10 0 379 KB
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Diagnosa Medis Thalasemia Dosen pembimbing : Agustin Nugrahani. S.Kep.,Ns
Disusun oleh : Ulfa Nadiya H
(9103016076)
Olga Rara N
(9103016022)
Novelin Ina T Vincensius
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2018
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas B.1. Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua kepada anak. Thalasemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis thalassemia berbahaya setiap tahunnya. Thalassemia terutama menimpa keturunan Italia, Yunani, Timur Tengah, Asia dan Afrika. Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang memiliki mutated gen atau gen mutasi thalassemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat thalassemia). Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana satu dari ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu maupun ayah adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen, atau dengan kata lain mempunyai penyakit thalassemia, adalah sebesar 25 persen. Anak dari pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa. Tanpa perawatan medik, limpa, jantung dan hati menjadi membesar. Di samping itu, tulang-tulang tumbuh kecil dan rapuh. Gagal jantung dan infeksi menjadi penyebab utama kematian anak-anak penderita thalassemia major yang tidak mendapat perawatan semestinya. Bagi anak-anak penderita thalassemia major, transfusi darah dan suntikan antibiotic sangat diperlukan.Transfusi darah yang rutin menjaga tingkat hemoglobin darah mendekati normal. Namun, transfusi darah yang dilakukan berkali-kali juga mempunyai efek samping,
yaitu pengendapan besi dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung dan organ- organ tubuh lain. 1.2 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien talasemia
1.2.2 Tujuan Khusus
Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien talasemia
Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnose keperawatan pada klien talasemia
Dapat membuat perencanaan pada klien talasemia
Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien talasemia
1.3 Rumusan Masalah
Apa pengertian talasemia?
Apa etologi talasemia?
Bagaimana patofisiologi talasemia
Apa manifestasi klinis pada talasemia?
Bagaimana WOC talasemia?
Bagaimana pengkajian talasemia?
Bagaimana analisa data talasemia?
Bagaimana rumusan diagnose keperawatan talasemia?
Bagaiamana rencana tindakan keperawatan talasemia?
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Definisi Talasemia merupakan kelompok gangguan darah yang diwariskan, dikarakteristikkan dengan defisiensi rantai globulin spesifik molekul hemoglobin. (Mary, 2005 : 285) Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik. Pada penyakit ini terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek yaitu kurang dari 100 hari. (Desmawati,2013 : 316) Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor. (Mansjoer, 2000 : 497) Klasifikasi thalassemia (Desmawati, 2013 : 319) 1. Secara molekuler thalasemia dibagi menjadi :
Thalasemia α (gangguan pembentukan rantai α)
Thalasemia β (gangguan pembentukan rantai β)
Thalasemia β-δ (gangguan pembentukan rantai β dan δ yang letak gennya diduga berdekatan)
Thalasemia δ (gangguan pembentukan rantai δ)
2. Secara klinis dibagi menjadi 2 golongan :
Thalassemia Mayor (bentuk homozigot), memberikan gejala klinis yang jelas
Thalasemia Minor, biasanya tidak memberikan gejala klinis
2.2 Etilogi 1. Penyebab Primer Berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler 2. Penyebab Sekunder
Defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan
hemodilusi
dan
destruksi
eritrosit
oleh
system
retikuloendotial dalam limfa dan hati. 2.3 Patofisiologi Pada keadaan normal disintesis haemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95% dari seluruh haemoglobin. Sisanya terdiri dari haemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dan 2 rantai delta sedangkan kadarnya tidak lebih dari 2% pada keadaan normal. Haemoglobin F (fetal) setelah lahir akan menurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa yaitu, tidak lebih dari 4% pada keadaam normal. Haemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Pada thalasemia, satu atau lebih dari satu rantai globin kurang diproduksi sehingga terdapat kelebihan rantai globin karena tidak ada pasangan dalam proses pembentukan haemoglobin normal orang dewasa (HbA). Kelebihan rantai globin yang tak terpakai akan mengendap pada dinding eritrosit. Keadaan ini menyebabkan eritropoesis tidak efektif dan eritrosit memberikan gambaran anemia hipokrom, mikrositer. Pada thalasemia beta produksi rantai beta terganggu, mengakibatkan
kadar
haemoglobin
menurun
sedangkan
produksi
haemoglobin A2 dan haemoglobin F tidak terganggu karena tidak memerlukan rantai beta tetapi akan memproduksi lebih banyak daripada keadaan normal, sebagai usaha kompensasi. Eritropoesis di dalam susunan tulang bekerja sangat giat, dapat mencapai 5 kali lipat dari nilai normal, begitu juga apabila ada eritropoesis ekstra medular hati dan limfa. Destruksi eritrosit dan prekusornya di dalam sumsum tulang adalah luas (eritropoesis tidak efektif) dan masa hidup eritrosit memendek (normalnya 120 hari, pada penyakit ini kadang tidak sampai 100 hari) dan terjadi hemolisis.
Normal haemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan 2 polipeptida rantai alfa dan 2 rantai beta
Pada beta thalasemia (mayor) yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta dalam molekul haemoglobin, sehingga ada gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen
Ada suatu kompensator yang meningkat di dalam rantai alfa, tetapi rantai
beta
memproduksi
menghasilkan
secara
haemoglobin
terus
defective.
menerus
sehingga
Ketidakseimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia atau hemosidoresis
Kelebihan rantai polipeptida mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intraeriytrositik yang mengalami presipitasi, terjadi sebagai rantai polipeptida alfa dan beta, atau terdiri dari haemoglobin tak stabil badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis
Reduksi
dalam
haemoglobin
menstimulasi
bone
marrow
memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoitik aktif. Kompensator proudksi RBC terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi haemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh. 2.4 Manifestasi Klinik 1. Thalasemia mayor telah terlihat sejak anak baru berumur kurang dari 1 tahun, yaitu :
Lemah
Pucat
Perkembangan fisik tidak sesuai umur
Berat badan kurang
Tidak dapat hidup tanpa transfusi
Tulang kranial tebal dengan pipi menonjol dan hidung datar
Urine pekat
2. Thalasemia minor umumnya hanay menyebabkan anemia ringan sampai sedang dan sering tidak terdeteksi. 2.5 WOC
Rantai globin tidak lengkap
Kesalahan letak asam amino polipeptida
Kekurangan Rantai β dalam Molekul Haemoglobin
Polipeptida tidak seimbang
Rantai α mengalami peningkatan di dalam bekerja sebagai kompensasi dan rantai β tetap bekerja
Talasemia
Hemoglobin tidak sempurna
Usia eritrosit 40x/mnt
Sesak MK : Ketidakefektifan pola nafas
Ds :
Talasemia Ibu
klien
sempurna
mengatakan MPASI
Hemoglobin tidak
yang
nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Hemolysis
diberikan kepada anaknya
tidak
Suplai O2 tidak
pernah
habis
tercukupi
seluruhnya.
Ketidakseimbangan
Paling banyak 3 sendok
pencernaan mengalami kerusakan
Do :
Sel sel di system
Porsi makan yang dihabiskan
:
3
Mual
Muntah
Bising
system pencernaan Asam lambung
sendok
Peradangan pada
meningkat Perut terasa penuh usus
: Mual dan muntah
>5x/mnt
Intake nutrisi tidak adekuat MK : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Ds :
Talasemia Ibu
klien
sempurna
mengatakan cemas
Hemoglobin tidak
akan
Hemolisis
kondisi anaknya. Bingung apa yang harus
dilakukan
untuk meringankan
Anemia Transfusi darah MRS
kondisi anaknya
Cemas terhadap
hingga sulit untuk
kondisi anak
tidur
MK : Ansietas
Ansietas
Do :
Ibu klien tampak gelisah
saat
menunggu anaknya
3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan suplai O2 yang tidak terpenuhi yang ditandai dengan Ibu klien mengatakan nafas anaknya terengah-engah, Tampak penggunaan otot pernafasan, Takipnu, RR : >40x/mnt. 2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat yang ditandai dengan Ibu klien mengatakan MPASI yang diberikan kepada anaknya tidak pernah habis seluruhnya. Paling banyak 3 sendok, Porsi makan yang dihabiskan : 3 sendok, Mual, Muntah,Bising usus : >5x/mnt. 3. Ansietas berhubungan dengan kondisi anak yang ditandai dengan Ibu klien mengatakan cemas akan kondisi anaknya. Bingung apa yang harus dilakukan untuk meringankan kondisi anaknya hingga sulit untuk tidur, Ibu klien tampak gelisah saat menunggu anaknya .
3.4 Intervensi No 1
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil
Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan
Intervensi
Rasional
1. Jelaskan kepada keluarga
1. Edukasi
yang
berhubungan dengan suplai keperawatan selama 2x24 jam,
klien
penyebab
dari
diberikan kepada
O2 yang tidak terpenuhi yang masalah ketidakefektifan pola nafas
sesak
dan
cara
keluarga
ditandai dengan Ibu klien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
mengatasinya
mengatakan nafas anaknya terengah-engah,
Tampak
klien
dapat
Klien dan keluarga klien
2. Atur posisi semi fowler
meningkatkan
kooperatif
3. Pemberian O2 (k/p)
kooperatif mereka
4. Kolaborasi
dalam intervensi
penggunaan otot pernafasan,
Pola nafas normal
Takipnu, RR : >40x/mnt.
RR : 20-40x/mnt
dengan
dokter dalam pemberian
yang
transfuse darah
perawat
5. Observasi RR, saturasi O2
dilakukan
2. Pengembangan paru akan lebih maksimal
pada
posisi semi fowler sehingga masuk dekuat
O2 lebih
3. Memenuhi kebutuhan O2 di jaringan 4. Transfuse membantu memenuhi kebutuhan darah
sel merah
sehingga
Hb
meningkat 5. Observasi setelah tindakan
dapat
memantau kondisi
klien
setelah dilakukan intervensi
2
Ketidakseimbangan nutrisi : Setelah dilakukan tindakan kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan selama 2x24 jam,
1. Jelaskan kepada klien penyebab kekurangan
1. Edukasi yang diberikan kepada
berhubungan dengan intake masalah Ketidakseimbangan nutrisi
nutrisi pada anak dan
keluarga klien
nutrisi tidak adekuat yang : kurang dari kebutuhan tubuh dapat
cara mengatasinya.
dapat
ditandai dengan Ibu klien teratasi dengan kriteria hasil : mengatakan
MPASI
yang
diberikan kepada anaknya
2. Anjurkan kepada ibu
Keluarga klien dan klien
klien untuk memberikan
kooperatif
kooperatif
makanan kepada klien
mereka dalam
saat masih hangat
intervensi yang dilakukan oleh
habis
Nafsu makan meningkat
seluruhnya. Paling banyak 3
Porsi makan yang
3. Anjurkan kepada ibu
dihabiskan 1 porsi
klien untuk memberi
tidak
pernah
sendok, Porsi makan yang dihabiskan : 3 sendok, Mual,
Tidak mual
makan sedikit demi
Muntah,Bising
Tidak muntah
sedikit.
Bising usus : 3-5x/mnt
>5x/mnt.
usus
:
meningkatkan
4. Kolaborasi dengan
perawat 2. Makanan yang masih hangat dapat
dokter dalam pemberian
memberikan rasa
antimetik
nyaman pada
5. Observasi berat badan klien secara berkala
perut klien sehingga mual dapat berkurang. 3. Mual dapat memicu muntah yang
mengakibatkan nutrisi tidak terpenuhi. Makan sedikit demi sedikit dapat membangtu nutrisi tetap terpenuhi walau dalam keadaan mual. 4. Obat antimetik dapat mengatasi mual dan muntah 5. Observasi setelah tindakan
dapat
memantau kondisi
klien
setelah dilakukan intervensi
3
Ansietas dengan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan kondisi anak yang keperawatan selama 2x24 jam,
1. Berikan edukasi dan
1. Kecemasan
informasi kepada
terjadi karena
ditandai dengan Ibu klien masalah ansietas dapat teratasi
keluarga klien tentang
kurangnya
mengatakan
kondisi penyakit yang
informasi yang
dialami klien
dimiliki oleh
cemas
akan dengan kriteria hasil :
kondisi anaknya. Bingung
apa yang harus dilakukan
Klien dan keluarga klien kooperatif
2. Berikan pendampingan
untuk meringankan kondisi
Ibu tidak gelisah
saat keluarga klien
anaknya hingga sulit untuk
Tingkat kecemasan
cemas
tidur,
Ibu
gelisah anaknya .
klien
saat
tampak
menunggu
berkurang
3. Observasi system koping
keluarga klien 2. Pendampingan dapat mendukung psikologis klien
klien dalam problem
atau keluarga
solving
klien
4. Observasi tingkat kecemasan
3. Perawat dapat membantu klien jika system koping klien dapat teridentifikasi 4. Observasi setelah tindakan
dapat
memantau kondisi
klien
setelah dilakukan intervensi
BAB 4 DaftarPustaka 1. Muscari E Mary.2005.Keperawatan Pediatrik.Jakarta.EGC.Edisi 3 2. Ann M, Robert, Richard, Waldo.2000.Ilmu Kesehatan Anak(Nelson Textbook of Pediatrics).Jakarta.EGC.Edisi 5.Volume 2 3. Desmawati.2013.Sistem Hematologi dan Imunologi.Jakarta.In Media