Teori Belajar Revolusi Sosio-Kultural [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIO-KULTURAL DISUSUN OLEH : ANNISA RUSDIANI ALAN NUARI AGUNG MAULANA RIFQAH FADHILLAH SUYUTI



SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SULUH BANGSA JAKARTA JL. LEGOSO RAYA NO. 31 CIPUTAT – JAKARTA SELATAN TELP : 021-744 3078 FAX : 021 – 747 10 824 2015



TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL PENGERTIAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIO-KULTURAL TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTUR ADALAH PENINGKATAN FUNGSI-FUNGSI MENTAL SESEORANG YANG BERASAL DARI KEHIDUPAN SOCIAL ATAU KELOMPOKNYA, DAN BUKAN SEKEDAR DARI INDIVIDU ITU SENDIRI. TEORI BELAJAR SOSIOKULTUR BERANGKAT DARI PENYADARAN TENTANG BETAPA PENTINGNYA SEBUAH PENDIDIKAN YANG MELIHAT PROSES KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN YANG TIDAK BISA DIPISAHKAN. PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MEMILIKI KETERKAITAN YANG SANGAT ERAT, DI MANA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BERBICARA PADA TATARAN YANG SAMA, YAITU NILAI-NILAI. TYLOR DALAM H.A.R TILAAR (2002: 7) TELAH MENJALIN TIGA PENGERTIAN MANUSIA, MASYARAKAT DAN BUDAYA SEBAGAI TIGA DIMENSI DARI HAL YANG BERSAMAAN. OLEH SEBAB ITU PENDIDIKAN TIDAK DAPAT DILEPASKAN DARI KEBUDAYAAN DAN HANYA DAPAT TERLAKSANA DALAM SUATU KOMUNITAS MASYARAKAT.



DASAR TERBENTUKNYA TEORI SOSIO-KULTURAL Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural yaitu :



1. PIAGET Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa atau kemauan individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan sistem syarat. Makin bertambah umur seseorang, makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, ia akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur



berhubungan



dengan



proses



mencari



keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Untuk memperoleh keseimbangan harus



atau



melakukan



lingkungannya.



ekuilibrasi,



seseorang



adaptasi



dengan



Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadinya secara simultan, yaitu asimilasi



dan



akomodasi.



Melalui



asimilasi



siswa



mengintegrasikan



pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur kognitif yang telah ada dalam dirinya.



Sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi struktur kognitif yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru. Adaptasi akan terjadi jika telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitifnya. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan akan terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu.



2. VYGOTSKY Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya. Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orangorang penting di lingkungannya. Ia menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.



Menurut Vygotsky teori belajar Sosiokultur ini menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memakai informasi-informasi baru. Teori belajar sosiokultur meliputi tiga konsep utama, yaitu : 1) Hukum Genetik tentang Perkembangan Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap prosesproses sosial tersebut.



2) Zona Perkembangan Proksimal Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua tingkat: 



Tingkat



perkembangan



menyelesaikan



aktual



tugas-tugas



yang



atau



tampak



memecahkan



dari



kemampuan



berbagai



masalah



seseorang secara



untuk mandiri



(intramental). 



Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental).



Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial



ini



disebut



zona



perkembangan



proksimal.



Zona



perkembangan



proksimal



diartikan sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.



3) Mediasi Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Ada dua jenis mediasi, yaitu: ◦Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk



melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self checking, dan self evaluating. ◦Mediasi metakognitif ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi. (2) Mediasi



kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).



Pengaruh Sosio-Kultural pada Perkembangan Kognisi – Pengaruh sosial pada perkembangan kognisi Pembelajaran pada anak terjadi melalui interaksi sosial dengan tutor yang lebih berpengalaman, Tutor ini menjadi model dalam berperilaku atau menyediakan instruksi verbal untuk anak. Model inilah yang disebut dengan dialog kooperatif atau kolaboratif. Anak



mencari



pemahaman



perilaku



atau



instruksi



dari



tutor,



menginternalisasi



informasi dan menggunakannya untuk memformulasikan perilaku mereka. – Pengaruh Budaya pada perkembangan kognisi Vygotsky menekankan bagaimana seseorang berkembang dalam lingkungan yang berubah. Dengan berfokus pada individu ataupun pada lingkungan tidak cukup untuk menjelaskan mengenai perkembangan seseorang. Untuk itu perkembangan sebaiknya



APLIKASI TEORI SOSIO KULTUR Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu: a.



Pendidikan informal (keluarga)



Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat, memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya. b.



Pendidikan nonformal



Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan,



ketrampilan,



dan



perilaku



pada



anak,



misalnya



kursus



membatik.



Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di



c



.



Pendidikan formal



Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara lain: 1.



Kurikulum.



Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga. 2.



Siswa



Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung. Selain itu pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan. 3.



Guru



Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.



Kelebihan dan Kekurangan Teori Sosio Kultural



Keuntungannya adalah : ◦Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang; ◦Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya daripada tingkat perkembangan aktualnya; ◦Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental; ◦Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah; ◦Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.



Kekurangannya adalah : Kekurangan dari teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.



KESIMPUL AN



Dapat disimpulkan bahwa dalam teori belajar sosiokultur, proses belajar tidak dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi, karena persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran individu melalui interaksi dalam suatu konteks sosial. Dalam hal ini, tidak ada perwujudan dari suatu kenyataan yang dapat dianggap lebih baik atau benar. Vygotsky percaya bahwa beragam perwujudan dari kenyataan digunakan untuk beragam tujuan dalam konteks yang berbeda-beda. Pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari aktivitas di mana pengetahuan itu dikonstruksikan, dan di mana makna diciptakan, serta dari komunitas budaya di mana pengetahuan didiseminasikan dan diterapkan. Melalui aktivitas, interaksi sosial, tersebut penciptaan makna terjadi.