatera dan Malaysia. Talang Mamak, memiliki hubungan sejarah pembayaran upeti kepada kerajaan yang mengayomi mereka. Dalam konteks ini, kerajaan tersebut adalah kerajaan Indragiri. Singletone memfokuskan penelitian pada kelompok Tiga Balai dan hubungannya dengan Kerajaan. Pemahaman mendalam terkait konteks ini, menurut Singletone sangat menarik jika ditilik dari hubungannya dengan Malaysia dan Minangkabau 2 Kurniawan dan Marahalim Siagian, dalam Komunitas Talang Mamak di Tiga Balai dan Batang Gangsal Indragiri Hulu, hasil penelitian lapangan yang didukung KKI Warsi tahun 2013. 3 William Singletone, dalam Old Ways-New Ways: Talang Mamak of Tiga Balai, Indragiri Hulu, Sumatra. University of St. Andrews, Inggris, 1998.



6 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 6



4/14/2020 1:43:16 PM



yang memperkenalkan Negara-serikat yang modern. Tapi saya tentu tak menyentuh ranah yang dia sebutkan itu. Gundok membenarkan, saban tahun, orang Talang Mamak membayar kepada Raja Indragiri berupa hasil bumi dan beras. Baginya, pembayaran ini bukan dimaksudkan untuk membayar upeti, tapi lebih pada penyelarasan hubungan alam manusia dengan alam gaib, dalam hal ini Allah, Tuhan Yang Maha Esa. “Kami datang kepada Raja dua kali setahun, pada lebaran Idul Fitri dan Lebaran Idul Adha. Biasanya yang datang adalah Patih Durian Cacar, Batin Talang Perigi dan Batin Talang Parit,” ungkapnya. Hubungan antara kedua Batin dan Patih ini akan dijelaskan pada bagian yang lain. Tapi setidaknya, sebagai pengantar, ketiganya merupakan pemangku adat tertinggi di Talang Mamak. Dalam perjalanan saya, saya justru tertarik menilik pergeseran yang terjadi di Talang Mamak berkait pengelolaan sumber daya alam serta introduksi kepentingan ekonomi di dalam struktur budayanya. Hal ini tentu penuh dengan dinamika dan menarik jika dihubungkan dengan kondisi mutakhir orang Talang Mamak. Saya menyampaikan maksud itu kepada Gundok. Dia sedikit bingung dengan penjelasan saya. Apapun itu, intinya saya ingin sekali belajar pada orang Talang Mamak berhubungan dengan sejarahnya, adat istiadat, sistem kepercayaan serta ancaman atas eksistensi mereka. Supaya bisa fokus, di awal ini saya mencoba memberi batasan wilayah adat orang Talang Mamak. Dalam konteks ini, saya tidak atau belum menyentuh komunitas Talang Mamak yang ada di Bukit Tigapuluh seperti yang diungkap Kurniawan dan Marahalim Siagian. Lantas, saya coba mendeliniasi wilayah pemahaman saya pada wilayah Tiga 7 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 7



4/14/2020 1:43:16 PM



Balai yang disampaikan oleh Singletone. Tapi, lagi-lagi saya tak menemukan deliniasi yang tepat. Bahkan, dalam penelusuran lapangan yang saya lakukan, orang Talang Mamak sendiri masih belum mampu memberikan definisi yang tepat atas diri mereka dan wilayahnya. Informasi yang berkembang justru ada yang bertolak belakang. Saya senang ketika Gilung datang mengonfirmasi. Menurut dia, yang disebut Tiga Balai adalah Balai di Benuawan yang berada di Talang Parit, Balai di Tariang Tiang Raya yang berlokasi di Talang Kedabu dan Balai Kuala Sungai Limau di Sungai Limau. “Saya sudah tanyakan kepada Batin di Talang Parit. Tiga Balai adalah balai yang berada di wilayah yang saya sebutkan tadi,” kata Gilung. Sementara, dari catatan Singletone, saya menangkap yang dimaksud dengan Tiga Balai adalah wilayah-wilayah dalam kekuasaan Raja Indragiri, yakni: Talang Durian Cacar, Talang Parit, Talang Perigi, Talang Kedabu, Talang Tujuah Buah Tangga, Talang Jerinjing, Talang Selantai, dan Talang Sungai Limau. Saya kebingungan dengan Talang Selantai yang dimaksud Singletone. Gilung menginformasikan, yang dimaksud Talang Selantai adalah wilayah yang kini disebut Desa Talang Selantai yang berbatasan dengan Desa Durian Cacar. Menurutnya, orang Talang Selantai sudah tidak mau lagi disebut sebagai orang Talang Mamak. Alasannya, mereka sekarang adalah penganut agama Islam, berbeda dengan kepercayaan Langkah Lama yang diyakini sebagai kepercayaan asli orang Talang Mamak. Baiklah, di titik ini sudah sedikit ada gambaran tentang wilayah umum Talang Mamak. Saya fokus saja mengulik catatan tersisa di Payung Tiga Sekaki. Tapi sejujurnya, hal ini mesti diperdalam agar entitas orang Talang Mamak menemui titik temu. Catatan yang dikemukan Singletone penting menjadi rujukan, terutama kaitannya dengan kerajaan Indragiri.



8 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 8



4/14/2020 1:43:16 PM



Kendati begitu, saya mendapat sedikit informasi tentang wilayah Tiga Balai dalam versi yang lain. Berbeda dengan versi yang diungkap Gilung sebelumnya. Menurut sumber informasi itu, Tiga Balai adalah wilayah yang mula-mula didatangi pendiri Talang Mamak, yakni Patih Nang Betiga, anak dari Patih Nang Sabatang. Wilayah itu adalah Talang Sungai Limau. Tiga Balai ada di wilayah Sungai Limau sebagai wilayah awal perkembangan orang Talang Mamak. Dari sini, terjadi perkembangan manusia hingga masing-masing anak mendirikan wilayah kekuasaannya sendiri, yakni: Talang Parit, Talang Perigi dan Talang Durian Cacar. Selanjutnya, Obdeyn memberi keterangan tentang Suku Nan Anam yang berlokasi di Durian Cacar (pemukiman utama, kepala adat orang Talang Mamak bergelar Toe'/Datuk Patih), Talang Parit, Talang Perigi, Talang Kedabu, Talang Sungai Limau dan Talang Selantai. Masing-masing pemukiman dipimpin oleh seorang kepala yang disebut Penghulu atau Batin. Talang Perigi, Talang Parit dan Durian Cacar berfungsi sebagai ibu-kampung. Sementara Talang Kedabu, Talang Selantai dan Sungai Limau sebagai anak kampung. Wilayah ini juga dikenal dengan sebutan anam (enam) suku atau suku nang anam. “Walau bagaimanapun mereka dipimpin oleh Toe’ (datuk) Patih. Orang mengatakan tentang suku nan anam juga sebagai suku tiga balai, ” kata Obdeyn.4 Suku, dalam terminologi orang Talang Mamak adalah keturunan yang berbasis wilayah tempat tinggal. Sebagaimana diungkap Gundok, suku di Talang Mamak tidak dihitung berbasis garis keturunan, tapi dihitung berdasarkan daerah tempat tinggal. Dalam hal ini, suku nang anam adalah suku yang tersebar di 6 wilayah yang disebutkan sebagai ibu dan anak kampung.



4



Obdeyn, V. De langkah lama der orang Mamak van Indragiri / V. Obdeyn. Weltevreden :: [s.n.],, 1930



9 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 9



4/14/2020 1:43:16 PM



Mulanya, informasi tentang Batin dan Kebatinan cukup membingungkan. Saya dibingungkan dengan penyebutan Batin. Satu ketika, orang Talang Mamak yang saya temui menyebut Batin sebagai satuan wilayah adat. Baiklah, kata saya. Tapi di ketika lain, mereka juga menyebut Batin untuk menyebutkan nama gelar pemimpin adat tertinggi di wilayah itu. Cukup lama saya meresapi info ini. Pada akhirnya saya pahami, bahwa Batin adalah jabatan orang yang memimpin wilayah adat. Sementara Kebatinan saya simpulkan sebagai wilayah adat itu sendiri, banyak juga yang menyebutnya luak batin. Misalnya: Batin Gundok memimpin Kebatinan Ampang Delapan, atau Batin Irasan yang memimpin Kebatinan Talang Parit. Begitu pula yang lain. “Di beberapa tempat, Batin diganti namanya menjadi Ria, ada pula yang dipanggil Muncak,” kata Gundok. Ya, saya mengerti sekarang. Tapi menilik lebih jauh tentang struktur Pemerintahan Adat Kebatinan menjadi tantangan tersendiri. Saya dihadapkan pada berbagai informasi yang saling tumpang tindih. Beberapa informasi bahkan tampak samar dan absurd. Namun baiklah, mari kita mulai petualangan ini.



10 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 10



4/14/2020 1:43:16 PM



Hierarki Penata Teritori Di rumah Batin Gundok, Sagaf menyampaikan pengantar melalui pepatah adat. Saya tak begitu paham yang dia ucapkan, tapi secara keseluruhan saya memahami, Sagaf sedang bertemu dengan pucuk pimpinannya. Gundok tersenyum, dia membalas pengantar Sagaf. Lagi dengan pantun dan pepatah yang sulit dimengerti. Intinya, Gundok menyampaikan bahwa dia dan keluarganya sangat senang menerima saya sebagai tamu mereka. Saya berpelukan dengan Gundok. Kami pernah bertemu beberapa kali dalam kesempatan lain. Namun baru kali ini saya punya kesempatan menyambangi rumahnya. Saya berbasa-basi, menanyakan kabar keluarga dan kesehariannya. Gundok tampak senang. Kami lantas berbicara tentang jauhnya perjalanan yang harus saya tempuh. Dari Pekanbaru, Rengat mencapai jarak lebih dari 200 kilometer. Dari Rengat, saya harus menempuh jalan aspal bagus menuju Belilas, lalu melewati pusat Kecamatan Rakit Kulim sebelum singgah di rumah Sagaf dan sampai di rumah Batin Gundok. Dia tersenyum. Ya, jawabnya, jalanan di sini tidak sama seperti di kota yang beraspal hitam. Di Ampang Delapan, jalan tanah kuning yang dikeraskan sudah sangat menguntungkan. Berkait jalan, saya dan Gundok menyambangi Hutan Adat Durian Di Rawang beberapa kilometer dari rumahnya beberapa hari kemudian. Dalam perjalanan kami menuju hutan adat, saya mendapati bahwa jalan di kampung Gundok memang mestinya menjadi isu utama. Betapa tidak, tak satupun jalan yang kami lewati yang tersentuh pengerasan jalan. Bahkan tak juga kerikil. Yang ada hanyalah bekas rambahan dan pembukaan jalan baru. Sama sekali belum ada pengerasan.



11 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 11



4/14/2020 1:43:16 PM



Kami berhenti di beberapa titik. Hujan dan air limpasan agaknya telah menyeret tanah sehingga membentuk lubang menganga. Beruntung karena saya membawa kendaraan lapangan Land Rover. Jadi tak banyak kendala di jalan. Sahabat saya, Otoy, mengendalikan mesin tua keluaran tahun 1981 itu dengan lincah. Kembali ke rumah Gundok, dia masih bercerita tentang pertemuan terakhir kami. Saya menangkap kesan, Gundok adalah seorang yang cerdas. Dia bisa mengingat detil pembicaraan kami tentang janji saya untuk datang ke kampungnya. “Untung di antar Sagaf. Kalau tidak, mungkin tidak saya terima,” canda Gundok. Sagaf tersenyum. Dia menimpali, kalau tidak, mungkin bisa kena usir. Kami tertawa bersama. Tapi saya masih mencoba menyesuaikan gelombang pembicaraan. Sagaf beberapa kali menyela pembicaraan itu dengan sikap hormat. Pada akhirnya, Sagaf pamit pulang karena hari telah menjelang petang. Dia meninggalkan saya dan Otoy di rumah Gundok. Istri Gundok tersenyum bersama seorang anaknya. Kami melepas kepergian Sagaf. Rumah Gundok, agak mirip rumah Sagaf di bagian dalam. Hanya ada sebuah ruangan besar seukuran sembilan kali sembilan meter per segi. Rumah itu dilengkapi sebuah beranda yang terletak persis di depan pintu masuk. Di sebelah dalam, ada sebuah ruang tak bersekat berukuran tiga kali sembilan meter per segi. Ruang itu hanya dibatasi sebuah balok kayu yang posisinya lebih tinggi sekitar sepuluh senti meter dari lantai. “Ini balok pembatas,” kata Gundok. Ruangan yang dibatasi balok itu hanya boleh ditempati oleh kaum lakilaki. Saya memerhatikan sepanjang tinggal di rumahnya, tak sekalipun istri 12 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 12



4/14/2020 1:43:17 PM



Gundok melewati batas itu untuk duduk bersama kami. Kalaupun kami tengah berdiskusi, istrinya memilih untuk duduk di bagian belakang yang dekat dengan sebuah kamar, atau duduk di posisi yang dekat dengan pintu belakang. Menurut Gundok, orang Talang Mamak kerap berkumpul malam hari. Biasanya pembicaraan seputar adat dilakukan di rumah batin. Dan, hanya ruang depan yang dibatasi balok kayu itu yang digunakan untuk duduk. Perempuan tak pernah duduk di dalam ruang berpembatas itu. Saya beruntung karena diantarkan oleh Sagaf. Kendati saya sesungguhnya menuai janji dengan Gundok untuk bertandang ke rumahnya. Tapi secara adat, saya tidak mungkin datang sendiri langsung ke rumah Gundok. Gilung telah mengatur supaya saya diantarkan oleh Sagaf, kakaknya. Mengapa Sagaf ? Karena dalam struktur Kebatinan Adat Ampang Delapan, Sagaf menjabat sebagai Pemangku atau Mangku, posisinya persis di bawah Batin. Saya mungkin saja diantarakan oleh Ketuha Adat ke rumah Batin Gundok, tapi Gilung beranggapan bahwa akan lebih baik saya diantar langsung oleh Pemangku. Begitulah. Orang Talang Mamak hidup dalam hierarki kepemimpinan oligarki5 yang kuat. Mungkin bila mana saya tidak diantarkan Sagaf, pembicaraan dengan Gundok akan berlangsung kering dan tertutup. Artinya, akan sulit menggali informasi tentang masalah yang berkaitan dengan adat. Gundok mengonfirmasi hal tersebut. Menurutnya, segala sesuatu yang dibawa bawahannya – Mangku atau Manti – adalah hal yang bersifat final. Jikapun ada pertimbangan lain, itu adalah hak prerogatif dirinya sebagai Batin.



5



Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu. Sementara istilah oligarki mengandung pengertian sebentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya secara efektif dipegang oleh kelompok elit kecil dari masyarakat, baik dibedakan menurut kekayaan, keluarga, atau militer.



13 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 13



4/14/2020 1:43:17 PM



Demikian pula halnya dengan struktur di bawah Mangku atau Manti, Ketuha Adat datang pada Mangku dan Manti setelah semua urusan diselesaikan. Jikapun ada yang belum beres, maka Mangku atau Manti akan membantu menyelesaikan sebelum dibawa ke tingkat Batin. “Kami para Batin hanya menerima buah masak,” katanya berkias. Saya dan Gundok terlibat pembicaraan panjang dan serius. Struktur Kebatinan yang disampaikan Gundok saya konfirmasi ke beberapa Batin lain guna mendapat masukan. Gambar di bawah ini akan membantu menjelaskan posisi Gundok sebagai Batin, berikut perangkat adat yang ada di bawahnya. Ba�n Dukun Kemantan



Mangku



Tukang Orang Pandai



Bidan



Man� Ketuha Adat Anak/Bapak



Anak/Bapak



Ketuha Adat Anak/Bapak



Ketuha Adat Anak/Bapak



Anak/Bapak



Anak/Bapak



Ketuha Adat Anak/Bapak



Anak/Bapak



Masyarakat Adat di Lingkungan Keba�nan Di beberapa Keba�nan, Jabatan ini �dak ada. Ba�n langsung berhubungan dengan Mangku, dari Mangku lantas turun ke Ketuha Adat Khusus di Sungai Jirak �dak ada is�lah Ba�n, tapi pimpinan ter�ngginya bergelar Man�. Di beberapa Keba�nan, isi�lah Ba�n digan� Mucak (Wilayah Talang Tenaku), Dubalang (Wilayah Anak Talang), Ria (Wilayah Dua Puluh Patar dan Wilayah Belimbing), dan Man� (Wilayah Sungai Jirak)



Sumber: 1. Dokumen-Dokumen dan Diskusi dengan AMAN INHU (Januari-Februari 2020) 2. Serial Diskusi dengan Ba�n Sungai Limau, Ba�n Ampang Delapan, Ba�n Talang Perigi, Talang Parit, Ba�n Pejangki dan Ba�n Pring Jaya (Januari-Februari 2020)



Bagi Gundok, struktur kepemimpinan adat di wilayahnya memberikan keleluasaan bagi para pemimpin di bawah Batin untuk mengembangkan 14 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 14



4/14/2020 1:43:17 PM



pertimbangan-pertimbangan yang arif dan adil. Dia percaya, para pengisi struktur pemerintahan batin itu memudahkan pengambilan keputusan. Karena tidak semua persoalan akan sampai ke tangan Batin, kecuali untuk persoalan-persoalan pelik yang membutuhkan penerawangan lebih lanjut. Penerawangan, saya ingin sedikit berbagi soal ini. Penerawangan dalam pengertian bebas berarti sesuatu yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat masa depan. Ini agak mirip dengan ramalan, tapi terawangan sepertinya bersifat lebih magis. Ya, Gundok membenarkan. Penerawangan yang dia lakukan adalah untuk meminta pendapat arwah leluhurnya. Setidaknya, sedikit bocoran untuk masa depan dari keputusan yang dia ambil. “Orang Talang Mamak, hidup dalam tuntunan arwah leluhur. Kami percaya leluhur kami terus membantu,” kata Gundok. Batin, lanjut dia, dibantu oleh dukun dan orang pintar yang akan menerawang dampak dari berbagai keputusan yang akan dia ambil. Dukun dan orang pintar memiliki kemampuan untuk menelisik masa depan. Dengan itu, Gundok merasa percaya diri memutuskan berbagai macam hal yang sampai ke rumahnya. Ketuha Adat diangkat oleh masyarakat berbasis keluarga tertentu. Mereka memimpin para Anak/Bapak. Kelompok ini disebut dengan Ninik Mamak. Ninik Mamak adalah para pewaris dari keluarga-keluarga tertentu yang memiliki hubungan darah dan kekerabatan sangat dekat. Lagi, ini sedikit ada persamaan dengan fungsi Ninik Mamak di Minangkabau. Ninik Mamak di Mingkabau adalah sekumpulan orang yang memiliki hak pengambilan keputusan bersama dalam keluarga. Para Ninik Mamak biasanya dipimpin seorang Datuk. Kecuali itu, di Batang Tinaku agak berbeda. Pimpinan tertinggi disebut 15 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 15



4/14/2020 1:43:17 PM



Muncak. Di bawahnya ada Mangku dan Manti. Ada juga dukun sebagai pembantu Muncak. Sementara Anak Bapak dan Ketuha Adat tidak ada, digantikan dengan Ninik Mamak. Masing-masing Batin, menginduk pada salah satu Batin yang termasuk dalam Payung Tiga Sekaki. Gundok sendiri menginduk pada Patih Durian Cacar. Diskusi kami terus berkembang. Kadang saya melipir menanyakan keseharian Gundok. Kami terus mencoba mengakrabkan diri satu sama lain. Otoy terlibat pembicaraan ini dengan seru. Dia juga mengisahkan perjalanan orang tuanya ke Talang Mamak di zaman dulu. Menurut Otoy, kisah perjalanan orang tuanya itu telah menjadi inspirasi tersendiri buat dirinya. Pada akhirnya kami lelah. Tikar pandan yang telah membentang sebagai alas duduk kini telah berubah menjadi alas punggung. Kami merebahkan diri dalam lamun ketika malam menyergap.



16 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 16



4/14/2020 1:43:17 PM



Keturunan Patih Nang Sabatang Saya melewati beberapa hari di rumah Gundok. Kami kerap berdiskusi tentang kepemimpinan adat. Menurut Gundok, kepemimpinan adat, seperti yang diuraikan sebelumnya, memang dipimpin oleh Tiga Payung Sekaki, yakni: Batin Talang Parit, Batin Talang Perigi dan Patih Durian Cacar. Dulunya, kisah Gundok, orang Talang Mamak berkembang dari ayah yang berasal dari Minangkabau. Orang Talang Mamak menyebutnya Patih Nang Sabatang. Di Talang Mamak, Patih Nang Sabatang memiliki tiga orang anak. Tiga anak itulah yang lantas berkembang menjadi orang Talang Mamak. Mereka dikenal dengan sebutan Patih Nang Betiga. Patih Nang Betiga lantas dikenal dengan Payung Tiga Sekaki. Mereka adalah para patih yang berkedudukan di Durian Cacar, Talang Perigi dan Talang Parit. Patih Durian Cacar dikenal dengan Patih Sebunga, Patih Talang Perigi dikenal dengan sebutan Patih Sebesi dan Patih Talang Parit dikenal dengan sebutan Patih Kelopak. Ketiganya menunjukkan tingkatan mulai dari anak termuda hingga yang paling tua. Menurut Gundok, pendahulunya di Talang Mamak memercayai bahwa Patih Sebunga adalah anak yang paling muda dan Patih Kelopak adalah anak yang paling tua. Ketiga anak Patih Nang Sabatang lantas menduduki wilayahnya masing-masing. Rapan, di Talang Perigi mengakui bahwa keturunan orang Talang Mamak berasal dari ayah orang Minangkabau. Kedekatan pertalian darah ini membuat sebagian besar adat istiadat orang Talang Mamak memiliki kemiripan dengan adat istiadat orang Minangkabau. Dalam Tambo Adat Minangkabau, Patih Nang Sabatang dikenal dengan sebutan Parpatih Nan Sabatang. Selain itu, di Minangkabau juga dikenal adanya Parpatih Ketemanggungan. Kedua Parpatih ini lantas memiliki



17 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 17



4/14/2020 1:43:17 PM



keturunan dan membentuk adat istiadat sendiri. “Kalau ibu berasal dari keturunan Arab, bernama Putri Indah Jalilah,” tandas Rapan. Sejauh ini, belum terkonfirmasi keturunan orang Talang Mamak dari garis ibu. Kecuali apa yang disebutkan Rapan, ada pula yang menyebut ibu orang Talang Mamak berasal dari Johor, sebagian lagi mengatakan dari Malaka. Salah satu catatan mutakhir menyebut: Patih Nang Sabatang menikahi Putri Indah Jalilah, anak Raja Langka (sekarang di Johor, Malaysia) dan cucu anak Adam-Hawa yang bungsu. Dengan demikian Patih Nang Sabatang menikahi keponakannya sendiri .6 Kembali pada Payung Tiga Sekaki, dua di antaranya kemudian dikenal dengan sebutan Batin, sementara di Durian Cacar, pemerintahan adat masih dikepalai oleh Patih. Tak ada penjelasan perubahan itu. Saya mencoba mengonfirmasi sejarah itu kepada literatur tertulis, juga tidak ditemukan. Saya bahkan menemui Batin Talang Parit, Irasan, juga tak ada informasi. Saya juga tak menjumpai informasi itu dari Rapan, Batin Talang Perigi. Menurut mereka, perubahan itu sudah terjadi sejak lama. Budaya oral orang Talang Mamak tidak merekam oleh siapa dan kapan perubahan nama itu terjadi. Dongeng sejarah yang saya dengar dari beberapa sumber informasi menyebut ada tiga versi sejarah perubahan nama tersebut. Versi pertama mengisahkan pertemuan Patih Sebunga (Patih Durian Cacar) dengan Datu Bagigi Tunggal. Sang Datu kemudian merubah nama gelar untuk Patih Kelopak dan Patih Sebesi menjadi Batin, tapi tidak merubah penyebutan 6



Akhwan Binawan , Budy Utamy, Gilung, Muntaza dan Pengurus Daerah AMAN INHU, dalam Identitas Orang Talang Mamak Dan Wilayah Adatnya, dipublikasikan AMAN INHU tahun 2015.



18 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 18



4/14/2020 1:43:17 PM



untuk Patih Sebunga. Kendati Patih Sebunga adalah saudara yang paling kecil, tapi Datu Bagigi Tunggal memercayai bahwa kepercayaan Langkah Lama akan terus dipertahankan oleh Sang Adik. Beberapa kali istilah Langkah Lama muncul dalam catatan ini. Saya akan menjelaskan Langkah Lama dalam catatan tersendiri. Versi kedua menyebut, gelar Patih Sebunga tidak diganti karena telah dimandatkan oleh ayah mereka, Patih Nang Sabatang. Menurut sumber itu, Patih Nang Sabatang memerintahkan dua anak pertamanya menjadi Batin dan menetapkan gelar Patih bagi anak bungsunya itu. Sumber informasi ini tidak menyebutkan alasan peruahan nama yang dilakukan Patih Nang Sabatang. Sumber ini hanya menyebut bahwa kejadian itu sudah berlalu dan tidak ada pertinggal yang dituliskan. Versi ketiga menyebut perubahan ini berkait dengan keinginan Raja Indragiri menangkap gajah putih. Raja telah meminta Patih Sebesi dan Patih Kelopak mencari dan menangkap gajah putih. Keduanya lantas menunaikan perintah Raja. Di dalam hutan, keduanya berhasil menangkap gajah putih. Gajah itu masuk ke dalam lubang perangkap. Agar gajah tak lari, maka lubang itu ditutup dengan kain bewarna kuning dan hitam. Patih Sebesi dan Patih Kelopak kembali ke kampungnya masing-masing. Mereka memberitakan kepada Raja bahwa gajah putih telah ditangkap dan sekarang berada dalam lubang bertutup kain kuning dan hitam. Namun ketika Raja mendatangi lubang dimaksud, Raja mendapati lubang itu kosong, tidak ada gajah putih. Sementara kain penutup bewarna kuning dan hitam masih berada pada tempatnya, bahkan tidak menunjukkan tanda kerusakan. Gajah itu telah melarikan diri secara ajaib. Hal ini membuat Raja marah. Kemarahan Raja membuat Patih Sebesi dan Patih Kelopak tak lagi 19 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 19



4/14/2020 1:43:17 PM



menyandang gelar Patih, mereka menjadi Batin. Terlepas dari berbagai versi itu, Ketiga Patih, lanjut Gundok, memiliki anak dan keturunan. Keturunan mereka menyebar sepanjang wilayah adat orang Talang Mamak yang kini dikenal sebagai Kabupaten Indragiri Hulu. Sebagian lagi mereka telah bermigrasi hingga ke Kabupaten Tebo di Jambi. Keturunan Patih Durian Cacar, lanjutnya, menyebar hingga ke Batang Tenaku, Rantau Langsat, Dinala Pasak Melintang, Tujuh Buah Tangga, Ampang Delapan dan Anak Talang. Sementara itu, keturunan Batin Talang Perigi menyebar hingga ke Kedabu, Pembubung, Talang Siambul dan Dua Puluh Patar. Keturunan Batin Talang Parit menyebar melewati wilayahwilayah Talang Jerinjing, Talang Sungai Limau, Muke Muke, Belimbing dan Sungai Jirak. Masing-masing wilayah kemudian membentuk pemerintahan adat sendiri. Karena kebutuhan akan ruang semakin meningkat, masing-masing kebatinan memperluas wilayah pemerintahan adatnya. Penyebaran ini dilakukan oleh anak keturunan selanjutnya, yakni para cicit dari Payung Tiga Sekaki. Di Batang Tenaku, wilayah adat meluas hingga ke wilayah Sipang dan Alim. Di Rantau Langsat meluas hingga ke wilayah Talang Lakat dan Usul. Semuanya berada dalam satuan struktur adat di bawah kepemimpinan Patih Durian Cacar Sementara itu, pada pemerintahan Kebatinan Talang Perigi, penyebaran wilayah dilakukan hingga Pembubung dan Talang Siambul. Dari Pembubung, muncul dua kebatinan lain, yakni di wilayah Menggayahan dan Tenaku Kecik. Dan dari Talang Siambul menyebar ke wilayah Ringin dan Lemang. Pada Kebatinan Talang Parit juga terjadi perluasan wilayah kebatinan. Kebatinan Muke Muke menyebar hingga ke Pejangki dan Belingan. Ditambah dengan perluasan Kebatinan Belimbing ke wilayah Siberida.



20 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 20



4/14/2020 1:43:17 PM



TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 21



Ba�n Sipang



Ba�n Alim



Ba�n Rantau Langsat



Ba�n Talang Lakat



Ba�n Dinala Pasak Melintang



Garis penghubung Adat Talang Mamak dengan Syarak (Agama)



Garis Komando Berdasar keturunan yang menjunjung �nggi curaian dan sejarah



Muncak Batang Tenaku



Ba�n Pring Jaya



Ba�n Ampang Delapan Dubalang Anak Talang



Ba�n Menggayahan



Ba�n Kedabu



Ba�n Tenaku Kecik



Ba�n Pembubung



Ba�n Talang Perigi



Ba�n Ringin



Ba�n Talang Siambul



Ba�n Lemang



Ria Dua Puluh Patar



Ba�n Pejangki



Ba�n Talang Jerinjing



Ba�n Beligan



Ba�n Talang Sungai Limau (Ada 3 Keba�nan)



Ba�n Muke Muke



Ba�n Talang Parit



Masyarakat Talang Mamak



Belum diperjelas info tentang keba�nannya



Proses Pemetaan



Sudah dipetakan



Belum dipetakan



Tiga Balai



Man� Sungai Jirak



Ba�n Siberida



Ria Belimbing



Catatan: 1. Didalam struktur hanya disebutkan nama Keba�nan merujuk pada sejarah dan keturunan orang Talang Mamak, �dak menyebut nama orang secara spesifik 2. Merujuk pada kondisi hari ini (bersumber dari Ba�n-Ba�n, perangkat Ba�n, AMAN INHU, dan Pewaris Kerajaan Indragiri), maka struktur ini harus dilengkapi dengan nama orang yang menjabat sesuai dengan Curaian, sejarah dan besluit Raja. Hal ini memerlukan upaya lebih lanjut melalui konsolidasi Masyarakat Adat Talang Mamak.



Sumber: 1. Dokumen-Dokumen dan Diskusi denganAMAN INHU (Januari-Februari 2020) 2. Serial Diskusi Ba�n Sungai Limau, Ba�n Ampang Delapan, Ba�n Talang Perigi, Ba�n Talang Parit, Ba�n Pejangki dan Ba�n Pring Jaya (Januari-Februari 2020)



STRUKTUR KEBATINAN MASYARAKAT ADAT TALANG MAMAK



Ba�n Usul



Ba�n Talang Tujuh Buah Tangga



Pa�h Durian Cacar



RAJA INDRAGIRI



Selengkapnya, struktur Kebatinan dapat dijelaskan melalui gambar di bawah ini.



21



4/14/2020 1:43:17 PM



Pertanyaan pertama yang mungkin muncul adalah, mengapa ada Raja Indragiri dalam struktur tersebut? Hal ini akan dijelaskan nanti. Struktur Kebatinan Masyarakat Adat Talang Mamak sesungguhnya hanya yang berada dalam kotak bergaris tebal bewarna biru tua. Di dalam kotak itu, terlihat jelas struktur Kebatinan yang merujuk pada silsilah keturunan orang Talang Mamak. “Kami hanya mengakui batin yang menjunjung tinggi garis keturunan, curaian dan sejarah,” ungkap Irasan. Curaian, dalam hal ini adalah penuturan adat yang disampaikan pihakpihak yang berkompeten seperti Batin atau Patih. Curaian adat bukan hanya berisi sejarah keturunan, tapi lebih jauh dari itu, berisi pula petatah petitih yang rumit. Kadang, mencoba mengerti curaian adat Talang Mamak mengharuskan saya mengulang-ulang kembali rekaman suara, atau bertanya ulang pada sumber bersangkutan. Dalam bahasa Indonesia, kata curaian berarti paparan yang sangat jelas, sangat terang. Di Talang Mamak, arti kata curaian lebih dalam, dan mendetil tentang keturunan berikut dengan pantun adat yang rumit.



22 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 22



4/14/2020 1:43:17 PM



Jati Diri Talang Mamak Batin Rapan menanti di rumahnya di Talang Perigi setelah beberapa hari saya bermalam di rumah Batin Gundok. Lagi saya harus melewati jalan tanah kuning yang keras. Jaraknya tak jauh, hanya sekitar 8 kilometer dari Ampang Delapan. Talang Perigi dipisahkan oleh pemukiman yang mulai memadat. Di sepanjang kiri kanan jalan, rumah-rumah sudah banyak yang terbuat dari bahan beton. Kendati begitu, masih banyak dijumpai rumah-rumah terbuat dari kayu, termasuk rumah Batin Rapan. Tapak rumah Rapan tak seperti rumah-rumah di pedalaman. Tapak rumahnya langsung menjejak tanah. Mungkin karena kebetulan karena posisi rumahnya agak tinggi dari kebanyakan rumah warga lainnya. Rumah Rapan berada pada pendakian landai di jalan yang menghubungkan Talang Perigi dengan Simpang Lalak, menuju Air Molek. Di rumahnya, lelaki 83 tahun ini sedang menganyam tikar pandan ketika saya datang. Kami memang sudah terpaut janji. Tapi dia tak menyangka saya datang secepat itu, hari menjelang sore. Padahal, kami berjanji untuk bertemu di malam hari. Dia menerima saya dengan ramah. Sebuah benjolan besar tergantung di lehernya. Itu bekas penyakit gondok, katanya tersenyum. Kami langsung akrab dan saling bertukar candaan. Dia membuka percakapan dengan obrolan ringan tentang sawit. Katanya, harga sawit tak pernah naik. Tandan buah segar hanya dihargai antara 1400 hingga 1600 rupiah per kilogramnya. Pengantar itu terdengar seperti keluhan. Rapan membeberkan keresahan warga jika harga komoditas pertanian terus merosot.



23 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 23



4/14/2020 1:43:17 PM



“Nanti kami makan apa lagi? ‘Kan tanah sudah banyak diambil perusahaan,” ungkap dia. Setelah bicara panjang tentang perasaian orang Talang Mamak, saya memancing Rapan untuk bicara tentang jabatannya sebagai Batin, kepala Pemerintahan Adat di Talang Perigi. Menurut Rapan, dialah satu-satunya orang tertua yang menjabat sebagai Batin. Setidaknya, 34 tahun hidupnya telah didedikasikan menjadi kepala Pemerintahan Adat itu. Rapan juga menjadi bagian dari Payung Tiga Sekaki, bersama dengan Batin Talang Parit dan Patih Durian Cacar. Rapan telah merasakan menjadi Batin dalam era yang berbeda. Mulai dari zaman presiden Soeharto, hingga kini Pemerintahan Presiden Jokowi. Pengalamannya tentu akan sangat bermanfaat guna menilik status Batin yang kini masih dia sandang. Dulu, ungkapnya, di Zaman Soeharto dirinya pernah beberapa kali diundang ke Jakarta. Bertemu menteri untuk membahas kehidupan orang Talang Mamak. Pemerintah Kabupaten memfasilitasi dirinya untuk terlibat pembicaraan di ibukota. “Tapi sampai kini kami masih begini saja,” imbuh Rapan. Menurutnya, pembicaraan tentang persoalan yang menimpa orang Talang Mamak sudah didiskusikan sejak lama. Selain yang berkaitan dengan ekonomi dan sosial, pembicaraan itu juga melibatkan sektor lain seperti pendidikan dan kesehatan. “Termasuk ada pembicaraan tentang pembangunan rumah-rumah untuk orang Talang Mamak,” katanya. Rapan mengurut dada. Mungkin beban sebagai Batin yang lekat di dirinya menambah-nambah berat penderitaan. Bayangkan, selama 34 tahun, dirinya 24 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 24



4/14/2020 1:43:17 PM



menjabat sebagai Batin. Rapan mengaku, belum ada anak muda yang dia lihat mampu menggantikan dirinya. “Ya, mana ada anak muda. Mereka sibuk sendiri. Apalagi yang sudah ke kota, tak mau balik ke sini,” ungkapnya. Kendati menyayangkan kondisi itu, Rapan bertekad akan meneruskan kepemimpinan adat ini hingga suatu saat dia memilih berhenti atau berhenti karena meninggal dunia. Untaian kata Batin Rapan kadang tak terdengar jelas. Saya harus dibantu Gilung untuk memahami apa yang dia sampaikan. Udara lembab malam di rumahnya menguar. Di bagian belakang, para perempuan tampak sibuk menganyam tikar pandan. Tikar pandan, beberapa kali saya sebut dalam catatan ini. Bagi orang Talang Mamak, tikar pandan adalah simbol kerukunan. Pria-wanita, tuamuda, semuanya mampu menganyam tikar pandan. Kecuali untuk kebutuhan sendiri, – sebagai alas duduk, alas tidur dan lainnya – tikar pandan mereka jual atau ditukar dengan barang-barang lain yang memiliki fungsi berbeda. Di beberapa daerah, tikar pandan yang dihasilkan masyarakat seperti orang Talang Mamak ini memang dijual. Hasil penjualan digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga. Ada pula yang ditukar, kebanyakan penukarnya adalah kain atau yang sudah berbentuk pakaian. Sementara Rapan terus melanjutkan kisah-kisah petualangan masa muda. Dia menceritakan pernah melewati jalan di timur Sumatera hingga ke Jawa. Banyak kisah di perjalanan yang membuat dirinya belajar. Tapi dia kembali pulang, mengurus kampung dan berjibaku dengan kegiatan masyarakat. Kisah-kisah terus mengalir sepanjang obrolan kami. Tapi saya sesungguhnya sedang terlena memikirkan kejadian siang tadi, sesaat sebelum saya menjumpai Rapan di rumahnya. 25 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 25



4/14/2020 1:43:17 PM



Di Masjid Al Ikhlas, Talang Perigi, saya berhenti untuk menunaikan sholat Jumat. Keadaan masih sepi ketika saya menumpang untuk mandi dan membereskan perlengkapan yang bertumpuk dalam kendaraan. Beberapa lelaki bersisian dengan saya, kami tersenyum dan mengucap salam. Dalam Islam, tersenyum dan mengucap salam pada orang lain adalah sebuah kebaikan. Dengan tersenyum dan salam, diharapkan pergaulan antar manusia akan terus menjadi baik. Itu saya buktikan ketika menjalankan aktivitas berkemas-kemas di masjid itu, persis sebelum azan7 dikumandangkan. Beberapa lelaki tampak berwudhuk,8 lalu mereka masuk ke masjid dan menunaikan sholat sunnah tahyyatul masjid.9 Sebelum melangkah ke dalam, mereka memberi salam dan tersenyum pada saya. Saya tak mau mengganggu aktivitas ibadah mereka, mungkin nanti kami akan bicara lebih banyak. Seorang di antaranya menemui saya. Setelah melempar seulas senyum dan memberi salam, pria itu bertanya. “Dari mana?” Tanya dia. Saya menjawab sekedarnya, menyebutkan daerah dimana kini saya berdomisili, Pekanbaru. Pria itu tampak lembut, dia juga menanyakan apakah saya sedang dalam keadaan safar?10 Iya, jawab saya ringkas. Saya berada dalam 7



Azan adalah bait-bait kalimat dalam bahasa Arab yang disampaikan dengan keras, berfungsi sebagai penanda masuknya waktu sholat. 8 Wudhuk dalam terminologi Islam adalah proses membersihkan dan mesucikan diri dari kotoran (najis). 9 Tahyyatul masjid adalah sholat yang dikerjakan ketika seseorang memasuki masjid, ditujukan sebagai bentuk persembahan kepada Allah Yang Maha Agung 10 Safar dalam Islam berarti perjalanan. seseorang yang sedang dalam kondisi safar adalah saudara bagi orang muslim lainnya.



26 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 26



4/14/2020 1:43:18 PM



kondisi itu sudah seminggu belakangan. Saya meninggalkan rumah untuk berjumpa dengan kerabat-kerabat di Talang Mamak. Banyak kerabat muslim yang juga saya temui, mereka menyambut saya dengan ramah. Tak jarang ada yang menawarkan makanan atau tempat bermalam. Orang itu kembali tersenyum. Dia menaikkan jempol untuk jenis mobil Land Rover yang saya tumpangi. Kendaraan hebat untuk segala medan, katanya. dia menyilakan saya mandi dan bersiap-siap menjelang sholat Jumat. Orang itu mengucap salam, tersenyum, lantas masuk ke masjid. Saya menjawab salamnya, lalu segera mandi. Karena dalam keadaan ibadah sholat Jumat, kami dilarang bicara. Menyela pembicaraan ketika khatib atau pengkhotbah yang sudah berada di atas mimbar adalah perbuatan terlarang. Saya memandangi pria itu lewat sudut mata. Hal yang sama dia lakukan, kami tersenyum kecil sebelum akhirnya khidmat mendengarkan pengkhotbah. Khotbah siang itu tentang pentingnya tauhid. Tauhid dalam Islam adalah pengakuan atas Keesaan Allah, Sang Pencipta jagat raya. Tak ada sesuatu dan apapun yang menyamai Dia, Penguasa langit dan bumi serta apa yang ada di antaranya. Semua permohonan, doa dan segala bentuk pujian hanyalah milikNya. Siang itu, beberapa orang tampak terkantuk-kantuk mendengar khotbah. Beberapa mencoba menahan kantuk dan tetap fokus mendengar ceramah. Saya duduk persis di hadapan mimbar, memaksa mata saya terus melotot agar tak jatuh dalam lamunan dan tertidur. Ketika Khatib rehat untuk khotbah kedua, beberapa orang tampak ke luar masjid untuk kembali berwudhuk. Mereka yang keluar itu agaknya tertidur saat khotbah berlangsung. Usai semua ritual sholat Jumat, saya beranjak ke luar masjid. Lagi pria itu mendatangi saya. Agaknya dia masih penasaran dengan tujuan saya mendatangi wilayah itu. Lantas kami terlibat obrolan sederhana berkait kendaraan yang saya bawa. Pria itu mengaku sebagai salah satu orang Talang 27 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 27



4/14/2020 1:43:18 PM



Mamak. Dia menjadi mualaf – memeluk agama Islam – sejak 6 tahun terakhir. Sebelumnya, dia adalah salah satu penganut Langkah Lama, kepercayaan asli orang Talang Mamak. Saya mengatakan akan menemui Batin Talang Perigi. Dia agak terperangah. Batin yang mana? tanya dia. Saya kaget mendengar pertanyaan itu. Bagaimana mungkin seorang yang mengaku sebagai orang Talang Mamak tidak mengetahui Batin-nya sendiri? Menurutnya, di Talang Perigi ada 3 orang Batin. Semuanya mengaku paling diakui. Saya tak mau masuk ke pembicaraan itu, saya memfokuskan akan menjumpai batin yang paling tua, Rapan. Dia mengangguk, lantas menujukkan arah menuju rumah Rapan. Informasi soal banyaknya jumlah Batin ini mungkin akan saya tindak lanjuti. Di rumah Batin Rapan, saya berbual-bual hingga larut. Informasi pasca jumatan itu tak segera saya buka padanya. Saya khawatir, informasi itu justru akan membuat Batin Rapan tersinggung atau bahkan tak mau memberikan keterangan lebih lanjut. “Menjadi Batin tidak mudah. Harus ada syarat yang dipenuhi,” cetus Rapan. Pertama, ungkapnya, seorang Batin harus benar-benar mengetahui wilayah adatnya. Pengetahuan Batin tentang wilayah adat tidak terbatas hanya soal batas-batas dan sempadan saja, tapi juga berkait dengan sejarah wilayah adatnya sendiri. “Untuk wilayah adat, Batin mesti paham sejarahnya. Bagaimana daerah tersebut menjadi wilayah adat, siapa pendahulunya dan bagaimana wilayah itu dikelola,” papar Rapan. Kecuali itu, Batin mesti paham sejarah dan silsilah turun temurun. Seorang 28 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 28



4/14/2020 1:43:18 PM



Batin harus memahami dengan pasti silsilahnya. Dengan itu, Batin memiliki pengatahuan yang dalam terkait asal usul para pendahulunya. Hal yang sama juga saya dengar dari Batin Gundok. Dia menjelaskan, asal usul seorang Batin mesti dipahami dengan baik. Dalam konteks ini, gelar Batin diturunkan kepada keponakan, yakni anak lelaki dari saudara perempuan seorang Batin. Misalnya, kini Gundok menjabat sebagai Batin. Anaknya, tak mungkin mewarisi gelar itu. yang paling berhak adalah anak laki-laki dari saudara perempuan Gundok. Atau sepupu Gundok dari saudara perempuan ibunya. Atau bisa juga adik atau kakak lelaki kandung dari Gundok sendiri. Jika tidak ada anak lelaki dari saudara perempuan Gundok, maka gelar itu dapat diturunkan kepada anak lelaki dari sepupu perempuan Gundok dari jalur ibu. Misalnya, Ibu Gundok memiliki saudara perempuan dan saudara perempuannya itu memiliki anak lelaki, maka lelaki itulah yang berhak. “Keturunan Batin harus merujuk pada garis keturunan ibu,” kata Gundok. Batin Rapan mengamini Gundok. Menurutnya, garis keturunan ibu adalah tiang utama penurunan gelar Batin. Tapi di beberapa tempat, hal ini justru sudah mulai luntur. Gelar Batin banyak diperebutkan karena poisisi ini sungguh strategis. Ingatan saya kembali pada Sagaf. Di awal, Sagaf pernah mengungkap sengkarut kehidupan orang Talang Mamak, terutama yang berkait dengan jabatan Batin. Dalam hati saya, ini mungkin akan menjadi biang sengketa berkepanjangan. Mungkin pula ini yang menjadikan Talang Perigi memiliki 3 orang Batin, seperti informasi yang saya terima usai jumatan tadi. “Di beberapa tempat, juga ada Batin ganda. Tergantung siapa yang memiliki pengakuan dan paling dituruti,” kata Gundok.



29 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 29



4/14/2020 1:43:18 PM



Sampai disini saya merenung panjang. Bagaimana mungkin seorang Batin diangkat tanpa memerhatikan garis keturunan itu. Fakta yang saya dapati di lapangan justru mengatakan lain. Beberapa Batin justru diangkat bukan berbasis keturunan, bahkan ada Batin yang diangkat karena justru istrinya yang berdarah keturunan Batin sebelumnya. Apa yang disampaikan Gundok dan Rapan tentunya sebuah ketentuan ideal. Tapi justru di lapangan, penyimpangan sedang terjadi. Tenggorokan saya tercekat mebayangkan itu. Saya mulai bertanya-tanya, apakah sejarah kepemimpinan Batin akan menemui jurang yang dalam? Jika iya, maka orang Talang Mamak sendiri sebagai sebuah entitas adat tentunya akan meredup. Apakah Gundok dan Rapan tahu kejadian itu? Mereka sepakat mengatakan, ya, mereka sangat tahu. Hal serupa juga terkonfirmasi dari Batin Irasan di Talang Parit. Selanjutnya, Rapan mengatakan, seorang Batin mesti memahami hukum adat. Hukum adat yang dia maksud adalah hukum yang mengatur tata cara kehidupan sehari-hari orang Talang Mamak. “Kami mengenal hukuman, kadarnya tahil.11 Ada setahil, dua tahil, tiga tahil, empat tahil dan tujuh tahil,” katanya. Tidak ada penyebutan 5 dan 6. Saya mencoba mendalami mengapa tidak ada penyebutan angka 5 dan 6. Gundok menggeleng, dia tidak tahu. Bahkan ketika pertanyaan serupa saya sampaikan pada Batin Irasan dan Batin Rapan, keduanya juga menjawab tidak tahu.



11 Tahil, adalah penyebutkan untuk kadar hukuman bagi pelanggar adat di Talang Mamak. Ada juga penyebutan dua tahil sepaha atau tiga tahil sepaha. Sepaha maksudnya hukuman itu melebihi dari angka sebelumnya tapi tidak melampaui angka berikutnya. Jadi dua tahil sepaha tentu adalah tingkat hukuman yang melebihi dua tahil tapi tidak melampaui tiga tahil.



30 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 30



4/14/2020 1:43:18 PM



Hukuman setahil, diberlakukan untuk kejahatan ringan. Misalnya pencurian ringan, kata Gundok. Kalau untuk penganiayaan, hukumannya bisa dua tahil bahkan tiga tahil, lanjutnya lagi. “Tujuh tahil adalah hukuman paling berat. Terhukum bisa diancam hukuman diusir dari kampung bahkan hukuman mati,” kata Rapan. Hukuman tujuh tahil berlaku untuk kasus-kasus pembunuhan. Ahli waris korban berhak meminta ganti atas semua panca indera dari korban yang meninggal. Semua penggantian itu ditanggung oleh keluarga terhukum. “Misalnya intan untuk pengganti mata,” tandas Rapan. Kecuali itu, hukuman tujuh tahil juga bisa berlaku untuk orang yang sengaja membunuh pohon kedondong. Terutama pohon kedondong yang masih kecil. Dalam kepercayaan Talang Mamak, kendondong adalah pohon sakral yang disebut berasal dari anak nabi. Semua orang Talang Mamak yang saya jumpai tidak dapat menyebutkan nama nabi yang dimaksud. “Intinya begini, kami percaya bahwa pohon kedondong mulanya tumbuh dari kuburan anak nabi. Zaman dulu kala, ada anak nabi yang meninggal dunia. Anak itu dikuburkan. Tak beberapa hari setelah dikubur, tumbuh pohon kedondong di atas makamnya. Buah kedondong bentuknya dipercaya menggantikan jantung manusia yang telah meninggal dunia,” jelas Gundok. Berkait dengan kepercayaan tentang pohon kedondong itu, Gundok menjelaskan,jika ada orang yang menebang pohon kedondong maka hal itu sama artinya dengan membunuh orang yang telah mati. “Kan yang pertama sudah mati, anak nabi itu. Jadi kalau pohon kedondong dimatikan, itu sama dengan membunuh sesuatu yang hidup kembali, jadi mati dua kali,” tandas dia. Hukuman yang lebih parah akan diterima oleh orang yang justru 31 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 31



4/14/2020 1:43:18 PM



membunuh pohon kedondong yang masih kecil. Menurut Gundok, pohon kedondong yang baru tumbuh adalah cikal-bakal kehidupan. Kalau orang membununya, itu sama artinya dengan membunuh bayi. Hukumannya bisa langsung tujuh tahil! Ada banyak hal berkait hukum adat yang harus dipahami seorang Batin. Gundok menjelaskan secara terperinci tata cara adat nikah-kawin, penyelenggaraan kematian, pengelolaan tanah dan lainnya. Baginya, seorang Batin mesti memahami semua tata cara dan adat istiadat yang berlaku. Kecuali itu, seorang Batin juga disyaratkan harus diangkat dan dinobatkan. Gundok misalnya, pengangkatan dirinya sebagai Batin dilakukan oleh Patih Durian Cacar. Sementara pengangkatan dan penobatan itu juga dihadiri oleh Batin Talang Parit dan Batin Talang Perigi. Mengapa harus Patih Durian Cacar? Tanya saya. Gundok tersenyum, dia mengembalikan memori saya pada struktur Kebatinan. Ampang Delapan, kata Gundok berada di bawah kepemimpinan Patih Durian Cacar. Berbeda kalau yang diangkat dan dinobatkan itu adalah Batin Pembubung, maka yang mengangkat dan menobatkan haruslah Batin Talang Perigi. Dalam penobatan Batin, lanjut Gundok, ada ritual menggantung paohpaoh. Ritual ini dilakukan dengan membaca mantra dan pepatah adat. Rumitnya, mantra dan pepatah adat ini hanya diketahui oleh Batin. Orang lain, bahkan Sagaf yang menjabat sebagai mangku, tidak mengetahui jenis mantra dan bacaan itu. “Bacaannya tidak boleh ditulis. Ini cenderung dirahasiakan dan hanya dibaca oleh orang khusus,” kata Gundok.



Rapan dan Irasan membenarkan Gundok. menyebut mentra dimaksud. Tabu, katanya.



Mereka bahkan tak mau



32 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 32



4/14/2020 1:43:18 PM



Penobatan Batin juga diiringi dengan penanda-tanganan berita acara. Surat itu berisikan keterangan tentang acara penobatan Batin dan para Saksi yang menghadiri acara tersebut. Dugaan saya, berita acara yang dimaksud mungkin saja adalah tata cara baru dalam pengangkatan seorang Batin. Merujuk hukum positif, dokumen ini penting sebagai bagian dari dokumen legal pengangkatan seorang Batin. Rapan mengonfirmasi dugaan saya. Dulu, kata dia, tidak ada berita acara. Berita acara muncul sebagai bentuk penguatan atas hukum adat yang disesuaikan dengan kebutuhan hukum negara. “Penting lagi ada besluit raja,” kata Rapan. Besluit raja adalah semacam surat yang diterbitkan Raja Indragiri. Surat itu menyatakan pengangkatan Batin dimaksud secara resmi. Surat ini ditanda tangani dan memiliki cap dari Raja Indragiri. Lagi, pada titik ini nama Raja muncul untuk kesekian kalinya. Saya membayangkan, kira-kira apa fungsi dan kewenangan raja terhadap komunitas adat Talang Mamak?



33 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 33



4/14/2020 1:43:18 PM



Kepercayaan Langkah Lama Di rumah Batin Rapan, saya memerhatikan gulungan tikar pandan bertumpuk-tumpuk di atas para-para ruang keluarga. Hal yang sama juga saya temui di rumah Gundok dan Sagaf. Agaknya tikar pandan memang telah menjadi kerajinan asli yang diminati. “Kami menggunakannya kalau ada acara adat, atau kalau ada tamu yang datang. Tikar pandan akan digelar sebagai bentuk penghormatan agar orang-orang yang duduk juga merasa dihormati,” kata Rapan. Saya merasakan penghormatan itu ketika datang pertama kali ke rumah Gundok. Istrinya dengan sigap membentangkan tikar, lantas kami duduk di atasnya dan memulai pembicaraan. Di malam hari, saya juga dihadiahi selembar tikar untuk alas tidur. Saya memaksa menggunakan alas tidur bekas tempat saya duduk tadi. Tapi Istri Gundok menyarankan untuk mengganti, namun saya menolak. Alasan saya, tikar bekas duduk itu masih bersih dan nyaman. Di rumah Batin Irasan, saya juga mendapat perlakuan serupa. Istrinya membentangkan tikar sebagai alas duduk kami. Saya merasakan bentuk penghormatan ini sebagai sebuah tanda persahabatan. Kendati kami datang dari budaya dan akar sejarah yang berbeda. Tikar pandan, kata Gundok juga digunakan untuk ritual-ritual adat.



34 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 34



4/14/2020 1:43:19 PM



Para dukun akan duduk bersimpuh pada selembar tikar pandan, lalu mulai membakar kemenyan. Dia akan merapalkan mantra-mantra yang bahasanya sangat sulit dimengerti. Saya mengenal sebagian kosa kata yang diucapkan dukun, tapi secara keseluruhan, ucapannya itu terdengar bagai lantunan kidung dari negeri yang tidak saya kenal. Dukun juga menggunakan berbagai bahan alam untuk melengkapi ritualnya. Beragam jenis daun, bunga dan bahkan kadang mereka menggunakan media telur dan ayam sebagai kelengkapan ritual adat. Dalam hal menetapkan keputusan hukum, kata Gundok, dukun juga memberikan pertimbangan kepada Batin. Di beberapa tempat di dalam rumah, kadang saya menemukan bungkusan yang tergantung. Di rumah Gundok, sebuah bungkusan terbuat dari anyaman pandan menggantung. Di sebelah bungkusan anyaman pandan itu, juga terdapat air dalam wadah plastik, warnanya sudah menguning. Karena atap rumah Gundok agak rendah, beberapa kali kepala saya terbentur dua bungkusan itu. Gundok tersenyum ketika saya bertanya. Dia hanya menjawab ringkas, itu untuk tolak bala dan keamanan rumah. Sementara di rumah Rapan, saya sempat mengendus bau kemenyan. Baunya unik. Kebanyakan orang akan mengira sesuatu yang magis sedang bekerja di luar sana. Tapi kata Rapan, biasanya kaum perempuan menggunakan 35 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 35



4/14/2020 1:43:19 PM



kemenyan untuk menambah rasa pada rokok tembakau yang mereka hisap. “Baunya harum, ditambah dengan aroma tembakau. Jadi lebih baik untuk kesehatan,” kata Rapan. Saya kaget mendengar itu. Mana ada rokok yang baik untuk kesehatan? Tak mungkin bagi saya membantah Rapan. Batin tua ini terus menceritakan kekuatan-kekuatan alam gaib yang bekerja pada komunitas Talang Mamak. Menurut Rapan, orang Talang Mamak memang sudah dari mula memercayai bahwa alam semesta memiliki kekuatan gaib. Kekuatan gaib itu dikendalikan para arwah, malaikat dan setan. Tapi mereka semua tunduk pada perintah Allah. Saya agak bingung dalam konteks ini, bagaimana mungkin ada banyak pengendali di alam semesta ini? Tapi biarlah pertanyaan itu hanya untuk saya jawab sendiri. Sebagai orang yang datang dengan latar budaya dan agama Islam, saya paham bawa orang-orang yang saya temui ini sedang berada dalam kondisi pemaknaan yang berbeda dengan keimanan saya. Gundok mengatakan, orang Talang Mamak adalah penganut kepercayaan Islam Langkah Lama. Sejujurnya, saya agak enggan menuliskan kata Islam di awal penyebutan Langkah Lama. Gundok tak keberatan, pun beberapa Batin yang saya temui ketika mengonfirmasi hal tersebut. Pada akhirnya, dalam catatan ini saya hanya akan menggunakan Langkah Lama. Gaya penulisan yang sama juga dilakukan Obdeyn hampir seabad yang lalu. Demikianlah, kehidupan orang Talang Mamak memang penuh dengan ritual dan kepercayaan yang mereka pelihara sendiri. Mereka percaya, adat lebih tua dari pada agama manapun. Kalau ditilik pepatah adatnya, orang Talang Mamak mengakui kehidupan mereka sudah bermula sejak Tuhan memulai kehidupan manusia di dunia. Kendati begitu, orang Talang Mamak sendiri mengaku beragama Islam. 36 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 36



4/14/2020 1:43:19 PM



Hal tersebut dapat dilihat dari prosesi berbagai ritual adat. Gundok mengatakan, orang Talang Mamak juga melakukan sahadat. Dalam Islam, sahadat berisikan kalimat pengakuan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan Muhammad sebagai utusan Allah yang terakhir di muka bumi. Pokok ajaran Islam yang utama terdiri dari sahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Hal demikian dikatakan Rapan berbeda dengan pokok ajaran Langkah Lama. Walaupun demikian, ada beberapa yang sama. “Kami juga mengenal sahadat dan zakat. Tapi kami tidak menjalankan sholat, puasa dan haji,” katanya. Gundok lantas mengucap laa ila ha ilallah, muhammad rasulullah. Saya tercengang. Kalimat yang sama, yang setidaknya diucapkan orang beragama Islam pada setiap sholatnya. Kalimat itu pula yang diucapkan ketika seseorang akan memeluk Islam. Bagaimana mungkin itu diucapkan oleh Gundok? Langkah Lama, lanjut dia adalah adat pada sejarah awalnya. Islam kemudian datang melengkapi apa yang telah ada. Saya mengonfirmasi ucapan Gundok pada Batin lain yang saya temui, jawabannya sama!



37 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 37



4/14/2020 1:43:20 PM



Orang Talang Mamak, kata Gundok memercayai: Surang hamba surang Tuhan Surang Allah surang Muhammad, cucu cicit Rasulullah Tiada Tuhan silain Allah, Muhammad pesuruh Allah Dinama patiha dalam patiha Patiha dalam pasak tujuh sampai sembilan samat Kata Allah sah kata menjadikan Baru turun kata lima patah Teguh di hadat taat ke agama Hamper ke malaikat lisan kepada Tuhan Artinya kira-kira pengertian langsungnya saya tulis dalam tulisan miring begini: Seorang hamba (memiliki) satu Tuhan Satu Allah satu (orang) Muhammad, cucu cicit Rasulullah. Sampai pada kalimat ini saya terhenti. Siapa yang mereka maksud dengan Rasulullah? Rapan mengatakan itulah Muhammad. Entahlah, mungkin pengertian siapa Muhammad jauh berbeda antara saya dengan Rapan. Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad Pesuruh Allah Dinama(kan) al-fatihah (surat pertama dalam qur’an) dalam al-fatihah Al-fatihah dalam pasak tujuh (tujuh lapis langit) sampai sembilan pengait Kata Allah “jadi” dan “terjadilah”. Ini merupakan salah satu sumber kepercayaan dalam Islam, dimana ketika Allah berkehendak atas suatu kejadian, maka Allah hanya akan menyebut kehendaknya dan kehendak itu terjadi dengan sendirinya. Baru (kemudian) turun pada lima Teguh melaksanakan adat dan taat menjalankan agama Mendekat ke malaikat dan ucapan kepada Allah Islam, kata Gundok muncul sebagai pembaharu atas adat dan kebudayaan 38 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 38



4/14/2020 1:43:20 PM



yang telah mereka yakini sebelumnya. Oleh karena itu, kerap pula orang Talang Mamak menyebut Islam dengan istilah Langkah Baru. Tapi kebanyakan mereka menolak dikatakan bukan Islam. Dikisahkan Gundok, Langkah Baru merujuk pada cerita masa lalu ketika jagat raya mulai diciptakan. Kepercayaan Langkah Lama, menurutnya dimulai dari legenda tentang pendirian sebuah masjid di Mekah. Kisah ini agak mirip dengan kisah dongeng yang pernah saya dengar dari obrolan dengan anggota AMAN INHU. Begini dongengnya; Suatu masa, sembilan puluh sembilan nabi sedang kebingungan mengangkat Penghulu. Salah seorang nabi, namanya Siamat melakukan sembahyang meminta petunjuk. Petunjuk akhirnya datang dari Sumber Suara. Sumber Suara itu dipercayai sebagai Allah, Sang Pencipta. Allah memerintahkan Siamat naik ke langit ke tujuh. Dalam perjalanan, Siamat melakukan puasa selama sembilan puluh hari sembilan puluh malam. Ketika Siamat kembali, di Mekah sudah ada Raja Ansif yang akan memberi pertimbangan atas siapa yang akan dijadikan Penghulu para nabi. Raja Ansif mengatakan barang siapa yang mampu menduduki kursi emas, maka dia berhak menjadi penghulu para nabi. Namun tidak ada yang mampu melakukannya, kecuali Siamat. Hal itu tak membuat nabi-nabi yang lain segera mengakui Siamat sebagai penghulu. Sang Raja memerintahkan Siamat untuk memanggil bulan, bulan datang ke tangannya. Lagi, pengakuan sebagai penghulu tidak diberikan oleh para nabi. Sang Raja lantas memerintahkan Siamat memanggil matahari. Matahari pun mendatangi Siamat. Itu pun tak merubah pendapat para nabi yang lain. Mereka tetap bersikeras tidak mengakui Siamat.



39 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 39



4/14/2020 1:43:20 PM



Di kisahkan selanjutnya Raja Ansif memerintahkan Siamat mengarahkan tangannya yang berisi matahari itu ke arah para nabi. Mereka pun hancur menjadi abu. Kepada abu-abu itu, Raja Ansif bertanya, siapa penghulu kalian. Hanya dua puluh lima dari abu-abu itu yang mengakui Siamat sebagai Penghulu. Untuk mengatur dua puluh lima nabi itu, Siamat meminta agar Tuhan memberinya petunjuk. Petunjuk datang, Siamat diperintahkan mendirikan tiang untuk membangun masjid. Namun tiang untuk masjid tak kunjung bisa didapatkan. Dalam kebingungan, Raja Jin mendatangi Siamat. Raja Jin mengaku sanggup mencarikan tiang, asal Siamat berjanji memberinya emas seberat tiang yang dimaksud. Raja Jin menjanjikan akan membawa tiang dalam tujuh hari kedepan. Mereka bersepakat. Singkat cerita, Raja Jin akhirnya mendapatkan tiang. Dia telah menempuh perjalanan ke seluruh pelosok dunia. Kini Raja Jin meminta balasan, emas seberat tiang. Siamat meletakkan cincinnya di dekat tiang, dia meminta Raja Jin memikul tiang itu. Tapi Raja Jin menolak, karena menganggap Siamat penipu. Dengan kelihaiannya, Siamat memenangkan perdebatan dan membuat Raja Jin menghilang. Siamat kini mendapatkan tiang untuk mendirikan masjid. Tapi masalah muncul kemudian, tiang itu tak bisa digerakkan. Siamat akhirnya memanggil abu 25 nabi yang mengakuinya sebagai penghulu. Mereka membantu Siamat menegakkan tiang. Namun tiang itu tak kunjung bisa digerakkan. Siamat akhirnya meminta petunjuk pada Sumber Suara. Menurut Sumber Suara, tiang itu tak bergerak karena Raja Jin masih menduduki tiang itu. Supaya tiang bisa digerakkan, Sumber Suara memerintahkan Siamat melakukan gawai. Gawai dalam terminologi orang Talang Mamak adalah pesta adat. Di dalam gawai, lanjut Sumber Suara, dilakukan sabung ayam. Ayam yang kalah 40 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 40



4/14/2020 1:43:20 PM



akan dimakan bersama-sama oleh orang-orang yang terlibat. Dalam sabung ayam, juga disyaratkan melakukan judi atau pertaruhan. Sepanjang gawai, Siamat memerintahkan penduduk untuk melakukan tari-tarian yang diiringi musik dengan tabuhan gong dan gendang. Raja Jin mendengar suara musik. Dia merasa nikmat. Perlahan Raja Jin tegak dari tiang dan ikut menari. Raja Jin lantas juga ikut melihat permainan sabung ayam dan judi. Raja Jin benar-benar senang, dia tak sadar sudah meninggalkan tiang. Dalam kondisi tersebut, Siamat menegakkan tiang. Raja Jin tersadar tak lama kemudian. Dia marah besar karena tiang sudah tegak, tak mungkin lagi baginya untuk merebahkan tiang itu. Raja Jin mengeluarkan pedang untuk mencincang tiang. Siamat bergegas meminta petunjuk Sumber Suara. Sementara Raja Jin masih mengamuk, Sumber Suara menanyakan permintaan Raja Jin. Raja Jin kemudian meminta makanan yang tak pernah habis. Permintaan itu disanggupi oleh Sumber Suara. Siamat pun melanjutkan membuat masjid. Ketika masjid sudah berdiri, Sumber Suara memerintahkannya membaca kitab suci Al Qur’an. Dalam pikiran saya, ini sungguh sebuah dongeng yang menarik. Ada kisah-kisah yang tiba-tiba meloncat dari alur yang saya bayangkan. Namun jika dicerna lebih dalam, kisah ini tentunya menggambarkan Langkah Lama secara keseluruhan. Pertama, keberadaan Sumber Suara dipercayai sebagai Allah yang menciptakan langit dan bumi. Sumber Suaralah yang mengatur perselisihan dan perdamaian. Ini tercermin dari kisah Siamat dengan Raja Jin. Kedua, orang Talang Mamak percaya bahwa semua yang mereka lakukan kini adalah perintah Sumber Suara. Hal ini tercermin dari budaya gawai yang hingga hari ini masih ada. Gawai adalah perintah Tuhan, kata Rapan dalam pertemuan kami di waktu yang lain. Dalam gawai, orang Talang Mamak 41 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 41



4/14/2020 1:43:20 PM



melakukan sabung ayam dan judi. Saya baru paham, itu dilakukan untuk menyenangkan Raja Jin. Dalam Islam yang saya pahami, judi dan musik adalah perbuatan terlarang tapi disukai setan. Hal ini menyambung dengan kisah Raja Jin yang merasa nikmat dan terlena ketika gawai, judi dan musik dimainkan. Ketiga, ada angka-angka yang muncul dalam cerita tersebut. Misal angka sembilan puluh sembilan dan dua puluh lima. Saya tak memahami makna angka-angka itu. Beberapa orang yang coba saya konfirmasi juga tidak mampu menyebutkan arti dari simbol angka yang disebutkan. Dalam hal ini, saya tak hendak mengambil kesimpulan, tapi setidaknya dalam Islam, angka-angka tersebut memang memiliki arti. Sembilan puluh sembilan adalah banyaknya nama dan sifat Allah yang dikenal dengan Asma’ul husna dan dua puluh lima adalah banyaknya jumlah nabi dan rasul yang diyakini orang Islam dan terdapat penjelasannya dalam Al Qur’an. Dongeng lain yang juga pernah saya dengar adalah tentang pertemuan ketiga Patih dengan ayahnya, Patih Nang Sabatang. Pertemuan mereka terjadi di wilayah Minangkabau. Namun dalam pertemuan itu, sang Ayah telah menganut Islam, sementara ketiga anaknya masih setia dengan kepercayaan Langkah Lama. Ketiga anak Patih Nang Sabatang menantang ayahnya. Mereka ingin membuktikan mana yang lebih kuat antara adat dengan agama. Caranya, apabila keris yang dimiliki Patih Nang Sabatang mampu menghujam batu, maka syarak lebih kuat dari adat. Demikian sebaliknya, bila keris Patih Nang Betiga mampu menghujam batu, maka adat lebih kuat dari syarak. Keris Patih Nang Betiga akhirnya mampu menghujam batu, sementara keris Patih Nang Sabatang tidak. Dari kejadian itu, bapak dan ketiga anaknya ini bersumpah. Patih Nang Sabatang bersumpah, bila anak-anaknya melalaikan adat, maka mereka akan 42 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 42



4/14/2020 1:43:20 PM



dimakan sumpah setinggi langit, sedalam laut, seberat batu, ke bawah tidak berurat, ke atas tidak berpucuk di tengah-tengah digirik kumbang. Sementara Patih Nang Betiga bersumpah, jika ayahnya tidak menjalankan syarak, maka akan dimakan sumpah Al Qur’an 30 Juz. Saya menemui Batin Pejangki, Iskandar dan Batin Talang Pring Jaya, Tarmili. Keduanya sudah menganut Islam. Keduanya membenarkan adanya sumpah tersebut. Menurut Batin Iskandar, sumpah itu adalah sumpah terberat yang pernah ada di kebudayaan Talang Mamak. Sumpah adat setinggi langit, sedalam laut, seberat batu, ke bawah tidak berurat, ke atas tidak berpucuk di tengah-tengah digirik kumbang, menurutnya sangat berat disandang. Bila ada kesalahan dalam melaksanakannya, maka orang yang bersumpah bagai hidup segan mati tak mau. Artinya, hidupnya akan sengsara, punya banyak masalah dan masalah itu akan datang terus menerus. Seseorang yang termakan sumpah itu, lanjut dia, akan selalu ditimpa kemalangan dan kesedihan. Namun orang yang tertimpa itu tidak akan pernah mampu ke luar dari keadaan tersebut hingga meninggal dunia. Batin Irasan dan Batin Rapan saya temui di rumahnya untuk mengonfirmasi sumpah tersebut. Keduanya pun tak menampik. Menurut Batin Irasan, berat bagi orang Talang Mamak karena sumpah tersebut masih berlaku hingga hari ini. “Kami ini tinggal menjalankan saja. Sumpah itu sudah dibuat jaman dulu kala. Jadi tak mungkin kami melanggarnya,” kata Irasan. Batin Tarmili mengungkap, banyak kasus di Talang Mamak yang dipercayai termakan sumpah tersebut. Kepercayaan orang Talang Mamak akan adanya kemarahan alam semesta, Tuhan dan roh nenek moyang orang Talang Mamak sendiri, menyebabkan kehidupan orang yang termakan sumpah itu menjadi tidak baik, tidak pernah beruntung dan selalu menderita. 43 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 43



4/14/2020 1:43:20 PM



Batin Iskandar juga mengatakan, sumpah Al Qur’an 30 Juz juga adalah sumpah terberat. Keluar dari tuntunan 30 Juz yang ada dalam Al Qur’an, membuat seseorang menjadi kafir, tidak diakui lagi sebagai muslim. Saya ingin menggarisbawahi kata muslim. Kata ini berasal dari bahasa Arab yang pengertian bebasnya adalah seseorang yang percaya dan penuh keyakinan menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah Yang Maha Agung. Seorang muslim menjalankan kehidupannya sesuai yang telah diperintahkan oleh Allah dalam Al Qur’an. Sementara kafir, juga berasal dari bahasa Arab, bukan Islam atau bukan muslim. Di Indonesia, kata ini mengandung beberapa arti. Kata kafir diadopsi dengan pengertian yang sedikit menyempit, artinya tidak beragama. Ini kadang menjadi biang masalah, sehingga istilah kafir kemudian diperhalus dengan sebutan non-muslim, artinya sama saja, yakni bukan Islam. Dalam literasi Islam yang saya pahami, kafir dapat dikategorikan dalam beberapa bagian. Yang pertama, seseorang kafir karena tidak percaya atau memalingkan diri dari Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad (Salallahu alaihi wasallam) sebagai utusan-Nya. Kedua, seseorang kafir karena tidak menjalankan perintah Allah dan tidak melaksanakan tuntunan yang diberikan oleh Muhammad (Salallahu alaihi wasallam). Ketiga, seseorang kafir karena menyatakan diri ke luar dari Islam. Dalam sumpah yang diucapkan Patih Nang Betiga, ayahnya akan menjadi kafir jika tidak menjalankan syarak sesuai tuntunan. Demikian sebaliknya, Patih Nang Betiga akan menderita jika tak menjalankan adat. Sementara, dalam kisah Siamat yang diperintah Sumber Suara untuk mendirikan masjid dan membaca Al Qur’an, saya mendapat versi lain kelanjutannya. Begini ceritanya; 44 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 44



4/14/2020 1:43:20 PM



Siamat bingung ketika dirinya tak mendapatkan kitab yang dimaksud. Dia memohon petunjuk pada Sumber Suara. Siamat diperintahkan kemudian membelah tubuhnya sendiri. Jelas Siamat tidak mampu, namun Sumber Suara menguatkan dia. Akhirnya Siamat mengikuti perintah itu. ketika tubuhnya luka, Siamat bertanya lagi cara penyembuhkan lukanya kepada Sumber Suara. Lalu Siamat mendapat perintah untuk melakukan sembahyang. Usai sembahyang, luka itupun sembuh. Raja Ansif lantas mendapat perintah mengislamkan Siamat. Kata Sumber Suara, ganti namanya menjadi Muhammad. Siamat pun patuh. Muhammad kemudian mendapat perintah melakukan sholat lima kali dalam sehari semalam. Suatu ketika, Muhammad kedatangan tamu. Namanya Patih. Patih memperkenalkan diri sebagai orang Islam, dia keturunan dari Patih Nang Sabatang. Patih juga mengatakan moyangnya berkerabat dengan Muhammad. Mendengar itu, Muhammad mengajaknya masuk ke masjid untuk melakukan sholat. Ketika mereka melangkah ke masjid untuk sholat, tiba-tiba terdengar parintah. Sumber Suara melarang Muhammad membawa Patih masuk ke masjid dan melarang pula Muhammad mengajaknya sholat. Menurut Sumber Suara, biarlah Patih dalam kepercayaan Langkah Lama karena sudah terikat sumpah dan janji. Saya mereka-reka, ternyata dongeng lanjutan ini terhubung langsung dengan kisah sebelumnya. Dikisahkan bahwa sudah ada sumpah dan janji yang kuat antara Patih Nang Betiga dengan Ayahnya, Patih Nang Sabatang. Lantas, kemana orang Talang Mamak ketika sudah mati? Ini pertanyaan menarik ketika saya mencoba mendalami kepercayaan yang mereka anut. Gundok mengatakan, jiwa-jiwa yang mati kembali pada Allah. Ini persis seperti apa yang diungkap Obdeyn dalam catatannya. Tidak 45 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 45



4/14/2020 1:43:20 PM



seorangpun tahu dimana Allah berada, tidak pula ada yang tahu kemana perginya jiwa-jiwa yang mati itu, kata Obdeyn. Tapi, orang Talang Mamak paham bahwa jiwa-jiwa yang mati akan hidup dalam dunia yang sama sekali berbeda dengan dunia manusia yang tampak nyata. “Karena itu, kami membaca doa talakin,” tandas Gundok. Talakin, dalam bahasa lokal berarti membacakan doa untuk orang yang telah meninggal dunia di kuburannya. Karena bagi orang Talang Mamak, bagaimanapun manusia adalah debu dan kembali menjadi debu. “Kita berasal dari tanah dan kembali ke tanah,” jelas Gundok. Obdeyn bahkan mencatat doa talakin yang dibacakan di kuburan orang yang telah mati, bunyinya; Bumi ibu, langit bapak, air saudara, Kayu daka, ambun angin saudara nyawa Rasi tanah, balik ka tanah, Rasi udara, balik ka udara, Gandaroesa gandaroesi, tabu salah tumbuh di lambah, Nyawa pun kembali kapada Allah.12 Gundok tampak kaget ketika bait itu saya bacakan. Dia tak menyangka, doa talakin itu sudah ditulis sejak 1930, bukan oleh orang Talang Mamak, tapi justru oleh orang Belanda. Di dalam Islam, saya juga mengenal talqin. Talqin dilakukan perlahan di telinga orang yang sedang meregang nyawa. Orang Islam mengenal proses meregang nyawa ini dengan sebutan sakaratul maut. Ini berasal dari bahasa Arab yang diadopsi ke dalam bahasa Indonesia. Sekarat, yakni kondisi yang sedang meregang nyawa. 12 Ibid; Obdeyn



46 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 46



4/14/2020 1:43:20 PM



Dalam melakukan talqin, seseorang membacakan laa ilaha ilallah, artinya tiada Tuhan selain Allah. Orang Islam percaya, kalimat terakhir laa ilaha ilallah yang diucapkan seseorang sebelum nyawanya dicabut akan mempermudah jalannya di alam kubur. Demikianlah Langkah Lama, mirip Islam tapi bukan Islam. Kendati sebagian orang Talang Mamak tak keberatan disebut bukan Islam, tapi sebagian yang lain justru keberatan jika mereka disebut bukan Islam. Gundok sendiri mengaku Islam, tapi Islam Langkah Lama. “Langkah Lama berarti awal kembali adat dan kebiasaan adat lama, dimana orang Talang Mamak masih sangat terikat (tradisi tersebut) hari ini. Mereka menentang pengaruh Islam dan invasi kerajaan Melayu (baik dari Johor, Malaka, Pagaruyung dan Indragiri sendiri), bukan dari desakan orang-orang Eropa. Islam (Langkah Baru) menemukan jalan dan mendesak Langkah Lama dari koridor sebelumnya (perdagangan)”,13 tulis Obdeyn. Kendati tulisan ini terkesan tendensisus, tapi ini adalah satu-satunya catatan epik tentang Langkah Lama yang dianut orang Talang Mamak.



13 Ibid; Obdeyn



47 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 47



4/14/2020 1:43:20 PM



Raja Penyambung Syarak Diskusi saya dengan Gundok terus berlanjut. Kami menyeduh kopi untuk melawan kantuk. Para Ninik Mamak Ampang Delapan telah sejam berlalu dari Rumah Gundok, tapi dia tampak masih bersemangat bercerita. Beruntung karena rumah Gundok dilengkapi dengan pencahayaan yang bersumber dari energi matahari. Siangnya, matahari cukup riang menghias cakrawala, sehingga malam ini kami masih bisa menikmati sisa-sisa benderangnya. Menurut Gundok, ada kalimat adat yang menyatakan penyerahan diri orang Talang Mamak kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal itu pernah dia ungkap sebelumnya, namun dia menambahkan beberapa bait dan menghilangkan beberapa bait. Begini bunyinya; Surang hamba surang Tuhan Surang Allah surang Muhammad cucu cicit Rasulullah Tiada Tuhan silain Allah, Muhammad pesuruh Allah Allah kan Tuhanku, turunkan Adam nan sambilan cucu cicit rasulullah Katurunan Datuk Mandrajati nang di datuk Mandrajati turun ke Patih Nang Sabatang Patih Nang Sabatang turun ke Patih Nang Betiga, baru turun ke luak kebatinan Hidup nak jaya, mati nak sempurna Beras padi nak timbun tambak Buah kayu nak muja puhon maapuni segala dosa ditubuh anak Adam Kami fokuskan pembicaraan pada bait terakhir. Menurutnya, inilah landasan bagi orang Talang Mamak dalam menyambungkan diri dengan



48 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 48



4/14/2020 1:43:20 PM



syarak atau agama. Lantas, siapa sesungguhnya raja atau Sultan Kerajaan Indragiri? Gundok mengklaim Raja Indragiri adalah orang Talang Mamak. Kisahnya bermula dari Patih yang menjemput Raja ke Johor. “Patih Nang Betiga menjemput Raja ke Johor, saya tak tahu pasti itu tahun berapa. Yang jelas, Raja diminta pulang untuk memimpin kerajaan di Indragiri,” kata Gundok. Dari beberapa sumber lain menyebut, kendati kepercayaan Langkah Lama sudah disepakati, namun masih terjadi perselisihan dalam masyarakat Talang Mamak. Hal tersebut membuat kondisi masyarakat semakin tidak tentram. Di Talang Kedabu, Patih mengumpulkan orang Talang Mamak. “Dari pertemuan itulah diputuskan bahwa orang Talang Mamak membutuhkan kehadiran raja,” ucap Rapan. Menurutnya, kehadiran raja akan mampu menyelesaikan segala persoalan yang mencekik kehidupan orang Talang Mamak. Terutama untuk menyokong kepercayaan Langkah Lama. Walau demikian, dalam pembahasan telah terjadi perselisihan antara Patih dengan salah seorang Hulubalang. Sang Hulubalang menolak hasil niatan itu. Menurut Hulubalang, dirinya mampu menyelesaikan sengkarut yang melanda Talang Mamak. Tapi Patih punya alasan lain. Menurut Patih, Raja berfungsi menggadangkan nang kecik dan meninggikan nang randah. Artinya, membesarkan yang kecil dan meninggikan yang rendah. Yang Kecil dalam hal ini adalah keponakan Patih yang ada di Johor. Mengapa harus dijemput? tanya saya. 49 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 49



4/14/2020 1:43:20 PM



Kata Gundok, orang Talang Mamak patuh pada hubungan erat antara paman dengan keponakan. Darah yang mengalir dari garis keturunan ibu – seperti pernah di urai sebelumnya – diyakini membawa berkah dan merupakan satu-satunya jalur penurunan pusaka. “Saka nang turun ke anak, pusaka nang turun ke kapanakan,” tandasnya. Sebagai pengingat, gelar adat serupa Batin diturunkan kepada keponakan batin dari saudara perempuannya. Atau bisa juga diturunkan kepada sepupu atau anak laki-laki dari saudara perempuan ibu, atau anak laki-laki dari sepupu perempuan nenek. Begitulah. Tapi soal suku, orang Talang Mamak masih terikat dengan wilayah domisili seperti pernah diungkap Gundok dan diperkuat pernyataan Obdeyn. Patih lantas berangkat ke Johor. Dalam perjalanan, Patih dibekali perahu dari kayu Kulim. Menurut Rapan, kayu kulim yang digunakan berasal dari tanah orang Minangkabau. Pembuatannya sendiri dilakukan di Rakit Kulim, kini nama kecamatan. Dikisahkan Rapan, Raja (kemenakan Patih) dari Johor yang dijemput itu dibawa Patih ke Kelayang. Di sana dilakukan pengangkatan Raja dengan sumpah. Begini sumpahnya; Ka hulu singan Tambangan Ka hilir singan Tanjung Ranggah Ka kanan singan Sebakal Bekuak Ka kiri singan Tuturan Gunung Bukit Limau Kalau bulat mengulik (berguling) kalau pipih malayang Raja adil, Raja disembah Raja tak adil, Raja disanggah Sumpah ini mengisyaratkan wilayah kekuasaan diberikan Patih kepada 50 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 50



4/14/2020 1:43:20 PM



Raja. Singan dalam sumpah tersebut berarti hingga. Jadi wilayah kekuasaan Raja dibatasi sampai Tambangan di hulu, sampai ke Tanjung Ranggah di hilir. Di kiri dibatasi hingga Sebakal Bekuak dan di kanan dibatasi hingga Tuturan Gunung Bukik Limau. Kendati memiliki wilayah kekuasaan, otoritas Raja hanya menyangkut hukum dan pengaturan wilayah. Sementara Patih dan Batin tetap memiliki otoritas pemanfaatan, pengelolaan dan penguasaan wilayah. Dalam sumpah ini juga diisyaratkan bahwa raja hanya dapat diangkat oleh Patih. Dengan pengangkatan Raja, maka Raja mesti bertindak adil. Berkait sumpah ini, Obdeyn mengatakan sumpah ini dilakukan di Kelayang (dulu disebut Kolam Loyang). Bahkan, lanjut dia, ketika Sultan (Raja) mengunjungi Kelayang, maka Raja harus menyiram kakinya dengan air yang berasal dari sumur di bawah bukit Kelayang sebagai bentuk penghormatan terhadap kepercayaan Langkah Lama.14 “Raja disembah bukan berarti menjadikan Raja sebagai Tuhan, tapi ini dimaksudkan sebagai hubungan tersirat (simbolik) antara orang Talang Mamak dengan Tuhan Yang Maha Kuasa,” tandas Rapan. Senada Gundok, catatan Obdeyn mengemukakan, Raja Indragiri pertama merupakan cucu dari Raja Johor bernama Tan Seniaka. Raja Indragiri pertama ini bergelar Raja Merlang. Dia dijemput oleh Patih untuk dibawa ke Indragiri. Melalui sambungan telepon saya mecoba menghubungi pewaris terakhir Raja Indragiri, Tengku Muhammad Ali Mahara. Dia membantah Raja Indragiri dijemput oleh Patih ke Johor. Yang benar, menurutnya adalah bahwa Raja dijemput ke Malaka. “Kerajaan bergabung dengan Negara Republik Indonesia pada Desember 14 Ibid; Obdeyn



51 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 51



4/14/2020 1:43:20 PM



1949,” ungkap anak dari Tengku Muhammad, Raja Indragiri ke 26 ini. Johor sendiri berjarak lebih dari 200an kilometer dari Malaka. Johor berada di ujung semenanjung Malaysia, sementara Melaka lebih mendekat ke pantai barat semenanjung. Wilayah ini memang sejak zaman dulu terkenal sebagai wilayah yang kerap diperebutkan karena posisinya yang strategis. Seorang penjelajah berkebangsaan Portugis, Tome Pires telah menyambangi salah satu wilayah koloni Portugis, Malaka, pada Pada 1512, jauh sebelum catatan Obdeyn muncul. Tome Pires menulis catatan perjalanan berjudul Suma Oriental. Catatan perjalanan ini menjadi bahan bacaan yang menarik tentang paruh pertama abad ke-16 dalam dunia perdagangan dari Laut Merah hingga ke Jepang dan Cina. Portugis sendiri merebut Malaka setahun sebelum kedatangan Pires. Catatan perjalanan Pires lantas dia selesaikan ketika berada di India sekitar tahun 1515. Banyak kalangan menilai, Suma Oriental merupakan catatan penting tentang sejarah dan geografi. Catatan ini memperjelas gambaran perjumpaan pertama antara bangsa Eropa dengan bangsa Asia. Pires menggambarkan, kawasan Indragiri disebutkan sebagai kawasan pelabuhan orang Minangkabau. Obdeyn menyebutnya sebagai kawasan (pe) rantau(an) orang Minangkabau, tepatnya rantau Kuantan. Kerajaan Indragiri dibatasi oleh Campocan di satu sisi dan Tungkal di sisi yang lain. Indragiri adalah kerajaan yang penting. Di sini cukup banyak pedagang yang datang dari berbagai wilayah. Wilayah ini merupakan induk pelabuhan orang Minangkabau. Wilayah Indragiri melakukan perdagangan dengan Minangkabau di pedalaman. Orang Indragiri berdagang dengan mengumpulkan banyak emas dan membeli banyak pakaian. Kerajaan Indragiri menghasilkan barang dagangan yang sama seperti (kerajaan) Kampar, tetapi dalam kelimpahan yang lebih besar. Mereka juga berdagang bahan makanan



52 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 52



4/14/2020 1:43:20 PM



dan daging.15 Campocan dalam catatan saya merupakan wilayah dekat Tembilahan. Wilayah ini berbatasan dengan sungai Kampar kanan dan sungai kecil yang disebut Kateman. Sementara Tungkal adalah wilayah pesisir yang kini berada di Provinsi Jambi. Menurut Pires, Raja Indragiri memiliki keterkaitan yang erat dengan Raja Kampar, Pahang, dan Malaka. Kendati tidak terlalu luas, kerajaan Indragiri sudah familiar dengan perdagangan. Hal ini yang potensial diselidiki oleh Singletone dalam catatan saya sebelumnya. Saya sungguh tak hendak berlama-lama dengan kisah masa lalu kerajaan ini. Ada banyak catatan sejarah yang tercecer yang harus dirangkai kembali. Mungkin akan ada catatan lanjutan soal kerajaan ini. Tapi setidaknya, kerajaan Indragiri telah menjadi tiang utama orang Talang Mamak guna menyambung pertalian mereka dengan Tuhan. “Kami membayar zakat pada Raja,” cetus Gundok. Menyemah, kata Gundok adalah budaya yang telah ada dan menjadi tradisi turun temurun orang Talang Mamak. Menyemah artinya pergi menyembah (raja). Ritual ini dilakukan dengan mengunjungi raja saban lebaran Idul Fitri dan lebaran Haji. Para Batin dan Patih datang ke Rengat, dimana Raja berada, dan menyerahkan hasil bumi kepada Raja sebagai bentuk penghormatan terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam bahasa lain, tradisi ini kerap pula disebut mengilir. Mengilir artinya pergi ke hilir. Karena Raja berkedudukan di Rengat, Rengat sendiri disebut sebagai daerah hilir.



15 The Suma Oriental of Tome Pires; An Account Of The East, From The Red Sea To Japan, Written in Malacca and India in 1512-1515. Translated from the Portuguese MS in Bibliottheque de la Chambre des Deputes, Paris and edited by Armando Cortesao, Volume 1, Printed for the Hakluyt Society, London, 1944.



53 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 53



4/14/2020 1:43:20 PM



Raja, kata Gundok, dianggap dapat menyampaikan zakat orang Talang Mamak kepada Tuhan. Zakat, dalam terminologi Talang Mamak jauh berbeda dengan apa yang saya pahami sebagai muslim. Dalam Islam, zakat merupakan salah satu rukun agama yang harus ditunaikan. Zakat adalah ibadah wajib dalam Islam, termasuk rukun Islam keempat. Secara bahasa, zakat artinya bersih, suci, berkat dan berkembang. Dari segi istilah, zakat mengacu kepada harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim dan diberikan kepada yang berhak menerimanya. Selanjutnya, Rapan mengatakan, bilangan adat orang Talang Mamak menyebut berinduk ke Tiga Balai, beribu ke Pagaruyung, berbapak ke Indragiri, beraja ke Sultan Rengat. Hal tersebut bermakna bahwa Tiga Balai merupakan wilayah induk Talang Mamak. Wilayah ini, seperti pernah diungkap sebelumnya adalah ibu kampung yang terdiri dari enam suku: Talang Durian Cacar, Talang Perigi, Talang Parit, Talang Kedabu, Talang Selantai dan Sungai Limau. Beribu ke Pagaruyung, mengandung makna bahwa orang Talang Mamak memiliki kampung asal di Minangkabau. Hal serupa sesungguhnya sudah pula dituliskan Obdeyn dalam ulasannya. Menurut Obdeyn, orang Talang Mamak sesungguhnya berasal dari Minangkabau atau Pagaruyung. Runut budaya oral orang Talang Mamak juga mengakui bahwa mereka sesungguhnya merupakan keturunan Patih Nang Sabatang yang di Minangkabau dikenal dengan sebutan Parpatih Nan Sabatang. Sementara itu, berbapak ke Indragiri mengandung makna bahwa orang Talang Mamak memiliki hubungan kuat dengan Indragiri sebagai satu kesatuan wilayah adat. Dan, beraja ke Sultan Rengat menjelaskan bahwa Indragiri dipimpin seorang Sultan sebagai kepala pemerintahan. “Kalau hari raya haji, kami membawa delapan buah ambung gulaian, delapan buah ambung padi, delapan ekor ayam dan delapan gantang beras,” 54 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 54



4/14/2020 1:43:20 PM



kata Rapan. Ambung dalam hal ini merupakan sejenis wadah tempat membawa barangbarang. Ambung gulaian biasanya berisi kunyit, serai, jantung pisang, alia, kencur, cabe, mentimun, labu air, nangka, dan lengkuas. Tidak dirinci oleh dia makna angka delapan tersebut. Menurutnya, bilangan delapan itu sudah ada sebelum dia menjabat sebagai Batin. Pun Gundok dan Tarmili, menggeleng ketika ditanya makna angka delapan. Lebaran Idul Fitri, orang Talang Mamak menyebutnya Raya Puasa. Dalam kesempatan ini, mengilir juga dilakukan dengan membawa empat buah ambung gulaian, empat ekor ayam, dan empat gantang beras. Kata Rapan, selain Patih dan Batin, terlibat pula Mangku, Manti dan Ketuha Adat. “Kadang Anak Bapak juga ikut,” ujarnya. Begitulah. Ada banyak kisah yang masih mungkin diungkap dalam penelusuran saya. Namun tak cukup banyak waktu mengurai silsilah kerajaan. Yang pasti, bagi orang Talang Mamak, Raja adalah episentrum hubungan mereka dengan Tuhan.



55 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 55



4/14/2020 1:43:20 PM



Kidung Tenur Saya menyambangi Hutan Adat Durian Di Rawang bersama Gundok. Kami melewati jalan tanah yang menanjak sebelum sampai ke hutan itu. Persis di pinggir jalan tanah, hutan adat membentang seluas 35 haktare. Di hadapan saya, sebuah lanskap unik menampilkan pemandangan yang berbeda. Tetumbuhan hutan tumbuh liar. Banyak pohon menyambungkan akar liana pada tajuk yang rindang. Udara terasa berbeda ketika saya masuk ke kawasan ini, lebih adem, tak seperti di jalan tanah berdebu tadi. Gundok membawa saya menuruni penurunan yang tidak terlalu tajam. Saya memanfaatkan tegakan pohon untuk menjaga keseimbangan agar tak terguling. Di dasar penurunan, sebuah sungai melintang untuk kami seberangi. Gundok meniti patahan kayu besar yang memotong aliran air di tengah sungai. Saya memilih jalan berbeda, yakni menapaki sungai berair jernih dan dingin itu. Gundok mengingatkan agar saya berhati-hati. Di pinggiran sungai, tanah berlumpur memaksa kaki saya tenggelam lebih dalam. Beruntung karena pada tebing sungai sudah ada tatakan kaki berupa akar kayu. Saya naik ke daratan sementara Gundok sudah terlebih dahulu berada di atas tebing.



56 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 56



4/14/2020 1:43:21 PM



Kami menyisir semak. Jalan terasa lebih berat karena patahan kayu dan ranting telah membuat bekas jalan setapak menghilang. Gundok menebas di beberapa bagian, dia membiarkan saya melewati bekas tebasannya. Sahabat saya, Otoy, sengaja menunggu di seberang sungai. Agaknya dia tak ingin mengusik diskusi saya dengan Gundok dalam perjalanan itu. Di hadapan saya, sebuah pohon kedondong tegak kukuh. Akarnya menjalar ke segala arah. Di lantai hutan, akar kedondong itu mungkin tak cukup dikelilingi oleh lima belas orang dewasa yang merentangkan tangan. Apa lagi kami hanya berdua. Gundok membersihkan bagian akar yang melintang setinggi badan. Dia tampak hati-hati karena tak mau melukai kedondong. Bagi orang Talang Mamak, kedondong adalah tanaman skaral yang harus dilindungi. “Sejak saya kecil, pohon ini sudah ada. Tak tahu berapa umurnya. Kakek saya mengatakan, kedondong ini juga sudah ada sejak beliau kecil,” kata Gundok.



57 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 57



4/14/2020 1:43:22 PM



Hutan adat, kata Gundok, telah disepakati sebagai kawasan yang berfungsi lindung. Kawasan ini tidak boleh diganggu. Apa lagi di sini tumbuh kedondong yang diharap suatu saat dapat berubah menjadi sialang. Terkait sialang, anggapan umum selama ini menyatakan bahwa sialang adalah nama jenis pohon. Padahal, sialang merupakan pohon dari jenis apa saja yang dihinggapi lebah madu. Lebah bersarang di pohon itu dan madunya dapat dipanen masyarakat. Pohon berlebah madu inilah yang lantas dikatakan sebagai pohon sialang. Untuk menjadi pohon sialang, lanjut dia, ada banyak persyaratan. Dari terawangan Gundok, kedondong yang ada di hutan adat tersebut belum saatnya menjadi sialang. Hutan adat, katanya, merupakan simbol kekayaan masyarakat adat. Hutan ini, selain berfungsi perlindungan, juga berfungsi sebagai penguat tata air. Orang Talang Mamak, lanjut Gundok memahami bahwa air dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Tapi pengaturannya diserahkan kepada Batin. “Batin yang menentukan peruntukan air. Tapi hal ini tidak menjadi isu utama di Talang Mamak karena kami tidak bertani sawah. Kami ini bertani ladang, jadi air hanya diperlukan untuk kebutuhan rumah tangga atau mengairi ladang,” papar Gundok. Setiap kampung memiliki wilayahnya sendiri, dibatasi oleh batas-batas alami seperti daerah aliran sungai, sungai dan puncak bukit. Batas alam juga terdiri dari pohon besar yang dikenal semisal sialang. Batas wilayah seperti ini di wilayah lain di pantai barat Sumatra dikenal dengan sebutan ulayat. Ulayat dimiliki kesatuan komunitas masyarakat. Berbeda dengan Talang Mamak, satuan ini dikuasai oleh Batin.16



16 Ibid; Obdeyn



58 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 58



4/14/2020 1:43:22 PM



“Terminologi Hukum Adat ini tidak benar. Bagaimanapun, hak untuk membagi wilayah atas nama masyarakat mesti pula melibatkan hak individu dan lainnya. Jadi masyarakat sebenarnya memiliki hak untuk mendapat bagian,”17 lanjut Obdeyn. Di kalangan masyarakat Talang Mamak, kecuali hutan adat, ada juga bentuk-bentuk hutan lain yang dilindungi. Hutan terlarang, merupakan area hutan yang memang dilarang untuk dimasuki. Ada banyak akibat kalau masyarakat memaksa masuk ke kawasan hutan tersebut. Area seperti itu dikenal dengan nama kuaka. “Kalau ada orang masuk ke areal hutan kuaka, maka orang itu akan sakitsakitan. Lama-kelamaan kalau dibiarkan bisa mati. Kami meminta bantuan dukun untuk mengobati,” papar Gundok. Saya tersenyum ketika Gundok berharap agar saya tak meminta datang ke hutan kuaka. Menurutnya, itu perjalanan berbahaya yang mengganggu keselamatan jiwa. Kami sama-sama tertawa. Dalam perjalanan saya ke wilayah Talang Parit, Talang Perigi, Ampang Delapan, Talang Kedabu dan beberapa wilayah lain, saya melihat banyak sekali kebun sawit. Kata Gundok, sebagian kebun sawit itu adalah milik perusahaan perkebunan. Tapi sebagian lagi sudah menjadi milik pendatang. Para pendatang umumnya berasal dari Pulau Jawa atau Sumatera Utara. Saya mencoba memancing pertanyaan pada Gundok, tentang bagimana tanggapan dia jika sekiranya saya yang bukan orang Talang Mamak ingin berusaha di lahan ulayat di wilayah ini. Jawaban Gundok sederhana, nikah dan tinggal disini. Saya tercenung, sesederhana itukah? Sistem perkawinan yang memungkinkan seseorang mendapatkan lahan di Talang Mamak. Hal serupa dikonfirmasi oleh Batin Irasan dan Batin Rapan 17 Ibid; Obdeyn



59 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 59



4/14/2020 1:43:22 PM



beberapa hari setelah kunjungan kami itu. “Kalau anda nikah dengan orang Talang Mamak dan tinggal di wilayah Talang Mamak, maka kemungkinan istri anda akan mendapatkan warisan dari orang tuanya. Tanah warisan itulah yang berhak anda kelola,” terang Gundok. Hak waris, lanjutnya, adalah hak yang diturunkan pada keluarga sendiri. Istri Gundok sendiri memiliki warisan tanah di Talang Kedabu karena mertua Gundok telah mewariskan tanah di wilayah itu. “Istri saya lahir di Talang Sungai Limau, tapi dia tinggal dan besar di Talang Kedabu. Di sana (Talang Kedabu) orang tuanya telah mewariskan sebidang tanah. Tanah itu kini menjadi milik istri saya. Tapi kami tak mengolahnya karena kami tinggal di Ampang Delapan,” kata Gundok. Suatu waktu, kalau Gundok dan keluarga membutuhkan, maka mereka bisa kembali mengelola lahan di Talang Kedabu. Saat ini, Gundok dan keluarga tinggal di Ampang Delapan, maka itu mereka bersukukan Ampang Delapan. Tak menutup kemungkinan suatu saat suku mereka berubah menjadi Talang Kedabu. Sebagaimana pernah dibahas, suku dalam terminologi Talang Mamak berbasis pada domisili, bukan pertalian darah. Jadi, Istri Gundok awalnya bersuku Talang Sungai Limau, tapi kemudian berubah menjadi suku Talang Kedabu. Kini istrinya bersukukan Ampang Delapan karena kini mereka tinggal di Ampang Delapan. “Di sini, yang disebut tanah ulayat adalah tanah yang dikuasai dan dikelola oleh keluarga-keluarga. Bukan suku, karena suku tergantung dimana domisili orang bersangkutan,” kata Gundok. Artinya, sebidang tanah keluarga yang sudah dikelola turun temurun dikatakan sebagai tanah ulayat. Luasnya tergantung pada kesanggupan keluarga membuka lahan pada mula tanah itu diklaim sebagai tanah keluarga. 60 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 60



4/14/2020 1:43:22 PM



“Jadi, semua tanah yang dikuasai dan dikelola oleh keluarga orang Talang Mamak disebut sebagai tanah ulayat,” tandasnya. Saya baru menyadari, kenapa Gundok dengan sederhana menyebut nikah dan tinggal di sini ketika saya bertanya soal soal perolehan hak atas tanah di Talang Mamak. Kendati begitu, sesungguhnya di Talang Mamak tidak dikenal istilah jual beli. Menurut Irasan, perpindahan hak tidak mungkin terjadi pada pihak yang berada di luar komunitas Talang Mamak. Tapi sistem perkawinan masih memungkinkan untuk hal tersebut. “Guluk dak dimakan gadai, jual dimakan beli,” kata Irasan. Artinya, tanah ulayat tidak mungkin digadaikan. Bahkan kalaupun dijual, maka tidak ada sistem yang mengatur jual beli tanah di Talang Mamak. Orang Talang Mamak tidak menjual tanah ulayatnya, demikian tandas Irasan. Gundok mengatakan, tidak mungkin bagi orang Talang Mamak memperjual-belikan tanah. Mereka patuh pada ketentuan adat yang melarang hal tersebut. Namun, proses pengelolaan tanah ulayat yang belum ada hak di atasnya, dapat dilakukan oleh keluarga-keluarga yang meminta persetujuan Batin. “Nanti Batin yang akan menentukan apakah boleh atau tidak,” imbuh Gundok. Ketika anggota masyarakat meminta sebidang tanah untuk pembangunan ladang dengan menggunakan terawas, mereka harus memberi tahu Batin. Mereka tidak memberikan apa pun untuk itu, juga dari produk hutan, yang mereka kumpulkan di kawasan kampung, mereka tidak perlu membayar biaya.18 18 Ibid; Obdeyn



61 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 61



4/14/2020 1:43:22 PM



Ungkapan Gundok senada dengan apa yang pernah diungkap Obdeyn. Kendati begitu, dalam kenyataan lapangan, saya mendapati sudah banyak tanah-tanah di kawasan orang Talang Mamak berubah menjadi kebun sawit. “Itu sebagian besar dibeli oleh pendatang. Umumnya keluarga yang berasal dari Jawa dan Sumatera Utara,” kata Gundok. Kenapa bisa begitu? Menurutnya, tanah-tanah yang kini dikuasai oleh orang non Talang Mamak memang didapatkan dari hasil jual beli. Kecuali itu, pendatang masuk lewat program transmigrasi. Tanah yang diperjual-belikan, katanya, adalah tanah-tanah yang dikuasai keluarga-keluarga kecil saja, bukan keluarga besar. “Ya, itu tanah yang sudah diwariskan dan dibagi-bagikan ke ahli waris. Nah, pewaris ini kemudian membuat perjanjian jual beli dengan pendatang,” ungkap Gundok. Batin Rapan membenarkan Gundok. Menurutnya, tanah yang dijualbelikan bukan lagi tanah ulayat seperti konsep semula. Ada banyak tanah yang sudah dikuasai pribadi-pribadi dari kalangan orang Talang Mamak sendiri. Merekalah yang menjualnya, tuding Rapan. Saya dibingungkan dengan penjelasan itu. Bagaimana mungkin konsep adat dapat dirubah? Tapi kenyataan itu menyadarkan saya bahwa di setiap kelompok masyarakat tentu ada yang berperilaku seperti demikian. Saya mencoba membuka catatan-catatan lain terkait tanah ulayat. Hak ulayat merupakan hak tertinggi atas tanah yang dimiliki oleh sesuatu persekutuan hukum (desa, suku) untuk menjamin ketertiban pemanfaatan/ pendayagunaan tanah. Hak ulayat adalah hak yang dimiliki oleh suatu persekutuan hukum (desa, suku), dimana para warga masyarakat (persekutuan hukum) tersebut mempunyai hak untuk menguasai tanah, yang pelaksanaannya



62 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 62



4/14/2020 1:43:22 PM



diatur oleh ketua persekutuan (kepala suku/kepala desa yang bersangkutan).19 Dari konsepsi itu, saya mengejar banyak pertanyaan kepada para Batin yang berkuasa. Rapan, Irasan, Gundok, Tarmili dan Iskandar menjadi sasaran saya. Semua mereka mengakui, tanah orang Talang Mamak memang sudah ada yang dikuasai pribadi-pribadi dari kalangan orang Talang Mamak sendiri, mereka menjualnya kepada pendatang. “Ya, itu tantangan kita dalam menegakkan adat,” kata Irasan. Jika menilik pada bentuk aslinya, maka tanah-tanah tentu tak akan bisa lepas pada pihak lain. Tapi penduduk terus bertambah, sementara luasan tanah tetap. Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, ancaman itu adalah sebuah keniscayaan, sesuatu yang pasti terjadi. Apa lagi dinamika masyarakat yang terus berkembang, ditambah intervensi dari pihak-pihak di luar. Kembali ke belakang, urusan pertanahan di Talang Mamak juga tak lepas dari pengaruh kerajaan-kerajaan. Kerajaan Indragiri, Pagaruyung, Riau Lingga hingga Johor dan Malaka. Bentang alam dikendalikan oleh Patih sebagai Raja di Padang. Sementara Datuk Tumenggung memegang kekuasaan sebagai Raja di Rantau. Patih mengelola wilayah administrasi pedalaman Talang Mamak, Talang Japura dan Batang Cenaku dan Batang Gangsal. Datuk Tumenggung menguasai wilayah pemukiman di Batang Kuantan. Ini diikuti oleh kekuasaan Datuk Bandahara sebagai Raja di Balai yang merupakan penasihat Sultan Johor untuk urusan administrasi peradilan dan pendapatan dari bentang alam dimaksud. Sejarah ini dimulai kala Sultan Mansur Shah berkuasa di Malaka sejak 1450.20



19 G.Kertasapoetra, R.G Kartasapoetra, AG.Kartasapoetra, A. Setiady, Hukum Tanah, Jaminan UndangUndang Pokok Agraria Bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, (Jakarta: Bina Aksara, 1985). 20 Ibid; Obdeyn



63 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 63



4/14/2020 1:43:22 PM



Di zaman tersebut, Obdeyn telah menggambarkan situasi yang cukup rumit. Orang Talang Mamak sendiri telah didorong menjadi bagian dari pengaruh kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Adat Talang Mamak, tak lagi menjadi aturan tunggal yang menentukan. Orang asing yang bukan anggota (suku), sudah cukup dengan pemberitahuan pembukaan (lahan). Mereka harus meminta dan mendapatkan izin. Batin memberikan izin setelah memeriksa dengan seksama apakah tidak ada kepentingan masyarakat yang dirugikan dan tidak ada hak individu yang tersisa. Pemanfaat asing dari ladang berkewajiban untuk mentransfer sebagian dari hasil ke dalam (Talang Mamak), tergantung pada apakah ia lebih kaya atau kurang kaya.21 Saya dan Gundok terus menyisir tepian sungai kecil di hutan adat Durian Di Rawang. Sebelum naik ke bibir tebing, Gundok mengatakan ada pula tanah ulayat yang belum dikuasai oleh keluarga-keluarga. Umumnya tanah itu masih berupa hamparan hutan. Inilah yang banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan untuk ditanami sawit, karet atau lainnya. “Itulah tanah-tanah bebas, yaitu tanah ulayat yang belum dilekati hak penguasaan oleh keluarga-keluarga dalam sebuah kebatinan,” kata Gundok. Dengan itu, tak tertutup kemungkinan bertambahnya pihak luar yang menguasai tanah di Talang Mamak. Menurut Rapan, orang Talang Mamak memiliki aturan yang tertuang dalam bahasa adat Mendulang berbunga emas, beladang berbunga padi, ke hutan berpancung alas. “Orang lain bisa saja mengelola dan memanfaatkan tanah ulayat. Untuk itu, harus ada manfaat yang didapatkan oleh masyarakat Talang Mamak. Manfaat itulah yang kami maksud dengan emas, padi dan pancung alas,” kata Rapan.



21 Ibid; Obdeyn



64 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 64



4/14/2020 1:43:22 PM



Sesungguhnya, perkataan emas, padi dan pancung alas tidak dapat diartikan semata-mata sebagaimana bendanya. Tapi ungkapan itu adalah kias atas hasil apa yang sudah dimanfaatkan di dalam tanah ulayat yang dimaksud. Irasan mengatakan, jika pihak lain akan memanfaatkan tanah ulayat di Talang Mamak, maka harus memberikan faedah buat orang Talang Mamak. Faedah itulah yang dihitung dalam kesepakatan-kesepakatan antara orang Talang Mamak dengan pihak luar tersebut. “Biasanya dalam kesepakatan, kami meminta agar orang yang datang itu memberikan manfaat materi dan non materi. Materi misalnya uang sebagai ganti rugi. Uang itu diserahkan karena kami sudah tidak bisa lagi mengelola lahan atau tanah yang disepakati. Bentuk materi lain yang bisa disepakati adalah bantuan alat-alat untuk pertanian, pembangunan jalan dan lainnya,” papar Irasan. Selain itu, lanjutnya, dalam kesepakatan biasanya juga memuat perjanjian agar pendatang memberikan manfaat non materi. “Misalnya, kalau itu perusahaan, maka mereka diminta untuk memberikan beasiswa, atau mereka diminta membuka lapangan kerja,” ungkap Irasan. Semua kesepakatan, biasanya dirundingkan oleh pihak luar dengan Batin dan para petinggi adat seperti Mangku dan Manti. Di beberapa tempat juga melibatkan Ketuha Adat dan Ninik Mamak. Selain itu, kerap pula menghadirkan anggota atau perwakilan dari keluarga yang tanahnya berbatasan dengan tanah yang akan dirundingkan dengan pihak luar itu. “Mengambik tak memintak, mencencang tidak bertanya, salah pakai melulus, salah ambik mengembalikan, nang salah makan dimuntahan,” imbuh Irasan. Saya agak kebingungan dengan ungkapan tersebut. Saya meminta Irasan menjelaskan. Dia tersenyum. Akhirnya saya mendapat penjelasan itu dari Rapan. Menurut Rapan, ini merupakan istilah adat yang mensyaratkan agar 65 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 65



4/14/2020 1:43:22 PM



pendatang yang mengelola tanah ulayat dapat mengelola dengan sebaikbaiknya. “Kalau orang lain selain Talang Mamak yang mengelola lahan tersebut, maka orang itu tidak boleh merusak. Jika tidak, maka orang tersebut harus mengembalikan semua yang telah diambilnya dari tanah ulayat. Selain itu, kalau tanah sudah selesai dimanfaatkan maka tanah tersebut harus dikembalikan kepada kami,” papar Rapan. Saya mengitari hutan adat Durian Di Rawang sepanjang sore. Kami lepas berbual-bual kemanapun arah pembicaraan. Gundok adalah orang yang tepat untuk itu. Di sela istirahat di tepian sungai, Gundok mengatakan banyak tanah ulayat yang tidak digunakan saat ini. Sebagian masih berupa lahan berhutan, sebagian lagi telah menjadi semak belukar. Sepanjang jalan pada perjalanan kami kembali ke rumahnya, saya melihat ada lahan yang terbuka. Kata Gundok, itu lahan yang sedang dicadangkan sebagai lokasi wisata alam. Tempatnya dekat dengan hutan adat, jadi memudahkan pengunjung menikmati hutan sembari melakukan kegiatan wisata lainnya. Kecuali itu, saya juga memerhatikan belukar tua yang tampak tak terurus. Di sekelilingnya, kebun karet dan sawit orang Talang Mamak telah tampak bisa dipanen. “Belukar itu cadangan. Kalau suatu saat orang Talang Mamak, khususnya Suku Ampang Delapan butuh lahan, maka belukar tua itu bisa dimanfaatkan,” kata Gundok. Di tempat lain, dalam perjalanan saya juga menyaksikan lahan-lahan yang tidak dikelola. Sebagian masih berupa hutan dengan tutupan kanopi yang lebat. Ada juga belukar tua seperti yang saya lihat di Ampang Delapan. Gundok mengatakan, tanah-tanah yang belum dikelola, semuanya menjadi cadangan lahan yang dapat dimanfaatkan orang Talang Mamak. 66 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 66



4/14/2020 1:43:22 PM



“Intinya begini, manusia akan terus bertambah. Anak keponakan akan ada yang melakukan hubungan kawin-mawin. Nah, keturunan Talang Mamak tentu masih butuh lahan. Maka lahan-lahan itulah yang dapat dimanfaatkan. Mereka yang baru menikah itu bisa meminta lahan pada pengurus adat,” jelasnya. Caranya, Ninik Mamak dan Ketuha Adat harus memastikan bahwa anak keponakan atau keluarga baru yang meminta lahan tersebut memang tidak memiliki warisan yang ditinggalkan orang tua mereka. Mereka juga harus dipastikan tidak memiliki lahan warisan dari anggota keluarganya yang lain. Selanjutnya, Ketuha Adat akan mendatangi Manti, atau jika Manti tidak ada maka bisa langsung kepada Mangku, tergantung struktur adat di kebatinan. Dari Manti, bila tidak ada Mangku, maka bisa langsung berurusan dengan Batin. Tapi kalau ada Mangku, maka Manti hanya bisa berbicara sampai sebatas Mangku. Mangku kemudian mendatangi Batin dan menyampaikan maksud anak keponakan yang meminta tanah. Biasanya Mangku telah menyiapkan alasanalasan yang tepat sehingga kerja Batin tidak terlalu berat untuk memutuskan. “Ibaratnya, kami ini hanya menunggu buah masak,” kata Gundok berkias. Batin, lanjut dia, dilengkapi dengan struktur yang bekerja dari bawah. Perangkat pembantu batin menyiapkan segala sesuatunya agar keputusan batin dapat diambil dengan segera. Bila semua kebutuhan dan alasan sudah dirasa tepat, maka batin akan bekerja lebih gampang untuk memutuskan. Saya pernah mengurai tata kerja seperti ini pada bagian sebelumnya. Hierarki kekuasaan oligarki seperti ini memang terkesan sangat merepotkan. Tapi begitulah adat Talang Mamak. Kondisi ini sudah berlangsung dari generasi ke generasi.



67 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 67



4/14/2020 1:43:22 PM



Dugaan saya, oligarki ini sengaja dipelihara banyak orang yang berkepentingan. Misalnya pihak Kerajaan, tentu hanya akan berurusan dengan batin saja. Raja tentulah tidak mau direpotkan oleh urusan-urusan yang berada di bawah level itu. Sistem perdagangan yang berlaku di sekitar Batang Kuantan di masa lalu juga mensyaratkan model pengambilan keputusan seperti ini. Apa lagi jika melihat model hubungan orang Talang Mamak dengan Belanda di masa penjajahan, mereka tentu tak berhubungan langsung. Hubungan itu dikemas dalam sebuah struktur yang berjenjang. Raja menjadi penyambung hubungan di dalam struktur itu. Itulah yang kemudian menjadi cikal kehidupan feodal. Batin memiliki kewenangan tertinggi dalam urusan kampungnya. Orang Talang Mamak hidup dalam hierarki kebijaksanaan yang semacam itu. Gundok mengangguk ketika saya menyampaikan hal tersebut. Lepas dari itu, batin memberikan izin kepada keluarga baru itu untuk mengelola lahan. Proses ini dilakukan dengan mekanisme adat yang melegalkan (secara adat), keluarga baru itu menguasai lahan ulayat yang belum diberikan alas hak kepada siapapun kecuali kepada mereka. Keluarga baru yang mendapatkan hak tanah ulayat tersebut, kata Gundok, berhak menguasai dan memiliki lahan itu. Mereka juga berhak mewariskan lahan tersebut pada keturunan mereka di kemudian hari. Melalui sebuah proses adat, Batin kemudian akan mengizinkan pembukaan lahan di tanah ulayat untuk kepentingan kehidupan Keluarga Baru ini. Tanah ulayat tersebut kemudian telah dilekati hak pengelolaan dan kepemilikan yang kuat, sehingga tanah tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya, kelak di kemudian hari. Gundok dan saya menanjak kecil, tanjakan yang menghubungkan hutan adat Durian Di Rawang dengan jalan utama. Tanjakan itu tak terlalu 68 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 68



4/14/2020 1:43:23 PM



curam, berupa punggungan bukit yang dipenuhi dengan aneka pohon. Sembari mengamat-amati pohon, saya mencoba mengatakan pada Gundok, setidaknya tanah ulayat orang Talang Mamak terdiri atas dua bagian utama. Pertama, tanah ulayat yang dikuasai keluarga-keluarga. Yakni tanah ulayat yang dilekati dengan hak penguasaan dan hak pengelolaan oleh keluarga yang menguasainya. Gundok mengangguk. Yang kedua adalah tanah ulayat yang masih bebas, berupa belukar, hutan ataupun tanah terbuka. Jenis yang kedua ini mungkin dapat dikatakan ulayat kebatinan yang masih bebas untuk dikelola oleh siapapun. Tapi hak kepemilikannya hanya akan diberikan kepada keturunan orang Talang Mamak. Gundok mengiyakan. Suara angin bagai senandung alam yang sendu di telinga saya. Kami menikmati hutan adat dengan segala bentuk kehidupan di dalamnya. Semut tampak beriringan, mengantarkan pada subuah birama nan teratur. Dari sanalah, kidung tenur kami nyanyikan.



69 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 69



4/14/2020 1:43:23 PM



Domestik Nan Silu Sudah hampir tengah malam. Lampu bertenaga surya di rumah Gundok sudah mulai kewalahan. Sinarnya mulai buram. Tapi kami masih terjaga. Obrolan malam membuat kami lebih leluasa menggali ide satu sama lain. Istri Gundok telah lama terlelap. Anaknya sudah pula diantarkan ke alam tidur. Sahabat perjalanan saya, Otoy tersenyum. Kami bertiga seolah belum mulai dilanda kantuk. Cerita-cerita terus mengalir dari mulut Gundok. Kami mendengar dengan khidmat. Kecuali ceritanya tentang Langkah Lama yang dikombinasikan dengan kisah kami tentang Islam, Gundok mulai tersadar bahwa adat dan budaya Talang Mamak berada di ujung tanduk. Ini seperti senja kala buat mereka, orang Talang Mamak berada di bibir jurang. “Adat kami ini lemah. Struktur adat sepertinya kurang bekerja,” kata Gundok. Ada dua hal yang dia sampaikan. Membuat saya ingin menelisik lebih dalam. Lemah, maksud Gundok adalah bahwa berkait soal pelepasan tanah dapat dilakukan dengan gampang. Batin memang dapat memberikan kata keputusan, iya atau tidak. Namun pertimbangan tetap berada di tangan Mangku, Manti dan Ketuha Adat. “Nah, kalau batin menerima informasi yang salah. berbahaya,” imbuhnya.



Tentu ini akan



Kecuali itu, secara individu, batin juga manusia. Dia memiliki hasrat duniawi, ingin kaya, ingin beli mobil, ingin macam-macam. Ini membuat seorang Batin sangat rentan dirasuki nafsu ingin kekayaan. Faktor uang dan kemewahan dapat dipakai sebagai modus peralihan hak kuasa atas tanah.



70 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 70



4/14/2020 1:43:23 PM



Hal senada juga diungkap Tarmili, Batin di Pring Jaya. Menurutnya, Batin bukan malaikat yang bebas dari nafsu. Batin dapat tergelincir pada keputusankeputusan yang justru menyengsarakan orang Talang Mamak sendiri. “Di beberapa tempat itu terjadi,” ungkap Tarmili. Dia tak mau merinci kasusnya. Menurutnya, membicarakan aib orang lain terlarang dalam Islam. Selain itu, bukan hanya batin yang dapat tergelincir. Bahkan orang-orang yang berada dalam struktur kebatinan juga memiliki peluang yang sama. Mereka dapat saja berkilah ini dan itu untuk kepentingan orang Talang Mamak. Batin yang tidak terlalu bijak tentu akan ikut tergelincir dalam pemikiran bawahannya. “Jadi, bisa saja orang-orang di bawah batin juga menjadi bagian dari kelemahan itu. Ini lemah berjamaah22 namanya,” ungkap Tarmili tersenyum. Penjelasan Tarmili sekaligus menjawab kata kunci kedua yang disampaikan Gundok, struktur adat kurang bekerja. Mestinya, jelas Gundok, orang-orang yang duduk dalam struktur adat merupakan orang-orang yang taat pada sumpah. Gundok mengulangi sumpah yang pernah dia ucapkan. “Ke bawah tidak berurat, ke atas tidak berpucuk di tengah-tengah digirik kumbang,” katanya. Sumpah ini menurut kepercayaan Talang Mamak merupakan sumpah sakral yang mesti dijalankan oleh orang-orang yang berada dalam struktur lembaga batin. Namun kebanyakan justru melanggar sumpah ini, mengakibatkan banyak tanah Talang Mamak yang lepas kepada orang luar.



22 Jamaah berasal dari bahasa Arab, jama’ah. Artinya berkumpul. Misalnya jemaah pasar berarti perkumpulan orang yang ada di pasar. Jamaah menurut istilah Islam dapat diartikan sebagai pelaksanaan ibadah secara bersama-sama. Misalnya sholat yang dipimpin oleh seorang imam, jamaah haji atau lainnya.



71 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 71



4/14/2020 1:43:23 PM



Kendati kebanyakan orang Talang Mamak percaya karma23 , tapi tak sedikit pula di antara mereka yang melakukan hal-hal terlarang. Buktinya, masih ada orang yang memaksa masuk ke kawasan hutan puaka kendati mereka tahu akan mendapatkan bala atas perbuatan itu. Atau melakukan hal terlarang lain semisal berzina, lalu hamil di luar nikah. Banyak juga yang mencuri, atau lainnya. Batin Iskandar dari Pejangki mengatakan, orang-orang Talang Mamak yang telah mendapat gerak24 justru tidak lagi memaknai sumpah itu sebagai kutukan atau karma. “Orang yang telah gerak percaya bahwa jabatan itu adalah amanah. Jadi, menjalankan tugas atas sebuah jabatan merupakan suatu tanggung jawab yang harus dijalankan. Orang Islam percaya bahwa apapun yang dikerjakan berkonsekwensi terhadap perolehan dosa atau pahala. Jika melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab dan adil, maka orang tersebut akan mendapat pahala. Ganjaran bagi orang yang berpahala adalah surga. Di balik itu, orang yang tidak melaksanakan tanggung jawab secara amanah, maka dia akan mendapat dosa. Ganjarannya neraka,” paparnya. Selain itu, sambung Gundok, tata cara pengambilan keputusan orang Talang Mamak dilakukan bertingkat. Ini sesungguhnya baik, setidaknya setiap keputusan yang diambil sudah mengalami berbagai pertimbangan. Tapi sebaliknya, ini justru sebagian dijadikan alat untuk melakukan perjanjianperjanjian jahat tersembunyi. Yang pada akhirnya meruntuhkan tata kelola tanah dan adat yang berkelanjutan. Dalam obrolan malam kami, saya teringat Sagaf. Dia yang semula memberikan sinyal tentang adanya persoalan di internal adat Talang Mamak. Saya mengonfirmasi pendapat Sagaf pada Gundok. Dia membenarkan. 23 Karma dalam terminologi Talang Mamak merupakan balasan baik yang diterima jika seseorang berbuat baik, dan buruk yang diterima jika seseorang berbuat buruk. Konsep ini agak mirip dengan konsepsi karma dalam kepercayaan Budha dan Hindu. 24 Gerak dalam hal ini adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan beralih memeluk Islam.



72 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 72



4/14/2020 1:43:23 PM



Menurut Gundok, perebutan kuasa juga kerap terjadi di Talang Mamak. Hal ini terbukti dari banyaknya jumlah orang yang mengaku sebagai batin. Tujuannya jelas, pendapatan. Batin dalam posisinya di puncak hierarki adat dalam satu suku telah membuat banyak orang berkehendak menjabat posisi itu. Saya kembali teringat suatu ketika, saat hendak menunaikan sholat Jumat di Talang Perigi. Seseorang balik bertanya pada saya, batin yang mana? Di sini ada tiga orang batin, begitu kata lelaki tersebut. Di tempat Rapan, saya menanyakan hal tersebut padanya. Rapan mengakui, di wilayahnya ada beberapa orang yang mengaku sebagai batin. Tapi perlu ditelusuri siapa yang betul-betul berhak, katanya. Kondisi serupa juga saya jumpai di Talang Parit. Irasan mengaku di tempatnya ada orang lain yang mengaku batin. Dirinya tak menampik keadaan itu. Dalam pembicaraan saya dengan banyak narasumber di lapangan, pengakuan-pengakuan serupa juga saya dengar dari mereka. “Batin memiliki kewenangan tertinggi dalam memutuskan perkara adat,” ungkap Gundok. Hierarki oligarki seperti ini menjadi ancaman tersendiri. Apa lagi jika seseorang yang dipilih dan ditunjuk sebagai batin tidak melaksanakan sumpahnya dengan baik. Atau apabila seseorang tersebut tidak percaya pada penantian neraka bila dirinya berkhianat dari tanggung jawabnya. Saya bertemu Gilung untuk ke sekian kali. Saya mencoba mengonfirmasi beberapa pertanyaan padanya. Menurut Gilung, hal itu (beberapa orang batin dalam satu kebatinan) memang sudah menjadi rahasia umum di Talang Mamak. Ini merepotkan AMAN INHU, karena harus memastikan wilayah adat dan kebatinan mana yang akan didukung. “Tapi kami punya keyakinan, batin yang asli adalah orang yang memenuhi 73 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 73



4/14/2020 1:43:23 PM



syarat sebagai batin. Utamanya mengenal hukum adat, tahu sejarah dan silsilah keturunannya jelas. Selain itu, batin yang kami dukung juga dilengkapi dengan besluit raja,” papar Gilung. Hal lain yang bagi Gilung menjadi persoalan adalah budaya judi sabung ayam. Dalam sabung ayam, katanya, taruhannya tinggi. Dan itu memaksa orang Talang Mamak mengumpulkan uang untuk bisa terlibat dalam sabung ayam. “Taruhan per orang berkisar antara 500 ribu hingga 12 juta rupiah,” kata Gilung. Saya membayangkan, pekerjaan orang Talang Mamak sebagian besar adalah bertani dan bekerja di kebun sawit. Sumber pendapatan lain hanya berasal dari usaha perdagangan, atau menjual hasil kerajinan. Tak banyak uang yang beredar. Lantas, dari mana mereka mendapatkan uang taruhan untuk sabung ayam pada helat gawai? Gundok memberikan sinyal bahwa ada persoalan lain yang muncul dari sistem adat. Judi, sabung ayam dan gawai yang dilakukan orang Talang Mamak memang memberikan dampak negatif. Orang akan berusaha memenuhi tuntutan keuangan untuk hal tersebut. Sementara, sumber pendapatan tetap terbatas. Hal ini telah menuntun orang Talang Mamak menjadi individu yang cenderung oportunis. Menurut Iskandar, ini yang justru menjadi salah satu pembeda Islam dan Langkah Lama. Orang Islam, katanya tak lagi mengenal istilah gawai. “Kami merubah istilahnya menjadi baralek,”25 kata Iskandar. Kendati begitu, Iskandar juga tak menampik di beberapa tempat yang 25 Baralek merujuk pada istilah yang biasa digunakan masyarakat Minangkabau. Baralek berarti pesta yang dilakukan guna menjamu tamu dalam rangka kenduri atau sukuran atas sebuah pernikahan. Dalam Islam, kenduri semacam ini dikenal dengan istilah walimah.



74 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 74



4/14/2020 1:43:23 PM



sudah mayoritas Islam, gawai masih dilakukan. Di beberapa tempat, walaupun ada gawai tapi tidak ada judi. Tapi secara sembunyi-sembunyi, judi juga masih dilakukan. “Judi, bukan hanya dilakukan untuk pertaruhan dalam sabung ayam. Tapi judi juga dilakukan dengan permainan kartu. Di banyak tempat hal tersebut sudah menjadi kebiasaan,” ungkap Gilung. Saya lantas masih menyimpan pertanyaan, mengapa dalam struktur kebatinan tidak memasukkan Talang Selantai? tanya saya. Padahal wilayah ini beberapa kali disebut Obdeyn sebagai kampung induk orang Talang Mamak. Hal serupa juga diungkap Singletone dalam catatannya. Jawaban Gilung mengejutkan, orang Talang Selantai semuanya sudah gerak. Artinya, seratus persen orang Talang Selantai sudah memeluk Islam. Menurut Gundok, orang yang sudah gerak otomatis keluar dari Talang Mamak. Mereka tidak memiliki hubungan adat lagi dengan Talang Mamak, karena salah satu penciri Talang Mamak adalah Langkah Lama. “Orang Talang Mamak adalah komunitas masyarakat yang terbuka dengan orang asing. Termasuk soal kepercayaan Islam dan Langkah Lama, kendati berbeda jauh, tapi memiliki akar yang sama, Allah. Orang Talang Mamak bahkan akan mengadakan pesta bagi keluarganya yang telah gerak,” papar Gundok. Hal serupa juga saya dengar dari Batin Irasan dan Batin Rapan. Mereka berdua menyebut, jika seseorang sudah gerak maka haknya sebagai Talang Mamak sudah lepas. Talang Mamak merupakan komunitas adat yang menjalankan Langkah Lama. “Kami sangat menghargai jika ada keluarga kami yang masuk Islam,” pungkas Gundok.



75 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 75



4/14/2020 1:43:23 PM



Baiklah, kata saya. Tapi bagaimana dengan Tarmili dan Iskandar? Mereka berdua tetap mengaku sebagai Talang Mamak dan mereka adalah Islam, bukan lagi berada di kepercayaan Langkah Lama. Pertanyaan tersebut masih misteri bagi saya. Tiap orang yang saya tanyakan mencoba menghindari pertanyaan ini. Artinya, secara internal hal ini sesungguhnya masih menjadi polemik bagi komunitas adat Talang Mamak sendiri. Sebagian orang Talang Mamak, bahkan sudah memeluk Kristen. Saya mungkin akan kembali pada mereka untuk menelisik persoalan ini lebih dalam. Kecuali itu, Gundok juga menegaskan belum adanya aturan yang lebih konkrit atas pengelolaan hutan. Dia mengaku, hutan adat Durian Di Rawang yang pernah kami kunjungi merupakan tanah yang diserahkan oleh keluarganya guna menjadi hutan adat. Gundok dalam posisinya sebagai batin berupaya agar wilayah hutan adat tersebut tetap terjaga, karena berkaitan dengan kepercayaan Langkah Lama, terutama mengenai pohon kedondong yang sangat disakralkan. Saya bertemu Tarmili, dia mengatakan hal serupa. Dulu, kata Tarmili, ada perusahaan yang akan mengelola tanah. Perusahaan itu memberikan uang ganti rugi atas lahan yang akan mereka gunakan. Tapi Tarmili menolak, masa itu dirinya belum menjabat sebagai batin. “Setelah menjabat batin, mereka datang lagi. Uang yang dibawa lebih banyak. Tapi saya tetap menolak,” ungkap Tarmili. Belakangan, perusahaan yang dimaksud Tarmili tetap mengelola lahan yang mereka maksud. Dirinya tak berkutik karena sudah dihadapkan pada dokumen-dokumen resmi dari Negara. “Ketika sudah menjabat sebagai batin, saya pernah disodori uang dua milyar. Uang untuk diam dan tutup mulut. Saya tak menerima uang itu. Akibatnya, saya harus berkonflik dengan keluarga sendiri,” ulang Tarmili. 76 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 76



4/14/2020 1:43:23 PM



Ini menjadi ancaman tersendiri bagi orang Talang Mamak. Baiknya saya selesaikan catatan tentang ancaman internal mereka terlebih dahulu. Hutan, kata Tarmili, merupakan daerah ulayat bebas yang masih memungkinkan dikelola. Tata caranya jelas. Orang Talang Mamak harus melakukan musyawarah mulai dari level Ninik Mamak, Ketuha Adat, Manti, Mangku, hingga Batin. Tarmili mengulas tentang tata cara pelepasan tanah ulayat bebas itu. Ulayat seperti itu dapat diberikan pada orang Talang Mamak yang tidak memiliki warisan tanah tapi membutuhkan lahan karena hubungan perkawinan. Jika tanah itu akan dikelola orang di luar Talang Mamak, maka harus merunut pada sistem yang sudah dimaklumi bersama. Sekedar mengingatkan, saya mengulas tentang hal ini pada bagian sebelumnya. Jadi, lanjut dia, pelepasan hak ulayat dapat terjadi kapan saja oleh siapa saja dan dimana saja. Sepanjang hal tersebut disetujui oleh batin bersangkutan. Inilah yang menurut Tarmili menjadi salah satu kelemahan dalam adat mereka. Begitulah, secara internal, Talang Mamak memang penuh misteri. Perlu upaya yang cukup panjang guna memecahkan sengkarut misteri itu.



77 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 77



4/14/2020 1:43:23 PM



Seteru Tak Berimbang Dari rumah Rapan, saya menyambangi Irasan di rumahnya. Batin Rapan baru pertama kali menaiki Land Rover tua yang dikemudikan Otoy. Kami berbincang banyak sepanjang perjalanan. Lagi, di kiri kanan jalan saya berjumpa dengan tanaman sawit. Agaknya jenis tanaman itu telah menutupi sebagian besar petala tanah. Nyaris sedikit lahan tersisa untuk kegiatan masyarakat. Lahan sisa hanya berisi pemukiman, ladang dan sedikit tempat bermain. Ada pula sungai, tapi airnya sudah kuning. Menurut Rapan, dulu waktu dia masih belia, air sungai masih jernih. Perubahan itu terjadi sejak dia beranjak remaja. “Ya, sungai kan keruh. Hutan ditebang. Sawit tambah banyak,” katanya singkat. Saya mengerti maksudnya. Dia hendak mengatakan bahwa ada hubungan sebab akibat antara air sungai yang keruh dengan tutupan hutan yang kini sudah tidak berkanopi lagi. Sebagian hutan yang ditebang, kini ditumbuhi sawit. Ucapan Rapan sepertinya bertentangan dengan awal mula pertemuan kami. Di awal pertemuan kami, Rapan justru mengeluhkan persoalan harga sawit yang rendah. Kini Rapan justru berbalik dan terkesan agak ambigu. Saya segera mengesampingkan pikiran itu. Baiknya saya terus menggali pemikiran dan pengalaman Rapan. Kami terus berbual sepanjang perjalanan itu. Di rumah Batin Irasan, kami duduk dalam formasi segitiga. Rapan berada di samping kiri saya, dia berhadap-hadapan dengan Irasan yang berada di samping kanan saya. Basa basi kami berlangsung sebentar.



78 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 78



4/14/2020 1:43:23 PM



Saya mengenal Irasan pada beberapa pertemuan kami sebelumnya. Kedatangan saya dengan Rapan membuat Irasan merasa dihormati. Demikian pula kami, dia menyilakan Rapan dan rombongan saya untuk menyesap kopi hangat yang disediakan istrinya. “Wilayah Talang Parit juga sedang menghadapi persoalan yang sama dengan Tarmili,” kata Irasan, sesaat usai saya menceritakan pertemuan saya dengan Tarmili. Bahkan, lanjut dia, Gundok dan batin-batin yang lain juga menghadapi hal serupa. Ibarat sedang perang, kami ini harus bertempur melawan kompikompi yang kuat. Mungkin terlalu kuat bagi orang Talang Mamak. “Kami sedang berkonflik dengan perusahaan perkebunan sawit,” ungkap Irasan. Menurut Irasan, komunitas Talang Parit tidak pernah terlibat pembicaraan awal dengan pihak perusahaan, dalam hal ini PT Inecda Plantation. Perusahaan sudah langsung beroperasi, mereka melakukan pembersihan lahan dan penanaman secara sepihak. “Padahal, lokasi operasi perusahaan adalah di kawasan rimba di Talang Parit. Lokasi itu adalah Rimba Banta Maabut, Rimba Sungai Bayas, Rimba Badaran Gadang, Rimba Badaran Kacik, Rimba Danau Tiga Kacik, Rimba Danau Tiga Gadang dan Rimba Paya Kumbuh,” paparnya. Rimba dalam konteks pembicaraan Irasan adalah tanah ulayat yang masih bebas, yakni tanah ulayat yang belum ada hak milik atasnya. Hal serupa pernah saya bicarakan dengan Gundok. Secara umum, tanah ulayat di Talang Mamak terbagi atas dua, yakni: ulayat yang dikuasai dan dikelola oleh keluargakeluarga, dan yang kedua adalah ulayat yang masih terbuka untuk dikelola oleh siapapun selagi memenuhi segala persyaratannya. “Di dalam rimba, masyarakat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu 79 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 79



4/14/2020 1:43:23 PM



seperti rotan dan madu. Juga terdapat kawasan keramat, lokasi masyarakat mencari ikan, dan merupakan sumber air,” lanjut dia. Beberapa kali pertemuan sudah dilakukan. Tapi Irasan tetap merasa didustai. Pada 2003, dia harus menanda tangani Surat Kuasa yang diminta oleh HRM Yamin, Panglima Besar Adat kerajaan Kesultanan Indragiri. Surat tersebut ditanda tangani Irasan sebagai bentuk kepasrahannya dalam mengurus konflik yang terjadi. “Saya ndak tahu isi surat itu. Kan saya tidak bisa membaca dan menulis. Waktu ditanda-tangani, tidak dibacakan isi kuasa. Yang jelas, orang Kerajaan Indragiri yang akan mengurus segala sesuatu terkait konflik ini,” adu Irasan. Agak miris memang. Saya membayangkan suatu suasana yang penuh sandiwara dalam proses penandatanganan kuasa itu. Tapi entahlah, Irasan tak mau bicara banyak tentang prosesnya. Irasan menjelaskan, pada 24 Juni 2003 sudah ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Intinya PT Inecda Plantation akan mengembalikan HGUnya kepada Pemerintah. “Ini kan sangat bertentangan dengan hukum adat kami. Kalau di kami, tanah ulayat yang telah selesai dikelola oleh pihak lain mestinya dikembalikan pada adat. Ini tidak, baliknya ke Negara,” adunya lagi. Intinya, lanjut Irasan, surat perjanjian itu tidak satupun yang menguntungkan masyarakat. Kesepakatan itu juga mencabut semua surat-menyurat dan kesepakatan yang telah terjadi sebelumnya. “Kami ndak tahu lagi mau mengadu kemana,” katanya lirih. Berkait dengan konflik ini, juga terjadi pro dan kontra di masayarakat. Irasan menggambarkan sebuah keadaan dimana masyarakat Talang Parit terbelah menjadi beberapa bagian. Satu pihak, pro kepada perusahaan. 80 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 80



4/14/2020 1:43:23 PM



Sementara pihak lain ada yang kontra dengan perusahaan. Tapi lebih banyak lagi yang melihat-lihat keadaan, tergantung mana yang lebih menguntungkan. “Padahal, perjuangan masyarakat sudah dimulai sejak tahun 1996. Waktu itu ada kesepakatan pihak perusahaan akan membangunkan kebun plasma seluas 866 hektare. Tahun 2001, kami menanyakan rencana itu pada perusahaan, tapi belum juga ada proses pembangunan kebun plasma. Kami menanyakan itu bersama orang-orang dari Talang Sungai Limau,” papar Irasan. Di Talang Sungai Limau, saya menemui Salim, salah seorang yang ikut menuntut bersama Irasan. Salim mengakui, sudah dilakukan berkali-kali rapat. “Bahkan kami sudah sampai di Jakarta. Waktu itu ada LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang membantu memberangkatkan sampai ke Jakarta. Kami bahkan bertemu menteri, DPR RI. Kalau di daerah, kami sudah sering bertemu Bupati dan DPRD,” ungkap Salim. Salim menyanyangkan, proses perumusan persetujuan berlangsung lama. Pendamping masyarakat juga sudah berganti-ganti. Ada dari pihak Kerajaan, ada pengacara, ada LSM. Tapi hingga kini, orang Talang Mamak hanya menerima janji. “Terakhir, orang DPRD Kabupaten INHU yang mengatakan, silahkan mengadu sampai ke Jakarta, kami akan buatkan surat pengantarnya,” kata Salim menirukan. Salim membenarkan Irasan, tahun 2001, perwakilan masyarakat Talang Parit dan Talang Sungai Limau datang ke kantor PT Inecda Plantation di Jakarta. Perusahaan memberikan 3 tawaran, Pertama, PT Inecda Plantation akan membangunkan plasma seluas 250 hektare dengan syarat plasma tersebut berada di luar areal Hak Guna Usaha (HGU) perusahaan. Atau, kedua, perusahaan menyerahkan 25 ribu bibit sawit kepada masyarakat dan harus ditanam di areal masyarakat sendiri. Atau yang ketiga, perusahaan 81 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 81



4/14/2020 1:43:23 PM



memberi uang tunai yang jumlahnya akan ditentukan kemudian. “Semua kami tolak,” tandas Salim. Konflik ini menimbulkan ketegangan di lapangan. Antara perusahaan dan masyarakat sempat terjadi keributan. Sehingga Bupati Indragiri Hulu masa itu, Thamsir Rachman, terlibat menenangkan situasi dan berjanji akan membantu penyelesaian. “Itupun tak ada kemajuan, perusahaan tetap saja dengan sikap semula. Pada 2004, kami juga mendatangi DPRD INHU. Mereka hanya menjanjikan akan memfasilitasi pertemuan dengan perusahaan. Tapi, lagi-lagi tak ada hasil,” kata Salim. Menurut Irasan, pihaknya juga melakukan pertamuan dengan DPRD INHU pada 2006. Perusahaan sudah ada kesediaan membuatkan kebun plasma dalam pertemuan itu, tapi di lahan masyarakat sendiri, bukan dalam HGU perusahaan. “Pening kepala. Saya hitung setidaknya sudah ada 27 kali pertemuan. Tapi kami tetap saja begini,” kali ini Salim yang mengadu. Terakhir, pengakuan Irasan, pihak perusahaan menemui Gilung pada November 2018. Perusahaan meminta Gilung memfasilitasi pertemuan antara perusahaan dengan Batin Talang Parit dan Batin Talang Sungai Limau. Gilung menyanggupi permintaan itu. Dia berupaya mengatur jadwal dan keperluan untuk pertemuan. Dua minggu setelah itu, kedua belah pihak lantas berjumpa di Belilas. “Kami diminta menandatangani hasil pemetaan atau pengukuran ulang lahan perkebunan yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Negara dan perusahaan. Tapi kami menolak. Sampai kini, tak ada tindak lanjut,” tandas Irasan. 82 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 82



4/14/2020 1:43:23 PM



Kisah ini diceritakan sebagai ilustrasi bahwa orang Talang Mamak betulbetul sedang berada di ujung tanduk. Secara eksternal, banyak pihak yang memanfaatkan situasi, dan label Talang Mamak. Hal serupa diakui Gundok. Pihak luar saat ini sedang menunggu situasi yang tepat untuk bisa masuk ke Talang Mamak. Situasi orang Talang Mamak yang sulit, dimanfaatkan guna mengejar kepentingan-kepentingan tertentu. “Apa lagi kalau sudah musim Pemilu. Banyak saja yang datang. Kami mendapat janji surga, tanah kami akan diperjuangkan, disediakan lapangan kerja, dan janji-janji lainnya,” ungkap Gundok. Batin Irasan membenarkan. Dia menggambarkan kasus yang dia hadapi dengan perusahaan ini hanyalah bagian kecil dari banyaknya kasus yang terjadi di Talang Mamak. Saya tak mendata berapa banyak tanah ulayat yang berkasus di Talang Mamak. Namun setidaknya ilustrasi yang diberikan Irasan dan Salim telah menggambarkan betapa rumitnya keadaan Talang Mamak hari ini. Gundok bahkan mengaku, di wilayahnya saja ada tiga perusahaan yang beroperasi, semuanya bersinggungan dengan hak ulayat orang Ampang Delapan. Talang Mamak hari ini sepertinya dihadapkan pada persoalan seteru nan tak berimbang dengan pihak luar. Tak hanya perusahaan, pihak-pihak yang hanya mencari untung pun perlu diwaspadai. Tingkat kecurigaan semakin tinggi. Kepercayaan pada orang luar, kini hanya berbasis kepentingan semata. Termasuk pula pada kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi kehidupan orang Talang Mamak. Saya pikir, kekuatan tak berimbang ini semakin hari akan semakin timpang. Orang Talang Mamak perlu lawan sepadan. Tapi siapa pula lawan yang mau tunduk? Karena itu, orang Talang Mamak sendiri yang harus berupaya.



83 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 83



4/14/2020 1:43:23 PM



Lantas, apa yang perlu dilakukan untuk mengurai sengkarut ini? Semua pihak yang saya temui tampaknya sudah habis akal. Mereka menggeleng, tak tahu harus berbuat apa lagi. Cap sebagai masyarakat terasing, suku pedalaman serta cap lain yang disematkan pihak luar Talang Mamak kepada mereka turut memberikan kesan bahwa orang Talang Mamak patut dikasihani. Saya justru tidak bersepakat dengan hal tersebut. Masih ada kemungkinan untuk menegakkan benang basah Talang Mamak ini. Salah satu upaya yang mesti mereka lakukan adalah mendorong putra-putri mereka sekolah tinggitinggi. Pendidikan adalah langkah awal untuk meletakkan pondasi. Tapi sayang, banyak anak-anak Talang Mamak justru tidak pergi ke sekolah. Mereka malah mengandalkan hasil alam. Tak semua orang tua setangguh Gundok. Sebagai catatan, tiga orang anak Gundok kini bersekolah di Jakarta, anaknya yang paling bungsu bersekolah di Ampang Delapan. Kecuali itu, pembenahan dalam sistem dan struktur adat juga perlu dilakukan. Perlu ada penjelasan yang lebih nyata terkait jati diri orang Talang Mamak sendiri. Apakah kebatinan atau orang yang telah memeluk Islam masih dapat dikatakan sebagai Talang Mamak? Bagaimana batasan wilayah-wilayah yang adat? Apa saja yang membuat suatu wilayah dapat dikatakan wilayah adat orang Talang Mamak? Talang Mamak seperti hidup dari gawai yang satu ke gawai yang lainnya. Orang luar, sepertinya senang dengan itu. Pembiaran terjadi. Tapi sampai kapan?



84 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 84



4/14/2020 1:43:23 PM



Penutur Kisah Syafrizaldi, kerap disapa Aal Jpang. Lelaki kelahiran 1975 ini merupakan storyteller penulis, fasilitator dan fotografer yang telah terlibat menulis berbagai buku. Buku-bukunya bertema konservasi, anak, pengelolaan sumber daya alam, ekonomi, perempuan dan belakangan berkaitan dengan politik. Dia berpengalaman 20 tahun bekerja di bidang konservasi sumber daya alam, kebencanaan, perubahan iklim, dan perhutanan sosial, berikut menyasar advokasi atas kebijakan-kebijakan di daerah dan nasional di setiap bidang yang dia digeluti. Dalam beberapa tahun belakangan, Aal fokus mengembangkan SMART Branding untuk berbagai kepentingan sosial, bisnis dan personal. SMART branding merupakan upaya-upaya penyampaian pesan yang 1) menyasar audien yang lebih luas dan tak terbatas, sekaligus mengedukasi audien, 2) mengangkat keberhasilan dan kisah-kisah inspiratif melalui testimoni, 3) menggunakan saluran komunikasi multi-channels dan 4) menggunakan pendekatan kreatif-inovatif. Karakter utama yang dia dikembangkan dalam SMART Branding adalah dengan 1) mentransformasikan bahasa teknis menjadi bahasa populer, 2) mengutamakan kisah inspiratif dan upaya-upaya yang bermanfaat, 3) mengangkat sudut pandang yang emosional dan penuh nilai positif, 4) menggunakan saluran komunikasi yang beragam, dan 5) mampu memanfaatkan momentum dengan cermat. Dia aktif menjadi kontributor tulisan di berbagai media, diantaranya: Majalah National Geographic Indonesia Traveler, Majalah Kartini, Majalah Intisari, Majalah Mutiara Biru, The Jakarta Post, Koran Tempo, jurnalistravel. com, travelnatic.com, pesona.travel, dan lainnya. Tulisan dan fotonya banyak dimuat ulang oleh media arus utama semisal kompas.com, tribunnews. com, phnompenhpost.com, annx.asianews.network, asianews.eu, dan



85 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 85



4/14/2020 1:43:23 PM



borneobulletin.com.bn. Kecuali itu, Aal juga berkontribusi pada laporan-laporan berbagai proyek dengan menuliskan kisah-kisah langsung dari lapangan. Kisah-kisahnya memberi warna pada laporan-laporan monoton sehingga enak dibaca, mudah dimengerti dan sederhana. Buku-buku yang pernah ditulis, di antaranya: 1. Perempuan di Singgasana Lelaki, Atlas Pemimpin Perempuan di Indonesia, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama GPU pada September 2019. Aal menulis buku ini bersama Diah Suradiredja melalui dukungan The Ford Foundation; 2. Kepak Punai, tentang perjuangan tanah ulayat oleh masyarakat adat Melayu di Riau, diterbitkan GPU tahun 2018; 3. Langkas Jenggala, berkisah tentang Perhutanan Sosial di Indonesia, diterbitkan oleh GPU tahun 2018; 4. 4 Sisi, mengisahkan kondisi peri kehidupan dan konservasi di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), diterbitkan oleh GPU pada 2017; 5. Namaku Dahlia, tentang koperasi perempuan di Lubuk Beringin (Jambi) yang berdaya secara ekonomi, diterbitkan GPU pada, 2015; 6. Namaku Dahlia, tentang koperasi perempuan di Lubuk Beringin (Jambi) yang berdaya secara ekonomi, diterbitkan Pundi Sumatera dan The Partnership pada 2014; 7. Riak Mendesau, mengulas testimoni para pihak di Sumatera dalam Pengelolaan Hutan Lestari dan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu, diterbitkan Pundi Sumatera dan Multi Stakeholder Forest Program (MfP), Aliansi Pemantau Independen Kehutanan Sumatera (APIKS) dan Yayasan Kehati pada 2012; 8. Mimpi Hutan Desa, mengisahkan pembelajaran dari inisiatif hutan desa, diterbitkan Pundi Sumatera dan The Partnership pada 2010; 9. Lentera Kampung Hutan, tentang pembelajaran pengembangan energi listrik di desa-desa sekitar kawasan TNKS, diterbitkan Pundi Sumatera, MfP Phase 2 dan The Partnership for Governance 86 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 86



4/14/2020 1:43:23 PM



Reform-Indonesia pada 2010; 10. Parak: Sosial Forestry Ala Masyarakat Kotomalintang, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat di Bogor, 2004. Sebagai editor dan kontributor tulisan, Aal terlibat dalam buku-buku, di antaranya: 1. Langgam Salindia, kisah tentang perjuangan konservasi di Sumatera, diterbitkan Pundi Sumatera dan Tropical Forest Conservation Action (TFCA) Sumatra pada 2018; 2. Bait Satria Andalas, kisah-kisah perjuangan konservasi di Sumatera bagian Utara, diterbitkan TFCA dan Leuser Conservation Partnership pada 2018; 3. Seharum Tanah Wana, buku tentang inisiatif masyarakat Wana Posangke (di Sulawesi Tengah) dalam mengelola sumber daya alam, diterbitkan Yayasan Merah Putih di Palu pada 2018; 4. Detak Konservasi Sumatra, buku berkisah tentang berbagai inisiatif konservasi di hutan Sumatera, diterbitkan GPU pada 2017; 5. Tumbuh di Era Digital, bercerita tentang perkembangan anak di era digital, diterbitkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dan UNICEF Indonesia di Jakarta pada 2016; 6. Plan C, buku tentang Metodologi Pengorganisasian Masyarakat berbasis Lanskap, diterbitkan Pundi Sumatera dan TFCA Sumatra pada 2016; 7. Buku Saku Pendamping Lembaga Keuangan Mikro, diterbitkan Pundi Sumatera dan TFCA Sumatra pada 2015; 8. Menyemai Siaga di Lereng Malalak, sebuah buku foto tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana alam, dipublikasikan Yayasan FIELD Indonesia dan Muslim Aid di Padang pada 2010; 9. Watershed Management Toolkits, sebuah buku tentang pengelolaan daerah aliran sungai, diterbitkan oleh USAID’s ESP, Kementerian Kehutanan dan BAPPENAS di Jakarta pada 2009; 10. Potret Hutan Jambi, sebuah buku tentang kondisi hutan di Provinsi Jambi, dipublikasikan KKI Warsi, Jambi 2005; 87 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 87



4/14/2020 1:43:23 PM



11. Obrolan Lapau-Obrolan Rakyat, buku tentang potret pergulatan kembali ke nagari di Sumatera Barat, diterbitkan Studio Kendil, Instutut Hukum Sumberdaya Alam dan KKI Warsi, Bogor 2004; 12. Parak-Mutiara Di Tepi Danau, booklet tentang pengelolaan hutan berbasis masyarakat, dipublikasikan KKI Warsi pada 2002.



88 TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 88



4/14/2020 1:43:23 PM



TALANG MAMAK DI TEPI ZAMAN.indb 89



4/14/2020 1:43:23 PM