Terapi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME KEPERAWATAN GERONTIK “TERAPI KOGNITIF DAN CONTOH TERAPI KOGNITIF PADA LANSIA “



Oleh: Kelompok 5 Fadia Sukma Jaas



(183110212)



Wahyuni Irwan



(183110237)



Ramadhani Riska Sucianti



(183110229)



Dosen Pembimbing: Ns. Murniati Muchtar, S.Kep. SKM. M. Biomed



PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG POLTEKKES KEMENKES RI PADANG 2020



1



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga pen ulis dapat menyelesaikan Resume Keperawatan Gerontic Terapi Kognitif Dan Contoh Terapi Kognitif Pada Lansia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan askep ini, khususnya dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami h ingga terselesaikan askep ini. Penulis menyadari bahwa askep ini kurang dari sempurna, untu k itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing maupun tem an-teman atau pembaca agar askep ini dapat lebih sempurna.                                                                         Padang, September 2020



Kelompok 5



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................2 DAFTAR ISI.............................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.....................................................................................................4 B. Rumusan Masalah................................................................................................4 C. Tujuan..................................................................................................................5 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep terapi kognitif..........................................................................................6 B. Konsep Latihan Terapi Kognitif..........................................................................14 C. Contoh Terapi Kognitif........................................................................................15 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................................... B. Saran.................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terapi kognitif dikembangkan pada tahun 1960-an oleh Aaron Beck dan berkaitan denga n terapi rasional emotif dari Albert Ellis. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digab ung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini di disatukan dan dikenal dengan ter api perilaku kognitif (cognitive behavior therapy). Terapi ini memperlakukan individu seb agai agen yang berpikir positif dan berinteraksi dengan dunianya. Individu membentuk sudut pandang dan keyakinan serta memiliki afek atau perasaan men genai apa yang dianggap benar bagi diri sendiri, lingkungan, dan mengenia pikiran serta p erasaannya pada interaksi yang luas dengan perilaku atau tindakan dalam rangkaian intera ksi. Setiap interaksi memperngaruhi interaksi lain. Berdasarkan kognisi dan pengalaman masa lalu, individu membentuk pandangan dan ske ma kognitif yaitu cara berpikir atau perspektif kebiasaan mengenai diri sendiri, dunia dan masa depan. Misalnya, individu mengembangkan pandangan psimistis mengenai cara me ngontrol takdirnya sendiri atau merasa takdirnya mampu dikontrol oleh orang lain dan tid ak mampu mengontrolnya sendiri. Dalam situasi tersebut, individu mengembangkan pand angan negative serta merasa tidak berharga (disebut pikiran otomatis negative) yang dapat menimbulkan stress, emosi, kecemasan dan depresi. Individu cenderung mengolah keyaki nan yang tidak masuk akal tentang kemampuan dan berhubungan dengan orang lain. Hasi l persepsi dan distorsi yang salah ini ditandai oleh harapan yang tidak realistis terhadap di ri sendiri dan orang lain, metode koping yang tidak efektif, dan pandangan tentang diri se ndiri sebagai orang yang tidak mampu. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian terapi kognitif? 2. Apa tujuan terapi kognitif? 3. Apa indikasi terapi kognitif? 4. Bagaimana teknik terapi kognitif? 5. Apa langkah-langkah terapi kognitif? 6. Apa strategi pendekatan terapi kognitif? 4



C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian terapi kognitif 2. Mengetahui tujuan terapi kognitif 3. Mengetahui indikasi terapi kognitif 4. Mengetahui teknik terapi kognitif 5. Mengetahui langkah-langkah terapi kognitif 6. Mengetahui strategi pendekatan terapi kognitif



5



BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Terapi Kognitif 1.



Pengertian Terapi Kognitif



Kognisi adalah suatu tindakan atau proses memahami. Terapi kognitif menjelaskan bahw a bukan suatu peristiwa yang menyebabkan kecemasan dan tanggapan maladaptif melaink an harapan masyarakat, penilaian, dan interpretasi dari setiap peristiwa ini. Sugesti bahwa perilaku maladaptif dapat diubah oleh berhubungan langsung dengan pikiran dan keyakin an orang (Stuart, 2009). Secara khusus, terapis kognitif percaya bahwa respon maladaptif muncul dari distorsi kog nitif. Distorsi kognitif merupakan kesalahan logika, kesalahan dalam penalaran, atau pand angan individual dunia yang tidak mencerminkan realitas. Distorsi dapat berupa positif at au negatif. Misalnya, seseorang yang secara konsisten dapat melihat kehidupan dengan ca ra yang realistis positif dan dengan demikian mengambil peluang berbahaya, seperti meny angkal masalah kesehatan dan mengaku sebagai "terlalu muda dan sehat untuk serangan j antung". Distorsi kognitif mungkin juga negatif, seperti yang diungkapkan oleh orang yan g menafsirkan semua situasi kehidupan disayangkan sebagai bukti kurang lengkap diri. Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek terstruktur berorientasi terhadap masalah saat ini dan bersifat individu. Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendeka tan terstruktur, aktif, direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi berbagai h ambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau depresi (Singgih, 2007). 2.



Tujuan Terapi Kognitif



Menurut Setyoadi, dkk (2011) beberapa mekanisme koping dengan menggunakan terapi k ognitif adalah sebagai berikut: 1) Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan menentang keakuratan k ognisi negative klien. Selain itu, juga untuk memperkuat persepsi yang lebih akurat dan mendorong perilaku yang dirancang untuk mengatasi gejala depresi. Dalam bebe rapa penelitian, terapi ini sama efektifnya dengan terapi depresan. 2) Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.



6



3) Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara berpikir atau mengembangkan pola piker yang rasional. 4) Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive, pikiran yang mengannggu secara otomatis, serta proses pikir tidak logis yang dibesa r-besarkan. Berfokus pada pikiran individu yang menentukan sifat fungsionalnya. 5) Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan. Tanda dan gejala depr esi dihilangkan melalui usaha yang sistematis yaitu mengubah cara berpikir maladap tive dan otomatis. Dasar pendekatannya adalah suatu asumsi bahwa kepercayaan-ke percayaan yang mengalami distorsi tentang diri sendiri, dunia, dan masa depan yang dapat menyebabkan depresi. Klien menyadari kesalahan cara berpikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan cara yang lebih adaptif. Dengan perspektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikira n-pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah dengan membantun klien mengidentifikasi kondisi negative, mencari alternative, membuat skema yang sudah ada menjadi lebih fleksibel, dan mencari kognisi perilaku baru yang lebih adaptif. 6) Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang menyebabkan dan memp ertahankan panik atau kecemasan. Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukr isasi kognitif, pernapasan rileksasi terkendali, umpan balik biologis, mempertanyaka n bukti, memeriksa alternative, dan reframing. 7) Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsesi f kompulsif dan selanjutnya mencegah responsnya. Misalnya dengan cara pelimpaha n atau pencegahan respons, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi distorsi kognitif melalui psikoedukasi. 8) Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk hirarki situasi fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan pada situasinya sambil tetap mempertaha nkan respons rileksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis. Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah persepsi klien terhadap situasi yang ditakutinya. 9) Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban, misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif. 10) Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang sa lah. 11) Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk m eningkatkan aktivitas sosialnnya. 12) Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal. 7



3.



Indikasi Terapi Kognitif



Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri yan g lazim, terutama: 1) Depresi (ringan sampai sedang) 2) Gangguan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan 3) Indiividu yang mengalami stress emosional 4) Gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang sering terjadi p ada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresan, jar ang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi 5) Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik) 6) Gangguan stress pascatrauma (post traumatic stress disorder) 7) Gangguan makan (anoreksia nervosa) 8) Gangguan mood 9) Gangguan psikoseksual 10) Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya. 4.



Teknik Terapi Kognitif



Menurut Yosep (2009) ada beberapa teknik kognitif terapi yang harus diketahui oleh pera wat. Pengetahuan tentang teknik ini merupakan syarat agar peran perawat bisa berfungsi s ecar optimal. Dalam pelaksanaan teknik-teknik ini harus dipadukan dengan kemampuan l ain seperti teknik komter, milieu therapy dan counseling. Beberapa teknik tersebut antara lain: 1. Teknik Restrukturisasi Kongnisi (Restructuring Cognitive) Perawat berupaya untuk memfasilitasi klien dalam melakukan pengamatan terhadap p emikiran dan perasaan yang muncul. Teknik restrukturasasi dimulai dengan cara mem perluas kesadaran diri dan mengamati perasaan dan pemikiran yang mungkin muncul. Biasanya dengan menggunakan pendekatan 5 kolom. Masing-masing kolom terdiri at as perasaan dan pikiran yang muncul saat menghadapi masalah terutama yang diangg ap menimbulkan kecemasan saat ini. 2. Teknik Penemuan Fakta-Fakta (Questioning the evidence) Perawat mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan menuangkan pikiran-pikiran abtraknya secara konkrit dalam bentuk tulisan untuk memudahkan menganalisanya. T ahap selanjutnya yang harus dilakukan perawat saat memfasilitasi kognitif terapi adal 8



ah mencari fakta untuk mendukung keyakinan dan kepercayaannya. Klien yang meng alami distorsi dalam pemikirannya seringkali memberikan bobot yang sama terhadap semua sumber data atau data-data yang tidak disadarinya, sering kali klien mengangga p data-data itu mendukung pemikiran buruknya. Data bisa diperoleh dari staf, keluarg a atau anggota lain dalam masyarakat sebagai support dalam lingkungan sosialnya. Li ngkungan tersebut dapat memberikan masukan yang lebih realistik kepada klien diban ding dengan pemikiran-pemikiran buruknya. Dalam hal ini penemuan fakta dapat berf ungsi sebagai penyeimbang pendapat klien tentang pikiran buruknya. Berdasarkan dat a-data yang bisa dipercaya klien bisa mengambil kesimpulan yang tepat tentang peras aanya selama ini. 3. Teknik penemuan alternatif (examing alternatives) Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat karena tidak adanya alternati ve pemecahan lagi. Khususnya pada pasien depresi dan percobaan bunuh diri. Latihan menemukan dan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah klien bisa dilakukan antara klien dengan bantuan perawat. Klien dianjurkan untuk menuliskan masalahnya. Mengurutkan masalah-masalah paling ringan dulu. Kemudian mencari dan menemuka n alternatifnya. Klien depresi atau klien klien gangguan jiwa lain menganggap masala hnya rumit karena akumulasi berbagai masalah seperti: listrik belum dibayar, suami se lingkuh, anak sakit, genteng bocor dan lain-lain. Bila diurutkan dari yang paling ringa n biasanya klien bisa menemukan alternatif yang bisa dilakukan. Sebagai contoh alter natif listrik belum dibayar klien boleh memikirkan tentang: mungkin perlu surat keter angan tidak mampu, menerima pemutusan sementara, mengganti dengan alat peneran gan lain, gabung dengan tetangga, bermusyawarah dengan keluarga yang lebih mamp u dan sebagainya. Disini penting sekali bagi perawat untuk merangsang klien agar ber ani berfikir “lain dari yang biasany “atau berani “berpikir beda”. 4. Dekatastropik (decatastrophizing) Teknik dekatastropik dikenal juga dengan teknik bila dan apa (the what-if then). Hal i ni meliputi upaya menolong klien untuk melakukan evaluasi terhadap situasi dimana klien mencoba memandang masalahnya secara berlebihan dari situasi alamiah untuk melatih beradaptasi dengan hal terburuk debngan apa-apa yang mungkin terjadi. Pertanyaan yang dapat diajukan perawat adalah: “apa hal terburuk yang akan terjadi bila…” “apakah akan gawat sekali bila hal tersebut memang betul-betul terjadi…?” “tindakan pemecahan masalah apabila hal tersebut benar-benar terjadi…?” 9



Tujuannya adalah untuk menolong klien melihat konsekuensi dari kehidupan. Dimana tidak selamanya sesuatu itu terjadi atau tidak terjadi. Sebagai contoh klien yang tingga l dipantai harus berani berfikir: “apa yang akan saya lakukan bila tsunami tiba-tiba dat ang?; gempa tiba-tiba melanda?; suami tiba-tiba tenggelam?; dan sebagainya. 5. Reframing Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien terhadap situasi atau perilaku Hal ini meliputi memfokuskan terhadap sesuatu atau aspek lain dari masalah atau me ndukung klien untuk melihat masalahnya dari sudut pandang saja. Perawat penting un tuk memperluas kesadaran tentang keuntungan-keuntungan dan kerugian-kerugian dar i masalah. Hal ini dapat menolong klien melihat masalah secara seimbang dan melihat dalam prespektif yang baru. Dengan memahami aspek positif dan negatif dari masalah yang dihadapi klien dapat memperluas kesadaran dirinya. Strategi ini juga dapat memi cu kesempatan pada klien untuk merubah dan menemukan makna baru, sebab begitu makna berubah maka akan berubah perilaku klien. Sebagai contoh, PHK dapat dipand ang sebagai stressor tetapi setelah klien merubah makna PHK, ia dapat berfikir bahwa PHK merupakan kesempatan untuk belajar bisnis, menemukan pengalaman baru, ban yaknya waktu bersama keluarga, saatnya belajar home industry dan meraih peluang k erja yang lainnya. 6. Thought Stopping Kesalahan berpikir sering kali menimbulkan dampak seperti bola salju bagi klien. Aw alnya masalah tersebut kecil, tetapi lama kelamaan menjadi sulit dipecahkan. Teknik berhenti memikirkannya (thought stoping) sangat baik digunakan pada saat klien mula i memikirkan sesuatu sebagai masalah. Klien dapat menggambarkan bahwa masalahn ya sudah selesai. Menghayalkan bahwa bel berhenti berbunyi. Menghayalkan sebuah bata di dinding yang digunakan untuk menghentikan berpikir dysfunctional. Untuk m emulainya, klien diminta untuk menceritakan masalahnya dan mengatakan rangkuma n masalahnya dalam khayalan. Perawat menyela khayalan klien dengan cara mengata kan keras-keras “berhenti”. Setelah itu klien mencoba sendiri untuk melakukan sendir i tanpa selaan dari perawat. Selanjutnya klien mencoba menerapkannya dalam situasi keseharian. 7. Learning New Behavior With Modeling Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam meningkatkan kemampu an dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima. Sasaran perilakunya adalah me mecahkan masalah-masalah yang disusun dalam beberapa urutan kesulitannya. Kemu 10



dian klien melakukan observasi pada seseorang yang berhasil memecahkan masalah y ang serupa dengan klien dengan cara modifikasi dan mengontrol lingkungannya. Setel ah itu klien meniru perilaku orang yang dijadikan model. Awalnya klien melakukan p emecahan secara bersama dengan fasilitator. Selanjutnya klien mencoba memecahkan nya sendiri sesuai dengan pengalaman yang diperolehnya bersama fasilitator. Sebagai contoh pada klien yang memiliki stressor kesulitan ekonomi, klien bisa ikut magang d ulu sambil belajar bisnis atau berdagang dengan orang lain, setelah mendapat pengala man klien bisa melakukannya sendiri. 8. Membentuk Pola (shaping) Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang diberikan reinforcement. Misalnya anak yang bandel dan tidak akur bdengan orang lain berniat untuk damai dan hangat d engan orang lain, maka pada saat niatnya itu menjadi kenyataan, klien diberi pujian. 9. Token Economy Token economy adalah bentuk reinforcement positif yang sering digunakan pada kelo mpok anak-anak atau klien yang mengalami masalah psikiatrik. Hal ini dilakukan sec ara konsisten pada saat klien mampu menghindari perilaku buruk atau melakukan hal yang baik. Misalnya setiap berhasil bangun pagi klien mendapat permen, setiap bangu n kesiangan mendapat tanda silang atau gambar bunga berwarna hitam. Kegiatan berl angsung terus menerus sampai suatu saat jumlahnya diakumulasikan. 10. Role Play Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa perilaku salahnya melalui k egiatan sandiwara yang bisa dievaluasi oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita da n perilaku orang lain. Klien dapat menilai dan belajar mengambil keputusan berdasark an konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam cerita. Klien biasa melihat akibat-akibat yang akan terjadi melalui cerita yang disuguhkan. Misalnya klien melihat role play te ntang seorang pasien yang tidak mau makan obat, tidak mau mandi dan sering meroko k 11. Social skill Training. Teknik ini didasari oleh sebuah keyakinan bahwa keterampilan apapun diperoleh seba gai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk memperoleh keterampilan baru bagi klien ad alah: Feedback Sebagai contoh bagi klien pemalas (abulia), dapat diajarkan keterampilan membersihk an lantai, perawat mendemonstrasikan cara membersihkan lantai yang baik, selanjutn 11



ya perawat mengupayakan agar klien mempraktikkan sendiri. Perawat melakukan fee dback dengan cara menilai dan memperbaiki kegiatan yang masih belum selesai harap an. 12. Anversion Theraphy Bertujuan untuk menghentikan kebiasan-kebiasan buruk klien dengan cara mengavers ikan kegiatan buruk tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai. Misalnya kebiasaan menggigit penghapus saat boring dengan cara membayangkan bahwa penghapus itu di anggap sebagai cacing atau ulat yang menjijikan. Setiap klien kegemukan melakukan kebiasaan ngemil makanan, maka ia dianjurkan untuk membayangkan kotoran kambi ng yang dimakan terus. 13. Contingency Contracting Contingency contracting berfokus pada perjanjian yang dibuat antara therapist dalam hal ini perawat dengan klien. Perjanjian dibuat dengan punishment dan reward. Misal nya bila klien berhasil mandi tepat waktu atau meninggalkan kebiasaan merokok mak a pada saat bertemu dengan perawat hal tersebut akan diberikan reward. Konsekuensi yang berat telah disepakati antara klien dengan perawat terutama bila klien melanggar kebiasaan buruk yang sudah disepakati untuk ditinggalkan. Menurut Setyoadi, dkk (2011) teknik yang digunakan dalam melakukan terapi kogniti f adalah sebagai berikut: 1) Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area berpikir dan keyakin an yang menyebabkan khawatir. 2) Menggunakan teknik pertanyaan Socratic yaitu meminta klien untuk menggamb arkan, menjelaskan dan menegaskan pikiran negative yang merendahkan dirinya sendiri. Dengan demikian, klien mulai melihat bahwa asumsi tersebut tidak logis dan tidak rasional. 3) Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realities mengenai diri sendiri, nilai diri dan dunia. Dengan demikian, klien membentuk nilai dan keyakinan baru, dan di stress enmosional menjadi hilang. 5.



Langkah-Langkah Melakukan Terapi Kognitif



Menurut Setyoadi, dkk (2011) terapi kognitif dipraktikan diluar sesi terapi dan menjadi m odal utama dalam mengubah gejala. Terapi berlangsung lebih kurang 12-16 sesi yang terd iri atas: a.



Fase awal (sesi 1-4) 12



a)



Membentuk hubungan terapeutik dengan klien.



b) Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah serta pengaruhnyan terha dap emosi dan fisik. c)



Menentukan tujuan terapi.



d) Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikirn yang otomatis. b.



Fase pertegahan (sesi 5-12) a)



Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang salah.



b) Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien diminta mempraktikan keterampilann berespons terhadap hal-hal yang menimbulkan depresi dan memo difikasinya. c.



Fase akhir (sesi 13-16) a)



Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi situasi beresiko tinggi yang relevan untuk terjadinya kekambuhan.



b) Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas terapi sendiri. 6.



Strategi Pendekatan



Menurut Setyoadi, dkk (2011) strategi pendekatan terapi kognitif antara lain: 1. Menghilangkan pikiran otomatis 2. Menguji pikiran otomatis 3. Mengidentifikasi asumsi maladaptive 4. Menguji validitas asumsi maladaptive



B. Konsep Latihan Kognitif Pada Lansia 1.



Perubahan Kognitif PadaLansia



Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara kemampuan yang men urun secara linier atau seiring dengan proses penuaan adalah: a.



Daya Ingat (memori), berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecep atan mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori (speed of information retrieval frommemory).



b. Intelegensia Dasar (fluid intelligence) yang berarti penurunan fungsi otak bagian kan an yang antara lain berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masa lah, mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan konsentrasi.



13



2.



DefenisiDemensia



Dimensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanyaberkembang secara perlahan, d imana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhati an, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian. Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara m endadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyeb abkan hancurnya sel-sel otak. a.



KondisiDemensia Kondis igangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan seperti m udah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada kem ampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam hubungan dengan masyar akat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.



b. Strategi LatihanKognitif a)



Menurunkan cemas



b) Tehnik relaksasi c)



Biofeed back, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan memodifikasi respon perilaku.



d) Systematic desenzatization. Dirancang untuk menurunkan perilaku yang berhubunga n dengan stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau perjalanan melalui pesa wat.Tehnik ini meliputi relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang menyebab kan cemas. e)



Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak dila kukan secara berangsur – angsur) dengan menggunakanbayangan/imajinasi.



f)



Pencegahan respon klien. Klien didukung untuk menghadapi situasi tanpa melakuka n respon yang biasanyadilakukan.



c.



Terapi Kognitif



a)



Latihan kemampuan social meliputi : menanyakan pertanyaan, memberikan salam, b erbicara dengan suara jelas, menghindari kiritik diri atau oranglain



b) Aversion therapy : therapy ini menolong menurunkan perilaku yang tidak diinginkan tapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi yang membuat cemas atau pen olakan pada saat tingkah laku maladaptive dilakukanklien. 14



c)



Contingency therapy: Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang apa d efinisi perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku itu jika dilaku kan. Meliputi konsekuensi positif untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi n egative untuk perilaku yang tidakdiinginkan.



C. Contoh Terapi Kognitif Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan fungsi kognitif yaitu dengan cara meningkatkan aktivitas yang bisa menstimulasi otak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Turana (2014) tentang hubungan antara kemampuan kognitif dan aktivitas santai (berma in catur, musik, atau kartu). Diperoleh data bahwa mereka yang melakukan banyak aktivitas d iwaktu luang, sampai usia 36 tahun, memiliki memori yang lebih baik saat usia mencapai 43 t ahun. Penelitian lain juga menunjukkan hal yang hampir sama bahwa dengan banyak melaku kan aktivitas yang bisa menstimulasi otak, seperti membaca, menulis, bermain puzzle, bermai n catur, bermain kartu, diskusi dalam grup, dan bermain musik, pada lansia bisa menghambat proses hilangnya memori. Aktivitas santai yang dapat dilakukan yaitu bermain menggunakan media kartu domin o. Kartu domino merupakan permainan yang digemari dan sudah melekat pada diri masyarak at Indonesia. Permainan domino adalah permainan familiar dan mudah dimainkan oleh berba gai usia termasuk kelompok lanjut usia. Ketika bermain domino maka lansia akan merasa san tai dan merilekskan pikiran sehingga menstimulasi sel-sel otak yang akhirnya dapat mempert ahankan fungsi kognitif, salah satunya kemampuan berhitung. Selain itu contoh Terapi Kognitif yang pada lansia yang bisa dilakukan yaitu 1.



Terapi Dengan Puzzle



Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif adalah dengan mengajak me reka bermain puzzle. Ha ini bertujuan untuk melatih organ otak untuk mengingat hal dan tida k mudah pikun.Dengan permainan ini maka lansia akan terangsang daya ingat dan kreatifnya untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira serta antusia tinggi. 2.



Terapi Teka Teki



Contoh terapi kognitif pada lansia berikutnya adalah dengan mengajak bermain teka teki, mat eri atau bahan teka teki dapat didapat dari apa saja. Permainan ini juga dapat merangsang per 15



asaan, daya ingat juga semangat lansia untuk menjawab dan berperan didalamnya. Dengan de mikian lansia akan merasa gembira serta terhibur. Yang perlu dilakukan dalam proses .



3.



Terapi Bermain Catur



Permainan berikutnya yang bisa dilakukan oleh para lansia adalah dengan bermain catur. Tuj uan permainan ini sama dengan permainan lainnya, untuk menyegarkan daya ingat, serta mel atih otak untuk tetap berfungsi dengan baik. Bagi lansia penyakit pikun amat sangat mengerikan, oleh sebab itu gunanya terapi ini untuk mengatasi hal tersebut dan membuat perasaan gembira dan semangat 4.



Terapi Dengan Ketrampilan



Salah satu contoh terapi kognitif pada lansia yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat ketra mpilan yang bertujuan meningkatkan daya ingat. Contoh ketrampilan itu berupa merajut kain, menyulan benang, membuat kerajian buang – bungaan dan lain sebagainya. Hal ini tentu cukup menarik untuk dilakukan bagi para lansia untuk mengisi waktu luang dan merasa gembira secara hati dan pikirannya 5.



Terapi Bermain Tebak – tebakan



Satu lagi permainan yang dapat dilakukan para lansia yaitu dengan bermain tebak – te bakan. Permainan ini cukup asyik dan juga menantang, para lansia harus menebak apa yang menjadi tebakannya. Permainan ini dapat meningkatkan daya ingat, memori, juga menjaga pe rasaan menjadi lebih tenang dan juga atraktif. Tujuan lain agar lansi juga menjadi lebih segar untuk berlatih mengingat dan belajar u ntuk mengeluarkan ekspresi yang ada dipikiran juga hatinya. 6.



Terapi Belajar



contoh terapi kognitif pada lansia lainnya yaitu dengan terapi belajar, ada banyak cara untuk dilakukan seperti belajar menggambar, belajar mengerjakan sebuah pola, belajar menge rjakan pekerjaan rumah dan lain sebagainya. Cara ini cukup efektif untuk menghilangkan ras a jenuh, bosan dan juga mengisi waktu luang para lansia lebih aktif dan juga bermanfaat. Keg iatan ini dapat melatih para lansia melatih emosi, perasaan, hati dan juga pikiran lebih fokus d an juga terarah.. 16



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau depresi. Terapi kognitif digunakan untuk mengidentifikasi, memp erbaiki gejala perilaku yang malasuai, dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitif yang ada. Terapis dengan pendekatan kognitif mengajarkan pasien atau kli en agar berpikir lebih realistik gejala yang berkelainan yang ada. Terapi kognitif di indikasikan kepada klien dengan depresi (ringan sampai sedang), gangg uan panic dan gangguan cemas menyeluruh atau kecemasan, indiividu yang mengalami st ress emosional, gangguan obsesif kompulsif (obsesessive compulsive disorder) yang serin g terjadi pada orang dewasa dan memiliki respon terhadap terapi perilaku dan antidepresa n – jarang terjadi pada awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering terjadi, gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia spesifik), gangguan stress pasc atrauma (post traumatic stress disorder), gangguan makan (anoreksia nervosa), gangguan mood, gangguan psikoseksual, mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya. Beberapa teknik dalam terapi kognitif yaitu teknik restrukturisasi kongnisi (restructuring cognitive), teknik penemuan fakta-fakta (questioning the evidence), teknik penemuan alte rnatif (examing alternatives), dekatastropik (decatastrophizing), reframing, thought stopp 17



ing, learning new behavior with modeling, membentuk pola (shaping), token economy, ro le play, social skill training, anversion theraphy, contingency contracting. B. Saran Kelompok sadar bahwa penyusunan askep ini jauh dari sempurna. Untuk itu kelompok m engharapkan kritik dan saran yang membangun. Kelompok berharap pembuatan resume i ni dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa sehingga dapat memaha mi resume terapi kognitif dan contoh terapi kognitif pada lansia.



DAFTAR PUSTAKA Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. Setyoadi, dkk. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Sale mba Medika. Stuart, G.W. 2009. Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam. Sumber : Dewi, Sofia. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Deepublisher



18