Tekhnik Koding Dalam Penelitian Kualitatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEKNIK KODING DALAM DATA KUALITATIF



A. Latar Belakang Dalam penelitian kualitatif, data coding atau pengodean data memegang peranan penting dalam proses analisis data, dan menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian. Salah seorang sosiolog bernama Anselm Strauss (1987: 27) pernah mengatakan: “Any researcher who wishes to become proficient at doing qualitative analysis, must learn to code well and easily. The excellence of the research rests in large part on the excellence of the coding.” Setiap peneliti yang berkeinginan untuk menjadi mahir dalam melakukan analisis kualitatif, harus belajar untuk mengodekan data dengan baik dan mudah. Keunggulan penelitian sebagian besar terletak pada keunggulan pengodean data. Sayangnya, dalam berbagai literatur mengenai penelitian kualitatif di Indonesia, tidak banyak orang yang membicarakan tata cara atau tehnik-tehnik dalam melakukan pengodean, meskipun pengodean merupakan suatu tugas yang penting dan krusial dalam proses analisis. Dalam tulisan ini, penulis hendak membagi beberapa pengetahuan mengenai tata cara melakukan pengodean. Mungkin baik apabila penulis awali dulu dengan penjelasan mengenai apa itu kode dalam penelitian kualitatif. B. Pengertian Kode Definisi kode yang dipaparkan oleh Saldana (2009 : 3) adalah sebagi berikut: “A code in qualitative inquiry is most often a word or short phrase that symbolically assigns a summative, salient, essence-capturing, and/or evocative attribute for a portion of language-based or visual data.” Kode dalam penelitian kualitatif merupakan kata atau frasa pendek yang secara simbolis bersifat meringkas, menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu porsi data, baik itu data berbasiskan bahasa atau data visual. Dengan bahasa yang lebih sederhana, kode adalah kata atau frasa pendek yang memuat esensi dari suatu segmen data.



1. Apa itu pengodean? Dibawah ini adalah perumpamaan dimana seorang peneliti sedang berhadapan dengan sebuah segmen data wawancara yang berbunyi sebagai berikut: “Setiap hari saya selalu sempatkan diri untuk pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku dan jurnal-jurnal yang relevan dengan topik penelitian saya. Setelah itu saya dapatkan, saya pun membuat jadwal untuk membaca, dan kemudian mencatat apa yang saya pahami dari buku/jurnal tersebut dalam sebuah catatan khusus”. Pada segmen data dibawah ini, sebuah kata atau frasa singkat yang meringkas atau memuat esensi atau pesan dari segmen data itu. Maka dapat menggunakan frasa “mendalami topik penelitian”, atau “pendalaman topik” untuk mewakilkan esensi dari segmen data tersebut. Pengodean adalah aktifitas memberi kode terhadap segmen-segmen data. Biasanya, dalam melakukan pengodean peneliti membagi tiga kolom kerja. Satu kolom untuk data mentah, satu kolom untuk kode awal, dan satu kolom lagi untuk kode akhir. Cermatilah contoh berikut gambar 1.1 KOLOM 1 Kode Awal Semakin dekat usia pensiun, semakin cepat saya menginginkannya terjadi. Saya belum genap berusia 55 tahun dan saya akan memberi apa pun untuk pensiun sekarang. Tetapi ada tungggakan yang harus dilunasi dan masih banyak lagi untuk dihemat dalam tabungan sebelum saya dapat memikirkannya. Saya tetap bermain lotre, dengan harapan memenangkan jutaan itu. Belum beruntung.



KOLOM 2 Data Mentah Umur pensiun



kewajiban keuangan



mimpi tentang pensiun dini



Sumber: Saldana (2009: 17) KETERANGAN: Kolom 1 memuat data mentah. Kolom 2 memuat kode-kode per kalimat dalam data mentah kolom 3 memuat kode dari segmen data itu secara keseluruhan



KOLOM 3 Kode Akhir Keinginan/ kegelisahan pensiun



2. Apa yang dikodekan? Dalam hal ini ada sangat banyak jawaban yang dapat disampaikan. Ketika peneliti melakukan analisis, yang dikodekan adalah makna pernyataan, perilaku, peristiwa, perasaan, tindakan dari informan, dan lain-lain tergantung apa yang terkandung dalam segmen data yang dihadapi. Ada sejumlah pertanyaan yang dapat peneliti ajukan ketika ia berhadapan dengan segmensegmen data, yang sekiranya dapat membantu untuk melakukan pengodean sebagai berikut: a) Apa yang sedang terjadi disini? b) Apa asumsi-asumsi yang berada di balik peristiwa ini? c) Apa yang ingin disampaikan oleh informan lewat pernyataan ini? d) Secara esensial, apa sebenarnya yang sedang informan ini lakukan? e) Apa maksud informan ini melakukan hal ini? f) Apa makna dari peristiwa ini? g) Perasaan apa yang tercermin lewat pernyataan informan ini? Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah sebagian kecil pertanyaan yang dapat membantu peneliti dalam melakukan pengodean terhadap pernyataan, perilaku, perasaan, tindakan dari informan yang dijumpainya dalam segmensegmen data. 3. Pertanyaan yang perlu dipertimbangkan saat Anda membuat kode Auerbach & Silverstein (2003, hal: 44) menganjurkan agar Anda menyimpan salinan perhatian riset Anda, kerangka teoritis, pertanyaan riset pusat, tujuan penelitian, dan isu-isu besar lainnya pada satu halaman di depan Anda untuk membuat Anda tetap fokus dan menyisihkan kegelisahan Anda karena halaman memfokuskan keputusan pengkodean Anda. Emerson, Fretz, &



Shaw



(1995)



menyarankan



daftar



umum



pertanyaan



yang



perlu



dipertimbangkan ketika mengkodekan catatan lapangan (dalam urutan kronologis), terlepas dari tujuan penelitian: a) Apa yang orang-orang lakukan? b) Apa yang mereka coba capai? c) Bagaimana tepatnya mereka melakukan ini?



d) Apa artinya dan / atau strategi khusus mereka menggunakan? e) Bagaimana anggota berbicara tentang, mencirikan, dan memahami apa yang sedang terjadi? f) Asumsi apa yang mereka buat? g) Apa yang saya lihat terjadi di sini? Apa yang saya pelajari dari catatancatatan ini? h) Mengapa saya memasukkan mereka?



C. Jenis Pengodean dalam Penelitian Kualitatif Menurut Saldana 2013 Pengodean dalam penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan berdasarkan tahapannya, dan berdasarkan segmen data yang dikodekan. Berdasarkan tahapan, Charmaz (2006) mengemukakan tiga jenis pengodean yaitu pengodean awal (initial coding), pengodean terfokus (focused coding) pengodean berporos (axial coding), dan pengodean selektif (selective coding). Berdasarkan segmen data yang dikodekan, Charmaz mengemukakan tiga jenis pengodean, yaitu pengodean kata-per-kata (word-by-word coding), pengodean baris-per-baris (line-by-line coding), dan pengodean insiden-perinsiden (incident-by-incident coding).



Pembahasan mengenai jenis-jenis pengodean dalam penelitian kualitatif, secara lebih komprehensif dipaparkan oleh Saldana (2009 : 46). Ia mengutarakan bahwa pengodean bukan merupakan suatu proses yang linear melainkan suatu proses yang siklikal, selalu berputar. Ia membagi proses pengodean ke dalam dua tahap yaitu, siklus pertama pengodean (first cycle coding), dan siklus kedua pengodean (second cycle coding).



1. Siklus pertama pengkodean Siklus pengodean pertama merupakan sebuah proses dimana peneliti kualitatif berhadapan langsung dengan data mentah dan mulai melakukan analisis-analisis awal, memberi label, keterangan, dan atribut-atribut pada data yang telah dikumpulkan. Saldana (2009: 45) mengatakan bahwa pada tahap ini ada beberapa metode yang bisa digunakan peneliti, yaitu: a) Metode Gramatikal Metode gramatikal dalam pengodean data tidak mengacu pada sisi gramatikal dari bahasa seperti yang umumnya dipahami orang, tetapi lebih kepada prinsip-prinsip dasar gramatikal dari sebuah tehnik. Dalam metode ini terdapat tiga macam pengodean, yaitu: 1) Pengodean Atribut Pengodean atribut adalah pemberian notasi terhadap atributatribut data yang telah dikumpulkan peneliti. Atribut-atribut tersebut dapat berupa karakteristik demografis dari partisipan (usia, gender, etnisitas, dll), latar belakang tempat pengumpulan data (nama tempat, kota, propinsi, negara, dll), format data (wawancara, observasi lapangan, dokumentasi, dll), waktu (tanggal, bulan, tahun, musim, jam, dll), atau berbagai atribut yang lain. Pengodean atribut ini bisa dilakukan per partisipan, dan memang baiknya begitu, atau pun per kumpulan data dari beberapa partisipan. Pengodean atribut ini adalah sebuah upaya untuk memperoleh deskripsi karakteristik partisipan yang dijadikan sumber data, dan atau suatu kumpulan data. Hal ini akan sangat membantu peneliti dalam memahami perbedaan-perbedaan informasi yang dapat ditemukan ketika melakukan pembandingan data, dan menjadi pegangan bila hendak menggali informasi lebih jauh dari para partisipan. Apa saja atribut yang diberikan selalu tergantung dari fokus penelitian yang dilakukan. Misalkan peneliti hendak meneliti tentang perjuangan para penderita



penyakit



kusta



dalam



melawan



stigmatisasi



dari



masyarakat, maka atribut-atribut yang dapat diberikan adalah nama,



usia, gender, status, lama derita, orientasi seksual, dll. Contoh pengodean atribut dapat dilihat sebagai berikut:  Partisipan : Naomi  Usia : 20 Tahun  Gender : Perempuan  Status : Lajang  Orientasi Seksual : Heteroseksual  Lama derita : 2 tahun  Kategori kelas sosial : Menengah  Format data: Wawancara  Waktu : 10:00 -11:00



Peneliti dapat menambahkan atribut-atribut lain sesuai dengan kebutuhan



dan



relevansinya



dengan



fokus



penelitian.



Jadi,



pengodean atribut adalah pemberian informasi deskriptif terhadap data yang dikumpulkan. 2) Pengodean Magnitude Pengodean yang berikut dalam metode gramatikal adalah pengodean magnitude. Dalam pengodean ini, peneliti menambahkan sejumlah keterangan numerikal atau simbolik terhadap data yang berfungsi untuk menerangkan intensitas, frekuensi, direksi, atau evaluasi terhadap informasi atau pesan yang ada dalam data. Keterangan simbolik itu biasa berupa huruf atau alfabet yang mencerminkan sifat, contohnya: K untuk kuat, S untuk sedang, L untuk lemah, atau TSS untuk tidak sama sekali. Sedangkan keterangan numerikal adalah pemberian angka-angka terhadap sifat di atas, contohnya: 3 untuk kuat, 2 untuk sedang, 1 untuk lemah, dan 0 untuk tidak sama sekali. Pengodean magnitude ini lazimnya dilakukan dalam studi tentang persepsi partisipan terhadap satu atau dua objek (peristiwa, orang, isu, ide, teori, dan lain-lain), atau studi-studi semacam itu. Pengodean magnitude juga biasanya dipakai dalam metode penelitian campuran



(mixed-methods) kualitatif-kuantitatif, dimana melalui metode kualitatif partisipan/responden dipisahkan berdasarkan karakteristik tertentu, kemudian mulai diuji dengan metode kuantitatif untuk dapat diketahui perbedaan-perbedaannnya. 3) Pengodean Simultan Pengodean yang terakhir dalam metode gramatikal adalah pengodean simultan. Seringkali dalam suatu data kualitatif terkandung lebih dari satu makna dan sangat kompleks untuk dikodekan dengan hanya satu kode. Ketika menghadapi data semacam itu, peneliti memberi dua atau lebih kode (misalnya kode A dan kode B, sebagai alternatif) terhadap satu bagian data yang sama.



Sumber: Saldana (2009: 63)



Atau juga seringkali peneliti menemukan data kualitatif yang pesan intinya sudah dapat diketahui pada bagian awal data, namun masih terurai panjang lebar sehingga terasa perlu juga bagian-bagian tersisa dari data itu dikodekan. Dalam kondisi seperti itu peneliti memberi sebuah kode utama pada bagian awal data, dan mulai memberi subkode-subkode pada bagian-bagian data yang tersisa.



Sumber: Saldana (2009: 63)



Proses pengodean ini dikenal sebagai pengodean simultan. Ketiga jenis pengodean di atas merupakan bagian dari metode gramatikal dalam siklus pertama pengodean data kualitatif.



b) Metode Elemental Metode elemental umumnya adalah metode yang paling sering dipakai dalam mengodekan data-data kualitatif dalam berbagai desain penelitian. Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang selalu ingin menggali temukan makna dari sebuah fenomena, maka dalam melakukan wawancara



peneliti



kualitatif



umumnya



menggunakan



pertanyaan-



pertanyaan terbuka ketimbang pertanyaan yang terstruktur agar lebih fleksibel. Dan biasanya dari satu pertanyaan penelitian, seiring dengan jalannya wawancara dan mendengar pandangan dari para partisipan, peneliti sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan follow-up yang erat hubungannya dengan pertanyaan penelitian utama untuk menggali lebih dalam informasi-informasi yang potensial menjadi temuan. Dengan kondisi seperti itu, setelah hasil wawancara ditranskripsikan dalam bentuk teks, peneliti terkadang akan berhadapan dengan seabrek transkrip yang pada hakekatnya hanya memuat informasi mengenai satu pertanyaan penelitian. Oleh karena itu untuk lebih memudahkan analisis,



peneliti kualitatif dapat mengodekan semua informasi tersebut dalam sebuah kalimat atau frasa singkat yang memuat intisari dari hasil wawancara. Kode yang diberikan tersebut hanya merepresentasikan data dari satu atau tiap-tiap pertanyaan penelitian. Terdapat lima jenis pengodean data dalam metode ini, yaitu: 1) Pengodean Struktural Saldana (2009: 66) mendefinisikan pengodean struktural sebagai berikut: “Structural Coding applies a content-based or conceptual phrase representing a topic of inquiry to a segment of data that relates to a specific research question used to frame the interview”



Sumber: Saldana (2009: 67)



Pengodean struktural menerapkan sebuah frase konseptual atau yang berbasis isi, yang mewakilkan suatu topik temuan dari data berkaitan dengan suatu pertanyaan penelitian yang spesifik. 2) Pengodean Deskriptif Jenis pengodean yang kedua dalam metode elemental adalah Pengodean Deskriptif, dimana peneliti hanya meringkas pesan dari sebuah bagian kecil data kualitatif dalam sebuah kata atau frasa pendek. Pengodean deskriptif ini adalah jenis pengodean data yang paling sering dipakai oleh peneliti kualitatif, khususnya para analis



pemula. Apabila yang dihadapi adalah data-data dalam bentuk teks, maka kalimat-kalimat dalam teks itulah yang dikodekan secara deskriptif. Namun pada dasarnya jenis pengodean ini dapat dipakai untuk berbagai jenis data kualitatif (transkrip wawancara, catatan lapangan, jurnal, dokumen, gambar, artifak sosial, dan video). “Descriptive coding summarizes in a word or short phrase – most often as a noun the basic topic of a passage of qualitative data”. Saldana (2009: 70).



Sumber: Saldana (2009: 71)



3) Pengodean In Vivo Jenis pengodean yang ketiga adalah Pengodean In-Vivo. Secara teknis, pengodean in-vivo dan pengodean deskriptif tidak jauh berbeda, hanya dalam pengodean in-vivo, kata atau frasa pendek yang diberikan untuk meringkas pesan dalam data kualitatif tidak berasal dari peneliti, namun dipilih dari dalam data itu. Artinya, kode yang diberikan tersebut merupakan kata-kata aktual dari partisipan yang



diwawancarai.



Strauss



(1987:



33)



mendefinisikan



jenis



pengodean ini sebagai berikut: “In vivo’s root meaning is “in that which is alive” and as a code refers to a word or short phrase from the actual language found in the qualitative data record, “the term used by themselves”



Sumber: Saldana (2009: 75)



4) Pengodean Proses Jenis pengodean yang berikut adalah Pengodean Proses. Jenis pengodean ini juga tidak jauh berbeda dengan pengodean deskriptif dan in-vivo, hanya kode yang diberikan untuk setiap bagian data kualitatif adalah berupa kata kerja yang sedang berlangsung, seperti “mengawasi”,



“menghayal”,



“merencanakan”,



“memarahi”,



“memendam rasa takut”, dan lain-lain. Intinya, semua kode yang diberikan terhadap data adalah kata-kata kerja yang sedang berlangsung, sehingga mencerminkan sebuah proses. Oleh sebab itu pengodean ini disebut dengan pengodean proses.



GambarSumber: Saldana (2009: 78)



5) Pengodean awal (Initial coding) Jenis pengodean yang terakhir adalah pengodean awal (Initial Coding). Jenis pengodean ini merupakan salah satu pengodean yang dipakai dalam penelitian Grounded Theory. Sering juga diistilahkan sebagai Pengodean Berbuka atau Open Coding. Secara teknis pengodean ini tidak berbeda dengan beberapa jenis pengodean yang telah dibahas di atas. Disebut pengodean awal hanya untuk menekankan bahwa pengodean ini merupakan langkah pertama peneliti untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan teoritis dari data yang telah dikumpulkan. Dalam pengodean awal ini peneliti dapat menggunakan tehnik struktural,



tehnik



deskriptif,



tehnik



in-vivo,



atau



pun



proses.



Pengodean ini dilakukan sebagai cara untuk membentuk kategorikategori analitis yang kemudian akan dikaitkan satu sama lain hingga membentuk



suatu



rerangka



teoritis



tentang



fenomena



yang



diteliti.Dalam pengodean awal, peneliti memberi kode-kode analitis terhadap kata-per-kata, baris-per-baris, atau segmen data per segmen data Demikianlah jenis-jenis pengodean data kualitatif dengan metode elemental. Perlu diketahui bahwa dalam menganalisis data kualitatif, peneliti tidak perlu menggunakan semua tehnik pengodean yang ada, namun cukup memilih salah satu tehnik yang dianggap paling tepat dan relevan untuk data dan tujuan dari penelitian yang dirumuskan. c) Metode Afektif Metode pengkodean afektif menyelidiki kualitas subjektif pengalaman manusia,



dari



(misalnya, emosi, nilai, konflik, penilaian) oleh



pengakuan langsung atau menamai pengalaman tersebut. Contohnya: menyenangkan, menyedihkan, menakutkan, dan lain-lain.



d) Metode Literer dan Bahasa Metode pengkodean sastra dan bahasa meminjam dari pendekatan yang mapan ke analisis literatur, dan pendekatan kontemporer untuk analisis komunikasi lisan. Pengodean dramaturgi, pengodean motif, dan pengodean narratif menggambar dari berbagai tradisi sastra untuk pengkodean unik mereka untuk mengeksplorasi konstruksi sosiologis dan psikologis yang mendasarinya. Pengodean dramaturgical pendekatan kehidupan budaya sebagai kinerja dan pesertanya sebagai karakter dalam drama sosial. Pengodean motif menerapkan elemen simbolik sastra rakyat sebagai kode untuk pendekatan



analisis



yang



menggugah.



Pengodean



narratif



menggabungkan istilah-istilah sastra sebagai kode untuk menemukan sifat-sifat struktural dari cerita para peserta. Meskipun metode ini tampak sangat sistematis. mereka dapat mengarah ke presentasi berbasis seni yang kaya. Metode ini terbagi atas: 1) Dramaturgical Coding Pengodean dramaturgi mendekati pengamatan naturalistik dan mewawancarai naratif sebagai "drama sosial" dalam arti yang paling luas. Hidup dianggap sebagai "perfomance" dengan manusia yang berinteraksi



sebagai



tokoh



karakter



dalam



konflik.



Transkrip



wawancara menjadi monolog. solilokui, dan dialog. Catatan lapangan dan video aksi sosial naturalistik mewakili skenario improvisasi dengan arah panggung. Lingkungan, pakaian peserta, dan artefak dipandang sebagai pemandangan, biaya, dan properti tangan. Kode Dramaturgical menerapkan istilah dan konvensi karakter; mainkan naskah, dan analisis produksi ke data kualitatif. Contoh: seorang peneliti wanita mewawancarai seorang guru sekolah menengah wanita veteran tentang praktiknya dengan bertanya, “Bagaimana Anda menangani konflik dan disiplin di ruang kelas?” Guru menanggapi dengan lelucon pribadi dan kemudian menjelaskan cara kerjanya yang umum.



"1 Saya tertawa karena minggu terakhir ini merupakan minggu yang sangat disiplin bagi saya. 2 Mengapa mahasiswa baru kita begitu susah diatur dan tidak hormat? Bagaimana cara saya menangani disiplin?. Dan 3. saya menyebut anak-anak tentang perilaku mereka. Dan ini terjadi hari ini di kelas ketika 4. anak duduk di sana dan menggelengkan matanya padaku lagi.



1 AD: Ironis 2 SUB: marah 3 TAC: akuntabilitas 4 CON: tidak menghormati



2) Pengodean Motif Pengodean motif adalah aplikasi ke data kualitatif yang sebelumnya dikembangkan atau kode indeks asli yang digunakan untuk mengklasifikasikan jenis dan elemen cerita rakyat, mitos dan legenda. Pengodean motif cocok untuk cx-ploring pengalaman pengalaman dan tindakan intrapersonal dan interpersonal dalam studi kasus, terutama yang mengarah ke bentuk presentasi narasi atau seni berbasis (Cahnmann-Taylor & Siegesmund, 2008; Knowles & Cole, 20 (8). Pengodean motif mungkin lebih baik diterapkan pada data berbasis-cerita yang diekstraksi dari transkrip wawancara atau data yang dihasilkan partisipan seperti jurnal atau buku harian. Cerita harus menjadi unit data yang berdiri sendiri - sebuah sketsa atau episode dengan awal, tengah, dan akhir yang pasti. Indeks Motif Thompson adalah sistem khusus terutama untuk folklorists dan antropolog, tetapi situs web ini layak untuk dijelajahi oleh para peneliti dari disiplin lain untuk memperkenalkan diri dengan luasnya topik tentang manusia. Suatu jenis mengacu pada kisah yang lengkap dan dapat mencakup judul umum seperti "Tugas Super Manusia," "Kisah-kisah religius," dan "Cerita tentang Pasangan yang Sudah Menikah." "Tipe



adalah kisah tradisional yang memiliki eksistensi independen. Ini dapat dikatakan sebagai narasi lengkap dan tidak bergantung pada maknanya pada kisah lain" (Thompson, 1977, hal. 41S) .AI / Iotifis "elemen terkecil dalam sebuah kisah "yang memiliki sesuatu yang unik tentangnya, seperti: karakter (orang bodoh, ogre, janda, dll.), benda-benda atau benda-benda penting dalam aksi cerita (makanan istana, kebiasaan aneh, dll.), dan tunggal insiden aksi (berburu, transformasi, pernikahan, dll.) (hal. 415-16). Contoh: Dia dulunya adalah alcholic dan dia meminum ganja 3 Dan, dia benar-benar rusak beberapa tahun lalu. Dan sebagai bagian dari ini, tuduhan itu dibatalkan, tetapi dia harus menjalani rehabilitasi narkoba. dan sampai saat itu saya benar-benar tidak cocok dengan ayah saya, 4 dia benar-benar brengsek, terutama ketika dia mabuk, dia benar-benar brengsek. 5 Dan kemudian dia tersadar, dan untuk sementara tidak ada yang berubah, dan kemudian segalanya berubah dan semuanya menjadi dingin lagi. Dan, saya tidak tahu, kakek saya bukanlah seorang yang ekspresif dan hampir tidak pernah pulang atau sesuatu seperti itu, dan karena itu ayah saya tidak menangani emosi dengan baik. 6.Dan apa yang dia lakukan adalah, ketika dia marah dia akan meledak dan kemudian pergi, mendinginkan diri, dan kemudian



datang



kembali



dan



seolah-olah



tidak



ada



yang



terjadi.7.Dia mengeluarkan semuanya dari sistemnya, dia keren dengan itu. 8 Saya akan melakukan itu kadang-kadang, tetapi saya memiliki cukup banyak ibu saya dalam diri saya sehingga saya merenungi hal-hal. 9 Jadi ketika dia meledak dan mengatakan hal-hal yang tidak dia maksudkan, kembali dan berpura-pura seperti tidak pernah terjadi, saya hanya berasumsi bahwa hal-hal yang dia katakan akan dianggap benar sejak saat itu. Jadi dia dan aku tidak bergaul dengan baik.



3) Pengodean Narasi Resman (2008) mencatat bahwa analisis narasi mencakup berbagai metode (misalnya, tematik, struktural, dialogis, performatif). Dalam



profil



ini,



pengodean



narrative



menerapkan



konvensi



(terutama) elemen dan analisis sastra untuk teks kualitatif yang paling sering dalam bentuk cerita. "Cerita-cerita mengungkapkan sejenis pengetahuan



yang



secara



unik



menggambarkan



pengalaman



manusia di mana tindakan dan kejadian berkontribusi secara positif dan negatif untuk mencapai tujuan dan memenuhi kepingan" (Polkinghorne, 1995, p.8). Pengodean narasi Coding - dan analisis - memadukan konsep dari humaniora, kritik sastra, dan ilmu sosial sejak pengkodean dan interpretasi peserta naratif dapat didekati dari perspektif sastra, sosiologis, sosiolinguistik, psikologis, dan antropologis (Cortazzi, 1993; Daiute & Lightfoot, 2004). Beberapa perspektif metodologis berpendapat bahwa proses analisis naratif adalah "sangat eksploratif dan spekulatif" (Freeman, 2004, hal.74), dan "alat interpretatifnya dirancang untuk memeriksa fenomena, masalah, dan kehidupan masyarakat secara holistik" (Daiute & Lightfoot, 2004, p, xi). Namun, mungkin ada kesempatan ketika peneliti ingin mengkode narasi peserta dari perspektif sastra sebagai pendekatan awal untuk data untuk memahami bentuk terstrukturnya. Aplikasi



pengodean



narasi



cocok



untuk



mengeksplorasi



pengalaman dan tindakan intrapersonal dan interpersonal peserta untuk memahami kondisi manusia melalui cerita, sebagai cara yang dibenarkan di dalam dan dari dirinya sendiri . "Beberapa ... cerita harus cukup dipercaya untuk dibiarkan tanpa ditemani oleh kritik atau teori" (Hatch & Wisniewski, 1995, p.2).



Contohnya: Kemudian dia melewati waktu 1 [membuat sebuah "wajah untuk menggambarkan", saya tidak ingin mengatakan anti-sosial, dia tidak pernah 2 anti-sosial, tetapi membuat pernyataan, 3 cara dia berpakaian, cara dia melihat, semuanya Saya membuat 4 pernyataan.



1. Karakterisasi visual: ekspresi wajar 2. Motif: "anti-sosial" 3. Fase tahanan 4. Motif: "pernyataan



4) Pengkodean Bursa lisan Pengkodean Bursa lisan adalah analisis transkrip verbatim dan interpretasi dari jenis percakapan dan makna pribadi dari momenmomen kunci dalam pertukaran. Untuk Goodall (2000), pengkodean menentukan "tipe generik" dari refleksi percakapan memeriksa arti dari percakapan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan analitis yang mendasar untuk menciptakan "representasi yang menggugah dari pengalaman kerja lapangan," penulisan kisah budaya "(hal. 121, penekanan



dalam



bahasa



asli).



Pengodean



dimulai



dengan



transkripsi yang tepat dari pertukaran verbal (yang termasuk isyarat nonverbal dan jeda) antara speaker. Contohnya seperti naskah drama. e) Metode Eksploratoris Metode pengodean eksploratif hanya penugasan dan pendahuluan dari kode untuk data sebelum sistem pengkodean yang lebih halus dikembangkan dan diterapkan. Karena penyelidikan kualitatif adalah proses penyelidikan yang muncul. Metode pengodean ini menggunakan label sementara ketika data awalnya ditinjau. Setelah mereka dianalisis dengan cara ini, peneliti dapat melanjutkan ke metode pengkodean Siklus Pertama atau Siklus Kedua yang lebih spesifik.



1) Pengodean holistik Pengodean holistik adalah upaya untuk "memahami tema dasar atau masalah dalam data dengan menyerapnya secara keseluruhan [daripada dengan menganalisisnya baris demi baris [coder sebagai 'splitter]" (Dey, 1993 , hal.104). Metode ini merupakan pendekatan persiapan untuk satu unit data sebelum proses pengkodean atau kategorisasi yang lebih rinci melalui metode Siklus Pertama atau Kedua. Pendekatan "tatanan menengah", di suatu tempat antara holistik dan garis demi garis, juga dimungkinkan sebagai metode Coding Holistik. Tidak ada batasan panjang maksimum spesifik untuk data yang diberikan ke Kode Holistik. Unit yang dikodekan bisa sekecil setengah halaman panjangnya, hingga seluas keseluruhan studi yang diselesaikan. Pengodean holistik tepat untuk memulai peneliti kualitatif yang mempelajari cara mengkodekan data, dan mempelajari dengan berbagai macam bentuk data (misalnya, transkrip wawancara, catatan lapangan, jurnal, dokumen, buku harian, korespondensi, artefak, video). Catatan: Untuk metode berbasis pertanyaan yang terkait dengan Coding Holistik, lihat Pengkodean Struktural. (hampir sama) 2) Pengodean sementara Pengodean sementara menetapkan set kode 'awal' yang telah ditentukan sebelumnya sebelum kerja lapangan ”(Miles & Huberman, 1994, p.58). Kode-kode ini dapat dikembangkan dari kategori yang diantisipasi atau jenis tanggapan / tindakan yang mungkin muncul dalam data Hasil temuan penelitian sebelumnya, studi lapangan percontohan, pengetahuan dan pengalaman sebelumnya dari peneliti (pengalaman data) dianalisis sebagai berikut: Ulasan heterogen yang terkait dengan penelitian, kerangka kerja konseptual penelitian dan pertanyaan penelitian (temuan penelitian sebelumnya). Catatan: untuk metode Siklus Kedua yang menggunakan sekumpulan Kode Sementara, lihat pengkodean elaboratif.



3) Pengodean hipotesis Pengodean hipotesis adalah aplikasi daftar kode yang dihasilkan oleh peneliti yang telah ditentukan untuk data kualitatif khusus untuk mengevaluasi



hipotesis



yang



dihasilkan



oleh



peneliti.



kode



dikembangkan dari teori / prediksi tentang apa yang akan ditemukan dalam data sebelum dikumpulkan atau dianalisis. Pengodean hipotesis sesuai untuk pengujian hipotesis dan analisis konten dari set data



kualitatif,



khususnya



pencarian



aturan,



penyebab,



dan



penjelasan dalam data. Catatan: Hipotesis Coding berbeda dari Protokol Coding dalam bahwa serangkaian kode yang dibentuk biasanya dikembangkan oleh peneliti sendiri, sedangkan rangkaian kode yang terakhir telah dikembangkan oleh peneliti lain. f) Metode Prosedural Metode pengodean proseduran bersifat preskriptif. Mereka terdiri dari sistem pengkodean yang sudah ada sebelumnya atau cara yang sangat spesifik untuk menganalisa data kualitatif. Sementara beberapa jalan bebas hambatan disediakan untuk konteks dan studi spesifik lokasi, metode yang dijelaskan di bagian ini berisi prosedur yang diarahkan untuk diikuti oleh pengembang mereka. Metode procedural antara lain: 1) OCM (Outline Of Culture Material) Pengodean Garis Besar Materi Budaya menggunakan indeks luas dari topik budaya yang dikembangkan oleh para antropolog untuk klasifikasi data kerja lapangan dari studi etnografi. Ini adalah sistem pengkodean sistematis yang telah diterapkan ke database besar untuk disiplin.



2) Pengodean Protokol Pengodean protokol menguraikan metode umum, keuntungan dan kerugian dari mengikuti sistem pengodean yang dikembangkan sebelumnya yang dikembangkan oleh peneliti lain dalam subjek yang terkait dengan pertanyaan Anda sendiri. Contoh: Kategori: Penyebab kekerasan keluarga .Alkohol .Obat .Uang .Pendidikan .Kondisi .Kepribadian .Machismo .Kontrol



Kode: penyebab



Definisi: Alasan bahwa responden menganggap sebagai penyebab kekerasan keluarga



Sub kode: .Alkohol .Obat .Uang .Pendidikan .Kondisi .Kepribadian .Machismo .Kontrol



Kekerasan keluarga karena: .alkoholisme atau minum .penggunaan obat .kekurangan uang atau masalah keuangan .kurangnya pendidikan .pengkondisian sosial atau perilaku belajar . kepribadian pelaku atau disalahgunakan .ciri-ciri intrinsik laki-laki atau umachismo " .mengendalikan perilaku pelaku



3) Pengodean domain dan taksonomi Pengodean domain dan taksonomi menyajikan beberapa metode analitik antropolog. James P. Spradley untuk pencarian sistematis dan kategorisasi istilah budaya. Metode ini juga terutama untuk studi etnografi. Kode yang mewakili domain (termasuk istilah yang diulang, yang mungkin menyarankan kategori utama daripada subkategori), kemudian dikumpulkan ke dalam daftar masing-masing. Catatan: pengodean domain dan taxonomi berbeda dari inVivo Coding karena metode sebelumnya secara sistematis mencari organisasi hierarkis spesifik dari suku dan istilah analitik, sedangkan yang terakhir adalah metode cocing terbuka untuk teori grounded dan metode pengkodean lainnya. g) Tema data Tema adalah hasil dari pengkodean, kategorisasi, dan refleksi analitik, bukan sesuatu yang, dengan sendirinya, dikodekan. Tetapi beberapa ahli metodologi kualitatif merekomendasikan pelabelan dan dengan demikian menganalisis bagian-bagian data dengan pernyataan tematik yang



diperluas daripada kode yang lebih pendek, seperti yang didefinisikan dalam manual ini. Oleh karena itu, "Pembuatan Tema Data" memberikan profil singkat dari proses itu. 2. Metode Pengodean Siklus Kedua Analisis data adalah proses yang membutuhkan pertanyaan yang cerdik, pencarian jawaban tanpa henti, pengamatan aktif, dan penarikan akurat. ini adalah proses menyatukan data, membuat yang tak terlihat jelas, mengenali yang signifikan dari yang tidak penting, menghubungkan fakta-fakta yang tampaknya tidak berhubungan secara logis, dari kategori yang cocok satu dengan yang lain, dan menghubungkan konsekuensi ke anteseden. Ini adalah proses dugaan dan verifikasi, koreksi dan modifikasi, saran dan pertahanan. Ini adalah proses kreatif pengorganisasian data sehingga skema analitik akan tampak jelas. Metode pengodean Siklus Kedua, jika diperlukan, adalah cara-cara maju untuk mengatur kembali dan menganalisis data yang dikodekan melalui metode Siklus Pertama. Mereka masing-masing membutuhkan, seperti yang dikatakan Morse, "memasangkan kategori satu dengan yang lain" untuk mengembangkan sintesis koheren korpus data. Sebelum kategori dirakit, data Anda mungkin harus didaur ulang karena kata atau frasa yang lebih akurat ditemukan untuk kode asli; beberapa kode akan digabung menjadi pengguna karena secara konseptual mirip; kode yang jarang akan dinilai untuk dimanfaatkan dalam skema pengkodean secara keseluruhan; dan beberapa kode yang sepertinya ide bagus selama pengkodean Siklus Pertama dapat dijatuhkan semua karena dianggap "marjinal" atau "berlebihan" setelah kumpulan data telah ditinjau sepenuhnya (Lewins & Silver, 2007, hlm. 100). a) Pengodean pola Pengodean pola mengembangkan "meta-code" - label kategori yang mengidentifikasi data dengan kode yang sama. Pattern Codes tidak hanya mengatur corpus tetapi mencoba untuk memberi arti pada susunan/ kumpulan tulisan tersebut.



b) Pengodean Terfokus Mengkategorikan data yang dikodekan berdasarkan tematik atau kesamaan konseptual. c) Pengodean Aksial Menggambarkan properti dan dimensi kategori dan mengeksplorasi bagaimana kategori dan subkategori berhubungan satu sama lain. d) Pengkodean teoretis Berkembang



menuju penemuan kategori



pusat



/



inti



yang



mengidentifikasi tema utama penelitian. Dalam ketiga metode ini, penulisan



memo



analitik



reflektif



adalah



baik



heuristik



yang



menghasilkan kode dan kategori. e) Pengodean Elaborasi Pengkodean elaborasi dibangun berdasarkan kode, kategori, dan kategori studi sebelumnya sementara studi saat ini dan yang terkait tidak berjalan. Metode ini menggunakan data kualitatif tambahan untuk mendukung atau memodifikasi pengamatan peneliti yang dikembangkan dalam proyek sebelumnya. f) Pengodean Longitudinal Pengodean Longitudinal adalah atribusi dari proses perubahan yang dipilih untuk data kualitatif yang dikumpulkan dan dibandingkan sepanjang waktu. Matriks mengatur pengamatan lapangan kerja, mewawancarai transkrip, dan mendokumentasikan kutipan ke dalam kategori temporal yang sama yang memungkinkan analisis dan refleksi peneliti pada persamaan dan perbedaan mereka dari satu periode timah melalui yang lain. REFERENSI: • Saldana, Johnny, 2009, The Coding Manual for Qualitative Researchers, London: SAGE. • Strauss, Anselm L, 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge: Cambridge University Press