Teori Sigmund Freud Kel 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Teori Kepribadian “Sigmund Freud” Dosen Pembimbing: Nuraini, M.Pd.



Disusun Oleh: Almahdi Bayu Nugraha



1601015139



Hana Atikah



1601015075



Nur Rizqillah Al-Maulidah 1601015116 Kelas 3D



PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2017



KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan pokok bahasan “Teori Kepribadian Sigmund Freud”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian. Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi para mahasiswa, untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang mengembangkan strategi dan metode pembelajaran. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar cara berkelompok kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan sehingga mahasiswa memahami teori dari masing-masing pakar, memahami struktur dan dinamika kepribadian serta mengetahui perkembangan kepribadian ditinjau dari seorang Ahli Sigmund Freud itu sendiri. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan pengembangan penyusunan tugas makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi pedoman dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang.



Jakarta, 3 Oktober 2017 Penyusun Kelompok 2



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3 A. B. C. D.



Latar Belakang Sigmund Freud .................................................................. Tingkat kepribadian dan Struktur Kepribadian Sigmund Freud .................. Perkembangan Kepribadian Sigmund Freud ............................................... Dinamika Kepribadian Sigmund Freud ....................................................... 1. Insting Sebagai Energi Psikis 2. Jenis-jenis insting 3. Kecemasan 4. Mekanisme Pertahanan diri E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Kepribadian ............................................. F. Implikasi dan Implementasi Teori Kepribadian dalam BK ......................... BAB III PENUTUP ............................................................................................... SIMPULAN ............................................................................................................ SARAN ................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. LAMPIRAN ............................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke-21 terdapat empat psikologi yang menonjol, salah satu diantaranya yaitu psikoanalisis. Keberjayaan psikoanalisis antara lain disebabkan oleh para tokohnya yaitu Freud, Jung, dan Lacan, yang benar-benar menguasai baik psikologi maupun psikiatri. Sigmund Freud merupakan orang Jerman keturunan Yahudi, lahir 6 Mei 1856 di Freiberg dan meninggal di London 23 September 1939. Psikoanalisis mulai diperkenalkan oleh Freud pada buku pertamanya yaitu penafsiran atas mimpi (Dream Interpretation) pada tahun 1900. Psikoanalisis dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner di bidang psikologi, mulai dari suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan caracara fisik hingga menjelma menjadi sebuah konsepsi baru tentang manusia. Tokoh utama psikoanalisis ialah Sigmund Freud. Konsep Freud yang anti rasionalisme mendasari tindakannya dengan motivasi yang tidak sadar, konflik dan simbiolisme sebagai konsep primer. Manusia secara esensial bersifat biologis, terlahir dengan dorongan-dorongan instingtif. Hipotesis pokok analisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif-motif tidak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia.



B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana latar belakang seorang tokoh Sigmund Freud? 2. Apa saja struktur kepribadian dan bagaimana dinamika kepribadian Sigmund Freud? 3. Bagaimana perkembangan kepribadian Sigmund Freud? 4. Bagaimana mekanisme pertahanan diri? 5. Apa saja kelebihan dan kelemahan teori kepribadian? 6. Bagaimana implikasi dan implementasi teori kepribadian dalam Bimbingan dan Konseling?



C. TUJUAN PENULISAN 1. Mengetahui latar belakang tokoh Sigmund Freud, dan dapat mengetahui pentingnya teori psikoanalisis. 2. Mengetahui serta memahami macam-macam struktur kepribadian dan dinamika kepribadian beserta penjelasannya. 3. Mengetahui tahapan-tahapan perkembangan kepribadian 4. Mengetahui dan memahami macam-macam mekanisme pertahanan diri. 5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada pada teori kepribadian Sigmund Freud. 6. Dapat mengimplementasikan teori kepribadian Sigmund Freud dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadikan bahan evaluasi terkait hal-hal yang belum sesuai dengan kepribadian individu.



BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Sigmund Freud Teori psikoanalisis pertama kali dikembangkan oleh Sigmund Freud, seorang psikiater kebangsaan Austria. Sigmund Freud dilahirkan 6 mei 1858 di sebuah kota kecil, Freiberg, Moravia. Ayahnya adalah seorang pedagang wol yang mempunyai pikiran yang tajam dan memiliki selera humor yang baik. Ibunya adalah seorang wanita lincah dan merupakan istri kedua, yang usianya 21 tahun lebih muda daripada suaminya. Ketika ia berusia sekitar empat tahun, keluarganya pindah ke Wina. Di sanalah Freud menghabiskan sebagian besar kehidupannya. 1 Sigmund Freud adalah seorang anak yang cemerlang dan selalu juara kelas. Dia kuliah di Fakultas Kedokteran Wina, dan membuat penelitian di bawah bimbingan Ernst Brϋcke, seorang profesor fisiologi. Brϋcke percaya reduksionisme: “Tidak ada kekuatan lain daripada fisik-kimia umum yang aktif dalam organisme”. Freud banyak menghabiskan waktunya untuk melakukanpenelitian dalam bidan neurologi (ilmu syaraf). Awal kariernya dimulai ketika dia lulus sebagai dokter tahun 1881 dari Fakultas Kedokteran Wina, Freud meminati ilmu faal, dan banyak melakukan penelitian pada bidang tersebut. Pada tahun 1884 dia mulai bekerja pada bagian gangguan syaraf (Departement of Nervous Desease), dan tahun 1885 dia mulai belajar hipnosis kepada jean Martin Charcot di Paris, Perancis. Charcot adalah seorang neurolog (ahli syaraf) yang banyak mempergunakan teknik hipnosis dalam proses penyembuhan histeria. Freud sangat tertarik pada kasus-kasus histeria dan mulai menggunakan teknik hipnosis untuk praktik pengobatan yang dilakukannya. Setelah menghabiskan waktu yang singkat sebagai ahli neurologi dan direktur sebuah rumah sakit anak-anak di Berlin, ia kembali ke Wina dan menikah dengan Martha Bernays, kemudian berpraktik dalam bidan neuropsychiatry atas bantuan Joseph Breuer. Melalui buku-buku dan berbagai ceramahnya, Freud mulai banyak dikenal. Meskipun memiliki cara beripikir yang berlawanan dengan mainstream berpikir masyarakat medis pada saat itu, dia banyak mendapat simpati dan dukungan dari peminatnya. Inilah cikal



1



Dede Rahmat Hidayat. Psikologi Kepribadian Dalam Konseling. Bogor: Ghalia Indonesia. 2011. Hlm. 23.



bakal dari gerakan psikoanalisis. Sayangnya, Freud tidak menyukai orang-orang yang tidak sepenuhnya setuju dengan pendapatnya. Beberapa orang yang dulunya akrab pun kemudian berpisah. Teori



psikoanalisis



adalah



salah



satu



teori



kepribadian



yang



paling



berpengaruh,tidak hanya pada bidang psikologi, tetapi juga pada ilmu-ilmu lain, termasuk antropologi dan sosiologi. Bahkan, implementassinya dapat ditemui dalam berbagai praktik kehidupan, seperti manajemen dan iklan. Dalam dunia konseling, teori ini sangat memberikan pengaruh



yang kuat dalam memandang manusia dan beberapa



implementasinya dalam praktik konseling.2 Istilah psikoanalisis muncul pada tahun 1896, yang artinya adalah upaya untuk memengaruhi proses-proses psikologis dengan cara psikologis (Gunarsa, 1992). Pembahasan mengenai teori psikoanalisis tidak dapat dipisahkan dengan tokoh yang membangun teori ini, yaitu Sigmund Freud. Pengalaman subjektif Sigmund Freud sangat berkontribusi pada lahirnya konsep kepribadian dalam psikoanalisis.



B. Tingkat dan Struktur Kepribadian 1. Tingkat Kepribadian menurut Sigmund Freud Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalam setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya. Enam elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah sebagai berikut: a. Alam Sadar (Conscious) Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan dan ingatan) yang masuk ke kesadaran 2



Ibid. hlm. 23



(consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal (rangsangan). Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan kedaerah perconscious atau unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke cue (rangsangan) yang lain. 3 Kesadaran merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh. Melalui kesadarannya, individu mengetahui siapa dia, sedang apa dia, sedang dimana dia, apa yang terjadi disekitarnya, dan bagaimana dia memperoleh yang diinginkannya. Menurut Freud, kesadaran merupakan aspek yang sangat terbatas dalam kepribadian, karena hanya menempati porsi yang kecil dari pemikiran, perasaan, dan ingatan yang berada dalam tingkat kesadaran pada setiap waktunya. Freud menggambarkan pikiran itu seperti gunung es. Kesadaran berada dalam porsi yang paling atas, sedangkan yang muncul dipermukaan hanya bagian ujung dari es.4 b. Alam Bawah Sadar (Preconscious) Disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan taksadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi materi daerah taksadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar menangkap bahaya yang bisa timbul akibat kemunculan materi tak sadar materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi taksadar yang sudah berada di daerah prasadar itu bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahanan diri. 5 Prasadar merupakan lapisan jiwa dibawah kesadaran, dan berada di tengah antara sadar dan tidak sadar. Prasadar sebagai penampungan dari ingataningatan yang tidak dapat diungkap secara cepat, dapat diingat kembali bila 3



Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. 2009. Hlm. 13 Dede Rahmat Hidayat. Op.cit. hlm. 27. 5 Alwisol. Op. cit. hlm 14. 4



diusahakan. Misalnya: kita lupa seseorang yang baru saja ditemui. Pada kesempatan lain, tiba-tiba orang tersebut menyapa, dan kita masih samar mengingat namanya, meski ada perasaan pernah bertemu dengan orang tersebut. Untuk mengingat nama orang tersebut, dibutuhkan sedikit konsentrasi dan asosiasi tertentu.6 c. Tak Sadar (Unconscious) Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkah laku sangat kuat namun tetap tidak disadari. Contoh dari Alam tak sadar yakni sebagai berikut: tidur, pingsan, koma, orang yang terhipnotis dan lain-lain.7 2. Struktur Kepribadian Sigmund Freud a. Id Id (dalam bahasa Jerman Jerman disebut das es) merupakan komponen kepribadian yang primitif dan instingtif. Id berorientasi pada prinsip kesenangan (pleasure principle). Prinsip ini pada dasarnya merupakan cara untuk mereduksi (menurunkan) ketegangan. Prinsip kesenangan merujuk kepada pencapaian kepuasan segera dari dorongan biologis. Dalam penjelasan Freud, id merupakan sumber energi psikis yang menggerakan kegiatan psikis manusia, karena berisi insting-insting, baik insting hidup (eros) yang menggerakan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan biologis (seperti makan, minum, tidur, hubungan seks dan



6 7



Dede Rahmat Hidayat. Loc.cit. hlm. 27. Alwisol. loc. cit. hlm. 14



lain-lain) dan juga insting kematian (tanatos) yang menggerakan tingkah laku agresif. Ide bersifat primitif dan tidak logis atau tidak rasional. 8 Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh dua cara (proses), yaitu melalui refleks dan proses primer (the primary process). Refleks merupakan reaksi-reaksi psikologis yang lebih rumit. Proses primer berusaha mengurangi ketegangan dengan cara membentuk khayalan (berfantasi) tentang objek atau aktivitas yang akan menghilangkan ketegangan tersebut. Misalnya: pada saat lapar menghayalkan makanan; pada saat dendam menghayalkan kegiatan balas dendam. Kehadiran objek yang diinginkan dalam bentuk



maya



(hayalan),



sebagai



pengalaman



halusinasi



dinamakan “Wishfullfillment”, contoh yang terbaik tentang proses primer ini adalah mimpi (dream). b. Ego Ego (dalam bahasa Jerman disebut das ich) merupakan aspek psikologi kepribadian. Ia menjadi eksekutif dari kepribadian. Selain itu, ia juga yang membuat keputusan mengenai insting-insting mana yang akan dipuaskan dan bagaimana cara memuaskannya. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality principle). Ego berperan sebagai mediator antara id (keinginan untuk mencapai kepuasan) dan kondisi lingkungan atau dunia nyata. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah ketegangan sampai mendapatkan objek yang dapat memenuhi kepuasan atau dorongan dari id.9 Ego menurut Freud seperti joki penunggang kuda yang harus menghindar dari masalah, ego harus berusaha menjinakan dorongan id yang tak terkendali. Seperti halnya id, ego pun mempunyai keinginan untuk memaksimalkan pencapaian kepuasan, hanya dalam prosesnya, ego berdasarkan pada “secondary process thinking”. Hal yang harus diperhatikan dari ego ini adalah bahwa:



8 9



Dede Rahmat Hidayat. Op. cit. hlm. 28. Ibid. hlm. 28.



1) ego merupakan bagian dari id yang kehadirannya bertugas untuk memuaskan kebutuhan id, bukan untuk mengecewakannya, 2) seluruh energi (daya) ego berasal dari id,sehingga ego tidak terpisah dari id, 3) peran utamanya menengahi kebutuhan id dan kebutuah lingkungan sekitar, 4) ego



bertujan



untuk



mempertahankan



kehidupan



individu



dan



pengembangbiakannya. c. Super Ego Super ego (dalam bahasa Jerman disebut das ueber ich) merupakan aspek sosial dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian. Berisi komponen moral dari kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Super ego mulai berkembang pada



usia



3



sampai



dengan



5



tahun.



Pada



usia



ini,



anak-anak



memperoleh (rewards) atas kepatuhannya dan medapatkan hukuman atas pembangkangannya. Keduanya akan mengarahkan tingkah laku agar sesuai dengan keinginan atau ketentuan (dalam hal ini adalah orang tuanya). Tingkah laku yang yang salah (artinya tidak sesuai ketentuan norma) akan mendapatkan hukuman. Proses ini akan menumbuhkan kata hati (conscience) anak, sedangkan perintah untuk berbuat baik (tingkah laku yang sesuai dengan aturan) akan mendapatkan hadiah (reward), mungkin berupa pujian. Peristiwa ini akan membentuk ego ideal anak. Mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal ini disebut dengan introjeksi. Introjeksi dapat diartikan sebagai proses penerimaan anak terhadap norma-norma dan kode moral dari orang tua. Super ego berfungsi untuk: 1) merintangi dorongan-dorongan id, terutama dorongan seksual dan agresif, karena dalam perwujudannya sangat dikutuk masyarakat, 2) mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuantujuan moralistik, 3) mengejar kesempurnaan (perfection). Ketiga komponen dalam struktur kepribadian tersebut merupakan suatu sistem kepribadian yang bekerja sebagai suatu sistem yang dikoordinasikan oleh ego.



C. Perkembangan Kepribadian Sigmund Freud Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yang merujuk pada perkembangan seksual, sehingga lebih dikenal dengan perkembangan psikoseksual. Menurutnya, tahap perkembangan psikoseksual terdiri atas berikut ini.10 1. Tahap Oral (0-1 Tahun) Oral berasal dari kata oris, artinya ‘mulut’. Tahap oral terjadi pada awal kehidupan manusia, yaitu usia 0 – 1 tahun. Pada tahapan ini, mulut menjadi sumber kenikmatan erotis, karena libidu didistribusikan ke daerah sekitar mulut. Perbuatan mengisap dan menelan menjadi metode utama untuk mencapai kepuasan. Pada tahap ini, anak akan menikmati outing ibunya dan memasukan benda ke dalam mulutnya, seperti mengisap jempol ataupun dot. 2. Tahapan Anal (1 – 3 tahun) Anal berasal dari kata anus, artinya ‘dubur’. Dubur menjadi sumber kenikmatan erotis pada masa ini, karena libido didistribusikan ke daerah sekitar anus. Pada saat anus anak penuh dengan ampas makanan, akan memerlukan pelepasan. Peristiwa buang air besar (BAB) merupakan pencapaian kepuasan dan memberikan rasa nikmat. Peristiwa ini disebut dengan erotik anal. Setelah anak mengalami proses penyapihan, anak mulai harus menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan (terutama orang tua), seperti hidup bersih, tidak mengompol, dan tidakBAB di sembarang tempat. Pada saat ini, orang tua harus mengenalkan cara penyesuaiaan tersebut melalui latihan kebersihan (toilet training), yaitu usaha sosialisasi nilai-nilai sosial pertama yang sistematis seagai upaya untuk mengontrol dorongan-dorongan biologis anak. Ada beberapa kemungkinan cara untuk memberikan latihan kebersihan, antara lain: sikap keras, memuji, dan memberikan pengertian. Ketiga cara tersebut akan memberikan dampak positif pada perkembangan. 3. Tahapan Phallik (4 – 5 tahun) Phallik berasal dari kata phallus, artinya ‘zakar’. Pada usia ini anak mulai memerhatikan atau mulai senang memainkan alat klaminnya sendiri, seperti memijit – mijit bahkan mungkin melakukan mastrubasi. Pada tahap ini, terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama terkait dengan kehidupan psikososial keluarga 10



Dede Rahmat Hidayat. Op. cit. hlm. 34.



atau perlakuan terhadap anak. Anak mulai berperilaku “selfish” atau mementingkan diri sendiri, atau lebih berorientasi kepada diri sendiri. 4. Tahap Latensi (6-12 tahun) Disebut latensi karena pada tahap ini merupakan tahap tenang, secara seksal. Segala sesuatu yang berhubungan dengan seks dihambat atau ditekan (repress). Periode ini merupakan masa tertahannya dorongan-dorongan seks dan agresif. Pada masa ini, anak mengembangkan kemampuan bersublimasi (mengalihkan dorongan yang tidak seusai dengan sesuatu yang lebih konstruktif dan baik), misalnya dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah dan berolahraga. Anak sudah mulai mengembangkan relasi sosial melalui perhatian dan pertemanan. Pada masa ini, mereka tidak memiliki perhatian khusus terhadap jenis kelamin yang berbeda, sehingga akan terjadi kelompok yang hanya terdiridari satu jenis kelamin, anak laki-laki dengan anak lakilaki dan perempuan dengan perempuan. tahap ini merupakan masa perluasan kontak sosial dengan orang-orang di luar keluarganya. Dengan demikian, proses identifikasi juga mengalami perluasan, yang semula objek identifikasinya adalah orang tua, akan meluas kepada guru, toko sejarah, mungkin juga para artis, dan tokoh-tokoh terkenal lainnya, seperti olahragawan atau tokoh khayalan. 5. Tahap Genital (12 atau 13 tahun) Pada saat ini, anak mulai masuk periode remaja yang ditandai dengan kematangan organ reproduksi. Pada masaini, insting seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif mencintai orang lain atau mulai mengembangkan motif alturis (keinginan untuk memerhatikan orang lain). Motif-motif tersebut mendorong anak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok. Masa ini ditandai dengan proses pengalihan perhatian dari mencari kepuasan atau kenikmatan sendiri, kepada kehidupan sosial orang dewasa yang berorientasi kepada kenyataan. Tahapan Oral



Umur Lahir-1 tahun



Anal



1-3 tahun



Phallic



4-5 tahun



Karakteristik Mulut merupakan zona erotik utama, sumber kepuasanadalah mengisap, id sangat dominan Toilet training (realitas eksternal) tercampur dengan menunda untuk pengeluaran Fantasi incest, oedipus complex, kecemasan, super ego berkembang



Latensi Genital



5tahun-pubertas Remaja-dewasa



Periode terjadi proses sublimasi insting seks Perkembangan identitas peran seks dan hubungan sosial dewasa



D. Dinamika Kepribadian Sigmund Freud Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.11 1. Insting sebagai Energi Psikis Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan misalnya insting lapar berasal dari kebutuhan tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan secara psikologis dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau motivasi, atau dorongan dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan enerji dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan enerji yang tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian. Enerji insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya: a. Sumber insting adalah: kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar. b. Tujuan Insting adalah: menghilangakan rangsangan kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi dapat ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah menghilangkan keadaan kekurangan makan, dengan cara makan. c. Obyek insting adalah: segala aktivitas yang menjadi perantara keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk pula cara-cara memenuhi kebutuhan yang timbul karena



11



Alwisol. Op.cit. hlm 18.



isnting itu. Misalnya, obyek insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi kegiatan mencari uang, membeli makanan dan menyajikan makanan itu. d. Pendorong atau penggerak insting adalah: kekuatan insting itu, yang tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan. Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu) penggerak insting makannya makin besar. 2. Jenis-jenis Insting a. Insting Hidup (life Instinct) Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar,haus dan seks. Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu disebut “libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling diutamakan adalah insting seksual (terutama pada masa-masa permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu sebenarnya insting seksual bukanlah hanya untuk satu insting saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena ada bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan keinginan-keinginan erotis. b. Insting Mati (Death Instinct) Insting mati disebut juga insting-insting merusak (destruktif). Insting ini berfungsinya kurang jelas jika dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga. Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan semua hidup adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi. Insting hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan menggigit, menguyah dan menelan makanan.



3. Kecemasan Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego karena memberi sinyal ada bahaya di depan mata. Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi ancaman. Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral. Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan neurosis, sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan kecemasan moral, dan ketergantungannya pada dunia luar mengakibatkan kecemasan realistis. a. Kecemasan Realistis adalah: takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotis dan kecemasan moral. b. Kecemasan Neurotis adalah: ketakutan terhadap hukuman yang bakal diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman. Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua belum tentu mengetahui pelanggaran yang dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi, hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotis bersifat khayalan. c. Kecemasan Moral adalah: kecemasan kata hati, kecemasan ini timbul ketika orang melanggar standar nilai orang tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan



masalahnya sedang pada kecemasan neurotis orang dalam keadaan distres – terkadang panik sehingga mereka tidak dapat berfikir jelas.



4. Mekanisme Pertahanan Diri Freud pertama kali mengembangkan pemikiran tentang mekanisme pertahanan diri (defense mechanisms) ini pada tahun 1926. Sekalipun mekanisme pertahanan ini normal dan digunakan secara universal, apabila digunakan secara ekstrem maka mekanisme-mekanisme ini akan mengarah pada perilaku yang kumpulsif, repetitive, juga neurotis. Mekanisme-mekanisme pertahanan utama yang diidentifikasi oleh Freud mencakup represi, pembentukan reaksi, pengalihan, fiksasi, regresi, proyeksi, introyeksi, dan sublimasi (Jess Freist, 2014:39). a.



Represi Mekanisme pertahanan yang paling dasar, karena muncul juga pada bentukbentuk mekanisme pertahanan lain adalah represi (repression). Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk ke alam tidak sadar. Dalam banyak kasus represi ini bisa muncul sepanjang hidup. Contoh, seorang perempuan muda bisa selamanya menekan rasa amarah pada adik perempuannya karena rasa benci tersebut melahirkan kecemasan yang terlalu besar (Jess Freist, 2014:40).



b.



Pembentukan Reaksi Mekanisme pertahanan seperti ini disebut sebagai pembentukan reaksi (reaction formation). Perilaku reaktif ini bisa dikenali dari sifatnya yang berlebihlebih dan bentuk yang obsesif juga kompulsif. Contoh, seorang perempuan muda yang sangat marah dan benci pada ibunya, oleh karena ia tahu bahwa masyarakat menuntut anak untuk sayang kepada orang tuanya, maka kesadaran akan rasa benci pada sang ibu akan membuatya kecemasan yang besar (Jess Freist, 2014:40).



c.



Pengalihan Freud menyakini bahwa pembentukan reaksi terbatas hanya pada satu objek tunggal. Akan tetapi, pada pengalihan (displacement), orang bisa mengarahkan dorongan-dorongan yang tidak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi. Pada tulisan-tulisannya, Freud menggunakan istilah “pengalihan” untuk berbagai hal dalam pembahasan. Contoh, dorongan kompulsif untuk matsurbasi yang diganti menjadi perilaku mencuci tangan yang kompulsif. Pengalihan juga terlibat dalam pembentukan mimpi. Misalnya ketika seseorang yang bermimpi memiliki dorongan-dorongan destruktif terhadap orang tuanya dimana dorongan tersebut muncul dalam bentuk seekor anjing atau serigala (Jess Freist, 2014:41).



d.



Fiksasi Secara umum pertumbuhan psikis lazimnya bergerak secara kontinu melalui serangkaian tahap perkembangan. Akan tetapi proses pendewasaan secara psikologis tidaklah bebas dari momen-momen yang penuh dengan stres maupun kecemasan. Jika melangkah ketahap perkembangan lebih lanjut memunculkan kecemasan yang begitu besar, maka ego bisa mengambil strategi untuk tahap bertahan ditahap psikologis saat ini yang lebih nyaman. Secara teknis fiksasi merupakan keterkaitan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebelumnya yang lebih primitif, serupa dengan mekanisme pertahanan lainnya fiksasi bersifat universal. Contoh, orang-orang yang terusmenerus mendapatkan kepuasan lewat makan, merokok atau bicara (Jess Freist, 2014:41).



e.



Regresi Pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu dimasa-masa penuh stres dan kecemasan, libido bisa kembali ketahap yang sebelumnya. Langkah mundur ini dikenal sebagai regresi (regression). Regresi ini juga sering kali terjadi pada anak sulung dan orang dewasa. Contoh, anak yang sudah disapih total bisa mundur dan menuntut minum dari botol atau menghisap puting susu pada saat adiknya lahir. Perhatian yang diberikan pada adik bayi tersebut merupakan



ancaman bagi si kaka. Regresi ini juga sering kali terjadi pada anak sulung dan orang dewasa (Jess Freist, 2014:42). f.



Proyeksi Manakala dorongan dari dalam menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego biasanya mengurangi rasa cemas tersebut degan mengarahkan dorongan yang tak diinginkan ke objek eksternal, biasanya kepada orang lain. Mekanisme pertahanan proyeksi (projection) didefinisikan sebagai melihat dorongan atau perasaan orang lain yang tidak dapat diterima, padahal sebenarnya perasaan atau dorongan tersebut ada di alam tidak sadar diri sendiri. Jenis proyeksi ekstern adalah paranoid (paranoia), yaitu kelainan mental yang ditandai dengan pikiran-pikiran keliru (delusi) yang begitu kuat berupa rasa cemburu terhadap orang lain dan merasa dikejar-kejar oleh orang lain. Paranoid tidak selalu muncul akibat proyeksi, tetapi merupakan jenis ekstrem dari proyeksi. Menurut Freud perbedaan penting antara proyeksi dan paranoid adalah paranoid selalu ditandai dengan perasaan homokesusalitas yang ditekan terhadap pihak yang dianggap mengejar-ngejar orang tersebut. Contoh, seorang pria secara konsisten mengartikan tindakan dari wanita yang lebih tua sebagai upaya untuk menggoda dirinya. Secara sadar, pikiran melakukan hubungan seksual dengan wanita yang lebih tua membuat pria itu jijik, tetapi tersembunyi dialam tidak sadar terdapat ketertarikan erotis pada wanita-wanita tersebut (Jess Freist, 2014:42).



g.



Introyeksi Sementara proyeksi mencakup pengarahan dorongan yang tidak diinginkan ke objek eksternal, introyeksi (introjection) adalah mekanisme pertahanan dimana sesorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke egonya sendiri. Contoh, seorang remaja yang melakukan introyeksi atau mengadopsi perilaku, nilai, atau gaya hidup seorang bintang film (Jess Freist, 2014:43).



h.



Sublimasi Masing-masing dari mekanisme membantu individu melindungi ego dari kecemasan, menurut Freud mekanisme sublimasi dapat diterima baik oleh individu maupun kelompok sosial. Sublimasi (sublimation) merupakan represi dari tujuan genital dari Eros dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa



diterima, baik secara kultural ataupun sosial. Tujuan sublimasi diungkapkan secara jelas terutama melalu pencapaian kultural kreatif. Contoh, segala bentuk hubungan antara manusia dan aktivitas-aktivitas sosial lainnya, diantarnya seni, musik, dan sastra (Jess Freist, 2014:43). i.



Pemindahan / Displacement Pemindahan / displacement adalah penggantian sebuah pemuas kebutuhan dengan pemuas kebutuhan lain. Contoh, ego menggunakan suatu objek yang tersedia untuk mensubstitusi objek yang tidak tersedia, atau memakai objek yang tidak menimbulkan kecemasan untuk mensubstitusi objek yang menyebabkan kecemasan.



j.



Identifikasi Freud menggunakan istilah identifikasi lewat dua acara. Yang pertama yaitu proses dimana ego berusaha mencocokkan objek dan kejadian dilingkungan dengan keinginan-keinginan subjektif id. Istilah identifikasi juga digunakan untuk menjelaskan kecenderungan bagi meningkatnya perasaan-perasaan berharga pribadi dengan meleburkan diri secara psikologis seseorang yang lain, kelompok, atau lembaga yang dianggap sebagai teladannya. Contoh, mengenakan kaos atau jaket bergambar logo tim, bisnis, atau lembaga (Matthew H Olson, 2011:64).



k.



Penyangkalan Realitas Mekanisme ini melibatkan penyangkalan sejumlah fakta dalam hidup seseorang tak peduli berapa banyak bukti yang bisa ditemukan dalam realitas. Contoh, penolakan untuk mempercayai bahwa seseorang yang dicintainya sudah meninggal, mengakui sifat-sifat negative kekasih dan menolak untuk menyakini jika cuaca buruk seseorang mengemudi adalah suatu kecelakaan. Dari definisi ini seseorang yang menggunakan mekanisme penyangkalan realitas tidak bersentuhan minimal dengan beberapa aspek realitas dan yang seperti ini dapat mengganggu fungsi normalnya (Matthew H Olson, 2011:64).



l.



Penebusan Mekanisme pertahanan ego yang ini seseorang yang sudah telanjur melakukan suatu tindakan yang tidak bisa diterima atau berpikir untuk melakukannya, lalu terlibat di



aktivitas-aktivitas lain secara ritualistik



dimaksudkan untuk menembus atau menggagalkan tidakan sebelumnya, lewat penembusan seolah manusia berusaha menghapus suatu tindakan secara magis dengan tindakan yang lain. Contoh, seorang pria yang telah memukuli kekasih atau istrinya, menyatakan penyesalan mendalam, menyatakan cintanya yang besar atau membelikannya hadiah (Matthew H Olson, 2011:65). m. Rasionalisasi Mekanisme pertahanan ini, manusia menjelaskan atau mengjustifikasi secara rasional perilaku-perilaku atau pikiran-pikiran yang malah dapat membangkitkan kecemasan. Ego berdalih lewat hasil-hasil yang logis (meski keliru) sehingga akan menjadi terasa menganggu jika tidak dijelaskan lewat cara tertentu. Contoh, seekor rubah yang melihat setandan anggur bergantungan didahan-dahan pohon yang cukup tinggi, ia pun mengerahkan segala kekuatan untuk bisa menggapainya namun tidak ada yang berhasil, akhirnya si rubah pergi sambal mengerutu atau sesuatu yang mungkin tidak begitu menarik berhasil diraihnya akan dibesarbesarkan dan dipujinya (Matthew H Olson, 2011:67). n.



Intelektualisasi (disebut juga pengisolasian Afeksi) Mekanisme pertahanan ego yang ini ide yang akan menyebabkan rasa stress dicabut dari kandungan emosionalnya lewat analisis intelektual. Penggunaan intelektualisasi bisa ditemukan saat manusia berusaha menetralkan topik-topik seperti meninggalnya seorang yang dicintai, berpisah dari kekasih, sakit berat atau kehilangan pribadi yang besar. Contoh, memahami hakikat medis kanker dengan suatu cara yang logis dan berjarak, dapat diminimkan hakikat emosi negatif yang dialami seseorang terhadap penyakit itu (Matthew H Olson, 2011:68).



o.



Penyerahan Diri Altruistik Mekanisme pertahanan ini ego berusaha meminimkan rasa frustrasi dan kecemasan yang berkaitan dengan perbuatan keputusan yang penuh tanggung jawab di dalam hidup lewat pengidentifikasi ideal dengan orang lain yang dianggap unggul dan kemudian berusaha hidup sesuai nilai-nilai yang dianut orang itu (Matthew H Olson, 2011:69).



p.



Pengidentifikasi Diri dengan Agresor



Mekanisme pertahanan ego ini, seseorang menginternalisasikan nilai-nilai dan perilaku individu yang ditakuti sehingga meredeksi keberadaan orang itu sebagai ancaman. Mekanisme ini mungkin menjelaskan kenapa sandera dapat mengembangkan sebuah afeksi terhadap penyanderanya (Matthew H Olson, 2011:69). q.



Disosiatif / Dissociation Beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan diutus atau diubah. mekanisme dimana suatu kumpulan proses-proses mental dipisahkan atau di asingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek, misalnya pada selektif amnesia. Contoh. rasa sedih karena kematian seorang kekasih dikurangin dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang ia sudah tidak menderita lagi”.



r.



Fantasi/khayalan/image Suatu proses melamun atau tindakan berhayal untuk memberikan pelarian dari kenyataan dengan kepuasan yang diperoleh dari pencapaian-pencapaian kenikmatan yang bersifat hayalan atau mati sebagai pahlawan yang tidak berdosa. Contoh : seorang anak yang kurang pandai, lalu berhayal ingin menjadi seorang dokter.



s.



Konversi Mekanisme di mana konflik emosional memperoleh ekspresi luar melalui manifestasi motorik, sensorik, somatik. Contoh : saat stress mudah marah-marah atau teriak-teriak.



t.



Simpatisme Berusaha mendapatkan simpati dengan jalan menceritakan berbagai kesukarannya, misalnya penyakit atau kesulitan-kesulitan lainnya bila ada yang menyatakan simpati kepadanya maka rasa harga dirinya diperkuat. Contoh : seorang siswa yang mengeluh dia tidak mempunyai buku pelajaran karena faktor ekonomi keluarganya yang tidak bisa membelikannya.



E. Kelebihan dan Kelemahan Teori Kepribadian 1. Kelebihan



Beberapa kelebihan konseling pendekatan psikoanalisis menurut Shertzer & Stone (1980: 202) adalah: a. Freud membuat jelas bahwa manusia sering berpikir dan berperilaku dengan dorongan yang tidak mereka akui, b. Freud berani dan tanggap melakukan observasi yang membuahkan teori kepribadian pertama dan teknik psikoterapi pertama yang efektif, c. Freud mengidentifikasi pengaruh dini bentuk perkembangan kepribadian yang berimplikasi pada perkembangan anak, d. Freud mengembangkan model mewawancara sebagai kendaraan konseling, e. Freud adalah salah satu yang pertama yang menekankan pentingnya sikap yang ditunjukkan konselor saat proses konseling, f. Psikoanalisis menyatakan sebuah sistem yang memiliki kesesuaian yang tinggi antara teori dan teknik. 2. Kelemahan Teori psikoanalisis tidak lepas dari kritik tokoh-tokoh lain. Beberapa kelemahan teori psikoanalisis menurut Hall & lindzey (1970: 68) adalah Freud menjelaskan bahwa perilaku seseorang hanya disebabkan oleh dorongan-dorongan seksual. Kelemahan yang lain dari teori psikoanalisis adalah prosedur empiris validasi hipotesis yang dibuat oleh Freud. Ini ditunjukkan dengan observasi yang dilakukan Freud dalam kondisi yang tidak terkontrol. Freud mengakui bahwa dia tidak membuat langsung verbatim selama proses konseling, akan tetapi membuatkan beberapa jam setelah proses konseling. Kelemahan lain dari konseling psikoanalisa antara lain: a. Terlalu meminimalkan rasionalitas, b. Data penelitian yang bersifat empiris kurang banyak mendukung sistem psikoanalisa, c. Bahwa perilaku ditentukan oleh energi psikis (sesuatu yang meragukan), d. Penyembuhan dalam psikoanalisa terlalu bersifat rasional dalam pendekatan, e. Pandangan yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan, f. Terlalu menekankan pengalaman pada masa kanak-kanak.



F. Implikasi dan Implementasi Teori Kepribadian dalam BK 1. Implikasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) arti kata implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat, sedangkan menurut para ahli, pengertian implikasi adalah suatu konsekuensi atau akibat langsung dari hasil penemuan suatu penelitian ilmiah. Jadi implikasi



teori



kepribadian



Sigmund



Freud



mengenai



psikoanalisis



dapat



berkontribusi dengan beberapa bidang lain yakni: bidang psikopatologi, psikoterapi, psikosomatis dan pengasuhan anak. Namun pada dasarnya psikoanalisis dapat memberi sumbangan dalam berbagai bidang kemanusiaan, seperti masalah persekolahan, narapidana, kemiliteran, advertensi, sosial-antropologi, kreativitas, seni, dan sebagainya. 2. Implementasi a. Tujuan Sesuai dengan asumsi-asumsi dasar tentang sifat dasar manusia yang dipegang, konseling psikoanalisa bertujuan untuk membantu individu (konseli) agar mampu mengoptimalkan fungsi ego dengan cara mencapai keseimbangan psikologis. Keseimbangan psikologis ini dicapai dengan cara meniadakan kecemasan atau menangani konflik-konflik intrapsikis. Baker (1985) mengemukakan lima tujuan khusus konseling psikoanalisa, yakni membantu individu agar mampu untuk : 1) Meningkatkan kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls dan berbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional, 2) Memperkaya sifat dan macam mekanisme pertahanan egosehingga lbih efektif, lebih matang, dan lebih dapat diterima, 3) Mengembangkan perspektif yang lebih berlandaskan pada assesmen realitas yang jelas dan akurat dan yang mendorong penyesuaian, 4) Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yang akrab dan sehat dengan cara yang menghargai hak-hak pribadi dan orang lain, 5) Menurunkan sifat perfeksionis (mengejar kesempurnaan) rigid (kaku), dan punitive (menghukum).



BAB III PENUTUP A. SIMPULAN Teori psikoanalisis adalah salah satu teori kepribadian yang paling berpengaruh, tidak hanya pada bidang psikologi, tetapi juga pada ilmu-ilmu lain.Bahkan, implementassinya dapat ditemui dalam berbagai praktik kehidupan, seperti manajemen dan iklan. Dalam dunia konseling, teori ini sangat memberikan pengaruh yang kuat dalam memandang manusia dan beberapa implementasinya dalam praktik konseling. Sigmund Freud mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati (awareness) dalam setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur kesadaran itu. Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni id, ego, dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi atau tujuannya. Freud mengembangkan teori mengenai perkembangan kepribadian yakni terdiri dari: Fase Oral, Fase Anal, Fase Falis, Fase Laten, Fase Genital. Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Itulah hal-hal yang mencangkup ke dalam teori kepribadian Sigmund Freud. B. SARAN Dalam pembentukan suatu kepribadian sangat penting pengaruh peran dalam keluarga terutama orang tua. Sehingga sejak dini dibentuk, diajarkan dan dibiasakan berkepribadian yang baik. keluarga memberi teladan, sikap, tingkah laku, berkomunikasi yang baik dengan tetangga serta lingkungan masyarakat. Mari kita pelajari tentang keperibadian diri, agar kita dapat bersikap baik, sopan, dan tidak bersikap kasar terhadap orang lain. Dengan memberi pelajaran kepribadian diri kita dapat mengubah diri kita menjadi orang yang professional.



DAFTAR PUSTAKA Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang:UMM Press. Feist, Jess. 2009. Teori Kepribadian (Theories of Personality) edisi 7. Jakarta: Salemba Humanika. Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2014. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika. Hidayat, Dede Rahmat. 2011. Psikologi Kepribadian Dalam Konseling. Bogor:Ghalia Indonesia. Ahmad, Rosidi. 2016. Kelebihan dan Kelemahan Teori-teori Kepribadian. http://Psychoshare16.blogspot.co.id/2016/07/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html?m=1. Diakses pada tanggal 22 September 2017 pukul 14:30 WIB.