Teori Organisasi  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Hakekat Organisasi Pada prinsipnya manusia adalah makhluk sosial yang cenderung hidup berkelompok dan bekerjasama satu sama lain. Kecenderungan manusia hidup berkelompok bukannya tanpa alasan, melainkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki secara individual untuk memenuhi seluruh kebutuhannya dan karena banyaknya manfaat yang diperoleh dari kerjasama yang dilakukan. Kenyataan ini bahkan semakin memberikan peluang bagi kelompok-kelompok yang ada untuk menata dan mengembangkan kelompoknya. Kelompok-kelompok kerjasama apa pun bentuk dan bidang kegiatannya lazim disebut dengan organisasi (Haedar Akib, 2009: 16-17). Organisasi adalah kumpulan orang-orang yang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan bersama sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan manusia, tentu manusia tidak dapat hidup sendiri ditengahtengah masyarakat, artinya selalu berharap adanya bantuan dari pihak lain atau sering disebut manusia adalah makhluk sosial. Pada dasarnya organisasi mengandung beberapa elemen penting yang memberikan gambaran tentang hakekat organisasi, yaitu: 1. Bahwa organisasi merupakan suatu kerangka sosial, yaitu kerangka yang menunjukkan hubungan antara individu dalam organisasi 2. Bahwa dalam organisasi terdapat koordinasi yang dirancang untuk mengatur kegiatan-kegiatan orang. 3. Bahwa dalam organisasi terdapat pembagian kerja yang diatur dengan tingkatan otoritas. 4. Seluruh kegiatan ditujukan untuk kegiatan pencapaian tujuan bersama. 1



2



Dengan hal tersebut, memang organisasi memiliki arti yang sangat strategis dan peran yang dapat mengelola kehidupan manusia agar lebih mempunyai hakekat yang bermakna. Hakekat organisasi menjadi pondasi dasar dan asas dalam pengelolaan organisasi untuk mencapai tujuannya demi terciptanya sistem manajerial yang baik. Dapat dikatakan jika suatu organisasi kehilangan hakekat maka perlu dipertanyakan kontinuitas dan organisasi tersebut. Lahirnya organisasi Akibat adanya tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pihak tertentu karena melihat adanya urgensi dari keberadaan organisasi. Organisasi tidak hanya dibutuhkan pada lingkup yang kecil tetapi juga pada lingkup yang besar terlihat dari motif didirikannya organisasi. B. Pengertian Organisasi Organisasi berasal dari istilah organun. Istilah Yunani organon. Arti istilah tersebut adalah alat, anggota, bagian atau badan. Dalam kehidupan masyarakat, istilah organisasi mempunyai banyak sinonim, diantaranya: institusi (institution) atau lembaga, birokrasi, organiasasi formal, perusahaan dan yayasan. Pengertian organisasi adalah perkumpulan atau wadah bagi sekelompok orang untuk bekerjasama terkendali dan terpimpin untuk tujuan tertentu. Organisasi biasanya memanfaatkan suatu sumberdaya tertentu misalnya lingkungan, cara atau metode, material, uang dan beberapa sumberdaya lain dalam rangka mencapai tujuan organisasi tersebut. Orang-orang yang terkumpul dalam sebuah organisasi sepakat untuk mencapai tujuan tertentu melalui sumberdaya secara sistematis dan rasional yang terkendali dan adanya pemimpin organisasi yang



akan



memimpin



operasional



organisasi



dengan



terencana.



(www.wikipedia.org/wiki/organisasi) Adapun beberapa pendapat tentang organisasi dari beberapa ahli, yaitu: 1. Oliver Sheldon (dalam Sutarto, 2015: 22)



3



Organization is the proces of so combining the work which individuals or groups have to perform with the faculties necessary for it execution that the duties, so formed, provide the best channels for the efficient, systematic, positive and co-ordinated application of the available effort. (Organisasi adalah proses penggabungan pekerjaan yang para individu atau kelompok-kelompok harus melakukan dengan bakat-bakat yang diperlakukan untuk melakukan tugas-tugas, sedemikian rupa, memberikan saluran terbaik untuk pemakaian yang efisien, sistematis, positif dan terkoordinasi dari usaha yang tersedia). 2. Dwight Waldo (dalam Sutarto, 2015: 26) Organization is the structure of authoritative and habitual personal interrelations in an administrative systems. (Organisasi adalah struktur hubunganhubungan di antara orang-orang berdasarkan wewenang dan bersifat tetap dalam suatu sistem administrasi). 3. Robert V. Pretus (dalam Akib, 2009: 20) Organisasi adalah suatu sistem dari struktur hubungan antar pribadi. Di dalam organisasi, hubungan kerja para anggotanya diatur sesuai dengan kewenangan, status dan peranannya masing-masing. 4. John D. Millet (dalam Sutarto, 2015: 25) Organization is the structural framework within which the work of many individuals is carried on for the realization of a common purpose. As such, it is a system of work assigment among groups of person specializing in particular phases of a general task. (Organisasi adalah kerangka struktur dalam mana pekerjaan dari banyak orang dilakukan untuk pencapaian maksud bersama. Sebagai demikian itu adalah suatu sistem mengenai penugasan pekerjaan di antara kelompok-kelompok orang yang mengkhususkan dari dalam tahap-tahap khusus dari suatu tugas bersama).



4



Berdasarkan sejumlah definisi yang dikemukakan di atas diperoleh gambaran tentang pengertian organisasi. Oleh karena itu organisasi merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang selalu berkembang, maka pengertian organisasi yang ditengahkan para ahli juga mencerminkan perkembangan organisasi sesuai dengan kurun waktunya masing-masing. Jadi sesuai cara pandang para ahli terhadap organisasi maka pengertian organisasi dapat dibedakan ke dalam tiga sudut pandang. Pertama, organisasi merupakan kumpulan orang. Kedua, pengertian organisasi yang lebih menekankan pada aspek proses kerjasama. Ketiga, pengertian organisasi adalah sistem kerjasama. Kenyataannya, organisasi bukan sekedar struktur atau kerangka kerja dimana anggota bekerjasam, bukan pula sekedar proses dan hubungan kerja antar anggota, melainkan keduanya merupakan bagian dari kehidupan sebuah organisasi. Lebih dari itu, organisasi juga berdiri di antara organisasi-organisasi lain yang hidup di tengah masyarakat, inputnya datang dari masyarakat dan outputnya pun diserap oleh masyarakat. Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa organisasi pada mulanya dipandang sebagai struktur kerjasama dan saat ini organisasi diartikan sebagai suatu sistem. Dengan pendekatan sistem, organisasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan (whole) yang didalamnya ada sejumlah komponen (baik berupa manusia maupun non-manusia) yang berinteraksi dan berpengaruh satu sama lain ke arah tujuan yang ditentukan. Organisasi menerima input dari lingkungan dan melakukan transformasi guna menghasilkan output yang diserap oleh lingkungan. C. Dasar Pembentukan Organisasi



5



Organisasi terbentuk dari sejumlah unsur. Hicks mengemukakan bahwa untuk membentuk sebuah organisasi diperlukan dua macam unsur. Pertama, unsur inti (core element). Unsur inti adalah manusia sebagai pembentuk organisasi. Kedua, unsur kerja (working element). Unsur kerja organisasi terdiri dari dua jenis yakni energi yang bersumber dari manusia yang meliputi kemampuan untuk bekerja, kemampuan mempengaruhi orang lain dan kemampuan melaksanakan prinsip-prinsip organisasi. Sementara itu, energi dari sumber bukan manusia meliputi alam, iklim, udara, cuaca, air dan lain-lain. Adapun pendapat dari ahli lain seperti Barnard (dalam Akib, 2009: 23-25) bahwa sebuah organisasi terbentuk dari tiga unsur, yakni: 1) kemauan bekerjasama. 2) tujuan bersama. 3) komunikasi. Ketiga unsur tersebut merupakan persyaratan minimal bagi setiap organisasi. Setelah organisasi terbentuk dan beroperasi maka diperlukan satu persyaratan lagi agar organisasi tersebut mampu bertahan. Persyaratan tersebut adalah terciptanya efektivitas dan efisiensi organisasi. 1. Kemauan Bekerjasam (Willingness to Serve) Keberadaan orang-orang dalam suatu kelompok kurang berarti jika tidak mempunyai kemauan bekerjasam. Kerjasama memberi kemungkinan bagi organisasi mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang secara individual. Kemauan bekerjasama juga memudahkan pengaturan dan manajemen organisasi, seperti dinyatakan oleh Litterer bahwa, organisasi akan jauh lebih sederhanan rancangan dan cara kerjanya jika orang-orang yang ada di dalamnya memiliki kemauan bekerjasama persis seperti apa yang ditentukan bagi dirinya atau persis seperti apa yang diperlukan oleh organisasi.



6



2. Tujuan Bersama (Common Purpose) Salah satu alasan mengapa organisasi dibentuk adalah adanya tujuan tertentu yang tidak mungkin dicapai tanpa melakukan kerjasama. Tujuan akan menentukan jenis-jenis kegiatan yang perlu dilakukan, termasuk kualifikasi orang-orang yang melakukannya. Tujuannya juga menentukan sarana-sarana lain yang perlu disediakan dan digunakan. Dengan demikian, aktivitas setiap anggota baik secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pencapaian tujuan bersama. Di sinilah letak arti penting kesediaan bekerjasama dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Sebab pada umumnya, antara motivasi pribadi bergabung dengan organisasi dengan tujuan organisasi tidak singkron. 3. Komunikasi (Communication) Dua anasir yang dikemukakan sebelumnya belum cukup dijadikan fondasi keefektifan kegiatan sebuah organisasi. Tujuan yang ingin dicapai bersama barangkali sudah dirumuskan. Demikian pula amggota organisasi memiliki kesediaan untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu, namun tujuan yang tidak dikomunikasikan kepada anggotanya tidak akan pernah dipahami apalagi dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, diperlukan unsur ketiga yaitu komunikasi. Aspek komunikasi bukan saja berkenaan dengan penyampaian tujuan kepada segenap anggota organisasi tetapi juga komunikasi antar anggota organisasi pada umumnya. Pada kenyataannya, proses kerjasama tidak efisien dan efektif jika komunikasi antar sesama anggota organisasi, secara vertikal dan horisontal mengalami hambatan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dasar pembentukan organisasi terdiri dari minimal empat hal, yaitu: 1) dua orang atau lebih, 2) ada kemauan bekerjasama, 3) tujuan bersama, dan 4) komunikasi.



7



D. Dimensi Organisasi Menurut Richard L. Daft (1998), dimensi desain organisasi terdiri dari dua tipe yaitu: 1) dimensi struktural, dan 2) dimensi konsektual. 1. Dimensi Struktural Organisasi Dimensi Struktural adalah dimensi yang menggambarkan karakteristik internal dari organisasi dan menciptakan sautu dasar untuk mengukur dan membandingkan organisasi. Dimensi struktural terdiri dari: a. Formalisasi Formalisasi mengacu pada suatu tingkat yang terhadap pekerjaan di dalam organisasi itu dibakukan (Bedelen & Zammuto, 1991). Jika suatu pekerjaan sangat diformalkan, maka pelaksana pekerjaan tersebut mempunyai tingkat keleluasaan yang minimum mengenai apa yang harus dikerjakan. Ada 3 macam jenis formalisasi, yaitu: 1) Formalisasi berdasarkan pekerjaan; 2) Formalisasi berdasarkan aliran pekerjaan; dan 3) Formalisasi berdasarkan peraturan. b. Spesialisasi Spesialisasi hakikatnya ialah daripada dilakukan satu individu, lebih baik seluruh pekerjaan itu dipecah-pecah menjadi sejumlah langkah, dengan tiap langkah diselesaikan oleh seorang individu yang berlainan (Daft, 1998). Suautu spesialisasi kerja ikatan bersifat ekstensif apabila setiap karyawan hanya mengerjakan tugas-tugas tertentu yang sempit wilayahnya. Suatu spesialisasi dikatakan rendah apabila karyawan mengerjakan tugas-tugas yang mempunyai batasan yang luas. Ada 2 tipe spesialisasi yaitu: 1) Spesialisasi horisontal Spesialisasi horisontal ini menunjuk pada ruang lingkup suatu pekerjaan, atau pada tingkat mna seorang karyawan melakukan suatu pekerjaan yang lengkap. Semakin kecil bagian suatu karyawan terhadap



8



suatu pekerjaan secara keseluruhan, maka semakin horisontal tingkat spesialisasi pada pekerjaan tersebut. 2) Spesialisasi vertikal Spesialisasi vertikal menunjuk pada tingkat kontrol yang dimiliki oleh seorang karyawan terhadap suatu pekerjaan. Semakin banyak keputusan yang dibuat oleh seorang karyawan, mengenai bagaimana dan kapan harus melakukan suatu tugas, dan semakin terbatas perilaku karyawan untuk melakukan tugas tersebut diatur oleh peraturan, prosedur, pengawasan ataupun teknologi, semakin rendah tingkat spesialisasi vertikalnya. c. Standarisasi Standarisasi menunjuk pada prosedur yang di desain untuk membuat aktivitas organisasi menjadi teratur dan hal ini secara otomatis akan memfasilitasi adanya koordinasi (Jackson & Morgan, 1978). d. Sentralisasi Istilah sentralisasi mengacu pada sampai tingkat mana pengambilan keputusan dipusatkan pada suatu titik tunggal dalam organisasi. Dikatakan bahwa ketika manajemen puncak membuat keputusan-keputusan kunci dalam organisasi dengan masukan yang terbatas dari karyawan yang berada di bawahnya, maka organisasi tersebut memiliki tingkat sentralisasi tinggi. Sebaliknya, semakin banyak karyawan yang berada di bawah manajemen puncak memberikan masukan bagi



pengambilan



keputusan,



maka



dikatakan



bahwa



organisasi



lebih



terdesentralisasi. e. Hierarki Otoritas Otoritas merupakan bentuk dari kekuasaan yang ada pada suatu posisi atau kantor (Robbins, 2003). Ketika hak untuk mengatur bawahan termasuk dalam otoritas seseorang, maka otoritas tersebut memberikan hak untuk membatasi pilihan dan perbuatan yang dilakukan oleh bawahan. Hirarki berhubungan dengan



9



“span of control”, yaitu jumlah karyawan yang melapor pada seorang supervisor. Ketika span of control ini sempit, hirarki otoritasnya cenderung tinggi, ketika span of control ini lebar, hirarki otoritasnya akan lebih pendek. f. Kompleksitas Kompleksitas menunjuk pada jumlah aktivitas maupun subsistem pada organisasi. Kompleksitas bisa diukur melalui 3 diferensiasi, yaitu: 1) Diferensiasi vertikal. Semakin banyak tingkatan yang ada antara manajemen puncak dengan bagian operasional, organisasi tersebut semakin kompleks. 2) Diferensiasi horisontal adalah jumlah jenis pekerjaan satu departemen yang ada pada organisasi. Semakin banyak jumlah pekerjaan yang ada pada suatu organisasi yang membutuhkan pengetahuan dan keahlian khusus, semakin tinggi kompleksitas horisontal pada organisasi tersebut. 3) Diferensiasi spasial adalah jumlah daerah dari keberadaan organisasi secara fisik. Dengan meningkatnya diferensiasi spasial ini maka semakin tinggi pula kompleksitasnya. g. Profesionalisme Profesionalisme adalah level dari pendidikan formal dan training yang harus dimiliki dan diikuti oleh karyawan. Profesionalisme dianggap tinggi apabila karyawan harus mengikuti training dalam jangka waktu yang lama untuk memegang suatu pekerjaan atau jabatan pada perusahaan. h. Personal Ratio Personal ratio menunjuk pada jumlah karyawan pada suatu fungsi atau departemen tertentu 2. Dimensi Konsektual Organisasi Dimensi konsektual, yaitu dimensi yang menggambarkan keseluruhan dari suatu organisasi. Dimensi ini memperlihatkan susunan organisasi yang



10



mempengaruhi dan membentuk suatu dimensi struktural organisasi, yang terdiri dari: a. Ukuran. Ukuran adalah besarnya suatu organisasi yang terlihat dari jumlah orang dalam organisasi tersebut. b. Teknologi organisasi. Teknologi organisasi adalah dasar dari subsistem produksi, termasuk teknik dan cara yang digunakan untuk mengubah input organisasi menjadi output. c. Lingkungan. Lingkungan mencakup seluruh elemen di luar lingkup organisasi. Elemen kunci mencakup industri, pemerintah, pelanggan, pemasok dan komunitas finansial. E. Hubungan Antara Administrasi, Organisasi, Manajemen dan Tata Kerja Administrasi merupakan proses kerja sama antar dua orang atau lebih berdasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Agar kegiatan kerjasama tersebut berjalan dengan baik maka dibutuhkan sebuah kerangka atau wadah. Wadah itulah yang dinamakan organisasi. Dalam proses untuk mewujudkan organisasi yang baik maka diperlukan manajemen, melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, penggerakkan dan pengontrolan, dengan begitu tujuan organisasi akan tercapai. Manajemen adalah proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerjasama antar manusia. Rumusan tersebut mengandung pengertian adanya hubungan timbal balik antara kegiatan dan kerjasama disatu pihak dengan tujuan di pihak lain. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka perlu dibentuk suatu organisasi yang pada pokoknya secara fungsional dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang dipersatukan dalam suatu kerjasama yang efisien untuk mencapai



11



tujuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi organisasi adalah sebagai alat dari manajemen untuk mencapai tujuan. Jadi, dalam rangka manajemen maka harus ada organisasi, demikian eratnya dan kekalnya (consistency) hubungan antara manajemen dan organisasi. Tata kerja atau metode adalah satu cara bagaimana (how) agar sumber-sumber dan waktu yang tersedia dan amat diperlukan dapat dimanfaatkan dengan tepat sehingga proses kegiatan manajemen dapat dilaksanakan dengan tepat pula. Dengan tata kerja yang tepat mengandung arti bahwa proses kegiatan pencapaian tujuan sudah dilakukan secara ilmiah dan praktis, di samping itu pemakaian tata kerja yang tepat pada pokoknya ditujukan untuk: 1. Menghindari terjadinya pemborosan di dalam pendayagunaan sumbersumber daya dan waktu yang tersedia. 2. Menghindari kemacetan-kemacetan



dan



kesimpangsiuran



dalam



prose pencapaian tujuan. 3. Menjamin adanya pembagian kerja, waktu dan koordinasi yang tepat. Jadi, hubungan administrasi, manajemen, organisasi dan tata kerja dapat disimpulkan bahwa: 1. Administrasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Manajemen adalah proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerjasasma antar manusia. 3. Organisasi adalah alat bagi pencapaian tujuan tersebut dan alat bagi pengelompokkan kerjasama. 4. Tata kerja adalah pola cara-cara bagaimana kegiatan dan kerjasama tersebut harus dilaksanakan sehingga tujuan tercapai secara efisien. F. Peranan Organisasi dalam Masyarakat Modern



12



Masyarakat modern adalah masyarakat yang kompleks. Jadi, asumsi yang mendasari uraian peranan organisasi dalam masyarakat modern ialah “semakin modern kondisi suatu masyarakat, semakin banyak dan semakin bervariasi pula organisasi yang muncul”. Dalam masyarakat modern tidak ada satu pun orang yang sanggup melepaskan diri dari keterkaitan dengan organisasi. Kalau pun ada tentu hidupnya terisolir dan bukan lagi merupakan bagian dari masyarakat modern. Malah sebaliknya banyak orang menjadi anggota lebih dari satu macam organisasi. Sondang P. Siagian (dalam Akib, 2009: 26) mengemukakan bahwa salah satu ciri manusia modern ialah keanggotaannya dalam berbagai organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan pribadinya baik dalam arti peningkatan taraf hidupnya di bidang material maupun kesejahteraannya di bidang mental spiritual. Keberadaan sebuah organisasi saat ini tidak jarang saling bergantung pada organisasi lainnya. Ouput suatu organisasi bisa jadi merupakan input bagi organisasi lain. Hal ini sejalan dengan konsep sistem sebagaiamana yang dikemukakan bahwa organisasi sebagai komponen dari masyarakat satu sama lain saling mempengaruhi dan saling bergantung. Peranan organisasi dalam masyarakat modern dewasa ini ialah secara bersama-sam bergerak ke arah peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh masyarakat. Dengan kata lain, peran organisasi semakin penting dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. G. Perspektif Studi Tentang Organisasi Salah satu perspektif yang perlu dijadikan acuan dalam memahami disiplin ilmu organisasi adalah jangan memandang organisasi dengan memakai “kacamata



13



kuda”. Artinya dalam memahami konsep dan teori organisasi perlu dilihat dari berbagai perspektif dan terintegrasi dengan disiplin ilmu lainnya. Dewasa ini semakin banyak orang yang berminat mempelajari organisasi, baik oleh orang-orang yang mengkhususkan kajian pada disiplin ini maupun sejumlah ahli dari disiplin ilmu lain. Hal ini tentu saja menggembirakan karena diharapkan akan mampu neningkatkan keluasan, kedalaman dan kecermatan konsep, prinsip dan teori organisasi yang dikemukakan dan pada gilirannya dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi dalam praktik. Seperti halnya yang terjadi pada bidang yang lain, dalam studi tentang organisasi kini ada kecenderungan integrasi ilmu organisasi tidak lagi dipandang dan dipelajari secara terpisah dari ilmu-ilmu lain tetapi digabungkan. Penggabungan itu tentu saja lebih baik dan lebih bermanfaat sebab pada kenyataannya organisasi adalah bagian dari hidup masyarakat yang merupakan satu kesatuan. BAB II BERBAGAI ASAS DAN FUNGSI ORGANISASI A. Asas-Asas Organisasi Setiap organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta tentu menghadapi masalah bagaimana organisasinya dapat berjalan dengan baik. Salah satu sarana agar organisasinya dapat berjalan dengan baik dan struktur organisasi yang bersangkutan sehat dan efisien harus melaksanakan asas-asas organisasi (Sutarto, 2015: 44). Asas organisasi merupakan pedoman yang perlu ditaati dan dilaksanakan agar semua aktivitas organisasi berjalan secara efisien dan efektif. Prinsip atau



14



asas organisasi merupakan prasyarat yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi untuk disebut baik (Akib, 2009: 31) 1. Pengertian Asas Organisasi Asas-asas organisasi sering disebut dengan prinsip-prinsip organisasi. Prinsip atau asas merupakan dasar, pondasi atau suatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Jadi, kesimpulan yang didapatkan bahwa yang dimaksud dengan prinsipprinsip atau asas-asas organisasi adalah pokok dasar atau pondasi yang menjadi pangkal total dalam menggerakkan suatu organisasi. 2. Beberapa Pendapat Ahli Tentang Macam-Macam Asas Organisasi a. Henry Fayol (dalam Sutarto, 2015: 45) menamakan asasnya dengan “principles of Management”. Namun, asas yang dikemukakan oleh Henry Fayol merupakan “Principles of Organization”. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pembagian kerja, 2) wewenang, 3) disiplin, 4) kesatuan perintah, 5) kesatuan arah, 6) kepentingan individu di bawah kepentingan umum, 7) gaji pegawai, 8) sentralisasi, 9) saluran jenjang, 10) ketertiban, 11) keadilan, 12) kestabilan masa kerja pegawai, 13) inisiatif, 14) kesatuan jiwa korp. b. James D. Money & Alan C. Reily (dalm Sutarto, 2015: 46) menyatakan macam-macam asas organisasi adalah: 1) asas koordinasi, 2) asas jenjang, 3) asas penyusunan fungsi, dan 4) asas staff. c. Joseph L. Massie, mengemukakan 6 macam asas-asas organisasi sebagai berikut: 1) kesatuan perintah, 2) rentang kontrol, 3) rentang pengecualian 4) asas jenjang, 5) departemenisasi, dan 6) desentralisasi. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa asas-asas organisasi meliputi: 1) Perumusan tujuan dengan jelas, 2) Departemenisasi 3)



15



Pembagian kerja, 4) Koordinasi, 5) Pelimpahan wewenang, 6) Rentang kontrol, 7) Jenjang Organisasi, 8) Kesatuan perintah, 9) Fleksibilitas, 10) Berkelangsungan, dan 11) Keseimbangan, 12) Sarana dan Prasarana 3. Uraian Singkat Beberapa Asas Organisasi a. Perumusan Tujuan dengan Jelas Perumusan tujuan yang jelas menjadi landasan dan tempat berlabuh suatu organisasi. Tujuan adalah kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang diusahakan untuk dicapai dengan kerjasama sekelompok orang. Kebutuhan manusia yang hendak dicapai itu harus dirumuskan secara jelas. Ketidakjelasan formulasi tujuan organisasi sangat merugikan sumberdaya yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, sebelum kegiatan dilaksanakan perlu diperjelas tujuannya. Adapun fungsi tujuan organisasi menurut Akib (2015: 32) adalah sebagai berikut: 1) Sebagai pedoman. 2) Merupakan sumber



keabsahan



yang



membenarkan



tindakan



manajemen dalam organisasi. 3) Dapat dijadikan sebagai tolak ukur bagi semua pihak untuk menentukan sejauh mana perkembangan organisasi selama ini. b. Departemenisasi Dasar yang dipakai untuk mengelompokkan bersama suatu pekerjaan yang sama atau mirip disebut departemenisasi/departementalisasi. Departementalisasi merupakan proses dimana suatu organisasi secara struktural dibagi dengan mengkombinasikan pekerjaan dalam departemen berdasarkan beberapa dasar tertentu. Terdapat departementalisasi yang lebih luas, yang dijelaskan sebagai berikut: 1) Departementalisasi fungsional, yaitu organisasi menurut fungsi menyatukan semua orang yang terlibat dalam suatu aktivitas atau



16



beberapa aktivitas berkaitan yang disebut fungsi dalam satu departemen. Seperti pemasaran dan keuangan di kelompokkan ke dalam unit yang sama. 2) Departementalisasi produk. Manajer dari banyak perusahaan besar mengelompokkan pekerjaan atas dasar produk. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan produksi dan penjualan suatu produk atau lini produk akan ditempatkan dalam pengawasan seorang manajer. 3) Departementalisasi pelanggan. Pelanggan dan klien dapat menjadi dasar



pengelompokkan



pekerjaan.



Contoh



dari



departemen



berdasarkan pelanggan adalah departemen pinjaman suatu bank komersil. Petugas pinjaman sering sekali dihubungkan dengan pinjaman untuk industri, komersil atau pertanian. Pelanggan akan dilayani oleh satu petugas dari tiga jenis ini. c. Pembagian Kerja Jika dikaji kembali tentang definisi organisasi, maka akan kita jumpai salah satu unsurnya adalah adanya dua orang atau lebih yang bersepakat untuk mengadakan kerjasama, untuk mencapai tujuan yang mereka kehendaki bersama. Maka agar mereka dapat melakukan kegiatan dengan baik, perlu diadakan pembagian kerja. Pembagian kerja adalah perencanaan dan pengelompokkan tugas yang sejenis, atau berhubungan erat satu sama lain untuk dipedomani oleh pejabat dalam organisasi. Pembagian kerja yang baik senantiasa mengacu pada beberapa persyaratan, seperti:



1) The right man on the right place.



17



2) Ada keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab dalam pekerjaan untuk menciptakan mekanisme kerja yang sehat dan berwibawa. 3) Memperhatikan rentang pengawasan. d. Koordinasi Koordinasi adalah suatu kondisi dimana terkandung aspek-aspek tidak terjadinya kekacauan, percekcokan atau kekosongan kerja, sebagai akibat dari pekerjaan menghubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya dalam suatu kerja sama yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan dalam organisasi. Menurut Akib (2009: 36) syarat-syarat yang diperlukan agar koordinasi berjalan dengan baik, adalah: 1) Keinginan yang kuat untuk bekerjasama. 2) Keinginan berlomba untuk mencapai kemajuan bersama. 3) Semangat untuk memberi pelayanan kepada masyarakat. 4) Semangat korps di antara pihak-pihak yang melakukan koordinasi. e. Pelimpahan Wewenang Wewenang adalah hak seseorang untuk mengarahkan dan membimbing orang lain. Pelimpahan sama dengan penyerahan. Jadi pelimpahan wewenang berarti penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggungjawabnya dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Wujud pelimpahan wewenang dapat dilakukan oleh pejabat yang berkedudukan lebih tinggi kepada pejabat yang berkedudukan lebih bawah, disamping itu pelimpahan wewenang dapat pula dilakukan di antara pejabar yang berkedudukan pada jenjang yang sama atau antara pejabat yang sederajat. f. Rentang Kontrol Rentang kontrol adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang atasan tertentu. Yang dimaksud dengan



18



bawahan langsung adalah sejumlah pejabat yang langsung berkedudukan di bawah seorang atasan tertentu, dan yang dimaksud dengan atasan langsung adalah seorang pejabat yang memimpin langsung sejumlah bawahan tertentu. Menurut Sutarto (2015: 174), ada dua kelompok faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan berapa sebaiknya jumlah pejabat bawahan yang dapat dipimpin dengan baik oleh seorang pejabat atasan, yaitu: 1) Faktor Subyektif, yaitu faktor yang melekat pada pejabtnya. 2) Faktor Obyektif yaitu faktor yang berada di luar pejabatnya. g. Jenjang Organisasi/Hierarki Hierarki organisasi adalah tingkatan satuan dalam organisasi yang di dalamnya terdapat pejabat, tujuan, wewenang dan tanggungjawab tertentu menurut tingkatan kedudukan dari atas ke bawah dalam organisasi. h. Kesatuan Perintah Kesatuan komando (unity of command) mengisyaratkan bahwa tiap-tiap bawahan dalam organisasi hanya menerima satu perintah dari satu atasan. Konsekuensi kesatuan perintah akan menimbulkan kesatuan arah (inity of direction) sehingga tidak menimbulkan kebingungan dan ketidakjelasan alur perintah dan tanggungjawab (Akib, 2009: 35) Asas kesatuan perintah membantu mengamankan konsep garis wewenang yang tidak terputuskan. Kesatuan ini menyatakan bahwa seseorang seharusnya mempunyai satu dan hanya satu atasan kepada siapa ia bertanggung jawab langsung (Stephen P. Robbin, 2001: 171). Jika kesatuan perintah ini putus, seorang bawahan mungkin harus menanggulangi tuntutan atau prioritas yang berkonflik dari beberapa atasan. Kesatuan perintah bukan berarti bahwa atasan suatu organisasi harus menentukan sendiri segala masalah yang dihadapi. Namun, maksud gagasan itu



19



ialah untuk memberi kejelasan mengenai siapa bawahan dari atasan tertentu begitupun sebaliknya siapa atasan dari bawahan tertentu. i. Sarana dan Prasarana Alat dan perlengkapan untuk bekerja juga merupakan kebutuhan yang menunjang kelancaran tugas organisasi. Dengan demikian, alat dan perlengkapan dalam organisasi perlu dipersiapkan terlebih dahulu.



B. Berbagai Fungsi Organisasi 1. Fungsi Garis Fungsi garis (line) adalah fungsi yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokok organisasi. Beberapa kewenangan yang melekat pada fungsi garis adalah: a. Membuat keputusan. b. Bertanggungjawab. c. Menjabarkan kebijakan pimpinan. d. Melaksanakan fungsi manajemen. e. Mengupayakan efisiensi kerja yang tinggi. 2. Fungsi Staf Fungsi staf adalah fungsi yang mendukung tugas pokok organisasi. Beberapa macam tugas yang termasuk dalam fungsi staf adalah: a. Penelitian. b. Analisis fakta, data dan informasi. c. Rekomendasi dan perencanaan. d. Pengawasan. e. Koordinasi. f. Pelaporan. g. Nasihat. Fungsi staf dapat pula diklasifikasikan ke dalam dua golongan, yaitu: 1) staf spesialis (special staff) dan 2) staf umum (general staff). BAB III BERBAGAI TEORI ORGANISASI A. Teori Organisasi Klasik



20



Teori ini biasa disebut dengan “teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an (abad 19). digambarkan



sebuah



lembaga



yang



Dalam teori ini organisasi



tersentralisasi



dan



tugas-tugasnnya



terspesialisasi serta memberikan petunjuk mekanistik struktural yang kaku tidak mengandung kreatifitas. Teori organisasi klasik berdiri di atas empat prinsip dasar, yaitu: 1. Mengelompokkan atau pembagian kerja. 2. Prinsip skalar dam proses departementalisasi secara fungsional. 3. Kerangka organisasi atau struktur formal. 4. Rentangan pengawasan. Sebagian ahli menganggap bahwa teori klasik merupakan “teori mesin”. Dikatakan teori mesin karena organisasi ini menganggap manusia bagaikan sebuah onderdil yang setiap saat bisa dipasang dan diganti sesuai kehendak pemimpin. Teori organisasi klasik dibentuk berdasarkan empat pilar utama, yaitu divisi buruh, proses skalar dan fungsional, struktur, dan bentuk pengawasan. a. Divisi buruh merupakan elemen yang terpenting di antara keempat elemen lain. Elemen ini diikuti elemen lainnya, misalnya, pertumbuhan skalar dan fungsional yang menghendaki spesialisasi maupun departementalisasi fungsi. Struktur organisasi alamiah tergantung pada arah spesialisasi kegiatan untuk memacu perkembangan perusahaan. Artinya, bentuk pengawasan dihasilkan dari sejumlah fungsi yang terspesialisasi dengan pertimbangan seorang manajer. b. Proses skalar dan fungsional merujuk pada pertumbuhan organisasi vertikal dan horisonal secara berurutan. Proses skalar berkaitan dengan pertumbuhan



21



mata rantai komando, pelimpahan wewenang, tanggung jawab, kesatuan komando dan kewajiban (bawahan) untuk melapor. c. Struktur adalah hubungan fungsi yang logis pada suatu organisasi yang diatur untuk mendukung penyelesaian tugas secara efisien. Struktur terdiri daru sistem dan pola. d. Bentuk pengawasan menghubungkan sejumlah bawahan untuk melakukan penyelesaian secara efektif. Ada beberapa pelopor yang memiliki andil dalam memacu perkembangan teori organisasi klasik, yaitu: 1. Teori Administrasi Teori ini dikembangkan oleh Henry Fayol, Lyndall Urwick dari Eropa dan James D. Mooney, Allen Reily dari Amerika. Henry Fayol (1841-1925): Seorang industrialis asal Perancis tahun 1916 menulis sebuah buku berjudul “Admistration industrtrielle et Generale” diterjemahkan dalam bahasa inggris 1926 dan baru dipublikasikan di amerika 1940. Ada 14 Kaidah manjemen menurut Fayol yang menjadi dasar teori administrasi: a. b. c. d. e. f.



Pembagian kerja (division of work) Wewenang & tanggung jawab (outhority and responsibility) Disiplin (discipline) Kesatuan perintah (unity of command) Kesatuan pengarahan (unity of direction) Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan



g. h. i. j. k. l. m.



(subordination of individual interests to the general interest) Pemberian upah (renumeration) Sentralisasi (centralization) Rantai Skalar (scalar chain) Aturan (order) Keadilan (equity) Kelanggengan personalia (stability of tenune of personnel) Inisiatif (initiative)



pribadi



22



n. Semangat korps (spirit de corps) 2. Teori Birokrasi Max Weber (1947) dalam tulisannya berjudul “Legitimate Authority and Bureaucracy” (Pugh, 1971). Weber memberikan sumbangan yang berharga dalam masa klasik dengan mengetengahkan pendapat tentang struktur organisasi dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Weber adalah orang yang pertama kali mengemukakan gagasan mengenai Ideal Type. Tipe ideal organisasi modern yang dipasangkan pada istilah “birokrasi”. Karekteristik-karekteristik birokrasi menurut Max Weber: a. Pembagian kerja b. Hirarki wewenang c. Program rasional d. Sistem Prosedur e. Sistem Aturan hak kewajiban f. Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal 3. Manajemen Ilmiah Frederick Winslow Taylor (1911). Taylor mengetengahkan sejumlah prinsip Scientific Management yang merupakan turunan dari teori klasik. Teori menggunakan pendekatan sistem tertutup dimana manajer mempunyai kekuasaan penuh tanpa menerima masukan dari bawahan. Kegiatan organisasi diarahkan pada peningkatan produktivitas dan efisiensi dengan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas maka diperlukan empat prinsip: a. Perubahan metode kerja pada setiap unsur pekerjaan yang ditelaah secara ilmiah. b. Seleksi dan pelatihan pekerja dengan metode ilmiah. c. Meningkatkan kerjasama antara majikan dan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan. d. Pembagian tanggungjawab antara pimpinan dan pekerja dilakukan lebih merata, dimana rencana dan supervisi di tangan pimpinan, sedangkan pelaksanaannya di tangan pekerja.



23



B. Teori Organisasi Neo-Klasik Aliran yang berikutnya muncul adalah aliran Neo-klasik disebut juga dengan “Teori Hubungan manusiawi”. Teori ini muncul akibat ketidakpuasan dengan teori klasik dan merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini menekankan pada



pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai



individu ataupun kelompok kerja. Hugo Munsterberg merupakan salah satu tokoh neo-klasik pencetus “Psikologi Industri”. Hugo menulis sebuah buku “Psychology and Industrial Effeciency” tahun 1913. Buku tersebut merupakan jembatan antara manajemen ilmiah dan neoklasik. Inti dari pandangan Hugo adalah menekankan adanya perbedaan karekteristik individu dalam organisasi dan mengingatkan adannya pengaruh factor social dan budaya terhadap organisasi. Munculnya teori neoklasik diawali dengan inspirasi percobaan yang dilakukan di Pabrik Howthorne tahun 1924 milik perusahaan Western Elektric di Cicero yang disponsori oleh Lembaga Riset Nasional Amerika. Percobaan yang dilakukan Elton Mayo seorang riset dari Western Electric menyimpulkan bahwa pentingnya memperhatikan insentif upah dan kondisi kerja karyawan dipandang sebagai faktor penting peningkatan produktifitas. Dalam pembagian kerja Neoklasik memandang perlunya: 1. Partisipasi 2. Perluasan kerja 3. Manajemen bottom-up C. Teori Organisasi Modern



24



Teori ini muncul pada tahun 1950 sebagai akibat ketidakpuasan dua teori sebelumnya yaitu klasik dan neoklasik. Teori Modern sering disebut dengan teori “Analiasa Sistem” atau “Teori Terbuka” yang memadukan antara teori klasik dan neokalsi. Teori Organisasi Modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan yang saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Organisasi bukan sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil akan tetapi organisasi merupakan system terbuka yang berkaitan dengan lingkunngan dan apabila ingin survivel atau dapat bertahan hidup maka ia harus bisa beradaptasi dengan lingkungan. BAB IV TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN ORGANISASI A. Pengertian Teknologi Organisasi Teknologi didefinisikan sebagai pengetahuan, alat-alat, teknik dan kegiatan yang digunakan untuk mengubah input menjadi output. Karena itu dapat dikatakan bahwa teknologi meliputi seluruh proses transformasi yang terjadi dalam organisasi, menyangkut mesin-mesin yang digunakan, pendidikan dan keahlian karyawan, serta prosedur kerja yang digunakan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan (Lubis & Husaini : 1987 : 96). B. Jenis-Jenis Teknologi Organisasi Pembahasan mengenai teknologi organisasi dilakukan dengan membedakan organisasi menjadi dua jenis, yaitu : organisasi perusahaan manufaktur dan organisasi non-manufaktur. manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan



25



mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Manufaktur adalah proses fisik dalam produksi barang non jasa. Contoh manufaktur adalah seperti pembuatan minyak urut di mana jasa pijit yang menggunakan minyak urut tersebut tidak termasuk dalam perusahaan manufaktur. Penilitian mengenai teknologi organisasi perusahaan



manufaktur



yang



dianggap



paling



berpengaruh



terhadap



perkembangan teori organisasi, yang dilakukan Joan Woodward pada tahun 1950an di Inggris. Woodward menemukan bahwa perusahaan yang mengunakan struktur yang sesuai dengan teknologi produksinya dikelompokkan ke dalam tiga tipe teknologi produksi, yaitu : 1) pembuatan produk tunggal atau dalam kelompok ukuran kecil, 2) produk massal atau dalam kelompok ukuran besar dan 3) produksi menurut proses. Thomson mengelompokkan teknologi organisasi menjadi 3 jenis, yang masing-masing menggambarkan jenis hubungan yang terjadi dengan konsumen maupun jenis kegiatan internal yang terjadi dalam organisasi, yaitu: 1. Teknologi perantara (mediating technology), digunakan



untuk



menghubungkan beberapa klien yang satu sama lain tidak dapat dihubungkan secara langsung, misalnya jika hubungan langsung tersebut memerlukan ongkos yang besar ataupun karena terlalu rumit untuk dilaksanakan. 2. Teknologi rangkaian panjang (long-linked technology) pada jenis teknologi ini kegiatan organisasi terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan yang berurutan. Hasil dari suatu kegiatan menjadi input bagi kegiatan berikutnya, berurutan, hingga akhirnya produk siap untuk digunakan oleh konsumen. 3. Teknologi intensif (intensitive technology) teknologi intensitif merupakan kumpulan dari beberapa jenis pelayanan khusus, yang keseruhannya



26



digabungkan untuk melayani klien. Teknologi intensif ini umumnya digunakan pada kegiatan yang mempunyai akibat yang cukup berarti pada klien sehingga klien mengalami perubahan. C. Teknologi dan Struktur Organisasi Berdasarkan struktur organisasi, pemanfaatan



teknologi



informasi



diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Perbaikan efisiensi: Pemanfaatan teknologi informasi untuk perbaikan efisiensi diterapkan pada level operasional organisasi. Pada kategori ini, pemanfaatan teknologi informasi diukur dengan penurunan waktu dan biaya proses. 2. Perbaikan efektivitas: Pemanfaatan teknologi informasi untuk perbaikan efektifitas diterapkan pada level manajerial organisasi. Pada kategori ini, pemanfaatan teknologi informasi diukur dengan kemudaan dan kecepatan memperoleh status pencapaian target organisasi. 3. Strategic Improvement: Pemanfaatan teknologi informasi untuk strategic improvement (perbaikan daya saing) diterapkan pada level eksekutif organisasi. Pada kategori ini, pemanfaatan teknologi informasi diukur dengan kemudahan dan ketepatan pengambilan keputusan oleh eksekutif. D. Pengertian Lingkungan Organisasi Istilah lingkungan merupakan terjemahan dari istilah "environment", yang secara sosiologis dapat memiliki arti segala sesuatu yang mendorong dan mempengaruhi tingkah laku individu atau kelompok. Di kalangan para ahli sosiologi terdapat kesepakatan bahwa lingkungan menunjuk pada kondisi dan kejadian yang sifatnya eksternal terhadap organisasi. Dalam hal ini lingkungan dapat berupa lingkungan phisisk maupun lingkungan non phisik (misalnya kondisi sosial atau kultural masyarakat).



27



E. Klasifikasi Lingkungan Secara umum, lingkungan organisasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan phisik dan lingkungan non-phisik. Lingkungan phisik dari suatu organisasi terutama berupa benda material, misalnya gedung, sarana komuniskasi, jalan raya, sumber-sumber alam, iklim dan sebagainya. Sebagai contoh, bentuk bangunan dan tata ruang dalam gedung dimana suatu aktifitas kerja suatu organisasi berlangsung sangat berpengaruh terhadap kenyamanan kerja dan kepuasan kerja dari para pekerja yang berada dalam organisasi itu. Contoh yang lain, karena keterbatasan dana sehingga tidak tersedia cukup ruang untuk menympan arsip penting, maka kondisi penyimpanan arsip pada suatu kantor Pemerintah tidak dapat terselenggara dengan baik. Ini menunjukkan bahwa bangunan dan tata ruang dalam bangunan itu memiliki pengaruh terhadap aktifitas dalam organisasi. Sarana transportasi dan komunikasi juga memiliki pengaruh terhadap aktifitas dalam organisasi. Organisasi yang ditopeng oleh adanya sarana transportasi dan komunikasi memiliki aktifitas yang lebih mudah dibandingkan dengan organisasi yang tidak mendapatkan dukungan secara cukup sarana transportasi dan komunikasi. Sebagai contoh, tiadanya sarana transportasi dan komunikasi menyebabkan biaya perjalanan meningkat dan juga menimbulkan hambatan dalam komunikasi, karena komunikasi harus dilakukan secara manual dari orang ke orang, tidak melalui alat komunikasi. Demikian juga ketersediaan sumber-sumber alam, terutama pada organisasi produksi pengolahan sumbersumber alam, sangat besar pengaruhnya terhadap aktifitas



organisasi.



Ini



28



berbeda dengan daerah yang memiliki sumber- sumber yang terbatas, sehingga aktifitas kegiatan organisasi produksinya pun juga relatif kecil. Lingkungan non-phisik memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dibandingkan dengan lingkungan phisik. Lingkungan non-phisik ini meliputi semua fenomena yang sifatnya eksternal dari suatu organisasi dan pada umumnya tidak berupa benda materiil. Sebagai contoh dari lingkungan nonphisik ini misalnya kondisi sosial masyarakat, kebudayaan masyarakat, sistem ekonomi, sistem politik, tingkat teknologi dan sebagainya. Semua ini merupakan lingkungan non phisik bagi organisasi dan memiliki pengaruh terhadap aktifitas organisasi. Ada pula ahli yang tidak membedakan lingkungan dengan pemilahan lingkungan phisik dan lingkungan non-phisik, tetapi memiliahnya menjadi lingkungan geografis dan lingkungan sosial. Lingkungan geografis menunjuk pada semua aspek dari lingkungan yang tidak diciptakan oleh manusia dan bukan merupakan hasil dari aktifitas manusia. Lingkungan geografis ini meliputi ketinggian suatu wilayah, bentuk permukaan yang datar atau cekung, iklim, kandungan mineral yang ada di suatu daerah, keragaman hayati (flora dan fauna) serta berbagai karakteristik suatu wilayah yang tidak diciptakan oleh manusia atau aktivitas manusia. Jadi dalam pengertian ini, istilah lingkungan geografik memiliki makna yang kurang lebih sama dengan istilah lingkungan alam ataupun lingkungan phisik. Sedangkan lingkungan sosial menunjuk pada bagian dari lingkungan yang terdiri dari orang-orang atau kelompok yang saling berinteraksi, yang meliputi pola- pola organisasi sosial serta semua aspek dari kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa seorang anggota masyarakat dapat



29



dilihat sebagai suatu lingkungan sosial, mengingat pada diri seorang anggota masyarakat



itu terdapat harapan-harapan sosial tertentu ketika ia melakukan



interaksi sosial dengan orang lain. Dengan demikian, setiap organisasi pada kenyataannya selalu berada dalam suatu lingkungan phisik, teknologis, sosial dan budaya tertentu dimana organisasi itu harus melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Itu berarti setiap organisasi tidak berada dalam suatu lingkungan hampa, tetapi berada dalam suatu lingkungan tertentu. Tidak ada satupun organisasi yang dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga untuk kelangsungan hidupnya, semua organisasi harus



mengembangkan



berbagai



tipe



hubungan



yang



mapan



yang



menghubungkan organisasi itu dengan lingkungan yang lebih besar. F. Ketidakpastian Lingkungan Organisasi memiliki hubungan dengan lingkungan.



Setiap organisasi



menghadapi lingkungan yang berbeda-beda, dan memiliki ketidakpastian lingkungan yang berbeda-beda. Ketidakpastian lingkungan akan membuat manajer perlu mempelajari perubahan lingkungan dan langkah penyesuaian atas perubahan. Elemen dari ketidakpastian



lingkungan



adalah



ketidakpastian



dan



kompleksitas. Ketidakpastian adalah kondisi di mana pimpinan perusahaan tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kondisi lingkungannya. Sedangkan kompleksitas adalah keragaman atau banyaknya elemen eksternal yang mempengaruhi organisasi. Keragaman tersebut adalah sebagai berikut : a. Ketidakpastian rendah: Elemen lingkungan sedikit, elemen lingkungan berubah perlahan. b. Ketidakpastian agak rendah: Elemen lingkungan berjumlah besar, elemen lingkungan berubah perlahan.



30



c. Ketidakpastian agak tinggi: Elemen lingkungan berjumlah sedikit, elemen lingkungan berubah dinamis. d. Ketidakpastian tinggi: Elemen lingkungan berjumlah besar, elemen lingkungan berubah dinamis. G. Strategi untuk Mengendalikan Lingkungan Terdapat dua strategi yang dapat ditempuh organisasi dalam mengendalikan perubahan lingkungan yaitu: 1. Menciptakan hubungan yang baik antara organisasi dengan elemen-elemen utama yang mempengaruhinya, 2. Mengendalikan lingkungan agar tidak berbahaya dan dapat menguntungkan organisasi. Lingkungan yang berskala internasional yaitu antar negara dan cenderung semakin tidak memiliki batas-batas wilayah. Ada beberapa hal yang perlu diketahui mengenai lingkungan global, yaitu: 1. Proses Globalisasi, Proses globalisasi dilakukan melalui 4 tahap, yaitu : a. Tahap Domestik; Potensi pasar masih di negara asal. b. Tahap Internasional; Adanya peningkatan ekspor c. Tahap Multinasional; Memiliki fasilitas produksi dan pemasaran di banyak negara. Sepertiga dari penjualan berasal dari luar negeri asal. d. Tahap Global; Melakukan globalisasi secara penuh, di mana sumberdaya maupun penjualan dapat dilakukan di negara mana saja yang memiliki biaya terendah 2. Lingkungan bisnis internasional, Meliputi lingkungan-lingkungan : a. Ekonomi; Merupakan kondisi ekonomi di negara organisasi internasional beroperasi. b. Hukum dan politik; Adanya resiko dan instabilitas politik suatu negara. c. Lingkungan sosial budaya; Adalah budaya suatu bangsa yaitu berupa pengetahuan, keyakinan, nilai-nilai, serta model umum perilaku dan cara berpikir yang dianut bersama. 3. Cara-cara memasuki lingkungan internasional :



31



a. Outsourcing; Adalah pembagian tenaga kerja secara internasional. b. Ekspor; Adalah memasarkan produknya di negara lain dengan biaya sumberdaya yang relatif rendah. c. Lisensi; Dengan lisensi, perusahaan pemberi lisensi di suatu negara dapat memastikan sumberdaya tertentu tersedia untuk perusahaan di negara lain (penerima lisensi). d. Investasi langsung; Perusahaan terlibat dalam fasilitas manufaktur di negara lain, berupa pengelolaan aktiva-aktiva produktif.



DAFTAR PUSTAKA



Akib, Haedar. 2009. Dasar-Dasar Teori Organisasi. Lestari, Noni. 2016. Asas-Asar Organisasi. http://nonilstr.blogspot.co.id/2016/04/asas-asas-organisasi.html?m=1, diakses 29 Oktober 2016 Robbin, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo Sigit,



Zakia. 2012. Peranan Teknologi dalam Organisasi. http://httpzakia.blogspot.co.id/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html diaskes 5 November 2016



Sutarto. 2015. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press