Teori Kepribadian Abraham Maslow [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TEORI KEPRIBADIAN ABRAHAM MASLOW



TUGAS Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Teori Kepribadian



Dosen Pengampu: Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd., Dr. Awalya, M.Pd., Kons.



Disusun Oleh: Dessy M. Tangkua Dwi Anaresti Laeli Rachmawati A.Taufik Hidayat Leo Setya Budi



0106519007 Rombel A 0106519014 Rombel A 0106519026 Rombel B 0106519030 Rombel B 0106519047 Rombel B



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Teori Kepribadian Abraham Maslow” ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Karir. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam bentuk, isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan. Semoga makalah ini memenuhi sasarannya.



Mei 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang ............................................................................................1 B. Rumusan Masalah........................................................................................2 C. Tujuan..........................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4 A. Sketsa Biografis...........................................................................................4 B. Psikologi Mazhab Ke-3................................................................................5 C. Hierarki Kebutuhan......................................................................................7 D. Pengecualian-Pengecualian Di Dalam Hierarki Kebutuhan........................8 E. Tingkat-Tingkat Pemuasan..........................................................................9 F. Motivasi Mengada......................................................................................11 G. Karakteristik Individu Yang Mengaktualisasi Diri....................................13 H. Karakteristik Negatif Individu Yang Mengaktualisasi Diri.......................15 I. Kondisi-Kondisi Yang Dibutuhkan Bagi Pengaktualisasian Diri..............16 BAB III PENUTUP..............................................................................................17 A. Kritik Terhadap Teori Abraham Maslow...................................................17 B. Kontribusi Teori Abraham Maslow...........................................................18 C. Aplikasi Teori Kepribadian Maslow..........................................................19 D. Penerapan Teori Pada Setting Pendidikan/Sekolah...................................19 E. Contoh Kasus dan Analisis........................................................................22 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orang tua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi. Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan diantara buku-buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu Profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud. Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian ia dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1967.



1



Sebagai seorang humanis, Maslow menyadari bahwa sangat diperlukan suatu teori yang memperhatikan tentang seluruh kemampuan manusia, tidak hanya melihat dari satu aspek yang dimiliki manusia saja. Namun harus memperhatikan aspek kemampuan yang dimiliki oleh manusia sebagai mahluk yang paling mulia. Maka dalam hal ini Maslow dengan teorinya yang berdasarkan hierarki atau yang lebih dikenal dengan teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Motivation. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Psikologi humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini



menggambarkan



bahwa



manusia



baru



dapat



mengalami



"puncak



pengalamannya" saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan teori kepribadian Abraham Maslow? 2. Bagaimana kritik dan kontribusi teori Abraham Maslow? 3. Bagaimana aplikasi teori kepribadian Abraham Maslow dan penerapan pada setting pendidikan? C. Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan perkembangan teori kepribadian Abraham Maslow. 2. Menjelaskan kritik dan kontribusi teori Abraham Maslow.



2



3. Menjelaskan aplikasi teori kepribadian Abraham Maslow dan penerapan pada setting pendidikan.



3



BAB II PEMBAHASAN



A. Sketsa Biografis Abraham Harold Maslow lahir tanggal 1 April 1908 di Brooklyn, New York. Ia sulung dari tujuh anak seorang imigran Yahudi dari Rusia yang miskinm dan tak terdidik. Karena menjadi satu-satunya anak Yahudi di lingkungan ketetanggaannya, Maslow merasa kesepian dan tidak bahagia. Seperti Rogers, Maslow melarikan diri ke dunia buku. Di tahun 1925 Maslow mendaftar ke City College of New York (CCNY) di usia 17 tahun. Di tahun 1926, ketika menjadi mahasiswa di CCNY, Maslow, demi menyenangkan ayahnya, mendaftar di program kuliah malam di Brooklyn Law School. Namur setelah 2 minggu berjalan, ia memutuskan bahwa minatnya ada di tempat lain, dan ia pun keluar dari sekolah hukum itu. Di tahun 1927, Maslow pindah ke Universitas Cornell di Ithaca, New York. Setelah satu semester di Cornell, Maslow kembali ke New York dan mendaftar lagi di CCNY. Di tahun 1928 ia pindah ke Universitas Wisconsin, tempatnya menerima gelar sarjana di tahun 1930, lalu master di tahun 1931 dan PhD di tahun 1934. Tak lama sesudah pindah ke Wisconsin, Maslow menikahi Bertha Goodman (sepupu pertama dan kekasihnya di masa kanak-kanak), dan memiliki dua anak darinya. Maslow menyatakan bahwa hidupnya tidak pernah dimulai sampai dia menikah. Usianya 20 saat itu, sedangkan Bertha 19, dan mereka tetap menjalani kehidupan yang berbahagia hingga kematian Maslow. Yang aneh kemudian adalah Maslow memutuskan untuk belajar kembali psikologi ketika di CCNY ia membaca behaviorisme J.B. Watson. Setelah menerima gelar PhD di tahun 1934, Maslow terus mengajar di Universitas Wisconsin untuk sementara waktu, lalu mendaftar di sekolah kedokteran di sana. Di tahun 1937, Maslow pindah ke Brooklyn College,



4



tempatnya tinggal sampai tahun 1951. Di Brooklyn College inilah Maslow mengajar sepenuhnya, melanjutkan risetnya tentang seksualitas manusia, dan membimbing para mahasiswa. Di tahun 1951 Maslow pindah ke Universitas Brandeis di Waltham, Massachussetts, sebagai dekan fakultas psikologi. Selama tahun-tahun awal di Brandeis, tugas administrasi dan masalah pribadi menahan Maslow untuk mengejar kerja teoretisnya. Dari banyak penghargaan yang pernah diterima Maslow adalah ia pernah dipercaya menjadi presiden Divisi Psikologi Kepribadian dan Sosial APA (1955-1956) dan presiden Divisi Estetik APA (1960-1961), presiden Massa chussetts Psychological Association (1960-1961), presiden New England Psychological Association (1967-1968). Maslow juga penerima Gold Medal Award dari American Psychological Foundation (1971). B. Psikologi Mazhab Ketiga Seperti yang sudah dicatat sebelumnya, Maslow yakin pelatihannya di bidang psikologi tidak bisa melengkapinya untuk memahami kualitas-kualitas positif individu yang dianggapnya mengagumkan. Dan memang Maslow yakin semua psikologi terlalu berkonsentrasi pada aspek gelap, negatif, sakit dan hewani manusia. Diharapkan Maslow bahwa psikologi humanistic dapat menjangkau aspek-aspek positif manusia dan karenanya menyediakan informasi yang bisa digunakan di dalam perumusan sebuah teori yang komprehensif tentang motivasi manusia, sebuah teori yang dapat mencakup aspek positif maupun negatifnya hakikat manusia. Bagi Maslow, sangat jelas jika ingin menemukan yang terbaik dalam diri manusia, kita harus mempelajari individuindividu luar biasa. Terhadap studi tentang individu-individu luar biasa inilah Maslow mendedikasikan kebanyakan hidup profesionalnya. Maslow yakin bahwa pendekatan reduktif-analitik terhadap sains, vang mereduksi manusia sekadar menjadi sekumpulan kebiasaan atau konflik, terlalu berlebihan melihat esensi



5



hakikat manusia. Pendekatan holistik-analitik terhadap sains, yang mempelajari totalitas manusia yang berpikir dan merasa, lebih berpeluang menghasilkan temuan valid. Jika, ujar Maslow, teknik ilmiah standar tidak bisa diaplikasikan kepada studi tentang keseluruhan pribadi yang seperti ini, lebih baik dibuang dan teknik baru dikembangkan agar dapat dikembangkan: pemahaman tentang manusia itulah yang penting, dan jika prosedur ilmiah tradisional tidak bisa menolong untuk memperoleh pengertian itu, pemahaman buruk saja yang akan diperoleh. Maslow bahkan menyatakan bahwa beberapa ilmuwan lebih suka pendekatan reduktif-analitik karena berfungsi sebagai pertahanan terhadap pengetahuan diri sendiri. Dengan kata lain, beberapa ilmuwan dalam nama keketatan ilmiah, menutup diri dari aspek puitis, romantik, kelembutan dan spiritual tentang diri mereka sendiri dan orang lain. Maslow menyebut ilmuwan yang seperti itu mendesakralisasi manusia dengan membuatnya tidak terlalu menakjubkan, indah dan mengherankan dari yang sesungguhnya memang demikianlah mereka. Tujuan Maslow adalah memutarbalikkan psikologi dengan menjadikan fokus ke sejumlah topik yang sudah diabaikan bertahun-tahurn, yaitu manusia yang sehat dan berfungsi penuh. Upaya ini kemudian menjadi mazhab ketiga psikologi, di mana psikoanalisis dan behaviorisme membentuk dua mazhab lainnya. Di tahun 1962, Maslow bersama beberapa psikolog lain yang berorientasi humanistik (seperti Gordon Allport, George Kelly, Carl Rogers dan Rollo May) membentuk American Association of Humanistic Psychology, yang beroperasi menurut prinsip-prinsip berikut: 1) Studi utama psikologi mestinya adalah pribadi yang mengalami. 2) Pilihan, kreativitas dan realisasi-diri lebih daripada reduksionisme mekanistik yang menjadi fokus perhatian psikolog humanistik. 3) Hanya persoalan yang signifikan secara pribadi dan sosial saja yang mestinya dipelajari-signifikansi, bukannya objektivitas, yang menjadi kata kuncinya.



6



4)



Kepedulian utama psikologi mestinya adalah martabat dan pengembangan manusia.



C. Hierarki Kebutuhan Batu penjuru bagi pandangan Maslow di dalam Teori motivasinya pertama muncul di dua artikel yang di terbitkan tahun 1943 ketika ia masih bekerja di Brooklyn College (1943a, 1943b). Maslow memutuskan teori motivasinya berdasarkan hierarki kebutuhan manusia. Dia yakin bahwa manusia memiliki sejumlah kebutuhan yang sifatnya instingtoid, artinya bawaan sejak lahir. Inti batin ini, meski berbasis secara biologis dan ‘instingtoid’ sifatnya, lebih lemah dalam artian tertentu dan bukan selalu kuat. Maslow juga mengasumsikan kebutuhan kita tersusun dalam sebuah hierarki berdasarkan potensi pemenuhnya. a) Kebutuhan Fisiologis Ada sejumlah kebutuhan



yang berkaitan langsung dengan



kelangsungan hidup, yang juga dimiliki hewan hewan lainya. Yang termasuk disini adalah kebutuhan akan makan, minum, seks, eliminasi dan tidur. Jika salah satu kebutan tidak terpenuhi, makakebutuhan ini akan mendominasi sepenuhnya hidup individu. Yang jelas kebutan ini sangat penting dan harus dipuaskan. b) Kebutuhan Rasa Aman Ketika kebutuhan fisiologi terpenuhi, kebutuhan rasa aman muncul sebagai motih dominan berikutnya. Yang termasuk kedalam kebutuhan ini adalah struktur, keteraturan, keamanan dan dapat terprediksi.



Pemenuhan kebutuhan rasa aman memastikan individu



bahwa mereka tinggal disuatu lingkungan yang bebas dari bahaya, rasa takut dan kekacauan.



7



c) Kebutuhan Pemilian Dan Cinta Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpenuhi, individu sekrang didorong oleh kebutuhan berafaliasi. Yang termasuk di dalam kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pertemanan dan persahabatan , dukungan kekuarga, pengidentifikasian diri dengan kelompok, dan Hubungan intim. Jika semua tidak terpenuhi maka individu akan kesepian. d) Kebutuhan Dihargai Jika individu cukup beruntung mendapat pemuasan bagi kebutahn fisiologis, kebutuhan rasa aman dan kebuhan pemilikan dan cinta, Kebutuhan



akan penghargaan



akan mendominasi



hidupnya.



Kelompok kebutuhan ini meliputi pengakuan orang lain yang menghasilkan perasaanmemperoleh penerimaan dan status. Kurangnya pemenuhan kebutuhan dihargai menghasilkan pelemahan semngat dan rasa inferior. e) Aktualisasi Diri Jika semua kebutuhan lebih rendah sudah terpenuhi, individu berada di posisi



yang tidak semua orang bias memilikinya, yaitu



mengalami aktulisasi diri;Sejauh terkait dengan status motivasinya, pribadi sehat mengakami pemuasan yang cukup dalam kebutuhan akan rasa aman, pemilikan, cinta, penghormatan dan penghargaan diri sehingga mereka trmotivasi utamanya oleh kecenderungan menuju aktualisasi diri. D. Pengecualian-Pengecualian Di Dalam Hirarki Kebutuhan Maslow yakin bahwa manusia umumnya bergerak lewat hirarki kebutuhan secara urut seperti tercantum didalam gambar 1, namun pengecualian masih bias terjadi. Contohnya, beberapa orang sudah berjalan



terlalu lama



dengan kebutuhan fisiologis yang separuh saja terpuaskan sehingga kehilangan



8



semua hasrat untuk berjalan maju melampuinya. Maslow juga menyatakan bahwa kreativitas beberapa individu yang bertalenta bawaan sepertinya tidak mensyaratkan pemuasan kebutuahn pra-aktualisasi-diri, melainkan kreativitas tampaknya tetap muncul tanpa pemuasan tersebut.



AKTUALISASI-DIRI



KEBUTUHAN PENGHARGAAN DAN PERCAYA



KEBUTUAH MEMILIKI DAN MENCINTAI



KEBUTUHAN RASA AMAN



KEBUTUHAN FISIOLOGIS



Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Maslow



E. Tingkat-Tingkat Pemuasan Lima perangkat yang di kemukakan oleh Abraham Maslow memberi kesan sebagai berikut bahwa jika satu kebutuhan terpuaskan, kebutuhan



9



berikutnya muncul. Pernyataan ini mungkin memberi kesan keliru bahwa semua kebutuhan harus dipuasakan 100% lebih dulu agar kebutuhan berikutnya muncul. Padahal faktanya kebanyakan anggota masyarakat kita yang normal hanya terpuaskan separuh saja disemua kebutuhan dasar mereka, artinya separuh kebutuhan dasar tetap tidak terpuaskan di waktu yang sama. Sebuah deksripsi lebih realistic tentang hiearki ini bisa di buat berdasarkan menurunnya presentasi kepuasan saat kita menanjak naik ke dalam hierarki prapotensi. Sedangkan terkait konsep kemunculan kebutuhan baru setelah pemuasan kebutuhan prapotensi, kemunculan tersebut bukanlah fenomena yang mendadak dan arbitrer, selain kemunculan gradual lewat taraf lambat dari ketiadaan. Harus dicatat, tak peduli sejauh apa seseorang dapat naik di dalam hierarki, namun jika masih ada kebutuhan lebih rendah yang tak terpuaskan untuk waktu cukup lama, dia akan mundur kembali ke hierarki bawah dan akan terus demikian sampai kebutuhan-kebutuhan itu terpuaskan. 1) Hasrat Untuk Mengetahui Dan Memahami Maslow



yakin



bahwa



keinginan



untuk



memahami



dan



mengetahui berkaitan dengan pemuasan kebutuhan dasar. Dengan kata lain, mengetahui dan memahami dianggap sebagai alat untuk menyelesaikan



masalah



dan



mengatasi



hambatan



sehingga



memungkinkan pemuasan kebutuhan dasar; Jika kita ingat bahwa kapasitas kognitif adalah seperangkat peranti penyesuaian, dimana berapa fungsi adalah pemuasan kebutuhan dasar kita, maka menjadi jelas ada beberpa bahaya bagi hal ini, kekurangan atau hambatan penggunaan bebas mereka, mestinya juga mengancam secara tidak langsung kebutuhan dasar itu sendiri. Kalau begitu kebutuhan untuk tahu dan paham eksis disemua tingkatan motivasi, namun diarahkan kepada



pemenuhan kebutuhan



yang berbeda-beda tergantung posisi individu di dalam hirarki. Untuk bias naik dalam hirarki kebutuhan, hasrat untuk mengetahui dan memahami tidak boleh diabaikan.



10



2) Kebutuahan Estetis Kebutuhan estetis mendambakan keteraturan , simetri, keutuhan, struktur dan kelengkapan tindakan, yang bias ditemukan universal pada orang dewasa atau anak. Maslow yakin bukti untuk kebutuhan eksis disetiap budaya sejauh zaman manusia-manusia gua. Maslow juga yakinkebutuhan estetis bersifat insting, dan kedua, memperoleh pengekspresian penuh dalam diri individu yang mengaktualisasi diri. F. Motivasi-Mengada Apa yang terjadi pada individu ketika semua kebutuhan dasar sudah terpenuhi hingga tingkat kepuasan, dan memasuki



wilayah aktualisasi-diri?



Jawaban Maslow adalah individu tersebut menjadi berbeda secara kualitatif dari yang masih berusaha memenuhi kebutuhan dasar. Hidup individu yang mengaktualisasi-diri diatur oleh nilai-mengada (B-values) yang dikatagorikan Maslow sebagai metamotif. Disisi lain, pribadi yang tidak mengaktualisasi-diri diatur oleh motifdefisien, atau D-motives Karena mereka dipengaruhi oleh kekurangan hal-hal seperti makanan,cinta atau penghargaan. Mendata sejumlah karakteristik B-love, yaitu: 1. B-love tidak pasif 2. B-love tidak pernah habis dirasakan, dinikmati tanpa akhir. 3. Pengalaman B-love sering dideskripsikan memiliki efek yang sama seperti pengalaman estetik atau mistik. 4. B-love memiliki efek terapuetik yang mendalam dan menyebar luas. 5. B-love memiliki pengalaman yang kaya dan lebih ketimbang Dlove. 6. Tingkat kecemasan dan permusuhan didalam B-love mnim saja. 7. Para pemilik B-love lebih independen satu sama lain, minim cemburu, tidak terlalu bergantung, lebih saling tertarik, dan lebih otonom ketimbang pemilik D-love.



11



8. B-love membantu persepsi yang jauh tepat dan mendalam tentang pasangan daripada D-love. 9. B-love dalam arti tertentu, mencipta pasangan. Nilai Mengada (B-Values) Dan Metapatologi Yang Muncul Nilai-Mengada Kebenaran



Deprivasi Patogenik Ketidakjujuran



Metapatologi Spesifik 1. Tidak percaya; tidak bisa dipercaya; sinisme; mudah curiga; 2. Kebaikan Kejahatan Egoisme ekstrim; Penuh kebencian; merasa jijik. 3. Keindahan Kejelekan Vulgaritas; Ketidak bahagiaan spesifik; gelisah 4. Kesatuan Kekacauaan Disintegrasi;obitrer 4a. DikotamiDikotami hitam putih;hilangnya Pemikiran hitam putih; transendasi gradiasi berpikir ini atau tidak 5. Hidup; Proses Kematian; mekanisasi hidup Kematian; perabotan; hilangnya emosi;kebosanan? 6. Keunikan Kesamaan; keseragaman Hilangnya perasaan akan diri dan individualitas 7. Kesempurnaan Tidak sempurna Patah semangat?; tidak ada harapan 7a. Keniscayaan Aksidensi; ketidakkonsistenan Kekacauan; tak terprediksi; hilaangnya rasa aman 8. Pelengkapan Ketidaklengkapan Rasa tidak lengkap; tanpa harapan 9. Keadilan Ketidak adilan Rasa tidak aman ,egois total 9a. Ketertiban Tidak tertib Rasa tidak aman; was-was 10 Kesederhanaan / Kompleksitas Kompleksitas berlebihan; . rigkas membingungkan;ketidakterkaitan;dis Kebingungan; kekacauan; integrasi. konflik, hilang orientasi 11 Pengkayaan; Pemiskinan; separuh-separuh; terlalu Depresi; rasa tidak nyaman; . totalitas; keras berusaha hilang minat kepaa dunia kemenyeluruha n 12 Rilek Tegang atau terlalu keras berusaha Kelelahan: tegang; berjuang . terlalu keras; 13 Permainan Tidak punya rasa humor Suram; Depresi; paranoidnir . humor; hilang semngat dalam hidup; tidak riang; hilang kemampuan untuk bias



12



menikmati aksidensi; Tergantung pada? Pencerap?; hal itu menjadi tanggung jawabnya 15 Kebermaknaan Ketidakbermaknaan Ketidakbermaknaan; putus . asa; tidak merasakan hidup Tabel 1 Daftar 15 nilai-mengada B-values yang diyakini Maslow mendominasi hidup individu yang mengaktualisasi diri. 14 .



Kemandirian



Ketergantungan; okasionalisme



G. Karakteristik Individu Yang Mengaktualisasi Diri 1. Mereka mencerap dan memhami realitas dengan akurat dan sepenuhnya. Persepsi mereka tidak diwarnai kebutuhan tertentu atau pembelaan diri. Mereka juga memiliki kemampuan tak lazim untuk medekteksi kepalsuan, penipuan dan ketidakjujuran di dalam kepribadian dan secara umum sanggup meniali orang lain dengan tepat dan efisien. 2. Mereka memperlihatkan penerimaan lebih besar atas dirinya sendiri, orang lain, dan alam pada umumnya. Para pengaktualisasi diri menerima diri sendiri apa adanya. Mereka tidak defensive, merajuk dan terbeban rasa bersalah, cemas atau malu. 3. Mereka menampilkan spontanitas, simplisitas, dan kealamiahan. Para pengaktualisasi diri cenderung berkata benar tentang perasaan mereka. Apa yang dirasakan cenderung mereka ceritakan. Mereka tidak bersembuyi dibalik topeng dan tidak bertindak menurut aturan-aturan social semata. Mereka benar tentang diri sendiri. 4. Mereka cebderung menyoroti masalah lebih daripada dirinya sendiri. Para pengaktualisasi diri biasanya penuh komitmen terhadap tugas, alasan atau misi sehingga mereka bisa mencurahkan langsung sebagian besar energinya. Ini bertentangan dengan keasyikan dengan diri sendiri, yang sering ditemukan pada mereka yang tidak mengaktualisasi diri. 5. Mereka punya waktu berkualitas menyendiri dan kebutuhan akan privasi lebih besar. Karena individu yang mengaktualisasi diri bergantung pada



13



nilai dan perasaannya sendiri untuk memandu hidupnya, merek tidak membutuhkan kontak terus menerus dengan orang lain. 6. Mereka otonom. Karena para pengaktualisasi diri lebih termotivasi-B daripada termotivasi-D, mereka lebih bergantung pada dunia batinnya daripada dunia luar. 7. Mereka menampilkan kesegaran mengapresiasi berkelanjutan. Para pengaktualisasi diri terus mengalami kejadian-kejadian dalam hidup mereka dengan penuh kekaguman, keheranan dan rasa senang. 8. Mereka memiliki pengalaman-pengalaman puncak arau mistik secara periodic. Maslow yakin bahwa semua manusia memiliki potensi bagi pengalaman puncak, namun hanya para pengaktualisasi diri yang bisa memanfaatkan sepenuhnya karena mereka tidak merasa terancam olehnya dan karenanya tidak menghambat atau mempertahankan dirinya apapun cara dan alasannya. 9. Mereka cenderung mengindetifikasi diri dengan semua umat manusia. Kepedulian yang dimiliki para pengaktualisasi diri terhadap orang lain tidak diberikan hanya kepada teman dan keluarga saja, tetapi juga kepada semua orang di semua budaya di seluruh dunia. 10. Mereka mengembangkan persahabatan mendalam hanya dengan beberapa



individu.



Para



pengaktualisasi



cenderung



mencari



pengaktualisasi diri lain sebagai sahabat dekat. 11. Mereka cendurung menerima nilai-nilai demokratis. Para pengaktualisasi diri tidak merespons individu berbasis ras, status atau agama. 12. Mereka memiliki rasa etik yang kuat. 13. Mereka memiliki rasa humor yang berkembang baik dan tidak menyakiti.para pengaktualisasi diri tidak bisa menemukan humor di dalam penderitaan atau musibah yang dialami orang lain. Sebaliknya, mereka lebih banyak mengetawai diri sendiri dan umat manusia secara umum.



14



14. Kreatif. Maslow menemukan sifat ini di semua pribadi yang mengaktualisasi diri. 15. Mereka menolak enkulturasi. Para pengaktualisasi diri cenderung tidak mau tunduk begitu saja, atau menghamba, kepada budaya atau aturan eksternal karena mereka adalah pribadi yang diarahkan batinnya sendiri. Jika semua norma budaya bertentangan dengan nilai pribadinya, mereka akan mengabaikannya. H. Karakteristik Negatif Individu Yang Mengaktualisasikan Diri Maslow ingin memperjelas bahwa pribadi yang mengaktualisasikan diri masih jauh dari sempurna.subjek-subjek memperlihatkan lebih kurang kegagalan seperti lazimnya manusia. Mereka juga melakukan kebiasaan-kebiasaan tolol, boros, atau berbuat tanpa dipikir dalam-dalam. Mereka bisa membosankan, keras kepala atau menjengkelkan. Mereka bukannya bebas dari rasa kehilangan, sombong atau membanggakan produksi mereka, keluarga, teman dan anak-anak. Meledaknya kemarahan tidak jarang terjadi. Subjek mampu sesekali melakukan kekejaman yang luar biasa dan tak terduga. Harus diingat bahwa mereka orang-orang yang kuat. Inilah yang memungkinkan mereka menampilkan sebuah kedinginan ala dokter bedah ketika hal tersebut dibutuhkan, melampaui kekuatan rata-rata manusia. Seorang subjek pria yang menemukan bahwa kenalan yang lama dipercayai ternyata tidak jujur, dapat langsung begitu saja memutuskan persahabatan dengan kasar tanpa lagi menoleh ke belakang seolah itu sudah hilang di masa lalu. Subjek lain, seorang wanita, yang menikah dengan pria yang tidak dia cintai, ketika memutuskan untuk bercerai, melakukannya dengan sangat tegas sampai terlihat kasar dan tidak sopan. Beberapa dari mereka cepat pulih dari kehilangan seseorang yang meninggal seolah mereka tidak punya hati. Maslow menyimpilkan bahwa sesehat, sekreatif, sedemokratis dan sespontan apa pun para pengaktualisasi-diri, tetap saja “mereka bukan manusia sempurna”.



15



I. Kondisi Yang Dibutuhkan Bagi Pengaktualisasian Diri Bagi pemuasan kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan cinta dan pemilikan, sebuah lingkungan harus memiliki sejumlah karakteristik



lain



sebelum



aktualisasi-diri



bisa



muncul.



Karakteristik-



karakteristik ini menurut Maslow meliputi: kebebasan bicara, kebebasan melakukan apa yang diinginkan selama tidak menyakiti orang lain, kebebasan untuk menyelidiki, kebebasan untuk membela diri dan menikmati ketertiban, keadilan, keterbukaan dan kejujuran. Berikutnya Maslow menambahkan tantangan (stimulasi yang tepat) sebagai karakteristik suatu lingkungan yang kondusif bagi pengaktualisasian diri. Dengan prasyarat lingkungan ini di benak kita, bersama empat alasan kenapa aktualisasi-diri tidak bisa universal, menjadi lebih mudah dipahami kenapa hanya satu persen saja populasi manusia yang menjadi pengaktualisasidiri. Keanyakan diri kita menjalani hidup sehari-hari kita di suatu tempat antara kebutuhan cinta-pemilikan dan kebutuhan penghargaan-diri.



16



BAB III PENUTUP A. Kritik Terhadap Teori Abraham Maslow Kritik, sekurangnya ada lima kritikan yang di lontarkan kepada teori kepribadian maslow, berikut penjelasannya. 1. Terlalu banyak pengecualian. Terlihat banyak orang yang sangat produktif dan kreatif meski kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi. Walaupun maslow mencatat sejumlah pengecualian bagi teorinya namun ia tidak terlalu mengindahkan. Selain itu, banyak orang yang sepertinya telah mengalami pemenuhan dalam defisiasi kebutuhan mereka, namun tidak kunjung menjadi pengatktualisasi-diri. Maslow bergumul dengan persoalan ini tak lama sebelum ia meninggal, namun tidak ada hasilnya. 2. Pendekatan yang tidak ilmiah, maslow dtuduh karena menggunakan teknik riset yang tidak terkontrol dan tidak bida di percaya, mendasarkan kesimpulannya tentang mengaktualisaikan diri hanya kepada sejumlah sample kecil; menerima sebagaimana valid laporan-diri penih kesadaran subjek-subjeknya, menggunakakan kriteria intuitif maslow sendiri untuk menentukan apa yang membentyk individu yang mengaktualisasikan diri; dan menggunakan istilah-istilah ambigu dalam teorinya seperi metakebutuhan, metapatoligi, cinta, keindahan dan pengalalman puncak. 3. Pandangan yang terlalu optimistik tentang Hakikat manusia, Rogers dan Maslow



di



kritik



karena



mengamsusikan



manusia



memiliki



kecenderungan bawaan menuju aktualisasi diri. Para pengkritik menyatakan banyak manusia terlalu kasar, tidak sensitif dan tidak manusiawi untuk bisa menjustifikasi asumsi tersebut. 4. Beberapa pertanyaan tidak terjawab. Comtohnya, siapa yang dapat menjadi pengakutalisasikan diri ? kebanyakan subjek maslow, jika bukan semuanya malah, adalah individu yang sanat pandai dan sukses secara finansial. Akhirnya maslow agak buram dengan seberapa banyak sebuah



17



kepuasan bisa diraih di tingkat tertentu hierarki sebelum kebutuhan lebih tinggi muncul di hidup seseorang. 5. Konsep-konsepnya penuh bias budaya barat. Deskripsi maslow tentang kesehatan psikologis yang optimal menekankan pencapaian pribadi, otonomi, dan kepercayaan diri. Ini menekankan konsep indiviualitas, yang jelas bertentangan dengan konsep ‘pemenuhan sosial’ di sejumlah budaya non-Barat. Contohnya di jepang dan cina setiap orang di ajarkan untuk menilai otonomi lebih rendah daripada kerja sama, dan tidak bolej memperlihatkan keunggulan diri di hadapan orang lain (kitayama & markus, 1992; Markus & kitayama, 1991). B. Kontribusi Teori Abraham Maslow Ada dua kontribusi yang diberikan teori Maslow bagi pemahaman kita tentang kepribadian, berikut ini: 1. Wilyah studi psikologi meluas dengan cepat. Maslow mengambil pandangan yang berkebalikan dengan Freud. Dalam konsep maslow kita dapat merasakan pandangan bahwa manusia pada dasarnya baik, tidak agresif, dan mencari kebenaran, keindahan dan kesempurnaan. Bagi maslow, jika manusia di beri kebebasab utuh, manusai akan menciptkan Eupsikia, sebuah masyarakat yang penuh cinta, harmonis dan tidak agresif. Akhirnya maslow berupaya keras meluaskan psikologi menuju studi total tentang manusia sehat. 2. Nilai terapan, teori maslow berpengaruh kuat dalam bidang pendidikan, bisnis, agama dan pengasuhan anak. Entri bertanggal 7 Mei 1970 ini berusaha menjelasakan kenapa dia bersedia mengambil begitu banyak pandangan yang tidak populer dan apa yang sebanrnya dia perjuangkan untuk diraih di dalam hidupnya.



18



C. Aplikasi Teori Kepribadian Maslow Teori kepribadian humanistic merupakan teori yang menekankan pada kualitas manusia yang unik dan mempunyai potensi untuk mengembangkan dirinya. Teori ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan, bahwa manusia itu pada dasarnya mempunyai sifat yang beragam dan berbagai pemikiran yang berbeda. Dan pada dasarnya manusia juga mempunyai potensi untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing- masing individu. Menurut Maslow kebutuhan manusia itu dibagi menjadi lima tingkatan. Pada hakikatnya manusia memang memiliki banyak keinginan-keinginan yang muncul dari dalam diri individu maupun dari lingkungan sekitarnya. Karena itu, hal tersebut dapat memacu individu agar berusaha mencapai kebutuhankebutuhan tersebut. Supaya kebutuhan-kebutuhan tersebut tercapai maka individu tersebut membutuhkan lingkungan atau orang lain. Hendaknya konselor dapat memposisikan dirinya agar dapat memahami kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh kliennya. Kepribadian



yang



sehat



itu



terbentuk



setelah



individu



dapat



mengaktualisasikan dirinya seutuhnya. Dalam proses bimbingan hendaknya konselor dapat membantu kliennya agar menjadi pribadi yang sehat serta dapat mencapai keinginan yang ada dalam individu tersebut, serta menggali potensipotensinya D. Penerapan Teori Maslow Pada Setting Pendidikan Atau Sekolah Teori kebutuhan menurut Maslow Berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan yakni : 1. Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex 2. Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual



19



3. Kebutuhan akan kasih sayang (love needs) 4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status 5. aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Adapun kemungkinan aplikasi teori kebutuhan menurut  Maslow sebagai berikut: 1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis: a) Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis. b) Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat c) Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang. d) Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif. 2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman: a) Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi. b) Adanya ekspektasi yang konsisten c) Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil. d) Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa. 3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan: Hubungan Guru dengan Siswa: a) Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian : empatik, peduli dan intereres terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik.



20



b) Guru dapat menerapkan pembelajaran individua dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya) c) Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif. d) Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya. e) Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya. Hubungan Siswa dengan Siswa: a) Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya di antara siswa b) Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian. c) Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran. d) Sekolah mengembangkan tutor sebaya e) Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam. 4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri: Mengembangkan Harga Diri Siswa a) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya (scaffolding) b) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa c) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa d) Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi e) Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan f) Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipai dan bertanggung jawab.



21



g) Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mengkin dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum. Penghargaan dari pihak lain a) Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan. b) Mengembangkan program “star of the week” c) Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa. d) Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap sisiwa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik. e) Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri. 5. Pemenuhan Aktualisasi Diri a) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaiknya b) Memberikan kekebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya c) Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata. d) Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa. e) Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif E. Contoh Kasus Dan Analisis Mawar ialah wanita simpanan seorang pejabat, ia mau menjadi wanita simpanan karenan faktor ekonomi (kebutuhan dasar maslow/fisiologis,makan minum tidur),namun sebenarnya lambat laun ia juga ingin dicintai seutuhnya (tahapan kebutuhab selanjutunya) tapi karena sang pejabat sudah memiliki istri



22



jadi ia tetap dijadikan simpanan dan keinginan untuk dijadikan istri kedua tidak yetpebuhi sehingga stres Wanita simpanan, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang oleh Maslow dikelompokkan dalam kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa memiliki-dimiliki dancinta kasih, penghargaan, dan aktualisasi diri. Mereka mencari dan seakan menemukan pemuasannya dalam diri pasangan mereka, walaupun sebenarnya tidak. Kondisi dimana kebutuhan-kebutuhan seseorang kurang terpenuhi sehingga mengancam pertumbuhan pribadi dikatakan sebagai frustrasi. Kesimpulanya adalah bahwa pada umumnya wanita-wanita simpanan mempunyai kebutuhan fisiologis yang masih dapat dipenuhi sendiri. Kebutuhankebutuhan lain yang mereka rasakan adalah kebutuhan akan rasa aman, memiliki-dimiliki dan cinta kasih serta penghargaan. Namun kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki-dimiliki serta kebutuhan akan penghargaan terhambat karena pasangan mereka telah memiliki istri dan tidak mau meninggalkan istri mereka. Tidak terpuaskannya kebutuhankebutuhan tersebut mengakibatkan hambatan dalam pertumbuhan kepribadian. Wanita-wanita simpanan dalam hal ini mengalami masalah yang tidak kunjung selesai.



23



DAFTAR PUSTAKA Olson, M. H., & Hergenham, B. R. (2013). Pengantar Teori-Teori Kepribadian edisi kedelapan (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.



24