Teori Belajar Bruner [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Teori Belajar Bruner I.                   Dalil-dalil Teori Bruner Dalil-dalil yang didapatkan Bruner setelah mengadakan pengamatan ke sekolah-sekolah : 1.      Dalil penyusunan / Contruction   the Orem Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunya kemempuan menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Ini berarti jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi tersebut, maka anak akan lebih memahaminya. 2.      Dalil Notasi / Notation The Orem Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep. Pengggunaan notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan spiral, dimana setiap ide-ide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. 3.      Dalil Kekonstrasan dan keanekaragaman / Constrasand variation the Orem Pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh yang banyak sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konseptersebut 4.      Dalil pengaitan / Connectivity The Orem Dalam matematika itu suatu konsep dengan konsep lainnya,terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau konsep yang satu diperlukan untuk memperjelas konsep lainnya. II.                Implikasi Teori Bruner dalam pembelajaran a.       Menghadapkan anak pada situasi yang membingungkan atau suatu masalah b.      Anak akan berusaha membandingkan realita diluar dirinya dengan model mentalyang telah dimilikinya c.       Dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-truktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan didalam benaknya. Untuk itu siswa akan memcoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dan menyingkirkn  informasi yng tidak perlu. Sajikan contoh dan bukan contoh yang diajarkan. d.      Berikan satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri B.     Teori Van Hiele Teori Belajar Menurut Van Hiele Teori Van Hiele adalah suatu teori tentang tingkat berpikir siswa dalam mempelajari geometri, dimana siswa tidak dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi tanpa melewati tingkat yang lebih rendah. Teori van Hiele pertama kali dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan Dina van HieleGeldof  pada tahun 1957. Teori ini menjelaskan mengenai perkembangan berpikir siswa dalam belajar geometri                 II.            Tahap Pemahaman Geometri menurut Van Hiele Tahapan berpikir atau tingkat kognitif yang dilalui siswa dalam pembelajaran geometri, menurut Van Hiele adalah sebagai berikut: 1.      Level 0. Tingkat Visualisasi Tingkat ini disebut juga tingkat pengenalan. Pada tingkat ini, siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu keseluruhan (wholistic). Pada tingkat ini siswa belum memperhatikan komponen-komponen dari masing-masing bangun. 2.       Level 1. Tingkat Analisis Tingkat ini dikenal sebagai tingkat deskriptif. Pada tingkat ini siswa sudah mengenal bangunbangun geometri berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangun. Dengan kata lain, pada tingkat ini siswa sudah terbiasa menganalisis bagian-bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifatsifat yang dimiliki oleh unsur-unsur tersebut. 3.      Level 2. Tingkat Abstraksi Tingkat ini disebut juga tingkat pengurutan atau tingkat relasional. Pada tingkat ini, siswa sudah bisa memahami hubungan antar ciri yang satu dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. 4.      Level 3. Tingkat Deduksi Formal Pada tingkat ini siswa sudah memahami perenan pengertian-pengertian pangkal, definisidefinisi, aksioma-aksioma, dan terorema-teorema dalam geometri. Pada tingkat ini siswa sudah mulai mampu menyusun bukti-bukti secara formal. 5.      Level 4. Tingkat Rigor Tingkat ini disebut juga tingkat metamatematis. Pada tingkat ini, siswa mampu melakukan penalaran secara formal tentang sistem-sistem matematika (termasuk sistem-sistem geometri), tanpa                    I.            Pengertian



membutuhkan model-model yang konkret sebagai acuan. Pada tingkat ini, siswa memahami bahwa dimungkinkan adanya lebih dari satu geometri.              III.     Fase-fase pembelajaran Geometri Van Hiele Untuk meningkatkan suatu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan 5 fase (langkah), yaitu ; informasi (information), orientasi langsung (directed orientation), penjelasan (explication), orientasi bebas (free orientation), dan integrasi (integration). 1.      Fase 1 : Informasi (information) Pada awal fase ini, guru dan siswa menggunakan tanya jawab dan kegiatan tentang obyekobyek yang dipelajari pada tahap berpikir yang bersangkutan. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa sambil melakukan observasi. 2.      Fase 2 : Orientasi langsung (directed orientation) Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat disiapkan guru. Aktifitas ini akan berangsur-angsur menampakkan kepada siswa struktur yang memberi ciri-ciri untuk tahap berpikir ini. Jadi, alat ataupun bahan dirancang menjadi tugas pendek sehingga dapat mendatangkan repon khusus. 3.      Fase 3 : Penjelasan (explication) Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantuan seminimal mungkin. Hal tersebut berlangsung sampai sistem hubungan pada tahap berpikir ini mulai tampak nyata. 4.      Fase 4 : Orientasi bebas (free orientation) Siswa mengahadapi tugas-tugas yang lebih komplek berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas-tugas yang dilengkapi dengan banyak cara, dan tugas-tugas open ended. Mereka memperoleh pengalaman dalam menemukan cara mereka sendiri, maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas. Melalui orientasi diantara para siswa dalam bidang investigasi, banyak hubungan antara obyek-obyek yang dipelajari menjadi jelas. 5.      Fase 5 : Integrasi (Integration) Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Guru dapat membantu dalam membuat sintesis ini dengan melengkapi survey secara global terhadap apa-apa yang telah dipelajari siswa. Hal ini penting tetapi, kesimpulan ini tidak menunjukkan sesuatu yang baru. Pada akhir fase kelima ini siswa mencapai tahap berpikir yang baru.Siswa siap untuk mengulangi fase-fase belajar pada tahap sebelumnya.              IV.            Teori – Teori Pembelajaran Geometri Menurut Van Hiele Selain mengemukakan mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif dalam memahami geometri, Van Hiele juga mengemukakan beberapa teori berkaitan dengan pengajaran geometri. Teori yang dikemukakan oleh Van Hiele antara lain adalah sebagai berikut; a)      Tiga unsur yang utama pengajaran geometri yaitu, waktu materi pengajaran dan metode penyusun. Apabila dikelola secara terpadu dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tahap yang lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya. b)      Bila dua orang yang mempunyai tahap berpikir berlainan satu sama lain kemudian saling bertukar pikiran, maka kedua orang tersebut tidak akan mengerti. Sebagai contoh, seorang anak tidak mengerti mengapa gurunya membuktikan bahwa jumlah sudut-sudut dalam sebuah jajargenjang adalah 360˚, misalnya anak itu berada pada tahap urutan ke bawah. Menurut anak pada tahap yang disebutkan, pembuktiannya tidak perlu sebaba sudah jelas bahwa jumlah sudut sebuah  jajargenjang 360˚. Contoh yang lain seorang anak yang berada paling tinggi pada tahapkedua atau tahap analisis, tidak mengerti apa yang dijelaskan gurunya bahwa kubus itu adalah balok, belah ketupat itu layinglayang. Gurunya pun sering tidak mengerti mengapa anak yang diberi penjelasan tersebut tidak memahaminya. Menurut Van Hiele, seorang anak yang berada pada tingkat yang lebih rendah tidak akan mungkin dapat mengerti atau memahami materi yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari anak tersebut. Kalaupun dipaksakan maka anak tidak akanmemahaminya tapi nanti bisa dengan melalui hafalan. c)      Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu anak memahami geometri dengan pengertian, kegiatan belajar anak harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak itu sendiri, atau disesuaikan dengan tahap berpikirnya. Dengan demikian anak dapat memperkaya pengalaman dan cara berpikirnya, selain itu sebagai persiapan untuk meningkatkan tahap berpikirnya ke tahap yang lebih dari tahap sebelumnya.                 V.            Manfaat Teori Van Hiele Dalam Pengajaran Geometri



Teori-teori yang dikemukakan oleh Van Hiele memang lebih sempit dibandingkan teori-teori yang dikemukakan oleh Piaget dan Dienes karena ia hanya mengkhususkan pada pengajaran geometri saja. Meskipun sumbasinya tidak sedikit dalam geometri. Berikut hal-hal yang diambil manfaatnya dari teori yang dikemukakan; 1.      Guru dapat mengambil manfaat dari tahap-tahap perkembangan kognitif anak yang dikemukakan Van Hiele, dengan mengetahui mengapa seorang anak tidak memahami bahwa kubus itu merupaka balok, karena anak tersebut tahap berpikirnya masih berada pada tahap analisis ke bawah. 2.      Supaya anak dapat memahami geometri dengan pengertian, bahwa pengajaran geometri harus disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir anak itu sendiri. 3.      Agar topic-topik pada materi geometri dapat dipahami dengan baik dan anak dapat mempelajari topic-topik tersebut berdasarkan urutan tingkat kesukarannya yang dimulai dari tingkat yang paling mudah sampai dengan tingkat yang paling rumit dan kompleks. C.    Perbedaan Teori Tingkah Laku dan Kognitif a.       Teori Behavior (tingkah laku) Teori Behavior merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavior dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktorfaktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi



atau



respon,



menekankan



pentingnya



latihan,



mementingkan



mekanisme



hasil



belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. b.       Teori Kognitif Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap



perilaku



mental



yang



berhubungan



dengan



masalah



pemahaman,



memperhatikan,



memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan



proses



berpikir



yang



sangat



kompleks.



Belajar



adalah



perubahan



persepsi



dan



pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Salah satu tokoh kognitivisme adalah Jean Piaget membagi proses belajar manusia dalam tiga tahapan, yaitu : 1)      Asimilasi. Yaitu, proses penggabungan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang sudah ada dan terekam dalam benak si pembelajar sebelumnya. 2)      Akomodasi. Yaitu, penyelarasan struktur kognitif dalam situasi yang baru diterimanya. 3)      Equilibrasi. Yaitu,penyelarasan dalam pengkombinasian antara asimilasi dengan akomodasi. Contoh Penerapan Teori Kognitif Piaget Untuk memudahkan Anda memahami teori kognitif Piaget berdasarkan ketiga tahapan di atas, maka ditampilkan contohnya. Jika seorang siswa SD kelas satu sudah belajar dan mengenal jenisjenis huruf. lalu gurunya memperkenalkan cara menggabungkan huruf hingga bisa dibaca dalam bunyi kata, Maka proses penyatuan antara jenis huruf yang ada di benak si murid dengan proses penggabungan huruf hingga bisa dibaca dalam bentuk (informasi baru). Inilah yang dinamakan dengan asimilasi. Sedangkan akomodasinya, jika siswa diberi  soal latihan membaca kata demi kata lalu ia bisa menerapkan ilmu yang dimilikinya dan berhasil menjawabnya. Adapun equilibrasinya terletak pada kemampuannya dengan proses penggabungan huruf hingga bisa dibaca menjadi bunyi kata  dan ia dapat terus mengembangkan dan menambah ilmunya. Tak hanya itu, ia  sekaligus dapat menjaga stabilitas mental di dalam dirinya.



Perbedaan Teori Belajar Behavioristik dan Teori Belajar Kognitif Aspek



Behavioristik



Kognitif



(Tingkah Laku) Pavlov Tokoh



(1849-1936),



Watson



Jean Piaget, Lev Vygotski



(1878-1958), Thorndike (18741949), Skinner (1904-1990)



Dasar Pemikiran



Kekuatan



Kelemahan



Perubahan tingkah laku



Proses



berpikir



dibalik



tingkah



laku Siswa difokuskan pada tujuan



Penerapan



yang



bertujuan



jelas



sehingga



dapat



teori untuk



kognitif



melatih



siswa



menanggapi secara otomatis.



agar mampu mengerjakan tugas



Contoh:



dengan



Siswa



mampu



cara



yang



sama



dan



menjelaskan sifat-sifat zat cair,



konsisten. Contoh: Cara belajar



maka diharapkan siswa mampu



siswa



menjawab pertanyaan tentang



perlu secara rutin dilatih untuk



sifat-sifat zat cair



mencapai cara umum yang tepat.



Siswa



dapat



situasi



di



berada



mana



dalam



rangsangan



Siswa



berbeda-beda,



belajar



suatu



mereka



cara



menyelesaikan tugas, tetapi cara



(stimulus) dari jawaban yang



yang dipilih



benar tidak tersedia. Contoh:



(sesuai). Contoh: Siswa belajar



Siswa



membuang



cara menulis surat dengan cara



sampah pada tempatnya, tetapi



yang sama, perlu diperhatikan



di



perbedaan selera dalam menulis



harus



tempat



tersebut



tersedia tempat sampah.



tidak



belum



tentu baik



surat.



D.    Perbedaan Individu I. Pengertian Individu Dalam kamus Echols & Shadaly (1975), individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang, perseorangan, dan oknum. Berdasarkan pengertian di atas dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi yang dimilikinya dan akan membawa perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Karakteristik Individu Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.  II. Perkembangan individu Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. Perkembangan individu mempunyai ciri-ciri umum adalah sebagai berikut : 1.      Terjadinya perubahan dalam aspek : ·                     Fisik; seperti : berat dan tinggi badan.



·                     Psikis; seperti : berbicara dan berfikir. 2.       Terjadinya perubahan dalam proporsi. Fisik; seperti : proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembangannya. ·                         Psikis; seperti : perubahan imajinasi dari fantasi ke realistis. 3.       Lenyapnya tanda-tanda yang lama.  Fisik; seperti: rambut-rambut halus dan gigi susu, kelenjar thymus  dan kelenjar pineal. ·                       Psikis; seperti : lenyapnya masa mengoceh, perilaku impulsif. 4.      Diperolehnya tanda-tanda baru. Fisik; seperti : pergantian gigi dan karakteristik sex pada usia remaja, seperti kumis dan  jakun pada laki dan tumbuh payudara dan menstruasi pada wanita, tumbuh uban pada masa tua. Psikis; seperti berkembangnya rasa ingin tahu, terutama yang berkaitan dengan sex, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan beragama. III. Macam-macam Perbedaan Individu Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni: 1.      Perbedaan kognitif Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya. 2.      Perbedaan kecakapan bahasa Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara). 3.      Perbedaan Kecakapan Motorik Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan. 4.       Perbedaan Latar Belakang Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan. 5.      Perbedaan Bakat Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya. 6.      Perbedaan Kesiapan Belajar Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas. Setiap individu siswa berbeda satu dengan lainnya, hal ini pengaruhi banyak faktor yang membentuk kepribadian setiap siswa. Perbedaan individu siswa dapat dikelompokan menjadi: 7.       Perbedaan Kemampuan Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menerima materi yang diajarkan oleh seorang guru. Guru hendaknya memberikan perhatian khusus terhadap siswa-siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan berusaha menemukan dan mengatasi kesulitan belajar siswa dengan men-diagnosis kesulitan belajar siswa tersebut. Dan jika tingkat kesulitan belajarnya sangat sulit diidentifikasi maka tidak ada salahnya kita meminta bantuan guru lain atau guru yang berkompeten dalam hal ini dan ini biasanya guru bimbingan dan penyuluhan. 8.       Perbedaan  Minat Minat adalah seberapa besar seorang individu merasa suka atau tidak kepada suatu rangsangan. Minat adalah dorongan yang kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu yang



menjadi keinginannya. Minat merupakan faktor yang dapat mengarahkan bakat dan keberadaannya merupakan faktor utama dalam pengembangan bakat.   9.      Perbedaan Sikap Menurut Prasetyo dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa: Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut: a.       Faktor Indogen Faktor indogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yang datang dari dalam dirinya sendiri. Faktor pada diri anak itu sendiri seperti faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati. b.       Faktor Eksogen Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak dari luar dirinya sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto dan Sjafioedin dalam bukunya Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yaitu: faktor yang berasal dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. 10.  Perbedaan gaya belajar Belajar merupakan proses internal yang di ukur melalui perilaku.  Adanya perbedaan kognitif, akfektif, maupun psikomotorik diantara para siswa mempengaruhi pilihan belajar mereka yang muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar. Gaya belajar dapat menjelaskan perbedaan belajar diantara siswa dalam setting pembelajaran yang sama. Gaya belajar adalah pola perilaku spesifik dalam menerima informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru, serta proses penyimpanan informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru. Gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain. 11.  Perbedaan Jenis Kelamin Jenis kelamin menunjuk pada perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, sedangkan gender merupakan aspek psikososial dari laki-laki dan perempuan , berupa perbedaan yang di bangun secara sosial budaya. 



REFERENSI http://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/pembelajaran-geometri-sesuai-teori-van-hiele-lengkap/ Ratih Ika S.. 2012. Pembelajaran matematika menurut teori van hiele. http://fai-unismamalang.blogspot.com/2012/11/pembelajaran-matematika-menurut-teori.html Purwoko.Teori Belajar Van Hiele http://hanifrahm.wordpress.com/2012/06/01/teori-behavioral-dan-kognitif/ http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/07/perbedaan-berbagai-teori-belajar.html