TEORI DAN KONSEP DASAR HIPNOTERAPI DR Aan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI DAN KONSEP DASAR HIPNOTERAPI Oleh : dr. Aan Susianti, SpKJ, M.Kes A. PENGERTIAN  HIPNOTERAPI             Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran dan penyembuhan yang  menggunakan metode hipnotis untuk memberi sugesti atau perintah positif kepada pikiran bawah sadar untuk penyembuhan suatu gangguan psikologis atau untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku menjadi lebih baik. Orang yang ahli dalam menggunakan hipnotis untuk terapi disebut "hypnotherapist". Hipnoterapi menggunakan pengaruh kata - kata yang disampaikan dengan teknik - teknik tertentu. Satu - satunya kekuatan dalam hipnoterapi adalah komunikasi. (Kahija YF., 2007)            Dalam ruang lingkup psikoterapi, hipnosis digunakan bukan saja dalam psikoterapi penunjang tetapi lebih dari itu hipnosis merupakan alat yang ampuh dalam psikoterapi penghayatan dengan tujuan membangun kembali (rekonstruktif) sehingga perlu pengkajian yang lebih mendalam agar tercapai suatu pendekatan yang holistic eklektik, yaitu pendekatan secara terinci dan secara menyeluruh; juga mengetrapkan prinsip-prinsip ilmu kedokteran, ilmu kedokteran jiwa (psikiatri), ilmu perilaku (psikologi) dan ilmu sosial (sosiologi). (IBH, 2002).            Tujuan Hipnoterapi adalah menyelesaikan masalah atau meningkatkan kemampuan diri, yang mana hasil dari hipnoterapi diharapkan bisa bertahan untuk selamanya. Dalam hipnoterapi, klien dan hypnotherapist bekerja sama untuk meraih tujuan. Pasien tidak akan dibuat tidak sadar atau tidak berdaya, melainkan akan dibimbing supaya  bisa menyadari kekuatan diri  sendiri sehingga dengan menggunakan kebijaksanaan dan kekuatan Pikiran Bawah Sadar shg masalah yang  dialami bisa diatasi sendiri. Metode hipnoterapi modern dengan orientasi kepada pasien lebih banyak berperan untuk ‘membuka’ kesadaran pasien untuk mengetahui masalah utamanya dan membantu pasien untuk menyembuhkan atau menyelesaikan masalahnya oleh dia sendiri. Pasien menjadi lebih merasa nyaman dengan kondisinya dan dapat menerima kondisinya, sehingga tidak mengganggu aktivitasnya atau kegiatannya sehari-hari. Jadi hipnoterapi adalah aplikasi hipnotis untuk terapi pengobatan. (Syaputra MD ., 2008) B. DEFINISI HIPNOSIS          Kata "hypnosis" pertama kali diperkenalkan oleh James Braid, seorang dokter ternama di inggris yang hidup antara tahun 1795 - 1860. Sebelum masa James Braid, hypnosis dikenal dengan nama Mesmerism / Magnetism.  Hipnosis berasal dari kata "hypnos" yang merupakan nama dewa tidur orang yunani. Namun perlu dipahami bahwa kondisi hypnosis tidaklah sama dengan tidur. Orang yang sedang tidur



tidak menyadari dan tidak bisa mendengar suara-suara disekitarnya. Sedangkan orang dalam kondisi hipnosis, meskipun tubuhnya beristirahat (seperti tidur), ia masih bisa mendengar dengan jelas dan merespon informasi yang diterimanya.          Hipnosis merupakan satu keadaan setengah sadar yang jika dilihat penampakannya mirip dengan tidur, disebabkan oleh suatu sugesti relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi pada sebuah objek tunggal. Individu tersebut menjadi tersugesti dan responsif terhadap pengaruh orang yang menghipnosis dan dapat mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah dilupakan serta dapat meredakan gejala psikologis (WHO, 1994).          Martin Orne mendefinisikan hipnosis sebagai keadaan atau kondisi dimana orang  mampu berespon terhadap sugesti yang sesuai dengan mengalami perubahan persepsi daya ingat atau mood. Ciri penting dari hipnosis adalah perubahan pengalaman subyektif. (Kaplan, Sadock, 2002).        Hipnosis juga didefinisikan sebagai suatu interaksi sosial seseorang yang disebut subjek, bertindak untuk mengalami pengalaman imajinatif yang melibatkan perubahan kognisi tindakan yang disadari berdasarkan sugesti dari seseorang yang disebut juru hipnosis (Kilhistrom, 1997)         Saat ini, definisi yang paling banyak digunakan dan diterima berbagai lembaga / asosiasi hipnosis dan hipnoterapi di dunia adalah definisi yang dikeluarkan oleh U.S. Dept. of Education, Human Services Division: "hypnosis is the by-pass of the critical factor of the conscious mind followed by the establishment acceptable selective thinking" atau "hipnosis adalah penembusan faktor kiritis pikiran sadar diikuti dengan diterimanya suatu pemikiran selektif (sugesti)." (Kahija YF.,2007).                        Hipnotis kedokteran kini terbagi atas hipnopromosi (meningkatkan kesehatan dengan hipnotis bagi orang sehat), hipnoprevensi (mencegah gangguan kesehatan dengan hipnotis bagi orang sehat), hipnoterapi (penyehatan dengan hinotis bagi orang sakit), serta masih ada hipnotis untuk rehabilitasi bagi orang cacat.  (Syaputra MD.,2008) C. SEJARAH HIPNOTERAPI              Penggunaan hipnotis sudah ada sebelum sejarah itu sendiri tercatat, sejak awal mula peradaban manusia. Tentu saja waktu itu hipnotis belum dikenal dengan nama “hipnotis”. Hipnotis pada masa dulu dipraktekkan dalam ritual agama maupun ritual penyembuhan. Catatan sejarah tertua tentang hipnotis yang diketahui saat ini berasal dari Ebers Papyrus yang menjelaskan teori dan praktek pengobatan bangsa Mesir Kuno pada tahun 1552 SM. Hipnosis telah dipraktekkan di tempat yang berbeda dengan berbagai istilah sejak dahulu. Sejarah hipnosis modern dimulai pada abad ke 18. ( Kroger, 2007) 1. Franz Anton Mesmer (1734-1815)



         Mesmer dinobatkan sebagai bapak hipnotisme modern. Dia seorang  dokter dari Wina yang pertama kali mengembangkan metoda penyembuhan dengan hipnotis secara ilmiah. Mesmer mengembangkan teori yang disebut dengan ”teori animal magnetism” yaitu  adanya pengaruh medan magnet bumi terhadap tubuh manusia. Di dalam tubuh setiap manusia terdapat cairan universal yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Jika cairan dalam tubuh ini kurang banyak, tidak mengalir dengan lancar atau tersumbat, maka akan menyebabkan seseorang menjadi tidak sehat secara mental dan fisik. Timbulnya suatu penyakit dapat dikarenakan adanya ketidak seimbangan komposisi magnet pada tubuhnya. Mesmer terus melakukan penyembuhan dan eksperimental-nya terhadap pasien-pasiennya yaitu dengan merangsang tubuh pasien tersebut dengan cara menempelkan lempengan-lempengan magnet ke beberapa bagian tubuh yang dianggap membutuhkan kekuatan magnet, hingga seiring dengan perkembangan waktu, Mesmer melakukan penyembuhannya tanpa menempelkan lempengan magnetnya, melainkan melalui perantara tubuh Mesmer sendiri yang diyakini memiliki daya magnetis/kekuatan magnet. Sejak penyembuhan ala Mesmer Inilah metode Hypnosis mulai diteliti dan menjadi bahan perdebatan dari berbagai ilmuwan barat. Inilah cikal bakal Metode Hypnosis dijadikan sebagai sebuah keilmuan yang dapat dirasakan manfaatnya secara klinis hingga sekarang.. ( Kroger, 2007) 2. Marquis de Puysegur (1751-1825)            Seorang dokter dari Paris dan salah seorang dari murid Mesmer. Pertama  kali memperlihatkan efek “Sugesti Post Hipnotik” dengan menggunakan “Pohon Puysegur”nya yang terkenal, dimana orang yang memegang pohon tersebut akan menjadi histeris, lupa ingatan atau tangannya akan menempel di pohon dan tidak bisa dilepaskan, dia juga pertama kali menggunakan istilah somnambulisme untuk kondisi  trance yang dalam, dan istilah tersebut masih dipakai hingga sekarang. ( Kroger, 2007) 3. John Elliotson (1791-1868)        John Elliotson adalah seorang dokter dari Inggeris,  juga menggunakan hipnotis dalam praktek nya untuk menyembuhkan sakit gila, epilepsi, gagap, rematik, sakit kepala dan untuk operasi tanpa obat bius. ( Kroger, 2007) 4. James Braid (1795-1860)          Seorang dokter bedah dari Inggeris. Dalam bukunya “Neuro Hypnotism” untuk pertama kalinya James Braid memakai kata Hypnosis yang diambil dari bahasa Yunani “Hypnos = Dewa Tidur”, karena James Braid berpendapat bahwa kondisi dalam hipnotis itu sama dengan tidur syaraf. James Braid juga adalah orang yang pertama kali menggunakan teknik induksi dengan fiksasi mata dimana pasien diminta untuk melihat dan konsentrasi pada sebuah bandul yang



diayunkan didepan pasien, pada waktu itu induksi dengan fiksasi mata masih membutuhkan waktu ½ jam dan bahkan lebih. ( Kroger, 2007) 5. James Esdaile (1808-1859)            Seorang dokter bedah Irlandia yang bertugas di India dan merupakan dokter yang paling banyak melakukan bedah tanpa obat bius dalam sejarah hipnotis, dengan menggunakan hypnosis, Esdaile melakukan 1000 operasi tanpa obat bius, 300 diantaranya bedah mayor (membuka perut) dan 19 amputasi, sebelum izin prakteknya dicabut oleh “Medical Association of England”. Pada saat itu chloroform dan obat bius lain masih belum ditemukan, sehingga tingkat kematian pasien dalam operasi sangat tinggi, yaitu hampir 50% dari pasien meninggal dalam operasi karena shock dan rasa takut, dan dengan hypnosis dr. James Esdaile mampu menekan tingkat kematian pasien operasi hingga 5 – 7 % dan sebagai penghargaan atas jasanya, level trance yang paling dalam dimana bisa dilakukan operasi tanpa obat bius di sebut juga Esdaile State. ( Kroger, 2007) 6. Pierre Janet (1859-1947)           Seorang Psikolog dan Psikoterapis dari Perancis. Menurut Janet, hipnotis adalah sebuah proses disosiasi atau pemecahan/pemisahan kesadaran dari pikiran dan perasaan. Sampai saat ini teknik pemecahan kesadaran dan pikiran tersebut masih tetap digunakan dalam hipnoterapi, terutama untuk menangani kasus fobia dan trauma. ( Kroger, 2007) 7. Jean Martin Charcot (1825-1893)         Seorang dokter saraf di Paris mengemukakan teori bahwa hipnotis adalah akibat kerentanan secara psikis, dan menurutnya perempuan itu lebih rentan terhadap hipnotis dari pada pria. ( Kroger, 2007) 8. Hippolyte Bernheim (1837-1919)           Seorang profesor ilmu penyakit dalam  yang membantah teori Charcot bahwa hipnosis itu terjadi karena kerentanan secara psikis dari seseorang. Menurutnya hipnotis bisa terjadi karena tingkat sugestibilitas seseorang (suyet bisa terhipnotis karena bereaksi terhadap sugesti dari juru hipnotisnya). ( Kroger, 2007) 9. Sigmund Freud (1856-1939)            Seorang dokter saraf dari Wina yang merupakan pelopor dari teori psikoanalisa yang masih dipakai saat ini. Belajar dari Charcot dan Bernheim, Freud mulai menggunakan hipnotis dalam prakteknya meskipun tidak mengerti cara kerjanya secara mendalam. Tapi semenjak



kejadian abreaksi dimana seorang pasien terbangun dan mencekiknya, Freud meninggalkan hipnotis sebagai salah satu metoda psikoterapi. Akibatnya perkembangan hipnotis mengalami kemunduran sejak saat itu. ( Kroger, 2007) 10. Milton Erickson (1902-1984)              Seorang dokter dan psikiater dari Amerika dan merupakan pelopor hipnoterapi klinis modern. Berbeda dengan pendapat pendahulunya, Milton Erickson menyatakan bahwa kemampuan dihipnotis seseorang adalah sebuah keterampilan yang bisa dilatih, oleh karena itu semua orang bisa dihipnotis. Faktor terpenting yang menentukan bisa tidaknya seseorang dihipnotis bukanlah bakat hipnotis/tingkat sugestibilitas, akan tetapi kualitas  hubungan dan tingkat kepercayaan yang timbul antara Juru Hipnotis dan sang pasien. Milton Erickson adalah orang pertama yang mengembangkan teknik hipnoterapi yang lebih permisif dengan menggunakan pola bahasa hipnotis, analogi dan metafora. Dan teknik permisif ini disebut dengan “Ericksonian Hypnosis” dan terkadang disebut juga  “Conversational Hypnosis” ( Kroger, 2007) 11. Dave Elman (1900-1967)             Dia mengembangkan teknik menghipnotis cepat yang dikenal dengan “Dave Elman Induction”. Dengan teknik Induksi Elman ini, seorang suyet bisa dibimbing untuk mencapai trance yang sangat dalam (somnambulisme) hanya dalam waktu kurang dari 4 menit, dan hal ini membuka pintu bagi aplikasi hypnosis dalam dunia medis, terutama untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien. Coma State adalah kondisi trance yang sangat dalam, dimana sudah terjadi anestesi secara alami sehingga Coma State banyak digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang tidak spesifik (Intractable Pain) pada pasien kanker dan juga pada pembedahan tanpa obat bius. Sesudah Dave Elman, masih banyak lagi tokoh tokoh yang berperan dalam perkembangan hipnotis aliran barat, beberapa diantaranya adalah Ormond McGill yang diberi julukan “The Dean of Modern Stage Hypnosis” , kemudian Richard Bandler dan John Grinder. ( Kroger, 2007) 12. Richard Bandler dan John Grinder (1970)           Pada tahun 1970an, muncul sebuah lonjakan besar di area pengembangan diri. Richard Bandler, seorang ahli komputer, dan John Grinder, profesor bahasa, bekerjasama mempelajari dan mengembangkan metode-metode yang terdapat dibalik aksi hipnotisme dan terapi Erickson. Berkat kerja keras mereka, lahirkan gerakan terapi baru bernama Neuro-Linguistic Programming. NLP memanfaatkan prinsip waking hypnosis untuk menciptakan efek tranformasi dalam waktu yang sangat cepat dibandingkan hipnosis modern, apalagi hipnosis klasik.  Seperti halnya dengan Hipnotis, sekarang NLP juga dipakai untuk motivasi, pengembangan diri, bisnis, olah raga, pendidikan dll. ( Kroger, 2007). NLP diambil dari kata “Neuro” yang mengacu pada



otak, dan “Linguistic” yang mengacu pada Bahasa. Programming artinya pemasangan sebuah Rencana atau Prosedur. NLP adalah studi tentang bagaimana bahasa, baik lisan maupun nonlisan, mempengaruhi sistem syaraf kita. Kemampuan kita untuk melakukan apapun dalam kehidupan ini adalah didasarkan kepada kemampuan untuk mengarahkan sistem syaraf kita sendiri. Mereka yang mampu menghasilkan hasil luar biasa melakukannya dengan menghasilkan komunikasi yang spesifik kepada dan lewat sistim syarafnya. NLP mempelajari bagaimana orang berkomunikasi dengan diri sendiri dengan cara-cara yang menghasilkan kondisi-kondisi banyak akal yang optimal dan oleh karenanya menciptakan jumlah pilihan perilaku terbanyak.( Ellias., 2009)             Setelah mengalami berbagai pasang surut dan penolakkan selama berabad abad lamanya oleh kalangan ilmuwan dan kedokteran, akhirnya hipnotis diakui sebagai salah satu alat terapeutik yang sah oleh BMA (British Medical Association) pada tahun 1955, oleh AMA (American Medical Association) pada tahun 1958, oleh APA (American Psychological Association) pada tahun 1960 dan sampai sekarang profesi sebagai seorang Hipnoterapis diluar negeri diakui sebagai sebuah profesi  sah menurut undang undang.  (Elias.,2009) TEORI HIPNOSIS A. Teori yang mendasari fenomena hipnosis           Telah banyak penulis yang mencoba memberi keterangan mengenai fenomena hipnosis dan banyak sekali teori yang diungkapkan. Teori-teori yang diajukan antara lain: : Teori immobilisasi, teori hipnosis sebagai suatu status hysteria, teori yang didasari perubahan fisiologis serebral, teori hipnosis sebagai suatu proses menuju tidur yang dikondisikan, teori aktifitas dan inhibisi ideomotor, teori disosial, teori memainkan peran (Role-Playing), teori regresi, teori hipersugestibilitas (hypersuggestibility), teori psikosomatik.           Secara umum teori-teori mengenai hipnosis tersebut dibagi dalam 2 kategori besar, yaitu : 1. Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis yang menerangkan hipnosis sebagai suatu keadaan dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu faal otakpun juga berubah. Teori berdasarkan psikologis yang memandang sebagai hubungan antar manusia yang khas (termasuk teori sugesti, disosiasi, psikoanalitik, psychic relative exclusion dan lain-lain). (Kaplan & Sadock, 2004). 2. Teori psikofisiologis. Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare, hipokampus, dan struktur subkortikal yang memerantarai komunikasi. Hingga teori teori yang lain termasuk inhibisi sel ganglion  otak, eksitasi dan inhibisi dari neuron-neuron, fokus eksitasi sentral yang mengelilingi area non eksitasi, anemia serebral, pergeseran energi saraf dari sistem saraf pusat menuju sistem vasomotor, perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia lobus frontal “synaptic ablation” dimana impuls-impuls saraf langsung masuk ke dalam sejumlah canel-canel yang lebih kecil (perhatian selektif) juga dipertimbangkan. 



                   Data psychofisiologic  menggagalkan substasi dari teori-teori ini. Terutama pendapat bahwa anemia dari otak atau sebuah pergeseran dari jumlah impuls-impuls saraf untuk hipnosis. Jika hipnotis adalah karena sebuah pergeseran dari satu kelompok fungsi saraf, apa yang memproduksinya? Jika ini adalah karena anemia maka orang-orang yang menderita anemia sebaiknya siap sedia untuk dihipnotis. Akhirnya jika aliran darah serebral diturunkan selama hipnosis, tak sadarkan diri; maka somnambulisme sebaiknya dihasilkan. Banyak formulasi yang bersifat spekulasi menyatakan bahwa hipnosis adalah dikarenakan factor-faktor psikofisiologis. Kekuatan area psikokinetik dan area sekitar elektromagnetik.                Pavlov percaya bahwa hipnosis adalah keadaan“ setengah tidur ” Dalam klasifikasinya stimulus-stimulus itu berefek langsung “sense organs constitute” pada sistem sinyal primer baik pada hewan maupun manusia. Simbol-simbol atau kata-kata memiliki sistem sinyal sekunder dan karakteristik tersendiri untuk manusia. Mereka mengupayakan efek kondisi mereka  melalui sistem sinyal primer. Sehingga kata-kata bertindak sebagai stimulus kondisi yang mungkin bisa menghasilkan reaksi fisiologis. Sebuah kata (tanda atau isarat) menjadi  stimulus untuk reflekreflek kondisi yang menjadi involunter untuk kehidupan. Pavlov mengobservasi bahwa bermacam-macam variasi gradasi dari hipnosis membedakan secara kuat fisiologi dari status kondisi bangun dan bahwa fluktuasi alami dari hipnosis tergantung variasi yang tidak signifikan dari stimulus lingkungan. Dia mengisaratkan propeticaly bahwa mekanisme lower brain stem dimasuki dalam kondisi hipnosis. Beberapa penelitian modern melanjutkan untuk menerangkan teori Pavlov, namun demikian kebanyakan ahli tidak percaya bahwa ada kesamaan antara tidur dan hipnosis, jikalaupun ada itu akan menjadi lebih baik untuk memulai sebuah prosedur induksi dengan orang yang sedang tidur. Namun demikian beberapa peneliti mampu untuk mengubah tidur dangkal menjadi kondisi hipnosis.  Ini tidak membuktikan bahwa keduanya adalah identik. Hipnosis adalah bukan kondisi perubahan antara tidur dan bangun, data eksperimental menunjukkan perubahan yang cepat pada reflek dan respon motor selama tidur. Selama tidur dalam kondisi, reflek atau respon fisiologi  diberikan sebuah stimulus berulangulang.  (Kroger, 2007)           Teori imobilisasi. Hypnosis suatu waktu mungkin diperlukan oleh manusia sebagai mekanisme pertahanan  perlindungan menghadapi ketakutan atau bahaya. Teori ini berdasarkan pada pengamatan Pavlov bahwa satu-satunya kesempatan seekor hewan bertahan hidup adalah untuk tetap imobile (tidak bergerak) agar terlepas dari pengamatan. (Kroger, 2007). Walaupun diinduksi berbeda-beda pd hewan, RI (Reaksi imobilisasi) ditimbulkan terutama oleh faktor fisik dan insting. Pada manusia diakibatkan dari interaksi faktor-faktor ini dengan pengalaman arti dari simbol dan kata-kata. Dan lagi hipnosis manusia dan hewan tidak mirip, induksi berulang pada hewan dengan penurunan kerentanan hipnotik, sedangkan pada manusia meningkatkannya. (Kroger, 2007) Pada umumnya stimulus sekuat apapun seperti ketakutan, menyebabkan hewan dan manusia tertentu ”membeku”. Konsep ini berlanjut pada teori hipnosis “pingsan-mati”. Akan tetapi teori ini



tidak menjelaskan bagaimana hipnosis terjadi pd manusia. Bersamaan itu , hipnosis dijelaskan sebagai ” suatu keadaan kesiapan tindakan emosi yang makin bertambah menghubungkan ke bawah pada pengaruh kortek sbg satu filogeni keatas, namun demikian secara konsisten muncul pada organisme hewan dlm berbagai bentuk. (Kroger, 2007)               Hipnosis sbg suatu status hysteria. Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai suatu gejala histeria; hanya individu histeris yg diyakini dapat dihipnotis. Kesimpulan ini diambil oleh Charcot dg dasar hanya beberapa kasus dalam keadaan patologis. Hipotesis seperti ini untenable (tak dapat dipertahankan), seberapa besar kerentanan terhadap hipnosis adalah tidak patognomonik pada neurosis : individu normal, nyatanya, dengan mudah dihipnotis. Walaupun orang histeri lebih mudah disugesti dari pada individu normal, tidak perlu untuk mengikuti bahwa peningkatan sugestibilitas adalah tanda histeria.  (Kroger, 2007)            Teori tidur yang dikondisikan. Teori Keadaan Alfa dan Theta. Melalui data yang dikumpulkan dari Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan dari impuls elektrik yang dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola gelombang otak yang pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja) didefinisikan sebagai 14-32 putaran per detik / cycles per second (CPS), keadaan Alfa (santai/relax) sebagai 7-14 CPS, keadaan Theta (mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur pulas) kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007) Satu definisi fisiologis dari keadaan hipnotis adalah bahwa tingkat gelombang otak yang diperlukan untuk mengatasi masalah seperti berhenti merokok, penanganan masalah berat badan, pengurangan fobia, peningkatan kemampuan olah raga, dll adalah keadaan alfa. Keadaan alfa pada umumnya diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi, dan melamun. (Kroger.,2007) Definisi fisiologis lain menyebutkan bahwa keadaan theta diperlukan untuk perubahan therapeutic (berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta dikaitkan dengan hipnosis untuk pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan hipnotis untuk mematirasakan rasa sakit), dan hipnoanalgesia (penggunaan hipnotis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit), di mana pembedahan lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat bius (anestetik), zat penenang (sedatif) dan hipnotis mengacaukan keselarasan syaraf, yang dianggap mendasari terjadinya gelombang theta, baik pada manusia maupun binatang. (Kroger.,2007)               Teori Inhibisi dan aktivitas ideomotor. Hal itu dianggap oleh beberapa penulis bahwa efek sugestibilitas adalah hasil dari inhibisi dan tindakan ideomotor, dan sugestibilitas hanya sebuah pengalaman dari imaginasi yang diaktualisasikan hingga aktivitas ideomotor. Meskipun  teori ini memperkirakan/menjelaskan, kepada sebuah tingkat, untuk reaksi fisik dan sama tinggi untuk beberapa reaksi fisiologis mencatat selama hipnosis, itu gagal untuk menjelaskan  reaksi fisiologis yang rumit yang timbul selama hipnosis. (Kroger.,2007)         Teori Neodisosiasi dan disosiasi. Selama beberapa tahun diduga bahwa seseorang yang dihipnotis berada dalam kondisi disosiasi, area-area tertentu dari perilaku terbelah dari



aliran utama kesadaran, oleh karena itu hipnosis menghapus control kehendak dan sebagai hasilnya seseorang merespon hanya dengan perilaku otonomik pada tingkat reflek. Jika teori disosiasi adalah valid, maka amnesia dapat dihilangkan oleh sugesti dari pelaksana. Selain itu amnesia akan selalu terjadi secara spontan. Hipnosis telah dijelaskan sebagai disosiasi kesadaran dari sebagian besar  sensori meski dengan tegas peristiwa yang berhubungan dengan saraf disimpan. Sementara ini sebagian besar, itu tidak membantu kita untuk memahami jenis sesungguhnya dari hipnosis. Golongan disosiasi tidak hanya hipnosis tetapi juga banyak kondisi siaga/waspada lain dari kesadaran seperti mimpi-mimpi, kondisi hipnagogik, “highway hypnosis’, kondisi melamun, pemisahan atau depersonalisasi dilihat pada beberapa tipe pemujaan agama/ ritual agama dan banyak fenomena mental lainnya. (Kroger.,2007)           Teori Disosiasi. Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi/ jatuh ke dalam lembah kehinaan/ketika diperagakan lebih sering sebagai ganti dari amnesia atau disosiasi, disana ada hyperacuity dan pengaturan yang lebih baik dari seluruh makna selama hipnosis. Oleh karena itu, meskipun beberapa tingkat dari disosiasi terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan berarti indikasi bahwa disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Hilgard menemukan teori disosiasi Janet menarik, dan menerima sebagai dalil teori neodisosiasi. Meskipun teori ini tidak diselesaikan, hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego normal adalah memperhatikan kebutuhan kami, .memperbolehkan perilaku yang dapat diterima masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun demikian dia mencatat bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol normal dimana pada saatnya dapat berfungsi simultan dengan mereka. (Kroger.,2007)              Teori memainkan peran. Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnotis memainkan peran dan membiarkan penghipnotis menciptakan realitas untuk mereka. Umumnya, selama proses hipnotis orang menjadi lebih reseptif (mudah menerima) sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara merasakan, berpikir, dan berperilaku. Beberapa psikolog seperti Robert Baker mengklaim bahwa apa yang kita sebut dengan hipnotis sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial yang dipelajari. Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos beranggapan bahwa subjek bermain peran dengan pengharapan sosial yang kuat, subjek percaya bahwa mereka dalam keadaan terhipnotis, kemudian mereka berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang yang dihipnotis akan berperilaku. (Kroger.,2007)            Teori regresi. Konsep psikoanalisis. Sebuah tiruan diantara psikoanalisis dan teori fisiologi Pavlov dicoba oleh Kubic dan Margolin. Peneliti-peneliti ini merasa bahwa subyek menuju sebuah regresi infantile dengan hipnosis penuh berisi sebuah peran permainan dahulu oleh orangtua. Gill dan Brenman beranggapan bahwa “hipnosis adalah sebuah regresi pelayanan dari ego, transferensi (sebuah transfer/pemindahan oleh pasien kepada pelaksana dari perasaan emosi terhadap orang lain) adalah sebuah elemen penting dari hipnosis. Untuk Kubic, ini hanya sebuah fenomena sekunder yang boleh ada atau boleh tidak ada. Baginya



tidak ada seting psikofisiologis khusus yang merupakan penyimpanana proses hipnosis. Kubic percaya motivasi lebih bermakna daripada konsep regresi dalam memahami respon hipnosis. Hodge menekankan konsep kontraktual dari hipnosis. Sebagai sebuah ilustrasi dari konsep ketidakpatuhan yang lebih besar, . (Kroger.,2007) B. Aktivitas, sistim  dan cara kerja pikiran manusia  1. Aktivitas pikiran   manusia           Jaringan otak manusia hidup menghasilkan gelombang listrik yang berfluktuasi yang disebut brainwave atau gelombang otak. Dalam satu waktu, otak manusia menghasilkan berbagai gelombang otak secara bersamaan. Empat gelombang otak yang diproduksi oleh umumnya otak manusia yaitu beta, alpha, tetha, delta. Akan tetapi selalu ada jenis gelombang otak yang paling dominan, yang menandakan aktivitas otak saat itu. Gelombang otak menandakan aktifitas pikiran seseorang. (Rusli SI, Wijaya JA.,2009). Studi ini dikembangkan oleh Ned Herrmann yang mempelajari aktifitas otak manusia sehari hari. Otak adalah organ tubuh bersifat elektrokimia yang dispekulasi dapat menghasilkan energi listrik sebesar 10 watt. Sejumlah peneliti terdahulu pernah mengkalkulasi jika seluruh 10 milyar sel syaraf manusia bisa disambung menjadi satu, maka elektroda pengukur akan mencatat angka seperlimajuta hingga seperlimapuluhjuta volt. Atas dasar penelitian-penelitian tersebutlah didapatkan informasi bahwa gelombang listrik pada otak manusia juga memiliki pembagian kategori fungsi.(Gunawan AW.,2008). Gelombang otak diukur dengan alat yang dinamakan Electro Encephalograph (EEG) yang ditemukan pada tahun 1929 oleh psikiater Jerman, Hans Berger. Sampai saat ini EEG adalah alat yang sering diandalkan para peneliti yang ingin mengetahui aktivitas pikiran seseorang. a. Beta adalah kondisi pikiran pada saat seseorang sangat aktif dan waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal. Beta digunakan untuk berpikir, proses kreatif,  berinteraksi dan menjalani kehidupan sehari-hari. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14–24 Cps (diukur dengan perangkat EEG) .(Gunawan AW.,2008) b. Alpha adalah kondisi pikiran yang rileks dan santai, ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), berdoa, meditasi, atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Manfaat utama alfa adalah sebagai jembatan penghubung pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Memungkinkan seseorang mengingat mimpi saat terbangun. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7–14 Cps. . (Gunawan AW.,2008) c. Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta muncul saat kita bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye Movement).  Semua pengalaman meditasi seperti keheningan, puncak kebahagiaan dapat



dirasakan. Saat ingin mengobati dan menyembuhkan tubuh atau pikiran, harus masuk ke theta. Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps. (Gunawan AW.,2008) d. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekwensi pikiran pada kondisi ini sekitar 0,5 – 3,5 Cps. .(Gunawan AW.,2008)             Cara kerja hipnosis. Kondisi hipnosis sebenarnya identik dengan gelombang otak alfa dan theta.  Saat seseorang berada dalam kondisi trance maka kisaran gelombang otaknya pasti berada di antara alfa dan theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya. (Ellias.,2009). Pada saat setiap orang menuju proses tidur alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-lahan akan menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta dimana kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah Theta. Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini didengar dengan sangat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar” yang bersangkuta (Ellias.,2009). 2. Sistim pikiran manusia           Sekalipun otak manusia adalah organ fisik yang sangat kompleks, para ilmuan bisa menemukan setidaknya ada tiga jenis system yang bekerja dan saling bekerja sama di dalamnya. a. Conscious Mind (CM, alam sadar)  Adalah bagian yang bersifat logika dan analitis. Ia berfungsi untuk mencari alasan-alasan mengapa ingin melakukan sesuatu, serta berurusan dengan fungsi memori sementara. Secara singkat, CM adalah sistem yang dipakai jika sedang berpikir apapun, misalnya ketika memilih menu makan siang, mencari solusi ujian, mengatur jadwal penyelesaian tugas kantor, dsb. Karena CM sifatnya terfokus dan memiliki kapasitas yang terbatas, maka  umumnya hanya bisa berpikir satu dua hal saja secara sekaligus, dan maksimumnya adalah tujuh buah ide bersamaan. . (Kahija YF, 2007) b. Subconscious Mind (SM, alam bawah sadar)  Bertanggung jawab terhadap penyimpanan memori jangka panjang dan pengekspresian emosi. Sistem SM sama sekali tidak memiliki keterbatasan kapasitas. Ia menyimpan segala sesuatu dengan baik, tanpa memilah-milah arti maupun nilai moralnya. Bagian ini tidak akan berpikir atau menganalisa, melainkan sekedar bereaksi sesuai apa yang sudah diprogramkan. Program-program tersebut bisa berbentuk pengalaman, kepercayaan, dan ide-ide apapun yang



dipelajari di sepanjang hidup ini. Dalam hipnosis, bagian inilah yang diakses dan diajak untuk berdialog. SM adalah pusat database dari seluruh kehidupan. Jika pintu SM telah dibuka lewat proses hipnosis, maka orang tersebut dapat memperbaiki bagian memori yang terluka, membuang memori buruk, dan menanam sugesti baru yang lebih berguna bagi hidup. Misalnya, ketika seseorang yang pernah dilukai secara emosional ketika usia kecil, ada kemungkinan SM akan berusaha melindunginya agar tidak terluka lagi. Caranya adalah dengan membuat orang itu sulit untuk merasakan sayang kepada orang lain, atau bisa juga malah menjadi sangat paranoid. Untuk bisa menyembuhkan hal tersebut, tidak bisa sekedar diberi nasihat saja (alias menggunakan logika CM). Orang tersebut harus mengunjungi SM-nya dan melakukan perawatan yang diperlukan di sana, barulah secara otomatis ia bisa mulai menikmati rasa sayang ataupun kehilangan kebiasaan paranoidnya tanpa perlu dinasihati. (Kahija YF, 2007). c. Unconscious Mind (UM, alam tidak sadar) Merupakan sistem yang mengontrol fungsi tubuh yang sama sekali berada diluar kendali kita, seperti pernafasan, kekebalan tubuh, kedipan mata, detak jantung, pencernaan lambung, dsb. (Kahija YF, 2007). 3. Cara Kerja pikiran manusia          Ada dua jenis pikiran yang merupakan satu kesatuan yaitu pikiran sadar dan pikiran bawah sadar yang saling berkomunikasi dan bekerja sama dalam waktu bersamaan secara paralel. (Gunawan AW., 2005) Pikiran sadar mempunyai empat fungsi utama : a. Identifikasi : Mengidentifikasi informasi yang diterima melalui panca indera penglihatan,     pendengaran, penciuman pengecap, dan sentuhan atau perasaan b. Membandingkan : Informasi yang masuk dibandingkan dengan data base (referensi, pengalaman,       dll) yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar. c. Analisa : Memeriksa informasi yang masuk dengan membagi informasi itu menjadi komponen yang lebih kecil agar dapat diperiksa dengan seksama d. Memutuskan : Memutuskan respon atau tindakan yang akan diambil terhadap informasi yang telah masuk.            Pikiran sadar terletak dibagian kortek otak yang mulai aktif pada usia 3 tahun. Fungsinya untuk berpikir atau logika sekitar 12% dari kemampuan otak manusia. Ketika pikiran sadar terbentuk dan berkembang, terciptalah suatu pintu pembatas antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pintu pembatas ini terbuka bila pikiran sadar dibuat sibuk, fokus memperhatikan sesuatu, larut dalam suatu cerita, atau menggunakan hipnosis. (Prihatanto, 2009)             Pikiran bawah sadar sekitar 88% terletak di medulla oblongata yang terbentuk sejak dalam kandungan. Sejak lahir hingga usia 3 tahun, apapun yang terjadi di sekitar kita positif, negatif, gambar, tindakan, kata-kata, nada, frekwensi suara akan langsung diserap dan masuk



ke pikiran bawah sadar. Pengalaman yang paling berkesan yang mempunyai komponen emosi tinggi atau intens akan menjadi informasi yang terekam sangat kuat dalam pikiran bawah sadar. Kebanyakan orang terprogram dengan kombinasi emosi positif dan negatif. Emosi  negatif membawa akibat buruk saat dewasa karena emosi ini akan selalu menghantui dan mempengaruhi perilakunya. Misalnya trauma masa kecil dengan perceraian orang tua, perasaan sebagai orang yang gagal, merasa tidak berharga. Emosi negatif dapat dihilangkan dengan bantuan hipnoterapi atau prosedur terapi pikiran bawah sadar. Emosi positif, jika terprogram di pikiran bawah sadar akan membuat orang lebih menikmati hidup, percaya diri, mudah mencapai sukses. (Gunawan AW ., 2005) Pikiran bawah sadar menyimpan hal-hal berikut : a. Kebiasaan (baik, buruk, reflek) b. Emosi. Bagaimana perasaan kita terhadap hal-hal tertentu, terhadap orang lain. c. Memori jangka panjang. Tempat menyimpan informasi yang bersifat permanen. Ada memori yang tidak dapat diingat dalam kondisi sadar, namun dapat dimunculkan dengan bantuan hipnosis. d. Kepribadian e. Intuisi. Perasaan mengetahui sesuatu secara instingtif, berhubungan dengan spiritual  f.  Kreativitas. Kemampuan mengubah visi, pemikiran, impian menjadi kenyataan. g. Persepsi. Bagaimana kita melihat dunia menurut kaca mata kita h. Belief dan value. Belief adalah segala sesuatu yang kita yakini sebagai hal yang benar. Value atau nilai adalah segala sesuatu yang kita pandang sebagai hal yang penting.           Pikiran sadar dan bawah sadar berkomunikasi satu dengan yang lain dengan atau tanpa kita sadari. Pikiran sadar mengirimkan berita ke pikiran bawah sadar untuk melakukan sesuatu, begitu pikiran sadar berpikir maka otot-otot yang sesuai segera bergerak menjalankan perintah tersebut yang dikendalikan pikiran bawah sadar, hal tersebut terjadi oleh karena hasil latihan sejak kecil. (IBH.,2002). Pikiran bawah sadar  tidak selalu sejalan dengan pikiran sadar. Kadang kadang pikiran bawah sadar sudah memiliki program sendiri , emosi, kebiasaan, kepercayaan, yang sudah tertanam sebelumnya. Ternyata pikiran bawah sadar  mempengaruhi sikap dan perilaku manusia dibandingkan pikiran sadar. (IBH.,2002)



         Pikiran manusia terdiri dari program-program yang diinstall ke dalamnya, dimana pemrograman ini dimulai sejak masa kanak-kanak khususnya lima tahun pertama sehingga cukup berpengaruh dalam kehidupan seseorang di masa-masa berikutnya. Oleh karena itu bisa ditebak bagaimana pengaruh program positif atau negatif yang sudah terinstall dalam pikiran. Menariknya program-program tersebut mirip komputer bisa diganti atau diubah dengan program



baru. Salah satunya dengan mengakses bawah sadar melalui hipnosis. Oleh sebab itu hipnosis bisa digunakan untuk terapi yaitu memrogram ulang pikiran dengan cara mengganti program negatif menjadi program positif. (Fachry HA., 2008) C. Reticular activating System           Sejak lahir seseorang telah mulai mendapat program terutama dari orang tua, yang dialami selama proses pertumbuhan dan perkembangan kita merupakan pemrograman yang tanpa disadari membentuk diri seseorang hingga saat ini. pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan, keluarga, orangtua, sekolah, guru, buku, majalah, dll merupakan stimulus eksternal (berasal dari luar).



apapun proses Semua televisi,



Stimulus ini diterima oleh kelima panca indera dan masuk ke pikiran sadar yang kemudian memberikan makna kepada stimulus tersebut. Dari pikiran sadar stimulus akan masuk ke pikiran bawah sadar melalui filter RAS (Reticular Activating System). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi luasnya filter RAS ini terbuka antara lain kondisi gelombang otak, pemikiran, dan emosi. Selain itu RAS  berfungsi menentukan apa yang menjadi fokus perhatian, menentukan seberapa besar tingkat intensitas perhatian, dan berapa lama perhatian itu diberikan. (Gunawan AW.,2005). Filter RAS berfungsi sebagai pengaman untuk menyaring pikiran dan perilaku baru. Filter membandingkan informasi baru dengan kepercayaan yang ada dalam pikiran bawah sadar. Hal itu bertujuan agar pikiran bawah sadar tidak selalu berubah dan tidak mudah dipengaruhi sugesti dari luar. Ada lima cara untuk bisa melewati filter RAS masuk ke pikiran bawah sadar yaitu : (Gunawan.,2005) - Repetisi : dilakukan secara berulang dan konsisten sehingga masuk di pikiran bawah sadar. -  Identifikasi kelompok : Mengikuti kebiasaan kelompok misalnya budaya, cara makan, bicara, - Otoritas : disampaikan oleh seseorang yang memiliki otoritas, pakar, dihormati dapat dengan     mudah diterima pikiran bawah sadar - Emosi : kejadian yang diikuti dengan emosi tinggi akan sangat membekas - Hipnosis : menjangkau pikiran bawah sadar dengan tehnik komunikasi yang mampu melewati     pikiran bawah sadar. Hipnosis ini merupakan cara yang paling cepat dan efektif. 



D. Belief Sistem            Belief sistem (kepercayaan) sebagai kunci perubahan hidup. Terutama dipengaruhi oleh pikiran yang ada dalam diri setiap orang.  Dalam melakukan perubahan hidup  belief menentukan cara berpikir, berkomunikasi dan bertindak seseorang. Belief atau  kepercayaan



atau cara berpikir mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang yang akhirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya.   Ada dua makna belief atau kepercayaan menurut ensiklopedia Encarta:   1. Penerimaan akan kebenaran sesuatu: penerimaan oleh pikiran bahwa sesuatu adalah benar ada atau nyata, sering kali didasari perasaan pasti yang bersifat emosional atau spiritual,  2. Keyakinan bahwa seseorang atau sesuatu bersifat baik atau akan efektif. Namun secara     sederhana belief dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita yakini benar. Begitu kita meyakini     sesuatu sebagai hal yang benar maka akan sulit mengubah keyakinan itu. III. KONSEP DASAR HIPNOSIS             Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit. (Rusli SI, Wijaya SA.,2009). A. Subconcious Programming.        Pada hipnosis dikenal istilah Subconcious Programming dimana rangsang yang diterima seseorang melalui panca indera (visual, auditorik, kinesetik, gustatorik dan olfaktorik) akan mempengaruhi belief system maupun self image yang ditentukan oleh kira-kira 12 % produk concious dan 88 % subconscious. Dengan dasar inilah konsep hipnosis bekerja untuk memberikan nilai-nilai baru pada seseorang yang akhirnya akan berdampak pada perubahan pola pikir maupun tindakan seseorang yang telah menjalani proses hipnosis (Rusli.,2009) B. Proses hipnosis.           Adalah proses untuk merubah kondisi normal state ke kondisi hipnotic state. Hipnotic State adalah suatu kondisi dimana seseorang cenderung lebih sugestif sehingga dapat menerima saran-saran yang dapat berubah menjadi nilai-nilai baru. Dengan mengistirahatkan pikiran sadar (conscious mind) melalui hipnosis, seseorang dapat diberikan memori, saran, atau sugesti yang dapat memprogram ulang pikiran bawah sadarnya untuk berbagai tujuan positif. Hipnotic State bervariasi untuk setiap situasi dan kondisi dari mulai tingkatan sugestif ringan sampai dengan sugestif ekstrim. Proses hipnosis dilakukan dengan cara merubah konsentrasi dari fokus eksternal ke fokus internal yang dapat dilakukan sendiri (Self Hipnosis) atau dengan bantuan orang lain. Mereka yang memiliki kondisi kejiwaan yang relatif tenang atau terbiasa berkonsentrasi ke internal (meditasi, doa, dsb) cenderung untuk lebih mudah memasuki Hipnotic State (IBH, 2002).



Termination  adalah suatu tahapan untuk mengakhiri proses hipnosis dengan konsep dasar memberikan sugesti agar subjek tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari tidur hypnosis, biasanya dengan membangun sugesti yang positif yang akan membuat tubuh subjek lebih segar dan rileks kemudian diikuti beberapa regresi selama beberapa detik untuk membawa subjek ke keadaan normal kembali. (IBH, 2002). Saat proses hypnosis yang terjadi adalah pengaktifkan sistem saraf parasimpatik sehingga subjek menjadi sangat rileks dan nyaman. Hal ini sangat bermanfaat dalam melakukan terapi karena subjek akan tetap rileks, meskipun fobia atau trauma sedang ditangani.   (IBH, 2002).          Terdapat dua sistem saraf, yaitu sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat. Sistem saraf otonom mengatur sistem internal, yang biasanya merupakan gerak yang di luar kendali pikiran sadar. Yang termasuk dalam kendali sistem saraf otonom, antara lain adalah detak jantung, sistem pencernaan, dan aktivitas kelenjar. Sistem saraf pusat mengatur respons motorik hingga impresi sensori melalui otak dan saraf pada tulang belakang. (IBH, 2002). Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua bagian, yang cara kerjanya saling bertolak belakang. 1. Sistem saraf simpatik, yang bertanggung jawab terhadap mobilisasi energi tubuh untuk kebutuhan yang bersifat darurat. misalnya, jantung berdetak lebih cepat dan lebih kuat, tekanan darah meningkat, atau pernapasan menjadi lebih cepat. Saat mengalami ketakutan secara fisik yang terjadi adalah: lutut dan tangan  gemetar, telapak tangan dan wajah  berkeringat, jantung berdebar lebih kencang dan keras, tarikan napas lebih cepat, dan perut terasa tidak enak atau mungkin mual. Semua itu disebabkan karena sistem saraf simpatik sedang in-action sebagai respons dari perasaan takut dan tegang. 2. Sistem saraf parasimpatik mengakibatkan detak jantung melambat, tekanan darah turun, dan respons insting dari kondisi istirahat dan relaksasi. Respons parasimpatik mengakibatkan seseorang menjadi lebih tenang dan nyaman. Semua itu bertujuan untuk menghemat energi tubuh. Kedua sistem saraf, simpatik dan parasimpatik, tidak bisa aktif bersamaan. (IBH, 2002) IV. NYERI  A. Definisi          Pada tahun 1979, International Association for the Study of Pain mendefinisikan nyeri sebagai : Suatu pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Rasa nyeri selalu merupakan sesuatu yang bersifat subjektif. Setiap individu mempelajari nyeri melalui pengalaman yang berhubungan langsung dengan luka (injury), yang terjadi pada masa awal kehidupannya. Secara klinis, nyeri adalah apapun yang diungkapkan oleh pasien mengonai sesuatu yang dirasakannya sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan / sangat mengganggu (Meliala dkk, 2001)



B. Klasifikasi Nyeri Klasifikasi nyeri berdasarkan etiologi dibagi atas : (Meliala, 2004) 1. Nyeri Fisiologi 2. Nyeri Inflamasi 3. Nyeri Neuropati 4. Nyeri Psikogenik C. Konsep Hipnosis dalam Penanganan Nyeri        Metode non farmakologik untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi menjadi dua kelompok : terapi dan modalitas fisik serta strategi kognitif-perilaku. Terapi fisik untuk meredakan nyeri mencakup beragam bentuk stimulasi kulit (pijat, stimulasi saraf dengan listrik transkutis, akupungtur,, aplikasi panas atau dingin, olahraga). Sedangkan, startegi kognitif-prilaku bermanfaat dalam mengubah persepsi pasien terhadap nyeri, dan member pasien perasaan yang lebih mampu untuk mengendalikan nyeri. Strategi ini mencakup relaksasi, penciptaan khayalan (imagery), hypnosis, dan biofeedback. (Goldmann, 2003)           Laporan klinis mengenai efikasi hipnosis untuk mengontrol nyeri telah ditemukan oleh Esdaile (1846), seorang ahli bedah yang mengembangkan hipnosis sebagai anestesi untuk amputasi di India, dimana efikasi hipnosis mencapai 80%  (Spiegel 1985) Terdapat 3 prinsip umum yang mendasari penggunaan hipnosis dalam penanganan nyeri yaitu : (Spiegel, 1985) 1. Menyaring ekspresi nyeri, Pasien dapat memahami bahwa tidak terdapat korelasi antara intensitas     stimulus nyeri dengan besarnya penderitaan yang diakibatkannya.. 2. Tidak bertarung melawan nyeri. Berjuanglah bersama dengan nyeri, berdialoglah dengannya atau     menjadi  marah hanya membuatnya menjadi lebih parah. Pada kenyataannya ketegangan reaktif     otot-otot di sekitar area nyeri akan benar-benar meningkatkan sensasi nyeri. Pasien dapat belajar     bahwa dengan relaksasi fisik yang sederhana mereka dapat meredakan nyeri itu sendiri. 3. Gunakan self hipnosis. Hal ini akan memberikan sense of control dan penguasaan yang lebih besar     atas pengalaman mereka. D. Konsep Hipnoterapi pada Patofisiologi Nyeri



          Impuls nyeri merupakan impuls darurat yang melalui jalur sensorik menuju thalamus. Sinyal tersebut seharusnya menuju ke korteks sensorik, tetapi sebagian besar sinyal tersebut mengalami pembajakan dan dibelokkan menuju amigdala dan sebagian kecil menuju korteks sensorik untukproses kognitif dan berlanjut ke korteks transisional untuk proses kognitif selanjutnya (Mulyata, 2005). Amigdala yang merupakan pusat perubahan emosi belum siap menerima  sinyal yang bersifat darurat dan mengirimkannya ke hipotalamus terutama nukleus paraventrikularis. Nukleus hipothalami merespon sinyal darurat tersebut dengan melepas corticotropin releasing factor (CRF) yang juga bersifat darurat yang selanjutnya mengaktifkan hipofise dan sistem saraf otonom (Kaplan, 1995., Cit. Mulyata, 2005). Impuls nyeri berjalan menuju thalamus direspon dengan melepas CRF dari hipotalamus, sinyal darurat dari CRF akan mengaktifkan serabut preganglioner simpatis kemudian memicu adrenal melepas kortisol berlebihan, CRF juga mengaktifkan pituitaria untuk melepas ACTH yang juga akan memicu kortisol berlebihan dan menekan sistim imun, sementara pengeluaran β-endorfin ditekan sehingga akan memicu pengeluaran sitokin proinflamasi, dimana sitokin dan mediator proinflamasi mengaktifkan reseptor nyeri perifer yang selanjutnya membawa signal nyeri ke thalamus dan korteks somatosensorik,  sehingga meningkatkan rasa nyeri (Raison & Miller, 2003., Mulyata, 2005)           Dengan hipnoterapi, sinyal kognitif berjalan ke otak melalui jalur sensorik, auditorik dan visual. Sinyal ini sifatnya tidak darurat, sesudah mencapai thalamus kemudian ke korteks sensorik tanpa mengalami pembajakan, terus berlanjut ke korteks transisional untuk proses kontrol kognitif. Selanjutnya diproyeksikan ke hippokampus untuk disimpan sebagai memori, selain itu sebagian sinyal diproyeksikan ke amigdala serta organ lain yang terkait untuk diekspresikan ke luar. Sinyal  kognitif tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan arus pembajakan sinyal darurat dari korteks menuju amigdala dan dari amigdala menuju hippothalamus (Le Doux, 1988., Cit.Mulyata, 2005)        Dengan demikian sinyal yang berasal dari pemberian psikoterapi sesudah mencapai korteks untuk proses kognisi, saat diproyeksikan ke hippokampus dan ke amigdala sudah merupakan sinyal yang tertata baik, sedang sinyal darurat yang menimbulkan nyeri sudah terhambat dan hilang (Le Doux, 1988., Cit.Mulyata, 2005) E. Konsep hipnoterapi pada Analgesia          Pada umumnya hipnoterapi untuk analgesia menggunakan tehnik pendekatan psikologis dimana bekerjanya dengan cara meningkatkan daya coping pasien. Daya coping ini terbentuk sejak masa kanak-kanak, tetapi daya coping ini juga dapat dibentuk dan dikembangkan dengan cara pendidikan dan latihan, yang mana akan dihasilkan perubahan persepsi nyeri pada pasien. (Folkman & Lazarus, 1988., Cit. Mulyata, 2005) F. Aplikasi Hipnosis pada Nyeri



           Hypnobirthing merupakan sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan secara alami, Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh (zat relaksan alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan. (Prihantanto., 2008). Melahirkan dengan teknik ini banyak memberi manfaat bagi calon ibu, antara lain rasa nyaman, berkurangnya rasa sakit (bahkan ada yang tidak merasakan sakit sama sekali) hingga rasa bahagia. Teknik ini mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola pernapasan lambat dan petunjuk cara melepaskan endorfin dari dalam tubuh (relaksan alami tubuh) yang memungkinkan calon ibu menikmati proses kelahiran yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses pembedahan.             Hypnobirthing dicetuskan pakar ginekologi Dr. Grantly Dick-Read, dalam bukunya Childbirth Without Fear pada 1944. Hypnobirthing selanjutnya dikembangkan oleh Marie Mongan, pendiri HypnoBirthing Institute. Terapi ini mengajarkan para ibu untuk memahami dan melepaskan Fear-Tension-Pain Syndrome yang seringkali menjadi penyebab kesakitan dan ketidaknyamanan selama proses kelahiran. Saat perempuan yang melahirkan terbebas dari rasa takut, otot-otot di tubuhnya termasuk otot rahim akan mengalami relaksasi, yang akan membuahkan proses kelahiran yang lebih mudah dan bebas stres. Dalam beberapa kasus, tahapan proses kelahiran juga menjadi lebih pendek, mengurangi kelelahan selama perjuangan melahirkan bayi dan ibu akan tetap segar, penuh energi setelah melahirkan.“Bisa dikatakan Hypnobirthing membuat proses melahirkan bebas dari rasa takut, tidak bebas dari rasa sakit, meskipun beberapa perempuan mengalami proses melahirkan tanpa rasa sakit sama sekali,” ujar Mongan. “Mengurangi ketakutan akan membuat tubuh ibu bekerja seperti yang seharusnya Dengan memahami betapa efektifnya jawaban tubuh terhadap proses melahirkan yang lebih lembut, seorang ibu HypnoBirthing memiliki keahlian secara lisan dan visual mengenai kemampuan alaminya dalam mengikuti cara alami ideal melahirkan. Secara cepat ibu akan belajar mempercayai insting melahirkan pada tubuhnya, bahwa tubuhnya diciptakan untuk bekerja dalam irama yang selaras saat mengeluarkan bayi ke dunia.“Ada perbedaan besar antara Hypnobirthing dan kelas pendidikan melahirkan lainnya, dan ini bukanlah hanya potongan hipnotis. Hypnobirthing lebih menekankan melahirkan dengan cara positif, lembut, aman dan bagaimana mencapainya dengan mudah,” ujar Mongan. Pada 1958, the American Medical Association menyetujui terapi dengan menggunakan hipnotis, meski sejauh ini terapi hipnotis yang dipakai untuk memudahkan proses kelahiran bayi belum banyak diketahui publik. (Prihantanto., 2008).



DAFTAR PUSTAKA Ellias., 2009. Hipnosis & Hipnoterapi, Transpersonal / NLP, Pustaka Pelajar, Jogjakarta



Fachry HA., 2008. The Real Art of Hipnosis : Kolaborasi Seni Hipnosis Timur-Barat, Gagas Media,             Jakarta. Gunawan AW., 2005.  Hipnosis : Meraih Sukses dengan Kekuatan Pikiran, Gramedia Pustaka   Utama, Jakarta Gunawan AW., 2008. The Secret of Mindset,  Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Goldmann B. Easing the Ouch: Relieving Short-Term Pain. [on line]. 2003 [cited 2008 February 11] :           available from URL:http://www.stacommunications.com/journals/diagnosis/2003/10_October/drgoldmanpain.pd f IBH (Indonesian Board of Hipnotherapi).,2002. Buku Panduan Resmi Pelatihan Hipnosis, IBH     ver.1.00 Kahija., 2007. Hipnotherapi : Prinsip-prinsip Dasar Praktek Psikotherapi, Gramedia Pustaka  Utama. Jakarta. Kaplan, H.I., Saddock, B.J., Hipnosis, in Comprehenssif Textbook of Psychiatry, 8 th Ed., 2004. Kaplan dan Sadock., 2004. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Edisi  ketujuh, jilid satu, hal 430. Kroger, 2008. Clinical & Eksperimental Hypnosis, Revised Second Edition. Lippincott Williams  & Wilkins.  Meliala L, Pinzon R. Breakthrough in Management of Acute Pain. [serial on line]. December 2007               [cited 2008 February 11] : Volume 20 Number 4. Available from : URL:http://www.dexamedica.com/images/publication_upload071203937713001196646105okt-                   nov2007%20new.pdf Mulyata Stephanus, 2005. Paket Penyuluhan dan Senam Hamil Mengurangi Stres dan Nyeri Serta Mempercepat Penyembuhan lika persalinan, Pidato Pengukuhan Guru Besar; Universitas sebelas                Maret, surakarta. Prihantanto., 2008,  Lebih dekat & sehat dengan hypnotherapy Rusli SI, Wijaya JA.,2009. The Secret of Hypnosis, penebar Plus, Jakarta Spiegel D, 1985.The Use Of Hypnosis In Controlling Cancer Pain. CA-A Cancer Journal for               Clinician vol 35 : 4, pp 221 – 30 Syaputra, 2008, Mengatasi insomnia dengan relaksasi zikir 



Pasien sebagai subjek Orang yang dihipnotis sebenarnya tidak dalam keadaan tidur sesungguhnya. Walaupun menggunakan perintah berupa kata 'tidur', kata itu tidak membuat pasien tidur sesungguhnya. Pasien tetap dalam keadaan awake, serta mampu mengobservasi perilakunya selama dalam keadaan hipnotis. Ia menyadari segala sesuatu yang diperintahkan serta dapat menolak sesuatu yang bertentangan dengan keinginan atau



norma-norma umum. Selain itu, sebelum proses ini dilakukan, telah ada kesepakatan antara pasien dengan penghipnotis untuk melakukan hipnoterapi Melakukan hipnoterapi terhadap pasien sama halnya dengan melakukan terapi lainnya. Pasien harus tahu persis mengapa diperlukan bantuan hipnotis dalam terapinya, serta keunggulan apa yang didapatkan dibandingkan model terapi lainnya. Proses hipnoterapi juga harus dilakukan dengan jelas, terbuka, dan tanpa paksaan. Sebelum melakukan hipnotis, pasien harus terlebih dahulu menjalani pemeriksaan fisik, dan bila perlu disusul dengan menjalani pemeriksaan laboratorium (darah, urine, dll). Terapis sebagai fasilitator dan pasien sebagai subjek perlu menjalani kerjasama yang baik sebelum proses hipnotis dimulai. Pemahaman pasien akan masksud dan tujuan hipnoterapi merupakan kunci efektifitas terapi. Karena itu diperlukan informasi yang jelas dan pemahaman yang sama. Hal ini bertujuan agar persepsi yang terbentuk dalam tingkat sadar sejalan dengan persepsi bawah sadar. Menurut dr Erwin Kusuma SpKJ, pasien hipnotis berperan sebagai subjek. Ini berarti pasienlah yang menentukan apa yang akan dilakukan. Sementara penghipnotis hanya berperan sebagai fasilitator. Bila sudah terampil, lanjut dosen hipnotis kedokteran FKUI ini, pasien tidak perlu lagi peran fasilitator sehingga hipnotis bisa dilakukan sendiri (autohipnotis). Pada tingkat bawah sadar, pasien tetap sepenuhnya memiliki kendali terhadap kemauannya sendiri sehingga ia tidak mungkin dipengaruhi di luar kesadarannya. ''Ini yang sering disalah mengerti oleh orang awam,'' ungkap lulusan Psikiatri Anak dan Remaja FKUI tahun 1982 itu. Berbeda dengan magnetisme dimana pasien berfungsi sebagai obyek (sasaran) yang dikendalikan, baik untuk tujuan terapi maupun untuk halhal negatif seperti untuk merampok. Relaksasi Mendalam sebagai Teknik Hipnosis Modern Hipnotis di masa lalu indentik dengan kondisi tidur, terbaring, atau tidak bergerak. Pada masa kini, hipnotis lebih ditekankan pada kondisi relaksasi yang dalam, baik secara fisik maupun mental. Saat ini dikenal beberapa keadaan hipnotis seperti moving meditation, hypnoidal state, serta automatic writing, dimana pasien melakukan aktivitas bawah sadar dalam bentuk gerakan atau tindakan yang dikendalikan oleh niat. Psikolog pada Pusat Hipnotis Kedokteran RSPAD Gatot Subroto (pusat hipnotis kedokteran pertama di Indoneisa) Dra Psi Adjeng Lasmini mengatakan, pada hipnotis, pasien diajak untuk relaks secara fisik dan mental dengan memusatkan perhatian melalui sarana fiksasi berupa suara, tatapan, dan sentuhan secara berulang dan monoton. Ini membuat pasien merasa semakin santai. Dalam kondisi hipnotis, lanjutnya, sugesti positif yang ditanamkan disusun dalam kalimat yang sederhana. Karena pada kondisi ini kemampuan seseorang untuk merangkum kalimat demi kalimat mengalami penurunan. Seperti terapi lainnya, hipnotis juga dapat menimbulkan efek samping. Seperti dikatakan dr Erwin Kusuma SpKJ, program yang ditanamkan dalam hipnoterapi harus positif. Ini mengingat pasien tidak memiliki kemampuan merangkum (sintesis) karena kecerdasan jasmaninya menurun. Bila hal ini tidak diperhatikan, bukan tidak mungkin akan muncul hasil yang tidak diinginkan, seperti timbul abreaksi (keluarnya



rekaman bawah sadar secara serentak, seperti kekesalan dan kesedihan, sehingga ungkapan dan tindakan pasien tidak terkendali). Kasus yang Dapat Ditangani dengan Hipnoterapi Kasus seperti apa saja yang bisa mendapatkan hipnoterapi?Erwin mengungkapkan, pasien dengan kasus kecemasan dan fobia adalah yang paling sering mendapatkan hipnoterapi. Bagi pasien yang mengalami gangguan kecemasan sehingga cemas pula untuk menelan obat, hipnoterapi adalah tindakan yang utama. Gangguan kesehatan bioplasmik (aura dan chakra), ungkap Erwin, sudah tentu harus diatasi dengan hipnoterapi. Ini karena obat-obatan kimia tidak mampu mencapai bioplasmik tersebut. Gangguan kesehatan bioplasmik dapat dilihat dari menurunnya ketahanan mental maupun fisik, serta berbagai bentuk alergi. Hipnoterapi juga dilakukan untuk pasien dengan gangguan psikosomatik. Sedangkan untuk gangguan fisik murni (somatik), hipnoterapi berperan sebagai penunjang. Kasus kebutaan histerik, yakni kebutaan yang timbul setelah mengalami trauma psikis, juga dapat diobati dengan hipnoterapi. Seperti halnya jenis terapi lainnya, harus ada indikasi (alasan) untuk menggunakan hipnoterapi. Selain itu, terapi jenis ini digunakan bila manfaatnya lebih besar dari pada kerugian yang mungkin timbul. Lebih lanjut, hipnoterapi mempunyai manfaat sebagai berikut: Pada anak-anak, hipnoterapi dapat menghilangkan kebiasaan buruk seperti gigit kuku, menghisap jari, gagap, ngompol, alergi/kulit merah-merah. Hipnoterapi juga diterapkan pada pasien autisme. Pada pasien dewasa, hipnoterapi dapat menghilangkan kebiasaan buruk seperti masturbasi, merokok, judi, insomnia, penyakit kulit, kleptomania, phobia, trauma pskologis (kekerasan, perkosaan), serta dapat mempercepat penyembuhan ketergantungan narkoba. Di samping itu juga dapat membantu mengatasi luka bakar, melenyapkan timbulnya kutil, serta mampu menyembuhkan penyakit seperti asma, sinusitis, arthritis, mabuk laut, gangguan menstruasi, tekanan dfarah yinggi, stroke, impotensi, mengatasi rasa sakit (kasus kanker, persalinan, dan cabut gigi). Hipnotis juga digunakan untuk mengatasi kecemasan bawah sadar sehingga pasien mampu untuk menghadapi realitas, seperti pada kasus phobia, cemas, gangguan psikomatik, ataupun kebiasaan buruk (bad habits) Di bidang psikologi belajar, hipnotis dapat diarahkan untuk mengingkatkan konsentrasi, daya ingat, kreatifitas, ataupun kesiapan menghadapi ujian. Sementara di bidang industri, hipnotis bermanfaat untuk meningkatkan mutu SDM sehingga diharapkan mampu menghadapi situasi kompetitif dan efektif dalam menjalani tugas. arp Kasus : Penurunan Rasa Nyeri dengan Hipnosis Otak dan pikiran manusia masih menyimpan jutaan misteri dengan sedemikian banyak fenomena yang luar biasa. Selama ini banyak orang telah mengetahui bahwa hypnosis dapat dimanfaatkan untuk menurunkan nyeri. Namun demikian belum diketahui secara jelas bagaimana mekanisme kerja hypnosis dalam tubuh manusia terutama otak. Tampaknya, apabila kita dapat menjelaskan lebih dalam secara ilmiah maka hal itu akan makin mendorong peneriman masyarakat dan aplikasinya di banyak area praktek klinik.



Hal itu pula yang mendorong Sebastian Schulz-Stubner, M.D.,Ph.D dan rekanrekannya, para peneliti dari University of Iowa dan The Technical University of Aachen, Jerman, untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang pengaruh hypnosis pada otak manusia. Mereka mencoba menggunakan Magnetic Resonance Imaging untuk mendapatkan gambaran bagaimana hypnosis merubah aktivitas otak sebagai cara untuk menurunkan nyeri. Mereka mendapatkan bahwa para relawan yang diberikan tehnik hypnosis mengalami penurunan nyeri yang signifikan terhadap rangsang nyeri panas. Mereka juga mendapati secara jelas perbedaan pola aktivitas otak dibandingkan saat relawan tidak dihipnosis selama mendapatkan rangsang nyeri. Perubahan aktivitas otak tersebut menggambarkan bahwa hypnosis memutuskan signal nyeri dari aliran saraf yang menuju bagian otak yang mempersepsikan nyeri. Menurut Schulz-Stubner yang utama dari penemuan mereka, dimana MRI pertama kali digunakan untuk meneliti aktivitas otak saat hypnosis untuk menekan nyeri, adalah mereka melihat adanya penurunan aktivitas di daerah jaringan nyeri (pusat persepsi nyeri) dan peningkatan aktivitas pada area otak lainnya saat hypnosis. Peningkatan tersebut bisa spesifik bisa juga tidak tetapi jelas melakukan sesuatu hal yang menurunkan atau menghambat signal nyeri masuk ke struktur kortikal. Jaringan nyeri berfungsi seperti system relay. Input signal nyeri berasal dari saraf perifer di daerah dimana rangsang nyeri diberikan, kemudian masuk ke dalam spinal cord dimana informasi diproses dan disalurkan ke dalam batang otak. Dari sini signal menuju area otak tengah dan akhirnya masuk ke dalam korteks otak yang berkaitan dengan persepsi sadar terhadap stimulus eksternal seperti nyeri. Proses yang terjadi pada jaringan nyeri bagian bawah gambarannya terlihat sama antara saat kondisi hypnosis ataupun tidak, namun pada kondisi hypnosis aktivitasnya menurun pada daerah atas (korteks) yang berperan terhadap persepsi nyeri. Awalnya, 12 relawan dibagi menjadi 2 grup dimana tiap relawan akan diberikan stimulus menggunakan benda panas pada kulit mereka sampai mereka merasakan nyeri skala 8 (pada rentang skala nyeri 0-10). Pada grup pertama dilakukan hypnosis lebih dahulu, kemudian relawan ditempatkan dalam MRI dan dilakukan scaning aktivitas otak pada saat stimulus nyeri diberikan. Kemudian kondisi hypnosis dihentikan, MRI melakukan scaning lagi saat relawan diberikan stimulus nyeri tanpa hypnosis. Pada grup kedua dilakukan proses yang sebaliknya. Relawan dilakukan scaning saat menerima stimulus tanpa hypnosis lebih dahulu, baru kemudian discaning saat kondisi hypnosis. Hypnosis berhasil menurunkan nyeri pada semua relawan. Mereka semua melaporkan tidak merasakan nyeri atau nyeri berkurang secara signifikan (dibawah nilai skala 3). Saat kondisi hypnosis MRI menunjukkan aktivitas otak menurun pada area persepsi nyeri yang meliputi daerah korteks ( primary sensory cortex). Pada dua struktur otak yang lain : korteks cingulated anterior kiri dan basal ganglia terlihat gambaran yang berbeda dengan adanya peningkatan aktivitas otak. Para peneliti memperkirakan peningkatan aktivitas pada dua area otak tersebut merupakan bagian dari jalur penghambat yang memutus signal agar tidak ditangkap oleh struktur kortikal yang lebih tinggi yang bertugas mempersepsikan nyeri.



Schulz-Stubner mencatat bahwa detail MRI yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi secara pasti area yag terlibat saat hypnosis menurunkan nyeri dan berharap adanya MRI generasi yang lebih baru yang bisa memberikan jawaban lebih banyak. Bagaimanapun penelitian ini patut menjadi perhatian dan mendapatkan apresiasi karena setidaknya telah menjadi bagian kecil dari penjelasan dan gambaran ilmiah tentang proses hypnosis dalam menurunkan rasa nyeri. (Story Source : University of Iowa Health Science Relations DAFTAR PUSTAKA Adiyanto. 2007, Hipnosis penurunan rasa nyeri Pengamatan Efek Hypnosis Pada Otak Melalui Brain Imaging. www.ibh.com Chamber, Bradford. 2005. How to hypnotize. Stravon Publisher : New York Murphy, Joseph. 1997. The power of Your Subconscious Mind (terjemahan) spektrum : Jakarta McDonald F., 2006, Hypnotherapy Applications in Pain Management.www.fmcdonald.com McDonald F. 2006 Hypnotherapy in Substance Use Treatment.www.fmcdonald.com Purwanto, S. 2007 Hipnoterapi (Suplemen Kuliah. Tidak diterbitkan



20 Manfaat Hipnoterapi Menurut Psikologi Sponsors Link



Hipnoterapi merupakan salah satu terapi komplementer yang menggunakan teknik hipnosis untuk mempengaruhi kondisi seseorang terutama kesehatan. Hipnosis dilakukan dengan memberikan edukasi dan kepercayaan yang benar melalui alam bawah sadar klien untuk merubah pola hidup yang buruk misalnya yang mempengaruhi kondisi kesehatan. Hipnoterapi diharapkan mampu membuat klien merubah cara pikirnya dan kemudian mampu melakukan pola hidup sehat dan mendapatkan manfaat dengan terjaganya kesehatan tubuh. Hipnoterapi sendiri menggunakan teknik relaksasi yang menggunakan kekuatan sugesti yang diberikan terapis atau merupakan efek plasebo. Disebutkan oleh Gunawan 2012, bahwa praktek hipnoterapi ini bergantung pada beberap hal: (1) gejala adalah bentuk komunikasi dari pikiran alam bawah sadar manusia yang memiliki muatan tertentu yang spesifik. (2) gejala muncul melalui suatu rangkaian proses yang dimulai dari akar masalah. (3) gejala bertujuan untuk melindungi diri klien dari hal hal yang terpikir di alam bawah sadarnya. (4) intensitas gejala berbanding lurus dengan intensitas emosi yang mendasari gejala. (5) pilihan gejala berada pada dinamika alam bawah sadar masing masing individu. Banyak orang yang sudah merasakan manfaat dari hipnoterapi ini. Beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan dari hipnoterapi, antara lain:



1.



Menurunkan berat badan Hipnoterapi juga bisa digunakan untuk menurunkan berat badan. Bagi siapa saja yang mengalami obesitas bisa mencoba terapi ini. Terapi dilakukan dengan menstimulasi persepsi klien dan membuatnya makan secukupnya. Klien menjadi berubah nafsu makannya dan persepsinya terhadap makanan. Apabila sebelumnya orang dengan obesitas memiliki nafsu makan besar, maka setelah terapi nafsu makan klien akan berkurang. Penelitian dari Cochrane, 2009 juga menyatakan bahwa hipnoterapi bisa digunakan pada obesitas untuk mengurangi berat badan melalui judul artikelnya yaitu Psychological Intervention for Overweight or Obesity.



2.



Berhenti merokok Merokok merupakan kebiasaan yang paling sulit dihentikan. Seperti yang sudah diketahui, efek merokok buruk bagi kesehatan, sehingga seringkali orang orang ingin berhenti merokok namun tidak bisa atau mengalam kesulitan. Hipnoterapi juga digunakan untuk membantu klien mengurangi kebiasaan merokok, ataupun kebiasaan lain yang sifatnya ketagihan. Terapi ini bisa membantu menstimulasi keinginan untuk konsumsi rokok, alkohol, atau lainnya sehingga dapat berkurang. Cochrane dalam penelitiannya juga mengemukakan efek hipnoterapi untuk merokok pada tahun 2010 dalam artikel Hypnotherapy for Smoking Cessation.



3.



Menghilangkan kecemasan Kecemasan berlebihan muncul akibat persepsi individu yang buruk terhadap suatu situasi. Hipnoterapi dapat membantu mengurangi kecemasan berlebih, misalnya pada saat saat kehamilan. Hipnoterapi menggunakan pendekatan teknik rileksasi, sehingga mampu membuat pikiran lebih rileks dan mengurangi ketakutan ketakutan yang dirasakan, sehingga kecemasan pun berkurang.



4.



Asma Asma merupakan gejala sesak nafas akibat efek alergi yang menyebabkan penyempitan pada saluran pernafasan. Serangan asma mampu dipicu oleh hal hal yang bersifat stres ataupun kelelahan. Hipnoterapi ini mampu membantu mengurangi timbulnya gejala asma pada klien dengan menstimulasi tingkat stresnya dan membuat klien lebih rileks.



5.



Mengatasi depresi Depresi timbul dari stres stres yang menumpuk dan individu tidak mampu mengembalikan pikirannya pada kondisi seimbang. Hipnoterapi juga bisa digunakan pada orang yang depresi dimana tingkat stres dalam dirinya begitu besar dan menunjukkan gejala menyimpang. Hipnoterapi mampu membuat klien lebih tenang, rileks, dan membantu memberikan sugesti yang baik agar mampu diingat oleh klien. Dengan begitu klien bisa menjadi lebih baik, dan mengalami perbaikan kondisi.



Sponsors Link



6.



Membalikkan bayi sungsang dalam kandungan Pada penelitian Mehl, 1994 menyatakan bahwa hipnoterapi mampu membalik posisi bayi sungsang dalam kandungan sehingga bisa sesuai dan akhirnya melahirkan dengan normal. Belum ada penelitian yang terkini terkait hal tersebut, sehingga kepastian akan hasil penelitian masih belum bisa diterapkan. Namun, adanya perubahan persepsi ibu dengan pemberian sugesti, dinilai mampu mempengaruhi perubahan posisi bayi dengan alami.



7.



Menghilangkan fobia Fobia merupakan ketakutan berlebih pada suatu objek dipicu oleh pemahaman atau imajinasi buruk mengenai objek tersebut. Penyembuhan fobia sulit sekali ditemukan, namun hipnoterapi bisa Anda coba. Fobia tidak bisa disembuhkan dengan obat obatan karena berhubuingan dengan persepsi individu pada suati situasi atau objek. Hipnoterapi bisa membantu merubah persepsi buruk individu terhadap situasi atau objek yang dianggapnya buruk. Hal ini sudah dinyatakan dalambanyak penelitian antara lain Kroger dan Fezler, 1976 tentang fobia naik pesawat terbang, lang et al, 1965 tentang fobia terhadap binatang, Daniels, 1976 fobia jarum suntik, dan Spies, 1979 tentang fobia tes/ ujian.



8.



Gangguan stres pasca trauma (PTSD) Hipnoterapi juga mampu mengatasi stres pada klien PTSD korban bencana yang biasanya mengalami trauma psikologis yang cukup berat. Hipnoterapi membantu mengatasi pengalaman disosiatif atau tidak menyenanngkan saat dan pasca trauma. Biasanya digunakan pada korban bencana, misal kehilangan orang tua saat bencana tsunami, kehilangan harta benda akibat bencana, dan lainnya. Keefektifan hipnoterapi untuk mengatasi gangguan atau stres PTSD dikemukakan dalam penelitian Butler, Duran, et al, 1996.



9.



Untuk imun sistem Kekebalan tubuh sangat berhubungan dengan tingkat stres pada tubuh. Hipnoterapi mampu membuat tubuh rileks dan jauh dari stres sehingga memicu tubuh untuk memproduksi sistem imun atau kekebalan tubuh lebih kuat lagi. Hipnoterapi mampu meningkatkan jumlah sel T dan B menurut penelitian dari Ruyylasmith, et al 1995. ads



10.



Irritable Bowel Syndrome (IBS)



Beberapa penelitian menyatakan bahwa hipnoterapi mampu mengurangi IBS dan meringankan gejalanya seperti sakit perut. Meskipun belum banyak digunakan, namun National Institute for Health and Care Excellence (NICE) di Inggris mengemukakan hal tersebeut dan mengakui hipnoterapi sebagai salah satu terapi alternatif untuk penderita IBS.



11.



Perilaku obsesif kompulsif Perilaku obsesif konvulsif merupakan gangguan atau kelainan psikologis pada seseorang yang memiliki pikiran obsesif terhadap sesuatu dan berperilaku kompulsif atau berulang ulang. Misalnya seperti orang yang takut akan kuman dan seringkali mencuci tangannya berulang ulang. Meskipun sudah mencuci tangan berulang, perasaan takut terhadap kuman masih belum hilang. Hipnoterapi mampu merubah persepsi klien sehingga mengurangi gangguan obsesif kompulsif bahkan menghentikannya atau menyembuhkannya.



12.



Prosedur medis Hipnoterapi juga bisa digunnakan sebagai prosedur medis untuk mengurangi kebutuhan obat penenang, mengurangi atau menghilangkan rasa mual muntah pada klien post kemoterapi, mengurangi kebutuhan obat anti nyeri dan juga mengurangi lama hari rawat inap pasca operasi. Melalui teknik pengalihan perhatian dan rileksasi yang digunakan saat hipnoterapi, gejala seperti kecemasan, mual, ataupun nyeri fisiologis bisa diredakan.



13.



Mengatasi migrain Hipnoterapi dengan menggunakan pendekatan rileksasi, mampu membuat pikiran klien lebih tenang dan tubuh lebih santai. Sehingga beban atau stres dalam pikiran dapat berkurang dan sekaligus mengurangi gejala migrain. Migrain bisa terjadi akibat terlalu stres atau terlalu lama berfikir keras. hipnoterapi mampu mengatasi hal ini, dengan membuat pikiran Anda rileks.



14.



Mengurangi rasa nyeri Hipnoterapi sebagai terapi komplementer dengan teknik rileksasi mampu membantu mengurangi rasa nyeri pada pasien dengan penyakit ataupun pasca trauma. Teknik rileksasi meningkatkan ambang batas nyeri klien sehingga mengurangi rasa nyeri yang dirasakan. Hal ini juga banyak dikemuukakan dalam beberapa penelitian seperti NIH, 1998 dengan mengurangi rasa sakit pada temporomandibular disorder, atau Patterson, dkk 19997 dengan mengurangi rasa sakit pada luka bakar.



15.



Menyembuhkan Trichotillomania (TTM)



Trichotillomania merupakan gangguan pengendalian diri, dimana keinginan untuk melakukan suatu hal yang bersifat menyimpang tidak dapat ditahan oleh penderita. Misalnya keinginan untuk mencabut rambut orang lain. Dengan hipnoterapi gejala dari gangguan ini dapat diredakan dan juga dapat disembuhkan melalui perubahan persepsi dan meningkatkan pengendalian diri. 16.



Gangguan emosi dan psikiatri Pada orang dengan gangguan psikiatri pasti mengalami gangguan emosi juga. Emosi cenderung tidak bisa dikontrol dan sering mengamuk. Hipnoterapi mampu mengurangi gejala tersebut dan membuat klien lebih tenang.



17.



Memusatkan perhatian atau pikiran Bagi Anda yang memiliki kesulitan memusatkan perhatian atau berkonsentrasi, hipnoterapi ini juga mampu meningkatkan konsentrasi, sehingga lebih baik saat belajar atau melakukan aktivitas lainnya. Klien lebih fokus dan terjaga pada hal yang ingin dilakukan.



18.



Mengatasi gangguan tidur Teknik rileksasi yang menjadi dasar dari hipnoterapi ini juga mampu digunakan pada orang orang yan gmengalami gangguan tidur atau insomnia. Setelah melakukan terapi, tubuh dan pikiran akan lebih rileks dan istirahat bisa maksimal. Tidur bisa lebih cepat dan tidurpun berkualitas.



19.



Hypnoanesthesia dan Persiapan operasi Terdapat penelitian yang mengungkapkan hipnoterapi bisa digunakan sebagai anastesi dalam persiapan operasi, namun penelitian lebih lanjur yang menyatakan keamanan dari terapi ini selama prosedur belum disebutkan, begitu pula dengan kode etiknya sehingga perlu dikaji lebih mendalam lagi.



20.



Mengatasi kelainan kulit Menurut Shenefelt, 2000, Ewin 2006 dan lainnnya hipnosis membantu mengurangi atau menyembuhkan beragam masalah kulit baik itu dikarenakan alergi atau gangguan dermatitis lainnya. Gangguan pada kulit juga seringkali membuat klien tidak percaya diri. Hipnoterapi mampu mengembalikan tingkat percaya diri klien tersebut.



Diatas, sudah dipaparkan berbagai macam manfaat dari hipnoterapi. Pada dasarnya hipnoterapi menggunakan tekni distraksi dengan hipnotik yang memiliki pengaruh rileksasi pada kliennya dan juga menmberikan beberapa sugesti baik untuk mengurangi atau menyembuhkan gangguan. Hipnoterapi sudah banyak dipraktekkan di Indonesia.



Terapis hipnoterapi wajib melakukan pelatihan dan memiliki sertifikat keahlian untuk melakukan praktek hipnoterapi ini. Para terapis biasanya terdiri dari para ahli kesehatan seperti dokter, perawat, atau juga psikiater, atau psikolog. Untuk orang yang tidak berpengalaman dan tidak memiliki sertifikat ahli hipnoterapi, lebih baik tidak mencobanya sendiri. Hipnoterapi dapat diterapkan dalam berbagai aspek seperti kesehatan, bisnis, sosial, ekonomi, dan lain lain.