Teori Keperawatan Menurut Patricia Benner [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TEORI FROM NOVICE TO EXPERT 2.1 Latar Belakang Teoritis Patricia Benner adalah seorang perawat yang sangat berpengalaman di rumah sakit dan pernah bekerja di berbagai macam setting tempat perawatan di rumah sakit. Di samping itu Patricia Benner juga seorang peneliti yang aktif dan telah mempublikasikan banyak sekali hasil penelitiannya. Oleh karena kinerjanya yang baik dan kontribusinya yang signifikan terhadap pengembangan ilmu keperawatan. Patricia Benner dipercaya sebagai koordinator evaluasi dan pengembangan kualitas asuhan keperawatan di wilayah California. Atas prestasi dan kinerjanya, Patricia Benner mendapat penghargaan dari National Council and State Boards of Nursing pada tahun 2009 atas hasil kerjanya yang menghasilkan instrumen pengukuran terhadap berbagai penyimpangan dalam asuhan keperawatan. Instrumen ini disebut Taxonomy of Error, Root Cause and Practice. Patricia Benner lahir di Hampton, pada tahun 1942. Beliau memperoleh gelar sarjana keperawatan dari Pasadena College pada tahun 1964, kemudian pada tahun 1970 Banner mendapat gelar Master in Nursing dari University of California San Fransisco (UCSF). Banner diterima di University of California berfokus pada stress dan mengatasi kesehatan. Dalam keperawatan karya Benner telah digunakan untuk menentukan pengujian inovasi dan perubahan praktik keperawatan. Sebagai contoh Filosofi Banner dipakai untuk menguji ancaman terhadap kelangsungan keperawatan kepada individu yang kritis (Walsh, 1997), sementara itu Alcock (1996) menggunakan karya Benner untuk mempelajari praktik keperawatan tingkat lanjut dari sudut pandang administratif. Hal serupa dilakukan oleh Dunn (1997) yang menggunakan karya Banner untuk menguji praktik keperawatan lanjut di literatur keperawatan. Banner menggunakan teori keperawatan, berdasarkan pemikiran fenomenologi Heidegger, di mana kekuatan utama merawat adalah sebagai fondasi dasar bagi semua kehidupan manusia dan menyusun sebagai sebuah profesi. Banner juga



3



4



mengeluarkan sebuah teori yang disebut Teori “From Novice to Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah profesi. Terkait paradigma dalam teorinya, pemikiran Patricia Benner sangat dipengaruhi oleh salah satu teoris besar keperawatan, Virginia Henderson, dan dua orang professor di University of California (UC), Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Henderson pada 1989 bependapat bahwa teori Patricia Benner dapat memberikan perubahan yang signifikan dalam pendidikan keperawatan serta mempersiapkan calon calon perawat yang profesional, terutama dalam hal pendidikan di klinik dimana diperlukan integrasi antara pengetahuan dan pengalaman pembimbing dan mahasiswa. Sementara itu Dreyfus bersaudara memberikan dasar tentang proses pencapaian skill melalui pengalaman dan 5 tingkatan kompetensi dalam teori Patricia Benner.



2.2 Sumber Filosofi Keperawatan Patricia Benner Banner mengakui bahwa keperawatan sangat dipengaruhi oleh Virginia Henderson. Banner mempelajari tentang praktik klinik keperawatan. Ia mencoba menemukan dan menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan digabungkan dalam praktik keperawatan. Banner berpendapat bahwa ilmu pengetahuan timbul dari waktu ke waktu dalam disiplin praktik dan dikembangkan melalui pembelajaran eksperimen dan situasi berfikir dan refleksi praktik dalam situasi tertentu. Karya dari Banner ini lebih merujuk kepada artikulasi, artinya sebagai deskripsi/melukiskan, ilustrasi/menggambarkan dan mengkomunikasikan pada area – area kebijakan praktis, keterampilan tentang tahu dan bagaimana serta menjelaskan praktik yang baik dan benar. Salah satu filosofi pertama Banner menjelaskan bahwa ada perbedaan antara praktik dan ilmu teori. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dibangun di dalam disiplin praktik “Ilmu praktik mengacu pada mengetahui dan bagaimana melalui teori berdasarkan penemuan ilmiah”.



5



2.3 Deskripsi Teori 2.3.1 Paradigma Dasar Dalam menyusun teorinya, Patricia Benner terinisiasi oleh fenomena di lapangan bahwa banyak sekali perawat senior dan berpengalaman di rumah sakit yang memiliki pengalaman dan berwawasan luas akan berbagai kondisi klien dan berbagai modalitas terapi (know what), akan tetapi kurang memiliki pengetahuan yang melatar belakangi berbagai modalitas perawatan tersebut (know how). Demikian pula sebaliknya, para preceptor (pembimbing klinik) mahasiswa yang berpraktik di rumah sakit kurang dapat memberikan bimbingan yang optimal kepada mahasiswanya karena lebih memahami pengetahuan teoritis (know how) tanpa dipadukan dengan pengetahuan klinis yang cukup (know what). Dari pengamatan terhadap dua fenomena ini, Patricia Benner mengambil sudut pandang bahwasannya teori adalah diturunkan/ dikembangkan dari situasi klinis, dan praktik keperawatan di klinik dilaksanakan berdasarkan teori dan dikembangkan pula oleh teori teori tersebut. Maka pada intinya, sesungguhnya antara pengetahuan yang bersifat teoritik dan pengalaman/ pengetahuan yang diperoleh saling menunjang dan memperkuat satu sama lain. Inilah yang menjadi dasar pemikiran bagi Patricia Benner dalam mengembangkan teorinya. Dan penekanan utama sebenarnya adalah pada bagaimana mengembangkan pengalaman perawat di klinik dengan menjadikan pengetahuan teoritis sebagai acuannya. Patricia Benner menjadikan pengalaman klinik sebagai titik tolak karena memang selalu lebih bervariasi dan kompleks dibandingkan apa yang dituliskan dalam teori, akan tetapi tetap sangat bergantung pada teori itu sendiri.



2.3.2 Pengembangan Paradigma Menjadi Teori Sebagaimana telah disebutkan di atas, titik tolak teori ini adalah pengembangan keilmuan terhadap pengalaman klinik para perawat. Maka dari itu Patricia Benner melakukan serangkaian pengamatan terkait integrasi antara pengalaman dan pengetahuan. Hal ini dilakukan karena Patricia Benner berkeyakinan bahwa pengembangan kompetensi yang



6



berdasarkan pengalaman klinik yang mengacu pada proses pendidikan akan memberikan hasil yang lebih cepat dan berkualitas. Salah satu penelitian yang esensial dalam teori Patricia Benner adalah yang dilakukannya pada tahun 1978-1981. Pada penelitian ini Patricia Benner mengkaji persepsi dan interpretasi suatu fenomena keperawatan yang sama oleh perawat-perawat yang memiliki perbedaan signifikan dalam hal pengalaman, mahasiswa yang baru praktik, dan mahasiswa senior. Melalui penelitian ini Patricia Benner bermaksud mengkaji bagaimana tingkat pengalaman dan pengetahuan dapat mempengaruhi penilaian perawat terhadap fenomena keperawatan. Dari sini Patricia Benner berhasil mengidentifikasi 31 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang perawat ahli/ expert, yang secara induktif kemudian dituangkan ke dalam 7 domain sebagai berikut: 1.



The helping role/ peran sebagai pemberi pertolongan



2.



The teaching-coaching function/ fungsi pemberi edukasi dan pemberi pelatihan



3.



The diagnostic and patient monitoring function/ fungsi sebagai pembuat diagnosa (keperawatan) dan monitoring pasien



4.



Effective management of rapidly changing situation/ kemampuan mengatasi situasi yang berubah secara cepat dan mendadak



5.



Administering and monitoring therapeutic interventions



and



regiments/ memberikan intervensi dan monitoring respon pasien terhadap intervensi tersebut 6.



Monitoring and ensuring the quality of health care practices/ memonitor dan memastikan kualitas pelayanan kesehatan



7.



Organizational work role competencies/ kemampuan untuk bekerja dan berperan dalam organisasi dan tim



Banner mengembangkan lagi ruang lingkup penelitiannya pada tahun 1984-1990, dan kali ini lebih memfokuskan penelitiannya pada kompetensi perawat di critical care. Tujuan dari penelitiannya kali ini adalah:



7



1.



Mengidentifikasi seberapa besar pengaruh pemahaman teoritis terhadap praktik



2.



Mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh dalam pencapaian skill dan kompetensi perawat



3.



Mengidentifikasi faktor faktor penghambat yang bersifat institutional terhadap pengembangan kompetensi perawat



4.



Mengidentifikasi strategi strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kompetensi perawat.



Dari penelitian ini Patricia Benner menyimpulkan bahwa pembelajaran yang berkelanjutan dari pengalaman klinik merupakan faktor utama dari pengembangan kemampuan perawat. Hal ini dicapai melalui keterlibatan perawat dalam setiap aspek perawatan pasien, termasuk dalam pengambilan keputusan klinik maupun etik. Penelitian ini kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1996-1997 yang menghasilkan 9 domain yang harus dikuasai oleh seorang perawat critical care, dan 6 aspek penilaian klinis (Clinical judgment) yang harus dimiliki oleh perawat. Dari sekian banyak penelitian yang telah dilakukannya tersebut, Patricia Benner mencoba mendefinisikan kembali ke lima level kompetensi perawat yang disusun oleh Dreyfus besaudara sebagai berikut: 1. Novice/ pemula Adalah perawat yang belum memiliki latar belakang pengalaman klinik. Level ini paling cocok disematkan kepada mahasiswa keperawatan yang akan memasuki dunia klinik, akan tetapi Patricia Benner menambahkan perawat senior yang masuk ke lingkungan/ setting yang sama sekali baru juga dapat dikategorikan ke dalam level ini. Perawat pada level pemula perlu untuk selalu diarahkan dan diberi petunjuk yang jelas (tidak konteksual, akan tetapi dapat langsung diinterpretasi secara tekstual). 2. Advanced Beginner/ pemula tingkat lanjut Pada level ini perawat telah memiliki pengalaman klinik dan mampu menangkap makna dari aspek-aspek dalam suatu situasi keperawatan. Pada tahap ini perawat masih memerlukan bimbingan dan arahan secara



8



berlanjut karena belum mampu memandang situasi secara luas. Perawat masih merasa bahwa situasi klinik dan berbagai kasus pasien adalah sebuah tantangan yang harus dilalui, dan belum memandang dari sisi kebutuhan pasien. Meskipun demikian mereka masih sangat membutuhkan bantuan dari senior. Level ini paling sesuai untuk fresh graduate ners. 3. Competent/ kompeten/ mampu Pada level ini perawat telah mampu memilah dan memilih aspek mana dari suatu situasi keperawatan yang benar benar penting dan kurang perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Kriteria utama dari level ini adalah perawat harus mampu membuat perencanaan dan memprediksikan hal hal apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Keterbatasan dari level ini adalah perawat masih memandang suatu situasi pasien secara parsial sehingga tindakannya pun kurang dapat menyentuh setiap dimensi pasien sebagai individu yang holistik. 4. Proficient/ cakap/ terampil/ handal Pada level ini perawat dapat memandang situasi secara holistik, tidak hanya per aspek dari situasi tersebut. Perawat mampu bertindak bagi pasien tanpa terlebih dahulu melalui tahapan tahapan penetapan tujuan dan penyusunan rencana tindakan. Pada level ini juga perawat telah lebih banyak berinteraksi dengna pasien dan keluarganya. 5. Expert/ ahli/ pakar Pada level ini perawat telah dapat menentukan inti masalah yang dialami oleh pasien dan segera mengetahu intervensi apa yang paling tepat diberikan tanpa harus melalui serangkaian tahap berpikir analitis. Secara intuitif perawat expert dapat menentukan masalah dan tindakan tanpa dibingungkan dengan berbagai alternatif. Pengalaman dan pengetahuan yang bersinergi dengan baik telah membentuk naluri dan intuisinya sehingga dapat memandang pasien secara keseluruhan dalam waktu yang singkat.



9



Ke tujuh domain dan ke lima level kompetensi perawat inilah yang kamudian menjadi acuan para praktisi keperawatan dalam menerapkan teori from novice to expert Patricia Benner.



2.4 Analisa Teori Patricia Benner dan Penerapannya dalam Proses Keperawatan a. Clarity Teori Patricia Benner from Novice to expert menjelaskan 5 tahapan / akusisi peran dan perkembangan profesi dengan cukup jelas, Namun, ada beberapa konsep dimana kelompok masih kurang memahami penjelasan Benner. Model Benner membagi 5 tahap meliputi : Novice, advanced beginner, competent, proficient, dan expert dalam memberikan pemahaman terhadap kompetensi kelima level keterampilan dan bagaimana kemampuan perawat dalam mengidentifikasi karakteristik pada setiap level praktik keperawatan. Berdasarkan analisa kelompok, dalam tatanan praktik keperawatan, penjelasan lima tahapan Banner memberikan pemahaman profesi tentang pentingnya menjadi expert (ahli), dimana seorang perawat ahli adalah perawat yang mampu mengembangkan keterampilan dan pemahaman terhadap pasien dari waktu ke waktu melalui pendidikan dasar dan banyaknya pengalaman. Banner menggambarkan empat aspek utama untuk menjadi expert, antara lain menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis, mewujudkan proses know-how, melihat gambaran yang luas, melihat yang tidak diharapkan. Namun, Banner tidak secara detail memaparkan empat aspek utama ini dalam kaitannya dengan praktik keperawatan sehingga dalam hal ini kelompok kurang memahami maksud dari keempat aspek tersebut. Meskipun demikian, karya Banner saat ini banyak memberikan konstribusi untuk pemahaman praktik klinis serta pengetahuan keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik. Konstribusi Banner berdasarkan lima tahapan akuisisi peran yang dikembangkannya dari model Dryfus ini menjadi dasar dalam penerapan model jenjang karir perawat yang kemudian dikembangkan lagi oleh Swansburg tahun 2000. Suroso (2011) menjelaskan pada perkembangannya



10



model jenjang karir perawat diterapkan dan dikembangkan di berbagai Negara, seperti USA, UK, Kanada, Taiwan, Jepang dan Thailand termasuk juga di Indonesia. Jenjang karir perawat di Indonesai telah disusun oleh PPNI bersama departemen kesehatan dalam bentuk pedoman jenjang karir perawat tahun 2006. Suroso (2011) memaparkan seorang perawat diberi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan tingkatan kompetensi yang dimilikinya (jenjang karir perawat). Tatanan pelayanan pengembangan karir perawat menurut Depkes tahun 2006 dikaitkan dengan lima tahapan Banner , yaitu : PK 1 : DIII, 2 tahun pengalaman atau Ners tanpa pengalaman dapat dikategorikan dalam level Novice. PK2` : DIII, 5 tahun pengalaman atau Ners pengalaman 3 tahun, dalam kategori Advanced Beginner dimana pengalaman yang dimiliki belum cukup untuk dapat dilepaskan secara mandiri dalam memberikan asuhan keperawatan. PK3



: DIII, 9 tahun pengalaman atau Ners pengalaman 6 tahun, atau Sp1 tanpa pengalaman dalam kategori Competent dimana perawat sudah mempunyai



kemampuan



mempertimbangkan



dan



membuat



perencanaan yang diperlukan, dan sudah mandiri. PK4



: Ners, 9 tahun pengalaman, Sp1 pengalaman 2 tahun, Sp2 tanpa pengalaman, Proficient mempunyai kemampuan melihat perubahan yang relevan serta melibatkan keluarga dalam intervensi.



PK5



: Sp1 pengalaman 4 tahun, Sp2 pengalaman 1 thn. Expert mampu mengidentifikasi area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnose alternative dan penyelesaian.



Selain penjelasan lima tahapan di atas, Banner juga menjelaskan pentingnya konsep caring dalam praktik keperawatan. Banner memandang ”tanpa caring seseorang akan menjadi memprihatinkan” sehingga konsep caring ini menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan asuhan kepada klien. Kesehatan dipandang tidak hanya terbebas dari penyakit yang digambarkan sebagai pengalaman kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga kelainan pada sel, jaringan, atau organ. Banner memaparkan manusia



11



ada oleh karena eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia melalui proses perjalanan hidup. Menurut kelompok, Banner masih secara abstrak menjelaskan manusia sebagai konsep utama keperawatan, dimana Banner berpendapat manusia ada karena eksistensi filosofi. Kelompok membutuhkan penalaran mendalam dalam memahami makna dan karakteristik manusia menurut Banner. Penjelasan tentang stress dan koping cukup jelas dipaparkan oleh Banner. Banner menjelaskan manusia tidak terlepas dari stress yang membutuhkan koping dalam mengatasi gangguan penyebab stress yang terjadi. Stress juga membutuhkan caring dalam penanganannya. Pandangan fenomenologi Banner didasarkan pada situasi. Manusia lebih terbiasa dengan dunia mereka dibanding hidup dalam suatu lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada setiap situasi. b. Simplicity Teori Patricia Benner from Novice to Expert relatif sederhana dengan hanya membagi 5 tahapan Novice, advanced beginner, competent, proficient, dan expert. Namun menurut kelompok, tahapan ini hanya dapat digunakan sebagai kerangka kerja karena dalam penerapannya yaitu pada penerapan jenjang karir disesuaikan dan dimodifikasi berdasarkan situasi dan kondisi rumah sakit serta diperlukan adanya sosialisasi dan pemahaman dari perawat dalam mengidentifikasi karakteristik dan tujuan dari setiap level yang ada. c. Generality Teori from Novice to Expert memiliki karakteristik yang universal, tidak dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi praktek keperawatan. Selain iru, Model Banner ini hanya dapat dibuktikan dengan menggunakan metodologi kualitatif yang terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain praktek keperawatan dan 9 domain perawatan kritis. Kelompok menganalisa bahwa perspektif Banner adalah fenomenologi meskipun Model Benner didasarkan pada data based research yang mendukung pengembangan praktik keperawatan.. Namun, kelompok berpendapat bahwasanya model dengan perspektif fenomenologi seharusnya memiliki karakteristik



12



tertentu tidak universal, sehingga dalam praktiknya dapat secara spesifik ditentukan masalah keperawatan berdasarkan tingkat umur terkait stress dan koping serta pengaruhnya terhadap empat asumsi dari paradigma keperawatan, yaitu manusia, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan. Kelompok berpendapat Banner merupakan tokoh keperawatan dengan dedikasi yang begitu luar biasa. Metode Banner banyak diadopsi oleh praktisi dan dikembangkan dalam praktik keperawatan, pendidikan, dan penelitian. Salah satunya, analisa kasus Banner digunakan dalam proyek kolaborasi universitas pendidikan keperawatan dengan rumah sakit pendidikan. Selain itu, di bidang pendidikan menjadi perhatian besar bagi Banner tentang pembelajaran berdasarkan pengalaman. Namun, kelompok masih kurang memahami alasan Banner mengapa beliau sangat mengkritisi konsep competency-based testing. Sampai saat ini konsep competency-based testing tetap diperlukan dalam uji kompetensi selain dari segi keahlian yang dimiliki. Menurut kelompok, seorang perawat profesional adalah perawat yang mampu mengintegrasikan pemahaman analisa kasus berdasarkan tes tertulis dan tes praktik.