Teori Penyebab Kecelakaan Kerja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“ TEORI PENYEBAB KECELAKAAN KERJA” (Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri Kelas B)



Disusun Oleh : Kelompok 4 Shella Putri Permadani H.



142110101003



Sri Purwandari



142110101013



Yohana Rizkyta Handini



142110101023



Wiwin Barokhatul M.



142110101035



Desyita Ayuma Wardani



142110101046



Galih Kusuma W.



142110101056



Nur Rofiko



142110101067



Siti Indriyanti Affierni



142110101078



Jawahirun Nadhifah



142110101087



Kholifah Asti



142110101091



Diana Febriyanti Q



142110101098



FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2016



KATA PENGANTAR Puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya maka makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan pada Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Makalah yang berjudul “Teori Penyebab Kecelakaan Kerja” yang disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Industri Kelas B, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama penyusunan makalah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terima kasih tersebut kami sampaikan kepada: 1. Dosen Mata Kuliah Psikologi Industri Kelas B, Ibu Reny Indriyani, S.KM, M.KK atas segala arahan yang telah diberikan untuk kelancaran proses penyempurnaan makalah ini. 2. Teman-teman angkatan 2014 yang telah memberikan kritik dan saran untuk pembuatan makalah ini. 3. Semua pihak yang terlibat dalam proses penyempurnaan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, baik dari segi materi meupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan makalah ini. Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga. Jember, 18 Juli 2016



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................ii BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1 1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................2 BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................3 2.1 Definisi Kecelakaan Kerja...........................................................................3 2.2 Teori Model Kecelakaan Kerja....................................................................3 2.2.1 Model Belajar........................................................................................3 2.2.2 Model Kognitif......................................................................................5 2.2.3 Model Kepribadian................................................................................6 2.2.4 Model Stress..........................................................................................8 2.2.5 Model Biologi.......................................................................................8 2.3 Studi Kasus.................................................................................................11 2.4 Pembahasan Studi Kasus............................................................................12 2.4.1 Analisis Studi Kasus...........................................................................12 2.4.2 Solusi...................................................................................................12 BAB III. PENUTUP.............................................................................................14 3.1 Kesimpulan................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16 LAMPIRAN..........................................................................................................17



ii



BAB I. PENDAHULUAN



2.3.1



Latar Belakang Menurut Heinrich (1930) kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang



disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman (Maria et al, 2015: 10). Sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak aman. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi ketika berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui (Jurnal K3LH,2015). Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya di belahan dunia manapun. Data dari International Labour Organization setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakan kerja fatal di dunia (BPJS, 2015). Tak terkecuali untuk tenaga kerja di Indonesia dimana ancaman kecelakaan kerja di tempat kerja masih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan data yang dimiliki oleh jamsostek, dimana angka kecelakaan kerja dalam periode tahun 2007-2011 cenderung meningkat (postkotanews, 2012). Pada tahun 2011 terdapat 99,491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari, sedangkan tahun sebelumnya hanya 98,711 kasus kecelakaan kerja, 2009 terdapat 96.314 kasus, 2008 terdapat 94.736 kasus, dan 2007 terdapat 83.714 kasus. Data dari BPJS Ketenagakerjaan akhir tahun 2015 menunjukkan telah terjadi kecelakan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan koran meninggal dunia sebanyak 2.375 orang (postkotanews, 2016). 2.3.2



Rumusan Masalah



1. Bagaimana teori model belajar tentang kecelakan kerja? 2. Bagaimana teori kognitif tentang kecelakaan kerja? 1



3. Bagaimana teori kepribadian menjelaskan penyebab kecelakaan kerja? 4. Bagaimana teori stress menjelaskan penyebab kecelakaan kerja? 5. Bagaimana teori biologi menjelaskan penyebab kecelakaan kerja? 2.3.3



Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu dapat menjelaskan penyebaban kecelakaan kerja berdasarkan teori model belajar, kognitif, teori kepribadian, stress dan teori biologi.



2.3.4



Manfaat Penulisan Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut: a. Bagi Akademisi Diharapkan dapat menambah wawasan



terkait teori-teori kecelakan



kerja. b. Bagi Pemberi Kerja Diharapkan sebagai bahan referensi atau informasi tambahan sehingga dapat mencegah kecelakaan kerja terjadi. c. Bagi Tenaga Kerja Dan Masyakakat Umum Sebagai bahan referensi atau informasi tambahan sehingga dapat mencegah kecelakaan kerja terjadi.



2



BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Definisi Kecelakaan Kerja Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. 2.2 Teori Model Kecelakaan Kerja 2.2.1 Model Belajar Hampir semua keterampilan dan kemampuan kerja yang berkembang merupakan hasil dari serangkaian proses belajar. Satu prinsip belajar yang pokok adalah adanya reinforcement yang merupakan feed back konsekuensi dari sebuah respon terhadap stimulus tertentu. Dua prinsip utama pemberian reinforcement adalah; pertama reinforcement posistif cenderung membuat suatu tindakan lebih mungkin untuk dilakukan dan kedua, semakin sering suatu tindakan diberi reinforcement



maka



pengaruh



belajarnya



akan



semakin



tinggi



(Oborne,1987) Ironisnya bahwa perilaku kerja yang mendapatkan reinforcement positif adalah perilaku yang berbahaya.Hal ini terjadi karena perilaku yang aman tidak mendapatkan reinforcement yang positif. Misalnya penggunaan pakaian keselamatan kerja yang sering mendapatkan reaksi dan komentar yang negated dari orang lain atau kolega (meskipun sikap semacam ini akan menurun tetapi di banyak industry penggunaan perlengkapan keselamatan kerja dianggap kurang jantan. Sebaliknya perilaku berbahaya di dalam bekerja misalnya tidak menggunakan perlengkapan atau pakaian keselamatan kerja banyak memperoleh reinforcement positif. Kedua, banyaknya kejadian yang yang diberi reinforcement adalah juga penting dalam mengaplikasikan model belajar keselamatan kerja.



3



Frank E. Bird, Jr. (Reamer,1980) mencatat hubungan antara diperolehnya reinforcement dengan beberapa alasan mengapa seseorang memilih sikap dan berperilaku secara tidak aman dalam bekerja, yaitu: 1. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan lebih memilih cara yang tidak aman ,untuk menghemat waktu. 2. Jika cara-cara yang tidak aman membutuhkan lebih banyak pekerjaan daripada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman untuk menghemat tenaga atau usaha. 3. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan dengan caracara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghindari ketidaknyamanan. 4. Jika cara yang tidak aman menarik lebih banyak perhatian daripada cara aman,seseorang akan memilih cara yang tidak aman. 5. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan memberikan lebih banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan daripada caracara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasannya tersebut. 6. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima atau direstui oleh kelompok daripada cara yang aman seseorang akan lebih memilih cara-cara yang tidak aman,untuk memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok. Model belajar berusaha menjelaskan hal-hal yang berada di belakang terjadinya perilaku manusia,hal ini menjadi dasar dari penelitian tentang keefektifan bermacam-macam program pencegahan kecelakaan kerja yang menggunakan teori belajar sebagai acuannya. Komaki, Barwick dan Scott pada tahun 1978, melaporkan suatu keberhasilan yang dramatic dalam



mengurangi



terjadinya



kecelakaan



kerja



dengan



mengimplementasikan prinsip-prinsip belajar yang sederhana. Setelah melakukan penelitian di 2 apartemen pabrik pengolahan makanan, mereka menemukan bahwa perilaku berbahaya memerlukan waktu yang hemat atau singkat di dalam pelaksanaannya dibanding perilaku yang



4



aman dan sangat jarang menghasilkan kecelakaan kerja. Ditemukan juga bahwa perilaku aman jarang mendapatkan reinforcement atau bahkan jarang dikenal di kalangan manajemen perusahaan. 2.2.2 Model Kognitif Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Teori ini mencakup proses penyadaran atau pemahaman (insight) dan kognitif (pengenalan). Para cognitivist menolak proposisi bahwa perilaku manusia hanya didasarkan pada rangsang-jawaban (stimulus – response). Menurut Chisnall (1995) para cognitivist memandang pembelajaran sebagai proses dari merestruktur pengetahuan yang telah ada



pada



seseorang



Penstrukturan



dalam



kembali



dari



kaitannya persepsi



dalam



masalah



khusus.



menghasilkan



suatu



penyadaran/pemahaman, yang merupakan ciri yang menonjol dari suatu kegiatan intelektual. Teori kognitif dari pembelajaran sangat bermakna karena mereka memperhatikan pembentukan dan akibat atau pengaruh dari sikap terhadap perilaku, dan orang dianggap sebagai pemecah masalah yang aktif yang dipengaruhi oleh lingkungannya.



5



Aplikasi dalam dunia kerja : Sebuah perusahaan mengadakan training personality kepada karyawan – karyawannya yang menjadi troublemaker. Training tersebut diharapkan agar karyawan-karyawan yang mengikutinya mendapatkan insight dan sdetelah itu dapat diterapkan pada dunia kerja agar mereka tidak menjadi troublemaker lagi. 2.2.3 Model Kepribadian Dalam model kepribadian, terdapat dua teori penyebab kecelakaan kerja. Teori tersebut adalah accident proneness dan accident-liability theory. 1. Accident proneness Dalam teori ini, terdapat gagasan bahwa individu memiliki beberapa sifat kepribadian yang mempengaruhi atau memberi predisposisi terhadap kecelakaan kerja. Gagasan tersebut pertama kali dikenalkan oleh 3 orang ahli statistik, Greenwood, Woods dan Yule pada tahun 1919. Mereka melaporkan sejumlah kecelakaan kerja yang terus menerus dialami oleh pekerja di sebuah pabrik amunisi, mereka menunjukan bahwa ada sebagian kecil pekerja yang mengalami kecelakaan kerja lebih banyak dari pada yang lain. Penelitian lain dilakukan oleh Newbold pada tahun 1926, digambarkan bahwa 9 ribu pekerja pabrik yang memproduksi barang-barang untuk mobil sampai alat-alat optik dan coklat memiliki temuan yang sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Greenwood, Woods dan Yule. Kedua penelitian tersebut memberikan penekanan bahwa analisis statistik terhadap catatan kecelakaan kerja hanya analisis pada apa yang terjadi, bukan mengapa dan bagaimana terjadi. Mereka hanya mencatat berapa banyaknya kejadian kecelakaan, dengan tidak menganggap penting indikator khusus sepert umur, pengalaman, kesehatan dan situasisituasi berbahaya pada kecenderungan mendapatkan kecelakaan kerja secara individual.



6



Hipotesis yang diajukan dalam teori ini adalah bahwa beberapa orang tertentu memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mendapatkan kecelakaan dari pada yang lain karena adanya seperangkat karakteristik konstitusional yang khas. Lebih lanjut dianggap bahwa accident proneness menjadi karakteristik yang menetap pada individu. Teori ini didukung melalui perbandingan statistic antara distribusi kecelakaan didalam populasi pekerjaan dan distribusi yang diharapkan melalui kesempatan murni. Faktanya bahwa kebanyakan pekerja mendapatkan kecelakaan ganda dari pada yang diharapkan melalui kesempatan bisa hanya merupakan indikasi bahwa beberapa pekerja menghadapi lebih banyak bahaya dalam pekerjaannya dibanding yang lainnya. Konsep accident proneness dianggap kurang tepat. Hal tersebut didukung oleh temuan-temuan para ahli, bahwa accident proneness adalah sesuatu yang tidak dapat disimpulkan dengan jelas, karena disamping menggunakan asumsi yang tidak tepat juga karena definisi yang membingungkan yaitu, sulitnya dibedakan secara tegas mana kecelakaan yang disebabkan oleh faktor kepribadian dan mana yang bukan kepribadian. Penelitian lain tentang sifat kepribadian yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja antara lain dilakukan oleh Shawl dan Sichel pada tahun 1971. Mereka membandingkan profil kepribadian dari kelompok pengemudi bus yang berasal dari Afrika Selatan dengan catatan kecelakaan yang diamalinya. Disimpulkan bahwa pengemudi yang memiliki kategori baik memiliki tipe kepribadian intravers yang stabil (pemikir, suka damai, terkendali, kalem), sedangkan pengemudi berkategori jelek cenderung ke arah tipe ekstravers yang tidak stabil (cemas, aktif, ramah). Hasil yang sama dilaporkan Fine pada tahun 1963 bahwa pengemudi yang skor pada skala ekstraversnya tinggi memiliki catatan kecelakaan yang lebih banyak dan melakukan pelanggaran dalam mengemudi disbanding yang intravers.



7



2. Accident-liability theory Pandangan yang lebih realistic adalah accident-liability theory. Teori ini menyatakan bahwa seseorang lebih banyak atau sedikit untuk cenderung mendapatkan kecelakaan adalah berada di dalam situasi yang khusus dan kecenderungan tersebut tidak permanen tetapi bisa berubah sepanjang waktu. 2.2.4 Model Stress Model stress ini menyatakan bahwa kecenderungan mendapatkan kecelakaan kerja akan meningkat.secara khusus oborne (1982) menggambarkan



interaksi



antara



lingkungan



kerja



dengan



kemampuan, ketrampilan dan pengalman individu dalam sebuah model sebuah kecelakaan kerja yang diilustrasikannya didalam sebuah grafik. Oborne berpendapat bahwa banyak kecelakaan kerja terjadi ketika lingkungan kerja termasuk tugas, peralatan, kebisingan, teman sekerja dan sebagainya memiliki tuntutan yang melebihi kemampuan atau yang dapat dikerjakan oleh individu. Teori lain yang masih masuk dalam model stress adalah teori yang memberi postulat bahwa angka kecelakaan kerja akan menjadi lebih tinggi jika taraf stress baik secara psikologis maupun fisiologis melebihi taraf taraf kapasitas individu dalam mengatasi stress tersebut. Jenis stressor ini antara lain kebisingan, pencahayaan yang jelek, kecemasan,kurang tidur,marah dan sebagainya. Pandangan ini disebut sebagai adjustment to stress theory.yang memprediksikan bahwa kecelakaan kerja lebih cenderung terjadi jika arousal individu terlalu rendah (misalnya individu yang underloaded atau bosan) atau arousal individu terlalu tinggi (misalnya overloaded atau memiliki motivasi yang



berlebih-



lebihan)



(Sanders,1993;



Wilson,1990).



Stress



disimpulkan menjadi faktor precipitating bagi terjadinya kecelakaan kerja dan juga memiliki kontribusi untuk periode yang lama pada ketidakmampuan (disability) seseorang. 2.2.5 Model Biologi Penekanan modelbiologi pada kecelakaan kerja dipusatkan pada fungsi fisiologis manusia, yaitu beruhubungan dengan fungsi circadian 8



rhythms dan biological rhythms atau biorhythms. Sesuai dengan cricadian rhythms, maka fungsi fungsi tubuh manusia seperti temperatur, tekanan darah, pernafasan, gula darah, taraf hrrmoglobin, volume urine, koordinasi, diskriminasi sensori, dan fungsi tubuh yang lain bergerak atau bekerja dengan menganut pola 24 jam. Selama 24 jam fungsi tubuh mengalami kenaikan dan penurunan. Pada siang hari mengalami kapasitas yang optimal dan menurun pada malam hari. Penurunan kapasitas tersebut menjadi penyebab kecelakaan kerja. Circadian rhythms telah menjadi pertimbangan bagi manajemen pengaturan shift kerja terutama bagi perusahaan yang beroperasi selama 24 jam (Reamer, 1980). Sedangkan teori biorythms lebih menekankan bahwa pada diri manusia ada suatu siklus yang sudah terjadi sejak lahir bahkan sudah terbentuk ketika masa konsepsi, yaitu siklus fisikal, emosional dan intelektual. Siklus fisikal memiliki panjang 23 hari memiliki pengaruh pada tugas alami fisik, siklus emosional memiliki panjang 28 hari merupakan faktor dalam situasi isi emosi yang tinggi, dan siklus intelektual memiliki panjang 33 hari mempengaruhi pertimbangan dan kesadaran. Setiap siklus memiliki fase tinggi dan rendah.



Teori



ini



mengatakan



bahwa



individu



cenderung



mendapatkan kecelakaan kerja saat dimana hubungan dengan sebuah fase yang rendah dari siklusnya. Hari terjelek kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sangat tinggi adalah ketika saat atau hari itu semua siklus sedang pada fase rendahnya (Reamer, 1980; Landy 1985).



9



Namun dari beberapa penelitian tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara fase biorythms dengan kecelakaan kerja. Sekelompok peneliti yaitu wolcot, Mckeeken, Burgin dan Yanowitch pada tahun 1977 seperti dikutip Landy (1985) meneliti biorythms ketika berada pada fase rendah terhadap kecekalaan penerbangan pada 4 ribu pilot, secara jelas menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak terbukti. Teori biorhythms adalah sebuah teori tabf didasarkan pada interpretasi subyektif dari observasi perilaku manusia dimana siklus yang ada didalamnya tidak dapat diterangkan secara ilmiah dan ahli yang telah melakukan penelitian menyatakan bahwa teori tersebut adalah pure pseudoscientific, condong pada astrologi dan numerologi. Berdasarkan pembahasan diatas bahwa model model penyebab kecelakaan tidak ada model tunggal yang dapat merangkum dan menuntaskan semuanya, oleh karena itu dalam pembahasan ini dalam mendekati permasalahan digunakan model gabungan. Digunakannya model gabungan dirasa lebih menjawab permasalahan karena dalam kenyataannnya kecelakaan kerja secara jelas dihasilkan dari banyak faktor yang saling berinteraksi. Berdasarkan persepsi awal pada bahaya sampai ke perilaku aman dan bahaya yang berhubungan pada bahaya tersebut, model membuat jejak pada proses dan dengan keterampilan, keadaan kognitif, karakteristik kepribadian dan pengalaman yang mengarahkan proses. Misalnya, persepsi padabahaya tergantung pada keterbatasan dan kemampuan manusia, seperti penglihatan manusia. Kesadaran pada bahaya dibentuk oleh memor individu pada pengalaman dan training sebelumnya. Keputusan menghadapi atau menghindari bahaya dipengaruhi oleh sifat sifat kepribadian tertentu dari seseorang dan sikapnya terhadap praktek keselamatan kerja. Kemampuan untuk menghindari bahaya tergantung pada karakteristik individu dan desain fisik dari setting kerja (Dipboye, 1994).



10



2.3



Studi Kasus “Kecelakaan Kerja Area Pertambangan di Kutai Timur” SANGATTA– Jumlah kecelakaan pekerja tambang di Kutai Timur (Kutim) terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari data yang dikeluarkan oleh Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kutim, pada tahun 2014, pihaknya hanya mencatat delapan kecelakaan tambang. Rinciannya, empat kasus di PT. Kaltim Prima Coal, dua di PT. Indominco Mandiri, dan dua di PT. Kitadin. Masing – masing pekerja menderita cedera berat. Sedangkan pada tahun 2015, terhitung sejak Januari hingga pertengahan Desember, tercatat 14 kasus kecelakaan kerja. Dengan rincian, 12 kasus di KPC, dan masing – masing satu kasus di PT. Tambang Damai serta PT. Indomico Mandiri. Sedangkan tiga perusahaan lainnya yang aktif saat ini seperti PT. Indexim Caolindo, PT Perkasa Inakerta dan PT. Santan Batu terlihat nihil. Artinya, jika dikalikan maka jumlah kecelakaan kerja tambang mengalami peningkatan hingga tujuh kasus untuk satu tahun terakhir ini. “Yang meninggal 2 orang, 12 orang lainnya cedera berat”, ujar Kadistamben Wijaya Rahman didampingi Kepala Seksi Teknis dan Pembinaan Pertambangan Andi Palesangi bersama Inspektur Tambang Zainuddin. Jumat (18/12). Namun katanya, dari hasil investigasi lapangan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), rata – rata disebabkan oleh kelalaian pekerja itu sendiri bukan bersumber dari perusahaan setempat. Mulai dari pelanggaran SOP, masalah keluarga, kurang tidur, tidak memperhatikan keamanan kerja, over shif dan berbagai macam masalah lainnya. Meskipun demikian, semua korban kecelakaan mendapat asuransi dari perusahaan dimana dirinya bekerja. Baik korban meninggal maupun yang mengalami cedera berat. Sedangkan pelaku yang dianggap lalai langsung diberikan sanksi tegas dari perusahaan berupa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Karena selain dianggap membahayakan diri sendiri, pekerja lain dan tentunya merugikan perusahaan. 11



2.4



Pembahasan Studi Kasus



2.4.1 Analisis Studi Kasus Sesuai dengan model stress yang menyatakan bahwa kecenderungan mendapatkan kecelakaan kerja akan meningkat jika tugas, lingkungan atau stressor individual menurunkan kapasitas individu dalam memenuhi tuntutan tugas, lingkungan atau stressor individual menurunkan kapasitas individu dalam memenuhi tuntutan tugas, atau jika tuntutan-tuntutan tugas meningkat melebihi jauh diatas kapasitas normal inidvidu. Kasus kecelakaan kerja di atas juga disebabkan oleh stress yang dialami pekerja akibat adanya masalah keluarga serta over shif. Adanya masalah keluarga yang dialami oleh pekerja akan menjadikan seseorang mengalami stress kemudian cenderung mendapatkan kecelakaan kerja, apalagi jika orang tersebut mengalami stress taraf tinggi. Seseorang yang mengalami stress taraf tinggi akan mengalami penurunan kemampuan dan penyimpangan kognitif. Penurunan fungsi kognitif ini dapat merusak performasi seseorang yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.stress disimpulkan menjadi factor precipitating bagi terjadinya kecelakaan kerja dan



juga



memiliki



kontribusi



untuk



periode



yang



lama



pada



ketidakmampuan (disability) seseorang. Sesuai dengan model kepribadian yang menyatakan bahwa individu memiliki beberapa sifat kepribadian yang mempengaruhi atau memberi predisposisi terhadap kecelakaan kerja. Dalam kasus kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan pertambangan yang ada di Kutai Timur faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, contohnya adalah sifat lalai yang ada pada diri pekerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja, seperti pelanggaran SOP, tidak memperhatikan keselamatan kerja. 2.4.2 Solusi Permasalahan Sebaiknya perusahaan melakukan penegakan pelaksanaan SOP serta memberikan sanksi kepada pekerja yang melanggar SOP, melaksanakan tes psikologi dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Perusahaan menyususn shif kerja yang sesuai dengan aturan penyusunan jam kerja dalam K3, serta memberikan waktu istirahat dan



12



waktu libur pada pekerjanya agar pekerjanya agar tidak mengalami stress maupun kelelahan.



13



BAB III. PENUTUP



3.1



Kesimpulan Penyebab kecelakaan kerja dapat ditinjau dari berbagai teori model. Teori Model Belajar menyatakan hampir semua keterampilan dan kemampuan kerja yang berkembang merupakan hasil dari serangkaian proses belajar dan satu prinsip dari model ini yaitu adanya reinforcement. Teori Kognitif menyatakan pencegahan terhadap kecelakan kerja dilakukan dengan proses penyadaran / pemahaman (insight) dan kognitif (pengenalan), misal training. Teori ketiga, Model Kepribadian dimana terdapat dua teori yakni accident proneness dan accident-liability theory. Keempat, Model Stress, menyatakan bahwa kecenderungan mendapatkan kecelakaan kerja akan meningkat jika pekerja mengalami stress. Terakhir, Model Biologi, dipusatkan pada fungsi fisiologis manusia, yaitu berhubungan dengan fungsi circadian rhythms dan biological rhythms atau biorhythms.



14



DAFTAR PUSTAKA



Fuad, F. 2015. Sekilas tentang Kecelakaan Kerja. Diakses pada tanggal 15 Juli 2016 Pukul 15.00 WIB. (Online:http://jurnal-k3lh.web.id/2015/07/01/sekilastentang-kecelakaan-kerja) Khasanah, uswatun. 2013. Teori Kognitif Part 1. Diakses pada tanggal 14 Juli 2016 Pukul 10.00 WIB. (online: http://psikologi.or.id/psikologi-kognitif/teori-kognitif-part-i.htm) Maria, Silvia., Wiyono, Joko., dan Candrawati, Erlisa. 2015. Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care, 3 (2) :916 [serial on line] http://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/download/387/395



[diakses15 Juli 2016] Sujoso,Anita Dewi Prahstuti. 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. UPT Penerbitan UNEJ : Jember. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UMM Press http://poskotanews.com/2016/01/12/menaker-angka-kecelakaan-kerja-masihtinggi/ [diakses 15 Juli 2016] http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/berita/2943/Angka-Kasus-KecelakaanKerja-Menurun.html [diakses 15 Juli 2016]



15



LAMPIRAN



16