Terapi Komplementer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH “ TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEPERAWATAN ”



OLEH KELOMPOK 3 : 1. 2. 3. 4. 5.



POLTEKKES KEMENKES PALU DIII KEPERAWATAN T.A 2019/2020



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar belakang. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004). Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991 menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.



B. Rumusan masalah. 1. Apa definisi dari terapi komplementer? 2. Apa saja jenis-jenis terapi komplementer? 3. Bagaimana fokus terapi komplementer?



C. Tujuan penulisan 1. Mengetahui dan memahami definisi dari terapi komplementer. 2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis terapi komplementer. 3. Memahami fokus terapi komplementer?



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Terapi Komplementer Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004). Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.



Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).



B. Macam-Macam Terapi Komplementer. 1. System medis Alternatif. a. Akupuntur. Suatu metode tradisional Cina yang menghasilkan analgesia atau perubahan fungsi system tubuh dengan cara memasukan jarum tipis sepanjang rangkaian garis atau jalur yang disebut meredian. Manipulasi jarum langsung pada meridian energi akan mempengaruhi organ internal dalam dengan pengalihan qi. b. Ayurveda. System pengobatan tradisional Hindu yang memkombinasikan obat herbal, obat pencahar dan minyak gosok. c. Pengobatan Homeopatic. System mengobatan medis yang didasari pada teori bahwa penyakit tertentu dapat diobati dengan memberikan dosis kecil substansi yang ada pada individu sehat akan menghasilkan gejala seperti penyakit. d. Pengobatan Naturopatik. System pengobatan didasari pada makanan alami, cahaya, kehangatan, pijatan air segar, olah raga teratur dan menghindari pengobatan, mengenali kemampuan mnyembuhkan tubuh alami. e. Pengobatan Tradisional Cina. Kumpulan tehnik dan metode sistematik termasuk akupuntur, pengobatan herbal, pijatan, akupreser, moxibustion (menggunakan panas dari herbal yang dibakar), qigong (menyeimbangkan aliran energi melalui gerakan tubuh).



2. Terapi Biologis. Menggunakan substansi alam seperti herbal, makanan dan vitamin. a. Zona. Progam diet yang memerlukan makanan berprotein, karbohidrat dan lemak dengan perbandingan 30:40:30. Digunakan untuk menyeimbangkan insulin dan hormone lain untuk kesehatan yang optimal. b. Diet Mikrobiotik. Diutamakan diet vegetarian. c. Pengobatan Ortomolekuler. Meningkatkan nutrisi seperti vitamin c dan bertakoren.



3. Menipulasi Dan Metode Didasari Tubuh. Didasari pada manipulasi dari atau penggerakan dari satu atau lebih bagian tubuh. a. Akupresur. Tehnik terapetik mempergunakan tekanan digital dalam cara tertentu pada titik yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri menghasilkan analgesic atau mengatur fungsi tubuh. b. Pengobatan Kiropratik. System terapi yang melibatkan manipulasi kolumna spinalis dan memasukan fisiotherapy dan terapi cliet. c. Metode Feldenkrais. Terapi alternatif yang didasarkan pada citra tubuh yang baik melalui perbaikan pergerakan tubuh. d. Tai chi. Terapi alternatif yang menghubungkan pernafasan, pergerakan dan meditasi untuk membersihkan, memperkuat dan sirkulasi energi dan darah kehidupan yang penting. e. Terapi Pijat. Manipulasi jaringan ikat melalui pukulan, gosokan atau meremas untuk meningkatkan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan relaxsi. f. Sentuhan Ringan. Sentuhan pada klien dengan cara yang tepat dan halus untuk membuat



hubungan menunjukkan penerimaan dan memberikan penghargaan.



4. Intervensi tubuh dan pikiran. Menggunakan berbagai tehnik yang di buat untuk meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi tubuh. a. Terapi Seni. Menggunakan seni untuk mendamaikan konflik emosional, meningkatkan kewaspadaan diri dan mengungkapkan masalah yang tidak di katakan dan didasari. b. Umpan balik biologis. Suatu proses yang memberikan individu dengan informasi visual dan suara tentang fungsi fisiologis otonomi tubuh.



5.



Intervensi tubuh-pikiran. Menggunakan berbagai tehnik yng dibuat untuk meningkatkan kapasitas pikiran guna mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh. a. Terapi Dansa. Sarana memperdalam dan memperkuat terapi karena merupakan ekspresi langsung dari pikiran dan tubuh. b. Terapi Pernafasan. Menggunakan segala jenis pola pernafasan untuk merelaxasi, memperkuat atau membuka jalur emosional. c. Imajinasi Terbimbing. Tehnik terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan berkonsentrasi pada imajinasi atau serangkaian gambar. d. Meditasi. Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan menenangkan pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus. e. Terapi Musik. Menggunakan music untuk menunjukkan kebutuhan fisik, psikologis, kogniti dan sosial individu yang menderita cacat dan penyembuhan



f. Usaha Pemulihan (doa). Berbagai tehnik yang menggunakan dalam banyak budaya yang menggabungkan pelayanan, kesabaran, cinta atau empati dengan target doa. g. Psikoterapi. Pengobatan kelainan mental dan emosional dengan tehnik psikologi h. Yoga. Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan kesadaran tubuh.



6. Terapi Energi. Melibatkan penggunaan medan energi. a. Terapi Reiki. Terapi yang berasal dari praktik budha kuno di mana praktisi menempatkan tangannya pada atau diatas bagian tubuh dan memindahkan keharmonisan dan keseimbangan untuk mengobati gangguan kesehatan. b. Sentuhan terapiutik. Pengobatan melibatkan pedoman keseimbangan energi atau praktisi dalam suatu cara yang disengaja tidak semua pasien.



C. Efek Samping Terapi Komplementer. Pada terapi akupuntur dapat terjadi komplikasi seperti infeksi karena sterilesasi jarum yang tidak adekuat atau jarum yang ditinggalkan dalam tempat untuk waktu yang lama, jarum yang patah, perasaan mengantuk pasca pengobatan. Kontraindikasi pengobatan pada individu yang memiliki kelainan perdarahan trombositopeni, infeksi kulit atau yang memiliki ketakutan terhadap jarum. Kontaminasi dengan herbal atau bahan kimia lain termasuk pestisida dan logam berat juga terjadi, tidak semua perusahaan menjalankan pengawasan kualitas yang ketat dan garis pedoman pabrik yang menentukan standar untuk kadar pestisida yang dapat diterima, bahan pelarut sisa tingkat bacterial dan logam berat untuk alasan ini pembelian obat herbal hanya dari pabrik yang mempunyai reputasi. Label pada produk herbal harus mengandung nama ilmiah tanaman nama dan alat pabrik yang sebenarnya, tanggal kemasan dan tanggal kadaluarsa.



Di Indonesia ada 3 jenis tehnik pengobatan komplementer yang telah di terapkan oleh Derpartemen Kesehatan untuk di Integrasikan ke dalam pelayanan konvensional yaitu: 1. Akupuntur Hiperbarik Dilakukan oleh dokter umum berdasarkan kompetensinya. 2. Terapi Hiperbarik Yaitu suatu metode terapi dimana pasien di masukan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara atmosfir normal, lalu di beri pernafasan oksigen murni (100%) 3.



Terapi herbal medic Yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alami baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelanyanan penelitian maupun berupa fitofarmaka.



D. Dasar Hukum. 1. Peraturan Menteri kesehatan RI nomor 1109 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif pelayanan kesehatan. 2. Permenkes RI no 1186 / Menkes / per / XI / 1996 tentang pemanfaatan akupuntur di sarana pelayanan kesehatan. 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 1076 / Menkes / SK / VII / 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional. 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 121 tahun 2008 tentang standar pelayanan Medik Herbal. E. Penerapan Dalam Praktik Keperawatan. Keperawatan holistic menghormati serta mengobati jiwa, tubuh dan pikiran klien, perawatan menggunakan Intervensi Keperawatan holistic seperti terapi relaxasi, terapi music, sentuhan ringan dan usaha pemulihan (doa). Intervensi seperti ini mempengaruhi Individu secara keseluruhan (jiwa, tubuh, pikiran) dan merupakan pelengkap yang bersifat efektif ekonomis, non, invasive serta non farmakologis untuk pelayanan medis terapi tersebut di susun dalam 2 tipe: 1. Terapi yang dapat diakses keperawatan. Di mana seorang perawat dapat mulai mempelajari dan mempergunakanya dalam pelayanan klien.



2. Terapi latihan spesifik Di mana seorang perawat tidak dapat melakukan tanpa pelatihan tambahan.



F. Terapi Yang Dapat Diterapkan Dalam Keperawatan. 1. Relaksasi. Tujuan : agar individu mampu memonitor dirinya secara terus menerus terhadap indicator ketegangan serta untuk membiarkan, melepaskan dengan sadar ketegangan yang terdapat di bebagai tubuh.



Macam relaxsasi: a. Relaksasi progresif Mengajarkan individu bagaimana beristirahat dengan efektif dan mengurangi ketegangan pada tubuh. b. Relaksasi pasif Mengajarkan individu untuk merelaksasikan sekelompok otot secara pasif.



Cara terapi relaksasi : a. Meditasi dan pernafasan berirama *



Menyediakan lingkungan yang tenang.



*



Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau berbaring,minta klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.



*



Menginstruksikan klien untuk bernafas kedalam dan keluar secara perlahan dan dalam menggunakan otot perut.



*



Pada awal setiap mengeluarkan nafas,minta klien untuk menyebut angka satu dalam pikirannya,lanjutkan ketahap meditasi.



*



Menjelaskan ketika pikiran mengembara,bawa kembali untuk memulai mengeluarkan nafas dalam tanpa pertimbangan.



*



Minta klien melakukan setiap jenis latihan selama 5,10,15 dan 20 menit



*



Lakukan setiap hari untuk minimal satu jenis latihan.



b.



Relaksasi dan progesif *



Menyediakan linkungan yang tenang



*



Membantu klie untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau berbaring, meminta klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.



*



Mengintrusikan klien untuk menutup mata dan mempertahankan sikap mau menerima.



*



Menginstuksikan untuk bernafas dalam dan keluar secara perlahan dan dalam menggunakan otot otot patu paru



*



Saat klien bernafas secara perlahan dan nyaman, instrukasikanb klien untuk merelaksasikan dan meregangkan otot sesuai urutan yang di perintahkan, menengankan dan merelasaksikan serta merasakan tiap bagian yang berelaksasi.



*



Instruksikan klien untuk menegangkan dan kemudian merelaksasikan betis, lutut, dan seterusnya.



c.



Relaksasi dengan gerakan sensoris *



Menyediakan tempat yang tenang



*



Membantu klien untuk mendapatkan kenyamanan saat sedang duduk atau berbaring, meminta klien untuk tetap diam sebisa mungkin dan bergerak jika perlu agar tetap merasa nyaman.



*



Menginstruksikan klien untuk menutup mata dan mempertahankan sikap mau menerima.



*



Menginstruksikan klien untuk bernafas ke dalam dan ke luar secara perlahan dan dalam menggunakan otot otot perut.



*



Instrusikan klien untuk mengulang secara perlahan lahan menyelesaikan setiap kalimat berikut dengan suara rendah atau untuk dirinya: Sekarang saya sadar melihat…………. Sekarang saya sadar merasakan………… Sekarang saya sadar mendengarkan………..



*



Instrusikan klien untuk mengulng dan menyelesaikan setiap kata empat kali,



kemudian tiga kali, kemudian dua kali dan terakhir satu kali.



d.



Relaksasi dengan music *



Menfasilitasi klien dengan alat perekam dan alat pendengar.



*



Meminta klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman (duduk atau berbaring dengan tangan dan kaki di silang) dan untuk menutup mata dan mendengarkan music melalui alat pendengar.



*



Instrusikan klien untuk membanyangkan terapung atau ditiup dengan music ketika sedang mendengarkan.



Evaluasi: *



Mangkaji tanda tanda vital klien terutama pola pernafasan.



*



Minta klien untuk menggambarkan tingkat ketegangan atau perasaan kawatir.



*



Mengamati klien terhadap adanya perilaku yang menunjukan kecemasan.



2. Terapi Latihan Sfesifik.



a. Umpan balik biologis. Merupakan suatu kelompok prosedur terapeutik yang menggunakan alat elektronik, atau elektromekanik untuk mengukur, memproses dan memberikan informasi bagi individu tentang aktivitas system saraf otonom dan neuro moskuler.



b. Sentuhan terapiutik Sentuhan terapiutik merupakan satu potensi alami manusia yang terdiri dari meletakkan tangan praktisi pada atau dekat dengan tubuh seseorang kemudian praktisi mencoba mengarahkan energi yang ada dalam tubuhnya untuk membawa individu kembali masuk kedalam keseimbangan energi yang sama dengan praktisi.



c. Terapi kiropraktik Manipulasi spinal yang diarahkan pada sendi tertentu ole praktisi dengan menggunakan tangan atau alat.



d. Akupuntur Merupakan metode stimulasi titik tertentu pada tubuh dengan memasukan jarum kusus untuk memodifikasi persepsi rasa nyeri, menormalkan fungsi fisiologis serta mengobati dan mencegah penyakit.



e. Terapi herbal Menggunakan tanaman, hewan, atau mineral.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang telahberkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer. Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.



B. Saran Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.



DAFTAR PUSTAKA 1. Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.



2. Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.



3. Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis: Mosby Inc.