Teori Domino Susun [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Di dunia K3 tentunya sudah tidak asing lagi mendengar kata accident atau incident. Accident adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan dan diinginkan yang dapat mengganggu proses kerja dan berpotensi untuk menimbulkan cedera, bahaya, atau kerusakan/ kerugian pada orang atau alat. Accident dapat terjadi karena banyak faktor, dapat ditimbulkan karena unsafe person atau unsafe condition atau hal lainnya. Hal ini sesuai dengan pandangan Herbert W. Heinrich dimana penyebab utama pada kecelakaan di tempat kerja lebih dikarenakan individu pekerjanya daripada kondisi kerjanya. Hasil dari penelitian Heinrich, terdapat 75.000 kasus kecelakaan dimana 88% kecelakaan diakibatkan



oleh



‘unsafe



acts’,



10%



diakibatkan



oleh



‘unsafe



condition’ dan 2% merupakan ketentuan atau takdir Tuhan. Tidak ada sesuatu yang kebetulan, termasuk kecelakaan. Setiap kecelakaan dapat dijelaskan, diprediksi, dan dikendalikan sesuai teori. Pada tahun 1931 terdapat teori Domino yang dipelopori oleh Heinrich. Teori ini dicetuskan melalui bukunya yang berjudul Industrial Accident Prevention. Pada buku tersebut, Heinrich melihat bahwa ada sejumlah faktor yang pada akhirnya menimbulkan efek domino.



Sumber 1 Domino teori dari Heinrich tentang model penyebab, di mana suatu kecelakaan digambarkan salah satu dari lima faktor dalam suatu urutan yang mengakibatkan suatu luka- luka/kerugian. Perilaku tentang faktor-faktor yang terlibat adalah serupa dengan robohnya kartu domino ketika diganggu. Jika yang satu jatuh, yang lainnya akan jatuh juga. Heinrich mempunyai lima kartu domino di dalam modelnya yaitu: jalur keluarga dan lingkungan sosial, kesalahan orang, tindakan tidak aman dan/atau mekanik atau resiko fisik, kecelakaan, dan lukaluka/kerugian. Model domino ini mengusulkan bahwa melalui pembawaan atau sifat buruk yang diperoleh, orang-orang dapat melaku-kan tindakan tak aman atau menyebabkan timbulnya resiko phisik atau mekanik, yang mana pada gilirannya menyebabkan kecelakaan yang berbahaya. Teori Heinrich dapat diringkas di dalam dua poin yaitu: orang-orang yang menjadi pokok kecelakaan, dan manajemen yang



mempunyai kemampuan dan yang bertanggungjawab untuk



pencegahan kecelakaan (Petersen, 1982). Sebagian pandangan Heinrich ini dikritik karena sangat menyederhanakan kendali tingkah laku manusia di dalam menyebabkan kecelakaan, dan karena beberapa statistik yang memberi kontribusi tentang tindakan tak aman (Zeller, 1986 dalam Abdulhamed, 2000). Meskipun begitu, teorinya menjadi pondasi untuk banyak orang yang lain. Teori domino ini kemudian diperbaharui dengan suatu penekanan pada manajemen sebagai suatu penyebab utama dalam kecelakaan, dan menghasilkan model yang diberi label sebagai model-manajemen atau model domino yang dibaharui. Dalam model manajemen, manajemen bertanggungjawab terhadap penyebab kecelakaan, dan model berusaha untuk mengidentifikasi kegagalan di (dalam) sistem manajemen. Contoh: model diperbaharui oleh Bird (1974), urutan diperbaharui oleh Adam (1976), dan Weaver memperbarui kartu domino. (Weaver, 1971 dalam Abdulhamed, 2000).



Sumber 2



Menurut Teori Domino oleh Heinrich (1920), kecelakaan adalah hasil dari lima hal yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti layaknya kartu domino. Kelima hal tersebut yakni lingkungan sosial, kecerobohan manusia, tindakan tidak aman atau kondisi tidak aman, kecelakaan, dan cedera. Dari kelima hal tersebut, Heinrich menyimpulkan bahwa 88% dari kecelakaan disebabkan oleh pekerja, 10% disebabkan oleh pekerjaan, dan 2% karena takdir Tuhan. Kontrol terhadap tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman dapat menjadi kunci utama untuk mengurangi tingkat kecelakaan. Dalam banyak kasus, kontrol atas kondisi tidak aman dapat dilakukan sejak tahap desain maupun dengan rekayasa teknologi. Sementara itu, kontrol atas tindakan tidak aman terdiri atas pendidikan, keterlibatan personel dalam keselamatan kerja, dan faktor tidak terukur lainnya (Woodside and Kocurek, 1997).



Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang menjadi kontrol atas tindakan tidak aman yang dilakukan



oleh



pekerja. Akan



tetapi,



segi pelatihan terlihat tidak memiliki peranan penting dalam penerapan keselamatan dan



kesehatan kerja di lapangan.



“The majority of engineers do not take courses on safety in school nor do they attend safety seminars or conferences after they graduate.”(Stemmer, 2002).



Penelitian Stemmer menunjukkan bahwa mayoritas enjinir tidak mengikuti pelatihan keselamatan kerja baik selama mereka menempuh pendidikan maupun setelah lulus. Penelitian mengenai hubungan antara pelatihan keselamatan kerja yang diperoleh pekerja dengan perilaku kerja aman di lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja masih harus dilakukan. Diharapkan melalui penelitian ini, pentingnya aspek pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja pada fase pendidikan formal rekayasa dapat dipertimbangkan.



Sumber 3



http://safetysign.co.id/news/159/fakta-Mengejutkan-Teori-Domino-Heinrich-TentangKecelakaan-Kerja



Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heinrich, 98 persen kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman. Maka dari itu, Heinrich menyatakan, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai penyebab kecelakaan. Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich terdapat lima penyebab kecelakaan, di antaranya: 1. Hereditas Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala. 2. Kesalahan manusia



Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain. 3. Sikap dan kondisi tidak aman Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan risiko tinggi, dan sebagainya. Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja kurang layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak tersedianya APD yang lengkap. 4. Kecelakaan kerja Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya. 5. Dampak kerugian Dampak kerugian bisa berupa: 



Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia







Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung







Konsumen: ketersediaan produk



Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino yang di berdirikan. Hal ini berarti, jika satu kartu jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya.



Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah menghilangkan sikap dan kondisi tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek domino, jika kartu ketiga tidak ada lagi, seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu. Adanya Gap atau jarak dari kartu kedua dengan kartu keempat, jika kartu kedua jatuh, ini tidak akan sampai meruntuhkan kartu keempat. Pada akhirnya, kecelakaan (kartu keempat) dan dampak kerugian (kartu kelima) dapat dicegah. Untuk menguatkan Teori Domino Heinrich, konsep Piramida Kecelakaan juga menjelaskan hal yang sama.



Tercatat kontribusi terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah berasal dari sikap dan kondisi tidak aman. Maka dari itu, untuk mengurangi kecelakaan kerja dan risikonya bisa dilakukan pencegahan dengan meminimalisasi tindakan dan kondisi tidak aman di tempat kerja, dengan cara: 1. Mengatur kondisi kerja sesuai peraturan perundangan 2. Standarisasi, terkait syarat-syarat keselamatan, seperti pemasangan rambu-rambu keselamatan. 3. Pengawasan agar peraturan dipatuhi 4. Pelatihan terkait keselamatan untuk karyawan 5. Laporan mengenai kecelakaan kerja, meliputi jenis kecelakaan kerja, jumlah kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja, dan sebagainya 6. Program penghargaan atas prestasi karyawan dalam meminimalisasi kecelakaan kerja 7. Asuransi 8. Membuat program K3 di tingkat perusahaan Sumber 4 Dalam buku Industrial Safety, David Colling, mendefiniskan kecelakaan kerja (selanjutnya akan ditulis kecelakaan saja) sebagai berikut: “Kejadian tak terkontrol atau tak direncanakan yang disebabkan oleh faktor manusia, situasi, atau lingkungan, yang membuat terganggunya proses kerja dengan atau tanpa berakibat pada cedera, sakit, kematian, atau kerusakan properti kerja.” Ada beberapa teori yang berkembang untuk menjelaskan terjadinya kecelakaan ini. Salah satu yang ternama adalah yang diusulkan oleh H.W. Heinrich dengan teorinya yang dikenal sebagai Teori Domino Heinrich. Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan: 1. Kondisi kerja; 2. Kelalaian manusia; 3. Tindakan tidak aman; 4. Kecelakaan;



5. Cedera. Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan lain. Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab kecelakaan. Menurut penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini menyumbang 98% penyebab kecelakaan. Terus bagaimana penjelasan dengan menghilangkan tindakan tidak aman ini dapat mencegah kecelakaan? Kembali ke analogi kartu domino tadi, jika kartu nomer 3 tidak ada lagi, seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu. Dengan adanya gap/jarak antara kartu kedua dengan kartu keempat, pun jika kartu kedua terjatuh, ini tidak akan sampai menimpa kartu nomer 4. Akhirnya, kecelakaan (poin 4) dan cedera (poin 5) dapat dicegah. Dengan penjelasannya ini, Teori Domino Heinrich menjadi teori ilmiah pertama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan tidak lagi dianggap sebagai sekedar nasib sial atau karena peristiwa kebetulan. http://www.pusdiklatk3.com/2014/04/teori-domino-heinrich-teori-ilmiah.html sumber 5



A. TEORI DOMINO OLEH HEINRICH Teori domino menyebutkan bahwa pada setiap kecelakaan yang menimbulkan cedera, terdapat lima faktor secara berurutan yang menyebabkannya dan dapat digambarkan seperti lima domino yang berdiri sejajar, yaitu: kebiasaan, kesalahan seseorang, perbuatan, kondisi tidak aman (hazard), kecelakaan, dan cedera. Heinrich berpendapat bahwa untuk mencegah terjadinya kecelakaan kuncinya yaitu dengan memutus rangkaian sebab akibat dari efek faktor domino. Misalnya dengan membuang salah satu faktor penyebeb kecelakaan seperti unsafe act, maka kecelakaan dan cedera tidak terjadi. Faktor penyebab kecelakaan menurut Heinrich antara lain: 1. Ancestry and Social Environment



Faktor keturunan atau asal muasal karakter sifat seseorang yang menjadikannya berperilaku tidak aman seperti keras kepala, gugup, penakut, tidak sabar, iri hati, tidak mau bekerjasama, pemarah, atau tidak mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan sosial yang mempengaruhi terbangunnya karakter sifat tersebut. 2. Fault of person Rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan sosial yang menjurus pada tindakan yang salah atau kepribadian buruk seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga terciptanya hazard. Beberapa hal yang memungkinkan seseorang melakukan kesalahan: 



Pendidikan, pengetahuan, keterampilan.







Keadaan fisik yang tidak memenuhi syarat.







Keadaan alat atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.



3. Unsafe actions and mechanical or physical Tindakan berbahaya atau tidak aman yang dilakukan seseorang disertai bahaya mekanik dan fisik yang memudahkan terjadinya kecelakaan. 4. Accident Kejadian yang tidak diharapkan serta tidak diduga yang mengakibatkan kerugian dan menyebabkan cedera. 5. Injury Hasil atau akibat dari kecelakaan yang menyebabkan kerusakan atau luka pada seseorang. Timeline



Gambar. Teori Domino Heinrich



Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa kelima faktor ini tersusun seperti domino yang diberdirikan. Apabila satu domino tersebut jatuh, maka domino ini akan menimpa domino lainnya



sehingga



menyebabkan seluruh domino terjatuh.



Gambar. Ilustrasi Pencegahan Kecelakaan berdasarkan Teori Domino Heinrich Heinrich mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kecelakaan, maka salah satu domino harud diangkat untuk menghentikan rangkaian kecelakaan. Domino yang paling mudah dan efektif untuk dihilangkan adalah domino tengah (yang ke-3) yaitu ‘unsafe act and/or mechanical or physical hazard’. Apabila domino tengah sudah diangkat maka terjadi jarak antara kartu ke-2 dengan kartu ke-4. Apabila domino kedua terjatuh maka tidak akan sampai menimpa kartu nomor 4. Akhirnya, kecelakaan (poin 4) dan cedera (poin 5) dapat dicegah. B. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN TEORI DOMINO Kekurangan Menyalahkan manusia sebagai



Kelebihan Cukup jelas dan praktis



penyebab utama terjadinya



sebagai pendekatan kontrol



kecelakaan (blame the



terhadap kerugian.



people). Accident hanya dapat dicegah



Jika salah satu faktor dapat



dengan meminimalisir terjadinya



teratasi, maka injury tidak



‘unsafe act or unsafe condition .



akan terjadi.



Pada kenyataannya tidak hanya



itu yang dapat dilakukan. C. IMPLEMENTASI TEORI DOMINO DI TEMPAT KERJA Contoh kasus kecelakaan yang akan dianalisis berdasarkan teori domino yaitu “Pekerja Terjun dari Lantai 20 Apartemen Panghegar, Rabu 23 Maret 2011”. Berikut contoh kasusnya yang ditulis oleh Erick P.H. TEMPO Interaktif, Bandung - Seorang pekerja bangunan tewas setelah terjun bebas dari ketinggian lantai 20 proyek pembangunan Apartemen Panghegar, Jalan Merdeka, Kota Bandung, Rabu (23/3). Korban bernama Agus Iding, 35 tahun, warga Jalan Cikuda RT 02 RW 11, Cibiru, Kota Bandung. Menurut Leman (20), peristiwa terjadi saat korban bekerja sesuai tugasnya sebagai leader mekanik konstruksi lift. "Saat itu saya dan dia (korban) kerja bareng di lantai 20. Waktu itu lift-nya sendiri sedang ada di lantai dasar. Tiba-tiba ada suara pintu lift tertutup. Dia sudah jatuh ke bawah. Itu sekitar jam dua siang (jam 14.00) tadi," tuturnya di Rumah Sakit Bungsu, Kota Bandung, Rabu malam. Agus terjun dan terkapar di area yang disebut lantai GF. Area itu terletak antara lantai 1 dan basement 1 apartemen. "Meninggal seketika di tempat jatuhnya. Kakinya patah, badannya memar-memar, mukanya sobek dekat mulut. Lalu langsung dibawa ke Rumah Sakit Bungsu," katanya. Dadang, famili korban, mengatakan, keluarga menerima kabar peristiwa yang menimpa korban sekitar pukul 15.00. "Saya sendiri baru diberitahu sekitar jam 4," katanya. Menurut Dadang, Agus sejatinya sudah berpengalaman bekerja di bidang konstruksi, termasuk konstruksi lift. "Makanya dia jadi leader, sudah pengalaman. Tapi kalau sudah takdirnya kan mau gimana," katany. Kepolisian baru mengendus terjadinya peristiwa jatuhnya Agus sekitar pukul 17.30. Hingga kini polisi masih meminta keterangan para saksi di Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Bandung. Sempat disemayamkan di Rumah Sakit Bungsu, Jalan Veteran, sekitar 200 meter di selatan Hotel Panghegar, jasad korban akhirnya dibawa pulang keluarganya sekitar pukul 19.40.



Tahap kecelakaan berdasarkan teori domino Heinrich: 1. Ancestry and Social Environment Pada kasus ini, kondisi kerja yang menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan yaitu working at high. Korban berada pada lantai 20 (estimasi 1 lantai = 2 m), maka korban diperkirakan berada pada ketinggian 40 meter. 2. Fault of person Kesalahan yang dilakukan korban yaitu sikap ketidak hati-hatian pada kondisi lingkungan yang ada, sehingga korban merasa dirinya sudah aman. Hal ini terlihat ketika korban memasuki box-lift tanpa melihat lagi apakah ada atau tidaknya box lift. 3. Unsafe actions and mechanical or physical Selain kondisi yang tidak aman karena korban berada pada ketinggian yang



berisiko



menimbulkan



kecelakaan,



korban



juga



tidak



menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti yang telah diatur dalam UU dimana apabila bekerja pada ketinggian >1,8 meter maka harus menggunakan APD yang berupa body harness/full body harness. 4. Accident Tiga faktor yang sudah terjadi tersebut pada akhirnya menimbulkan korban terjatuh dari lantai 20 ke dasar. 5. Injury Dampak dari terjatuh tersebut menimbulkan kerugian langsung dan tidak langsung. Kerugian langsung tersebut yaitu meninggalnya korban yang seorang mekanik leader dalam proyek pembangunan hotel tersebut. Sedangkan kerugian tidak langsung yaitu kerugian jam kerja, kerugian sosial, citra perusahaan buruk, kepercayaan pelanggan berkurang.