Teori Culture Care Leininger [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI KEPERAWATAN CULTURE CARE LEININGER A. Pengertian Teori keperawatan Leininger dicetuskan oleh Madeline Leininger seorang pelopor keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doktor dalam ilmu antropologi sosial dan budaya. Leininger lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver. Teori culture care Leininger dikenal dengan teori transkultural nursing dan merupakan suatu acuan untuk menemukan budaya dalam perawatan. Sunrise enbler berfungsi sebagai peta kognitif dan membantu menemukan pengaruh aktual dan potensial untuk menjelaskan fenomena perawatan dan kesejahteraan berkaitan dengan sejarah, budaya, agama, dan faktor struktur sosial lainnya termasuk pandangan ekonomi, lingkungan, dan perawatan holistik lainnya (Leininger, 2002 dalam ..., 2018). Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan. B. Asumsi Dasar Asumsi mendasar dari teori ini adalah perilaku caring. Caring adalah esensi dari keperawatan,



membedakan,



mendominasi



serta



mempersatukan



tindakan



keperawatan. Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yang



universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya. C. Konsep Teori Culture Care Leininger mengembangkan istilah yang relevan dengan teori culture care. Istilah konsep dari culture care adalah: 1. Human Care and Caring Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. 2. Culture Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis nilai, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu yang memberikan arahan kepada cara berfikir mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam pola hidup. 3. Culture Care Perawatan kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif dan transmisi nilai, keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan juga kematian. 4. Culture Care Diversity Keragaman perawatan kultural mengacu kepada variabel-variabel, perbedaanperbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau memampukan manusia dalam melakukan suatu perawatan.



5. Culture Care Universality Kesatuan perawatan kultural mengacu kepada suatu pengertian umum yang memiliki kesamaan ataupun pemahaman yang paling dominan, pola-pola, nilai - nilai, gaya hidup atau symbol - simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan, dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan. 6. Worldview Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara dunia atau alam semesta untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di sekitarnya. 7. Cultural and Social Structure Dimensions Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan, kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam lingkungan yang berbeda. 8. Environmental Context Konteks lingkungan mengacu pada totalitas suatu lingkungan (fisik, geografis, dan sosial budaya), situasi, atau peristiwa dengan pengalaman terkait yang memberikan makna interpretasi untuk membuat ekspresi dan keputusan manusia dengan merujuk pada lingkungan atau situasi tertentu. 9. Ethnohistory Ethnohistory mengacu pada urutan fakta, peristiwa, atau perkembangan dari waktu ke waktu sebagaimana diketahui, disaksikan, atau didokumentasikan tentang orang-orang yang ditunjuk dari suatu budaya. 10. Emic



Emic mengacu pada pandangan dan nilai lokal, asli, atau orang dalam tentang suatu fenomena 11. Etic Etic mengacu pada pandangan orang luar atau lebih universal dan nilai-nilai tentang suatu fenomena. 12. Health Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan atau keadaan restoratif yang secara budaya dibentuk, didefinisikan, dinilai dan dipraktikkan oleh individu atau kelompok dan yang memungkinkan mereka berfungsi dalam kehidupan sehari-hari mereka. 13. Transcultural Nursing Keperawatan transkultural mengacu pada bidang formal pengetahuan dan praktik humanistik dan ilmiah yang berfokus pada fenomena dan kompetensi culture care yang holistik untuk membantu individu atau kelompok mempertahankan atau mendapatkan kembali kesehatan mereka dan untuk menangani cacat, sekarat, atau lainnya. Kondisi manusia dengan cara-cara yang kongruen dan bermanfaat secara budaya. 14. Culture Care Preservation or Maintenance Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan mapun kematian. 15. Culture Care Accommodation or Negotiation Teknik negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk



mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan yang professional 16. Culture Care Repatterning or Restructuring Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya. 17. Culturally Competent Nursing Care Perawatan keperawatan yang kompeten secara budaya mengacu pada penggunaan eksplisit perawatan berbasis budaya dan pengetahuan kesehatan dalam cara yang sensitif, kreatif, dan bermakna agar sesuai dengan kehidupan dan kebutuhan umum individu atau kelompok untuk kesehatan dan kesejahteraan yang bermanfaat dan bermakna, atau untuk menghadapi penyakit, cacat , atau kematian. D. Paradigma Keperawatan 1. Manusia Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan normanorma yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada. 2. Kesehatan Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup. 3. Lingkungan Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia,



interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial politik, dan atau susunan kebudayaan. 4. Keperawatan Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia



yang



menfasilitasi,



bertujuan



atau



untuk



memampukan



membantu, individu



memberikan



maupun



dukungan,



kelompok



untuk



memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian. Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Leininger, 2002) adalah : a. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya. Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya Berolah raga setiap pagi b. Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lainnya. c. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang



biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. E. Proses Keperawatan Transkultural. Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar.



Pengkajian dirancang berdasarkan komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu : 1. Faktor teknologi (tecnologicals factor) Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji berupa: persepsi pasien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalah kesehatan saat ini, dan alasan mencari bantuan kesehatan. 2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)



Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. 3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga. 4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri. 5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat. 6. Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain



misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 7. Faktor pendidikan (educational factors) Tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri. Tindakan dalam model keperawatan ini terdiri dari 3 yaitu maintenance, negosiaasi, dan restructuring. F. Contoh Aplikasi Teori Culture Care Kasus: Luka post op Tn. X tidak kunjung sembuh, padahal operasi sudah 2 minggu yang lalu. Setelah dilakukan pengkajian, ternyata selama ini pola makan pasien tidak bagus dan rendah protein, yaitu pasien tidak mau makan ikan karena percaya kalau makan ikan nanti lukanya gatal dan bila minum banyak lukanya basah sehingga lama sembuh. Tindakan keperawatan Sebelum mengambil tindakan, maka terlebih dahulu perawat harus melakukan pengkajian. Berdasarkan teori model Leininger, maka ada 3 tingkatan pengkajian yang harus dilakukan oleh perawat. Tingkat 1: Perawat mengumpulkan data tentang konteks bahasa dan lingkungan, teknologi, filosofi/agama, hubungan keluarga, struktur sosial, nilai budaya, politik, sistem hukum, ekonomi, dan pendidikan. Tingkat 2: Perawat melakukan pengkajian tentang apakah pasien hidup sendiri, bersama keluarga, kelompok, atau lembaga. Tingkat 3: Perawat melakukan pengkajian tentang nilai kesehatan, sistem kesehatan, kepercayaan, perilaku kelompok, dan peran perawat.



Langkah selanjutnya melakukan tindakan keperawatan, karena pasien memiliki perilaku dan budaya yang salah atau bertentangan dengan kesehatan yaitu percaya jika makan protein dan minum banyak lukanya akan sulit sembuh, maka perawat harus mengambil tindakan “restructuring/rekonstruksi asuhan kultural”, yaitu membantu pasien merubah perilaku kesehatannya atau pola hidupnya. Perawat memberikan penjelasan kepada pasien bahwa alasanya tersebut tidak benar, sehingga kemudian pasien akan merubah perilakunya.



Daftar Pustaka Aini, Nur. (2018). Teori Model Keperawatan. Malang: UMM Press Alligood, MR & Tomey AN. (2014) Nursing Theorist and Their Work, Eighth Edition, St. Louis Mosby Witdiawati, dkk. (2018). Study Ethnografi-Etnonursing: Konsep & Aplikasi Penelitian tentang Pasien Kanker Payudara. Bandung: Unpad Press.