Tokoh Waldorf [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ECS1153 : Perkembangan Kurikulum PAKK Tajuk: Tokoh Rudolf Steiner ( Waldorf ) Pensyarah : MASITAH BINTI MUSA Kohort : K26G1 Nama ahli kumpulan : Yogeswary a/p Baby (4174018021) Khairul Haziq Bin Hairul Rizal (4174012501) Nur Afiqah Binti Azman (4174011311)



Sejarah Sekolah Waldorf Rudolf Steiner, lahir tanggal ,27 Februari 1861, Donji Kraljevec Croatia. Seorang ilmuan dan filusuf. Salah satu teori Steiner yang terkenal adalah bahwa



manusia



memiliki



kebijaksanaan



yang



melekat



untuk



mengungkap misteri dunia spiritual. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran steiner mengembangkan model pendidikan yang berfokus pada pengembangan totality, yaitu pengembangan kreatifitas. Steiner percaya bahwa 7 tahun pertama kehidupan anak adalah periode belajar meniru berbasis sensorik. Masa itu juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan non-kognitif anak. Untuk itu anak-anak usia dini disekolah Waldorf didorong untuk bermain dan berinteraksi dengan lingkungan mereka bukannya diajarkan konten akademik. Teori pendidikan Steiner biasa disebut Waldorf, istilah “waldorf” digunakan bergantian dengan Steiner. Menggambarkan sekolah dengan kurikulum berdasarkan ajaran Steiner yang telah dijelaskan.



Kaedah pengajaran Waldorf Waldorf berasal dari Jerman dan telah menyebar keseluruh dunia. Banyak yang tertarik dengan pendekatan ini karena mereka melihatnya sebagai sebuah alternatif untuk pendidikan tradisional dan sebagai inspirasi untuk memperbaiki pendidikan. Model pembelajar Waldorf bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sihat, tidak tergesa-gesa sesuai perkembangan bagi anak-anak. Pendidikan anak usia dini waldrof telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan tempat penitipan anak. Program dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak 3-7 tahun. Pendekaran ini dibuat oleh Rudolf Steiner (1861-1925).[1] Sekolah Waldorf disebagian tempat dikenal sebagai sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner. Sedangkan nama sekolah Waldorf diambil dari nama sekolah pertama yang didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner. Sekolah itu dibangun di Kota Stutgart Jerman tahun 1919 sekolah tersebut dibangun untuk mendidik anak-anak pekerja pabrik. Sekolah Waldorf bertambah hingga tahun 2011, sudah ada 1.003 sekolah Waldorf di 60 negara, serta lebih dari 2000 pendidikan anak usia dini. Sekolah-sekolah



tersebut



menerapkan



dikembangkan oleh Rudolf Steiner.



model



pendidikan



yang



Tujuan Model pembelajaran Waldrof bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran



yang



sihat,



tidak



tergesa-gesa,



sesuai



dengan



perkembangan bagi anak – anak. Pendidikan anak usia dini (ECE) Waldrof telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan pengasuhan anak pusat, kelompok orang tua dan anak, program dukungan orang tua, dan program-program taman kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak berusia 3 hingga 7 tahun. Tujuan antroposofi adalah untuk memunculkan kebenaran atau baru yang tidak disatukan dengan prinsip atau ajaran agama tertentu. Taman kanak-kanak di sekolah Waldorf sangat berbeda dengan tingkat sekolah lainnya, dan berbeza dari sebahagian besar taman kanak-kanak umumnya yang kita ketahui. Taman kanak-kanak Waldorf melayani anak-anak antara usia 3 hingga 7 tahun. Kurikulum sekolah ini berisi permainan imajinasi, dongeng, fabel, cerita rakyat, kegiatan seni tiruan, alat music, tari, drama. Kurikulum ini didasarkan pada gagasan bahwa anak-anak berusaha mengembangkan tubuh fisik dan kemauan mereka, semua kegiatan tidak bersifat akademik, tetapi terapan. Mainan-mainan di sekolah sederhana dan terbuka untuk mendorong penggunaan yang imajinatif. Taman kanak-kanak Waldorf dirancang sebagai perluasan lingkungan rumah. Tidak ada pengajaran akademik formal. Pengalaman matematis terjadi secara alami melalui permainan imajinatif.



Dalam cara ini Waldorf membedakan dengan kenyataan saat ini dimana anak-anak sering dibawa tergesa-gesa untuk menjadi seorang yang pandai karena itu banyak anak-anak yang kehilangan kesempatan hanya untuk menjadi, memiliki masa kanak-kanak yang merupakan hak mereka. Pendidikan Waldorf menghormati anak secara keseluruhan dan tahaptahap yang dilalui seorang anak, dan mendukung keyakinan bahwa ada saat yang tepat untuk semuanya. Ambil contoh pendekatan Waldorf dalam membaca. Merupakan hal yang biasa bagi seorang siswa Waldorf untuk memulai membaca di Kelas 3 atau 4, jauh lebih lambat dari siswa sekolah negri pada umumnya. Persiapan Waldorf memungkinkan anak lebih siap akan pengalaman membaca saat ia mencapai titik tersebut, bahkan jika itu memakan waktu lebih lama. Hal yang penting bukanlah seberapa cepat ia membaca. Hasil jangka pendek tidak begitu penting yang penting adalah membangun dasar perkembangan yang kukuh yang akan berkontribusi pada jangka panjang agar menjadi anak yang lebih bahagia, lebih sehat, dan berpengetahuan lebih luas serta kompeten. Pelatihan Guru Waldorf. Karena filosofi Waldorf disusun dengan baik dan berisi begitu banyak komponen yang saling terkait, para guru Waldorf harus terlatih. The Rudolf teiner Collage di California adalah salah satu perguruan tinggi yang menawarkan berbagai jenis program dan pelatihan yang melatih guru Waldorf.



Pendidikan Waldorf berasal dari Jerman dan telah diadaptasi kedalam budaya-budaya lain di seluruh dunia. Pendidikan Waldorf telah sukses diadaptasi ke sejumlah budaya lain, seperti eropa, afrika, timur tengah, Jepang dan Australia. Banyak



yang



menganut



teladan



pendidikan



Waldorf



karena



kesederhanaannya. Pada masa teknologi seperti ini, jadwal yang padat membuat ketergesaan, pendidikan Waldorf berjuang menghapuskan ketergesaan memungkinkan kita untuk focus pada apa yang benar-benar penting. Waldorf membantu anak-anak belajar bagaimana dan tugas mereka dimasa tersebut.



Konsep dan Kurikulum Pendidikan Waldorf Konsep pendidikan Waldorf sangat menghargai anak sebagai manusia yang memiliki kebebasan sesuai dengan perkembangan usianya. Proses yang dilalui anak jauh lebih penting ketimbang hasil instant yang seringkali membuat anak kita "menguasai" suatu hal padahal mereka belum siap melakukannya. Hal lain yang menarik dari konsep pendidikan Waldorf adalah konsistensi konsep pendidikan ini dalam upaya mengembangkan imajinasi anak. Tidak hanya sekedar label yang dijadikan daya tarik sebuah sekolah, namun hal ini benar-benar diterapkan dalam kegiatankegiatannya. Sebagai contoh adalah boneka-boneka yang dijadikan



mainan ataupun alat bantu story telling. Untuk anak usia tertentu, boneka-boneka ini tidak diberi mata, telinga, hidung, dan mulut. Salah satu tujuannya adalah agar anak memiliki imajinasi sendiri berkaitan dengan ekspresi boneka ini. Anak bisa membayangkan boneka tersebut sedang tersenyum, tertawa, marah, senang, sedih atau apa saja sesuai dengan imajinasi anak. Contoh lainnya adalah sampai dengan anak umur sekitar 6 – 7 tahun, kegiatan menggambar yang diberikan adalah berupa painting dengan menggunakan cat air dan kertas yang telah dibasahi (wet on wet painting). Anak diberi kebebasan untuk menyapukan kuas dan bukanlah menggambar suatu bentuk, apalagi menggambar sesuatu berdasarkan contoh dari gurunya. Warna yang dipergunakanpun hanyalah tiga warna yaitu merah, biru, dan kuning. Anak dapat mencampur warna untuk menghasilkan warna-warna lain yang diinginkan. Hal ini kembali lagi bertujuan untuk mengembangkan imajinasi anak. sebebas-bebasnya sehingga nantinya diharapkan kreativiti anak akan muncul dengan sendirinya.



Aplikasi Model Waldorf Mengikut model waldorf kita sebagai seorang guru prasekolah dapat mengaplikasikan model tersebut dalam pengajaran dengan memupuk pemikiran kanak-kanak bermula dari minda, hati,



sosial, emosi,



kerohanian, moral,fizikal dan intelektual kanak-kanak. Selain itu, guru perlu mempertingkatkan perkembangan secara holistik dari aspek perkembangan kerohaniaan, perkembangan fizikal, perkembangan intelektual dan mengekalkan integriti intelektual. Seterusnya, guru juga perlu menggabungkan pelbagai variasi dalam aspek disiplin dan merangkumi kepelbagaian budaya



Kesimpulan Pendidikan Anak Usia Dini Waldorf menjelaskan tentang konteks dan karakteristik dari anak-anak dimana pada masa tersebut anak-anak harus melewati pencapaian tahapan perkembangan



yang sesuai dengan



usianya. Padal pendidikan Waldorf dijelaskan bahwa dalam pendidikan anak-anak yang harus diutamakan adalah motorik dan keterampilan. Dimana dua hal tersebut akan memberikan perkembangan yang baik bagi anak. Pendidikan anak usia dini menurut Waldorf tidak diutamakan masalah akademik membaca dan menulis. Karena pada masa tersebut kewajiban anak-anak adalah bermain untuk mengasah motorik dan kreatifitas. Guru waldorf harus memahami tentang hal tersebut, guru waldorf diwajibkan menghargai masa tahapan anak-anak. Guru Waldorf harus membebaskan anak dari hal akademik dan harus mengutamakan konteks dan karakteristik anak.