Teknik Anestesi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mahmoud Torabinejed, Richard E. Walton. Local anesthesia. Lilian Yuwono. Endodontics. Jakarta:EGC, 2008.pp 32-36 Howe L Geoffrey,F.Ivor.Whitehead. Perkembangan anestesi lokal pada kedokteran gigi,teknik dasar,komplikasi anestesi. Lilian Yuwono. Anestesi lokal. Jakarta. Hipokrates; 1992 Garg – Textbook of Endodontics Cohen – Pathway of the Pulp DewiFatma CARA KERJA DAN TEKNIK ANESTESI Anestesi local merupakan obat yang dapat memblok/menutup konduksi saraf secara reversible, menghilangkan sensasi nyeri bila digunakan pada bagian tubuh tertentu tanpa diikuti hilangnya kesadaran selama prosedur perawatan gigi dilakukan. Sifat-sifat anestesi lokal: 1. Harus dapat menekan hantaran/konduksi saraf 2. Harus bersifat lipofilik dan hidrofilik agar efektif pada pemberian parenteral. Kelarutan lemak diperlukan agar obat dapat berpenetrasi melalui berbagai penghalang yang terdapat antara obat dengan tempat kerja, termasuk serat saraf. Kelarutan air diperlukan agar obat tidak mengendap (presipitasi) bila terpapar cairan interstisial. 3. Sifat-sifat Ideal: o Tidak mengiritasi dimana anestesi lokal diaplikasikan o Tidak menimbulkan kerusakan permanen pada struktur saraf o Memiliki toksisitas sistemik rendah o Memiliki mulai kerja yang cepat dan masa kerja yang cukup o Memiliki efek anestesi lokal pada daerah sekitar tempat aplikasi baik diberikan secara injeksi maupun topikal. I.



Cara Kerja Anestesi Lokal : Mekanisme kerja anestesi lokal ialah mempengaruhi hantaran listrik dalam serabut saraf. Dalam keadaan istirahat, membran luar mengandung ion positive dan membran dalam mengandung ion negative. Potensial aksi saraf menyebabkan terbukanya kanal natrium dan masuknya ion natirum yang ada diluar masuk ke membran dalam sehingga menyebabkan perubahan potensial dari –90mV menjadi +40mV. Aliran ion kalium dibagian luar akan menyebabkan terrepolarisasinya membran dan menurunkan permeability membran sel saraf dan menutupnya kanal natrium. Bahan anestetikum lokal melekat pada reseptor yang ada di dekat gerbang sodium/natrium pada



membran sel, lalu mengurangi permeabilitas ion sodium sehingga dapat menghambat konduksi impuls. Ion sodium yang seharusnya berikatan dengan reseptor pada membran sel untuk meningkatkan permeabilitas dan membuka gerbang sodium akan berkompetisi dengan bahan anestetikum lokal untuk berikatan dengan reseptor pada membrane sel. Setelah bahan anestetikum lokal berikatan dengan reseptor, terjadi penurunan permeabilitas membran sel sehingga menghasilkan blokade gerbang sodium. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan konduksi sodium dan rasio depolarisasi sehingga terjadi kegagalan dalam mencapai potensial ambang batas (threshold) dan



mengakibatkan kegagalan dalam potensial aksi. Keadaan ini mengakibatkan terhambatnya pengiriman impuls sehingga sensasi seperti rasa sakit dapat dihilangkan atau terjadi mati rasa. II.



Penggunaan Anestesi local pada pedodontik dan pasien penyakit jantung Pasien dengan penyakit jantung atau hipertensi terkontrol sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk mengetahui tingkat pengontrolan hipertensi dan obat-obatan yang diresepkan saat itu. Pasien diinstruksikan untuk mengkonsumsi obat-obatan seperti biasa saat perawatan gigi. Untuk perawatan gigi, tekanan darah pasien harus dicatat dan apabila nilai tekanan darah tinggi, perlu dilakukan penundaan perawatan sampai tekanan darah terkontrol. Apabila memungkinkan, perawatan dilakukan saat pagi hari. Resep obat anxiolytic dapat membantu bila diberikan pada pasien dengan rasa cemas berlebihan (5-10 mg diazepam pada malam hari sebelumnya dan 1-2 jam sebelum dilakukannya perawatan gigi), sebelum perawatan gigi atau dengan sedasi nitrous oxide. Apabila ada perawatan gigi secara darurat, perawatan harus konservatif, dengan penggunakan analgesik dan antibiotik saja. Pembedahan harus ditunda sampai tekanan darah terkontrol. Beberapa obat-obatan NSAIDs seperti iburoprofen, indomethacin atau naproxen dapat digunakan bersamaan dengan obat-obatan antihipertensi seperti beta-blockers, diuretic dan ACEIs, namun menurunkan aksi antihipertensinya. Secara normal, kedua tipe obat tersebut harus dikonsumsi lebih dari lima hari sebelum dilakukannya perawatan gigi, namun NSAID sebaiknya tidak diresepkan lebih dari lima hari.



III.



Teknik Anestesi pada gigi tetap Jenis-jenis teknik anestesi local yaitu, teknik infiltrasi local, teknik supraperiosteal, teknik field block dan tenik nerve block. 1. Anestesi topical Anestesi local tersedia dalam berbagai bentuk yang berbeda. Larutan liquid dan spray untuk yang cakupan permukaan besar, sedangkan untuk anestesi daerah yang kecil pake salep atau gel. Meskipun penetrasi epidermis tidak signifikan, membrane mukosa dapat menyerap agen anestesi dengan cepat 2. Anestesi Lokal Teknik yang paling umum untuk anestesi lokal pada rahang atas. Larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan akan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Gigi Rahang atas dipersarafi 3 saraf yaitu alveolaris superior anterior yang mempersarafi gigi anterior (I1, I2, C), alveolaris superior middle (P1, P2, akar mesiobucal M1), dan alveolaris superior posterior (M2, M3 dan akar distobucal serta palatal M1). Penyuntikan dilakukan 5-7mm dari servikal gigi atau diatas apeks gigi yang mau di infiltrasi. Dimukosa buccal 1,5 ml dan di palatal 0,5 ml, sedangkan jika dilakukan PSA 2ml langsung ke mukosa 2.1 Tatacara anestesi lokal pada rahang atas a. Posterior superior alveolar nerve block Area teranestesi : o Semua gigi M RA kecuali akar MB M1 RA o Gingiva buccal M RA Tahapan : o Infiltrasi jarum ke mukosa pada mucobuccal fold diatas apical gigi M2 o Dengan gerakan tunggal, jarum dimasukan ± 15mm untuk mencapai posterior superior alveolar nerve sepanjang permukaan posterior maksila.



o Lakukan aspirasi, jika hasilnya negative, depositkan larutan anestesi b. Nasopalatine nerve block Merupakan injeksi dental yang paling nyeri, karena areanya yang sensitive, anestesi tekanan (misalkan menggunakan applicator cotton swab) berguna pada area tersebut. Area teranestesi:  Palatal gingiva dan mukosa dari gigi C kanan RA sampai C kiri RA. Tahapan : o Gunakan cotton swab applicator untuk memberi tekanan ke area injeksi. o Masukin jarum ke mukosa palatal, tepatnya 1 cm di bawah marginal gingival diantara I1 kanan dan I1 kiri, dibawah incisve papilla di rugae kedua. o Masukan sampai berkontak dengan palatum keras. o Aspirasi, jika hasil negatif, depositkan larutan anestesi lokal. c. Greater palatine nerve block Injeksi ini tidak menghasilkan trauma sebesar nasopalatine block, namun karena areanya sensitive jadi tetap menggunakan cotton swab. Area teranestesi :  Palatal gingiva dan mukosa gigi P1 sampai posterior palatum keras sampai midline Tahapan : o Cari lokasi greater palatine foramen menggunakan cotton swab applicator untuk menekan pada region M1 rahang atas, bergerak kearah posterior sampai swab turun ke jaringan (biasanya di posterior gigi M2 rahang atas). o Gunakan cotton swab applicator untuk memberikan tekanan ke area injeksi. o Infiltrasikan jarum dan depositkan sejumlah kecil anestesi untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada pasien. o Masukin lebih dalam sampai berkontak dengan palatum keras. o Aspirasi, jika hasil negatif, depositkan larutan anestesi lokal. d. Middle superior alveolar nerve block Area teranestesi :  Semua gigi P RA dan akar MB M1 RA  Gingiva buccal gigi tersebut.



Tahapan : o Infiltrasikan jarum ke mukosa pada mucobuccal fold, diatas gigi P2 RA o Dorong jarum sampai ujungnya berada di superior apeks gigi P2 RA o Aspirasi, jika hasil negatif, depositkan larutan anestesi lokal.



e. Infraorbital/anterior superior alveolar nerve block Jarang dilakukan karena risiko melukai mata pasien. Injeksi ini berguna jika anestesi pulpa tidak dapat dihasilkan oleh infiltrasi lokal karena tulang yang keras atau pas anestesi dibutuhin di beberapa gigi yang membutuhkan injeksi lebih dari satu. Saraf teranestesi :  Anterior superior alveolar nerve  Middle superior alveolar nerve  Infraorbital nerve Area teranestesi : o Semua gigi maksila dari I1 sampai P dan akar MB M1. o Gingiva buccal gigi tersebut. o Aspek lateral hidung, bibir bagian atas, kelopak mata bawah Tahapan : o Cari foramen infraorbital melalui palpasi. o Infiltrasikan jarum ke mukosa pada mucobuccal fold, diatas gigi P1 RA o Dorong jarum sejajar dengan sumbu gigi sampai berkontak dengan tulang dari foramen infraorbital. o Aspirasi, jika hasil negatif, depositkan larutan anestesi local.



2.2 Tatacara anestesi lokal pada rahang bawah a. Inferior alveolar block Saraf teranastesi : o N. Alveolar inferior dan cabangnya o Saraf lingual



incisive dan mental nerves



Area teranastesi : o Semua gigi mandibula (inferior alveolar nerve) o Epitel 2/3 anterior lidah (lingual nerve) o Semua gingiva lingual dan mukosa lingual (lingual nerve)



o Semua gingiva buccal dan mukosa dari P ke midline (mental o nerve) o Bibir bawah (mental nerve) Tahapan : o Infltrasikan jarum ke mukosa di antara coronoid notch dalam dan pterygomandibular raphe lateral o Arahkan jarumnya dari kontralateral P dan bergerak maju sejajar occlusal plane mandibula o Jarum akan berkontak dengan mandibula setelah masuk sedalam 20 – 25 mm o Tarik jarum sedikit, lalu lakukan aspirasi untuk memeriksa apakah ada darah pada jarum. o Jika hasil aspirasi negative, injeksikan bahan injeksi secara perlahan ke dalam pterygomandibular space. o Jika hasil aspirasi positif, posisikan kembali jarum dan lakukan aspirasi lagi sebelum menginjeksikan ke dalam pterygomandibular space. b. Long buccal block Cabang divisi mandibular, yaitu saraf buccal tidak teranastesi pada inferior alveolar injection. Area teranestesi :  Semua gingival buccal M mandibula, termasuk retromolar trigone. Tahapan : o Infiltrasikan jarum ke mukosa posterior pada M terakhir dari sisi buccal (jarum hanya masuk sedikit, sekitar 2 mm) o Aspirasi, setelah hasilnya negative, injeksikan bahan anastesi



c. Mental block Area teranestesi: o Semua gingiva buccal dan mukosa dari P sampai midline (mental nerve) o Bibir bawah (mental nerve) Tahapan : o Lakukan palpasi, cari foramen mentalis (jika tidak ditemukan, dapat dibantu dengan radiologi) o Infiltrasi jarum ke mukosa pada mucobuccal fold yang terdapat foramen mentalis (normalnya sekitar P2 mandibula dan jarum hanya masuk sedikit ) o Aspirasi, setelah hasil negative, injeksikan bahan anastesi secara perlahan d. Gow-gates mandibular nerve block Merupakan variasi dari inferior alveolar block. Saraf teranastesi : o Inferior alveolar nerve dan cabangnya incisive dan mental nerves o Mylohyoid nerve o Lingual nerve o Long buccal nerve o Auricolotemporal nerve Daerah yang teranastesi : o Semua gigi RB (inferior alveolar nerve) o Epitel 2/3 anterior lidah (lingual nerve) o Semua gingiva lingual dan mukosa lingual (lingual nerve) o Semua gingiva buccal dan mukosa (long buccal dan mental nerves) o Bibir bawah (mental nerve) o Kulit pipi bagian posterior, anterior terhadap telinga (auriculotemporal dan buccal nerves) Tahapan : o Mulut pasien dibuka selebar mungkin o Masukin jarum pada mukosa di sekitar M2, di distal mesiolingual cusp o Gunakan intertragic notch sebagai acuan ekstraoral,untuk membantu mencapai leher condyloid mandibula o Posisikan jarum pada bidang dari pojok mulut ke intertragic notch dari P kontralateral sampai berkontak sama condylar neck o Tarik jarum dikit terus aspirasi o Jika hasil aspirasi negative, injeksikan bahan anastesi secara perlahan o Pasien diminta untuk menjaga mulutnya untuk tetap terbuka beberapa menit setelah penginjeksian agar bahan anastesi berdifusi pada saraf 2.3 Indikasi dan kontraindikasi anestesi infiltrasi Indikasi : Semua gigi rahang atas, gigi anterior mandibula (permanen dan primer) dan molar pertama mandibula ketika pengobatan terbatas pada satu atau dua gigi



Kontraindikasi : Infeksi atau peradangan akut pada daerah injeksi dan didaerah dimana tulang padat meliputi apeks gigi yaitu permanen molar pertama pada anak-anak 3. Anestesi Intraligament Injeksi ini diberikan ke dalam periodontal ligament. Biasanya injeksi intraligamen dilakukan dengan syringe khusus (ligmaject, rolon atau peripress bersama jarum 30 gauge) sehingga dapat memberikan tekanan yang diperlukan untuk menginjeksikannya ke dalam ligament periodontal. 3.1 Tata cara anestesi intraligament 1. Area penyuntikan bebas dari debris dan lakukan desinfeksi pada sulcus gingiva 2. Jarum dinsersi kedalam sulcus gingivalis dengan mempertahankan sudut 30o terhadap sumbu panjang gigi. 3. Insersi jarum kurang lebih 3 mm ke periodontal ligament sejajar dengan permukaan akar 4. Tekanan maksimal diberikan selama 20 – 30 detik dengan tekanan kuat untuk mendepositkan sejumlah kecil larutan pada membrane periodontal 5. Sekitar 0,05 – 1 ml laruan disuntikan pada tiap keempat sudut gigi berakar tunggal maupun multiroot, menghasilkan dosis maksimal 0,4 ml 3.1.1



Teknik untuk insisivus dan kaninus rahang atas jarum dimasukkan ke periodontal ligament, bersudut 300 terhadap sumbu panjang gigi pada permukaan mesiolabial,distolabial,disto palatal dan mesiopalatal. 3.1.2 Teknik untuk premolar dan molar rahang atas Jarum 30 gauge diletakkan bersudut terhadap permukaan mesiobukal molar pertama kiri atas dan 0,005 – 0,1 ml larutan didepositkan selama 20 detik. Untuk menganalgesia sudut distobukal molar pertama kiri atas, suntikkan intraligamental diputar 1800 untuk memungkinkan jarum dimasukkan bersudut 300 ke periodontal ligament. 3.1.3 Teknik untuk insisivus dan kaninus rahang bawah jarum dimasukkan ke periodontal ligament, bersudut 300 terhadap sumbu panjang gigi pada sudut mesiolabial dan distolabial 3.1.4 Teknik untuk premolar dan molar rahang bawah Jalan masuk ke daerah belakang mulut kadang – kadang sulit diperoleh. Namun, bila dapat diperoleh jarum dimasukkan bersudut 300 ke periodontal ligament pada sudut mesiobukal, distobukal, distolingual, dan mesiolingual. 3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Anestesi intraligament Indikasi : 1. Pada anak-anak dapat dihindari rasa kebal sehingga trauma dari bibir,lidah dan pipi dapat dihindari 2. Dapat dilakukan tindakan ekstraksi pada beberapa region, misalnya premolar atau molar dalam perawatan endodontik 3. Gangguan perdarahan seperti hemophilia 4. Pasien yang cemas, dimana blok alveolaris inferior sulit ditoleransi 5. Teknik injeksi tambahan yang bagus ketika anestesi blok atau infiltrasi tidak efektif Kontraindikasi : infeksi gingiva atau periodontitis akut



IV.



Teknik Anestesi Lokal pada gigi sulung 4.1 Anestesi Topikal o Anestesi topikal tersedia dalam bentuk gel, liquid, salep, dan spray. o Anestesi topikal diaplikasikan ke mukosa mulut dengan cotton swab. o Berbagai agen anestesi yang digunakan yaitu etil aminobenzoate, butacaine sulfat, kokain, dyclonine, lidocaine, dan tetrakain.



o Etil aminobenzoate (benzocaine) liquid, salep, atau gel paling cocok untuk topikal anestesi dalam kedokteran gigi soalnya kerjanya lebih cepet dan durasinya lebih lama dari agen anestesi topikal lainnya. o Benzocaine juga tidak bersifat toksik, tapi penggunaan jangka panjang bisa menimbulkan alergi. o Ada produk anestesi topikal baru dikenal sebagai DentiPatch (lidokain transoral delivery system) tapi produk ini belum terbukti kenyamanan nya dan khasiatnya pada anak-anak. Cara pakai anestesi topikal o Mukosa di lokasi yang mau dianestesi dikeringin dulu pake kasa o Lalu agen anestesi topikal dioleskan sedikit demi sedikit dengan cotton swab. Waktu untuk bereaksi sekitar 30 detik 4.2 Anestesi local anak 4.2.1 Anestesi infiltrasi pada anak Anestesi ini sering digunakan pada anak-anak untuk rahang atas ataupun rahang bawah, teknik ini mudah dikerjakan dan efektif. Daya penetrasinya pada anak cukup dalam karena komposisi tulang dan jaringan belum begitu kompak. Pada anak, bidang alveolar labiobukal yang tipis umumnya banyak terdapat saluran vascular dari pembuluh darah, maka teknik infiltrasi ini dapat digunakan dengan efektif untuk mendapat efek anestesi pada gigi-gigi susu atas dan bawah. Infiltrasi 0,5 – 1,0 ml larutan anestesi lokal cukup untuk menganestesi pulpa dari kebanyakan gigi anak. Teknik ini harus dilakukan dengan hatihati untuk menghindari kesalahan insersi jarum yang terlalu dalam kejaringan. 4.2.2 Inferior alveolar nerve block (conventional mandibular block) o Ibu jari diletakkan pada permukaan oklusal gigi M, dengan ujung ibu jari bertumpu pada internal oblique ridge dan telapak ibu jari bertumpu di fossa retromolar. o Telapak jari tengah bertumpu di posterior border mandibula. o Jarum harus diarahkan pada bidang antara dua gigi primary molar di sisi berlawanan dari lengkung. o Jarum diarahkan ke foramen mandibula dengan menyuntikan sedikit-sedikit o Kedalaman insersi rata-rata sekitar 15 mm tapi bervariasi tergantung ukuran mandibula dan usia pasien. o Kira-kira 1 ml larutan harus dideposit disekitar inferior alveolar nerve. 4.2.3 Lingual nerve block 



Jarumnya diinfiltrasi lalu ditarik perlahan perlahan sambil larutannya diinjeksikan.







Selama insersi dan penarikan jarum untuk inferior alveolar nerve block, saraf lingual selalu terbius juga.



4.2.4 Long buccal nerve block  Untuk mencabut Molar permanen mandibular pada anak-anak.  Sedikit larutan anestesi bisa dideposit di mucobuccal fold pada distal dan bukal ke gigi yang dimaksud.  Area teranestesi  semua gingiva RB kecuali central dan lateral incisive 4.2.5 o o o



Mandibular conduction anestesi (gow-gates mandibular block technique) Saraf teranestesi  alveolar inferior, lingual, bukal, mental, dan mylohyoid Area teranestesi  incisive, auriculotemporal Jarum dimasukkan hanya pada medial tendon otot temporal diatas dari titik insersi untuk konvensional mandibular block.



o Jarum juga cenderung ke atas dan sejajar dengan garis dari sudut mulut pasien dibatas bawah dari tragus (intertragic notch). 4.2.6 Nasopalatine nerve block o Insersi jarum didekat incisive papilla, diposterior incisive central. Jarum diarahkan ke atas ke dalam incisive canal 4.2.7 Infraorbital nerve block and mental nerve block o Infraorbital nerve block  saraf teranestesi anterior dan middle superior alveolar nerve. Untuk cabut gigi impaksi (biasanya canine atau P1) o Mental nerve block  area teranestesi semua gigi primary mandibular kecuali permanen molar V.



Komplikasi Anestesi Lokal 1. Pembentukan haematoma Karena jaringan lunak rongga mulut mempunyai cukup banyak pembuluh vaskular maka tidak jarang ujung jarum suntik secara tidak sengaja menembus pembuluh darah. Berbagai peneliti yang menggunakan teknik aspirasi menyatakan bahwa insidens kekeliruan ni bervariasi antara 2-11 %. Kesalahan ini paling jarang terjadi pada teknik infiltrasi dan paling sering terjadi bila digunakan blok gigi superior posterior. Hal ini umumnya disebabkan oleh struktur dan posisi pleksus venosus pterigoid yang bervariasi. Kesalahan ini umumnya akan menimbulkan perdarahan jaringan dengan disertai pembentukan hematoma dan merupakan predisposing dari resiko suntikan intravaskular. 2. Kepucatan Kepucatan daerah penyuntikan atau daerah lain dapat disebabkan oleh anestesi. Kepucatan daerah anestesi umumnya disebabkan oleh kombinasi meningkatnya tegangan jaringan akibat deposisi cairan dan efek lokal dari vasokontrikstor. Kepucatan pada daerah yang jauh dari daerah anestesi mungkin disebabkan karena suntikan intravaskular atau terganggunya suplai pembuluh darah dari saraf autonom. 3. Trismus Trismus dapat didefenisikan sebagai kesulitan membuka mulut karena kejang otot. Trismus dapat disebabkan oleh penyuntikan pada otot pterigoid medial, dimana kerusakan pembuluh darah akan menimbulkan haematoma atau infeksi, walaupun biasanya dainggap bahwa peradangan akan menyebabkan otot disekitarnya mengejang. Trismus sering terjadi beberapa saat setelah anestesi dan setelah prosedur perawatan gigi dilakukan. Bila disebabkan oleh infeksi, pasien umumnya akan menderita demam dan keluhan rasa sakit. 4. Infeksi Infeksi adalah komplikasi suntikan yang jarang terjadi. Pemakaian peralatan yang sudah disterilkan dan teknik aseptic umumnya da[at menghilangkan kemungkinan masuknya organisme dalam jaringan pada saat penyuntikan. Selain itu, terkadang infeksi pada ruang jaringan seperti ruang pterigo-mandibula dapat terjadi. 5. Paralisa wajah Komplikasi ini timbul bila ujung jarum diinsersikan terlalu jauh ke belakang dan terlalu di belakang ramus asendens. Disini larutan didepositkan pada substansi glandula parotid serta menganestesi cabang cabang saraf wajah sehungga menimbulkan paralisa otot yang disuplainnya, karena glandula parotid diselubungi oleh selubung fasial maka juga akan terjadi kegagalan untuk mendapat efek anestesi dari saraf gigi inferior