Teori Kematangan Emosi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

14 BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. PENYESUAIAN DIRI 1. Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian dalam arti umum adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan ataupun mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan sendiri. Dengan demikian penyesuaian ada yang bersifat "pasif” di mana individu ditentukan oleh lingkungan, dan ada yang bersifat "aktif" di mana individulah yang mempengaruhi lingkungan (Gerungan, 2000:5). Pengertian penyesuaian diri pada awalnya berasal dari suatu pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi yang di utarakan oleh Charles Darwin yang terkenal dengan teori evolusinya. Darwin (dalam Mu'tadin, 2002:1) mengatakan: ”Genetic changes can improve the ability of organism to survive, reproduce, and in animals, raise offspring, this process is called adaption”. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka tingkah laku manusia dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan lingkungan tempat ia hidup, seperti cuaca dan berbagai unsur alami lainnya. Semua mahluk hidup secara alami dibekali kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dengan cara menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan materi dan alam agar dapat bertahan hidup. Dalam istilah psikologi, penyesuaian disebut dengan istilah adjusment. Menurut Davidoff (dalam Mu'tadin, 2002:1) adjustment yang dalam istilah biologi disebut adaptation itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut untuk menyesuaikan diri



15 dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa



penyesuaian diri



merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungan serta kemampuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap situasi dalam diri sendiri serta dalam lingkungan sosial yang, sesuai dengan norma-norma yang ada secara sehat tanpa menimbulkan konflik bagi dirinya maupun lingkungan sosial sehingga timbul keseimbangan yang harmonis dalam kehidupannya. 2. Faktor-Faktor Penyesuaian Diri Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari hubungan timbal balik dengan orang lain yang terjadi dalam proses sosialisasi. lndividu dalam proses sosialisasi ini akan melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri individu dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Daradjat



(1982:35-37),



mengemukakan faktor-faktor



yang mempengaruhi



penyesuaian diri individu sebagai berikut: a. Frustrasi. b. Konflik. c. Kecemasan. Menurut Agustiani (2006:147-148) penyesuaian diri pada lingkungan sosial dipengaruhi berbagai faktor, yaitu: a. Faktor kondisi fisik, meliputi faktor keturunan, kesehatan, bentuk tubuh dan hal-hal yang berkaitan dengan fisik.



16 b. Faktor perkembangan dan kematangan, yang meliputi perkembangan



intelektual,



sosial, moral, dan kematangan emosional. c. Faktor psikologis, yaitu faktor pengalaman individu, frustrasi dan konflik yang dialami, dan kondisi-kondisi psikologis individu dalam penyesuaian diri. d. Faktor lingkungan, yaitu kondisi lingkungan, seperti kondisi keluarga. e. Faktor budaya, yang meliputi adat istiadat dan agama. Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya : a.



Faktor kondisi fisik, meliputi : faktor keturunan, kesehatan dan hal-hal yang berkaitan dengan fisik.



b.



Faktor perkembangan dan kematangan, meliputi : perkembangan intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional.



c.



Faktor psikologis, meliputi : frustrasi, konflik dan kecemasan yang dialami individu.



d.



Faktor lingkungan dan budaya, meliputi : kondisi lingkungan dan adat istiadat.



3. Kriteria Penyesuaian Diri Adanya suatu penilaian penyesuaian diri seseorang dimungkinkan pula ada ukuranukuran tertentu yang dapat dimiliki, bagaimana suatu penyesuaian diri tersebut dikatakan baik atau sebaliknya. Menurut Hurlock (1990:215) ada beberapa kriteria untuk mencapai penyesuaian diri, yaitu : 1. Penampilan nyata. 2. Penyesuaian diri terhadap kelompok yang berbeda. 3. Sikap sosial.



17 4. Kepuasan pribadi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria penyesuaian diri adalah kemampuan individu atau remaja untuk memberikan reaksi secara positif terhadap situasisituasi sosial sehingga kebutuhan sosial dapat terpuaskan dengan cara-cara yang dapat diterima oleh anggota kelompoknya.



B. KEMATANGAN EMOSI 1. Pengertian Kematangan Emosi Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila pada masa remaja tersebut tidak meledak emosinya di hadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima (Hurlock 1999:213). Kematangan emosi bisa dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk mengambil suatu keputusan atau bertingkah laku didasari dengan suatu pertimbangan dan tidak mudah berubah-ubah dari satu suasana hati ke dalam suasana hati yang lain. Gerungan (1982:140) mengungkapkan, kematangan emosi berarti segala sesuatu yang berdasarkan kesadaran yang mendalam yaitu tidak hanya berdasarkan kebutuhankebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita dan alam perasaannya. Kematangan emosi adalah pengintegrasian semuanya itu ke dalam suatu kepribadian yang pada dasarnya bulat dan harmonis, yang dapat bergerak kemana-mana tetapi mempunyai dasar yang matang dan stabil. Yusuf (2005:73) mendefinisikan kematangan emosi adalah kemampuan individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri sendiri, perasaan



18 mau menerima dirinya sendiri dan orang lain serta mampu menyatakan emosinya secara konstruktif dan kreatif. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah keadaan emosi yang tenang dan stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati yang lain dan berdasarkan pada kesadaran yang mendalam yaitu individu memiliki kemampuan untuk menilai situasi secara kritis sebelum bereaksi secara emosional. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Emosi Dari pendapat yang dikemukakan oleh Hurlock (1999:213) hal-hal yang dapat mempengaruhi kematangan emosi adalah gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosionalnya, diantaranya adalah: a. Membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. b. Lingkungan sosialnya yang dapat memberikan perasaan aman dan keterbukaan dalam hubungan sosialnya. c. Latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja. d. Kebiasaan dalam memahami dan menguasai emosionalnya. Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a. Faktor intern, yaitu kematangan fisik (kelenjar endokrin) dan perkembangan intelektual. b. Faktor ekstern yaitu faktor belajar, lingkungan sosial dan kultural dan lingkungan keluarga. 3. Kematangan Emosi Pada Remaja Awal



19 Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana dan hampir tidak dibedakan sama sekali. Dengan bertambahnya usia, berbagai reaksi emosionalnya akan lebih dapat dibedakan dan menimbulkan berbagai macam rangsangan. Perkembangan emosi dalam diri seseorang akan mengalami peningkatan menuju pada kematangan emosi seiring dengan tahap-tahap perkembangan yang dialami. Namun demikian, kematangan emosi dapat dicapai pada periode remaja awal. Masa remaja awal berkisar antara 13/14–17 tahun. Pola emosi pada remaja awal adalah sama dengan pola emosi pada masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajatnya. Perlakuan sebagai anak kecil atau tidak adil membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal-hal lain. Remaja mengungkapkan amarahnya dengan jalan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras mengkritik orang-orang yang menyebabkan marah. Emosi yang sangat menonjol pada masa remaja awal adalah rasa sedih. Remaja sangat peka terhadap ejekan-ejekan yang di lontarkan kepadanya. Kesedihan akan muncul jika ejekan tersebut berasal dari teman sebaya, terutama yang berlainan jenis. Sebaliknya, perasaan gembira akan nampak apabila remaja mendapat pujian, terutama pujian terhadap diri atau hasil karyanya. Perasaan gembira ini akan berpengaruh pada remaja terutama menyangkut rasa percaya diri dan penyesuaian diri pada remaja. Menurut Goleman (dalam Sundari, 2005:34), bentuk-bentuk emosi yang sering nampak pada remaja awal adalah marah, malu, takut, cemas, cemburu, iri hati, sedih, gembira, kasih sayang dan rasa ingin tahu. Dalam hal emosi yang negatif, umumnya remaja awal belum dapat mengontrolnya dengan baik. Menurut Hurlock (1999:213) terdapat 3 indikator dalam mendefinisikan kematangan emosi pada remaja, yaitu:



20 1. Emosinya tidak meledak-ledak di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara yang lebih dapat diterima. 2.



Menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi secara emosional.



3. Memberikan reaksi emosional yang stabil. Remaja dikatakan benar-benar “remaja” yaitu remaja tidak hanya matang secara fisik melainkan harus matang emosinya. Apabila sudah tidak tergantung dengan orang tua, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, lebih kooperatif dan bisa menjalin hubungan baik dengan kelompok sebayanya.



C. KEPERCAYAAN DIRI 1. Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri berasal dari bahasa Inggris yaitu self confidence yang artinya percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri sendiri. Percaya diri adalah sikap positif yang dimiliki individu untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Rini, 2002:1). Secara sederhana kepercayaan diri dapat dikatakan sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan hidupnya (Hakim, 2002:6). Lauster (1978:14) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam



21 berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya. Bandura (dalam Kumara, 1988:18) beranggapan bahwa kepercayaan diri sebagai suatu keyakinan seseorang dengan sukses mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk mengakibatkan hasil yang diharapkan. Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwasanya kepercayaan diri adalah suatu keyakinan dan sikap positif yang dimiliki individu untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya, tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain, mampu mengetahui kelebihan dan kekurangannya, mampu mengetahui tujuan hidupnya, mampu berkomunikasi dan mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 2. Karakteristik Kepercayaan Diri Lindenfield (1997:4-7) menjelaskan bahwa ada dua jenis kepercayaan diri yaitu: percaya diri lahir dan percaya diri batin. Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberi kepada kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik, sedangkan percaya diri lahir memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan kepada dunia luar bahwa kita yakin akan diri kita. Ciri utama orang yang memiliki kepercayaan diri batin adalah: a. Cinta diri. b. Pemahaman Diri c. Tujuan yang jelas d. Pemikiran yang positif Sedangkan ciri utama orang yang memiliki kepercayaan lahir adalah: a.



Komunikasi



22 b.



Ketegasan



c.



Penampilan diri



d.



Pengendalian perasaan Berdasarkan hal-hal di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik kepercayaan



diri terdiri atas : a.



Kepercayaan diri lahir, meliputi : cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas dan pemikiran yang positif.



b.



Kepercayaan diri batin, meliputi : komunikasi, ketegasan, penampilan diri dan pengendalian perasaan.



3. Faktor-faktor Pembentukan Kepercayaan Diri Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak usia dini dalam kehidupan bersama orang tua. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya kepercayaan diri seseorang, yaitu: a. Pola asuh b. Sekolah c. Teman sebaya d. Masyarakat e. Pengalaman Berdasarkan beberapa faktor kepercayaan diri di atas, jelas terlihat bahwa kepercayaan diri individu ditentukan oleh lingkungan sosialnya, yaitu: orang tua, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan pengalaman pribadi.



D. REMAJA AWAL



23 1. Pengertian Remaja Awal Menurut Hurlock (1968:12) masa remaja awal adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan rentangan usia tiga belas atau empat belas tahun sampai tujuh belas tahun. Menurut Susilowindradini (1981:1) masa remaja awal adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan rentangan usia tiga belas sampai tujuh belas tahun atau delapan belas tahun. Berdasarkan pendapat di atas dapat dididefinisikan bahwa remaja awal adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan rentangan usia 13/14 tahun sampai 17/18 tahun. 2. Ciri-ciri Remaja Awal Ciri-ciri khas remaja awal menurut Mappiare (1982:32) adalah: 1. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi. 2. Sikap dan moralitas sangat menonjol 3. Kecerdasan dan kemampuan berpikir mulai sempurna. 4. Status remaja awal sangat sulit ditentukan. 5. Remaja awal banyak mengalami masalah. 6. Masa remaja awal adalah masa yang kritis Ciri-ciri tersebut diatas menjadikan remaja awal sebagai individu yang banyak mempunyai masalah dan dihadapkan apakah remaja dapat menghadapi masalah tersebut dan dapat memecahkan masalahnya atau tidak. 3. Masa Perkembangan Remaja Awal 1. Perkembangan fisik.



24 Secara umum, terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat dalam masa remaja awal. Baik remaja pria ataupun wanita, dalam masa ini pertumbuhan lebih ke arah memanjang dibanding melebar. 2. Perkembangan Intelektual Perkembangan intelektual pada masa remaja awal telah mengalami kemajuan dalam hal menerima dan mengolah informasi abstrak dari lingkungannya. Hal ini mengandung arti bahwa remaja awal telah dapat menilai benar atau salahnya pendapatpendapat orang tua dan pendapat orang dewasa lainnya. 3. Perkembangan Seksual Pertumbuhan kelenjar-kelenjar seksual (gonads) remaja awal sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Perkembangan perilaku seksual yang berhubungan dengan pergaulan sosial remaja, terasa kuatnya dorongan bagi mereka untuk mendekati lawan jenis terutama dalam pertengahan dan parohan akhir masa remaja awal. 4. Perkembangan emosionalnya Perasaan emosi remaja yang sangat ditakuti adalah bahwa mereka sangat takut terkucil atau terisolir dari kelompoknya. Hal tersebut menyebabkan remaja sangat intim dan bersikap terikat dengan teman sepergaulannya. Remaja juga sangat peka terhadap ejekan-ejekan yang dilontarkan kepada diri mereka yang mengakibatkan remaja tersebut mengalami kesedihan. Sebaliknya, perasaan gembira biasanya akan nampak manakala remaja tersebut mendapat pujian, terutama pujian terhadap diri atau hasil usahanya. 4. Tugas Perkembangan Masa Remaja Awal



25 Menurut William W.Wattenberg (dalam Mappiare 1982:107), tugas-tugas perkembangan dalam masa remaja awal adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa. 2. Memperoleh kebebasan. 3. Bergaul dengan teman lawan jenis. 4. Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru. 5. Memiliki citra diri yang realistis.



E. Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Kepercayaan Diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu melakukan penyesuaian diri agar tercapai keseimbangan, karena pada dasarnya manusia ingin mempertahankan eksistensinya dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, yaitu kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Pemenuhan kebutuhan tersebut itu karena adanya dorongan-dorongan yang mengharapkan pemuasan (Sundari, 2005:39). Pada masa remaja, remaja akan mengalami perubahan fisik, baik internal maupun eksternal. Penampilan fisik remaja merupakan ciri pribadi yang paling jelas dan paling mudah dikenali oleh orang lain dalam berinteraksi sosial, karena remaja yang menarik biasanya akan diperlakukan dengan baik daripada remaja yang kurang menarik. Dalam berinteraksi soaial diperlukan suatu penyesuaian diri. Penyesuaian diri antara remaja yang satu berbeda dengan remaja yang lain. Adanya perbedaan penyesuaian diri pada remaja menyebabkan tiap remaja mempunyai kematangan emosi dan kepercayaan diri terhadap lingkungan sekitar dan berinteraksi dengan lingkungan tersebut.



26 Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan yang membangkitkan emosi dan derajad, dan khususnya pada pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka. Misalnya, perlakuan sebagai ”anak kecil” atau secara tidak adil membuat remaja sangat marah dibandingkan dengan hal-hal lain (Hurlock, 1999:213). Remaja juga iri hati terhadap orang yang memiliki benda lebih banyak dan juga lebih suka bekerja sambilan agar dapat memperoleh uang untuk membeli barang yang diinginkan atau bila perlu berhenti sekolah untuk mendapatkannya (Hurlock, 1999:213). Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosinya apabila remaja tersebut tidak meledak emosinya dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Selain hal itu, remaja harus bisa menilai situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara emosional. Akhirnya, remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain (Hurlock, 1999:213). Menurut Hurlock (1999:213), untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosionalnya. Adapun caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain yaitu orang yang kepadanya remaja mau mengutarakan berbagai kesulitannya itu. Remaja juga harus belajar menggunakan katarsis emosi untuk menyalurkan emosinya dengan cara latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis sekalipun.



27 Hurlock (1998:207) mengatakan bahwa untuk menyalurkan emosi sebagaian disebabkan oleh keadaan fisik remaja saat itu dan taraf intelektualnya serta kondisi lingkungan. Penguasaan emosi yang baik menjadikan remaja dapat mengendalikan emosi dan menyesuaikan diri dengan baik serta diterima oleh lingkungan sekitar. Sebaliknya, bila penguasaan emosi yang buruk menjadikan remaja kurang dapat mengendalikan emosi dan menyesuaikan dirinya dengan baik. Menumbuhkan rasa percaya diri yang proposional harus dimulai dari individu. Hal ini sangat penting mengingat hanya individu yang bersangkutan yang dapat mengatasi rasa tidak percaya diri yang dialaminya. Diperlukan sikap positif dari individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan (Rini, 2001:1). Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. (Rini, 2001:1). Rasa percaya diri dapat berkembang dengan baik sesuai porsinya jika remaja dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik pula, dimana salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial (Wuryandari, 2005:25). Rasa kepercayaan diri pada remaja berhubungan dengan kemampuan remaja dalam menyesuaikan diri yang mengakibatkan remaja harus berinteraksi dan mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya. Bagi remaja yang kurang memiliki kepercayaan diri akan selalu takut dan ragu untuk



28 melangkah atau bertindak maupun menyesuaikan diri, baik dalam kelompok maupun masyarakat. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa hubungan antara kematangan emosi dan kepercayaan diri terhadap penyesuaian diri pada remaja awal adalah apabila kematangan emosi remaja stabil dan kepercayaan diri tinggi, maka remaja dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya, apabila kematangan emosi remaja labil dan kepercayaan dirinya rendah, maka remaja tersebut kurang dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan sekitar dan sulit untuk berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan kerangka mengenai hubungan antara kematangan emosi dan kepercayaan diri terhadap penyesuaian diri pada remaja awal maka dapat di hipotesiskan bahwa ada hubungan antara kematangan emosi dan kepercayaan diri terhadap penyesuaian diri pada remaja awal.