Topik 12 Hub Aspek Stereokimia Dan Aktivitas Biologis [PDF]

  • Author / Uploaded
  • siti
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN ASPEK STEREOKIMIA DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



A. MODIFIKASI ISOSTERISME DAN AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT • obat dengan aktivitas yang lebih tinggi, • toksisitas rendah, • dan bekerja lebih selektif, → perlu dilakukan modifikasi struktur molekul obat. • isosterisme telah digunakan secara luas untuk menggambarkan seleksi dari bagian struktur yang • karena karakterisasi sterik, elektronik dan sifat kelarutannya, • memungkinkan untuk saling dapat dipergantikan pada modifikasi struktur molekul obat.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



• Langmuir (1919), • mencari hubungan yang dapat menjelaskan adanya persamaan sifat fisik dari molekul yang bukan isomer, • dan memberikan batasan bahwa – isosteris adalah senyawa-senyawa, kelompok atom-atom, radikal atau molekul yang mempunyai jumlah dan pengaturan electron sama, bersifat isoelektrik dan mempunyai kemiripan sifat-sifat fisik.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



• Contoh: molekul N2 dan CO, masing-masing mempunyai total electron = 14, sama-sama tidak bermuatan dan → sifat fisik yang relative sama, seperti kekentalan, kerapatan, indeks refraksi, tetapan dielektrik dan kelarutan. • Hal ini berlaku pula untuk molekul-molekul N2O dan CO2, N3- dan NCO -.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



• Grimm (1925), → hukum pergantian hidrida yang menyatakan : penambahan atom H, suatu electron sunyi, pada atom atau molekul yang kekurangan electron pada orbital terluarnya (pseudo atom), →menghasilkan pasangan isosterik. • Erlenmeyer (1948), memperluas definisi isosteris yaitu atom, ion atau molekul yang jumlah, bentuk, ukuran dan polaritas electron pada lapisan terluar sama.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



• TABEL 10. Konsep Grimm untuk pergantian hidrida Konfigurasi elektronik



2 (4)



2 (5)



2 (6)



2 (7)



2 (8)



=C=



-N= - CH =



-O- NH - CH 2 -



F - OH - NH 2 - CH 3



Ne HF OH2 NH 3 CH4



• Contoh: gugus – CH = dan atom – N =, masing-masing mempunyai total electron 7 dan bersifat sebagai pseudo atom. Penambahan atom H akan menghasilkan pasangan isosterik – CH2- dan –NH-



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



• isosteris (umum): kelompok atom dalam molekul, yang mempunyai sifat kimia atau fisika serupa, karena mempunyai persamaan ukuran, keelektronegatifan atau stereokimia nya. • Contoh pasangan isosterik yang mempunyai sifat sterik dan konfigurasi elektronik sama antara lain adalah: – Ion karboksilat (COO -) dan ion sulfonamide (SO 2NR-) – Keton (CO) dan sulfon (SO2). – Klorida (Cl) dan trifluorometil (CF 3).



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



• Secara umum prinsip isosterisme ini dapat dipergunakan untuk: a. Mengubah struktur senyawa → didapatkan senyawa dengan aktivitas biologis yang dikehendaki. b. Mengembangkan analog dengan efek biologis yang lebih selektif. c. Mengubah struktur senyawa → bersifat antagonis terhadap normal metabolit (antimetabolit). • • Pada modifikasi isosterisme tidak ada hukum yang secara umum dapat memperkirakan apakah akan terjadi peningkatan atau penurunan aktivitas biologic.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



• Contoh modifikasi isosterisme: • Penggantian gugus sulfide (-S-) pada sistem cincin fenotiazin dan cincin tioxanten, dengan gugus etilen (CH2CH2-), akan menghasilkan sistem cincin dihidrobenzazepin dan dibenzosikloheptadien yang berkhasiat berlawanan. • Contoh: gugus S pada promazin dan klorprotixen, suatu obat penekan sistem saraf pusat (tranquilizer), bila diganti dengan gugus etilen, akan menghasilkan imipramin dan amitriptilin yang berkhasiat sebagai perangsang sistem saraf pusat (antidepresi).



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



2. Turunan dialkiletilamin R – X – CH 2-CH2-N-(R’)2 X = O, NH, CH 2, S : senyawa antihistamin X = COO, CONH, COS : senyawa pemblok adrenergik



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



3. Turunan ester etiltrimetilamonium R-COO-CH2-CH2-N+(CH3)3 R = CH 3 : asetilkolin, masa kerja muskarinik singkat R = NH2 : karbamilkolin, masa kerja muskarinik panjang • Penggantian gugus CH 3 dengan gugus NH 2 yang bersifat penarik electron dapat meningkatkan kestabilan ester terhadap proses metabolism sehingga karbamilkolin mempunyai masa kerja muskarinik yang lebih panjang dibanding asetilkolin.



Obat antidiabetes turunan sulfonamide



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



4. Obat antidiabetes turunan sulfonamide



R R’ NH2 n-C4H9 : Karbutamid CH3 n-C4H9 : Tolbutamid Cl n-C3H7 : Klorpropamid Tolbutamid dan klorpropamid mempunyai waktu paro biologis (t1/2) lebih panjang dan toksisitas yang lebih rendah dibanding karbutamid karena gugus NH 2 pada karbutamid sangat mudah termetabolisis.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



Gugus CH3 pada struktur tolbutamid merupakan gugus yang relative labil dibanding gugus Cl, dan pada in vivo mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat (t1/2 = 5,7 jam). Gugus Cl pada klorpropamid lebih tahan terhadap proses oksidasi, sehingga masa kerja obat lebih panjang (t1/2 lebih besar dari 33 jam).



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



5. Prokain dan prokainamida



X = O : Prokain, anestesi setempat X = NH : Prokainamida, antiaritmia Gugus dipole C = O mempunyai peranan yang khas dalam konduksi saraf. Adanya resonansi dari gugus amida prokainamida akan menurunkan kekuatan dipolar gugus C=O, →prokainamida mempunyai aktivitas anestesi setempat yang < prokain. Struktur prokainamida lebih stabil dari prokain → tidak dipengaruhi oleh enzim esterase, → secara oral: pengobatan aritmia jantung.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



6. Antimetabolit purin



R = NH 2 : Adenin - metabolit normal R = OH : Hipoxantin - metabolit normal R = SH : 6-Merkaptopurin - antimetabolit



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



Adenine dan hipoxantin merupakan metabolit normal dalam tubuh. Gugus NH 2 dan OH pada C6 memegang peranan penting pada interaksi yang melibatkan ikatan hydrogen dari kedua basa, pada proses replikasi asam nukleat dalam biosintesis protein sel. Penggantian gugus-gugus tsb dengan gugus SH, contoh: 6-merkaptopurin, akan memperlemah ikatan hydrogen, terjadi hambatan sebagian dari proses interaksi diatas,sehingga kecepatan sintesis sel menurun dan senyawa dapat berfungsi sebagai antimetabolit (antikanker). •



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



7. Antimetabolit asam folat Aminopterin dan metotreksat merupakan obat antikanker yang bekerja sebagai antimetabolit asam folat. Mekanisme kerjanya adalah menghambat pembentukan asam tetrahidrofolat dari sel kanker.



Modifikasi Isosterisme Dan Aktivitas Biologis Obat



Antimetabolit asam folat



R OH NH2 NH2



R’ H : Asam folat - metabolit normal H : Aminopterin - antimetabolit CH3 : Metotreksat - antimetabolit



B. PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT • Sebagian besar obat → golongan farmakologis sama, umumnya → gambaran struktur tertentu. • Gambaran struktur ini → oleh orientasi gugus-gugus fungsional dalam ruang dan pola yang sama. • Untuk berinteraksi dengan reseptor, molekul obat harus dapat mencapai sisi reseptor dan sesuai dengan permukaan reseptor. • Factor sterik yang ditentukan oleh stereo kimia molekul obat dan permukaan sisi reseptor, memegang peranan penting dalam menentukan efisiensi interaksi obat-reseptor. • Oleh karena itu agar dapat ↔ dengan reseptor dan → respons biologis, molekul obat harus mempunyai struktur dengan derajat kekhasan tinggi.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Dari gambaran sterik dikenal beberapa macam struktur isomeri, antara lain: - isomer cis-trans, - isomer konformasi, - diastereoisomer dan - isomer optic. Bentuk isomer tsb dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



1. Isomer Cis-trans dan Aktivitas Biologis • Isomer cis-trans atau isomer geometric: isomer yang disebabkan oleh adanya atom-atom atau gugus-gugus yang terikat secara lansung pada suatu ikatan rangkap atau dalam suatu sistem alisiklik. • Ikatan rangkap dan sistem alisiklik tsb membatasi gerakan atom untuk mencapai kedudukan yang stabil → terbentuk isomer cis-trans. • Isomer cis-trans cenderung menahan gugus-gugus dalam molekul pada ruang yang relative berbeda, dan perbedaan letak gugus-gugus tsb → perbedaan sifat kimia fisika. • Akibatnya, distribusi isomer dalam media biologis juga berbeda, dan berbeda pula kemampuannya untuk ↔ dengan reseptor biologis.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Interaksi salah satu model isomer cis dan trans dengan reseptor, dapat dijelaskan sbb:



Pada bentuk pengaturan cis, keempat gugus senyawa akan mengikat reseptor secara serasi, dan ini dapat menjelaskan respons biologis yang diharapkan.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Contoh: 1. dietilstilbestrol, suatu hormone estrogen nonsteroid.



Estradiol Cis- dietilstilbestrol



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Trans-Dietilstilbestrol dipengaruhi oleh resonansi dan efek sterik yang minimal, cenderung untuk menahan agar kedua gugus fenol dan gugus etil terletak pada bidang datar yang berlawanan, → bentuk isomer trans lebih stabil dibanding isomer cis. Pada isomer trans, “jarak identitas” antara kedua gugus hidroksil fenol 14,5 Å, dan ini hampir sama dengan “jarak identitas” dua gugus OH pada struktur estradiol, suatu hormon estrogen, sehingga keduanya dapat ↔ secara serasi dengan reseptor estrogen. Isomer cis mempunyai “jarak identitas” yang jauh berbeda. Adanya perbedaan kestabilan dan “jarak identitas” tersebut → isomer trans mempunyai aktivitas estrogenic 14 kali lebih besar dibanding isomer cis.



2. Tripolidin



E-isomer (isomer trans) dari Tripolidin suatu senyawa antagonis H1 lebih aktif in vitro dan in vivo, menunjukkan bahwa jarak antara cincin piridin dan cincin pirolidin kritis untuk pengikatan terhadap reseptor. (Foye, ).



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



2. Isomer Konformasi dan Aktivitas Biologis Isomer konformasi : isomer yang terjadi karena ada perbedaan pengaturan ruang dari atom-atom atau gugus-gugus dalam struktur molekul obat. Isomer konformasi lebih stabil pada struktur senyawa non aromatic. • Contoh: • Sikloheksana a = aksial e = ekuatorial



Bentuk kursi



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



• Sikloheksan cenderung dalam bentuk konformasi kursi dibanding bentuk konformasi perahu (1000 : 1, pada suhu kamar). • Substituent atau gugus pada cincin sikloheksan cenderung ditahan pada kedudukan ekuatorial → bentuk aksial lebih mudah terpengaruh oleh efek sterik. • Pada bentuk 1,3-diaksial, substituent-substituennya cenderung tolak menolak satu sama lain sehingga mengubah kelenturan cincin dan menempatkan substituent pada kedudukan ekuatorial, yang kurang terpengaruh oleh efek sterik.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



2. Trimeperidin: (narkotik-analgesik yang kuat). Pada struktur molekulnya bentuk konformasi ekuatorial atau aksial ditunjang dan berorientasi pada gugus fenil dan gugus alisiklik. Gugus fenil cenderung dipertahankan dalam bidang cincin pada kedudukan ekuatorial. Untuk mengubah kekedudukan aksial dibutuhkan energy 7 kkal/mol. Isomer aksial dan ekuatorial dari trimeperidin mempunyai potensi analgesic sama. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh bentuk isomer konformasi terhadap aktivitas analgesic trimeperidin sangat kecil.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



• Kadang-kadang satu molekul senyawa tertentu memberikan lebih dari satu efek biologis → mempunyai bentuk konformasi yang unik dan lentur → dapat berinteraksi dengan reseptor-reseptor biologis yang berbeda. Contoh: 1. Asetilkolin: mempunyai dua bentuk konformasi, a. Bentuk konformasi tertutup (aquasi ring = cisoid) Pada bentuk ini, atom H dari N-metil letaknya berdekatan dengan atom O dari gugus asetoksi → ikatan hydrogen intermolekul membentuk struktur tertutup. Bentuk konformasi ini dapat ↔dengan reseptor nikotinik dari ganglia dan penghubung saraf otot.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



2. Bentuk konformasi memanjang penuh (transoid) • Pada bentuk ini, atom H dari N-metil letaknya berjauhan dengan atom O → membentuk struktur yang memanjang. Bentuk konformasi ini dapat ↔ dengan reseptor muskarinik dari saraf post ganglionik parasimpatik dan mudah dihidrolisis oleh enzim asetilkolinesterase



• Bentuk konformasi memanjang bentuk konformasi tertutup



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



2. Trans-diaksial 3- Trimetilamonium-2-asetoksidekalin Senyawa ini mempunyai bentuk struktur dengan derajat kekakuan cukup besar sehingga mempunyai efek muskarinik yang cukup besar.



Trans –diaksial-3-trimetilamonium-2-asetoksi dekalin



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



4. Histamine: mempunyai tiga bentuk isomer konformasi yaitu bentuk konformasi memanjang (A dan B) dan bentuk konformasi tertututp (C).



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



• Pada bentuk konformasi A, jarak atom N cincin imidazol dengan N rantai samping 4,55Å, sedangkan pada bentuk konformasi B jaraknya 3,60Å. Bentuk konformasi C tertutup karena ada ikatan hydrogen intramolekul. • Reseptor histamine dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu reseptor histamine H 1, H 2 dan H 3.



a. Reseptor histamine H1 • Bila reseptor ini diduduki oleh histamine, timbul efek rangsangan otot polos saluran cerna dan bronki serta dilatasi pada pra dan post arteri kapiler. • Reseptor ini diblok secara kompetitif oleh obat antihistamin klasik, seperti tripolidin, klortrimeton, antazolin dan difenhidramin.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



b. Reseptor histamine H2 • Bila reseptor ini diduduki oleh histamine, dapat terjadi rangsangan sekresi asam lambung. Reseptor ini tidak diblok oleh obat antihistamin klasik tetapi dapat diblok oleh senyawa antagonis H 2, seperti burinamid, simetidin, ranitidin dan famotidin. c. Reseptor histamine H3 • Bila reseptor ini diduduki oleh histamine, terjadi vasodilatasi buluh darah yang berpengaruh terhadap fungsi-fungsi perifer, seperti gerakan saluran cerna atau kontrol tonus simpati. Reseptor ini diblok oleh senyawa antagonis H 3, seperti tioperamid dan impromidin.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



3. Diastereoisomer dan Aktivitas Biologis Diastereoisomer: isomer yang disebabkan oleh senyawa yang mempunyai dua atau lebih pusat atom asimetrik, mempunyai gugus fungsional sama dan memberikan tipe reaksi yang sama pula. Kedudukan gugus-gugus substitusi terletak pada ruang yang relative berbeda sehingga diastereoisomer mempunyai sifat fisik, kecepatan reaksi dan sifat biologis yang berbeda pula. Perbedaan sifat-sifat diatas akan berpengaruh terhadap distribusi, metabolism dan interaksi isomer dengan reseptor.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Perbedaan interaksi dengan reseptor dari senyawasenyawa diastereoisomer dapat dilihat pada Gambar 16.



• Gambar 16. Interaksi diastereoisomer dengan reseptor biologis. • Keterangan: • Nilai koefisien partisi lemak/air isomer cis tidak sama dengan isomer trans atau log P (cis) ≠ log P (trans) • A, B dan C : gugus pada isomer • A’, B’ dan C’ : tempat yang sesuai pada reseptor



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Diastereoisomer kemungkinan juga mempunyai aktivitas optic. Contoh: Efedrin, mempunyai 2 atom C asimetrik dengan 4 bentuk aktif optis, dapat membentuk diastereoisomer eritro dan treo, yang dapat dilihat pada Gambar 17. Efedrin (eritro) Pseudoefedrin (treo)



Gambar 17. Bentuk diastereoisomer efedrin.



• Ephedrine dan pseudoephedrine mempunyai pola substitusi yang sama, tetapi substitusi dari carbon 1 dan 2 memungkinkan untuk empat streoisomer. Rasemis (±) ephedrine adalah campuran dari enantiomer-enantiomer erythro 1R,2S dan 1S,2R, sedangkan pasangan enantiomer threo, 1R,2R dan 1S,2S, dikenal sebagai rasemis pdeudoephedrine (ѱ-ephedrine). • (-)-ephedrine adalah streoisomer natural dan mempunyai konfigurasi absolut 1R,2S dengan aktifitas lansung pada kedua reseptor α dan β dan beberapa aktivitas tidak lansung. 1S,2R-(+)-enantiomer nya menunjukkan terutama aktivitas tidak lansung. 1S,2S-(+)-Pseudoephedrine sebenarnya tidak mempunyai aktivitas reseptor lansung dan lebih banyak bekerja tak lansung. (Foye, ) •



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Tabel 11. Hubungan isomer efedrin dan aktivitas presor relative (APR) Isomer APR D (-) efedrin 36 L(+) efedrin 11 D (-) Pseudo efedrin 7 L (+) Pseudo efedrin 1 DL (±) efedrin 26 Pseudo DariDL(±) Gambar 17 danefedrin Tabel 11 dapat4dilihat bahwa aktivitas maksimal dicapai bila pusat Cα berada pada kedudukan (S) dan pusat Cβ pada kedudukan (R). jadi hanya bentuk D(-) efedrin yang secara nyata dapat memblok reseptor βadrenergik dan menurunkan tekanan darah.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



4. Isomer Optik dan Aktivitas Biologis • Isomer optic (Enantiomorph, Optical antipode): isomer yang disebabkan oleh senyawa yang mempunyai atom C asimetrik. • Isomer optic mempunyai sifat kimia fisika sama dan hanya berbeda pada kemampuan dalam memutar bidang cahaya terpolarisasi atau berbeda rotasi optiknya. • Masing-masing isomer hanya dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi kekiri atau kekanan saja dengan sudut pemutaran sama. • Isomer optic kadang-kadang mempunyai aktivitas biologis yang berbeda karena ada perbedaan dalam interaksi isomer-isomer dengan reseptor bilogis. Menurut Beckett, perbedaan interaksi isomer-isomer optic dengan reseptor biologis, dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 18.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Gambar 18. Interaksi isomer optic dengan reseptor biologis.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Keterangan: Nilai koefisien partisi lemak/air dari isomer (+) sama dengan isomer (-) atau log P(+) = log P(-). A,B dan C : gugus-gugus pada isomer A’, B’ dan C’ : tempat yang sesuai pada reseptor



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



Contoh obat yang membentuk isomer optic dengan aktivitas biologis berbeda: 1. (-) Hiosiamin, aktivitas midriatiknya 15 -20 kali > dibanding isomer (+). 2. D(-) Adrenalin, aktivitas vasokonstriksinya 12 – 15 kali > dibanding isomer (+). 3. (-) Sinefrin, aktivitas presornya 60 kali > dibanding isomer (+). 4. (-)-α- Metildopa, → efek antihipertensi, sedang isomer (+) tidak menimbulkan efek antihipertensi. 5. D(-) treo-Kloramfenikol → efek antibaktreri, sedang isomer L(+) eritro efeknya negative.



PENGARUH ISOMER TERHADAP AKTIVITAS BIOLOGIS OBAT



6. (+)-Norhomoepinefrin, aktivitas presornya 160 kali > dibanding isomer (-). 7. (+)-α-Propoksifen → efek analgesic, sedang isomer (-) → efek anti batuk. 8. L(+)- Asam askorbat → efek antiskorbut, sedang isomer (-) efeknya negative. 9. S(+)-Indometasin mempunyai efek antiradang, sedang isomer R(-) efeknya negative. 10. Isomer (-) dan (+) dari klorokuin → efek antimalaria yang sama, hal ini berarti bahwa aspek stereokimia sedikit berpengaruh terhadap aktivitas biologis dari klorokuin. •



C. JARAK ANTAR ATOM DAN AKTIVITAS BIOLOGIS • Hubungan antara struktur kimia dengan aktivitas biologis sering ditunjang oleh konsep kelenturan reseptor. • Pada beberapa tipe kerja biologis, jarak antar gugus-gugus fungsional molekul obat dapat berpengaruh terhadap aktivitas biologisnya. • Hal ini dapat diperkirakan dari “jarak identitas” struktur protein yang memanjang, seperti terlihat pada Gambar 21.



Jarak Antar Atom Dan Aktivitas Biologis



“jarak identitas”



Gambar 21. Bentuk struktur protein yang memanjang



Jarak Antar Atom Dan Aktivitas Biologis



Contoh: 1. Obat parasimpatomimetik, seperti turunan asetilkolin dan parasimpatolitik, seperti obat pemblok adrenergic, jarak antara ester karbonil denga atom Nmetil adalah 7,2 Å yang berarti 2 x 3,16 Å. 2. Obat kurare, jarak antar atom N-kuarterner adalah 14,5Å, yang berarti 4 x 3,61Å. 3. Hormone estrogen non steroid, seperti dietilstilbestrol, gugus hidroksilnya juga dipisahkan oleh ikatan hydrogen dengan jarak 14,5Å. Selain jarak antar ikatan peptide, jarak antara dua struktur α-heliks protein (5,5Å) didapatkan sama dengan jarak antar gugus-gugus fungsional dari banyak obat.



Jarak Antar Atom Dan Aktivitas Biologis



Contoh: Obat yang mengandung struktur seperti dibawah ini:



“jarak identitas” Didapatkan pada obat-obat yang termasuk golongan anestesi setempat (mis prokain), antihistamin (mis difenhidramin), spamolitik (mis adifenin) dan obat pemblok adrenergic (mis piperoksan). Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa jarak antar atom dari gugus-gugus fungsional kemungkinan berperan dalam proses interaksi obat dengan sisi reseptor khas.



• 2.1.4 Two natural stereoisomers with separate therapeutic uses



• Both quinine and quinidine are obtained from the bark of the Cinchona tree. Quinine is used against malaria ; its mechanism of action is believed to resemble that of chloroquine (slide 11.9.1). • Quinidine also has some antimalarial activity, but is used in clinical medicine for its inhibitory effect on sodium channels in the heart, which is useful in certain types of cardiac arrhythmias.



See You Next Week