Teori Belajar Konstruktivisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME



Oleh Kelompok 6



Sintong Djampang



1701513020



Nasma Sari



1701513014



Saiful Bachri



1701513016



PROGRAM STUDI PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi Pendidikan Matematika Sholawat serta salam tak lupa senantiasa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang membimbing kita dari jaman jahilliyah menuju jaman yang terang. Makalah ini berjudul “Teori Konstruktivisme”. Dalam penulisan makalah ini, kami merasa banyak kekurangan dan jauh dari sempurna baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kami sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi diri penulis maupun bagi pembaca pada umumnya. Demi tercapainya peningkatan kualitas tenaga pengajar dan siswa.



Palopo, 22 September 2017



Penyusun



DAFTAR ISI



Kata Pengantar .................................................................................................



i



Daftar Isi...........................................................................................................



ii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..........................................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................



2



1.3 Tujuan .......................................................................................................



2



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Teori Konstruktivsme .............................................................



3



2.2 Pengertian Teori Konstruktivsme Menurut Para Ahli ..............................



3



2.3 Ciri-ciri Teori Konstruktivisme ................................................................



6



2.4 Strategi-strategi Teori Konstruktivisme ....................................................



6



2.5 Prinsip-prinsip Teori Konstruktivisme......................................................



8



2.6 Implikasi Teori Konstruktivisme ..............................................................



8



2.7 Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme..................................



10



2.8 Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Matematika ............



11



BAB 3 PENUTUP 3.1 Simpulan ...................................................................................................



16



3.2 Saran ........................................................................................................



16



DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................



17



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokraris serta bertanggung jawab Sistem pendidikan Indonesia yang telah di bagun dari dulu sampai sekarang ini, teryata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan global untuk masa yang akan datang, Program pemerataan dan peningkatan kulitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menjadi masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia ini. Masalah yang muncul dalam dunia pendidikan di Indonesia antara lain dari kualitas guru sebagai pendidik, yang harus menguasai tekhnik, model dan teori belajar yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran.Fenomena yang ada dalam pendidikan di Negara Indonesia akan dapat diselesaikan jika keberhasilan belajar pada peserta didik merata yang dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Pada kenyataannya tenaga pendidik di Indonesia tidak melaksanakan program Belajar-Mengajar yang sesungguhnya, yakni Guru beserta Siswa harus aktif. Namun, saat ini Guru yang lebih aktif dari pda siswa itu sendiri, presentase keaktifannya Guru 75% dan Siswa 25%. Siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh Guru tersebut, padahal pada prinsip terapannya siswalah yang seharusnya lebih aktif mencari dan mengelola informasi agar apa yang ia pelajari seolah-olah menjadi miliknya sendiri, dan dalam hal ini siswa lebih mudah mengingatnya. Berdasarkan latar belakang diatas maka kami membuat makalah tentang teori belajar konstruktivisme yang dapat berguna bagi para pendidik untuk meningkatkan kualitas peserta didiknya.



1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang ditemukan antara lain: 1. Apa yang di maksud dengan Teori Belajar Konstruktivisme ? 2. Bagaimankah prinsip-prinsip belajar Konstruktivisme ? 3. Bagaimana strategi-strategi konstruktivisme? 4. Bagaimana implementasi teori belajar Konstruktivisme dalam pelajaran Matematika? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui teori belajar Kontruktivisme. 2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar konstruktivisme. 3. Untuk mengetahui strategi-strategi konstruktivisme. 4. Untuk mengetahui Implementasi teori belajar Konstruktivisme dalam pelajaran Matematika



BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Teori Konstruktivisme Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. 1.



Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.



2.



Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang tebatas.



3.



Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar dan mencari kebutuhnnya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan dan kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitas orang lain. Jadi kesimpulannya adalah Teori Konstruktivisme adalah teori yang



memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. 2.2 Pengertian Teori Konstruktivisme menurut para ahli 1. Teori Jean Piaget Teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan



dengan



pertumbuhan



intelegensi.



Lebih



jauh



Piaget



mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh



seseorang, melainkan melalui tindakan. Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu: a. Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan barunya. b. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian yang dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yang akan diterima, sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada dalam skema. c. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata ynag sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri. d. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau svhemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi. 2. Teori Vigosky Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan aktivitas yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vigosky dalam penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini saling berhungan antara satu dengan yang lain. Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang



bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan dan menentukan pengetahuan.



Kedua, faktor eksternal dan internal



mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial). 3. Teori Jhon Dewey Dan Von Graselfeld Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme adalah Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist views of learning include a range of theories that share the general perspective that knowledge is constructed by learners rather than transmitted to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey. Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya emotional dan yang lainnya intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya imajinatif. 4. Teori David Ausubel David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan terkenal dengan Teori Belajar Bermakna ( meaningfull ). Ausubel membedakan anatara belajar menemukan dengan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima, jadi tinggal menghafalkannya, tetapi pada belajar menemukan konsep ditemukan oleh siswa, jadi tidak menerima pelajaran begitu saja. Menurut Ausubel ( Dahar, 1996 : 112 ) pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru kepada konsep – konsep relevan yang terapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta – fakta, konsep – konsep dan generalisasi – generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.



2.3 Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu: 1. Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar 2. Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa 3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai 4.



Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil



5.



Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan



6.



Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar



7.



Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa



8.



Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa



9.



Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif



10. Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis 11. Menekankan bagaimana siswa belajar 12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan guru 13. Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif 14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata 15. Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar 16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar 17. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata



2.4 Strategi-strategi Teori Belajar Konstruktivisme Dalam praktik pembelajaran dalam kelas, beberapa strategi pembelajaran Konstruktivisme antara lain: 1. Proses Top Down Siswa memulai dengan masalah – masalah yang komplek untuk dipecahkan dan selanjutkan memecahkan atau menemukan ( dengan bantuan guru ) keterampilan – keterampilan dasar yang diperlukan.



Sebagai contoh siswa dapat diminta untuk menuliskan suatu susunan kalimat, dan baru kemudian belajar tentang mengeja, tata bahasa, dan tanda baca. 2. Pembelajaran dengan bantuan (Scaffolding) Scaffolding merupakan strategi yang pertama – tama dikenalkan Vygotsky dimana di dalam strategi ini guru diharapkan dapat memberikan bantuan belajar bagi siswa pada saat – saat yang paling penting dalam pembelajaran mereka. Scaffolding merupakan konsep pembelajaran dengan bantuan atau dikenal juga dengan istilah Assisted Learning atau Mediated Learning. Dalam Scaffolding guru memberikan bantuan belajar pada siswa yang lebih terstruktur pada awal pelajaran dan secara bertahap mengalihkan tanggung jawab belajar kepada siswa umtuk bekerja atas arahan diri mereka sendiri. 3. Pembelajaran Kooperatif (Cooverative Learning) Strategi ini merupakan pembelajaran di mana siswa diharapkan dapat menyelesaikan tugas – tugas terstruktur yang komplek dalam tim atau kemlompok kerja yang heterogen. Dengan demikian siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit juka mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. 4. Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran generatif menekankan pada pengintegrasian aktif materi baru dengan skemata yang ada dibenak siswa. Belajar itu ditemukan meskipun apabila kita menyampaikan suatu kepada siswa, mereka harus melakukan operasi mental dengan informasi itu untuk membuat informasi masuk ke dalam pemahaman mereka. 5. Pembelajaran dengan penemuan Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep – konsep dan prinsip – peinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip – prinsip untuk diri mereka sendiri.



2.5 Prinsip–prinsip Teori Belajar Konstruktivisme Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah: 1



Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.



2



Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.



3



Murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah.



4



Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar.



5



Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.



6



Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.



7



Mencari dan menilai pendapat siswa.



8



Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Dari semua prinsip diatas ada satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak



boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar 2.6 Implikasi-implikasi Teori Belajar Konsruktivisme Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini dipaparka tentang penerapannya. 1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar Dengan menghargai gagasa-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi pemecah masalah (problem solver)



2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu kepada siswa untuk merespon Berfikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan. 3. Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di balik responrespon faktual yang sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan-gagasan atau pemikirannya 4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau didkusi dengan guru dan siswa lainnya Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas 5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong terjadinya diskusi Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar memberikan kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk menguji hpotesis yang mereka buat, terutama melalu diskusi kelompok dan pengalaman nyata 6. Guru memberikan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif



Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena alam dalam dunia nyata. Kemudian guru membantu para siswa untuk menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-fenomena alam tersebut secara bersama-sama. 2.7 Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Konstruktive Kelebihan: 1. Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan membuat keputusan; 2. Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu mengapliksikannya dalam semua situasi; 3. Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan ini murid dapat meningkatkan kefahaman mereka; Justeru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru; 4. Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh apabila seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja maupun dengan guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan maupun wawasan baru; 5. Seronok :Oleh kerana mereka terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan lihat, maka mereka akan berasa seronok belajar dalam membina pengetahuan baru. Kekuragan: 1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi 2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda



3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa 4. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya proses belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi nilai-nilai kemanusiaan 5. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu dengan yang lainnya 2.8 Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Matematika Strategi pembelajaran seperti dinyatakan di atas dapat dikatakan lebih menekankan kepada para siswa untuk mengingat, menghafal dan tidak menekankan pentingya penalaran (reasoning), pemecahkan masalah (problem-solving), komunikasi (communication), ataupun pemahaman (understanding). Di samping itu, dengan strategi pembelajaran seperti itu, kadar keaktifan siswa menjadi sangat rendah. Para siswa hanya menggunakan kemampuan berpikir tingkat rendah. Perlunya Perubahan Strategi Pembelajaran. Sejalan dengan munculnya teori belajar terbaru yang dikenal dengan konstruktivisme, konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan akan terbentuk atau terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika ia berupaya untuk mengorganisasikan pengalaman barunya berdasar pada kerangka kognitif yang sudah ada di dalam pikirannya. Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Dengan strategi pembelajaran konstruktivisme, diharapkan adanya perubahan dari: 1. Mengingat (memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding).



2. Model ceramah ke pendekatan: discovery learning, inductive learning, atau inquiry learning. 3. Belajar individual ke kooperatif. 4. Positivist (behaviorist) ke konstruktivisme, yang ditandai dengan perubahan paradigma pembelajaran, dari paradigma pengetahuan dipindahkan dari otak guru ke otak siswa (knowledge transmitted) ke bentuk interaktif, investigatif, eksploratif, open ended, keterampilan proses, modeling, ataupun pemecahan masalah. 5. Subject centred ke clearer centred (terkonstruksinya pengetahuan siswa). Karena itulah pendekatan dan strategi pembelajaran yang dapat disarankan adalah suatu pendekatan yang didasarkan pada suatu pendapat bahwa pemahaman suatu konsep atau pengetahuan haruslah dibangun sendiri (dikonstruksi) oleh siswa. Contoh Pembelajaran Berbasis Konstruktivisme Berikut



ini



adalah



contoh



pembelajaran



pengurangan



dasar



bilangan



Seperti (13–7). Langkah-langkah proses pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. Pada tahap awal, Guru mengajukan masalah seperti berikut di papan tulis, di transparansi, ataupun di kertas peraga. 2. Guru bertanya kepada para siswa, berapa kelereng yang dimiliki Ardi pada awalnya? Jawaban yang diinginkan adalah 12. Guru lalu menggambar di papan tulis, 12 buah kelereng seperti gambar di bawah ini dengan menekankan bahwa 12 bernilai 1 puluhan dan 2 satuan atau 12 = 10 + 2. 3. Guru meminta siswanya bekerja dalam kelompok dengan menggunakan benda-benda konkret yang dimilikinya untuk menggambarkan 12 kelereng yang dimiliki Ardi. 4. Guru bertanya kepada siswa, berapa butir kelereng yang diberikan kepada adiknya dan berapa sisa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang? Biarkan siswa bekerja sendiri-sendiri atau bekerja di kelompoknya untuk menjawab soal tersebut.



5. Ada dua kemungkinan jawaban siswa atau kelompok siswa, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Pada waktu diskusi kelompok, Bapak atau Ibu Guru sebaiknya menawarkan alternatif kedua ini kepada beberapa kelompok. 12=10+2 12–9=3 12–9=2+1=3 Ardi memiliki 12 kelereng. 9 kelereng diberikan kepada adiknya. Berapa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang? 6. Guru memberi kesempatan kepada siswa atau kelompok untuk melaporkan cara mereka mendapatkan hasilnya. Diskusikan juga, yang mana dari dua cara tersebut yang lebih mudah digunakan. 7. Guru memberi soal tambahan seperti 13–9 dan 12–8. Para siswa masih boleh menggunakan benda-benda konkret. Bagi siswa yang masih menggunakan alternatif pertama, sarankan untuk mencoba alternatif kedua dalam proses menjawab dua soal di atas. 8. Guru memberi soal tambahan seperti 14–9 dan 13–8. Bagi siswa atau kelompok



siswa



yang



sudah



dapat



menyelesaikan



soal



ini



tanpa



menggunakan benda konkret dapat mengerjakan soal-soal yang ada di buku. Belajar arti Konstruktivisme dari contoh proses pembelajaran pengurangan di atas dapat dikemukakan beberapa hal berikut: 1. Peran guru sebagai fasilitator dalam membantu siswanya dapat dengan mudah melakukan operasi pengurangan dasar bilangan. Dengan cara seperti ini, pengetahuan diharapkan dapat dengan mudah terkonstruksi atau terbangun di dalam pikiran siswanya. 2. Dengan alternatif rancangan pembelajaran seperti itu, para siswa sendirilah yang harus membangun pengetahuan bahwa 12 – 9 = 2 + 1, 13 – 9 = 3 + 1, 12 – 8 = 2 +2, 14 – 9 = 4 + 1, dan seterusnya.



3. Para siswa juga dibimbing gurunya untuk secara demokratis menentukan pilihan-pilihan, dan secara dini belajar untuk menghargai pendapat teman lainnya meskipun berbeda dengan pendapatnya sendiri. 4. Dengan alternatif rancangan pembelajaran seperti itu, ketika para siswa diminta menentukan hasil dari 15 – 8 misalnya, di dalam pikiran siswa akan muncul gambaran (sebagai hasil pengalaman belajar di kelasnya), kelereng sejumlah 1 puluhan dan 5 satuan yang jika diambil 8 akan menghasilkan 5 + 2 = 7. 5. Pengalaman belajar yang dirancamg ini tidak akan berhasil jika siswa tidak atau kurang terampil menentukan hasil 10 – 9 = 1, 10 – 8 = 2, 10 – 7 = 3 dan seterusnya. Jelaslah bahwa pengetahuan yang sudah dimiliki siswa akan sangat menentukan



berhasil



tidaknya



suatu



proses



pembelajaran. 6. Proses pembelajaran ini sesungguhnya didasarkan pada suatu keyakinan dari para penganut konstruktivisme yang menyatakan bahwa suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari otak seorang guru dengan begitu saja ke dalam otak siswa. Siswa sendirilah, yang dengan bantuan guru,



akan



dapat



menemukan



kembali



pengetahuan



yang



sudah



ditemukan para ahli matematika. 7. Dengan fasilitasi dari para guru matematika sebagaimana dinyatakan para pakar pendidikan matematika, prosedur pengurangan dasar bilangan seperti 12–9 maupun 13–8 ditemukan kembali (guided re-invention) si pembelajar seperti ketika para siswa menemukan kembali rumus, konsep, ataupun prinsip seperti yang ditemukan para matematikawan. Implikasinya pada Pembelajaran Dengan demikian,belajar matematika merupakan proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Berdasar penjelasan dan contoh di atas, implikasi konstruktivisme pada pembelajaran di antaranya adalah: 1. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak mesti diikuti dengan hasil yang bagus pada siswanya. Setiap siswa SD harus mengkonstruksi



(membangun) pengetahuan matematika di dalam benaknya masingmasing berdasar



pada



kerangka



kognitif



yang



sudah



ada



di



dalam



benaknya. 2. Tugas setiap guru adalah memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan matematika dibangun atau dikonstruksi para siswa sendiri dan bukan ditanamkan oleh para guru. 3. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan para siswa, karenanya para guru harus mau bertanya dan mau mengamati pekerjaan siswanya. Setiap kesalahan siswa harus menjadi umpan balik dalam proses penyempurnaan rancangan proses pembelajaran berikutnya. 4. Pada konstruktivisme, siswa perlu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk masing-masing konsep matematika sehingga peranan guru membantu perkembangan siswa membuat konstruksi-kontruksi mental yang diperlukan.



BAB 3 PENUTUP



3.1 Kesimpulan Teori Konstruktivisme adalah teori yang memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri dan cocok untuk di kembangkan dan di terapkan oleh tenaga pendidik, agar siswa lebih memahami dan mengingat materi secara mendalam.



3.2 Saran Saran yang dapat diberikan mengenai pendekatan pembelajaran matematika menurut konstruktivisme adalah dalam pembelajaran guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Guru hanya membantu agar informasi menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa dengan menunjukkan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan strategi-strategi yang dimilikinya untuk belajar. Selain itu, posisi guru dalam pembelajaran matematika adalah untuk bernegosiasi dengan siswa, bukan memberikan jawaban akhir yang telah jadi. Tidak hanya itu, guru seharusnya diharapkan dapat bertindak sebagai mediator dan fasilitator yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri siswa. Melalui pemberian tugas rumah dengan pendekatan konstruktivis, diharapkan dapat memberikan suatu motivasi kepada siswa untuk memahami suatu konsep secara utuh melalui pengerjaan tugas dengan kondisi dan situasi yang tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan keterbatasan waktu dalam proses belajar. Siswa dapat berusaha memahami suatu masalah beserta pemecahannya berdasarkan kecepatan dan kemampuannya sendiri.



DAFTAR PUSTAKA



http://dewin221106.blogspot.co.id/2009/11/pendekatan-konstruktivismedalam.html diakses tanggal 22 September 2017 https://id.scribd.com/doc/28035981/Penerapan-Konstruktivisme-DalamPembelajaran-Matematika-Di-Sekolah-Dasar, diakses tanggal 22 September 2017 https://www.academia.edu/19576401/TEORI_KONSTRUKTIVISME, diakses tanggal 22 September 2017