Tes Bercak Tinta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TES BERCAK TINTA : TES RORSCHACH



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA



Disusun Oleh 3PA17 Kelompok 6 Dosen Pengampu : Sendi Satriadi, S.Psi., M.Psi NO.



NAMA MAHASISWA



NPM



1



Auryn Wijayanti Harry Putri



10520194



2



Firda Darojatul Ulya



10520401



3



Raihan Rifqi



11520190



4



Sekar Ayudian Sukma



11520149



5



Windia Apriandini



11520098



DEPOK MARET 2023



TANDA TANGAN



DAFTAR ISI A. Sejarah Perkembangan Tes Rorschach ............................................................ 2 B. Masa terbentuknya Tes Rorschach .................................................................. 4 C. Masa Sesudah terbentuknya Tes Rorshach...................................................... 5 D. Kelebihan dan Kelemahan Tes Rorschach ...................................................... 6 E. Alat Tes yang Juga Menggunakan Teknik Bercak Tinta................................. 6 F.



Tujuan Tes Rorschach ..................................................................................... 7



G. Karakteristik dari Kartu Tes Rorschach ........................................................... 8 H. Prosedur Administrasi, Penyajian dan Skoring Tes Rorschach ..................... 18 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45



1



A. Sejarah Perkembangan Tes Rorschach Tes Proyektif Rorschach merupakan tes yang biasa digunakan pada tahun 1960an. Di Amerika Serikat tes ini menduduki peringkat ke-8 tes yang paling umum digunakan untuk pasien gangguan mental pada saat itu. Society for Personality Assessment juga menggunakan tes ini untuk asesmen kasus peniliaian forensik (25%) (bersama MMPI-2). Tes Rorschach dikembangkan oleh seorang ahli psikologi yaitu Herman Rorschach lalu diterbitkan untuk yang pertama kali pada tahun 1921. Pada proses pembuatannya, tes ini mengalami proses yang cukup panjang, bahkan ketika tes ini sudah terbentuk terjadi banyak perubahan dengan tujuan tertentu. Sejarah perkembangan tes Rorschach meliputi periode sebelum terbentuk, saat terbentuk, dan sesudah tes ini terbentuk.



1. Masa sebelum terbentuknya Tes Rorschach Banyak ahli psikologi sebelum Rorschach yang telah terlebih dulu menggunakan bercak tinta sebagai alat tes, namun tes Rorschach menjadi titik kulminasi yang telah terjadi lebih dari 20 tahun eksperimen menggunakan tinta yang telah dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat. Gambaran perkembangan pembuatan tes Rorschach secara detail sebagai berikut : a. Justinus Kerner (1957) di laboratorium Tubingen di negara Jerman, tidak sengaja menemukan banyak objek pada bercak-bercak tinta. Namun Kerner tidak segera menangkap maksud adanya kemungkinan hubungan antara persepsi terhadap bercak tinta dengan diagnosis tentang kepribadian, Karner lebih tertarik untuk mengobservasi pengaruh dari bercak tinta terhadap respon yang diberikan oleh subjek. b. Alfred Binet (1895) menganggap bercak tinta tersebut dapat digunakan pada penelitian mengenai imajinasi visual untuk studi sifat-sifat kepribadian.



2



c. Dearborn (1896) di Harvard University menerbitkan artikel tentang bagaimana membuat bercak tinta, baik yang hitam-putih maupun yang berwarna, dan juga artikel tentang cara menggunakan bercak tersebut dalam psikologi eksperimen. Selain itu Dearborn melaporkan hasil penelitiannya terhadap mahasiswa dan profesor-profesor di Harvard dengan 12 set bercak yang terdiri dari 10 bercak tinta pada masingmasing set. d.



Kirkpatrick (1990) membagikan bercak tinta kepada anak-anak dan meleburkan dengan tes yang lainnya. Ia menganggap bahwa usia adalah faktor yang dapat mempengaruhi kualitas respon seseorang terhadap suatu stimulus.



e. Pyle (beberapa tahun kemudian) mengatakan jika bercak tinta dapat digunakan untuk menguji kecepatan proses asosiasi. f. Whipple (1910) mempublikasikan satu sumbangan penting terhadap perkembangan tes Rorschach, yaitu : (a) seri bercak tintanya merupakan seri I yang terstandarisasi, (b) manualnya merupakan yang pertama kali digunakan oleh percobaan bercak tinta. Manualnya cukup berbeda dengan periode Rorshcach dan periode sesudahnya, dan fokusnya masih sedikit terhadap peluang adanya hubungan antara karakteristik kepribadian subjek dengan respon-respon nyata mereka. g.



F.C. Bartlett (1916) di Universitas Cambrigde, memakai bercak sebagai salah satu bagian dari uji perlengkapan dalam suatu pengajaran mengenai persepsi dan imajinasi. Dengan memanfaatkan 36 subjek penelitian didapatkan hasil yang menyatakan bahwa bercak-bercak tersebut mampu menunjukkan minat dan mungkin pekerjaan subjek.



h.



Cicely Parson (1917) di Universitas College of South Wales melangsungkan penelitian terhadap 97 murid Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah dengan menggunakan bercak standart Whipple. Parson menemukan adanya respon-respon hewan dan manusia dengan presentase yang tinggi, perbedaan hasil berdasarkan jenis kelamin, gradasi tipe dan kualitas tergantung pada usia.



3



B. Masa terbentuknya Tes Rorschach Pada periode penciptaan tes bercak tinta, Rorschach mengawalinya dengan memciptakan ribuan kartu dengan bercak tinta. Dari berbagai kartu bercak tinta yang jumlahnya ribuan tersebut Rorschach memilih 40 kartu bercak yang selanjutnya akan dilakukan percobaan pada subjek sebanyak 1911 orang. Kartu yang sudah terpilih diseleksi lagi sehingga didapatkan 15 kartu bercak yang dianggap memuaskan. Pada saat dipublikasikan, ia terpaksa harus memilih 10 kartu saja karena biaya percetakan dianggap mahal pada saat itu, terutama pada kartu bercak yang memiliki warna. 10 final kartu yang terpilih inilah yang paling sering dipergunakan dan yang akhirnya dikenal dengan nama Tes Rorschach. Tes Rorschach pertama kali diperkenalkan oleh Rorschach pada tahun 1921 di dalam karyanya yang berjudul “Psychodiagnostik”, yang mencakup tentang metode dan hasil dari percobaan diagnostiknya yang kemudian didasarkan pada persepsi, dan juga meliputi interpretasi dengan accidental form. Awal perkembangan Tes Rorschach ini dimulai dari banyaknya psikolog pendahulu Rorschach yang memanfaatkan bercak tinta, namun tes Rorschach menjadi titik kulminasi yang telah terjadi lebih dari 20 tahun eksperimen menggunakan tinta yang telah dilakukan di Eropa dan Amerika Serikat. Di Amerika terdapat beberapa cara administrasi dan prosedur interpretasi namun sistem yang paling populer adalah sistem yang berasal dari Tes Rorschach yang kemudian dikembangkan lagi oleh Klopfer dan Beck. Pada masa-masa terakhir hidupnya, Rorschach memusatkan perhatiannya karena tekniknya dinilai sangat menjanjikan, karena disamping terguna sebagai alat diagnostik, tekniknya juga dapat digunakan untuk mengungkap dan mendeteksi kualitas-kualitas tertentu pada beberapa subjeknya. Sehingga disamping berguna sebagai keperluan klinis, teknik Rorschach ini digunakan untuk mengenali organisasi kepribadian dan perbedaan individual.



4



C.



Masa Sesudah terbentuknya Tes Rorshach Setelah wafat pada tahun 1922, rekan-rekan mahasiswanya melakukan pengembangan sehingga dalam satu dasawarsa berikutnya, penggunaan teknik Rorshach ini semakin luas baik di Eropa maupun di Amerika Serikat. Kepergian Rorshach memberikan akibat pada tidak adanya penyusun sistematika tunggal. Hal tersebut terjadi sekitar tahun 1930 sampai dengan 1960an yang mengakibatkan prosedur pelaksanaan, skoring, ataupun interpretasinya menjadi berkembang ke dalam berbagai metode atau sistem. Tes Rorschach telah mengalami banyak penyempurnaan yang dilakukan oleh para ahli, diantaranya adalah : 1. Rorschach bersama dengan asistennya (1924) menciptakan karya yang menjelaskan mengenai analisis yang dilakukan dalam teknik Rorschach dan juga dipraktikan dengan cara penyekoran dan interpretasinya. 2. David Levy mencoba memperkenalkan tes Rorschach di Amerika. 3. Samuel Beck menciptakan bercak tinta yang dipakai untuk tes Rorschach, ia juga mengembangkan metode untuk interpretasi yang sampai sekarang masih digunakan. 4. Hertz mengadakan eksperimen mengenai aspek metodologis dalam pengaplikasian tes Rorschach. 5. Bruno Klopfer mengembangkan tes Rorschach pada tahun 1934 dengan mengembangkan ide-ide Rorschach di dalam kelompok belajarnya. Sehingga pada tahun 1936 Klopfer dan kawan-kawannya mendirikan Rorschach Institute sebagai tempat pelatihan untuk menggunakan tes Rorschach. Namun pada 1948 tempat pelatihan tersebut telah berganti menjadi The Society for Projective Technique yang nantinya akan menerbitkan TAT dan tes-tes proyektif yang lain. 6. Holtzman merevisi kelemahan-kelemahan metodologi didalam penggunaan tes Rorschach dengan menciptakan Holtzman Ink Blot Technique. 7. Pada 1960an tes Rorschach menjadi tidak terlalu dihargai sebagai pengukuran pikometris. Hal tersebut dapat dibuktikan dari banyaknya psikolog klinis yang terus menggunakan tes Rorschach secara reguler, tetapi



5



sebagian



besar



dari



mereka



mengaku



kalau



mereka



cenderung



menggunakan data tes Rorschach dengan cara mereka sendiri. 8. John E. Exner pada 1969 berkoalisi dengan Samuel Beck dan Bruno Klopfer melakukan eksperimen yang bertujuan untuk merangkum semua segi penggunaan klinis tes Rorschach dan penelitian kepustakaan. Penelitian ini secara empiris berguna dan dapat dipertahankan ke dalam 1 sistem tunggal. Setelah 25 tahun selanjutnya mereka dapat menempatkan tes Rorschach atas dasar psikometris yang kuat.



D.



Kelebihan dan Kelemahan Tes Rorschach



1. Kelebihan Tes Rorschach a. Rorschach dapat mengakses struktur kepribadian tak sadar yang mendasari seseorang. b. Memiliki resistensi tinggi terhadap faking. c. Memiliki kemudahan dalam hal administrasi. d. Menurunkan ketegangan.



2. Kelemahan Tes Rorschach a. Tester harus profesional dan banyak berlatih. b. Sulit diterapkan secara classical (kelompok).



E.



Alat Tes yang Juga Menggunakan Teknik Bercak Tinta Banyak alat tes yang juga menggunakan teknik bercak tinta, yang dikembangkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan tes Rorschach, seperti misalnya : 1. Bero yang dirancang sebagai tes Rorschach untuk anak-anak 2. Zullinger Test (Z – test) dirancang dengan menggunakan 3 kartu bercak tinta yang lebih kompleks 3.



Group Rorschach, yaitu pelaksanaan administrasi tes Rorschach secara klasikal, pertama kali di rintis oleh Harrower dan Steiner dengan



6



memproyeksikan bercak tinta menggunakan tinta lewat slide. Juga di kembangkan jawaban yang multiple choice 4. Holtzman Ink Blot Technique, dirancang oleh Holtzman untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan metodologi dan tes Rorschach 5.



Piotrowski’s Automated Rorschach (PAR), dirancang oleh Piotrowski pada tahun 1974 dengan menggunakan computer untuk skoring dan intepretasinya.



F.



Tujuan Tes Rorschach Tes Rorschach adalah salah satu tes paling terkenal untuk mendiagnosis lapisan terdalam kepribadian. Bintik Rorschach termasuk dalam kelompok teknik proyektif. Beberapa psikolog menggunakan tes ini untuk mengetahui karakter dan emosional seseorang. Tes Rorschach telah digunakan untuk mendeteksi masalah-masalah psikologis seperti gangguan pikiran, terutama dalam kasus ketika pasien enggan menyatakan proses berpikir mereka secara terbuka. Tujuan utama teknik rorschach adalah memberikan suatu deskripsi tentang kepribadian seseorang secara menyeluruh (global approach personality) bukan memberikan prediksi kepribadian seseorang secara sebagian (atomistik). Selain itu tujuan dari skoring dalam tes Rorschach tidak lain adalah: 1.



Untuk merubah jawaban yang masih bersifat kualitatif menjadi bahan kuantitatif.



2.



Sebagai sarana komunikasi antara ahli satu dengan lainnya.



3.



Untuk mengelompokkan bahan dari hasil tes Rorschach ke dalam aspekaspek tertentu, agar dapat diinterpretasi.



7



G.



Karakteristik dari Kartu Tes Rorschach 1.



KARTU I



a.



Kartu ini keseluruhan berwarna hitam keabu-abuan dan terdapat 4 “white-space“



b.



Kalau orang yang bersangkutan teliti akan melihat titik titik hitam di area yang besar.



c.



Area percikan keabu - abuan ini tampak terbagi dalam 3 bagian : 1 area tengah, dan 2 area sisi kiri dan kanan



d.



Reaksi-reaksi yang bisa muncul : 1)



Reaksi pertama umumnya / kebanyakan orang mereaksi bentuk keseluruhan gambar (wholeblot), yaitu berupa binatang bersayap misal : kelelawar, dsb.



2)



Pada orang-orang yang lebih imajinatif/tidak terlalu kaku, biasanya bisa melihat sesuatu dengan banyak cara / dari berbagai sisi.



e. Kadang-kadang bisa juga melihat adanya gerakan manusia pada kartu ini. Biasanya bagian tengah diproyeksikan sebagai orang dalam keadaan gerak misal : figur wanita sedang bergerak, dsb. f. Respon terhadap white-space biasanya jarang terjadi, kalaupun direspon biasanya merupakan bagian dari serangkaian tulang punggung, dsb.



8



g.



Kartu ini disebut kartu penyesuaian diri pada situasi baru, karena kecepatan dan kemampuan subjek di dalam memberikan respon menunjukkan daya adaptasi.



2.



KARTU II



a.



Kartu ini merupakan kartu berwarna pertama yang dijumpai.



b.



Kartu ini seakan-akan terdiri dari 2 bagian : area hitam keabu-abuan yang dihubungkan oleh bercak-bercak merah yang tampak jelas.



c.



Beberapa subjek tertentu merasa terganggu dengan adanya percikan merah ini dan pura-pura tidak melihat (terlihat dari : tidak munculnya jawaban tentang adanya warna).



d.



Kartu ini terkesan terbagi menjadi 3 area yang menarik : area putih (white-space) di tengah, area kecil di atasnya, area merah di bawahnya



e.



Respon yang sering muncul : 1) Kartu ini akan membuat subyek merespon area hitam dan merah secara terpisah 2) Pada subyek yang mempunyai kemampuan dan minat organisasional, atau pada subjek yang mampu mencampur warna hitam dan merah dapat menggunakan seluruh area sebagai satu konsep.



9



3) Area merah di bawah sering diasosiasikan dengan responrespon seksual. 4) Figur-figur manusia maupun hewan bisa terlihat pada area hitam dan seringkali figur hewan juga terlihat dalam bentuk bergerak. 5) Kartu ini disebut kartu agresi, karena merangsang munculnya respon yang mewakili adanya potensi agresivitas. 6) Sifat kartu abu-abu memancing jawaban yang mengandung unsur tekstur.



3.



KARTU III



a.



Kartu ini terdiri dari area yang hitam keabuan dan ada area merah di tengah, serta 2 area merah di atas.



b.



Kartu ini sendiri punya bentuk yang sangat sugestif.



c.



Reaksi yang muncul :



d.



Menggunakan area hitam biasanya melihat figur manusia bergerak.



e.



Menggunakan area merah di tengah biasanya tampak sebagai dasi kupu-kupu atau kupu-kupu 1) Reaksi yang muncul cenderung tidak keseluruhan (whole), tetapi bagian-bagian. Jarang sekali menggabungkan kedua area dalam satu konsep.



10



2) Kartu ini disebut kartu manusia. Jika tidak muncul jawaban manusia, patut dicurigai kalau subyek sebenarnya mempunyai kesulitan dalam penyesuaian dengan orang lain.



4.



KARTU IV



a.



Ciri kartu ini :



b.



Tampak pasif, compact/padat dan bentuk yang tidak begitu jelas.



c.



Terdiri dari area yang berwarna hitam keabu-abuan dan sangat kaya akan unsur shading di responnya.



d.



Dari ciri ini, maka kartu ini sering tidak menyenangkan, sehingga memancing jawaban seperti : 1) Monster, raksasa, gorila ➡ Mewakili hal-hal yang berkaitan dengan power/kekuatan. 2) Hutan lebat dengan gunung-gunung dan danau-danaunya



e.



Kartu ini disebut sebagai kartu ayah, karena : dapat menggali sikap individu terhadap “otoritas“, yang tampak dari unsur shading di jawabannya, yang menggambarkan agresivitas maskulin dan kebutuhan untuk bergantung ➡ (dalam menganalisa secara kualitatif dapat dianalisa hubungan dengan ayah)



11



f . Rangsang detail yang bisa muncul : 1) Bagian/area atas, seperti ular, wanita terjun. 2)



Area sisi/samping, seperti sepatu bot.



3) Area paling atas kecil dan area tengah agak ke bawah, biasanya/seringkali direspon sebagai organ seksual. g. Kadang-kadang, kartu ini merangsang munculnya jawaban-jawaban yang mengandung unsur tekstur, misal : bulu binatang.



5.



KARTU V



a.



Kartu ini dianggap sebagai kartu paling mudah bagi semua orang, karena bentuk yang pasti/jelas dan warna hitam keseluruhan.



b.



Dapat digunakan untuk memancing minat/kemudahan subjek di dalam merespon gambar bila subjek kesulitan merespon gambar I.



c.



Merangsang respon secara keseluruhan sebagai, binatang bersayap, misal : kelelawar atau kupu-kupu, dan biasanya dalam bentuk gerakan.



d.



Dalam bentuk detail, bagian samping tampak seperti : kepala binatang atau tungkai manusia.



e.



Memancing adanya “ black – shock “ yaitu individu merasa terganggu/ada hambatan/perasaan tidak enak oleh warna hitam pada kartu, yang berakibat subyek butuh waktu lama untuk memberi jawaban, atau bahkan tidak muncul jawaban.



12



f.



6.



Kartu V disebut kartu reality testing/common sense



KARTU VI



a.



Kartu VI ini dikenal sebagai kartu seks (sex card), karena bagian atas kartu seringkali diinterpretasikan sebagai simbol phallic, dan bagian bawah sebagai simbol sex wanita.



b.



Respon-respon yang muncul, antara lain respon yang mengandung unsur shading-shading yang ada pada kartu ini, misal : permadani berbulu.



c.



Yang sering muncul : patung keramat, tiang lentera ➡ karena shading- nya seperti kayu.



d.



Kartu ini seperti kartu IV sering mengganggu individu yang merespon



karena



shading-shading



yang



dimilikinya



sering



dikombinasi dengan area-area seksual pada kartu ini e.



Sering direspon keseluruhan, kalaupun di respon sebagian secara terpisah antara bagian atas dari bawah.



13



7.



KARTU VII



a.



Sebagai kartu akromatik, kartu ini punya warna hitam yang paling terang/ringan. Hal ini menyebabkan terkesan seperti kapuk/kapas, sehingga dianggap sensitif terhadap hal-hal yang halus



b.



Selain itu kartu ini karena kehalusannya, kartu ini punya area (yaitu area tengah bawah) yang sering dikesankan sebagai organ seks.



c.



Disebut sebagai kartu ibu (mother card), karena : ➡ Pada anak-anak (4-9 th), area tengah bawah ini sering direspon sebagai rumah dengan asap-asapnya yang keluar dari cerobong asap rumah. Jawaban ini merupakan simbol keibuan. ➡ 2 bagian gambar di atas, sering direspon sebagai sosok wanita atau anak-anak. Jawaban ini dianggap jawaban yang berkaitan dengan feminitas dan kelembutan



d. Kartu ini sering menimbulkan respon keseluruhan, sering berkenaan dengan figur manusia dalam gerakan. e.



Selain kapas, respon lain antara lain : awan, asap atau peta.



14



8.



KARTU VIII



a.



Kartu ini merupakan kartu berwarna secara keseluruhan dengan penyebaran warna yang terpisah-pisah, yaitu : Abu-abu kebiruan atau abu-abu kehijauan di atas, biru di tengah, warna pink dan orange di bawah dan 2 warna pink di samping.



b.



Warna-warna ini dikaitkan dengan warna afektif, yaitu berkaitan dengan suasana hati.



c.



Pada subjek yang tidak berhasil atau menolak memberi respon pada kartu ini akan memunculkan indikasi adanya :



d.



Kesulitan di dalam menghadapi situasi yang membangkitkan emosi.



e.



Kesulitan di dalam menghadapi situasi yang membangkitkan emosi



f.



Jawaban-jawaban yang muncul diantaranya : 1) Bagian yang menonjol adalah bagian pinggir, yang sering dikesankan sebagai gambar binatang yang sedang bergerak, misal : tupai memanjat pohon, dsb. 2) Selain secara terpisah, maka respon secara keseluruhan biasanya/sering dikesankan sebagai : emblem/lencana



15



9.



KARTU IX



a.



Dianggap sebagai kartu tersukar karena bagian-bagiannya tidak terpisah dan warna-warna yang ada bercampur/overlap. ➡ Ini menyulitkan individu untuk merespon secara keseluruhan (W), bahkan respon-respon yang detail (D,d), sehingga kartu ini lebih sering di reject/ditolak.



b.



Respon-responnya antara lain : ➡ Sangat bervariasi, karena gambar kartu ini tergolong paling sulit untuk direspon. ➡ Kalaupun direspon, respon yang muncul biasanya (tidak sering) antara lain : 1) Bagian atas : tukang sihir (wanita) 2) Area pink bawah : kepala manusia 3) Kalau gambar di balik : letusan (gunung)



c.



Kartu IX disebut kartu penyesuaian sosial (social adjustment)



16



10.



KARTU X



a.



Kartu ini merupakan kartu yang paling ramai sifatnya (penuh warnawarni), seperti : Palet yang penuh warna



b.



Pembagian warnanya yang menyebar dibanding kartu-kartu lain, maka hal ini merangsang individu untuk merespon secara bagian/detail, jarang secara keseluruhan (whole).



c.



Kartu ini disebut sebagai kartu intelektual, karena mewakili kemampuan intelegensi seseorang, dan ini muncul pada subyek yang mampu memberi respon W dengan kualitas baik.



d.



Respon yang muncul, misal : 1)



Secara bagian/detail : a) Ulat/ular hijau (pada area hijau bawah) b) Kepiting (pada area biru samping) c) Kepala kelinci (area kecil diantara area hijau bawah), dsb.



2) Secara keseluruhan/whole : a) Palet pelukis b) Pandangan/pemandangan bawah air. e. Sering muncul respon-respon tentang binatang, sedangkan manusia jarang terespon, kecuali pada area besar pink di tengah agak samping, depresi sebagai manusia sedang menghisap sesuatu.



17



H. Prosedur Administrasi, Penyajian dan Skoring Tes Rorschach 1.



Administrasi Administrasi tes dimaksudkan untuk memenuhi standarisasi situasi pelaksanaan tes sehingga tester dapat memperhatikan respon-respon yang diberikan testee, mengingat stimulus tes, yang berupa gambar bercak tinta, bersifat ambigius, dan tidak terstruktur. Stimulus seperti ini mampu mengungkap kepribadian hanya jika suasana tes terkontrol. a.



Persiapan Tes Selain itu hasil tes sangat ditentukan oleh seberapa siap tester melaksanakan tes Rorschach ini, sehingga seorang tester harus mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan tes. Sebelum melaksanakan tes, seorang tester harus melakukan persiapan dengan cara memperhatikan hal hal yang bisa mempengaruhi proses pelaksanaan tes. 1) Persiapan yang harus dilakukan oleh tester : a) Mengatur materi tes Rorschach berupa kartukartu tes Rorschach. Kartu-kartu disusun secara terbalik/tertelungkup, yaitu : kartu I letaknya paling atas dan kartu X paling bawah dan gambar tidak terlihat, hanya nomor kartu saja yang terlihat karena posisi kartu dibalik. Sebaiknya meletakkan kartu kartu tersebut si sebelah (kiri atau kanan) tester. b) Menyiapkan sarana lain yang diperlukan seperti : lembar kerja (yang digunakan saat tes terdiri dari lembar jawaban, peta lokasi), alat tulis, stopwatch, kertas kosong. c) Mengatur tempat duduk untuk pelaksanaan tes. Posisi duduk bisa fleksibel ( berhadapan, bersebelahan, agak menyerong). Sebagai pertimbangan : untuk orang timur, tampaknya duduk berhadapan atau bersebelahan tidak begitu mengganggu, exner mengatakan, bahwa jangan duduk



18



berhadapan , tester bisa duduk di sebelah testee/subyek tetapi agak ke belakang sehingga dapat sekaligus mengobservasi perilaku subyek (non verbal) saat tes berlangsung, mencatat semua ungkapan verbal secara lengkap (verbatim) tanpa mengganggu



testee/subyek,



dan



subyek



bisa



bebas



mengungkapkan jawaban atau memberi respon saat tes berlangsung.



2) Menciptakan atmosfir tes yang alami. a) Membuat rapport sebelum tes Rorschach diberikan. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai bisa maksimal. Ingat , subyek akan merasa diterima apa adanya sehingga bisa secara bebas mengekspresikan perasaannya dan memberi respon secara leluasa. Dengan situasi seperti ini spontanitas didalam memberi respon/jawaban yang kita minta dari testee bisa tercapai. Pembuatan anamnesa bisa dilakukan saat pembuatan rapport ini. b) Mengupayakan kondisi (fisik, psikis, ruangan, dsb.) optimal yang memungkinkan kenyamanan subyek.



Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tugas tester adalah menciptakan situasi rileks dan tetap terkontrol agar hasil yang diharapkan muncul, yaitu subyek merasa rileks dan dapat merespon tanpa tertekan. Perhatikan beberapa faktor berikut : 1. Situasi tes a. Situasi tes sendiri ditentukan oleh subyek, tester dan keadaan pada saat pengetesan. b. Subyek harus dibuat kerasan / tidak curiga sekaligus bisa memahami apa yang harus dikerjakan.



19



2.



Suasana antara testee dan tester dan kelengkapan alat a. Tester harus mengadakan pendekatan dengan subyek, sehingga subyek percaya pada tester. b.



Tester harus berusaha membentuk situasi rileks / tenang



sehingga respon yang timbul terjadi secara spontan / tidak terpaksa. c. Keadaan harus tenang, cahaya cukup dan jangan ada gambargambar di ruangan 3.



Instruksi kepada subyek a.



Seluruh kartu harus sudah tersedia lengkap dalam susunan



yang benar sehingga saat tes berlangsung subyek bisa melihat tester memang siap melaksanakan tes. b. Selain kartu harus juga sudah tersedia lembar individu Record Blank untuk menandai area area yang direspon subyek ( = A location Chart ) ; 1 lembar untuk penjelasan respon subyek ; Stopwatch ; dan alat tulis 4.



Instruksi 1) Tidak ada standart, hanya pertimbangan : a) Usia b) Pengalaman c) Latar belakang budaya



Oleh karena itu harus dipahami inti instruksi yang harus disampaikan kepada subyek / testee.



2.



Tahap Pelaksanan/Penyajian Tes Rorschach Tahap pelaksanaan tes Rorschach ada 4 (empat), tetapi yang harus dilakukan adalah tahap I dan tahap II. Sedangkan tahap III dan tahap IV tidak selalu dilakukan tergantung respon yang dihasilkan oleh testee. Hal ini akan dijelaskan pada tahap III dan tahap IV di halaman selanjutnya. Tahap I : Performance Proper



20



Tahap ini dilaksanakan untuk mendapatkan respon subyek berupa jawaban-jawaban yang diberikan saat tes berlangsung. Untuk memperoleh jawaban yang maksimal, yang memang benar-benar mewakili potensi subyek yang sebenarnya maka tugas tester (seperti dijelaskan di atas) harus diterapkan pada tahap ini. Apa yang harus dilakukan tester saat tes berlangsung hanya mencatat seluruh jawaban yang diberikan subyek. Tahap ini terdiri dari 2 langkah : a. Tahap ini dimulai dengan memberi instruksi. Seperti dijelaskan sebelumnya, tidak ada instruksi standart. Hanya dalam instruksi ini inti yang harus disampaikan adalah : 1) Bagaimana kartu ini mula-mula terbentuk 2) Pada subyek akan ditunjukan 10 kartu secara bergantian 3) Tugas yang harus dilakukan subyek 4) Jaminan tidak ada jawaban yang salah Contoh instruksi : “ Saya akan menunjukan kepada saudara beberapa gambar. Gambar-gambar ini sebenarnya terbuat dari percikan tinta yang kemudian dilipat sehingga menghasilkan gambar-gambar yang simetris (sama sisi kiri dan kanan) seperti yang akan saudara lihat nanti. Saya akan menunjukkan sepuluh kartu bergambar. Saya akan berikan satu persatu gambar-gambar tersebut. Saya ingin agar saudara menyebutkan / menyatakan apa saja yang bisa saudara lihat dari gambar tersebut sesegera mungkin atau secara spontan Tidak ada jawaban yang salah. Semuanya benar, jadi jangan takut mengutarakan jawaban / respon.”



Tambahan instruksi : 1) Kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari subyek, misal : “ Berapa jawaban yang harus diutarakan ? “



21



2) Jawab : “ Masing-masing orang bisa melihat banyak hal dalam satu kartu. Andapun bisa melakukan hal-hal yang sama walaupun jawabanya berbeda-beda. Terserah saudara “. 3) Tambahan kalau perlu : “ Orang-orang lain bisa melihatnya dengan banyak cara, dari sisi manapun. Kalau saudara menginginkan hal yang sama boleh saja “ 4) Jika subyek hanya memberi 1 respon /1 jawaban pada kartu I, tester bisa mengatakan : “ Beberapa orang bisa melihat banyak hal dalam 1 kartu, kalau saudara bisa juga coba utarakan saja yang terlihat “ 5) jika subyek kelihatan akan menjelaskan apa yang telah dilihat, tester bisa menghentikannya dan katakan bahwa : subyek hanya diminta untuk menyebutkan apa yang dilihat saja. 6) Jangan menyatakan : “ Saudara boleh melihat kartu selama yang diinginkan untuk me-yakinkan apa yang dilihat. “



b.



Setelah memberi instruksi, tester mencatat semua respon yang secara spontan diutarakan oleh subyek pada setiap kartunya. Jangan memberi sugesti. Secara keseluruhan yang harus dicatat tester adalah : 1) Respon subyek. Respon (jawaban) subyek harus dicatat lengkap (secara verbatim) tanpa mengurangi satu kata sekalipun. Respon dicatat dalam lembaran jawaban (lebih baik dengan steno). Kalau akan direkam, minta ijin dulu. 2) Waktu yang digunakan subyek, yang meliputi : a) Waktu reaksi (Reaction Time) : Waktu yang dihitung s ejak kartu disajikan sampai respon 1 kali muncul. b) Waktu respon total per kartu (Total respons time percard) Jumlah waktu yang digunakan subyek menyebutkan jawaban-jawbannya pada tiap kartu



22



c) Waktu respon total (Total respon time) : Jumlah waktu yang digunakan subyek selama performance proper.



3) Posisi kartu : yaitu posisi kartu saat dipegang subyek. Pencatatan ini memudahkan tester/subyek pada saat inquiry (mengingatkan posisi bagaimana sehingga respon-respon tersebut muncul). Ada beberapa posisi yang muncul : ˄



: normal (posisi awal kartu diberikan)



˅ : terbalik > : putar 900 kiri < : putar 900 kanan : diputar 4) Observasi tester : Hal-hal yang diobservasi, misal : keluhan atau tingkah laku-laku tertentu dsb., yang bisa mendukung hasil pengetesan.



Tahap II : Inquiry Tahap



Dimana tester menggali keterangan lebih jelas atas respon-respon yang telah diberikan subyek/testee pada saat tahap performance proper. Tester meminta keterangan-keterangan dari subyek sebanyak mungkin tentang respon-responnya. Makin lengkap makin membantu ketepatan scoring, juga bisa melihat / mengetahui dengan tepat taraf intelektual individu. Langkah-langkah dalam tahap II, meliputi : 1. Tahap ini dimulai dengan memberi instruksi. Tidak ada instruksi standart, ada 2 hal yang harus diperhatikan : a.



Jangan sampai subyek merasa bahwa jawaban / responnya



ditentang. b.



Jangan sampai subyek berprasangka sehingga informasinya



tidak me-ngena. Secara umum contoh instruksi yang bisa diberikan adalah : “ Setelah melihat kartu-kartu tadi akan kita lihat lagi kartu-



23



kartu tersebut. Saya ingin saudara menjelaskan lebih jauh responrespon yang saudara munculkan. “ 2. Tahap mengajukan pertanyaan . Pertanyaan yang diajukan dimaksudkan untuk memperoleh informasi lebih jauh apa yang sudah diterangkan testee pada tahap awal. Pertanyaannya meliputi pertanyaan yang menyangkut : a.



Lokasi (= area bercak yang memunculkan jawaban



testee). Bisa ditanyakan : “ Coba tunjukkan area mana yang anda gunakan sehingga anda menangkap kesan seperti …………. “ Pertanyaan diajukan bersamaan dengan tester menunjukkan kembali gambar kartu Rorschach satu persatu kepada testee, mulai dari respon pertama kartu I sampai respon terakhir kartu X. Sesudah testee menunjukkan area yang dimaksud, maka selanjutnya tester menggambar area yang dimaksud testee di lembar peta lokasi (location chart). b.



Determinan (= dasar pemikiran testee memberikan jawaban,



apa yang menyebabkan bercak yang dilihat testee menimbulkan kesan berupa jawaban yang diberikan testee). Untuk mengetahui hal itu, tester bisa bertanya : “ Ceritakan bagaimana anda bisa mempunyai kesan bercak itu se-bagai / seperti …………. “ Setelah testee memberi penjelasan , tester segera menulis penjelasan tersebut di lembar jawaban (record blank) yang tersedia. Asumsi pertama sewaktu melakukan inquiry untuk “alasan respon” adalah bahwa setiap respon menunjukkan “Form” (bentuk), misal : “gambar ini seperti seorang wanita”. 1) Kalau jawaban berupa mahluk hidup seperti contoh di atas, maka ada kemungkinan akan ditambah unsur “movement” (gerakan), misal : “Wanita sedang melambai”. 2) Kalau ada kesan digunakannya unsur “shading”, seperti : “Wanita yang menggunakan baju transparan”, maka kemungkinan diberi skor yang berisi “shading”.



24



Dengan banyaknya kemungkinan tersebut, maka tester bisa bertanya lebih dalam asal masih ada relevansinya dengan jawaban yang diberikan. Misal : 



Form : Kalau konsepnya definit, harus diyakini kualitas bentuk. Contoh respon : “kelelawar”.



Pertanyaan yang bisa diajukan : “Sayapnya dimana ?”, “Yang ini apanya ?” (sambil menunjuk area tertentu dari area respon kelelawar). Semua keterangan testee dicatat (secara verbatim) pada lembar jawaban. Pertanyaan Pertanyaan lanjutan yang sifatnya untuk memperoleh informasi lebih detil bisa dilakukan kalau tester merasa kurang yakin dengan informasi yang diperoleh sebelumnya. Bila informasi testee sudah bisa diskor maka tidak perlu lagi menggali informasi lanjutan, karena bisa membuat testee merasa jawabannya salah atau ditentang. Pertanyaan harus dilakukan per respon, satu per satu, artinya setiap respon/jawaban yang diberikan testee akan ditanya lokasi dan alasan jawaban. Satu respon ditanya lokasinya, dilanjutkan pertanyaan deter-minant (alasan jawaban/respon). Untuk respon selanjutnya, dilakukan hal yang sama. Demikian seterusnya sampai semua respon ditanya lokasi dan determinant-nya Ada beberapa hal yang harus diperhatikan tester pada proses pencatatan di tahap inquiry :



25



1. Penggambaran lokasi respon dengan cara memberi batas lingkaran area mana yang mewakili respon yang dibuattestee pada tahap I, contoh : kartu VIII



2. Pertanyaan tester diberi tanda T = tanya, demikian juga dengan jawaban testee diberi tanda J = jawab , contoh : kartu VIII di atas



P.P



INQ



Matahari



J : Warnamya ini. Seluruhnya, terutama warna jingga di



terbenam



bawah ini (sisi luar dan bawah) seperti awan. T : Bagaimana bercak ini bisa kelihatan seperti awan ? J : Warna ini, karena matahari terefleksi padanya.



3. Bila muncul respon baru pada tahap ini, maka respon ditulis di kolom inquiry dengan menuliskan tanda “add” dan sekaligus di-inquiry , contoh : kartu VIII P.P



INQ



Matahari



J : Warnanya ini. Seluruhnya, terutama warna jingga di



terbenam



bawah ini (sisi luar dan bawah) seperti awan. T: Bagaimana bercak ini bisa kelihatan seperti awan ? J : Warna ini, karena matahari terefleksi padanya. Add : Seperti bentuk gunung dilihat dari jauh T: Apa yang mengesan kan seperti gunung ? J: Bentuknya yang meruncing ke atas (biru atas)



26



4. Kalau mendapatkan jawaban yang ditolak/disangkal atau tidak dikenali oleh testee sendiri tetap diskor. Dari jawaban-jawaban ini dapat diketahui : a. Lokasi b. Determinan c. Kontent / isi jawaban d. Populer-originalnya jawaban e. FLR ( nilai ketepatan bentuk )



Tahap III : Analogy Tahap ini sering disebut juga dengan “ follow-up inquiry “. Tahap ini tidak selalu harus dilakukan seperti tahap I dan II, melainkan hanya dilakukan pada kondisi tertentu, yaitu : bila testee sudah mampu memberi respon – respon tertentu namun jumlah atau responnya (produktivitasnya) sangat sedikit (biasanya hanya satu respon), terutama respon yang memiliki skor : M (human movement), FM (animal movement), (Fc, cF, c) atau textural, (FC, CF, C) atau chromatic color, dan respon P (populer). Langkah-langkah tahap Analogy : 1. Instruksi Sifat instruksi sudah lebih langsung, misal : testee hanya bisa membuat respon movement pada kartu III, maka instruksi yang bisa diberikan adalah : “ Di sini anda dapat melihat seorang wanita yang sedang mem-bungkuk. (sambil memperlihatkan kartu III) Apakah di kartukartu yang akan saya tunjukkan nanti, anda bisa melihat menusia seperti itu ? ” 2.



Penggalian Setelah instruksi, tester menunjukkan kartu-kartu yang merangsang testee bisa melihat manusia, dimulai dari kartu I sampai X (kecuali kartu III).



Keterangan : respon-respon yang dikemukakan testee pada tahap ini tidak diskor, melainkan hanya dicatat atau dimasukkan dalam hasil observasi.



27



Kemudian, secara kualitatif diinterpretasi dengan menggunakan interpretasi kualitatif.



Tahap IV : Testing The Limit Tahap ini merupakan prosedur untuk menguji apakah testee pada dasarnya mampu



memproduksi



respon-respon



dengan



konsep



tertentu,



mampu



menggunakan lokasi tertentu, dan mampu menggunakan determinan tertentu ? Prosedur testing the limit diberikan saat testee tidak mampu menghasilkan responrespon sebagai berikut : 1.



Hanya mampu memberi jawaban W, atau hanya mampu memberikan jawaban dengan lokasi D. 



Untuk itu testee didorong ( dengan diberi tahap testing the limit ) untuk mencoba membuat respon dengan menggunakan lokasi D (bila hanya mampu memberi jawaban W), demikian sebaliknya.



2. Kemampuan mempersepsi human content ( H ) dan memproyeksikan gerakan pada manusia ( M ). 3.



Kemampuan testee untuk mengintegrasikan Form ( F ) dan Color ( C ). 



4.



Kemampuan untuk memberikan respon nuansa shading 



5.



Pada kartu kromatik, terutama kartu III dan X, kartu VIII, kartu IX



Pada kartu akromatik, terutama kartu IV ddan VI Kemampuan mempersepsi dan berpikir konvensional, yaitu : memproduksi



respon populer (P).  Untuk memastikan apakah tidak mampu memproduksi respon P karena



tidak mampu atau karena tidak mau mengungkap hal-hal yang mudah dilihat 6.



Melihat gerakan binatang, terutama pada kartu VIII Biasanya prosedur ini digunakan pada testee yang : 1. tidak mantap dalam memberikan respon-respon karena cemas saat tes. 2. bingung dengan apa yang dimaui oleh tes ini 3. menghasilkan respon yang miskin atau kurang memadai kualitasnya.



28



Instruksi pada tahap analogy sudah bersifat langsung dan mengarahkan, misal : untuk mengarahkan munculnya jawaban D, maka instruksi yang bisa disampaikan : “ Kadang-kadang orang lain hanya menggunakan sebagian dari bercak tinta yang ada di setiap kartu, tidak harus seluruh bercak digunakan sekaligus. Dapatkah anda melakukan hal itu juga ? “ Langkah penggaliannya : 1.



Kemudian ditunjukkan kartu-kartu Rorschach mulai dari kartu I sampai X.



2.



Kalau cara ini gagal, tester langsung menunjukkan bercak-bercak unusual detail.



3.



Kalau masih gagal, tester menunjukkan lokasi usual detail yang berisi jawaban populer, misal : kartu X (kepiting), dsb.



4.



Kalau testee masih gagal, maka tester mengajukan beberapa respon populer dan mengatakan “ Kalau di bagian ini orang lain melihat sebagai ………. (respon populernya), bagaimana dengan anda ? “



5.



Untuk orang yang tidak mampu memberikan respon populer ( P ), tester bisa memilih 2 atau 3 gambar. Kemudian memperlihatkan salah satu gambar tersebut dengan mengatakan “ Kita hampir selesai, tetapi ini ( memperlihatkan kartu ) lihatlah sekali lagi. Kadang-kadang orang melihat ………….. (respon populernya) peda kartu ini. Bisakah anda melihat ………. (respon populer yang tadi disebut) pada kartu ini ? “ Teknik yang digunakan pada pelaksanaan testing the limit : a. Prosedur asosiasi bebas : Meminta testee memberi respon asosiasi bebas terhadap respon kartukartu Rorschach tertentu, terutama yang menimbulkan kejutan (shock), baik berupa “color shock” maupun “shading shock” b. Teknik pembentukan konsep : Meminta testee untuk mengelompok kelompokkan kartu sesuai dengan cara nya sendiri. Ia bisa membaginya berdasar isi (content), sikap afektif (affective attitude), perbedaan warna, perbedaan bentuk (form), dsb. c. Prosedur suka – tidak suka :



29



Meminta testee mengambil kartu yang paling disukai dan kemudian mengambil satu kartu yang paling tidak disukainya. Kemudian menanyakan alasannya mengapa paling suka pada satu kartu tertentu dan paling tidak suka pada satu kartu yang lainnya. d. Keterangan : - sama halnya dengan inquiry, maka respon yang dihasilkan pada tahap ini tidak diskor, cukup dicatat.



3.



Skoring Skoring ini bertujuan untuk mengklasifikasikan respon-respon yang dibuat subyek kedalam aspek-aspek materi bercak tinta yang berbeda. Pemberian skor ini sendiri merupakan cara untuk mengetahui bagaimana testee melakukan pendekatan terhadap masalah yang terwakili pada bercak tinta yang memiliki ciri tidak terstruktur. Selain bisa juga untuk menilai apakah respon testee tergolong akurat atau tidak. Tiap aspek punya simbol skor ; sehingga respon subyek yang punya karak- teristik yang sesuai akan termasuk dalam kategori simbol skor tersebut, misal : Respon/jawaban



skor



Kartu V (menggunakan seluruh bercak) :



W - FM - A - 1,5



“Burung yang sedang terbang” Ada 5 kategori dalam skoring respon yang diberi testee pada kartu Rorschach : a. Location : Daerah mana dari kartu yang direspon. b. Determinant : Bagaimana kualitas dari responnya c. Content : Apa isi responnya / tentang apa isi responnya d. Populer-Original : Apakah respon subyek termasuk respon-respon yang populer atau jarang terjadi



30



e. Form Level Rating : Ketepatan (akurasi) konsep yang dilihat. Apakah jawaban / konsep tersebut sesuai dengan area yang digunakan ?



5 aspek diatas perlu diskor karena memberi petunjuk tentang segi-segi yang penting dari kepribadian yang akan diungkap. Jawaban yang diberikan subyek merupakan hasil persepsi subyek terhadap bercak tinta (ink-blot) yang dihadapi. Suatu respon dianggap sebagai jawaban yang independent , yang merupakan ide-ide yang jelas dengan menggunakan spesifik atau keseluruhan dari bercak tinta (ink-blot) dan biasanya hal ini kemudian dimulai sesuai dengan kualitas yang subyek berikan pada bercak tinta (inkblot) tersebut.



1) Jenis Respon Respon yang dibuat subyek ada 2 macam : a) Main Response : jika respon diberikan pada tahap performance-proper. b) Additional Response : jika respon tersebut muncul pada tahap inquiry. Additional response ini tidak hanya berupa respon respon baru, bisa juga berupa keterangan-keterangan baru. Keduanya muncul saat tahap inquiry. Cara memberikan skor untuk 2 respon diatas, ialah : 



Setiap main-response hanya mendapat 1 main-score untuk : location, deter-minant, content, P-O, dan FLR.







Ada kemungkinan main-response memperoleh additional-score karena subyek memberikan perincian atau spesifikasi pada saat performance proper maupun saat inquiry.







Kemungkinan



lain



timbulnya



31



additional-score



:



1. Bila respon pada tahap performance-proper ternyata di-reject oleh testee sendiri ketika inquiry. Dalam hal ini, skor-skor terhadap respon hanya pada bagian additional. 2. Bila testee memberi gambaran yang memperjelas konsep yang dibentuk pada saat performance proper (agar konsep tampak lebih terinci / terorganisasi) 3. Bila testee memberi hubungan atau rincian baru pada tahap inquiry terhadap respon yang diberikan di tahap performance proper. Rincian atau spesifikasi baru ini biasanya untuk menambah FLRnya, tetapi bila rincian ini malah merusak konsep/respon dan skornya menjadi lebih rendah atau berkurang. 4. Bila testee menggunakan kualitas-kualitas pada tahap inquiry kerena tidak sengaja. Biasanya, pada skor determinant.



2) Skoring a) Lokasi (Location Score) Skoring untuk lokasi respon sesuai dengan area kartu yang digunakan testee untuk menggambarkan bentuk respon / jawaban yang muncul di tahap performance proper. Ada 5 kategori skor untuk lokasi seperti yang dimaksud di atas : 1. Whole Respons, yang meliputi : a. W (whole) : Bila subyek menggunakan keseluruhan area percikan tinta sebagai konsepnya, misal : 



Kartu I : ini pasti kelelawar







Kartu II : dua orang wanita saling berhadapan pada saat menari







Kartu V : ini seekor kupu-kupu



b. (Cut-off Whole) : Bila subyek hampir menggunakan keseluruhan area (2/3 dari keseluruhan area), misal : 



Kartu II : dua anak anjing yang bersentuhan hidungnya (dua area merah kecil di atas tidak diikutkan)



32







Kartu III : dua orang tukang sulap saling memegang sesuatu (area merah di atas diabaikan)







Kartu VI : kulit binatang (tanpa area di atasnya)



Perlu diingat pengabaian ( penghilangan sebagian kecil bercak tinta) sering digunakan untuk menunjukkan jawaban secara lebih akurat. Namun tidak jarang ini juga sebagai indikator sifat terlalu kritis yang dimiliki testee.



c. DW (Confobulatory Whole) Bila respon yang diberikan testee terkesan menggunakan keseluruhan gambar, tetapi alasannya (saat inquiry) hanya mengambil sebagian gambar (biasanya merupakan respon yang dengkal), misal : 



Kartu I : testee menunjuk keseluruhan area : Seperti kelelawar, tetapi hanya melihat matanya saja. (subyek melihat area kecil tetapi dianggap mewakili keseluruhan) perlu diingat hal ini terjadi karena ada kecenderungan over-generalisasi, sehingga berpengaruh pada skor FLR yang cenderung negatif.



2. Large Usual Detail Response ( D ) Skor yang diberikan bila testee menggunakan sebagian besar area untuk konsep dan biasa dikesankan oleh orang, misal : Kartu III : sepasang paru-paru (area merah tengah) Kartu IV : seperti sepatu boot (area sisi / samping) Kartu VIII : tampak seperti tikus (area merah / pink samping)



3. Small Usual Detail Response ( d ) Skor yang diberikan kalau testee menggunakan area yang relative kecil tetapi sering dikesankan / dilihat oleh orang, misal : Kartu V : kaki penari balet (gambar terbalik, area bawah) Kartu VII : telinga kelinci (ujung paling atas) Kartu IV : organ sex wanita (paling atas)



33



4. Unusual Detail Respose ( Dd ) Skor yang diberikan bila area yang digunakan relatif kecil, dan jarang dikesankan orang. Skor ini meliputi : 



dd (tiny detail) : Hampir sama lokasinya dengan d, hanya jarang dikesankan orang. Penggunaan bercak yang seperti “pulau kecil” atau “semenanjung” yang dipisah oleh space, shading, atau color dari sisa bercak lainnya, misal : Kartu VIII : janggut orang (area paling ujung kecil) Kartu IX : tangan orang (2 area merah di dalam, bawah)







de (edge detail) : Area pinggir bercak , kecil, dan jarang dilihat orang. Dalam inquiry, harus dipastikan bahwa skor “de” diberikan untuk penggunaan outline luar saja, tanpa menggunakan kontur bershading, misal : Kartu V : seperti profil wajah (area samping sayap) Kartu VII : laki-laki mencium dahi wanita (area samping antara area tengah dengan bawah)







di (inside detail) Area kecil di dalam gambar, jarang dikesankan orang. Penggunaan bagian dalam yang bershading tanpa menggunakan bagian pinggir sama sekali, misal : Kartu IV : pasukan kerajaan seperti di Inggris (area atas di dalam agak ke kiri) Kartu I : seperti kepala gajah kecil (area tengah kanan tampak agak keabuan dengan bercak hitam di dalamnya)







dr (rare detail)



34



Area-area yang tidak termasuk W, W, DW, D , d, de, dr, dd, di. Jadi lokasi / areanya bisa besar ataupun kecil, misal : Kartu II : dua wanita sedang berbicara dari balik pagar (area merah atas ditambah area diantara area merah) Kartu VI : wanita yang sedang memperhatikan kakinya (dilihat terbalik, area samping)



5. White Space Response ( S ) Skor yang diberikan untuk respon dengan menggunakan area putih. Bisa berupa area putih sendiri atau merupakan bagian dari area lain. Misal : Kartu II : seperti lampu gantung ( S saja, tengah) Kartu VII : pot bunga kuno (S saja, atas tengah) Kartu I : topeng (S bagian dari W W, S)



6. Skoring Multiple Location Skor ini bisa diberikan bila : 



Ada jawaban-jawaban independent pada saat performance proper, tapi saat inquiry digabung jadi 1 jawaban, misal : Kartu III : dua orang suku afrika : skor D di tengah-tengah kepiting : skor D mereka tampak sedang berkelahi dengan kepiting : skor D skor-nya menjadi W







Main-response menggunakan 2 lokasi/area. Biasanya respon S dikombinasi D atau W, dsb., misal : Kartu I : seperti di atas







Subyek menggunakan area tertentu untuk main respon, tetapi didalam inquiry menambah area lain untuk melengkapi, agar konsepnya logis,







Subyek menggunakan 2 atau lebih jawaban independent menjadi satu jawaban.



7. Skor-skor Lokasi Usual Detail (D,d) 35



Beberapa skor lokasi Usual Detail (D,d) diberikan berdasar penggunaan area



bercak



di



peta



lokasi



yang



ditunjuk



oleh



testee



b) Determinan Pada skoring untuk determinan, maka tiap jawaban diklasifikasikan menurut kualitas percikan tinta yang menentukan jawaban subjek. Jawaban atas pertanyaan ‘hal apa dari blot ini yang menimbulkan kesan pada saudara sebagai….’, biasanya merupakan petunjuk yang dapat digunakan untuk skoring determinan. Pada Determinan, ada 4 penggolongan besar dalam menentukan skoring yaitu : 



F : penggunaan “bentuk” sebagai alasan jawaban,







M,FM,m : penggunaan “gerakan” sebagai alasan jawaban,







c,k.F : penggunaan “shading” sebagai alasan jawaban,







C,C’ : penggunaan ”warna” sebagai alasan jawaban. Kualitas dari bentuk yang direspon testee juga dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: 1. Definite: respon yang dihasilkan memiliki bentuk yang jelas 2. Semi-definite: respon yang dihasilkan memiliki bentutk yang tidak jelas (semi-definite) 3. In-definite: respon yang dihasilkan tidak memiliki bentuk atau konsep abstrak



36



Berikut table untuk penjelasan penggolongan besar dalam skoring determinan



Aspek



Golongan Definite



Semi-



In-



Penjelasan



Definite Definite



Respon yang dihasilkan Bentuk



F



berdasarkan bentuk dari tinta.



Respon yang dihasilkan Gerakan



Manusia



M



melibatkan unsur gerakan manusia.



Respon yang dihasilkan Binatang



FM



melibatkan unsur gerakan binatang.



Respon yang dihasilkan Benda



Fm



mF



m



melibatkan unsur gerakan suatu benda.



37



Respon yang dihasilkan Shading



Tekstur



Fc



cF



C



melibatkan unsur tekstur atau derajat halus-kasar dari gelap terangnya tinta.



Respon yang dihasilkan Vista/ Kedalaman



FK



KF



K



melibatkan unsur tekstur atau derajat kedalaman dari gelap terangnya tinta.



Respon yang dihasilkan Objek 3D



Fk



kF



K



menjelaskan objek 3D atau Peta dari gelap terangnya tinta.



Warna



Kromatik



FC



CF



C



F C



Respon yang dihasilkan melibatkan unsur warna.



Warna yang dipaksakan



38



Warna digunakan hanya F/C



sebagai penanda suatu area/bagian.



Respon yang dihasilkan Akromatik



FC'



C'F



C'



melibatkan warna dengan derajat hitam – putih.



c) content Ada begitu banyak klasifikasi content dari respon terhadap blot Rorschach dimana skoring untuk content bisa menjadi sangat kompleks. Kategori content antara lain: Skor H



Penjelasan Respon menjelaskan sebagai manusia untuk seluruh gambar atau



(Human hampir seluruh gambar. Figures) (H)



Bentuk manusia dalam lukisan, patung, karikatur dan sebagainya. Atau bentuk-bentuk mitologis seperti hantu, monster. Simbol (H) digunakan untuk mengindikasikan bahwa bentuk manusia di sini tidak terlalu erat dengan realitas; jauh dari realitas.



Hd



Bagian anggota tubuh dari manusia, sepreti tangan, kaki, kepala, dan lainnya.



(Hd)



Bagian dari manusia dalam lukisan, patung, karikatur dan sebagainya; atau bagian dari bentuk-bentuk mitologis manusia.



39



AH



Bentuk-bentuk dimana sebagian berupa manusia dan sebagian berupa hewan.



Hobj



Objek-objek yang sangat erat hubungannya dengan manusia, misalnya gigi palsu.



At



Konsep-konsep yang berhubungan dengan anatomi manusia, kecuali organ-organ seks.



Seks



Organ-organ seksual atau aktivitas seksual, konsep-konsep anatomi (seperti panggul atau bagian bawah tubuh) yang berhubungan dengan fungsi seksual.



A



Respon adalah binatang untuk seluruh gambar atau hampir seluruh



(animal gambar figure) Ad



Bagian-bagian tubuh hewan.



(A)



Hewan-hewan mitologis, monster dengan sifat-sifat hewan, bentukbentuk hewan dalam karikatur, lukisan, dll. Simbol (A) umumnya digunakan jika animal figur jauh dari realitas atau dimanusiakan.



Ad Aobj



Bagian dari hewan yang jauh dari realitas atau yang dimanusiakan. Objek-objek yang didapat dari, atau yang berhubungan dengan tubuh hewan. Objek-objek ini mempunyai fungsi dekoratif ataupun praktis, atau dalam tahap persiapan untuk dapat berfungsi demikian.



Food



Bagian-bagian hewan, buah-buahan atau sayuran yang dimakan (digolongkan sebagai food, bukan sebagai Aobj atau Plants/Pl).



Nat



Termasuk pemandangan alam, sungai, danau, matahari terbenam, jika



(Nature semua ini merupakan bagian dari pemandangan. concept)



40



Geo



Termasuk peta dan konsep-konsep seperti pulau, danau dan sungai.



(geo.



Tidak terlihat dalam vista atau bagian dari pemandangan.



concept) Pl



Macam-macam tanaman, atau bagian-bagian dari tanaman



(Plants) Bot



Tanaman atau bagian-bagian dari tanaman yang dilihat sebagai



(Botany) contoh-contoh botani, misalnya sebagai botanical display atau botanical chart. Obj



: semua objek yang dibuat manusia kecuali patung manusia yang



(object) diskor (H) atau patung hewan (A). Arch Art



konsep arsitektural. konsep-konsep seperti desain lukisan, gambar-gambar, dimana yang dilukis tidak mempunyai isi khusus



Abs



konsep-konsep abstrak yang tidak mempunyai isi khusus.



d) Popular - Original Selain dari lokasi, determinan dan isi, jawaban yang diberikan subjek dapat pula kita nilai berdasarkan: popular atau tidaknya jawaban, serta originalitas jawaban yang diberikan. 



Populer Suatu jawaban diklasifikasikan sebagai popular jika jawaban tersebut sering diberikan untuk suatu daerah blot tertentu. Tetapi sampai sekarang ini belum ada kesesuaian paham para ahli mengenai berapa seringnya suatu respon harus muncul untuk dapat dikatakan sebagai popular. Rorschach sendiri menganjurkan dan paling sedikit satu di antara tiga protocol jawaban yang bersangkutan muncul.



41



`



Ahli-ahli lain berpendapat dalam paling sedikit satu di antara enam



protocol jawaban yang bersangkutan harus muncul. Klopfer dan Kelley setelah menentukan syarat-syarat tertentu membuat daftar jawaban populer untuk masing-masing kartu. Menurut Klopfer (1960) dalam system scoring ini hanya ada 10 respon yang diskor sebagai populer. Berikut merupakan daftar dari skor popular dari tiap kartu:



Kartu



Penjelasan



Kartu Pada keseluruhan/W atau cut off Whole: I



Makhluk apapun dengan tubuh berada di bagian tengan D dan sayap di sampingnya. Konsep kelelawar atau kupu-kupu biasa digunakan untuk lokasi ini.



Kartu Pada area hitam yang bukan keseluruhan, dengan atau tanpa bagian II



tengah atas d, atau D4): Bagian hewan apa saja dari jenis anjing, kelinci, beruang, banteng atau badak.



Kartu







III



Keseluruhan area hitam kartu Dua figur manusia dalam posisi membungkuk







Bagian warna merah ditengah (D1) Dasi kupu, pita, atau kupu-kupu



Kartu Keseluruhan area warna hitam kartu (W, W cut off): V



Segala makhluk dengan badan ditengah dan sayap disampingnya. Konsep yang sama dalam posisi kartu terbalik.



Kartu Dengan atau tanpa area atas (D) VI



42



Kulit binatang. Penggunaan shading untuk kelembutan bulu atau sebagai tanda sebagai kulit binatang penting untuk muncul sebagai respon. Kartu Area samping D VIII



Binatang berkaki empat dalam berbagai macam gerakan. Apabila respon muncul secara tidak akurat seperti burung atau ikan, skor akan diberikan apabila ada kecenderungan yang mengarah ke P.



Kartu







Bagian luar biru (D): apapun terkait dengan binatang berkaki banyak.



X 



Bagian bawah hijau-gelap (D2): apapun yang terkait dengan binatang bertubuh panjang berwarna hijau







Bagian hijau-terang (D7): kepala binatang yang bertelinga panjang.







Original Suatu jawaban yang diklasifikasikan sebagai original jika jawaban yang bersangkutan jarang diasosiasikan dengan suatu daerah blot tertentu. jika di antara 100 protokol tidak terdapat lebih dari satu jawaban tertentu untuk suatu daerah blot tertentu, dapat dikatakan bahwa jawaban tersebut original. Sukar menentukan original atau tidaknya suatu jawaban. Tetapi sebagai acuan, dapat dilihat dari hal-hal berikut.  1 diantara 100 protokol yang diperiksa, tidak lebih dari 1x jawaban yang bersangkutan muncul.  Tidak pernah ditemukan dalam literatur yang pernah dibaca.



skor O ini tidak hanya diberikan pada konsep-konsep yang unik saja, tetapi juga jika dasar konsep subjek adalah populer atau sering diberikan, tetapi diberi tambahan atau elaborasi sedemikian rupa sehingga menjadi unik.



43



Sejalan dengan sifat originalitas, maka kita dapat memberikan skor O+ atau O- terhadap suatu konsep. Skor O- kita berikan jika konsep tersebut merupakan hasil dari cara melihat realitas dengan aneh, atau mengalami distorsi.



e) FLR Dasar penyekoran FLR, yaitu: 



Ketepatan (akurasi)







Kekhususan (spesifikasi)







Pengorganisasian (organisasi)



Basal Rating dalam FLR 



Basal rating +1,0 : didahului F / dan populer







Basal



rating



+1,5



:



lebih



akurat



Figure Profil



dan



definite manusia



manusia



:



dahi,



hidung,



mulut



dan



dagu



Binatang spesifik : ayam ras Bali 



Basal rating +0,5 : F – nya di belakang







Basal rating 0,0 : tanpa F







Basal rating -1,0 : tidak akurat







Basal rating -1,5 : konfabulasi (menggeneralisasikan detail sebagai keseluruhan)







Basal rating -2,0 : perseverasi (seenaknya saja, tidak lepas dari konsep pertama) & kontaminasi



44



DAFTAR PUSTAKA



Al-Maqassary, Ardi. "Tes Rorschach". https://www.psychologymania.com/2011/08/tes-rorschach.html. Diunduh pada : 16 Maret 2023 Klopfer, B. Davidson, H. 1962. The Rorschach Tehcnique, An Introductory Manual. New York:Burlingame Lawrence Edwin, dan Leopold Bellak. 1959. PROJECTIVE PSYCHOLOGY. New York: Grove Press Nastiti, D. (2017). Buku Ajar Tes Psikologi Rorschach. Sidoarjo : UMSIDA Press, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Subandi, M.A., dan Ratna Wulan. 2002. TES RORSCHACH: Administrasi dan Skoring. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



45