Terapi Modalitas Musik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



1.2.



LATAR BELAKANG Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis, psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan terhadap gangguan homeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang terkait dengan usia misalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada kematian. Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai akibat dari trauma, penyakit kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres yang dialami oleh individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila menimbulkan penyakit fisik. Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi yang diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.



RUMUSAN MASALAH Bagaimana konsep dan pelaksanaan terapi modalitas keperawatan pada klien psikogeriatrik : terapi seni musik menyanyi? 1.3. TUJUAN 1.3.1. TUJUAN UMUM Setelah mendapatkan terapi selama 1-2 jam klien mampu melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan mengekspresikan, mengungkapkan isi hati dan peningkatan kepercayaan diri. 1.3.2. TUJUAN KHUSUS 1. Lansia mampu memberi respons terhadap musik yang didengar. 2. Membantu klien mengekspresikan isi hati dengan menyanyikan lagu-lagu kesenangan. 3. Lansia mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik 4. Mengembangkan minat dan bakat dari klien. 5. Mengembangkan kreatifitas,ekspresi dan kepercayaan diri klien.



6. Meningkatkan sosialisasi antar individu. 7. Lansia merasa tidak bosan dalam melewati hari - harinya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.



DEFINISI TERAPI MODALITAS Terapi modalitas adalah suatu kegiatandalam memberikan askep baik di institusipelayanan maupun di masyarakat yangbermanfaat bagi kesla dan berdampak terapeutik.Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia. Terapi yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia



2.2.



TUJUAN TERAPI MODALITAS 1. Mengisi waktu luang bagi lansia 2. Meningkatkan kesehatan lansia 3. Meningkatkan produktifitas lansia 4. Meningkatkan interaksi sosial antara lansia



2.3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 2.4.



LINGKUP TERAPI MODALITAS Terapi lingkungan (berkebun, bermain dengan binatang,rekreasi) Terapi keluarga (rekreasi, ) Terapi modifikasi perilaku (mendengarkan musik) Terapi rehabilitasi (Okupasi “keterampilan/kejuruan, kegiatanfisik”) Psikoanalisa psikoterapi (kegiatan keagamaan) Terapi psikodarma (drama, cerita “pengalaman pribadi (life review terapi)”) Terapi aktivitas kelompok (cerdas cermat, mengisi TTS, prakarya)



JENIS KEGIATAN TERAPI MODALITAS 1. Psikodrama Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia. 2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain. 3. Terapi Musik Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan. 4. Terapi Berkebun Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll. 5. Terapi dengan Binatang Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll



6. Terapi Okupasi Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dll). 7. Terapi Kognitif Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll. 8. Life Review Terapi Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masa mudanya 9. Rekreasi Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia, posyandu lansia, bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dll. 10. Terapi Keagamaan Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa nyaman. Seperti menggadakan pengajian, kebaktian, sholat berjama’ah, dan lain-lain. 11. Terapi Keluarga Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsifungsi yang dituntut oleh anggotanya.Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya. Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2 (kerja), dan fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara mengatasi isu yang timbul.



Keluarga juga diharapkan berkesinambungan. 2.5.



dapat



mempertahankan



perawatan



yang



TERAPI MUSIK Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, tombre, bentuk dan gaya yang di organisir sedemikian rupa hingga tercipta misik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua ornag karena kita tidak menbutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (system limbic). Musik sangat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mendengarakan maupun bagi pemusik yang menggubahnya. Sasaran terapi musik dalam lapangan pandang kedokteran adalah pada perkembangan manusia sebagai suatu kesatuan yang unik dan tak terpisahkan. Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para pendengar yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang menggubahnya.Kualitas dari musik yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang dimiliki, yang mampu menuju pada ketidakberesan dalam kehidupan seseorang.Peran sertanya nampak dalam suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi pribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh.Bagi penyanyi dalam sebuah kelompok, musik memberikan suatu komunikasi yang intim dan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok secara individu, juga antara anggota itu sendiri, dan masih terjadi ketika hubungan antarpribadi itu menjadi terbatas dan pecah.Musik dapat mempersatukan suatu kelompok yang beraneka ragam menjadi suatu unit yang fungsional. 2.3.1. Musik sebagai Terapi dan Ungkapan Perhatian Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi tambahan bagi konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa disiplin sejarah : pendidikan musik, pelayanan musik, dan terapi musik. Terapi musik merupakan yang paling muda dari ketiga bidang ini dan yang langsung berhubungan dengan aplikasi klinis musik. Musik dapat disebut sebagai terapi untuk menstimulasi, memulihkan, menghidupkan, mempersatukan, membuat seseorang peka, menjadi saluran, dan memerdekakan. Terapi musik memiliki suatu kapasitas yang unik dan mapan sehingga memungkinkan terjadinya perubahan hidup. Musik mengandung kumpulan yang sistematis dan teratur dari berbagai komponen suara irama, melodi, dan keselarasan untuk dapat dilihat dan dinikmati. Musik, seperti bentuk seni lainnya, merupakan ekspresi yang penuh gaya. Musik melibatkan pengelolaan serta keterampilan dari materi artistik sehingga dapat menyajikan atau mengomunikasikan suatu hal tertentu, gagasan, atau keadaan perasaan.



Biasanya tipe musikal dapat dipilih sendiri oleh pasien atau diusulkan oleh terapis. Terapi musik formal sering menggunakan irama sederhana dan instrumen perkusi yang dapat dimainkan oleh hampir setiap orang. Pilihan materi musik, medium musik, tingkat kompleksitas, dan sasaran terapeutik merupakan keputusan dan kesepakatan antar terapis, dan antara terapis musik dan pasien. Seperti dalam semua cara terapi, terapi musik menyangkut penilaian terhadap pasien, aktivitas yang akan dilakukan (termasuk sasaran), pengalaman terapetik, dan evaluasi. 2.3.2. Musik sebagai Terapi Tingkah Laku Terapi musik lebih dari sekedar penghiburan : lebih daripada sekedar pengalaman yang mendidik atau suatu aktifitas social, bersifat mendidik, dan maksud-maksud social. Secara teknis, tarapi musik telah di definisikan sebagai “suatu system yang telah dikembangkan secara maksimal untuk menstimulasi dan mengarahkan tingkah laku untuk mencapai perilaku untuk mencapai sasaran terapi yang benar-benar jelas”. Salah satu penyajian yang terbaik dan paling singkat dari kerangka konseptual ini adalah yang diberikan oleh William Sears dalam makalahnya yang berjudul “Proses in Musik Therapy”. 1. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur Sasarannya ialah untuk memperpanjang komiten kepada aktifitas, untuk membuat aneka ragam komitmen, dan menumbuhkan kesadaran akan manfaat yang di peroleh. Dengan cara yang tidak memaksa, musik menuntut tingkah laku yang sesuai dengan urutan waktu, realitas yang teratur, kecakapan yang teratur, dan pengaruh yang teratur. Musik menimbulkan gagasan dan asosiasi ekstramusikal. 2. Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri Pengalaman mempengaruhi sikap, perhatian, nilai-nilai, dan pengertian seseorang. Sasaran harus memberikan kepuasan sehingga seseorang akan berusaha untuk memperoleh lebih banyak pengalaman serupa yang aman, baik, dan nikmat. Musik menyediakan kesempatan untuk ekspersi diri dan memperoleh kecakapan baru yang memperkaya citra diri (terutma bagi yang memiliki keterbatasan tubuh atau cacat). 3. Musik memberikan pengalaman dalam hubungan antar pribadi Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. Sasarannya ialah untuk meperbanyak jumlah anggota dalam kelompok, menambah jangkauan dan variasi interaksi, dan menyediakan pengalaman yang akan memudahkan melakukan adaptasi terhadap kehidupan diluar lembaga. Pengalaman kelompok memungkinkan seseorang berbagai rasa secara intens dalam cara-cara yang secara social dapat diterima ; musik memberikan penghiburan dan rekreasi yang diperlukan bagi lingkungan terapi secara umum. Juga bantuan pengalaman dalam pengembangan dalam pengembangan kecakapan social sexara reslitis dan pola tingkah laku pribadi yang dapat diterima secar lembaga dan kelompok sebaya dalam masyarakat.



2.6.



MANFAAT TERAPI MUSIK 1. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur Sasarannya ialah untuk memperpanjang komitmen kepada aktivitas, untuk membuat aneka ragam komitmen, dan menumbuhkan kesadaran akan manfaat yang diperoleh. Dengan cara yang tidak memaksa, musik menuntut tingkah laku yang sesuai dengan urutan waktu, realitas yang teratur, kecakapan yang teratur, dan pengaruh yang teratur. Musik menimbulkan gagasan dan asosiasi ekstramusikal. 2. Musik memberikan pengalaman dalam mengorganisasi diri Pengalaman memengaruhi sikap, perhatian, nilai-nilai, dan pengertian seseorang. Sasaran harus memberikan kepuasan sehingga seseorang akan berusaha untuk memperoleh lebih banyak pengalaman serupa yang aman, baik, dan nikmat. Musik menyediakan kesempatan untuk ekspresi diri dan untuk memperoleh kecakapan baru yang memperkaya citra diri (terutama bagi yang memiliki keterbatasan tubuh/cacat). 3. Musik memberikan pengalaman dalam hubungan antar pribadi. Musik merupakan kesempatan untuk pertemuan kelompok di mana individu telah mengesampingkan kepentingannya demi kepentingan kelompok. Sasarannya ialah untuk memperbanyak jumlah anggota dalam kelompok, menambah jangkauan dan variasi interaksi, dan menyediakan pengalaman yang akan memudahkan melakukan adaptasi terhadap kehidupan di luar lembaga. Pengalaman kelompok memungkinkan seseorang berbagi rasa secara intens dalam cara- cara yang secara sosial dapat diterima; musik memberikan penghiburan dan rekreasi yang diperlukan bagi lingkungan terapi secara umum. Juga bantuan pengalaman dalam pengembangan kecakapan sosial secara realitis dan pola tingkah laku pribadi yang dapat diterima secara lembaga dan kelompok sebaya dalam masyarakat



BAB III PENGORGANISASIAN 3.1.



WAKTU 1. Hari / tanggal 2. Jam 3. Tempat



3.2. 1.



2.



3.



4.



3.3.



: Rabu, 23 Mei 2012 : 09.30-10.15 WIB :



TIM TERAPIS Leader : a. Membuka jalannya kegiatan b. Memperkenalkan diri c. Menganalisa dan observasi pola komunikasi dalam kelompok d. Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok e. Membacakan tujuan dan peraturan kelompok sebelum kegiatan dimulai f. Motivasi kelompok untuk aktif. g. Memberi reinforcement positif h. Menyimpulkan keseluruhan aktivitas kelompok i. Memaparkan materi yang ingin disampaikan j. Memperagakan relaksasi progresif Co leader : a. Membantu tugas leader b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader c. Mengingatkan leader bila ada kegiatan yang menyimpang d. Mengingatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan e. Bersama leader menjadi contoh kerjasama yang baik Fasilitator : a. Ikut serta dalam anggota sebagai anggota kelompok b. Memotivasi anggota kelompok yang kurang atau tidak aktif selama TAK berlangsung c. Menjadi role model selama acara berlangsung d. Menyiapkan alat/media Observer : a. Ikut serta sebagai anggota kelompok b. Mengawasi jalannya kegiatan c. Menilai setiap jalannya kegiatan



METODE DAN MEDIA 1. Metode a. Diskusi b. Sharing persepsi c. Mengekspresikan perasaan d. Mendengarkan musik 2. Media a. Alat tulis b. Sound Laptop c. Lagu



3.4.



SETTING 1. Klien dan terapis duduk dalam satu lingkaran 2. Ruangan nyaman dan tenang Co Leader



LEADER



Observer



KETERANGAN



3.5.



:



FASILITATOR



:



KLIEN



LANGKAH KEGIATAN 1. Persiapan a. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi : menarik diri, harga diri rendah, dan tidak mau bicara. b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Tahap Orientasi a. Memberi salam terapeutik : salam mulai dari terapis, perkenalan nama dan panggilan terapis. b. Evaluasi/Validasi : menanyakan perasaan lansia saat ini dan terapis menanyakan tentang sejak kapan lansia mulai tinggal di Wisma Cempaka merasakan penurunan daya ingat dan fungsi pendengaran. c. Kontrak : 1) Menjelaskan tujuan kegiatan 2) Menjelaskan aturan main tersebut  Jika ada lansia yang akan meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis  Lama kegiatan 45 menit  Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir  Jika peserta merasa kurang jelas dengan penjelaskan leader, dapat menanyakan kepada leader dengan menunjuk tangan terlebih dahulu.



 Peserta hadir di tempat 5 menit sebelum kegiatan berlangsung. 3. Tahap Kerja a. Terapis mengajak lansia untuk saling memperkenalkan diri (nama, dan nama panggilan) dimulai secara berurutan searah jarum jam. b. Setiap lansia selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua lansia untuk bertepuk tangan. c. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, lansia boleh tepuk tangan atau boleh menari sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai lansia akan diminta menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan lansia setelah mendengar lagu. d. Terapis memutar lagu, lansia mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan (kira-kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali.Terapis mengobservasi respons lansia terhadap music. e. Secara bergiliran, lansia diminta menceritakan isi lagu/mengungkapkan perasaannya selama dirawat/pengalaman hidup. Sampai semua lansia mendapatkan giliran. f. Terapis memberikan pujian, setiap lansia selesai menceritakan perasaannya, dan mengajak lansia bertepuk tangan. g. Terapis dan lansia bernyanyi bersama. 4. Tahap Terminasi



a. Evaluasi - Mahasiswa menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti kegiatan - Memberikan pujian atas keberhasilan lansia. b. Rencana Tindak lanjut Terapis meminta lansia untuk mengulang hal yang sama dengan salah satu teman yang berada, menganjurkan klien untuk mendengarkan musik yang disukai dan bermakna dalam kehidupannya. c. Kontrak yang akan datang Terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada lansia untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan. 5. Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan lansia sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris mendengar musik, kemampuan lansia yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respons terhadap musik, pendengaran, memberi pendapat tentang music yang didengar, dan perasaan saat mendengar musik. Formulir evaluasi sebagai berikut. Terapi Musik dan Eksplorasi Perasaan N o



Aspek yang dinilai



Nama Klien



1



Mengikuti kegiatan dari awal sampai Akhir 2 Memberi respons (ikut bernyanyi/menari/ menggerakan tangan-kaki-dagu sesuai irama 3 Memberi pendapat tentang musik yang didengar 4 Menjelaskan perasaan setelah mendengar lagu Jumlah Petunjuk : Untuk tiap lansia, semua aspek di nilai dengan memberi tanda √ (check list) jika ditemukan pada lansia atau tanda “X” jika tidak ditemukan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapatkan nilai > 2 berarti lansia aktif, jika nilai ≤ 2 berartilansia tidak aktif.



BAB IV PENUTUP 4.1.



KESIMPULAN



4.2.



SARAN



DAFTAR PUSTAKA 1) Djohan. 2006. Terapi Musik :Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress 2) Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika 3) Mubarak, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika