Toxoplasma Gondii [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



Toxoplasma gondii Makalah untuk Memenuhi Tugas Mikrobiologi I Kelas B yang diampu oleh Bapak Agung Suprihadi, S.Si. M.Si. Disusun oleh: ADILA NAWAN HASRIMI 24020113130066 FEBIASASTI TRIAS N 24020113120058 SHANTI TRISTA M. R. 24020113130069 SHAFIRA PURWADHANI 24020113120063 LINDA SAPUTRI 24020113120056



JURUSAN BIOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014



DAFTAR ISI Daftar Isi .............................................................................................................ii Ringkasan ...........................................................................................................iii BAB I. Pendahuluan............................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2 1.3 Tujuan................................................................................................3 BAB II. Tinjauan Pustaka...................................................................................4 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Toxoplasma gondii. .................................4 2.2 Siklus Hidup Toxoplasma gondii......................................................6 2.3 Toksopalsmosis ....................................................................................................... 8 2.4 Gejala Klinis Toksoplasmosis ....................................................................................................... 10 2.5 Epidemiologi ....................................................................................................... 12 2.6 Pencegahan Taksoplasmosis ....................................................................................................... 13 BAB III. Penutup................................................................................................15 3.1 Kesimpulan .......................................................................................15 3.4 Saran..................................................................................................16 Daftar Pustaka.....................................................................................................17



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang menjadi salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen pada manusia dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum Aplicomplexa karena memiliki organ kompleks sekreotik pada bagian apical. Organ sekrotik inilah yang berperan dalam proses penetrasi dan invasi berbagai jenis sel dalam tubuh hospes terutama sel yang berinti (Natadisastra, 2009). Toksoplamosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan. Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar di seluruh dunia, pada hean berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hosepes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Taxoplasma gandii siklus hidupnya terdiri atas 5 stadium utama, kelima stadium tersebut ditemukan dalam tubuh satu-satunya yang diketahui sebagai tuan rumah definitif, yaitu kucing, sedangkan dalam tubuh inang perantara antara lain manusia, mamalia serta burung ditemukan hanya dua stadium, yaitu bentuk trofozoit intraseluler atau proliferatif yang ditemukan selama awal stadium akut suatu infeksi dan bentuk kista, ditemukan selama masa kronik atau pada infeksi laten, parasit terdapat di dalam kista tersebut (Cahyani, 2003). Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara dapatan (Aquired taxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Protozoa ini hidup dalam sel epitel usu muda hospes definitif, sedangkan ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini



1



terjadi dengan tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang serta transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Sebagai parasit, Tosoplasma gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat. Pencegahan kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya yang dapat bertahan sampai satu tahum di dalam tanah yang teduh dan lembab. Dapat dijaga terjadinya infeksi pada kucing untuk mencegah hal ini yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Pencegahan terjadinya infeksi ookista yang berada di dalam tanah dapat diusahakan mematikan ookista dengan bagan kimia seperti formalin, amonia, dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70 °C yang disiramkan pada tinja kucing. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini untuk memberikan pengetahuan tentang Toxoplasma gondii. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana klasifikasi dan karakteristik umum Toxoplasma gondii? 2. Apa yang dapat menyebabkan Toksoplasmosis? 3. Bagaimana proses terjadinya Toksoplasmosis? 1.3 Tujuan Tujuan dari penlisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui klasifikasi dan karakteristik umum Toxoplasma gondii 2. Mengetahui penyebab Toksoplasmosis 3. Mengetahui proses terjadinya Toksoplasmosis



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Toxoplasma gandii



Gambar 1. Morfologi Toxoplasma gondii (Natadisastra, 2009) Menurut Soulsby dalam Juanda (2006), secara umum klasifikasi Toxoplasma gondii adalah sebagai berikut: Kingdom : Protista Filum : Apicomplexa Kelas : Sporozoa Ordo : Eucoccidiidae Famili : Sarcocytidae Genus : Toxoplasma Spesies : Toxoplasma gandii Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang menjadi salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen pada manusia dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum Aplicomplexa karena memiliki organ kompleks sekreotik pada bagian apical. Organ sekrotik inilah yang berperan dalam proses penetrasi dan invasi berbagai jenis sel dalam tubuh hospes terutama sel yang berinti (Natadisastra, 2009). Morfologi trofozoit Taxoplasma gondii dapat lebih mudah diamati dengan pewarnaan. Morfologi trofozoit yaitu memiliki bentuk menyerupai bulan sabit, panjang 3,5-6 mm dan lebar 1,5-3 mm, satu ujung lebih tumpeul



3



dari ujung lainnya. Pewarnaan giemsa dengan berbagai variasi menunjukkan sitoplasma berwarna biru dengan inti sferis atau oval kemerah-meahan yang terlihat dejat ujung yang tumpul. Umumnya parasit ditemukan intraseluler, terletak dalam vakuola, pada sitoplasma, serta menimbulkan sedikit kemunduran pada sel yang diserang (Cahyani, 2003). Parasit ini memiliki kompleks membran yang terdiri dari membran dalam dengan



ketebalan



berbeda-beda,



seperti



apikompleksa yang lainnya, T. Gondii



mikroorganisme



keluarga



juga memiliki struktur kompleks



apikal yang terlibat dalam penetrasi parasit dan kemampuannya bertahan hidup secara intrasel dalam sel inang. Organela khas yang dimiliki oleh T. gondii adalah roptri, mikronema, dan granula gelap. Sebagai parasit intrasel, T. gondii dapat menginvasi berbagai sel inang, baik sel fagositik maupun sel nonfagositik, dengan kecenderungan berbiak dalam sel fagosit makrofaga. Taxoplasma gondii masuk ke dalam sel inang dengan cara invasi aktif dan sama sekali tidak melibatkan aktivitas sel inang. Invasi parasit ke dalam sel inang membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit (Nurcahyo, 2007). Toxoplasma gondii yang berada di dalam sel inang yang telah terinfeksi membentuk vakuola parasitofor yang menghalangi proses asidifikasi kompartment lisomal dan secara cepat melakukan pembelahan diri. Vakuola parasitofor dikelilingi oleh lapisan retikulum endoplasma dan mitokondria sel inang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme parasit. Oleh karena itulah kemampuan fagositosi sel inang menjadi tidak berfungsi, sehingga pararasit dapat bertahan dan berkembang biak dalam sel inang (Nurcahyo, 2007). 2.2 Siklus Hidup Toxoplasma gandii



4



Taxoplasma gandii siklus hidupnya terdiri atas 5 stadium utama, kelima stadium tersebut ditemukan dalam tubuh satu-satunya yang diketahui sebagai tuan rumah definitif, yaitu kucing, sedangkan dalam tubuh inang perantara antara lain manusia, mamalia serta burung ditemukan hanya dua stadium, yaitu bentuk trofozoit intraseluler atau proliferatif yang ditemukan selama awal stadium akut suatu infeksi dan bentuk kista, ditemukan selama masa kronik atau pada infeksi laten, parasit terdapat di dalam kista tersebut (Cahyani, 2003). Takizoit merupakan parasit yang berkembang cepat merupakan bentuk proliferatif dan trofozoit. Biasa tampak pada infeksi akut sedangkan bradizoit adalah bentuk multiplikasi yang lambat, berada di dalam kista terjadi pada infeksi kronis. Takizoit Taxoplasma gondii bermutiplikasi di dalam sel tuan rumah dengan cara pembelahan yang khas disebut endodiogeni (Nurcahyo, 2007). Selama infeksi primer untuk waktu kurang 2 minggu, kucing melalui tinjanya mengeluarkan ookista yang belum mengalami sporulasi dengan ukuran kurang lebih 10-12 m dan berisi sebuah protoblast. Ookista ini belum infektif, untuk menjadi infektif diperlukan sporulasi pada suhu ruangan 20-22 °C yang membutuhkan waktu 3-4 hari. Selama waktu ini, sporoblast primer terbelah menjadi dua sporoblast dan di dalam tiap sporoblast akan tumbuh 4 sporozoit. Ookista yang sedang mengalami proses pembentukan sporozoit di dalamnya disebut sporokista yang relatif toleran terhadap perubahan lingkungan serta dapat tetap infektif di dalam tanah selama kurang lebih satu tahun (Cahyani, 2003). Tertelannya sporokista infektif oleh burung atau mamalia yang sesuai merupakan awal dari infeksi akut yang biasanya berlanjut menjadi kronis.



5



Sering kali infeksi awal ini relatif ringan sehingga tidak diketahui oleh penderita. Selama stadium akut, parasit bentuk proliferatif terdapat pada berbagai jaringan, akan tetapi pada fase kronis, terdapat dalam bentuk kista yang dapat ditemukan pada otot serta berbagai jaringan antara lain sering kali ditemukan dalam susunan saraf pusat (Cahyani, 2003). Siklus hidup pada tubuh kucing terjadi keduanya, baik multiplikasi aseksual (skizogoni) maupun reproduksi seksual (gametogoni) yang keduannya dapat terjadi pada sel epitel mukosa usus halus. Hasil akhir dari fase seksual adalah makrogamet fertil atau zigot dengan dinding tipis, akan tetapi cukup kuat untuk dapat melindungi organisme ini. Kemudian akan keluar dan ditemukan di dalam tinja sebagai ookista yang belum matang, belum mengalami sporulasi dan siklusnya akan berulang seperti telah diuraikan di atas (Juanda, 2006).



Gambar 2. Siklus hidup Toxoplasma gondii (Juanda, 2006) 2.3 Taksoplasmosis Toxoplamosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Genus Toxoplasma. Toxoplamosis pada manusia adalah suatu keadaaan



6



seorang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii yang biasanya berasal dari binatang, baik binatang oeliharaan misalnya kucing, anjing, burung dan sebagainya, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing dan sebagainya



yang



bertindak



sebagai



sumber



penularan



tersebut.



Toxoplasmosis, manifestasi klinis terutama pada bayi dan anak-anak, dapat berupa subakutensefalomielitis dan khlorioretinis, sedangkan pada dewasa dan orang tua berupa demam akut (Juanda, 2006). Penularan secara perolehan pada manusia dapat melalui makanan yang tercemar oosista yang telah mengalami sporulasi di alam bebas, maupun akibat makan daging atau organ lain yang mengandung sista. Wanita yang teinfeksi waktu hamil dapat menularkan infeksi kepada janin yang dikandungnya, demikian juga pada hewan dapat menyebabkan kematian janin atau lahir cacat. Tidak seperti pada berbagai penyakit lainnya, taksoplasmosis umumnya tidak menunjukkan gejala klinis, baik pada inang utama maupun inang antara. Akan tetapi gejala yang mula-mula terlihat pada penderita taksomplasmosis



adalah



demam,



pusing,



disorientasi,



serta



tremor



(Natadisastra, 2009). Taxoplasmosis gondii ketika menginfeksi hewan piaraan atau ternak, parasit ini berkembang biak di tempat penularan, kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan menyerang pada alat-alat atau jaringan tubuh, Parasitparasit ini dapat dilepaskan dari sel-sel hospes yang pecah dan dapat dilepaskan dari sel-sel hospes yan pecah dan dapat menyebar secara lokal yaitu melalui peredaran darah, saluran limfe, dan dapat menginvasi tipe sel apapun, tetapi yang sangat umum sel retikulo-endothelial (Cahyani, 2003). Proses infeksi sel inang melibatkan sekresi protein dari organela sekretori apikal, yaitu mikronema dan roptri. Protein mikronema digunakan



7



untuk pengenalan ssel inang, perlekatan dan pergerakan gliding pararasit. Protein roptri digunakan untuk pembentukan 2vakuola parasitofor dan protein yang berasala dari granula gelap digunakan untuk perubahan bentuk vakuola menjadi kompartemen yang aktif untuk keperluan metabolisme. Rangsangan dan mekanisme seluler yang menyebabkan sekresi protein dan organela apikal ini belum diketahui secara pasti (Nurcahyo, 2007). 2.4 Gejala Klinis Taksoplamosis Setelah terjadi infeksi Taxoplasma gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling banyak terjadi pada jaringan retikuloendothelial dan otak, di mana parasit memiliki afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga merupakan fase kronil, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menertap tanpa menyebabkab peradangan lokal (Cahyani, 2003). Berdasarkan garis besar cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplamosis dapat dikelompokkan atas toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan tokosoplamosis kongenital. Baik toksoplasmosi dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemusia menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak sepesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Taksoplamosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplamosis



8



kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala. Limfadenopati pada infeksi akut sering dijumpai pada kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk kelainan pada kulit akibat taksomplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit pada demam titus, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstinal (Cahyani, 2003). Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbil setelah



beberapa



minggu



sampai



beberapa



tahun.



Ada



gambaran



writoblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terditi dari hidrosefalus, kororetinitis dan perkapuran intakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplamosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga sistem sayraf penderita. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikaktriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital (Cahyani, 2003). Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacam-macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trisemester pertama, dapat berupa



9



kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, klasifikasi serebral dan korioretinitis. Gejala klinis pada anak yang lahir prematur lebih berat



daripada



anak



yang



lahir



cukup



bulan,



dapat



disertai



hepatosplenomegali, ikteus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusar dan lesi mata (Cahyani, 2003). 2.5 Epidemiologi Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi dimana ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pada manusia atau hewan lain. Seekor kucing dapat mengeluarkan sampai 10 juta ookista sehari selama 2 minggu, Ookista di dalam tanah yang lembab dan teduh dapat hidup lama sampai lebih dari satu tahun, sedangkan tempat yang terkena sinar matahari langsung dan tanah kering dapat memperpendek hidupnya. Apabila ookista tertelan oleh tikus tikus terinfeksi dan dakan membentuk kista dalam otot dan otaknya. Bila tikus dimakan oleh kucing, maka kucing akan tertular lagi. Bila ookista ini tertelan oleh manusia atau hewan lain, maka akan terjadi infeksi. Misalnya kambing, sapi, dan kuda pemakan rumput yang mungkin tercemar tinja kucing yang mengandung ookista dapat terifeksi. Manusia juga dapat terinfeksi sayuran mentah yang tercemar tinja kucing, atau setelah berkebun lupa mencuci tangan sewaktu mau makan. Anak balita yang bermain di tanah juga dapat terinfeksi oleh ookista (Natadisastra, 2009). Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikar positif terhadap pemeriksaan serologis, yang



10



menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan, dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak. Krista Toxoplasma gondii



dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu -4°C sampai tiga



minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu -15 °C selama tiga hari dan pada suhu -20 °C selama dua hari. Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65 °C selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat (Cahyani, 2003). 2.6 Pencegahan Taksoplasmosis Pencegahan kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya yang dapat bertahan sampai satu tahum di dalam tanah yang teduh dan lembab. Dapat dijaga terjadinya infeksi pada kucing untuk mencegah hal ini yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Pencegahan terjadinya infeksi ookista yang berada di dalam tanah dapat diusahakan mematikan ookista dengan bagan kimia seperti formalin, amonia, dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70 °C yang disiramkan pada tinja kucing. Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih karena



11



ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran, makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut (). Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi, dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya samapai 66 °C atau mengasap dan sampai matang sebelum diamakan. Ibu yang memasak jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, dan tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Komponen yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosi kongenital karena akan yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 2124 minggu, mengurangi kejadian toksoplasmosis kongenital kurang dari 50% karena lebih dari 50% toksoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester teakhir kehamilan. Pencegahan dengan obat-obatan terutama pada ibu hamil yang menderita infeksi primer dengan Toxoplasma gomdii dapat dilakukan dengan spiramisin. Vaksin untuk mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia sampai saat ini.



12



BAB III PENUTUP 3.1.



KESIMPULAN 3.3.1 Toxoplasma gandii merupakan parasit obligat intraseluler yang menjadi salah satu zoonosis penting penyebab opportunistic pathogen pada manusia dan hewan. Parasit ini digolongkan dala filum Aplicomplexa karena memiliki organ kompleks sekreotik pada bagian apical. 3.3.2 Toxoplamosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh Genus Toxoplasma. Toxoplamosis pada manusia adalah suatu keadaaan seorang terinfeksi oleh Toxoplasma gondii yang biasanya berasal dari binatang, baik binatang oeliharaan misalnya kucing, anjing, burung dan sebagainya, maupun binatang ternak antara lain babi, kambing dan sebagainya yang bertindak sebagai sumber penularan tersebut. 3.3.3 Setelah terjadi infeksi Taxoplasma gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling banyak terjadi pada jaringan retikuloendothelial dan otak, di mana parasit memiliki afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga merupakan fase kronil, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menertap tanpa menyebabkab peradangan lokal.



3.2.



SARAN Materi tentang Toxoplasma gondii dapat digunakan sebagai referensi untuk menambah pengetahuan pembaca. Setelah mengetahui tentang



13



pengetahuan dasar tentang Tosoplasma gondii dan penyebab terjadinya toksoplasmosis pembaca dapat melakukan langkah pencegahan terjadinya toksoplasmosis.



14



DAFTAR PUSTAKA



Cahyani, Indra. 2003. Epidemiologi Toxoplasma gondii. Artikel. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Nurcahyo, Wisnu. Priyowidodo, Dwi dan M. Hanafish. 2007. Pengaruh Infeksi Toxoplasma gondii Isolat Lokal terhadap Gambaran Darah pada Mencit. Jurnal Sain Veterinari. 22(1): 68-73 Juanda, H.A. 2006. TORCH (Toxo, Rubella, CMV, dan Herpes) Akibat dan Solusinya. Solo: Wangsa Jatra Lestari Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC



15