Teori Lokasi Market Area [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama NIM Mata Kuliah Kelas



: Nadhia Maharany Siara : 135060601111003 : Analisis Lokasi Pola Ruang :B Teori Lokasi (August Losch, 1954)



August Losch pada tahun 1954 merupakan orang pertama yang mengembangkan teori lokasi dengan segi permintaan sebagai variabel utama dengan memperhitungkan baik harga produk dan berapa biaya untuk memproduksinya. Losch memulainya dengan skala aktivitas ekonomi terkecil yaitu pertanian, dimana secara reguler lahan pertanian terdistribusi di seluruh dataran dengan pola kisi-kisi segitiga. Losch mengungkapkan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar atau di dekat pasar (Setiyanto & Irawan, 2015). Teori lokasi dari Losch ini berbeda dengan teori Weber, dimana Losch lebih melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar) sedangkan Weber lebih mengarah ke arah sisi penawaran (produksi). Teori ini bertujuan untuk menemukan pola lokasi industri sehingga ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Losch berpendapat bahwa dalam lokasi industri yang tampak tak teratur dapat ditemukan pola keberaturan (Setiyanto & Irawan, 2015). Losch mengusulkan sebuah model konsumen berdasarkan struktur administratif dan industri yang berseberangan dengan pusat layanan Christaller. Didasarkan pada asumsi yang tidak realistik, teori pusat layanan merupakan sebuah titik awal yang membantu untuk membangun sebuah pemikiran mengenai perbedaan perkembangan komunitas dan meskipun demikian juga berguna dalam pertimbangan untuk lokasi perdagangan dan layanan serta ketentuan untuk lokasi barang dan jasa khusus (Losch, 1954).



Gambar 1 Jaringan Kota yang Dibentuk oleh Ragam Fungsi (Aktivitas) yang Berbeda



Gambar di atas menunjukkan, bahwa masing-masing fungsi membentuk pangsa pasarnya masingmasing, yang saling bertumpang tindih dengan pangsa pasar yang lainnya yang akhirnya membentuk suatu jaringan. Losch berseberangan dengan Christaller dimana ditegaskan bahwa tidak semua orde tinggi dibentuk oleh konstruksi orde yang lebih rendah (Santoso, et al., 2012). Pada teori Losch, wilayah pasar dapat berubah ketika terjadi perubahan harga dan inflasi. Hal ini karena produsen tidak selalu mampu memenuhi permintaan ketika terjadi inflasi yang akan mengakibatkan biaya transportasi naik sehingga harga jual produk juga naik. Konsekuensinya adalah pembelian oleh konsumen semakin berkurang dan konsumen berpaling ke penjual lain yang menawarkan harga lebih murah. Hal ini lebih lanjut akan mendorong petani lain di daerah melakukan proses produksi yang sama untuk melayani permintaan yang belum terpenuhi. Proses tersebut pada akhirnya menyebabkan batas daerah pasar satu dengan pasar lainnya lebih berkesinambungan dan saling terkait. Kontribusi utama Losch adalah memperkenalkan potensi permintaan (demand) sebagai faktor penting dalam lokasi industri, lalu yang kedua adalah kritik terhadap pendahulunya yang selalu berorientasi pada biaya terkecil yang mana biasanya yang dilakukan oleh industri adalah memaksimalkan keuntungan (profit – revenue maximation) dengan berbagai asumsi serta pemikirannya, Losch menyatakan bahwa bagaimana proses economic landscape terjadi, yang merupakan keseimbangan (equillibrium) antara demand (permintaan) dan supply (penawaran). Model Losch dapat diasumsikan sebagai berikut (Backhouse, 1999); (Sjafrizal, 2008): a. Lokasi dari masing-masing industri harus mendapatkan keuntungan maksimum b. Semua lokasi harus terlayani c. Keuntungan harus didapatkan sebagai konsekuensi dari akses masuk yang bebas d. Wilayah penyedia, produksi dan penjualan harus berukuran sekecil mungkin e. Konsumen tersebar secara relatif merata antar tempat, artinya teori ini cocok diberlakukan di daerah perkotaan dimana konsentrasi penduduk dan industri relatif merata dibandingkan dengan daerah perdesaan atau pedalaman f. Produk homogen, sehingga persaingan akan sangat ditentukan oleh harga dan ongkos angkut g. Ongkos angkut per kesatuan jarak (ton/km) adalah sama (No Economies of Long Haul) h. Konsumen bersifat rasional, yaitu melakukan pembelian pada lokasi pasar yang dekat dengan tempat tinggal



Untuk membangun teori ini, Losch juga berasumsi bahwa pada suatu tempat yang topografinya datar atau homogen, jika disuplai oleh pusat (industri) volume penjualan akan membentuk kerucut. Semakin jauh dari pusat industri semakin berkurang volume penjualan barang karena harganya semakin tinggi, akibat dari naiknya biaya transportasi. Berdasarkan teori ini setiap tahun pabrik akan mencari lokasi yang dapat menguasai wilayah pasar seluas-luasnya. Selain itu, teori ini tidak menghendaki pendirian pabrik-pabrik secara merata dan saling bersambung sehingga berbentuk heksagonal, hal ini akan menyebabkan harganya semakin turun/murah (Badri, 2007). Teori ini ditemukan terdapat kecenderungan bahwa pabrik dibangun secara merata dan saling bersambungan sehingga membentuk heksagonal (Setiyanto & Irawan, 2015). Losch juga menyadari bahwa setiap industri memiliki ukuran heksagonal yang berbeda sehingga setiap wilayah akan memiliki konsentrasi industri yang berbeda. Namun perbedaan biaya industri akan naik sebagai dampak dari aglomerasi. Losch gagal dalam menggabungkan perbedaan analisis biaya industri dan permintaan dalam satu model. Losch lebih berkonsentrasi pada permintaan sebagai faktor penentu penjualan dan mengabaikan perbedaan dalam aspek biaya. Biaya transportasi diasumsikan hanya sebatas jarak (Pinto, 1975). Daftar Pustaka Backhouse, R. E., 1999. Space in Economics, a Historical Perspective. Porto: Faculdade de Economia do Porto, Universidade do Porto. Badri, M. A., 2007. Dimensions of Industrial Location Factors: Review and Exploration. Journal of Business and Public Affairs, 1(2), pp. 1-14. Losch, A., 1954. Economics of Location. London: s.n. Pinto, J. V., 1975. Background and Development of Location Theory. Dissertation. Santoso, E. B., Umilia, E. & Aulia, B. U., 2012. Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan. Surabaya: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Institut Teknologi Sepuluh November. Setiyanto, A. & Irawan, B., 2015. Pembangunan Berbasis Wilayah: Dasar Teori, Konsep Operasional dan Implementasinya di Sektor Pertanian. In: D. N. K. S. S. M. H. Effendi Pasandaran, ed. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekorigion. Jakarta: IAARD Press, pp. 64-65. Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Boduose.