Trauma Ginjal-Referat Radiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...........................................................................................................1 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2 DEFINISI......................................................................................................2 EPIDEMIOLOGI..........................................................................................2 ETIOLOGI....................................................................................................2 PATOFISISOLOGI........................................................................................3 PATOMEKANISME.....................................................................................4 KLASIFIKASI TRAUMA GINJAL.............................................................5 GEJALA KLINIS..........................................................................................7 DIAGNOSIS.................................................................................................7 DIAGNOSIS RADIOLOGI..........................................................................8 PEMERIKSAAN RADIOLOGI..................................................................10 KESIMPULAN............................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................22



1



TINJAUAN PUSTAKA I.



Definisi



Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam trauma baik tumpul maupun tajam. II.



Epidemiologi



Trauma ginjal merupakan trauma yang paling sering terjadi di bagian traktus urogenital (10%) III.



Etiologi



Ada 3 penyebab utama dari trauma ginjal , yaitu : 1.Trauma tajam 2.Trauma Iatrogenik 3.Trauma tumpul Trauma tajam seperti tembakan dan tikaman merupakan 10 – 20 % penyebab trauma pada ginjal di Indonesia. Baik luka tikam atau tusuk pada abdomen bagian atas atau pinggang maupun luka tembak pada abdomen yang disertai hematuria merupakan tanda pasti cedera pada ginjal. Trauma iatrogenik pada ginjal dapat disebabkan oleh tindakan operasi atau radiologi intervensi, dimana di dalamnya termasuk retrograde pyelography, percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Dengan semakin meningkatnya popularitas dari teknik teknik di atas, insidens trauma iatrogenik semakin meningkat. Tetapi kemudian menurun setelah diperkenalkan ESWL. Biopsi ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal. Trauma tumpul merupakan penyebab utama dari trauma ginjal. Dengan lajunya pembangunan, penambahan ruas jalan dan jumlah kendaraan, kejadian trauma akibat kecelakaan lalu lintas juga semakin meningkat. Trauma tumpul ginjal dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung biasanya



disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah raga, kerja atau



perkelahian. Trauma ginjal biasanya menyertai trauma berat yang juga mengenai organ-organ 2



lain. Trauma tidak langsung misalnya jatuh dari ketinggian yang menyebabkan pergerakan ginjal secara tiba tiba di dalam rongga peritoneum. Kejadian ini dapat menyebabkan avulsi pedikel ginjal atau robekan tunika intima arteri renalis yang menimbulkan trombosis. Ada beberapa faktor yang turut menyebebkan terjadinya trauma ginjal. Ginjal yang relatif mobile dapat bergerak mengenai costae atau corpus vertebrae, baik karena trauma langsung ataupun tidak langsung akibat deselerasi. Kedua, trauma yang demikian dapat menyebabkan peningkatan tekanan subcortical dan intracaliceal yang cepat sehingga mengakibatkan terjadinya ruptur. Yang ketiga adalah keadaan patologis dari ginjal itu sendiri. Sebagai tambahan, jika base line dari tekanan intrapelvis meningkat maka kenaikan sedikit saja dari tekanan tersebut sudah dapat menyebabkan terjadinya trauma ginjal. Hal ini menjelaskan mengapa pada pasien yang yang memiliki kelainan pada ginjalnya mudah terjadi trauma ginjal. IV.



Patofisiologi Trauma Ginjal Trauma ginjal tumpul diklasifikasikan sesuai keparahan luka dan yang paling sering



ditemukan adalah kontusio ginjal. Trauma tumpul pada region costa ke 12 menekan ginjal ke lumbar spine dan akan mengakibatkan cedera pada pinggang atau bagian bawah ginjal. Ditempat costa 12 memberi impak. Ginjal juga dapat rusak akibat dari tekanan dari bagian anterior abdomen sering kali dalam kecederaan dalam kecelakaan lalu lintas. Trauma penetrasi yang sering kali disebabkan oleh luka tusuk atau luka tembak sering ditemukan juga. Walaupun sering ditemukan hematoma peri-renal, pasien mungkin tidak menunjukkan hematuria kecuali luka mencapai calyx atau pelvis. Trauma ginjal dapat terjadi oleh karena beragam mekanisme. Kecelakaan motor merupakan penyebab terbanyak dari trauma tumpul abdominal yang menyebabkan trauma ginjal. Selain itu, jatuh dari ketinggian, luka tembak, merupakan penyebab lainnnya.Pada kasus jarang, trauma ginjal terjadi oleh karena penyebab iatrogenic yang dapat bermanifestasi dengan perdarahan setelah trauma minor.



3



Sebagian besar trauma (ruptur) ginjal muncul dengan gejala hematuria (95%), yang dapat menjadi besar pada beberapa trauma ginjal yang berat. Akan tetapi, trauma vaskuler ureteropelvic (UPJ), hematuria kemungkinan tidak tampak.Oleh karena, sebagian besar penanganan trauma, termasuk trauma ginjal, membutuhkan sedikit prosedur invasif, maka pemeriksaan radiologi sangatlah penting.Dengan pemeriksaan yang akurat dari radiologi pasien dapat ditangani dengan optimal secara konservatif dari penanganan pembedahan. V.



PATOMEKANISME Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum regangan pedikel ginjal menimbulkan robekan tunika intima arterirenalis. terbentuknya bekuan-bekuan darah (hematom) menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-cabangnya.



4



VI.



Klasifikasi Trauma Ginjal Berdasarkan American Association for the surgery of Trauma (AAST), trauma ginjal



terbagi dalam beberapa derajat: Tujuan pengklasifikasian trauma ginjal adalah untuk memberikan pedoman dalam menentukan terapi dan prognosis. Grade I Kontusio ginjal,terdapat perdarahan di ginjal tanpa adanya kerusakan jaringan,kematian jaringan maupun kerusakan kaliks. Hematuria dapat mikroskopik atau makroskopik.pencitraan normal.



Grade II Hematom subkapsular atau perineal yang tidak meluas, tanpa adanya kelainan parenkim.



Grade III Laserasi ginjal < 1 cm dan tidak mengenai pelviokaliks dan tidak terjadi ekstravasasi. 5



Grade IV Laserasi > 1cm dan tidak mengenai pelviokaliks atau ekstravasasi urin. Laserasi yang mengenai korteks,medulla dan pelviokaliks



Grade V Cedera pembuluh darah utama, avulsi pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan perdarahan ginjal, laserasi luas pada beberapa tempat/ ginjal yang terbelah.



VII.



Gejala Klinis  Pada trauma tumpul dapat ditemukan adanya jejas



di daerah lumbal, sedangkan pada trauma tajam tampak luka. 6



 Pada palpasi didapatkan nyeri tekan daerah lumbal, ketegangan otot pinggang, sedangkan massa jarang teraba. Massa yang cepat menyebar luas disertai tanda kehilangan darah merupakan petunjuk adanya cedera vaskuler.  Nyeri abdomen umumya ditemukan di daerah pinggang atau perut bagian atas, dengan intenitas nyeri yang bervariasi. Bila disertai cedera hepar atau limpa ditemukan adanya tanda perdarahan dalam perut. Bila terjai cedera Tr. Digestivus ditemukan adanya tanda rangsang peritoneum.  Fraktur costae terbawah sering menyertai cedera ginjal. Bila hal ini ditemukan sebaiknya diperhatikan keadaan paru apakah terdapat hematothoraks atau pneumothoraks  Hematuria makroskopik merupakan tanda utama cedera saluran kemih. Derajat hematuria tidak berbanding dengan tingkat kerusakan ginjal. Perlu diperhatikan bila tidak ada hematutia, kemungkinan cedera berat seperti putusnya pedikel dari ginjal atau ureter dari pelvis ginjal. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda shock. VIII. Diagnosis Kecurigaan terhadap adanya cedera ginjal jika terdapat: 1. Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut bagian atas dengan disertai nyeri atau didapatkan adanya jejas pada daerah itu. 2. Hematuria. 3. Fraktur costa sebelah bawah (T8-T12) atau fraktur prosesus spinosus vertebra. 4. Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang. 5. Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas. Gambaran klinis yang ditunjukkan oleh pasien trauma ginjal sangat bervariasi tergantung pada derajat trauma dan ada atau tidaknya trauma pada organ lain yang menyertainya. Perlu ditanyakan mekanisme cedera untuk memperkirakan luas kerusakan yang terjadi. Pada trauma derajat ringan mungkin hanya didapatkan nyeri di daerah pinggang, terlihat jejas berupa ekimosis, dan terdapat hematuria makroskopik ataupun mikroskopik. Pada trauma mayor atau ruptur pedikel seringkali pasien dating dalam keadaan syok berat dan terdapat hematom di daerah pinggang yang makin lama makin membesar. Dalam keadaan ini mungkin 7



pasien tidak sempat menjalani pemeriksaan IVP karena usaha untuk memperbaiki hemodinamik seringkali tidak membuahkan hasil akibat perdarahan yang keluar dari ginjal cukup deras. Untuk itu perlu segera dilakukan eksplorasi laparotomi untuk menghentikan perdarahan. IX.



Diagnostik Radiologi



Ada beberapa tujuan pemeriksaan radiologis pada pasien yang dicurigai menderita trauma ginjal, yaitu: 1.



Klasifikasi beratnya trauma sehingga dapat dilakukan penenganan yang tepat dan menentukan prognosisnya



2.



Menyingkirkan keadaan ginjal patologis pre trauma



3.



Mengevaluasi keadaan ginjal kontralateral



4.



Mengevaluasi keadaan organ intra abdomen lainnya



Pada pemeriksaan radiologis dapat ditemukan : Grade I  



Kontusi dapat terlihat sebagai massa yang normal ataupun tidak Laserasi minor korteks ginjal dapat dikenali sebagai dfek linear pada parenkim atau







terlihat mirip dengan kontusi ginjal Yang lebih penting, pencitraan IVP pada pasien trauma ginjal grade I dapat menunjukkan gambaran ginjal normal. Hal ini tidak terlalu menimbulkan masalah karena penderita







grade I memang tidak memerlukan tindakan operasi . Pada CT Scan, daerah yang mengalami kontusi terlihat seperti massa cairan diantara parenkim ginjal



Grade II  



Pada IVP dapat terlihat extravasasi kontras dari daerah yang mengalami laserasi Extravasasi tersebut bisa hanya terbatas pada sinus renalis atau meluas sampai ke daerah



 



perinefron atau bahkan sampai ke anterior atau posterior paranefron. Yang khas adalah, batas luar ginjal terlihat kabur atau lebih lebar. Dengan pemeriksaan CT Scan , fraktur parenkim ginjal dapat terlihats 8







Akumulasi masif dari kontras, terutama pada ½ medial daerah perinefron, dengan parenkim ginjal yang masih intak dan nonvisualized ureter, merupakan duggan kuat terjadinya avulsi ureteropelvic junction



Grade III 



Secara klinis pasien dalam kadaan yang tidak stabil. Kdang kadang dapat terjadi shock







dan sering teraba massa pada daerah flank.dapt diertai dengan hematuria. Bila pasien sudah cukup stabil, dapat dilakukan pemeriksaan IVP, dimana terlihat







gangguan fungsi ekskresi baik parsial maupun total Ada 2 tipe lesi pada pelvis renalis yaitu trombosis A.Renalis dan avulsi A. Renalis.







Angiografi dapat memperlihtkan gambaran oklusi A.Renalis. Viabilitas dari fragmen ginjal dapat dilihat secara



angiografi.



Arteriografi



memperlihatkan 2 fragmen ginjal yang terpisah cukup jauh.fragmen yang viabel akan terlihat homogen karena masih mendapat perfusi cukup baik. Fragmen diantaranya berarti merupaka fragmen yang sudah tidak viable lagi. Grade IV  



Grade IV meliputi avulsi dari ureteropelvic junction. Baik IVP maupun CT Scan memeperlihatkan adanya akumulasi kontras pada derah perinefron tanpa pengisian ureter.



Sebagai kesimpulan, sampai sekarang belum ada pembatasan yang jelas kapan seorang penderita yang diduga trauma ginjal memerlukan IVP atau CT Scan sebagai pemeriksaan penunjangnya. Keputusan tersebut harus didasarkan kepada pemeriksaan manakah yang lebih tersedia. CT San biasanya diambil sebagai pemeriksaan penunjang pertama pada psien yang mengalami trauma multiple organ intra abdomen, dan pasien yang diduga trauma ginjal Grade III atau IV. CT Scan berfungsi sebagai pemeriksaan kedua setelah IVP pada pasien yang pada IVP memperlihtkan gambaran kerusakan luas parenkim ginjal dan pasien yang keadaan umumnya menurun. X. Pemeriksaan Radiologi pada Trauma Ginjal 1. Foto Polos Abdomen 9



 Adanya obliterasi psoas shadow menunjukkan hematom retroperitoneaal atau ekstravasasi urin. Udara usus pindah dari posisinya. Pada tulang tampak fraktur prosesus transversalis vertebra atau fraktur iga.(Donovan , 1994) 



Gambar 1 : Terlihat gambar radiografi rupture ginjal spontan. Psoas line kiri terlihat normal (panah hitam), psoas line kanan tidak terlihat (panah merah).



2. Pielografi intravena (IVP) > Dilakukan jika diduga ada : 1) luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal, 2) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria makroskopik, dan 3) cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria mikroskopik dengan disertai syok



10



Gambaran yang terlihat adalah pembengkakan pada ginjal, kontras yang ekstravasasi keluar, tampakan massa perdarahan juga bisa terlihat, serta tampak kelainan ekskresi jika dibandingkan dengan ginjal sebelah. Gambar 2,3 : IVP diambil pada menit ke 15 dan 45, terlihat ekstravasasi meluas di peripelvis dan perirenal.



11



Gambar 4 : Pada pasien Trauma ginjal ; IVP 10 menit ginjal dan ureter masih terlihat normal. 3. USG Pada pemeriksaan USG Doppler, akan terlihat seperti semburan ( water jet ) pada bagian sisi ginjal yang ruptur ketika ada sedikit kompresi oleh urinoma.



A Gambar



5



:



A:



B Penampakan



rupture



ginjal spontan.



C B:



menunjukkan



defek berdiameter 4,5mm, C: adalah penampakan USG Doppler berwarna, terlihat aliranwarna pada ginjal yang berhubungan dengan kompresi oleh urinoma



Gambar 6 : Pada pemeriksaan USG pada anak umur 8 tahundengan kasus pasca trauma ginjal grade 4, terjadi avaskular yang luas pada bagian bawah ginjal sehingga terjadinya infark di kedua ginjalnya .



12



4. CT-SCAN  Staging trauma ginjal paling akurat dilakukan dengan sarana CT scan. Teknik noninvasiv ini secara jelas memperlihatkan laserasi parenkim dan ekstravasasi urin, mengetahui infark parenkim segmental, mengetahui ukuran dan lokasi hematom retroperitoneal, identifikasi jaringan nonviable serta cedera terhadap organ sekitar seperti lien, hepar, pankreas dan kolon (Geehan , 2003).  Modalitas yang paling baik untuk melihat gambaran ruptur ginjal karena informasi yang diberikan berkaitandengan morfologi dan fungsional ginjal bisa didapatkan dalam satu kali pemeriksaan saja.  Dapat menunjukkan adanya robekan jaringan ginjal, ekstravasasikontras yang luas, dan adanya nekrosis jaringan ginjal serta mendeteksi adanya trauma pada organ lain.



Gambar 7 : Trauma ginjal dengan Grade 1. Terlihat Gambar dari CT scan kontras yang ditingkatkan dari perut pada pasien dengan hematuria setelah tabrakan kendaraan bermotor menunjukkan terdapat daerah yang tidak jelas dari hypoenhancement di ginjal kanan medial.



13



Gambar 8 : Trauma ginjal Grade 1 dengan hematoma subkapsular . CT scan abdomen dengan kontras intravena pada pasien setelah tabrakan kendaraan bermotor menunjukkan gambaran seperti bulan sabit dengan high-density dan terdapat cairan di sekitar ginjal kiri . Catatan margin luar yang jelas dan deformitas ringan dari parenkim ginjal .



14



Gambar 9 : Trauma ginjal Grade 2 dengan laserasi ginjal . Gambaran CT scan Abdomen setelah tabrakan kendaraan bermotor menunjukkan dangkal ( kurang dari 1 cm ) parenkim ginjal cacat dengan hematoma perinefrik besar .



Gambar 10 : Trauma ginjal Grade 3 laserasi ginjal . CT scan abdomen setelah pemberian kontras intravena menunjukkan tidak teratur nonenhancing , parenkim ginjal cacat dengan ekstensi lebih besar dari 1 cm dalam dan dekat dengan pelvis ginjal .



15



Gambar 11 :Trauma ginjal Grade 4 cedera ginjal segmental infark . Gambaran CT scan abdomen bagian atas menunjukkan area segmental dari nonenhancement di ginjal kiri medial atas tanpa terkait laserasi ginjal.



Gambar 12 :Trauma ginjal Grade 4-5 cedera ginjal . Tampak Laserasi memperluas ke collecting system ginjal. Gambaran CT scan abdomen pada pasien dengan hematuria setelah tabrakan kendaraan bermotor menunjukkan robekan dalam memperluas ke dalam collecting 16



system ginjal kanan dan terjadi ekstensi ke dalam collecting system dan dibuktikan oleh ekstravasasi kontras kemih pada gambar yang tertunda melalui ginjal dalam fase ekskresi .



Gambar 13 :Trauma ginjal Grade 5 cedera ginjal, Shattered ginjal . Gambaran CT scan abdomen pada pasien dengan hematuria dan hipotensi setelah tabrakan kendaraan bermotor menunjukkan transeksi dari ginjal kanan dengan hematoma besar sekitar dan antara 2 bagian ginjal . 2 bagian keduanya perfusi karena ada 2 arteri ginjal.



5. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI digunakan untuk membantu penanganan trauma ginjal ketika terdapat kontraindikasi untuk penggunaan kontras iodinated atau ketika pemeriksaan CT-Scan tidak tersedia. Seperti pada pemeriksaan CT, MRI menggunakan kontas Gadolinium intravena yang dapat membantu penanganan ekstravasasi sistem urinarius. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksan terbaik dengan sistem lapangan pandang yang luas.



XI.



Komplikasi 17



Komplikasi



awal: Perdarahan yang masiv sangat sering terjadi, terutama di



retroperitoneal. Persisten retroperitoneal persisten atau gross hematuri yang berat, indikasi untuk dilakukan operasi. Komplikasi lanjut: hypertensi, hydronephrosis, arteriovenous fistula, pembentukan calculus, dan pyelonephritis. renal atrophy dapat muncul dari vascular compromise dan dapat diditeksi dengan urography. Perdarahan yang berat dan lanjut dapat muncul setelah 1-4 minggu.



XII.



Penatalaksanaan



Pada setiap trauma tajam yang diduga mengenai ginjal harus dipikirkan untuk melakukan tindakan eksplorasi, tetapi pada trauma tumpul, sebagian besar tidak memerlukan operasi. Terapi pada trauma ginjal adalah: 1. Konservatif Tindakan konservatif ditujukan pada trauma minor. Dilakukan observasi tandatanda vital, meliputi istirahat di tempat tidur, analgesik untuk menghilangkan nyeri, serta observasi status ginjal dengan pemeriksaan kondisi lokal, kadar hemoglobin, hematokrit serta sedimen urin. kemungkinan adanya penambahan massa di pinggang, adanya pembesaran lingkaran perut, penurunan kadar haemoglobin darah, dan perubahan warna urine. Jika selama tindakan konservatif terdapat tanda-tanda perdarahan atau kebocoran urine yang menimbulkan infeksi, harus segera dilakukan tindakan operasi. a.



Eksplorsi a. Indikasi absolute Indikasi absolut adalah adanya perdarahan ginjal persisten yang ditandai oleh adanya hematom retroperitoneal yang meluas dan berdenyut. Tanda lain adalah adanya avulsi vasa renalis utama pada pemeriksaan CT scan atau arteriografi. b. Indikasi relative •



Jaringan nonviable



Parenkim ginjal yang nekrosis lebih dari 25% adalah indikasi relatif untuk dilakukan



eksplorasi. 18







Ekstravasasi urin



Ekstravasasi urin menandakan adanya cedera ginjal mayor. Bila ekstravasasi menetap maka membutuhkan intervensi bedah. •



Incomplete staging



Penatalaksanaan nonoperatif dimungkinkan apabila telah dilakukan pemeriksaan imaging untuk menilai derajat trauma ginjal. Adanya incomplete staging memerlukan pemeriksaan imaging dahulu atau eksplorasi /rekonstruksi ginjal. Pada pasien dengan kondisi tidak stabil yang memerlukan tindakan laparotomi segera, pemeriksaan imaging yang bisa dilakukan hanyalah one shot IVU di meja operasi. Bila hasil IVU abnormal atau tidak jelas atau adanya perdarahan persisten pada ginjal harus dilakukan eksplorasi ginjal. • Trombosis Arteri Cedera deselerasi mayor menyebabkan regangan pada arteri renalis dan akan menyobek tunika intima, terjadi trombosis arteri renalis utama atau cabang segmentalnya yang akan menyebebkan infark parenkim ginjal. Penegakan diagnosis yang tepat serta timing operasi sangat penting dalam penyelamatan ginjal. Renal salvage dimungkinkan apabila iskemia kurang dari 12 jam. Jika ginjal kontralateral normal, ada kontroversi apakah perlu revaskularisasi atau observasi.Jika iskemia melebihi 12 jam, ginjal akan mengalami atrofi. Nefrektomi dilakukan hanya bila delayed celiotomy dilakukan karena adanya cedera organ lain atau jika hipetensi menetap pasca operasi. Trombosis arteri renalis bilateral komplit



atau



adanya



ginjal



soliter



dibutuhkan



eksplorasi



segera



dan



revaskularisasi. • Trauma tembus Pada trauma tembus indikasi absolut dilakukan eksplorasi adalah perdarahan arteri persisten. Hampir semua trauma tembus renal dilakukan tindakan bedah. Perkecualian adalah trauma ginjal tanpa adanya penetrasi peluru intraperitoneum Luka tusuk sebelah posterior linea aksilaris posterior relatif tidak melibatkan cedera organ lain.(Brandes, 2003) 3. Operasi



19



Operasi ditujukan pada trauma ginjal mayor dengan tujuan untuk segera menghentikan perdarahan. Indikasi eksplorasi ginjal, yaitu syok yang tidak teratasi dan syok berulang. Selanjutnya perlu dilakukan debridement, reparasi ginjal atau tidak jarang harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total karena kerusakan ginjal yang sangat berat.



Kesimpulan



20



Ginjal sangat terlindungi oleh organ-organ disekitarnya sehingga diperlukan kekuatan yang cukup yang bisa menimbulkan cedera ginjal. Namun pada kondisi patologis seperti hidronefrosis atau malignansi ginjal maka ginjal mudah ruptur oleh hanya trauma ringan. Mobilitas ginjal sendiri membawa konsekuensi terjadinya cedera parenkim ataupun vaskuler. Sebagian besar trauma ginjal adalah trauma tumpul dan sebagian besar trauma tumpul menimbulkan



cedera



minor



pada



ginjal



yang



hanya



membutuhkan



bed



rest.



Diagnosis trauma ginjal ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada pemeriksaan fisik digali mekanisme trauma serta kemungkinan gaya yang menimpa ginjal maupun organ lain disekitarnya. Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menilai ABC nya trauma, lokal ginjal maupun organ lain yang terlibat. Pada pasien mungkin ditemukan hematuria gross ataupun mikroskopis atau mungkin tanpa hematuria. Bila kondisi tidak stabil walau dengan resusitasi maka tidak ada pilihan kecuali eksplorasi segera . Pada pemeriksaan penunjang plain photo bisa ditemukan patah tulang iga bawah, prosesus transversus vertebra lumbal yang menunjukkan kecurigaan kita terhadap trauma ginjal. Pada pemeriksaan IVP akurasinya 90% namun pada pasien hipotensi tidak bisa diharapkan hasilnya. Pada kondisi tak stabil, maka hanya dilakukan one shot IVP yang bisa menilai ginjal kontralateral. Pemeriksaan dengan CT scan merupakan gold standard karena dengan alat ini bisa melakukan grading dengan baik. Bagianbagian infark ginjal terlihat, serta seluruh organ abdomen serta retroperitoneum juga jelas. Pemeriksaan angiografi sangat baik dilakukan pada kecurigaan cedera vaskuler. Dilakukan arteriografi apabila CT scan tidak tersedia. Kerugiannya



pemeriksaan ini invasif.



Prinsip penanganan trauma ginjal adalah meminimalisasi morbiditas dan mortalitas serta sedapat mungkin mempertahankan fungsi ginjal. Hanya pasien dengan indikasi jelas dilakukan nefrektomi. Teknik operasi saat ini memegang peranan penting dalam penyelamatan ginjal. Dengan kontrol pembuluh darah ginjal maka terjadi penurunan angka nefrektomi. Kontrol pembuluh darah dilakukan diluar fasia Gerota sebelum masuk zona trauma. Tanpa isolasi arteri dan vena , dekompresi hematom ginjal yang dilakukan durante operasi meningkatkan insidensi nefrektomi.



DAFTAR PUSTAKA



21



1. Baverstock R, Simons R, McLoughlin M. Severe blunt renal trauma: a 7-year retrospective review from a provincial trauma centre. Can J Urol. 2001 Oct. 8(5):13726. [Medline]. 2. Sagalowsky AI, McConnell JD, Peters PC. Renal trauma requiring surgery: an analysis of 185 cases. J Trauma. 1983 Feb. 23(2):128-31. [Medline]. 3. Lee YJ, Oh SN, Rha SE, Byun JY. Renal trauma. Radiol Clin North Am. 2007 May. 45(3):581-92, ix.[Medline]. 4. Santucci RA, Wessells H, Bartsch G, Descotes J, Heyns CF, McAninch JW, et al. Evaluation and management of renal injuries: consensus statement of the renal trauma subcommittee. BJU Int. 2004 May. 93(7):937-54. [Medline]. 5. Bent C, Iyngkaran T, Power N, Matson M, Hajdinjak T, Buchholz N, et al. Urological injuries following trauma. Clin Radiol. 2008 Dec. 63(12):1361-71. [Medline]. 6. Hardee MJ, Lowrance W, Stevens MH, Nirula R, Brant WO, Morris SE, et al. Process improvement in trauma: compliance with recommended imaging evaluation in the diagnosis of high-grade renal injuries. J Trauma Acute Care Surg. 2013 Feb. 74(2):55862. [Medline]. 7. Bartley JM, Santucci RA. Computed tomography findings in patients with pediatric blunt renal trauma in whom expectant (nonoperative) management failed. Urology. 2012 Dec. 80(6):1338-43. [Medline]. 8. Lin WC, Lin CH, Chen JH, Chen YF, Chang CH, Wu SC, et al. Computed tomographic imaging in determining the need of embolization for high-grade blunt renal injury. J Trauma Acute Care Surg. 2013 Jan. 74(1):230-5. [Medline]. 9. Xu RX, Li YK, Li T, Wang SS, Yuan GZ, Zhou QF, et al. Real-time 3-dimensional contrast-enhanced ultrasound in detecting hemorrhage of blunt renal trauma. Am J Emerg Med. 2013 Oct. 31(10):1427-1431.[Medline]. 10. Perez-Brayfield MR, Gatti JM, Smith EA. Blunt traumatic hematuria in children. Is a simplified algorithm justified?. J Urol. 2002 Jun. 167(6):2543-6; discussion 25467. [Medline]. 11. Morgan DE, Nallamala LK, Kenney PJ. CT cystography: radiographic and clinical predictors of bladder rupture. AJR Am J Roentgenol. 2000 Jan. 174(1):89-95. [Medline]. 12. http://www.sciencenews.org/articles/20090106/food.asp 13. http://www.medscape.com/viewarticle/570489?src=mpnews 14. Ruchelle J. L, Belldgrun A, Brunicardi F.C. Urology in Brunicardi F.C et al, Editor. Schwartz’s Principles of Surgery. 9th ed. McGraw-Hill.New York. 2010. p1459-1475. 15. Santucci R.A, Doumanian L.R, Upper Urinary Tract Trauma in Cambell-Wash. 10 th ed. Elsevier. New York. 2012. P1172-1191



22



16. Summertom D.J et all. Renal Trauma in Guidelines on Urological Trauma. European Association of Urology. 2013. p 9-23.



23